bab ii tinjauan pustaka 2.1 definisi/pengertian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi/pengertian Asas Hukum menurut para Ahli
Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu hukum meru-pakan
landasan utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatu
aturan.Pemahaman terhadap asas hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam
mendalami peraturan perundang-undangan yang berlaku.Asas hukum
mengandung tuntutan etis.Dapat dikatakan, melalui asas hukum, peraturan
hukum berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan etis.1
Asas hukum merupakan unsur penting dan pokok dari peraturan
hukum.Pembentukan hukum praktis sedapat mungkin berorientasi pa-da asas-
asas hukum.Asas hukum menjadi dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif.
Dalam pandangan beberapa ahli, asas mempunyai arti yang berbeda-
beda.Asas adalah sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat
(Diknas, 2002: 70).Asas dapat juga berarti merupakan hukum dasar.2
Menurut The Liang, asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan
dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-cara khusus mengenai
pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi
petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu.3
1Fence M. Wantu Dkk, Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata, reviva cendekia, 2010,
Hal.13 2 Op.cit
3 Op.cit
7
Satjipto Rahardjo menyebutkan asas hukum ini merupakan jantungnya
ilmu hukum. Kita menyebutkan demikian karena pertama, ia merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. 4
Batasan pengertian asas hukum dapat dilihat beberapa pendapat para
ahli, diantaranya sebagai berikut :
Bellefroid berpendapat bahwa asas hukum umum adalah norma dasar
yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap
berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum merupakan
pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.5
Sementara van Eikema Hommes mengatakan bahwa asas hukum itu
tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum kongkrit, akan tetapi perlu
dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum
yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi pada asas-asas
hukum tersebut.6
Selanjutnya Scholten mengatakan asas hukum adalah kecenderungan-
kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum,
merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai
pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada.7
Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo asas hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit, melainkan pikiran dasar yang umum dan abstrak,
atau merupakan latar belakang peraturan kongkrit yang terdapat dalam dan di
4Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, 2007, Hal. 75
5Op.cit
6 Op.cit
7Fence M. Wantu Dkk, Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata, reviva cendekia, 2010,
Hal.15
8
belakang setiap sistem hukum yang ter-jelma dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam
peraturan kongkrit tersebut. Ini berarti menunjuk pada kesamaan-kesamaan
yang kongkrit itu dengan menjabarkan peraturan hukum kongkrit menjadi
peraturan umum yang karena menjadi umum sifatnya tidak dapat diterapkan
secara langsung pada peristiwa kongkrit.8
Asas hukum menurut Theo Huijbers ada tiga macam, yaitu :
1. Asas-asas hukum objektif yang bersifat moral. Prinsip-prinsip itu telah
ada pada zaman pemikir zaman klasik dan abad pertengahan.
2. Asas-asas hukum objektif yang bersifat rasional, yaitu prinsip-prinsip
yang termasuk pengertian hukum dan aturan hidupbersama yang bersifat
rasional. Prinsip ini juga telah diterima sejak dahulu, tetapi baru
diungkapkan secara nyata sejak dimulainya zaman modern, yakni sejak
timbulnya negera-negera nasional dan hukum yang dibuat oleh kaum
yuris secara professional.
3. Asas-asas hukum subjektif yang bersifat moral maupun rasional, yakni
hak-hak yang ada pada manusia dan yang menjadi titik tolak
pembentukan hukum. 9
2.2 Good Governance dan Korupsi Multitingkat
Salah satu isu yang banyak dibahas dalam era otonomi daerah adalah
masalah good governance yang sering diterjemahkan secara bebas menjadi
8Op.cit
9Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, 2007, Hal. 76
9
tata kelola yang baik. Dalam implementasi otonomi daerah di berbagai daerah
Indonesia, beberapa kecenderungan yang menyedihkan adalah: (1) kuatnya
semangat memungut retribusi, pajak, maupun pungutan lainnya, namun
kurang diimbangi dengan peningkatan pelayanan public secara optimal; (2)
rendahnya akuntabilitas pemerintah daerah maupun DPRD (Syaukani, Gaffar,
& Rasyid)10
Pengertian governance sangat beragam.Pada dasarnya diartikan
sebagai tata kelola yang berhubungan dengan interaksi antara pemerintah dan
masyarakat.11
Good and clean governance memiliki pengertian segala hal yang
berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan, atau memengaruhiurusan public untuk mewujudkan nilai-
nilai tersebut dalam khidupan sehari-hari.Di Indonesia, good governance
dapat diartikan sebagai pemerintahan yang baik,bersih, dan berwibawa.
