bab ii kajian teoritis dan hipotesis 2.1 hakikat belajar...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Hakikat Belajar, Hasil Belajar dan Retensi Belajar
2.1.1 Hakikat Belajar
Hakikat belajar adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang
setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah dan Zain, 2006: 38).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan
dengan berbagai bentuk, seperti dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya kreasi, daya
penerimaan, dan lain-lain yang ada atau terjadi pada individu tersebut (Sudjana,
2009: 28).
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Jadi belajar bukan
suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Siswa akan
mendapat pengalaman dengan menempuh langkah-langkah atau prosedur yang
disebut belajar (Hamalik, 2003 dalam Ariyani 2006: 7).
Berdasarkan definisi belajar dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang dijalani oleh seseorang sehingga
mengakibatkan terjadi perubahan yang relatif menetap pada dirinya. Perubahan ini
dapat dilihat dalam bentuk perubahan tingkah laku, sifat, pengetahuan
pemahaman, keterampilan, kemampuan, daya kreatif dan lain sebagainya yang
8
kesemuanya terangkum dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dijadikan patokan atau tolak
ukur bagi guru untuk menilai berhasil tidaknya sistem pembelajaran yang
diberikan yang selanjutnya akan diberikan dalam proses pembelajaran (Sudjana,
2009: 22).
Hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga ranah, yaitu: (a) Ranah
Kognitif (intelektual yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi); (b) Ranah Afektif (sikap yaitu penerimaan, jawaban/reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi); (c) Ranah Psikomotorik (keterampilan
dan kemampuan bertindak yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,
dan gerakan ekspresif dan interpretatif).
Untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan, ada dua faktor yang dapat
mempengaruhinya, yaitu: (a) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan dan kesiapan); dan (b) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar
individu/lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Sudjana, 2009: 39-
40).
9
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar secara umum
adalah kemampuan pada siswa baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar siswa pada
ranah psikomotorik dapat diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keterampilan
siswa ketika melakukan percobaan atau eksperimen, sedangkan untuk hasil belajar
siswa pada ranah kognitif/afektif dapat diperoleh dari hasil angket/tes. Hasil
belajar siswa khususnya pada materi hidrokarbon pada ranah psikomotorik dapat
dilihat dari keterampilan siswa ketika membuat struktur suatu senyawa dengan
menggunakan molymod, sedangkan pada ranah kognitif/afektif dapat dilihat dari
skor capaian yang diperoleh siswa setelah menerima materi dengan strategi
pembelajaran inkuiri dan menjawab tes.
2.1.3 Retensi (Daya Ingat)
Retensi adalah kemampuan siswa mengingat materi yang telah diajarkan
oleh guru pada rentang waktu tertentu. Retensi mengacu pada tingkat dimana
materi yang dipelajari masih melekat dalam ingatan. Ilmuan yang pertama kali
meneliti tentang retensi adalah Ebinghaus pada tahun 1885. Hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi yang menunjukkan bahwa
retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa atau
berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar
berlangsung, (Pikoli, 2011: 16-17).
Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahapan
ini, retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang
10
diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase menerima informasi). Dalam
tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran siswa.
Winkel (dalam Pikoli, 2011) menggambarkan tahapan proses tersebut
terjadi dengan urutan sebagai berikut: (a) Siswa menerima ransangan dari
reseptor; (b) Ransangan yang masuk ditampung dalam sensori register dan
diseleksi sehingga membentuk suatu kebulatan perseptual; (c) Pola perseptual
tersebut masuk ke dalam ingatan jangka pendek (Short Term Memory/STM) dan
tinggal disana selama 20 detik, kecuali bila informasi tersebut ditahan lebih lama
melalui proses penyimpanan; (d) Penampungan hasil pengolahan informasi yang
berada dalam STM dan menyimpannya dalam ingatan jangka panjang (Long
Term Memory/LTM) sebagai informasi yang siap pakai sewaktu-waktu pada saat
diperlukan; (e) Pada saat diperlukan siswa menggali informasi yang telah
dimasukkan dalam LTM untuk dimasukkan kembali ke dalam STM.
Dengan melihat proses internal yang terjadi dalam siswa, maka fase ke 3
dan ke 4 dimana ingatan dimasukkan dan ditahan dalam STM dan kemudian
dimasukkan ke dalam LTM merupakan proses yang amat penting bagi retensi.
