bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/bab ii.pdf ·...

44
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktikkan 3 abad yang lalu. Pada tahun 1690, petani di Perancis telah menggunakan perasan daun tembakau untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Tahun 1800, bubuk tanaman Pyrethrum digunakan untuk mengendalikan kutu. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Subiyakto Sudarmo, 2005: 11). Menurut Agus Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat sekali. Pestisida nabati besifat “pukul dan lari” yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi. Subiyakto Sudarmo (2005: 11-12) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara

Upload: trankhanh

Post on 08-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktikkan 3 abad yang lalu. Pada

tahun 1690, petani di Perancis telah menggunakan perasan daun tembakau

untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Tahun 1800,

bubuk tanaman Pyrethrum digunakan untuk mengendalikan kutu.

Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran

lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan

pestisida kimia (Subiyakto Sudarmo, 2005: 11).

Menurut Agus Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan

alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi

residunya singkat sekali. Pestisida nabati besifat “pukul dan lari” yaitu

apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah

terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan

terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi. Subiyakto

Sudarmo (2005: 11-12) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat

membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara

kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

11

tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik (Subiyakto Sudarmo,

2005: 12) yaitu:

a. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa

b. Menghambat pergantian kulit

c. Mengganggu komunikasi serangga

d. Menyebabkan serangga menolak makan

e. Menghambat reproduksi serangga betina

f. Mengurangi nafsu makan

g. Memblokir kemampuan makan serangga

h. Mengusir serangga (repellent)

i. Menghambat perkembangan patogen penyakit

Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang

merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan

sebagai alat pertahanan dari serangan OPT. Lebih dari 2.400 jenis

tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung

bahan pestisida. Oleh karena itu, jika dapat mengolah tumbuhan ini

sebagai bahan pestisida maka akan membantu masyarakat petani untuk

menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan dengan

memanfaatkan sumber daya setempat yang ada di sekitarnya (Agus

Kardinan, 2002).

Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang

berpotensi menjadi bahan pestisida:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

12

1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati

Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida

pengendali hama insekta. Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya,

diyakini bisa menanggulangi serangan serangga (M Syakir, 2011: 10).

2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat

Di dalam tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang

menyerupai sex pheromone pada serangga betina dan bertugas

menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis

Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya yaitu

daun wangi (kemangi) dan selasih (M Syakir, 2011: 10).

3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati

Kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali

hama rodentia. Tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai

penekan kelahiran dan penekan populasi, yaitu meracuninya.

Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya

mengandung steroid. Sedangkan yang tergolong penekan populasi

biasanya mengandung alkaloid. Jenis tumbuhan yang sering digunakan

sebagai rodentisida nabati adalah gadung racun (M Syakir, 2011: 11).

4. Kelompok tumbuhan moluskisida

Kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali

hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

13

moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba (M Syakir,

2011: 11).

5. Kelompok tanaman fungisida nabati

Merupakan kelompok tumbuhan yang digunakan untuk

mengendalikan jamur patogenik antara lain cengkeh, daun sirih, sereh,

pinang, dan tembakau (M Syakir, 2011: 11).

6. Kelompok tumbuhan pestisida serbaguna

Kelebihan kelompok ini tidak hanya berfungsi untuk satu jenis.

Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida,

bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan yang bisa

dimanfaatkan dari kelompok ini yaitu jambu mete, sirih, tembakau,

dan nimba (M Syakir, 2011: 11).

M Syakir (2011: 11-12) menjelaskan bahwa pestisida nabati

memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Repellant, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang

menyengat.

2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang sudah

disemprot.

3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.

4. Menghambat reproduksi serangga betina.

5. Racun syaraf.

6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

14

7. Antraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada

perangkap serangga.

8. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri

Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran

dibedakan menjadi tiga kelompok insektisida sebagai berikut.

1. Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison)

Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison) adalah

insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila

insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan

diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida

tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang

mematikan (misalnya susunan syaraf serangga). Oleh karena itu

serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah

disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk

membunuhnya (Panut Djojosumanto, 2000: 42).

Insektisida yang benar-benar murni racun perut tidak terlalu

banyak. Kebanyakan insektisida mempunyai efek ganda, yakni sebagai

racun perut dan racun kontak, hanya ada perbedaan kekuatan antara

keduanya. Ada insektisida yang kontaknya lebih kuat daripada racun

perutnya, demikian sebaliknya (Panut Djojosumanto, 2000: 42).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

15

2. Racun Kontak

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh

serangga lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan

mati bila bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida

tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut

(Panut Djojosumanto, 2000: 43).

3. Racun Pernapasan

Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat

saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup

insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa

gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau

menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai fumigansia, misalnya

bromida, alumunium fosfida, dan sebagainya (Panut Djojosumanto,

2000: 43).

Pemanfaatan pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan,

Haryono (2011: 2-3) menjelaskan kelebihan pestisida nabati, yaitu:

a. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat

b. Lebih mudah terurai di alam

c. lebih aman bagi manusia dan lingkungan

d. Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT, selain sebagai

pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan, juga dapat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

16

berperan dalam meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan

efisiensi usaha dan image produk perkebunan ramah lingkungan.

e. Pemanfaatan pestisida nabati secara luas akan langsung berpengaruh

terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan berdampak

positif terhadap kualitas produk tanaman terutama dengan semakin

terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida

kimiawi.

Pemanfaatan pestisida nabati selain memiliki kelebihan juga

memiliki beberapa kelemahan. Berbagai kelemahan pemanfaatan

pestisida nabati seperti:

1. Bahan aktif yang mudah terurai.

2. Sebaran tanaman yang seringkali spesifik lokasi.

3. Kandungan bahan aktif pada tanaman yang sangat bergantung pada

varietas dan lokasi penanaman.