Maksudnya baik yaitu pemerintahan negara yang berkaitan dengansumber
social, budaya, politik, serta ekonomi diatur sesuai dengan kekuasaan
yangdilaksanakan masyarakat.Sedangkan pemerintahan yang bersih adalah
pemerintahan yangefektif, efesien, transparan, jujur, dan bertnggung
jawab.Good and clean governance dapat terwujud secara maksimal apabila
unsur negara danmasyarakat madani (yang di dalamnya terdapat sector
swasta) saling terkait. Syarat atau ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan
dengan baik yaitu bisa bergerak secara sinergis,tidak saling berbenturan atau
10
Mudjarat Kuncoro, Otonomi Daerah dan Penanggulangan Daerah (Reformasi, Perencanaan,
Strategi, dan Peluang. 2004, Hal 258 11
Op.cit
10
berlawanan dan mendapat dukungan dari rakyat,pembangunan dilaksanakan
secara efektif dan efisien dalam hal biaya dan waktu.
Efektivitas dan efisiensi pembangunan di daerah membutuhkan
terpenuhinya prasyarat berupa tata pemerintahan yang baik dan bersih (good
& clean government) baik dalam skala nasional maupun skala lokal itu
sendiri.Aspek good governance tersebut, didamping berpeluang memberikan
kontribusi bagi eleminasi praktek-praktek yang tidak sehat juga
memberikeuntungan bagi mekanisme kontrol terhadap pemerintah daerah.
Karena itulah salah satu ide dasar untuk mengefektifkan kebijakan otonomi
daerah sebagai upaya nyata keberhasilan pemerintah daerah adalah
penciptaan good & clean government .terutama dalam tataran daerah.12
2.3 Asas Penyelenggaraan Pemerintahan
Negera Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya telah
menjatuhkan pilihannya pada asas desentralisasi seperti yang secara jelas
terlihat dalam ketentuan UUD tahun 1945 beserta penjelasannya.13
Dianutnya
sistim ini dalam penyelengaraan pemerintahan negera didasarkan pada prinsip
pemecahan kekuasaan “dispersion of power” yang bertujuan untuk mencapai
efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan guna mengembangkan
demokrasi.14
Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara.Asas Penyelenggaraan Pemerintahan berdasarkan
12
Amin Rahmanurrasjid, Akuntabilitas dan transparansi dalam Pertanggungjawaban pemerintah
daerah Untuk mewujudkan pemerintahan yang Baik di daerah, hal. 23 13
Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negera Rapublik Indonesia, PT RajaGrafindo
Persada, 1988, Hal.275 14
Op.cit
11
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah terdapat
pada Pasal 20 antara lain :
1. asas kepastian hukum;
2. asas tertib penyelenggara negara;
3. asas kepentingan umum;
4. asas keterbukaan;
5. asas proporsionalitas;
6. asas profesionalitas;
7. asas akuntabilitas;
8. asas efisiensi; dan
9. asas efektivitas.15
Penjelasan tentang asas-asas penyelenggaraan negara adalah
mengacupada Pasal 3 angka 7 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentangPenyelenggaraan Negera yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi
danNepotisme (KKN),
Asas Kepastian Hukum
Yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum” adalah asasdalam negara
hukum yang mengutamakan landasan peraturanperundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiapkebijakan Penyelenggara Negara.16
15
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang No. 32 tahun 2004 16
Penjelasan Pasal 3 angka 1 Undang-undang No. 28 tahun 1999
12
Asas Tertib Penyelenggara Negara
Yang dimaksud dengan “Asas Tertib Penyelenggaraan Negara” adalah asas
yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan negara.17
Asas Kepentingan Umum
Yang dimaksud dengan “Asas Kepentingan Umum” adalah
yangmendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif,akomodatif dan selektif.18
Asas Keterbukaan
Yang dimaksud dengan “Asas Keterbukaan” adalah asas yangmembuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperolehinformasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentangpenyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikanperlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasianegara.19
Asas Proporsionalitas
Yang dimaksud dengan “Asas Proporsionalitas” adalah asasyang
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajibanPenyelenggara
Negara.20
17
Penjelasan Pasal 3 angka 2 Undang-undang No. 28 tahun 1999 18
Penjelasan Pasal 3 angka 3 Undang-undang No. 28 tahun 1999 19
Penjelasan Pasal 3 angka 4 Undang-undang No. 28 tahun 1999 20
Penjelasan Pasal 3 angka 5 Undang-undang No. 28 tahun 1999
13
Asas Profesionalitas
Yang dimaksud dengan “Asas Profesionalitas” adalah asas
yangmengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik danketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.21
Asas Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan “Asas Akuntabilitas” adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.22
Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban setiap proses dan hasil akhir penyelenggaraan negara.