Berdasarkan tahapan proses di atas, maka tidak mengherankan jika banyak para
ilmuan di bidang pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran memegang
peranan penting terhadap retensi hasil belajar siswa. Menurut Semb dan Elis
(dalam Salila, 2009: 14) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi LTM terhadap pengetahuan yang telah dipelajari dalam kelas
adalah tingkat dari materi yang dipelajari, tugas yang harus dipelajari,
strategi/metode pembelajaran, dan perbedaan individual.
11
a. Jenis-Jenis Ingatan
1) Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memory)
Ingatan jangka pendek adalah suatu proses aktif yang berlangsungnya
terbatas, tidak meninggalkan bekas. Dalam menerima informasi otak manusia
menjalankan prosedur penerimaan informasi, pengalaman atau pengetahuan
yang diterima pertama kali disimpan pada ingatan jangka pendek, ingatan
jangka pendek ini menerima dan menseleksi informasi tersebut untuk dibuang
atau disimpan. Satu cara untuk menyimpan informasi ke dalam ingatan
jangka pendek adalah berpikir tentang informasi itu atau mengatakan
berulang-ulang.
Bentuk belajar jangka pendek yang paling sederhana disimpan dalam
perubahan fisik dalam reseptor perifer yang sifatnya sementara. Riset tentang
penyimpanan jangka pendek menunjukkan bahwa orang dengan mudah akan
melupakan sesuatu atau materi yang pernah diindera setelah rentang kira-kira
30 detik, kecuali banyak dilatih. Suatu pemrosesan informasi meliputi
bagaimana informasi itu dikodekan, ditranformasikan, diasosiasikan,
disimpan, dijaga, ditimbulkan lagi, dan dilupakan. Informasi di short term
memory (STM) atau ingatan jangka pendek dikodekan secara akustik dan
dapat disimpan dalam bentuk suara, arti, atau penampilan fisik.
2) Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam
ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup (kenang-
kenangan seseorang tentang masa kanak-kanaknya). Ingatan jangka panjang
12
dapat menyimpan informasi mulai dari beberapa menit sampai beberapa
tahun. Kapasitas simpanan hampir tidak terbatas. Informasi yang disimpan
disini sudah berupa kesan atau konsep.
Pada ingatan jangka panjang mudah terjadi kekeliruan dalam
pengingatan kembali. Hal ini disebabkan karena banyaknya informasi yang
tersusun di dalam ingatan jangka panjang. Selain itu terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap penyimpanan informasi dimemori jangka
panjang, yaitu: (a) Untuk keselamatan hidup: Informasi yang memiliki nilai
penting untuk keselamatan hidup akan segera disimpan dalam memori jangka
panjang sehingga daya ingat kita menjadi sangat tinggi. Contohnya saja kita
tentu tidak akan setiap hari harus belajar bahwa memegang setrika yang panas
akan mengakibatkan kita menjadi luka. Informasi seperti ini cukup satu kali
saja dipelajari, karena akan langsung tersimpan dalam memori jangka
panjang; (b) Muatan emosi yang kuat. Jika informasi atau pengalaman
memiliki muatan emosi yang kuat, hal ini akan mengaktifkan amygdala
(bagian dari sistem limbic (otak mamalia)). Amygdala ini berhubungan
dengan jenis pengalaman yang bermuatan emosi, baik itu emosi positif
ataupun negatif.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Ingatan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinarja ingatan, diantaranya adalah:
1) Faktor usia
Kebanyakan orang merasakan perubahan daya ingat saat mereka
bertambah usia. Hal ini dialami karena saat kondisi tubuh kita mulai menurun
13
kinerja otak juga demikian. Ingatan aktif mereka cenderung menurun lebih
dulu karena lobus depan otak merupakan bagian pertama yang melemah.
2) Faktor Fisik
Berkurangnya pendengaran dan penglihatan dapat mempengaruhi fungsi
ingatan karena penurunan pada kedua indera tersebut dapat menghambat
penyerapan informasi secara efektif dan efisien.
3) Faktor makanan
Makanan yang dikonsumsi merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Pola makanan yang kaya akan buah dan sayuran membantu melindungi otak
dan mampu mempertahankan daya ingat. Makanan tersebut juga dapat
membantu menaikan tingkat dopamin, yaitu zat kimia penting dalam otak
yang berhubungan dengan ingatan dan mood. Zat ini terkandung dalam buah
beri, wortel, ubi jalar, selada air, dan kacang-kacangan.