4. Pemanfaatan berupa formulasi sederhana yang mudah ditiru, dan

banyak kelemahan lainnya yang sebenarnya sekaligus juga merupakan

kelebihan pestisida nabati, maka seharusnya kelemahan tersebut tidak

dijadikan sebagai kendala dalam pengembangannya (Haryono, 2011:

4).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

17

2. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

a. Pengertian

Saat ini dikenal ada dua istilah Bahasa Inggris yang sering

digunakan secara bergantian untuk pengendalian hama terpadu yaitu

Integrated Pest Control (IPC) yang kita terjemahkan sebagai

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Integrated Pest Management

(IPM) yang kita terjemahkan sebagai Pengelolaan Hama Terpadu

dengan singkatan yang sama PHT (Kasumbogo Untung, 1996: 7).

Konsep PHT muncul akibat kesadaran umat manusia akan

bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup

ekosistem dan kehidupan manusia secara global, sedangkan kenyataan

yang terjadi bahwa menggunakan pestisida oleh petani di dunia dari

tahun ke tahun semakin meningkat. Diperlukan adanya cara

pendekatan pengendalian hama yang baru yang dapat menekan

penggunaan pestisida (Kasumbogo Untung, 1996: 7-8).

PHT tidak hanya mencakup pengertian tentang perpaduan

beberapa teknik pengendalian hama, tetapi dalam penerapannya PHT

harus memperhitungkan dampaknya baik yang bersifat ekologis,

ekonomis, dan sosiologis sehingga secara keseluruhan kita

memperoleh hasil yang terbaik. Oleh karena itu PHT dalam

perencanaan, penerapan, dan evaluasinya harus mengikuti suatu sistem

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

18

pengelolaan yang terkoordinasi dengan baik (Kasumbogo Untung,

1996: 8).

Keputusan pemerintah untuk menerapkan PHT secara nasional

baru dilaksanakan secara formal setelah dikeluarkan Intruksi Presiden

No. 3 Tahun 1986 untuk pengendalian hama padi (Kasumbogo

Untung, 1993: 1).

b. Penerapan PHT pada Komoditi Sayuran

Sayur-sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat

penting baik bagi konsumen maupun produsen. Sayuran merupakan

sumber gizi yang utama sebagai penghasil vitamin dan mineral. Bagi

produsen, yaitu petani budidaya sayuran dapat memberikan

penghasilan yang cukup dan rata-rata lebih baik daripada komoditi

pangan lainnya (Kasumbogo Untung, 1993: 55).

Ciri-ciri khas petani sayuran di Indonesia menurut Kasumbogo

Untung (1993: 56) adalah:

1. Tingkat produktivitas masih rendah

2. Kualitas produksi rendah

3. Luas lahan per petani sempit

4. Tingkat pengetahuan dan ketrampilan rendah

5. Ketergantungan pada pestisida tinggi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

19

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagai konsep dan

kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan tanaman

pangan merupakan konsep yang tepat untuk memperbaiki keadaan dan

kehidupan petani sayuran sehingga sumber daya yang dimiliki dapat

mereka manfaatkan secara optimal (Kasumbogo Untung, 1993: 56).

c. Faktor yang Mendorong Penerapan PHT

1. Kegagalan pengendalian hama secara konvensional

Praktek penggunaan pestisida yang lazim dilakukan oleh

petani sayuran didorong oleh konsep pengendalian hama yang

tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi. Petani

sayuran umumnya menerapkan asas preventif atau pencegahan.

Penyemprotan dengan pestisida dianggap sebagai asuransi

kesehatan tanaman. Karena dorongan konsumen, petani menjadi

takut serangga atau entomofobi. Mereka berpendapat setiap jenis

serangga pada tanaman tentu merugikan sehingga harus diberantas

dengan pestisida (Kasumbogo Untung, 1993: 58).

Sebagai akibat dampak samping pestisida, seperti

timbulnya resistensi, resurjensi, dan letusan hama kedua, serta

didorong oleh permintaan pasar akan produk sayuran bebas dari

gigitan serangga, petani sayuran semakin menggebu-gebu di dalam

meningkatkan penggunaan pestisida dengan menambah dosis,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

20

campuran pestisida, dan frekuensi penyemprotan. Pada keadaan

yang demikian petani sayuran sudah mencapai fase krisis. Dalam

kondisi demikian tidak ada pilihan lain kecuali segera

melaksanakan dan mengikuti konsep PHT (Kasumbogo Untung,

1993: 58).

2. Kesadaran akan kualitas lingkungan hidup

Pestisida sebagai bahan beracun termasuk bahan pencemar

yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh

karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan

maka residu yang ditinggalkan di lingkungan yang menjadi

masalah. Apabila tidak dikendalikan semakin lama akan terjadi

akumulasi kandungan pestisida di lingkungan yang dapat

mencapai kadar yang membahayakan (Kasumbogo Untung, 1996:

14).

Kesadaran akan pentingnya kualitas lingkungan hidup yang

tinggi dari masyarakat, pemerintah, dan masyarakat dunia yang

mendorong dan mengharuskan kita untuk segera menerapkan PHT

karena dengan PHT penggunaan pestisida dapat ditekan sekecil-

kecilnya (Kasumbogo Untung, 1996: 14).

3. Kecenderungan terjadinya perubahan permintaan konsumen pada

masa mendatang.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

21

Faktor yang mendorong dan mengaharuskan petani sayuran

menerapkan PHT adalah kecenderungan terjadinya perubahan

permintaan konsumen pada masa mendatang, terutama permintaan

akan produk holtikultura yang bebas residu pestisida (Kasumbogo

Untung, 1993: 58).