Akuntabilitas sebagai prasyarat bahwa setiap aktivitas yang berkaitan dengan
kepentingan publik perlu mempertanggungjawabkanya kepada publik.
Tanggunggugat atau tanggungjawab tidak hanya diberikan kepada atasan saja
melainkan juga kepada para pemegang saham (stake holder) , yakni
masyarakat luas. Akuntabilitas sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodic.
Kumorotomo memberikan pengertian bahwa akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban bawahan atas pemenuhan wewenang yang dilimpahkan
21
Penjelasan Pasal 3 angka 6 Undang-undang No. 28 tahun 1999 22
Penjelasan Pasal 3 angka 7 Undang-undang No. 28 tahun 1999
14
kepadanya, sehingga akuntabilitas merupakan faktor di luar individu dan
perasaan pribadinya.23
Akuntabilitas sangat terkait dengan transparansi, dapat dikatakan tidak
ada akuntabilitas tanpa adanya transparansi. Menurut penjelasan Pasal 3
angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negera yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi Nepotismen (KKN)
transparansi diartikan sebagai asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan
tidakdiskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara.
Asas efisiensi
Adalah asas yang mengutamakan kesederhanaan, penghematan, ketepatan
dan daya guna yang baik terhadap penggunaan sumber daya.
Asas efektivitas
Adalah asas yang mengutamakan keberhasilan tujuan penyelenggaraan
negara.
2.4 Konsep Akuntabilitas Dan Transparansi
1. Konsep dan pengertian akuntabilitas
Menurut Taliziduhu Ndraha, konsep akuntabilitas berawal dari
konseppertanggungjawaban, konsep pertanggungjawaban sendiri dapat
dijelasakandari adanya wewenang. Wewenang di sini berarti kekuasaan
23
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, PT Raja Grafndo Persada, Jakarta, 1999, hal.
217
15
yang sah.Menurut Weber ada tiga macam tipe ideal wewenang, pertama
wewenangtradisional kedua wewenang karismatik dan ketiga wewenang
legal rational.Yang ketigalah ini yang menjadi basis wewenang
pemerintah.Dalamperkembanganya, muncul konsep baru tentang
wewenang yang dikembangkan oleh Chester I. Barnard, yang bermuara
pada prinsip bahwa penggunaan wewenang harus dapat
dipertanggungjawabkan.
Darwin sebagaimana dikutip Joko Widodo, membedakan konsep
pertanggungjawaban menjadi tiga .Pertama , akuntabilitas
(accountability), kedua, responsibilitas (responsibility) dan ketiga
responsivitas (responsiveness).Sebelum menjelaskan tentang
pertanggungajawaban sebagai akuntabilitas (accountability), di sini akan
dijelaskan lebih dahulu pertanggungjawaban sebagai responsibilitas
(responsibility) dan sebagai responsivitas (responsiveness).
Responsibilitas (responsibility) merupakan konsep yang berkenaan
dengan standar profesional dan kompetensi teknis yang dimiliki
administrator (birokrasi publik) dalam menjalankan tugasnya.Administrasi
negara dinilai responsibel apabila pelakunya memiliki standard
profesionalisme atau kompetensi teknis yang tinggi.Sedangkan konsep
responsivitas (responsiveness) merupakan pertanggungjawaban dari sisi
yang menerima pelayanan (masyarakat). Seberapa jauh mereka melihat
administrasi Negara (birokrasi publik) bersikap tanggap (responsive) yang
16
lebih tinggi terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan
dan aspirasi mereka.
Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas (accountability)
merupakan suatu istilah yang pada awalnya diterapkan untuk mengukur
apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan di mana
dana publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal. Dalam
perkembanganya akuntabilitas digunakan juga bagi pemerintah untuk
melihat akuntabilitas efisiensi ekonomi program. Usaha-usaha tadi
berusaha untuk mencari dan menemukan apakah ada penyimpangan staf
atau tidak, tidak efisien apa tidak prosedur yang tidak diperlukan.