4) Faktor stres
Kondisi pikiran, mental dan emosi yang tidak mendukung, seperti sters.
Dalam stres yang kadarnya pas, stres positif justru akan membantu dalam
peningkatan daya ingat kita, namun jika stres yang berlebih akan sangat
menghambat.
c. Upaya meningkatkan kemampuan ingatan
Menurut Shaleh (dalam Amaliah, 2011: 27) beberapa upaya meningkatkan
kemampuan daya ingat diantaranya:
14
1) Retrieval (pengulangan). Informasi yang diulang-ulang akan sering
diingat. Untuk salah satu strategi meningkatkan kemampuan memori
adalah mengulang-ulang kembali.
2) Informasi yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal lain.
Konteks (peristiwa, tempat, nama, perasaan tertentu) memegang peranan
penting.
3) Mengorganisasi informasi sedemikian rupa sehingga dapat diingat kembali
(jembatan keledai andal = analisis dampak lingkungan)
2.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
2.2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi
pembelajaran ini dinamakan strategi heuristic yang berarti saya menemukan
(Sanjaya, 2006: 196).
Model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan
menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut (Trowbridge dalam Deci,
2010: 8).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri
adalah suatu proses pembelajaran yang mengupayakan siswa untuk dapat mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dihadapinya mulai
15
dari memecahkan masalah, merencanakan hipotesis, merancang eksperimen,
mengumpul dan menganalisis data, sampai pada langkah terakhir yaitu menarik
kesimpulan dari masalah-masalah tersebut. Jadi, melalui strategi inkuiri ini siswa
terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan guru sehingga siswa akan terbiasa bersikap ilmiah dalam menyelesaikan
suatu permasalahan.
2.2.2 Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006: 199-201) ada 5 prinsip yang harus diperhatikan
oleh setiap guru dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran inkuiri bukan
ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan
tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
Makna “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir
adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti. Oleh
sebab itu, setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang
dapat ditemukan.
2. Prinsip Interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi. Guru perlu
16
mengarahkan (directing) agar siswa mampu mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui interaksi mereka.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian
dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam
setiap langkah inkuirisangat diperlukan, apakah itu bertanya hanyasekedar
meminta perhatian siswa, bertanya melacak, bertanya untuk mengembangkan
kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya
memanfaatkan otak kiri, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”.
Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh
pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat
mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
17
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas
guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukannya.
2.2.3 Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan Strategi
Pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Sanjaya
2006) :
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi
ini adalah: (a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa; (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan; (c)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki
18
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantaranya: (a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa
akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji; (b) Masalah yang dikaji adalah
masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru
perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang jawabannya
sudah ada, hanya perlu mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti; (c)
Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui
terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah dikaji lebih jauh melalui
proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki
pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
19
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu,
tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi
yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
20
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada materi Hidrokarbon dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Sintaks Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Materi Hidrokarbon
Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Orientasi Menjelaskan topik, tujuan,
dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai
siswa pada materi
hidrokarbon.
Menjelaskan pokok-pokok
kegiatan yang harus
dilakukan siswa untuk
mencapai tujuan
(memperkenalkan langkah-
langkah pembelajaran
inkuiri).
Memperhatikan dan
mencatat informasi dari
guru
Merumuskan
Masalah Meminta siswa untuk dapat
merumuskan permasalahan
utama yang perlu dibahas
pada materi yang akan
dipelajari.
Merumuskan
permasalahan utama yang
perlu dibahas pada materi
yang akan dipelajari.
Merumuskan
Hipotesis Membimbing siswa untuk
dapat merumuskan jawaban
sementara atau
kemungkinan jawaban
rumusan masalah.
Merumuskan jawaban
sementara atau
kemungkinan jawaban
dari rumusan masalah.
Mengumpulkan
Data Mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi
dari berbagai sumber yang
relevan dengan
permasalahan (materi
Hidrokarbon).
Berpikir dan mencari
informasi yang relevan
untuk menjawab rumusan
masalah.