4. Kebijakan pemerintah

Sejak pelita III telah dinyatakan bahwa PHT merupakan

kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan.

Kebijakan tentang PHT kemudian diperkuat oleh Inpres No.

3/1986 dan UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

UU No. 12/1992 telah menetapkan berbagai bentuk sanksi yang

sangat berat bagi barang siapa yang menyalahgunakan penggunaan

pestisida baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Dasar hukum

bagi pelaksanaan PHT di Indonesia sangat kuat sehingga PHT

untuk tanaman sayuran sudah merupakan keharusan (Kasumbogo

Untung, 1993: 59).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

22

3. Sirih Hijau (Piper betle L.)

a. Klasifikasi

Klasifikasi tanaman sirih dalam Wiwin Setiawati, dkk (2008:

172) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.

a. Nama daerah

Suruh, sedah (Jawa); seureuh (Sunda); ranub (Aceh); belo

(Batak Karo); cambai (Lampung); uwit (Dayak); base (Bali); nahi

(Bima); gapura (Bugis); mota (Flores); afo (Sentani) (Wiwin

Setiawati, dkk, 2008: 172).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

23

b. Morfologi

Gambar 1. Sirih (Piper betle L.)

Sumber: Dokumentasi pribadi

Sirih merupakan tanaman merambat yang tingginya bisa

mencapai 15 m. Batang bulat dan beruas, berwarna coklat kehijauan.

Akar keluar dari batang ini. Berdaun tunggal bentuk jantung, panjang

5-8 cm dan lebar 2-5 cm, berujung runcing dan bertangkai, posisi daun

berselang-seling. Bunga berbentuk bulir, merupakan bunga majemuk,

memiliki daun pelindung bulat panjang ± 1 mm. Buahnya bulat, hijau

keabu-abuan, termasuk buah buni. Berakar tunggang, coklat

kekuningan, dan berbentuk bulat (Dini N Nuraini, 2014: 190).

c. Habitat

Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang

tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

24

mencukupi. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai

ketinggian 300 mdpl (Wiwin Setiawati, dkk, 2008: 173).

d. Kandungan kimia

Senyawa yang terkandung dalam sirih antara lain minyak atsiri

(eugenol, methyl eugenol, karvakrol, kavikol, alil katekol, kavibetol,

sineol, estragol), alkaloid, karoten, tiamin, ribovlafin, asam nikotinat,

vitamin C, tanin, gula, pati, dan asam amino (Wiwin Setiawati, dkk,

2008: 173). Daun sirih hijau juga mengandung flavonoid,

steroid/terpenoid, dan kuinon (Agus Aulung, dkk, 2010: 9).

1) Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang

sering disebut “minyak terbang” (Inggris: volatile oil). Minyak

atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut mudah

menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential oil (dari

kata essence) karena minyak tersebut memberikan bau pada

tanaman (Koensoemardiyah, 2010: 1).

Minyak atsiri dari daun sirih segar sepertiga bagian terdiri

dari fenol dan alkaloid yang memiliki daya pembunuh bakteri,

antioksidan, fungisida serta anti jamur. Dilaporkan oleh Amhed,

1988 (Anang Mulyantana, 2013: 2) minyak atsiri dari daun sirih

mempunyai efek insektisida terhadap lebih dari 30 jenis serangga

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

25

dibandingkan dengan piperazine phosphate dan hexyl resorchinol

pada konsentrasi yang sama.

Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, sengak, tajam,

dan merangsang disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang

terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat tersebut merupakan

kandungan terbesar minyak atsiri yang ada dalam daun sirih (Rini

D Moeljanto dan Mulyono, 2003: 9). Heyne, 1987 (Anang

Mulyantana, 2013: 4), mengungkapkan bahwa kavikol yang

merupakan salah satu senyawa turunan fenol dari minyak atsiri

daun sirih memiliki daya insektisida 5 kali lebih kuat dibandingkan

piperazinephosphate dan dapat menjadi toksik jika konsentrasinya

pekat atau tinggi.

Minyak atsiri dalam daun sirih dapat menghambat respirasi

mitokondria serangga. Zat ini juga dapat bersifat racun yang

kerjanya menghambat aktivitas respirasi sehingga menyebabkan

kematian secara lambat apabila masuk melalui saluran pernapasan

(Prijono, dkk, 1997; Anang Mulyantana, 2013: 4).

2) Alkaloid

Banyak tumbuhan mengandung senyawa nitrogen aromatik

yang dinamakan alkaloid. Tumbuhan yang mengandung senyawa

alkaloid tertentu dijauhi oleh hewan gembalaan dan serangga

pemakan daun (Salisbury, 1995; Lapida Yunianti, 2016: 41).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

26

Alkaloid yang terkandung dalam daun sirih (Piper batle L.) adalah

arecoline. Arecoline bersifat nitrogenous pada makanan sehingga

menetralisir asam lambung dan bekerja sebagai astringent. Sebagai

astringen, zat ini mengeraskan membran mukosa pada lambung

(Rooney, 1993; Handayani, dkk, 2013: 4-5). Alkaloid berupa

garam sehingga dapat mendegradasi membran sel untuk masuk ke

dalam dan merusak sel dan juga dapat menggangu sistem kerja

syaraf larva dengan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase

(Eka Cania dan Endah Setyaningrum, 2013: 58).