Akuntabilitas menunjukpada pada institusi tentang “cheks and balance”
dalam sistem administrasi.24
Mohamad Mahsun membedakan akuntabilitas dan responsibilitas,
menururtnya keduanya merupakan hal yang saling berhubungan tetapi
akuntabilitas lebih baik dan berbeda dengan akuntabilitas.Akuntabilitas
didasarkan pada catatan/laporan tertulis sedangkan responsibilitas
didasarkan atas kebijaksanaan.Akuntabilitas merupakan sifat umum dari
hubungan otoritasi asimetrik misalnya yang diawasai dengan yang
mengawasi, agen dengan prinsipal atau antara yang mewakil dengan yang
diwakili.Dari segi fokus dan cakupanya, responsibility lebih bersifat
internal sedangkan akuntabilitas lebih bersifat eksternal.25
24
Amin Rahmanurrasyid, Akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggung jawaban
pemerintahan Daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, (tesis tahun 2008). Hal. 81 25
Ibid
17
Miriam Budiarjo mendefinisikan akuntabilitas sebagai
pertanggungjawaban pihak yang diberi kuasa mandat untuk memerintah
kepada yang membeeri mereka mandat Akuntabilitas bermakna
pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi
kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi
penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling
mengawasi.26
2. Pengertian Transparansi
Menurut Mardiasmo, transparansi berarti keterbukaan
(opennsess)pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan
aktivitaspengelolaan seumberdaya publik kepada pihak-pihak yang
membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi
keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Transparansi pada akhirnya akan menciptakan
horizontalaccountability antara pemerintah daerah dengan masyarakat
sehingga terciptapemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien,
akuntabel dan responsive terhadap aspirasi dan kepentingan
masyarakat.Transparansi adalah prinsip yang menjamain akses atau
kebebasanbagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan proses
pembuatan dan pelaksanaanya serta hasil-hasil yang
26
Ibid
18
dicapai.103Transparansi adalah adanyakebijakan terbuka bagi pengawasan.
Sedangkan yang dimaksud denganinfoermasi adalah informasi mengenai
setiap aspek kebijakan pemerintahyang dapat dijangkau publik.
Keterbukaan informasi diharapkan akanmenghasilkan persaingan politik
yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuatberadsarkan preferensi publik.
Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap setiap informasi terkait seperti berbagai peraturan
dan perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah– dengan biaya yang
minimal. Informasi sosial, ekonomi, dan politik yang andal (reliable) dan
berkala haruslah tersedia dan dapat diakses oleh publik (biasanya melalui
filter media massa yang bertanggung jawab). Artinya, transparansi
dibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai disediakan
untuk dipahami dan (untuk kemudian) dapat dipantau. Transparansi jelas
mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan
dan implementasi kebijakan publik. Sebab, penyebarluasan berbagai
informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat
memberikan kesempatan kepada berbagai komponen masyarakat untuk
turut mengambil keputusan.Oleh karenanya, perlu dicatat bahwa informasi
ini bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan dan bisa dipahami publik.
Selain itu, transparansi ini dapat membantu untuk mempersempit peluang
korupsi di kalangan para pejabat publik dengan “terlihatnya” segala proses
pengambilan keputusan oleh masyarakat luas.27
27
Ibid
19
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah yang dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 mengalami perubahan mekanisme dan
substansi materi tentang pertangungjawaban pemerintah daerah.
Berdasarkan kedua peraturan tersebut maka Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada DPRD tidak bersamaan
dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD sebagaimana
diatur dalam Pasal 298 ayat (1) dan (2) Permendagri Nomor 13 Tahun
2004.
2.5 Konsep Pemerintahan yang Baik
Sebelum penulis menguraikan lebih rinci tentang konsep
pemerintahan yang baik terlebih dahulu akan di uraikan tentang otonomi
daerah yang berupakan suatu konsep embangunan daearah di masa reformasi.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.28
Sedangkan otonomi daerah adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.29
28
HAW.Widjaja, otonomi daerah dan daerah otonom, Rajawali Pres, Hal.76 29
Ibid
20
Pemerintah daerah dengan otonomi adalah proses peralihan dari sistim
dekonsentrasi ke sistim disentralisasi. Otonomi adalah penyerahan urusan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat oprasional dalam
rangka sistim birokrasi pemerintah.Tijuan otonomi adalah mencapai efisiensi
dan efektifitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak
dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain :
1. Menumbuhkembangkan daerah dari berbagai bidang;
2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
3. Menumbuhkan kemandirian daerah;dan
4. Meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertubuhan.30
Sejalan dengan penyerahan urusan, apabila urusan tersebut akan
menjadi beban daerah, maka akan dilaksanakan melalui asas medebewind
atau asas pembantuan. Proses dari sentralisasi ke desentralisasi ini pada
dasarnya tidak semata-mata desentralisasi administrative, tetapi juga bidang
politik dan social budaya. Dengan demikian pemberian otonomi ini tidak
hanya terjadi pada organisasi/administrasi lembaga pemerintahan daerah saja,
akan tetapi berlaku juga pada masyarakat (publik), badan atau lembaga
swasta dalam berbagai bidang.31
Salah satu unsur Negara Hukum Yang Demokratis adalah pemisahan
kekuasaan dan pembagian kekuasaan.UUD 1945 mengatur kekuasaan dalam
negara dengan mengacu pada pemisahan dan pembagian
kekuasaan.Kekuasaan dipisah-pisahkan menjadi kekuasaan pemerintahan
30
Ibid 31
Ibid
21
negara,kekuasaan membentuk undang undang, kekuasaan kehakiman dan
“kekuasaan lain”.Sebagaimana diketahui bahwa ada tiga prinsip pokok negara
hukum yaitu adanya Undang-Undang Dasar sebagai hukum dasar tertulis
yang mengatur hubungan antara pemerintah dan rakyatnya, adanya
pembagian kekuasaan yang dapat menjamin kemrdekaan kekuasaan
kehakiman dan adanya peemncaran kekuasaan negara dan pemerintahan.