Menguji
Hipotesis Memberi kesempatan pada
siswa untuk
mengembangkan
kemampuan berpikir
rasional tentang kebenaran
hipotesis yang telah dibuat
sebelumnya.
Mempertanggungjawabka
n kebenaran hipotesis
berdasarkan data relevan
yang ditemukan.
Merumuskan Memotivasi dan Mendeskripsikan temuan
21
Kesimpulan membimbing siswa untuk
mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis.
yang diperoleh
berdasarkan hasil
pengujian hipotesis
(kesimpulan).
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sanjaya (2006: 208-209) mengemukakan bahwa dalam penerapannya,
strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun
keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1. Keunggulan
SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (a) Strategi
Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna; (b) Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; (c) Strategi
Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman; (d) Keuntungan lain
adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
22
2. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, Strategi Pembelajaran Inkuiri juga
mempunyai kelemahan, diantaranya: (a) Jika Strategi Pembelajaran Inkuiri
digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa; (b) Strategi ini sulit dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar; (c)
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan; (d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka Strategi Pembelajaran
Inkuiri akan sulit diimplementasikan ole setiap guru.
2.3 Strategi Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan
tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui
sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses
pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa
pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang lebih
banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih
pasif sebagai “penerima” ilmu (Ujang Sukandi dalam Riyanti, 2012).
Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah: (a) Pembelajaran
berpusat pada guru; (b) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran;
(c) Terjadi pembelajaran pasif (passive learning); (d) Interaksi di antara siswa
23
kurang; (e) Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif (Juliantara, 2009 dalam
Riyanti, 2012).
Pembelajaran konvensional juga memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu
sebagai berikut:
a) Keunggulan
Adapun keunggulan dari strategi pembelajaran konvensional adalah
sebagai berikut: (1) Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat
lain; (2) Menyampaikan informasi dengan cepat; (3) Membangkitkan minat akan
informasi; (4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan
mendengarkan; (5) Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
b) Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran konvensional
juga memiliki kelemahan sebagai berikut: (1) Tidak semua siswa memiliki cara
belajar terbaik dengan mendengarkan; (2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga
agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari; (3) Para siswa tidak
mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu; (4) Penekanan sering hanya
pada penyelesaian tugas; (5) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena
bersifat menghafal (Astuti, 2010 dalam Riyanti, 2012).
Implementasi dari strategi konvensional yang selalu digunakan oleh guru
pada proses pembelajaran dalam kelas adalah dengan menggunakan metode
ceramah. Dalam hal ini, perbedaan yang mendasar antara metode ceramah dengan
strategi pembelajaran inkuiri terletak pada langkah-langkah pembelajarannya.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
24
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri dan Konvensioanal (Ceramah)
Inkuiri Konvensional (ceramah)
Orientasi
- Menjelaskan topik, tujuan dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai
siswa.
-Menjelaskan pokok-pokok kegiatan
siswa (memperkenalkan langkah-
langkah pembelajaran inkuiri).
Persiapan
- Merumuskan tujuan yang ingin
dicapai.
-Menentukan pokok-pokok materi
yang akan diceramahkan.
-Mempersiapkan alat bantu.
Merumuskan Masalah
- Membimbing siswa untuk dapat
merumuskan masalah utama yang
perlu dibahas pada materi.
Pembukaan
-Meyakinkan siswa untuk dapat
memahami tujuan yang akan
dicapai.
- Apersepsi; menghubungkan materi
pelajaran yang lalu dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan.
Merumuskan Hipotesis
- Membimbing siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara
dari rumusan masalah.
Penyajian
- Penyampaian materi pembelajaran
dengan cara bertutur.
- Selama pemberian materi, guru
harus menjaga perhatian siswa agar
tetap terarah pada materi
pembelajaran yang sedang
disampaikan.
Mengumpulkan Data
- Ssiwa mencari informasi dari
berbagai sumber yang relevan
dengan permasalahan.
Menutup Ceramah
- Membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan atau merangkum
materi yang baru saja dipelajari.
-Melakukan evaluasi untuk dapat
mengetahui kemampuan siswa.
Menguji Hipotesis
-Menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh
dari pengumpulan data.
Merumuskan Kesimpulan
-Mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis.
25
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyda Safrida Ariyani dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia melalui Model Pembelajaran dengan
Pendekatan IBL (Inquiry-Based Learning) pada Kelas XI SMA 12 Semarang”.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan
pendekatan IBL pada mata pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan sistem
koloid dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA 12 Semarang.
Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa. Sebelum
penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL nilai rata-rata kognitif
siswa 47.61 dengan ketuntasan 27.91% dan setelah penerapan model
pembelajaran dengan pendekatan IBL menjadi 77.42 dengan ketuntasan klasikal
83.72% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 86.89 dengan ketuntasan
klasikal 100% pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 89.77 dengan
ketuntasan klasikal 100% pada siklus III. Hasil belajar afektif siswa mengalami
peningkatan dari 72.31 pada siklus I, 77 pada siklus II, dan 80.39 pada siklus III.
Sedangkan hasil belajar psikomotorik siswa juga mengalami peningkatan dari
siklus I, siklus II, dan siklus III, berturut-turut nilai rata-ratanya adalah 72.09;
76.31; dan 78.78.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutarsih, Suripto, dan Mohamad Chamdani
yang berjudul “Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Peningkatan
Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SD”. Hasil yang dapat
disimpulkan bahwa penerapan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri yang
tepat dapat meningkatkan pembelajaran Matematika kelas V SDN Wonosigro dan
26
penggunaan strategi pem-belajaran inkuiri dapat meningkatkan pembelajaran
Matematika siswa kelas V SDN Wonosigro, hal ini ditunjukkan oleh hasil ketuntasan
belajar siswa yang meningkat pada setiap siklus.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Manik Hermawati yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Biologi dan
Sikap Ilmiah Siswa SMA ditinjau dari Minat Belajar Siswa”. Hasil penelitian yang
dapat disimpulkan adalah terdapat perbedaan penguasaan konsep biologi dan sikap
ilmiah siswa antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan siswa
yang mengikuti model pembelajaran langsung (F= 9,264, p= 0,001 < 0,05). Rata-rata
skor penguasaan konsep biologi pada pembelajaran dengan strategi inkuiri lebih
tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung yaitu 24,24 > 21,34.
2.5 Kerangka Berpikir
2.5.1 Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar
Pada proses pembelajaran, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar adalah penggunaan strategi pembelajaran dalam kelas. Metode
pembelajaran yang masih konvensional seperti metode ceramah masih banyak
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Metode ini menjadikan
guru sebagai sumber belajar sehingga siswa cenderung lebih pasif. Guru lebih
banyak berbicara sementara siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat hal-
hal yang dianggap penting. Berdasarkan hal ini maka sangat diperlukan inovasi
dalam pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru sehingga proses
belajar dapat berlangsung efektif dan menyenangkan.
27
Salah satu cara menanggulanginya adalah melalui penerapan strategi
pembelajaran inkuiri. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara menerapkan langkah-
langkah pelaksanaan strategi pembelajaran inkuiri dimulai dari orientasi,
kemudian merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis dan yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan. Keenam
tahap ini dalam pelaksanaannya lebih banyak melibatkan siswa secara aktif
(intelektual dan emosional) dalam proses pembelajaran di kelas sehingga
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dapat terwujud. Terwujudnya
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar
mereka nantinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan langkah-langkah
strategi pembelajaran inkuiri dengan baik akan dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa.
2.5.2 Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri terhadap Retensi Pengetahuan Siswa
Penerapan strategi pembelajaran yang baik dan benar, selain dapat
mempengaruhi hasil belajar juga dapat mempengaruhi retensi (daya ingat)
pengetahuan siswa setelah menerima pelajaran. Salah satu strategi pembelajaran
yang diyakini dapat mempengaruhi retensi pengetahuan siswa adalah strategi
pembelajaran inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari penerapan tahap-tahap
pembelajaran inkuiri yang melibatkan keaktifan siswa sehingga dapat melatih
siswa untuk memahami materi dengan waktu yang cepat dan dapat mengingatnya
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini juga dapat diterapkan pada materi
hidrokarbon pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto.
28
Berdasarkan pendapat ini maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar dan retensi pengetahuan siswa.
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Terdapat pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar dan
retensi pengetahuan hidrokarbon siswa kelas X dengan menjadikan hasil pre-
tes sebagai covariatnya.
2) Terdapat pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar dan
retensi pengetahuan hidrokarbon siswa kelas X dengan menjadikan hasil pre-
tes sebagai covariatnya.