3) Tanin

Tanin diproduksi oleh tanaman berfungsi sebagai substansi

perlindungan dalam jaringan maupun luar jaringan. Tanin

umumnya tahan terhadap perombakan atau fermentasi, selain itu

menurunkan kemampuan binatang untuk mengkonsumsi tanaman

atau juga mencegah pembusukan daun pada pohon. Tanin juga

bekerja sebagai zat astringent yang dapat menyusutkan jaringan

dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa (Elvie Yenie,

dkk, 2013: 53). Tanin juga dapat mengganggu serangga dalam

mencerna makanan. Tanin akan mengikat protein dalam sistem

pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan dan

penyerapan protein dalam sistem pencernaan terganggu (Yunita et

al., 2009; Lapida Yunianti, 2016: 39).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

27

4) Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan senyawa yang berperan

penting dalam penyerbukan oleh serangga. Sejumlah flavonoid

mempunyai rasa pahit hingga bersifat menolak sejenis ulat tertentu

(Agus Aulung, dkk, 2010: 12). Flavonoid bekerja sebagai inhibitor

kuat pernafasan atau racun pernapasan. Flavonoid mempunyai cara

kerja yaitu dengan masuk ke dalam tubuh larva melalui sistem

pernapasan yang kemudian akan menimbulkan kelayuan pada

syaraf serta kerusakan pada sistem pernapasan dan mengakibatkan

larva tidak bisa bernapas dan akhirnya mati (Eka Cania dan Endah

Setyaningrum, 2013: 58).

5) Terpenoid

Terpenoid dan turunannya dapat bekerja sebagai insektisida

akan tetapi banyak peneliti berpendapat bahwa fungsi terpenoid

lebih bersifat ekologis daripada fisiologis. Terpenoid dapat

menghambat pertumbuhan tumbuhan pesaingnya dan terpenoid

dapat bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap

hewan, penolak serangga dan sebagainya (Agus Aulung, dkk,

2010: 12).

Menurut Anggriani dkk, 2013 dan Mayanti dkk, 2006 (Fika

Afifah, dkk, 2015: 29) terpenoid memiliki rasa yang pahit dan

bersifat antifeedant yang dapat menghambat aktivitas makan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

28

serangga. Triterpenoid juga bersifat sebagai penolak serangga

(repellant) karena ada bau menyengat yang tidak disukai oleh

serangga sehingga serangga tidak mau makan. Senyawa ini

berperan sebagai racun perut yang dapat mematikan serangga.

Senyawa ini akan masuk ke dalam saluran pencernaan melalui

makanan yang mereka makan, kemudian diserap oleh saluran

pencernaan tengah. Saluran ini berfungsi sebagai tempat

perombakan makanan secara enzimatis (Junar, 2000; Fika Afifah,

dkk, 2010: 29). Senyawa tersebut dapat mempengaruhi fungsi

saraf yaitu menghambat enzim kolinesterase, sehingga terjadi

gangguan transmisi rangsang yang mengakibatkan munurunnya

koordinasi kerja otot, konvuli, dan kematian serangga (Endah dan

Heri, 2000; Fika Afifah, dkk, 2015: 29).

Senyawa aktif Precocene I dan Precocene II dikenal

sebagai senyawa anti hormone juvenile. Anti juvenile hormone

mengganggu tahapan proses perkembangan larva. Jadi, racun ini

tidak secara langsung membunuh tetapi sebagai growth inhibitor.

pemberian senyawa precocene menyebabkan turunnya titer

hormone juvenile sehingga menyebabkan terjadinya metamorfosis

dini, dewasa yang steril, diapause, dan terganggunya produksi

feromon. Dalam hal ini ia juga mengganggu proses pergantian

kulit serangga yang mengakibatkan larva cacat atau mati.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

29

Gangguan tidak hanya terjadi pada stadia larva tetapi berlanjut

pada pembentukan pupa dan serangga dewasa. Mekanisme

penghambatan diduga terganggu melalui perintah ke otak oleh

suatu zat (Prijono, 1999; Mutiah Sari, dkk, 2013: 566-567).

a. Hama Plutella xylostella

Pengertian hama secara luas yaitu organisme yang mengurangi

ketersediaan, mutu, dan jumlah sumber daya tanaman bagi manusia.

Pengertian lain yaitu semua binatang atau serangga yang dalam aktivitas

hidupnya memakan tanaman yang dibudidayakan sehingga merugikan

kepentingan hidup manusia dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan.

Dalam pengertian tersebut istilah hama dilihat dari segi kepentingan

manusia, bukan merupakan istilah ekologi. Kebanyakan binatang hama

adalah serangga. Jenis binatang lainnya yang juga merupakan hama bagi

ekosistem pertanian yaitu burung, tikus, babi hutan, kera, siput, dan

binatang-binatang lainnya yang merugikan karena memakan tanaman

budidaya (Agus Suyanto, 1994: 14-15).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

30

a. Klasifikasi

Klasifikasi ulat sawi (Plutella xylostella) dalam Pracaya (2008:

87) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Plutellidae

Genus : Plutella

Spesies : Plutella xylostella

b. Biologi Hama

Ulat Plutella merupakan hama yang kosmopolit, yang terdapat

di seluruh dunia dimana ada tanaman kobis (kol). Di Indonesia hama

ini tidak berada di dataran rendah. Plutella memiliki kemampuan

hanya untuk merusak daun kobis (kol), petsay, kol bunga, lobak, dan

lain-lain jenis kol. Yang paling disukai adalah tanaman kobis (kol)

(Rismunandar, 1981: 103).

Plutella xylostella merupakan hama utama tanaman kubis putih

dan jenis kubis lainnya sepeti kubis merah, petsai, kubis bunga, kailan,

selada air, sawi, jagung, radis, turnip, dan lain-lain. Selain itu, gulma

kubis-kubisan yang juga dapat menjadi inang Plutella xylostella

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

31

adalah Capsella bursapastoris (rumput dompet gembala), Cardamine

hirsuta (rumput selada pahit berbulu), Brasisca pachypoda,

Nasturtium officinale, dan Lepidium sp. (Sastrosiswojo, 1987; Loso

Winarto & Lukas Sebayang, 2015: 12-13).