Setelah amandemen yang keempat, Pasal 18 UUD 1945 mengalami
beberapa perubahan. Ketentuan Pemerintahan Daerah selanjutnya diatur
dalam BAB VI yang terdiri dari Pasal 18, 18Adan 18B dengan ketentuan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang.Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas
otonomi dan pembantuan.Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum.Gubernur, Bupati dan Walikota masing-
masing sebagai kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali
urusan pemerintah yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah
diatur dalam undang-undang.32
32
Pasal 18 UUD Tahun 1945
22
Ketentuan pasal 18 A (ayat 1) Undang-undang Dasar Tahun 1945
menyebutkan bahwa hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerahprovinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota diatur dengan undang- undang dengan
memperhatikankekhususan dan keragaman daerah. Pasal 18 A (ayat 2)
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alamdan
sumber daya lainya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerahdiatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah
yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-
undang.Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.33
Berdasarkan konsepsi yang demikian, maka pada dasarnya
kewenangan pemerintahan baik politik maupun administrasi dimiliki
pemerintah pusat.Pemerintah daerah pada hakekatnya tidak mempunyai
kewenangan pemerintahan.Pemerintah daerah baru mempunyai kewenangan
pemerintahan setelah memperoleh penyerahan dari pemerintah pusat.
Dengan adanya amandemen tersebut maka daerah besar dan daerah
kecil menjadi jelas. Daerah besar adalah provinsi sedangkan daerah kecil
adalah kabupaten/kota dan desa atau dengan nama lain. Hal lain yang lebih
33
Pasal 18 B UUD Tahun 1945
23
jelas lagi adalah bahwa penyebutan secara eksplisit, bahwa dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah baik provinsi, kabupaten/kota
berdasarkan asas otonomi dan pembantuan. Yang dimaksud di sini adalah
asas desentralisasi dan medebewind.
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan dengan system
desentralisasi.Dalam negara kesatuan kedaulatan negara adalah tunggal, tidak
tersebar pada Negara-negara lain seperti dalam negara federal.Karena itu,
pada dasarnya sistem pemerintahan dalam negara kesatuan adalah
sentralisasi, atau penghalusanya adalah dekosentrasi.Artinya pemerintah
pusat memegang kekuasaan penuh. Namun karena negara Indonesia sangatlah
luas dan beragam maka penyelenggaraan pemerintahannya tidak
diselenggarakan secara sentralisasi tapi desentralisasi. Dalam UUD Pasal 18
ditegaskan bahwa pemerintah terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang diatur dengan undang-undang.
Negara kesatuan Republik Indonesia adalah merupakan Negara
Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan
Bangsa, Negara, dan Masyarakat yang tertib, bersih, makmur dan
berkeadilan, jadi dapat ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan
Negara Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(Machsstaat).34
34
Penjelasan pembukaan UUD Tahun 1945
24
Sebelum memasuki pembahasan tentang konsep pemerintahan daerah,
terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan istilah
pemerintahan itu sendiri. Syaukani HR, Affan Gaffar dan Ryaas Rasyid
dalam bukunya Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan mengatakan bahwa
pemerintahan adalah kegiatan penyelenggaraan negara guna memberikan
pelayanan dan perlindungan bagi segenap warga masyarakat, melakukan
pengaturan, mobilisasi semua sumber daya yang diperlukan, serta membina
hubungan baik di dalam lingkungan negara ataupun dengan Negara lain. Di
tingkat lokal tentu saja membina hubungan dengan pemerintahan nasional
dan pemerintahan daerah yang lainya.35
Definisi tersebut tampak masih sangat umum, sehingga sulit untuk
menentukan maksud dari kegiatan penyelenggaraan negara yang mana atau
siapa yang dimaksud dengan pemerintahan nasional.Oleh karena itu, mereka
menambahkan bahwa arti pemerintahan tersebut termuat dalam dua bentuk,
yaitu pemerintahan dalam arti luas dan pemerintahan dalam arti
sempit.Pemerintahan dalam arti luas menyangkut kekuasaan bidang legislatif,
eksekutif dan yudikatif.C. Van Vollenhoven berpendapat bahwa tugas
pemerintahan dalam arti luas terbagi dalam empat fungsi yaitu pembentuk
undang- undang, pelaksana atau pemerintahan (bestuur), polisi dan keadilan.