1) Telur

Kupu-kupu Plutella meletakkan telurnya di bawah daun

kol yang terbuka, tidak pandang umurnya tanaman yang

dikunjungi (Rismunandar, 1981: 103).

Telurnya berukuran 0,6 x 0,3 mm, berbentuk oval, dan

berwarna kuning muda. Pada saat menetas telur tersebut

warnanya berubah menjadi cokelat keabu-abuan. Produksi

telur tiap imago betina dapat mencapai 300 butir yang

diletakkan secara tunggal atau dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 3-4 butir. Stadium telur berlangsung 2-4

hari (Agus Suyanto, 1994: 55).

2) Larva

Gambar 2. Larva Plutella xylostella

Sumber: Dokumentasi pribadi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

32

Larva (ulat) yang baru keluar dari telur berwarna hijau

muda, berukuran panjang 2 mm, dan akhirnya tumbuh menjadi

10 mm. Kepala larva berwarna kuning dan berbintik gelap.

Pada tubuhnya yang berwarna hijau terdapat rambut-rambut

hitam. Larva terdiri dari empat instar. Stadium larva

berlangsung selama 12 hari (Agus Suyanto, 1994: 55). Instar I

berupa larva yang panjangnya 1 mm, lebar 0,5 mm, berwarna

hijau kekuning-kuningan yang berlangsung selama 4 hari.

Instar II berupa larva berukuran panjang 2 mm, lebar 0,5 mm,

berwarna hijau kekuning-kuningan, dan berlangsung selama 2

hari. Instar III larva yang berukuran 4-6 mm, lebar 0,75 mm,

berwarna hijau, dan berlangsung selama 3 hari. Instar IV larva

berukuran panjang 8-10 mm, lebar 1-1,5 mm, berwarna hijau,

dan berlangsung selama 3 hari (Rukmana R, 1994: 41).

Ciri khas lain adalah apabila tersentuh akan menggeliat

jatuh dengan cepat dan menggantungkan diri dengan benang.

Larva tersebut akan naik kembali pada daun melalui

benangnya apabila keadaan bahaya sudah berlalu. Umumnya

pada instar larva sangat rakus dalam hal makanan sebab

dibutuhkan energi yang cukup banyak untuk pertumbuhan,

bergerak, dan cadangan makanan sewaktu pembentukan pupa

(Mau dan Kessing, 1992; Liliek Mulyaningsih, 2010: 96).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

33

3) Pupa

Gambar 3. Pupa Plutella xylostella

Sumber:

https://www.forestryimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5

443246

Pupanya (kepompong) berukuran panjang 6,3-7 mm.

Mula-mula berwarna hijau, kemudian setelah 24 jam berubah

menjadi cokelat atau hitam. Pupa ini diselubungi oleh jala yang

terbuat dari benang berwarna putih, berbentuk lonjong yang

disebut kokon. Stadium pupa berlangsung selama 6-7 hari

(Agus Suyanto, 1994: 55).

4) Ngengat

Gambar 4. Ngengat Plutella xylostella

Sumber:

http://www.lepiforum.de/lepiwiki.pl?Plutella_Xylostella

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

34

Menurut Harcourt, 1957 (Loso Winarto & Lukas

Sebayang, 2015: 9-10) serangga dewasa berupa ngengat kecil,

kira-kira 6 mm panjangnya, berwarna coklat kelabu dan aktif

pada malam hari. Pada sayap depan terdapat tiga buah lekukan

(undulasi) yang berwarna putih menyerupai berlian (bahasa

inggris diamod). Oleh sebab itu serangga dalam bahasa inggris

disebut diamodback moth. Ngengat Plutella xylostella tidak

kuat terbang jauh dan mudah terbawa oleh angin. Pada saat

tidak ada angin, ngengat jarang terbang lebih tinggi dari 1,5 m

di atas permukaan tanah. Jarak terbang horizontal adalah 3-4

m.

Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7-47 hari,

rata-rata 16,2 hari dan ngengat jantan antara 3-58 hari, dengan

rata-rata 12,1 hari. Jumlah telur yang diletakkan tiap ngengat

betina antara 18-356 butir, rata-rata 159 butir. Jumlah telur

yang diproduksi setiap ngengat betina dipengaruhi oleh

perbedaan temperatur, foto periode, umur, dan kondisi makan

larva (Mau dan Kessing, 1992; Liliek Mulyaningsih, 2010: 97).

Ngengat Plutella pada siang hari biasa bersembunyi,

dan karena warnanya, tidak mudah dilihat orang. Pada malam

hari ngengat ini aktif (Rismunandar, 1981: 104).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

35

Siklus dari telur hingga menjadi ngengat rata-rata 12-15

hari di tempat dengan ketinggian 250 m dan rata-rata 3 minggu

di dataran tinggi (Rismunandar, 1981: 104).

5) Siklus hidup

Siklus hidup hama Plutella xylostella dipengaruhi

diantaranya oleh suhu lingkungan. Pada suhu 16o

C- 25o

C

siklus hidupnya mencapai 15 hari (Permadi, 1993; Liliek

Mulyaningsih, 2010: 97). Selain itu ketinggian tempat juga

berpengaruh terhadap siklus hidup Plutella xylostella. Pada

ketinggian 250 meter di atas permukaan laut siklus hidup hama

tersebut 12-15 hari, sedangkan pada ketinggian 1100 mdpl

siklus hidupnya 20-25 hari (Liliek Mulyaningsih, 2010: 97).

Gambar 5. Siklus Hidup Plutella xylostella

Sumber: Tonny K. Moekasan; Sistrosiswojo, dkk (2005: 9)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

36

6) Aktifitas makan

Serangga akan menghadapi dua ha1 untuk memulai

aktivitas makannya yaitu yang pertama adanya rangsangan-

rangsangan untuk inisiasi aktivitas makan (feeding stimulant)

dalam tanaman yang memberikan masukan isyarat untuk

pengenalan jenis makanan dan menjaga aktivitas makan, dan

yang kedua adalah pendeteksian kehadiran senyawa-senyawa

asing (foreign compound) yang dapat bersifat sebagai

penghambat makan sehingga dapat memperpendek aktivitas

makan atau bahkan menghentikan aktivitas makan sama sekali.

Serangga dapat mengenali senyawa-senyawa asing dalam

makanannya walaupun dalam konsentrasi rendah dan akan

merespon atas kehadiran senyawa tersebut dalam makanannya

(Dadang dan Kanju Ohsawa, 2000: 30).

Pengamatan secara visual, larva mengonsumsi daun

dengan perlakuan lebih sedikit dibandingkan dengan daun

tanpa perlakuan yang mencerminkan adanya sifat penghambat

aktivitas makan. Penghambatan aktivitas makan ini dapat

memberikan sumbangan pada terjadinya kematian larva

(Khaidir dan Hendrival, 2013: 41).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

37

7) Kerusakan yang diakibatkan

Gejala serangan oleh hama ini khas dan tergantung

pada instar larva yang menyerang. Larva instar pertama (yang

baru menetas) memakan daun dengan jalan membuat lubang

galian pada permukaan bawah daun, selanjutnya larva

membuat lorong (gerekan ke dalam) jaringan parenkim

sambilmemakan daun. Larva instar dua, keluar dari liang

gerekan yang transparan dan makan jaringan daun pada

permukaan bawah daun. Demikian juga larva instar ketiga dan

keempat. Larva instar ketiga dan keempat memakan seluruh

bagian daun sehingga meninggalkan ciri yang khas, yaitu

tinggal epidermis bagian atas daun atau bahkan tinggal tulang

daunnya saja (Mau dan Kessing, 1992; Liliek Mulyaningsih,

2010: 98). Serangan hama ulat ini sangat cepat, sehingga

dalam waktu beberapa hari saja tanaman yang diserang akan

menjadi rusak (Enceng Surachman dan Widada Agus S., 2007:

55-56).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

38

Gambar 6. Serangan Larva Plutella xylostella

Sumber:Dokumentasi pribadi

Serangan P. xylostella yang berat pada tanaman dapat

menggagalkan panen (Sastrosiswojo, 1987; Loso Winarto &

Lukas Sebayang, 2015: 13).

b. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Di Indonesia nama sawi sudah tergolong familiar. Orang Jawa atau

Madura menggunakan sebutan yang sama, yakni sawi, untuk sayuran ini.

Orang Sunda menyebutnya sasawi. Nama asing untuk sawi ialah mustard.

Perdagangan internasional menggunakan sebutan green mustard, chinese

mustard, indian mustard, atau sarepta mustard (Eko Haryanto, dkk, 2003:

3).

a. Jenis-jenis Sawi

Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga macam

jenis sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau,

dan sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal sawi caisim alias

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

39

sawi bakso. Selain jenis-jenis sawi tersebut dikenal pula jenis sawi

keriting dan sawi monumen (Eko Haryanto, dkk, 2003: 9).

1) Sawi putih atau sawi jabung

Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang

paling enak di antara sawi jenis lainnya. Tanaman ini dapat

dibudidayakan di tempat yang kering. Bila sudah dewasa jenis

sawi ini memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau tua.

Tangkainya panjang, tetapi lemas dan halus. Batangnya pendek,

tetapi tegap dan bersayap (Eko Haryanto, dkk, 2003: 10).

2) Sawi hijau

Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi

sebagai bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Rasa pahit

pada daun sawi hijau dapat dihilangkan dengan cara pengasinan

(Eko Haryanto, dkk, 2003: 10). Sawi hijau berukuran lebih kecil

dibandingkan sawi jabung atau sawi putih. Daun sawi jenis ini

lebar seperti daun sawi putih, tetapi warnanya lebih hijau tua.

Batangnya sangat pendek, tetapi tegap. Tangkai daunnya agak

pipih, sedikit berliku, tetapi kuat. Varietas sawi hijau banyak

dibudidayakan di lahan yang kering , tetapi cukup pengairannya

(Eko Haryanto, dkk, 2003: 10).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

40

3) Sawi huma

Jenis sawi ini baik jika ditanam di tempat-tempat yang

kering, seperti tegalan dan huma. Tanaman ini biasanya ditanam

setelah usai musim penghujan karena sifatnya yang tidak tahan

terhadap genangan air (Eko Haryanto, dkk, 2003: 10). Sawi huma

daunnya sempit, panjang, dan berwarna hijau keputih-putihan.

Tidak seperti sawi putih dan sawi hijau, sawi huma berbatang

kecil, tetapi panjang. Tangkainya berukuran sedang seperti

bersayap (Eko Haryanto, dkk, 2003: 11).

4) Caisim alias sawi bakso

Caisim alias sawi bakso (ada juga yang menamakannya

sawi cina) merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan di

kalangan konsumen (Eko Haryanto, dkk, 2003: 11). Tangkai

daunnya panjang, langsing, dan berwarna putih kehijauan.

Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Rasanya

yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit, membuat

sawi ini banyak diminati. Selain enak ditumis atau dioseng, caisim

banyak dibutuhkan oleh pedagang mie bakso, mie ayam, atau

restoran masakan cina. Tidak mengherankan jika permintaannya

setiap hari sangat tinggi (Eko Haryanto, dkk, 2003: 11-12).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

41

5) Sawi keriting

Ciri khas sawi ini adalah daunnya yang keriting. Bagian

daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun.

Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang keriting,

jenis sawi ini amat mirip dengan sawi hijau biasa (Eko Haryanto,

dkk, 2003: 12).

6) Sawi monumen

Sawi monumen tumbuhnya amat tegak dan berdaun

kompak. Penampilan sawi ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai

daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun

yang juga berwarna putih. Daunnya berwarna hijau segar. Jenis

sawi ini tergolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya

(Eko Haryanto, dkk, 2003: 12).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

42

b. Klasifikasi

Klasifikasi tumbuhan sawi dalam Rukmana (2002: 15) :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Dicotyledone

Ordo : Papaverales

Famili : Cruciferae atau Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

c. Morfologi

Gambar 7. Sawi Caisim (Brassica juncea L.)

Sumber: Dokumentasi pribadi

Sawi (Brassica juncea L.) termasuk ke dalam famili

Cruciferae merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus,

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

43

tidak berbulu, dan tidak berkrop. Batang tanaman sawi pendek, lebih

langsing dari tanaman petsai. Tanaman ini mempunyai akar tunggang

dengan banyak akar samping yang dangkal. Biji terdapat dalam kedua

sisi dinding sekat polong yang gemuk (Yati Supriati dan Ersi Herliana,

2010: 92).

Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik

di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi

tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh

memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi

terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga

berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik

yang berongga dua (Rukmana, 2002: 16).

d. Syarat tumbuh

Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara

panas maupun berudara dingin sehingga diusahakan di daerah dataran

tinggi maupun dataran rendah. Meskipun begitu, tanaman sawi akan

lebih baik jika ditanam di dataran tinggi (Eko Haryanto, dkk, 2007:

24)

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5-

1.200 mdpl. Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah

berketinggian 100-500 mdpl. Sebagian besar di daerah-daerah

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

44

Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Eko Haryanto, dkk,

2007: 25)

Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat

ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika penyiraman

dilakukan dengan teratur dan dengan air yang cukup, tanaman ini akan

tumbuh sebaik pada musim penghujan. Berhubung selama

pertumbuhannya tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk maka akan

lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembap. Namun,

tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang (Eko

Haryanto, dkk, 2007: 25).

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,

banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.

Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya

antara 6-7 (Eko Haryanto, dkk, 2007: 25).

e. Kandungan gizi

Sawi baik setelah diolah maupun sebagai lalapan, ternyata

mengandung beragam zat makanan yang esensial bagi kesehatan

tubuh. Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan

yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan,

komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam 100 g berat sawi

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

45

adalah seperti disajikan dalam tabel di bawah ini (Eko Haryanto, dkk,

2003: 5-6).

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Sawi dalam 100 g

Zat Gizi Sawi

Protein (gr)

Lemak (gr)

Karbohidrat (gr)

Ca (mg)

P (mg)

Fe (mg)

Vitamin A (mg)

Vitamin B (mg)

Vitamin C (mg)

2,3

0,3

4,0

220,0

38,0

2,9

1.940,0

0,09

102.0

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979

f. Hama penyerang tanaman sawi

Hama tanaman sawi yang cukup penting diantaranya ulat

Agrotis, ulat Crocidolomia binotalis, ulat Plutella xylostella, ulat

Spodoptera, dan kutu daun Aphis (Nur Tjahjadi, 1989: 107).

1) Agrotis ipsilon

Hama ini merusak tanaman kubis, sawi, dan petsai pada

saat dipersemaian hingga beberapa minggu setelah tanaman di

lapangan. Gejala serangan yang khas ditandai dengan terpotongnya

tanaman pada pangkal batang kubis, sawi, dan petsai. Ulat aktif

pada sore hingga malam hari, sehingga petani hanya menemukan

bekas serangan pada pagi hari (Nur Tjahjadi, 1989: 107).

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

46

2) Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.)

Gejalanya yaitu daun bagian dalam yang terlindungi oleh

daun bagian luar rusak dan terlihat adanya bekas gigitan. Tak

heran bila dari luar tanaman masih terlihat baik, tetapi bagian

dalam sudah mengalami kerusakan. Kerusakan ini terjadi sampai

ke titik tumbuh (Eko Haryanto, dkk, 2007: 71).

Ulat krop kubis ini berwarna hijau, terdapat garis berwarna

hijau muda dan rambut berwarna hitam di punggungnya. Serangga

dewasa menghasilkan telur yang jumlahnya 30-80 butir tiap

kelompok. Telur menetas dalam jangka waktu 1-2 minggu dan

setiap hari jumlah telur akan bertambah (Eko Haryanto, dkk, 2007:

71).

3) Ulat keremeng atau tritip (Plutella sp.)

Gejalanya bagian bawah daun rusak, epidermis bagian atas

terlihat putih transparan. Setelah daun tumbuh dan melebar,

lapisan epidermis akan robek sehingga daun tampak berlubang.

Gejala serangan hama ini khas dan tergantung pada instar larva

yang menyerang (Mau dan Kessing, 1992; Liliek Mulyaningsih,

2010: 97-98).

Ulat keremeng memiliki warna hijau muda ketika baru

menetas. Setelah dewasa berbentuk ngengat dan warna kepalanya

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

47

menjadi lebih pucat dan terdapat bintik coklat (Eko Haryanto, dkk,

2007: 72).

4) Spodoptera litura

Ulat ini memakan daun yang tua maupun muda. Tetapi ulat

ini juga mempunyai banyak tanaman inang. Walaupun demikian,

kehadirannya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Selain dapat

menurunkan kuantitas, juga dapat menurunkan kualitas hasil (Nur

Tjahjadi, 1989: 108).

5) Kutu daun Aphis sp.

Kutu ini menusuk dan menghisap cairan tanaman, terutama

pada musim kemarau. Jika serangan berat, tanaman akan layu

akibat kekurangan cairan. Bekas tusukannya meninggalkan bekas

yang kurang baik bagi perkembangan daun, daun akan kering atau

tumbuhnya tidak normal (Nur Tjahjadi, 1989: 108).

6) Siput setengah telanjang (Parmarion pupillaris Humb.)

Siput ini berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan.

Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput jenis

telanjang halus dan tidak ada tonjolannya. Panjang siput 5 cm.

Siput ini polifag atau pemakan segala tanaman. Siput sering

merusak tanaman yang baru saja tumbuh seperti kol, sawi, tomat,

tembakau, ubi jalar, dan kentang (Pracaya, 2008: 298).

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

48

7) Sumpil (Subulina octona)

Ada 2 jenis sumpil yaitu Lamellaxis gracilis Hutt. dan

Subulina octona Brug. Sumpil mempunyai rumah yang bentuknya

silindris dan berukuran kecil dengan panjang 11 mm. Warnanya

kuning muda. Kedua jenis sumpil ini biasanya tercampur menjadi

satu populasi. Binatang ini merusak semai tembakau, kol, sawi,

dan bermacam-macam sayuran (Pracaya, 2008: 298).

g. Produktivitas Tanaman Sawi

Perkembangan luas panen dan produksi petsai/sawi di

Indonesia tahun 2009-2014 menurut Data Statistik Produksi

Holtikultura Kementerian Pertanian adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Rata-rata Hasil, dan Produksi

Petsai/Sawi di Indonesia Tahun 2009-2014

Sumber: Direktorat Jenderal Holtikultura, Kementerian Pertanian

(2015: 57)

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

49

B. Kerangka Berfikir

Penggunaan pestisida sintetis berbahaya bagi lingkungan karena dapat

menyebabkan pencemaran air, tanah, udara, dan hasil pertanian. Selain itu

pestisida sintetis juga berbahaya bagi keselamatan hayati, termasuk kesehatan

tubuh manusia baik yang terpapar secara langsung atau melalui rantai

makanan. Pestisida yang digunakan semestinya ramah lingkungan dan aman

bagi kesehatan manusia. Salah satu pestisida yang ramah lingkungan adalah

pestisida nabati. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian yang

berjudul “Efektivitas Pestisida Nabati Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

sebagai Pengendali Hama Plutella xylostella Tanaman Sawi (Brassica juncea

L.)”, karena di dalam daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung minyak

atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, dan terpenoid yang merupakan racun perut

(Stomach poisoning) dalam tubuh hama Plutella xylostella, menyebabkan

gangguan pernapasan pada hama Plutella xylostella, serta dapat mempercepat

pembentukan pupa hama Plutella xylostella, sehingga aktivitas makan hama

Plutella xylostella berkurang. Dengan demikian pestisida nabati daun sirih

hijau (Piper betle L.) berpotensi sebagai bahan aktif pestisida nabati

pengendali hama Plutella xylostella. Adapun variasi dosis pestisida nabati

daun sirih hijau (Piper betle L.) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10% yang dibuat dari starter awal perasan daun

sirih hijau (Piper betle L.).

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

50

Gambar 8. Kerangka Berpikir

Sawi (Brassica juncea L.)

Dibutuhkan pestisida yang ramah

lingkungan dan aman bagi kesehatan

manusia

Daun sirih hijau

(Piper betle L.)

Konsentrasi:

0%; 2,5%; 5%; 7,5%;

10%

Pestisida Nabati

Kerusakan sawi

(Brassica juncea L.)

mortalitas Plutella

xylostella

Pemendekan siklus

hidup Plutella

xylostella

Berat basah sawi

(Brassica juncea L.)

terpenoid (menghambat

aktivitas makan), Alkaloid

(racun perut)

Plutella xylostella

Minyak atsiri dan

flavonoid (menghambat

respirasi), tanin (racun

kontak)

1. Pestisida sintetis berbahaya bagi

lingkungan (kontaminasi air,

tanah, udara, dan hasil pertanian).

2. Pestisida sintetis berbahaya bagi

kesehatan tubuh manusia

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

51

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

52

C. Hipotesis

1. Pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) berpengaruh terhadap

mortalitas hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea

L.). Semakin tinggi dosis pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.)

mortalitas hama Plutella xylostella semakin tinggi.

2. Pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) berpengaruh terhadap

pemendekan siklus hidup hama Plutella xylostella fase larva pada tanaman

sawi (Brassica juncea L.). Jika larva Plutella xylostella tidak langsung

mati, maka semakin tinggi dosis pestisida nabati daun sirih hijau (Piper

betle L.), semakin tinggi larva Plutella xylostella yang mengalami

pemendekan siklus hidup.

3. Pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) berpengaruh terhadap

kerusakan tanaman sawi (Brassica juncea L.). Semakin tinggi dosis

pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) kerusakan daun sawi

(Brassica juncea L.) semakin rendah.

4. Pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) berpengaruh terhadap

berat basah tanaman sawi (Brassica juncea L.). Semakin tinggi dosis

pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) berat basah tanaman sawi

semakin tinggi.

5. Semakin tinggi dosis pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.)

semakin efektif dalam mengendalikan hama Plutella xylostella pada

tanaman sawi (Brassica juncea L.).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pestisida …eprints.uny.ac.id/49341/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. ... Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya, diyakini

53