Negara dalam menjalankan kekuasaannya mempunyai alat untuk
mengatur yang disebut Pemerintah (Government) atau disebut
Administrasi.Sementara itu, konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan Negara 35
Syaukani HR., Afan Gaffar dan Ryas Rasyid, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan,
Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal 233
25
adalah menyelenggarakan ketertiban Hukum, drngan berdasarkan dan
berpedoman pada Hukum. Dalam Negara Hukum segala kekuasaan dari alat–
alat pemerintahannya didasar kan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali
harus tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah yang berkuasa dalam
Negara itu. (Government not by man but by law = the rule of law)36
Dalam penyelenggaraan pemerintahan di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia, ada beberapa asas yang digunakan yaitu : desentralisasi,
dekosentrasi dan tugas pembantuan.
a. Desentralisasi
Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul
kepermukaan sebagi paradikma baru dalam kebijakan dan administrasi
pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap
disentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan
terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemetaan tetapi
juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang
kompleks dan penuh ketidak pasatian yang tidak mdah dikendalikan dan
direncanakan dari pusat. Karena itu dengan penuh keyakinan para
pelopor desentralisasi mengajukan sederet panjang alasan dan argumen
tentang pentingnya desentralisasi dalam perencanaan dan administrasi di
negera dunia ketiga.37
36
Abdul Rahman,SH,MH.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA.USU.Diktat
(Medan hal :17) 37
Allen dalam Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah (reformasi perencanaan,
strategi, dan peluang,Erlangga, Jakarta, 2004, Hal. 3
26
Ada beberapa pengertian mengenai desentralisasi.Lemans38
membedakan dua macam desentralisasi yaitu representative local
government dan field administration.Maddick mendefinisikan
desentralisasi sebagai proses dekonsentrasi dan devolusi. Devolusi adalah
penyerahan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu kepada
pemerintah daerah, sedangkan dekonsentrasi merupakan pendelegasian
wewenang atas fungsi-fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang
tinggal di luar kantor pusat. 39
Sentralisasi atau desentralisasi sebagai suatu sistim administrasi
pemerintahan, dalam banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses
pertumbuhan suatu Negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia
mengalami pasang surut seiring dngan perubahan konstalasi politik yang
melakat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa.40
Keberadaan dan pelaksanaan desentralisasi di Indonesia
menjadipenting ketika kekuasaan pusat menyadari semakin sulit untuk
mengendalikan sebuah negara secara penuh dan efektif.41
Desentralisasi
sendiri berasal dari bahasa latin yaitu de yang berarti lepas dan Centrum
yang berarti pusat. Dengan demikian maka desentralisasi berarti melepas
38
Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah (reformasi perencanaan, strategi, dan
peluang,Erlangga, Jakarta, 2004, Hal. 3 39
Ibid 40
Ibid 41
Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia : Studi tentang Interaksi Politik dan
Kehidupan Ketetanegaraan, Rineka Cipta Cipta, Jakarta, 2000, hal.66
27
atau menjauh dari pusat.Hoogerwerf sebagaimana dikutip oleh
Sarundajang mengemukakan bahwa.42
“Desentralisasi adalah sebagai pengakuan atau
penyerahan wewenang oleh badan - badan umum yang
lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah
yang secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sendiri mengambil keputusan pengaturan
dan pemerintahan, serta struktur kewenangan yang terjadi
dari hal itu”
Desentralisasi sebagai asas penyelenggaraan pemerintahan negara
kesatuan menurut Van Der Pot adalah dalam arti desentralisasi teritorial
dan desentralisasi fungsional.Desentralisasi teritorial menjelma dalam
bentuk badan yang didsarkan pada wilayah dan berbentuk otonom,
sedangkan desentralisasi fungsional menjelma dalam bentuk badan-
badan yang didasarkan pada tujuan tertentu.43
Dalam Pasal 1 butir 7 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam Sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi Daerah sebagai wujud pelaksanaan asas desentralisasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang digulirkan oleh Pemerintah
sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat, pada hakekatnya merupakan
penerapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan
negara secara vertikal. Dalam konteks ini, kekuasaan akan terbagi antara
42
Amin Rahmanurrasyid, Akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggung jawaban
pemerintahan Daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, (tesis tahun 2008), Hal. 47 43
Ibid
28
pemerintah pusat di satu pihak dan pemerintah daerah di lain pihak, yang
secara legal konstitusional tetap dalam kerangka negara kesatuan
republik Indonesia. Kondisi ini membawa implikasi terhadap perubahan
paradigma pembangunan yang dewasa ini diwarnai dengan isyarat
globalisasi. Konsekuensinya, berbagai kebijakan publik dalam kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik menjadi bagian dari
dinamika yang harus direspons dalam kerangka proses demokratisasi,
pemberdayaan masyarakat dan kemandirian lokal.
Kebijakan desentralisasi dan terjadinya reformasi pemerintahan
yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya pergeseran
paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari paradigma sentralistis
kearah desentralisasi riel yang ditandai dengan pemberian otonomi yang
luas dan nyata pada Daerah.Pemberian otonomi ini dimaksudkan
khususnya untuk lebih memandirikan Daerah serta pemberdayaan
masyarakat (empowering).
Implikasi reformasi diatas diikuti dengan perubahan kebijakan
Pemerintah diberbagai bidang antara lain yang mengatur desentralisasi
dan otonomi Daerah, perimbangan keuangan, KKN dan pelayanan
masyarakat serta akuntabilitas yaitu seperti UU 28/1999, dan UU
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
b. Dekosentrasi
Dekonsentrasi merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-
fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal diluar kantor
29
pusat. Dalam konteks ini yang dilimpahkan adalah wewenang
administrasi belaka bukan wewenang politis.Wewenang politis tetap
dipegang oleh pemerintah pusat.44
Rondinelli menjelaskan bahwa dekosentrasi adalah penyerahan
sejumlah kewenangan atau tanggungjawab administratif kepada cabang
departemen atau badan pemerintahan yang lebih rendah.45
Walfer menjelaskan bahwa dekosentrasi adalah pelimpahan
wewenang pada pejabat atau kelompok pejabat yang diangkat oleh
pemerintah pusat dalam wilayah administrasi.Sedang Henry Maddick
menjelaskan dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang untuk
melepaskan fungsi-fungsi tertentu kepada pejabat pusat yang berada di
luar kantor pusat. Oleh karena itu dekosentrasi hanya menciptakan local
state government atau field administration/ wilayah administrasi.46
Sedangkan tentang ciri dari dekosentrasi, Smith sebagaimana
dikutip oleh Hanif Nurcholis menyebutkan sebagai berikut :
1. Pelimpahan wewenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu
yang dirinci dari pemerintah pusat kepada pejabatpemerintah pusat
yang ada di daerah;
2. Penerima wewenang adalah pejabat pemerintah pusat yangada di
daerah;
3. Tidak mencakup kewenangan untuk menetapkan kebijakandan
wewenang yang mengatur;
44
Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah (reformasi perencanaan, strategi, dan
peluang,Erlangga, Jakarta, 2004, Hal. 3 45
Amin Rahmanurrasyid, Akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggung jawaban
pemerintahan Daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, (tesis tahun 2008), Hal. 49 46
Ibid
30
4. Tidak menciptakan otonomi dan daerah otonom tetapimenciptakan
wilayah administrasi;
5. Keberadaan field administration berada di dalam hirarki organisasi
pemerintah pusat;
6. Menunujukan pola hubungan kekuasaan intra organisasi;
7. Menciptakan keseragaman dalam struktur politik.
Dalam dekosentrasi yang dilimpahkan hanya kebijakanadministrasi
saja, sedangkan kebijakan politiknya tetap berada pemerintahpusat. Oleh
karena itu pejabat yang diserahi pelimpahan wewenangtersebut adalah
pejabat yang mewakili pemerintah pusat di wilayah kerja masing-masing
atau pejabat pusat yang ditempatkan di luar kantorpusatnya. Pejabat
tersebut adalah pejabat pusat yang bekerja di daerah,yang bersangkutan
diangkat oleh pemerintah pusat, bukan dipilih olehrakyat yang dilayani.
Oleh karena itu , pejabat tersebut bertanggungjawabkepada pejabat yang
mengangkatnya. Konsekuensinya, pejabat daerah yang dilimpai
wewenang bertindak atas nama pemerintah pusat.47
Dalam Pasal 1 butir 8 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa dekosentrasi adalah
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wialyah tertentu.
47
Op.cit Hal. 50
31
2.6 Pengertian Hukum dan Tindak Pidana Korupsi
Pengertian Hukum
Hampir semua ahli Hukum yang berpendapat atas definisi tentang
Hukum, dengan perbedaan-perbedaan pendapat ini, setidak-tidaknya untuk
sebagian, dapat diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk, serta kebesaran
Hukum.Hukum banyak seginya dan demikian luasnya, sehingga tidak
mungkin orang menyatukannya dalam satu rumus secara memuaskan.
Lagi pula, pada umumnya definisi ada ruginya, yakni ia tidak dapat
mengutarakan keadaan sebenarnya banyak sisinya, berupa-rupa dan anti-
berganti, sedangkan definisi, karena ia menyatakan segala-galanya dalam satu
rumus, harus mengabaikan hal yang berupa-rupa dan yang banyak bentuknya.
Sebagaimana uraian Prof. Mr. Dr. L. J. Van Apeldoorn dapat dipahami
mengenai pandangannya terhadap hukum, yakni: Hukum hingga saat ini
belum mempunyai definisi tunggal dan memuaskan semua displin ilmu;
minimal disiplin ilmu hukum dan para pemikirnya. Akan tetapi dalam kaitan
ini para ahli hukum harus memiliki pegangan tentang difinisi hukum,
meskipun definisi hukum tersebut beraneka ragam menurut disiplin ilmu
masing-masing. Prof. Mr. Dr. L. J. Van Apelldoorn dalam buku nya juga
mengutip beberapa definisi tersebut yakni :
a. Capitant
Hukum adalah keseluruhan daripada norma-norma yang secara mengikat
hubungan yang berbelit-belit antara manusia dalam masyarakat.
32
b. C. Utrecht
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yaitu yang berisi perintah-
perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat dan karena itu
harus ditaati oleh masyarakat itu.
c. Roscoe Pound
Hukum adalah sekumpulan penuntun yang berwibawa atau dasar-dasar
ketetapan yang dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu teknik yang
berwenang atas latar belakang cita-cita tentang ketertiban masyarakat dan
hukum yang sudah diterima.
d. Aristoteles
“Particular law is that which eachommunity lays down and applies ti its
own members. Universal law is the law of nature“.
e. Grotius
“Law is a rule of moral action obliging to that which is right”.
f. Hobbes
“Where as law, properly is the word of him, that by right had command
over others”.
g. Prof. Mr. Dr. C. Van Vollenhoven
“Recht is een verschijnsel in rusteloze wisselwerking van stuwen
tegenstuw”.
Mr. E. M. Meyers dalam bukunya “De Algemene begrippen van het
Burgerlijk Recht”.
33
“Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang
menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa Negara dalam melakukan
tugasnya”.48
Pengertian Tindak Pidana
Sedangkan menurut Soedjono Dirdjosisworo, yakni: Melihat gejala
seperti yang dicontohkan di atas dapatlah dirumuskan : “Hukum adalah
gejala sosial, ia baru berkembang didalam kehidupan manusia bersama.
Ia tampil dalam menserasikan pertemuan antar kebutuhan dan
kepentingan warga masyarakat, baik yang sesuai ataupun yang saling
bertentangan. Hal ini selalu berlangsung karena manusia senantiasa hidup
bersama dalam suasana saling ketergantungan.49
D. Simmons sebagaimana dikutip oleh Sudarto50
menyebut tindak
pidana dengan sebutan Straf baar Feit sebagai, Een strafbaar gestelde
onrecht matige, met schuld verbandstaande van een teori keningsvat
baar person. Menurut Simmons tindak pidana terbagi atas dua unsur
yakni:
a. Unsur obyektif terdiri dari:
1) Perbuatan orang.
2) Akibat yang kehilangan dari perbuatan tersebut.
3) Keadaan tertentu yang menyertai perbuatan tersebut
48
C.S.T Kansil, SH,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal : 35-36. 49
Soedjono Dirdjosisworo,SH,Op.Cit,hal : 5-6. 50
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hal 14.
34
b. Unsur subyektif:
1) Orang yang mampu untuk bertanggung jawab.
2) Adanya kesalahan yang mengiringi perbuatan.
Pengertian Korupsi
Korupsi di Indonesia mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan.
Korupsi menyerang dan bersarang di institusi negara dalam berbagai
tingkatan pemerintahan, baik pusat maupun daerah.Tak terhitung
kerugian yang ditanggung bangsa ini atas kejahatan korupsi.Efek
destruktifnya merenggut hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat,
menggerogoti kesejahteraan dan demokrasi, merusak hukum serta
melemahkan pembangunan.Sudah banyak kasus korupsi diungkap,
banyak pula koruptor yang diadili dan dijebloskan ke penjara, namun
praktik korupsi terus terjadi.
1. Penyelenggaraan Negera Yang Bersih Dari Korupsi
Secara umum pengawasan dalam lingkup aparatur pemerintah
bertujuan agar terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan
berwibawa yang didukung oleh suatu sistim manajemen pemerintah
yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi
masyarakat yang konstruktif dan tertib dalam wujud pengawasan
masyarakat yang obyektif, serta bertanggung jawab. Selain itu,
pengawasan bertujuan gar terselenggaranya tertib administrasi
dilingkungan aparatur pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang