bab ii tinjauan pustaka a. i. teknik relaksasi nafas dalam...

39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teknik Relaksasi I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1. Definisi Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi nafas dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah. Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan tindakan yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau merasa ragu. Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan 9

Upload: buidien

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teknik Relaksasi

I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam

1. Definisi

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002).

2. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi

nafas dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah.

Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan

tindakan yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau

merasa ragu.

Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan

dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik

maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

10

menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan

oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah

dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa

cemas.

3. Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan

Nyeri

(Gambar 2.1)

Sumber: Prasetyo, 2010

4. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah

pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah

diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen

Pembedahan

Teknik

Relaksasi

Nafas Dalam

Rasa Nyeri Post

Operasi

↓ Hormone

Adrenalin

Memberikan

Rasa Tenang Meningkatkan

Konsentrasi

Mempermudah

Mengatur Pernafasan

↑ Oksigen

Dalam Darah

Mengurangi

Detak Jantung

↓ Tekanan Darah Nyeri

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

11

bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi

(Priharjo, 2003).

Lebih lanjut Priharjo (2003) menyatakan bahwa adapun

langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

a. Usahakan rileks dan tenang.

b. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3,

kemudian tahan sekitar 5-10 detik.

c. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.

d. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi

melalui mulut secara perlahan-lahan.

e. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang.

f. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teknik Relaksasi Nafas

Dalam terhadap Penurunan Nyeri.

Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan

intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu (Smeltzer dan Bare, 2002) :

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme

yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah

ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik.

b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh

untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

12

Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh teknik

relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan

relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan,

maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara

stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon

kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress

seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat

klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur.

Hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan kadar PaCO2 dan

akan menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan kadar

oksigen (O2) dalam darah (Handerson, 2005).

II. Teknik Distraksi

1. Definisi

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain

sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).

2. Tujuan dan Manfaat Teknik Distraksi

Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi

keperawatan adalah untuk pengalihan atau menjauhkan perhatian

klien terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya rasa nyeri.

Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang

yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa

berada pada situasi yang lebih menyenangkan (Widyastuti, 2010).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

13

3. Prosedur Teknik Distraksi

Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain :

a. Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).

b. Distraksi pendengaran

Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik

air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik

yang tenang, seperti musik klasik. Klien diminta untuk

berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan

untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti

bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).

c. Distraksi pernafasan

Cara pertama, yaitu bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk

memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata, lalu

lakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu

sampai empat (dalam hati), kemudian menghembuskan nafas

melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai

empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada

sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan,

lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. Cara

kedua, yaitu bernafas ritmik dan massase, instruksikan klien untuk

melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

14

lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri

dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri

(Widyastuti, 2010).

d. Distraksi intelektual

Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki

silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur),

seperti mengumpulkan perangko atau menulis cerita. Pada anak-

anak dapat pula digunakan teknik menghitung benda atau barang

yang ada di sekeliling.

e. Teknik sentuhan

Distraksi dengan memberikan sentuhan pada lengan, mengusap,

atau menepuk-nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan

sebagai tindakan pengalihan atau distraksi. Tindakan ini dapat

mengaktifkan saraf lainnya untuk menerima respons atau teknik

gateway control. Teknik ini memungkinkan impuls yang berasal

dari saraf yang menerima input sakit atau nyeri tidak sampai ke

medula spinalis sehingga otak tidak menangkap respons sakit atau

nyeri tersebut. Impuls yang berasal dari input saraf nyeri tersebut

diblok oleh input dari saraf yang menerima rangsang sentuhan

karena saraf yang menerima sentuhan lebih besar dari saraf nyeri.

(Widyastuti, 2010).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

15

III. Imajinasi Terbimbing

1. Definisi

Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan

untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan

damai. Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu

teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar

untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan

keheningan (National Safety Council, 2004).

2. Manfaat Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing merupakan salah satu jenis dari teknik relaksasi

sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat

dari teknik relaksasi yang lain. Teknik ini dapat mengurangi nyeri,

mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi

berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma (Holistic-

online, 2006).

Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,

berkonsentrasi pada kesan tersebut, sehingga secara bertahap mampu

mengurangi ketegangan dan nyeri (Potter dan Perry, 2006).

3. Dasar Imajinasi Terbimbing

Imajinasi merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk

berkomunikasi dengan tubuh. Segala sesuatu yang kita lakukan akan

diproses oleh tubuh melalui bayangan. Imajinasi terbentuk melalui

rangasangan yang diterima oleh berbagai indera seperti gambar,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

16

aroma, rasa, suara dan sentuhan (Holistic-online, 2006). Respon

tersebut timbul karena otak tidak mengetahui perbedaan antara

bayangan dan aktifitas nyata (Tusek, 2000 yang dikutip dalam

anonim, 2008).

4. Proses Asosiasi Imajinasi

Imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut

seseorang untuk membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-

hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan diterima

sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut

akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Ditalamus

rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil

rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya

dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks serebri

terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis,

dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak

mengenali objek dan arti kehadiran tersebut. Hipokampus berperan

sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak sehingga

jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka

sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai

dianggap sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga diproses

menjadi memori. Ketika terdapat rangsangan berupa bayangan tentang

hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan

muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

17

sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh/akibat yang timbul

hanyalah suatu memori dari suatu sensasi (Guyton dan Hall, 2008).

5. Macam-Macam Teknik Imajinasi terbimbing

Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik

imajinasi terbimbing (Holistic-Online, 2006) :

a. Guided Walking Imagery

Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan

pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai

dll. kemudian imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui sumber

konflik.

b. Autogenic Abeaction

Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku

negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien

mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan

tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien.

c. Covert sensitization

Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang

menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi

berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.

d. Covert Behaviour Rehearsal

Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku

koping yang dia inginkan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

18

IV. Teori Gate Control

Menurut Prasetyo (2010) Teori Gate Control menyatakan bahwa

nyeri dan persepsi nyeri dipengaruhi oleh 2 sistem, yaitu:

1) Substansi gelatinosa pada dorsal horn di medula spinalis.

2) Sistem yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) yang terdapat

pada batang otak.

Serabut A delta berdiameter kecil membawa impuls nyeri cepat

sedangkan serabut C membawa impuls nyeri lambat. Sebagai tambahan

bahwa serabut A-beta yang berdiameter lebar membawa impuls yang

dihasilkan oleh stimulus sentuhan. Didalam substansi gelatinosa impuls

ini akan bertemu dengan suatu gerbang yang membuka dan menutup

berdasarkan prinsip siapa yang lebih mendominasi, serabut taktil A-Beta

ataukah serabut nyeri yang berdiameter kecil. Apabila impuls yang

dibawa serabut nyeri yang berdiameter kecil melebihi impuls yaang

dibawa oleh serabut taktil A-Beta maka gerbang akan terbuka sehingga

perjalanan impuls nyeri tidak terhalangi sehingga impuls akan sampai ke

otak. Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa serabut taktil lebih

mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan

terhalangi. Alasan inilah yang mendasari mengapa dengan masase dapat

mengurangi durasi dan intensitas nyeri (Prasetyo, 2010).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

19

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Definisi Nyeri

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik

ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang

pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association

for Study of Pain (IASP), nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan

pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan

kondisi terjadinya kerusakan.

2. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri disebut nosiseptor yang merupakan ujung-ujung saraf

bebas, tidak bermielin atau sedikit bermielin dari neuron afferen.

Nosiseptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pula pada

struktur yang lebih dalam seperti visera, persendian, dinding arteri, hati

dan kandung empedu. Nosiseptor memberi respon yang terpilih terhadap

stimulasi yang membahayakan seperti stimulasi kimia, thermal, listrik atau

mekanis. Yang tergolong stimulasi kimia terhadap nyeri adalah histamin,

bradikinin, prostaglandin, substansi P serta bermacam-macam asam.

Sebagian bahan tersebut dilepaskan oleh jaringan yang rusak. Jaringan

yang rusak tersebut menyebabkan terjadinya anoksia yang dapat

menimbulkan persepsi nyeri. Selain jaringan yang rusak, spasme otot juga

dapat menimbulkan nyeri karena menekan pembuluh darah pada daerah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

20

yang terjadi anoksia tersebut. Pembengkakan jaringan juga dapat

menyebabkan nyeri karena tekanan (stimulasi mekanik) kepada nociceptor

yang menghubungkan jaringan (Insaffita, 2005).

3. Transmisi Nyeri

a. Reseptor Nyeri ( Nosiseptor)

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri

adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap

stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri juga

disebut nosiseptor, secara anatomis nosiseptor ada yang bermielien dan

ada yang tidak bermielien dari saraf perifer. Berdasarkan letaknya,

nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu

pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah

visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah nyeri yang timbul

juga memiliki sensasi yang berbeda. (Smeltzer dan Bare, 2002).

b. Mediator Kimia

Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujung-ujung

saraf atau reseptor nyeri dilepaskan ke jaringan ekstraseluler sebagai

akibat dari kerusakan jaringan. Zat-zat kimiawi yang dapat

meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,

bradikinin, asetilkolin, substansi P,dan Prostaglandin (Smeltzer dan

Bare, 2002).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

21

Dengan adanya respon nyeri tersebut maka tubuh secara fisiologi

akan memproduksi endogen untuk menghambat impuls nyeri tersebut.

Endogen terdiri dari endorfin dan enkefalin, substansi ini seperti morfin

yang berfungsi menghambat transmisi influs nyeri. Apabila tubuh

mengeluarkan substansi-substansi ini, salah satu efeknya adalah pereda

nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).

Lebih lanjut Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa endorfin

dan enkefalin ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam sistem

saraf pusat. Endorfin dan enkefalin adalah zat kimiawi endogen

(diprodukasi oleh tubuh) yang berstruktur seperti opioid. Morfin dan

obat-obatan opioid lainya menghambat transmisi yang menyakitkan

dengan meniru endorfin dan enkefalin.

Serabut interneural inhibitor yang mengandung enkefalin

terutama diaktifkan melalui aktivitas serabut perifer non-nosiseptor

(serabut yang normalnya tidak mentransmisikan stimuli nyeri atau yang

menyakitkan) pada tempat reseptor yang sama dengan reseptor nyeri

atau nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul bersama dalam suatu

sistem yang disebut descending control. Endorfin dan enkefalin juga

dapat menghambat imfuls nyeri dengan memblok transmisi impuls ini

di dalam otak dan medula spinalis (Smeltzer & Bare, 2002).

Keberadaan endorfin dan enkefalin ini membantu menjelaskan

bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda

dari stimuli nyeri yang sama. Individu dengan endorfin lebih banyak

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

22

lebih sedikit merasakan sakit dibandingkan dengan individu yang kadar

endorfinnya sedikit yang akan merasakan nyeri yang lebih besar

(Smeltzer dan Bare, 2002).

4. Proses Terjadinya Nyeri

Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik

Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

Impuls nyeri diteruskan oleh saraf afferen (A-delta dan C) ke medulla

spinalis melalui dorsal horn

Impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)

Impuls melewati traktus spinothalamus

Impuls masuk ke formatio Impuls langsung masuk

retikularis ke thalamus

Sistem limbik Fast pain

Slow pain

- Timbul respon emosi

- Respon otonom: TD meningkat, keringant dingin

(Gambar 2.2)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

23

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi nyeri dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal

ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi

nyeri yang baik. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :

a. Usia

Menurut Potter dan Perry (2006) usia adalah variabel penting yang

mempengaruhi nyeri terutama pada anak, remaja dan orang dewasa.

Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok umur ini

dapat mempengaruhi bagaimana anak, remaja dan orang dewasa

bereaksi terhadap nyeri. Sedangkan menurut Tamsuri (2007)

menyatakan bahwa anak-anak lebih kesulitan untuk memahami nyeri

sedangkan orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis

dan mengalami kerusakan fungsi.

b. Jenis Kelamin

Hidayat (2006) menyatakan bahwa arti nyeri bagi seseorang memiliki

banyak perbedaan dan hampir sebagian mengartikan nyeri merupakan

hal yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.

Keadaan ini lebih sering dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut Burn,

dkk (1989) yang dikutip dalam Potter dan Perry (2006) bahwa

kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak

dibandingkan dengan pria. Ini menunjukkan bahwa individu berjenis

kelamin perempuan lebih mengartikan negatif terhadap nyeri.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

24

c. Kebudayaan

Ernawati (2010) menyatakan bahwa orang akan belajar dari budayanya,

bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (Ex: suatu

daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus

diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak

mengeluh jika merasakan nyeri).

d. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri

Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak

terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan

persisten (Smeltzer dan Bare, 2002).

e. Perhatian

Tingkat perhatian seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat akan

meningkatkan respon nyeri , sedangkan upaya distraksi dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery

merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri (Prasetyo, 2010).

f. Ansietas (Kecemasan)

Hubungan antara nyeri dan cemas bersifat kompleks, cemas

meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas (Prasetyo, 2010). Pernyataan yang sama juga

dikemukakan oleh Gill (1990) yang dikutip dalam Ernawati (2010),

yang melaporkan adanya suatu bukti bahwa stimulus nyeri

mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

25

seseorang. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri,

yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

6. Respon Nyeri

Beberapa respon yang di manifestasikan oleh tubuh dengan adanya

stimulasi nyeri adalah sebagai berikut :

a. Respon Psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahamanan klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi

setiap individu berbeda-beda antara lain : Bahaya atau merusak,

komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru,

penyakit yang fatal, peningkatan ketidakmampuan dan kehilangan

mobilitas (Smeltzer dan Bare, 2002).

b. Respon Fisiologis

Prasetyo (2010) menyatakan bahwa pada saat impuls nyeri naik ke

medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf

otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon sterss.

Stimulasi tersebut menghasilkan respon fisiologis tubuh sebagai

berikut:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

26

Tabel 2.1 Respon Fisiologis Tubuh terhadap Nyeri

Respon Fisiologis Tubuh terhadap Nyeri

Respon Simpatis

a. Dilatasi saluran bronchial dan

peningkatan respirasi rate.

b. Peningkatan heart rate.

c. Vasokontriksi perifer (pucat,

peningkatan tekanan darah).

d. Peningkatan glukosa darah.

e. Diaphoresis.

f. Peningkatan kekuatan otot.

g. Dilataasi pupil.

h. Penurunan motilitas gaster

intestinal.

Respon Parasimpatis

a. Muka pucat.

b. Otot mengeras.

c. Penurunan denyut jantung

dan tekanan darah.

d. Nafas cepat daan irregular.

e. Nausea dan vomitus.

f. Kelelahan dan keletihan

Sumber : Prasetyo 2010

c. Respon Tingkah Laku

Menurut Potter dan Perry (2006) : secara umum respon pasien terhadap

nyeri terbagi atas respon perilaku dan respon yang dimanifestasikan

oleh otot dan kelenjar otonom. Respon perilaku diantaranya:

1) Secara Vokal : merintih, menangis, menjerit, bicara terengah-engah

dan menggerutu.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

27

2) Ekspresi Wajah : meringis, merapatkan gigi, mengerutkan dahi,

menutup rapat atau membuka lebar mata atau mulut, menggigit bibir

dan rahang tertutup rapat.

3) Gerakan Tubuh : kegelisahan, immobilisasi, ketegangan otot,

peningkatan pergerakan tangan dan jari, melindungi bagian tubuh.

4) Interaksi Sosial : menghindari percakapan, hanya berfokus pada

untuk aktivitas penurunan nyeri, menghindari kontak sosial,

berkurangnya perhatian.

Respon yang dimanifestasikan oleh otot polos dan kelenjar

otonom, diantaranya nausea, muntah, stasis lambung, penurunan

motilitas usus, dan peningkatan sekresi usus.

7. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat dikelompokkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera

spesifik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri

akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga

enam bulan (Smeltzer dan Bare 2002).

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan

yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini

tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer dan Bare 2002).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

28

Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Tujuan Memperingatkan adanya

cedera atau masalah

Tidak ada

Awitan Mendadak Terus-menerus atau

intermiten

Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat

Durasi Durasi singkat(dari

beberapa detik sampai

enam bulan)

Durasi lama(enam

bulan atau lebih)

Respon otonom a. Konsitensi dengan

respon simpatis.

b. Frekuensi jantung

meningkat.

c. Volume sekuncup

meningkat.

d. Tekanan darah

meningkat.

e. Dilatasi pupil

meningkat.

f. Tegangan otot

meningkat.

g. Motilitas

gastrointestinal

menurun.

h. Aliran saliva

menurun(mulut

kering)

Tidak terdapat respon

otonom

Komponen psikologis Ansietas a. Depresi.

b. Mudah marah.

c. Menarik diri dari

minat dunia luar.

d. Menarik diri dari

persahabatan.

Respons jenis lainnya a. Tidur terganggu.

b. Lobido menurun.

c. Nafsu makan

menurun

Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, artritis.

Sumber : Keperawatan Medikal Bedah Vol I 2002

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

29

Hidayat (2006) menyatakan bahwa selain klasifikasi nyeri diatas,

terdapat pula jenis nyeri lain yang spesifik, diantaranya nyeri somatis

dalam (deep somatic pain), nyeri viseral, nyeri kutaneus/supeficial

(cutaneus pain), nyeri psikogenik, reffered pain, nyeri phantom dari

ekstremitas dan nyeri neurologis.

8. Nyeri Post - Operasi

Toxonomi Comitte of The International Assocation mendefinisikan

nyeri post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan

pengalaman emosi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial

atau nyata menggambarkan terminologi suatu kerusakan.

Nyeri setelah pembedahan normalnya dapat diprediksi hanya terjadi

dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk

perbaikan alamiah jaringan-jaringan yang rusak (Morison, 2004 yang

dikutip dalam Nurhayati, 2011).

Etiologi dari diagnosa keperawatan yang muncul adalah cedera fisik

dari pembedahan yang dilakukan karena ketika bagian tubuh terluka oleh

tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan oksigen pada sel,

maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam

substansi intraseluler yang dilepaskan keluar ekstraseluler yang akan

mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang

serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi

seperti neurotransmitter seperti prostaglandin, epineprin yang membawa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

30

pesan nyeri dari medulla spinalis yang ditransmisikan ke otak dan akan

dipersepsikan sebagai nyeri (Nanda, 2009).

Selama periode pasca operatif, proses keperawatan diarahkan pada

menstabilkan kembali equilibrium fisiologi pasien, menghilangkan rasa

nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi

segera membantu pasien kembali pada fungsi yang optimal dengan cepat,

aman, dan senyaman mungkin (Smeltzer and Bare, 2002 yang dikutip

dalam Nurhayati 2011).

Nyeri akut setelah pembedahan setidak-tidaknya mempunyai fungsi

fisiologis positif, berperan sebagai peringatan bahwa perawatan khusus

harus dilakukan untuk mencegah trauma lebih lanjut pada daerah tersebut.

Tetapi hal ini merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien

setelah pembedahan. Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien

kembali penuh, dan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya

pengaruh anestesi. Adapun bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca

pembedahan adalah nyeri akut yang terjadi karena adanya luka insisi bekas

pembedahan (Perry dan Potter, 2006).

Nyeri akut yang dirasakan oleh klien pasca operasi tersebut

merupakan penyebab stress, frustasi, dan gelisah yang menyebabkan klien

mengalami gangguan tidur, cemas, tidak nafsu makan, dan ekspresi tegang

(Perry dan Potter, 2006). Selain itu nyeri juga dapat meningkatkan

metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan

produksi kortisol dan retensi cairan (Smeltzer dan Bare, 2002).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

31

Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan

memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat

penting setelah operasi, nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi

kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi

mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus

digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat

dibebaskan (Torrance dan Serginson (1997) yang dikutip dalam Smelzer

dan Bare 2002).

9. Pengkajian Keperawatan tentang Nyeri

Pengkajian keperawatan tentang nyeri menurut Smeltzer dan Bare, 2002 :

a. Deskripsi Verbal tentang Nyeri

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan

karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat

tingkatannya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri

individual dalam beberapa cara :

1) Intensitas Nyeri

Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala

verbal (misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, hebat atau sangat hebat,

dengan skala perbandingan 0 -10, dimana 0 = tidak nyeri, 10 = nyeri

sangat hebat).

2) Karakteristik Nyeri

Termasuk letak , durasi (menit, jam, hari, bulan, tahun), irama (terus-

menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

32

intensitas atau keberadaan nyeri), dan kualitas (misalnya : nyeri

seperti ditusuk, seperti terbakar).

3) Faktor-Faktor yang Meredakan Nyeri (Memperingan)

Misalnya dengan gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga,

istirahat, obat-obatan bebas) dan apa yang dipercaya oleh pasien dan

keluarga dapat mengatasi nyerinya.

4) Efek Nyeri Terhadap Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Misalnya apakah sudah mengganggu istirahat tidur, nafsu makan,

konsentasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja,

aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas

dan nyeri kronis dengan depresi.

5) Kekhawatiran Individu Terhadap Nyeri

Dapat meliputi bebagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi,

prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri.

b. Skala Analog Visual (VAS)

Skala Analog Visual (VAS) sangat berguna dalam mengkaji

intensitas nyeri. Skala nyeri tersebut berbentuk garis horisontal

sepanjang 10 cm. Ujung kiri biasanya menandakan tidak nyeri

sedangkan ujung kanan biasanya menandakan nyeri berat. Cara

kerjanya dengan meminta pasien untuk menunjuk titik pada garis yang

menunjukkan letak nyeri terjadi disepanjang rentang tersebut (Smeltzer

dan Bare, 2002).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

33

Beberapa skala yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas

nyeri, menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut:

1) Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

(Gambar 2.3)

2) Skala Identitas Nyeri Numerik (NRS)

(Gambar 2.4)

3) Visual Analog Scale (VAS)

Tidak Nyeri

Nyeri Berat

(Gambar 2.5)

4) Skala Wajah

0 Tidak sakit

2 Sedikit Sakit

4 Agak

mengganggu

6 Menganggu

Aktivitas

8 Sangat

Mengganggu

10 Tidak

tertahankan

(Gambar 2.6)

Sumber: Prasetyo, 2010

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

34

10. Manajemen Nyeri

Menurut Prasetyo (2010) menyatakan bahwa manajemen dalam

penanganan nyeri terbagi atas tindakan farmakologis dan non

farmakologis serta pembedahan.

a. Tindakan Farmakologi

1) Analgesik Narkotik

Opiate merupakan obat yang paling umum digunakan untuk

mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri berat.

2) Analgesik lokal

Analgesik lokal bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat

diberikan langsung ke serabut saraf.

3) Analgesik yang dikontrol klien

Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus yang di isi

narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang

injeksi intravena. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien

dipakai pada klien dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.

4) Obat-Obat Nonsteroid (NSAIDs)

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini menghambat agregasi

platelet, kontraindikasi meliputi klien dengan gangguan koagulasi

atau klien dengan terapi antikoagulan. Contohnya : Ibuprofen,

Naproksen, Indometasin, Tolmetin, Piroxicam, serta Ketorolac

(Toradol). Selain itu terdapat pula golongan NSAIDs yang lain

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

35

seperti Asam Mefenamat, Meclofenomate serta Phenylbutazone, dll

(Goodman dan Gilman, 2008).

Beberapa contoh mekanisme kerja NSAIDs adalah sebagai berikut:

a) Ketorolac

Farmakodinamik :

Ketorolac tromethamine merupakan suatu obat analgesik non

narkotik. Obat ini bukan sebagai anti-inflamasi (meskipun ketorolac

mempunyai sifat-sifat AINS yang khas (Katzung, 2002). Pernyataan

Katzung (2002) tersebut berbeda dengan Goodman dan Gilman

(2008) yang menyatakan bahwa efek ketorolac tromethamine

menghambat biosistesis prostaglandin dan tromboksan A2.

Ketorolac tromethamine dapat memberikan efek anti-inflamasi

dengan menghambat peletakan granulosit pada pembuluh darah yang

rusak. Menstabilkan membrane lisosom dan menghambat migrasi

leukosit polimorfonuklear dan magrofag ke tempat peradangan.

Farmakokinetik :

Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah

pemberian intramuskuler dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam

plasma 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg.

Ketersediaan hayati oral sekitar 80%, dan obat ini akan

diekskresikan dalam waktu paru eliminasi 4 sampai 6 jam. Lebih

dari 99% ketorolac tromethamine diikat oleh protein dan sebagian

besar di metabolisme dihati. Metabolismenya adalah hidroksilate.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

36

Dan yang tidak dimetabolisme (unchanged drug) akan diekskresikan

melalui urin (Goodman dan Gilman, 2008).

Sedangkan Setiabudy (2007) menyatakan bahwa pemberian

ketorolac secara intarmuskular sebagai analgesik pasca bedah

memperlihatkan efektivitas sebanding morfin/meperidin dosis

umum. Masa kerjanya lebih panjang dan efek sampingnya lebih

ringan. Obat ini juga dapat diberikan secara oral. Absorpsi oral dan

intramuskular berlangsung cepat dan mencapai puncak dalam 30 - 50

menit. Bioavailabilitas oral mencapai 80% dan hampir seluruhnya

terikat protein plasma.

b) Asam Mefenamat

Farmakodinamik :

Asam mefenamat merupakan asam fenilantranilat yang mengalami

N-subtitusi. Senyawa fenamat mempunyai sifat anti-radang, anti-

piretik dan analgesik. Pada uji analgesia, asam mefenamat

merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat dan

kerja perifer. Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat tersebut terutama

karena kemampuannya menghambat siklooksigenase. Selain itu

senyawa fenamat juga mengantagonis efek prostaglandin tertentu

(Goodman dan Gilman, 2008).

Farmakokinetik :

Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam

setelah pemberian oral dalam dosis tunggal. Pada manusia, sekitar

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

37

50% dosis asam mefenamat diekskresi dalam urin, terutama sebagai

matabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi dan metabolit 3-karboksil

serta konjugatnya. Dua puluh persen obat ini ditemukan dalam feses,

terutama sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi

(Goodman dan Gilman, 2008).

Sedangkan Setiabudy (2007) menyatakan bahwa asam mefenamat

terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interkasi

terhadap obat antikoagulan harus dihentikan.

c) Piroksikam

Farmakodinamik :

Piroksikam merupakan suatu obat anti radang yang efektif,

potensinya sebagai inhibitor biosintesis prostaglandin in viro.

Piroksikam dapat menghambat aktivasi neurofil yang tidak

tergantung pada kemampuannya untuk menghambat siklooksigenase

(Goodman dan Gilman, 2008). Selain itu piroksikam juga sebagai

penghambat COX nonselektif, tetapi pada konsentrasi tinggi juga

dapat menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear, mengurangi

produksi radikal oksigen dan menghambat fungsi limfosit (Katzung,

2002).

Farmakokinetik :

Goodman dan Gilman (2008) menyatakan bahwa piroksikam

diabsorpsi sempurna setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak

dalam plasma terjadi dalam 2 sampai 4 jam. Terjadi siklus

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

38

enterohepatik piroksikam, dan perkiraan waktu paruh dalam plasma

beragam dengan nilai rata-rata sekitar 50 jam. Setelah diabsopsi,

piroksikam banyak terikat pada protein plasma (99%). Pada keadaan

tunak (misalnya 7 sampai 12 hari), konsentrasi piroksikam dalam

plasma dan cairan sinovial kira-kira sama. Kurang dari 5% obat ini

diekskresi dalam urin.

d) Ibuprofen

Farmakodinamik :

Ibuprofen merupakan obat turunan sederhana dari phenylpropionic

acid. Obat ini mempunyai aktivitas anti-radang, analgesik, anti-

piretik yang bermanfaat bagi menusia. Ibuprofen merupakan

inhibitor siklooksigenase yang efektif. Ibuprofen mempunyai efek

penghambatan yang nyata terhadap fungsi leukosit (Goodman dan

Gilman, 2008).

Farmakokinetik :

Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberial oral, dan

konsentrasi puncak dalam plasma adalah 15 - 30 menit. Waktu paruh

dalam plasma sekitar 2 jam. Ekskresi ibuprofen cepat dan sempurna,

lebih dari 90% dosis yang teringesti diekskresikan melalui urin

sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utamanya adalah

suatu senyawa terhidroksilasi dan terkarboksilasi (Goodman dan

Gilman, 2008). Sementara Katzung (2002) menyatakan bahwa

ibuprofen lebih dari 99% terikat dengan protein plasma, dengan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

39

mudah dibersihkan dan mempunyai waktu paruh terminal lebih dari

1 - 2 jam. Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif di dalam hati.

b. Tindakan Nonfarmakologis

Tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa

tindakan penanganan, misalnya penanganan fisik/stimulasi fisik,

meliputi :

1) Relaksasi : Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan

mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Relaksasi terbagi menjadi

relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot.

2) Imajinasi terbimbing : Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk

menciptakan kesan dalam pikiran klien kemudian berkonsentrasi

pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan

persepsi nyeri klien. Tindakan ini dapat dilakukan secara bersamaan

dengan tindakan relaksasi.

3) Distraksi : Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian

klien ke hal-hal lain diluar nyeri, sehingga dengan demikian

diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri

bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

4) Stimulasi elektrik (TENS) : Bisa dilakukan dengan massase, mandi

air hangat, kompres dengan es, pijatan dengan menthol dan stimulasi

saraf electrik transkutan (TENS).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

40

5) Akupuntur : Jarum-jarum kecil yang dimasukkan pada kulit,

bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri

yang dapat memblokade transmisi nyeri ke otak.

c. Pembedahan

Tindakan ini dilakukan apabila dengan tindakan-tindakan non invasif

tidak dapat membebaskan nyeri. Beberapa contoh pembedahan yang

dapat dilakukan adalah :

1) Cordotomy

Cordotomy merupakan tindakan menginsisi traktus anterolateral dari

spinal cord untuk mengintrupsi transmisi nyeri.

2) Neurectomy

Neurectomy adalah tindakan pembedahan dengan menghilangkan

sebuah saraf. Neurectomy perifer merupakan tindakan pemotongan

saraf pada bagian distal spinal cord.

3) Symphatectomy

Saraf simpatis mempunyai peran penting di dalam memproduksi dan

mentransmisi sensasi nyeri. Symphatectomy termasuk di dalamnya

adalah merusak dengan melakukan injeksi atau insisi pada ganglia

dalam saraf simpatis, biasanya dilakukan pada daerah lumbal atau

pada bagian dorsal servik di dasar leher.

4) Rhizotomy

Rhizotomy merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan

pemotongan pada dorsal root.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

41

Tindakan pembedahan merupakan pengobatan yang jarang di

indikasikan dan dilakukan. Pembedahan ini dilakukan hanya ketika

pengobatan yang dilakukan sebelumnya tidak memberikan hasil yang

efektif (Brannon & Jeist, 2007). Resiko yang dapat ditimbul akibat

pembedahan ini meliputi gejala nyeri baru akibat kerusakan saraf,

kekambuhan nyeri dan kerusakan neurologi pasca operasi (Potter &

Perry, 2006). Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Sjamsuhidayat dan

Jong (2005) yang dikutip dalam Ayudianningsing (2012) bahwa oleh

Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan

nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa.

C. Konsep Appendisitis

1. Definisi

Menurut Mansjoer (2000), Appendisitis adalah peradangan dari

apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling

sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30

tahun.Penyebab yang paling umum dari appendisitis adalah obstruksi

lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis

mukosa sehingga menyebabkan inflamasi.

2. Etiologi

Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), penyebab dari appendisitis

adalah :

a. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

42

b. Tumor apendiks.

c. Cacing ascaris.

d. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.

e. Hiperplasia jaringan limfe.

3. Patofisiologi

Appendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen

apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit dan benda asing. Feses

yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi

dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekalit yang

akhirnya sebagai kausa sumbatan (Smeltzer dan Bare, 2002)

Selanjutnya Mansjoer (2000) menyatakan bahwa obstruksi yang

terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami

bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, karena elastisitas

dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat

aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi

mukus.

Pada saat ini terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri

epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan

epigastrium, nausea, muntah. Invasi kuman E Coli dan spesibakteroides

dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan

akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

43

tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri

akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul akan meluas

dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area

kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan appendisitis

supuratif akut (Mansjoer, 2000).

Lebih lanjut Mansjoer (2000), menyatakan bila aliran arteri

terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan

gangren. Stadium ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding

yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan appendisitis perforasi.

Selanjutnya Guyton dan Hall (2008) menyatakan bahwa spasme otot

juga merupakan penyebab rasa nyeri. Rasa nyeri ini mungkin secara

langsung disebabkan oleh terangsangnya reseptor nyeri yang bersifat

mekanosensitif, namun mungkin juga nyeri tidak langsung disebabkan

oleh pengaruh spasme otot yang menekan pembuluh darah dan

menyebabkan iskemia. Diduga, salah satu penyebab nyeri pada keadaan

iskemia adalah terkumpulnya sejumlah besar asam laktat dalam jaringan

(metabolisme tanpa oksigen).

4. Manifestasi Klinik

Menurut Mansjoer (2000), keluhan apendiks biasanya bermula dari

nyeri di daerah umbilicus atau periumbilicus. Dalam 2 - 12 jam nyeri akan

beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila

berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam

yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat mual, dan muntah.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

44

Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan

lokasi nyeri.

Pada appendisitis ditemukan nyeri tekan lepas, hebat dan terlokalisir

yang berasal dari peritoneum parietale. Nyeri tersebut terjadi apabila

peritoneum parietale meradang sehingga setiap gerakan peritoneum

(termasuk gerakan mengangkat tangan pada waktu pemeriksaan) akan

meningkatkan rasa nyeri. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator sign

positif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis (Snell, 2006).

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan appendisitis menurur Mansjoer (2000) adalah sebagai

berikut :

a. Sebelum operasi

1) Observasi keadaan umum klien.

2) Intubasi bila perlu.

3) Pemberian antibiotik.

b. Operasi

Proses appendektomi dapat dilakukan dengan beberapa cara

diantaranya sebagai berikut :

1) Insisi menurut Mc Burney (Grid Incision atau Muscle Splittig

Incision). Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang

menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan

umbilikus pada batas sepertiga lateral (titik Mc. Burney). Sayatan ini

mengenai kutis, subkutis, dan fasia. Keuntungan dari insisi ini adalah

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

45

tidak terjadinya benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma

operasi minimum pada alat-alat tubuh, dan masa istrahat pasca bedah

yang lebih pendek karena penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya

adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas dan waktu operasi

lebih lama, lapangan operasi dapat diperluas dengan memotong otot

secara tajam.

2) Insisi menurut Roux (Muscle Cutting Incision). Lokasi dan arah

sayatan sama dengan Mc. Burney, hanya sayatannya langsung

menembus otot dinding perut tanpa melihat arah serabut sampai

tampak peritonium. Keuntungannya adalah lapangan operasi lebih

luas, mudah diperluas, sederhana dan mudah. Sedangkan

kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat

dipastikan, lebih banyak memotong saraf dan pembuluh darah

sehingga perdarahan lebih banyak, masa istirahat pasca bedah lebih

lama karena adanya benjolan yang mengganggu pasien, nyeri pasca

operasi lebih sering terjadi, kadang-kadang ada hematoma yang

terinfeksi dan masa penyembuhan lebih lama.

3) Insisi pararektal, dilakukan sayatan pada garis batas lateral m. rektus

abdominalis dekstra secara vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang

10 cm. Keuntungannya adalah tekhnik ini dapat dipakai pada kasus-

kasus apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat

diperpanjang dengan mudah. Sedangkan kerugiannya adalah sayatan

ini tidak langsung mengarah ke apendiks atau sekum, kemungkinan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

46

memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar dan untuk menutup

luka operasi dibutuhkan jahitan penunjang.

c. Pasca operasi

1) Observasi TTV.

2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi

cairan lambung dapat dicegah.

3) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

4) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,

selama pasien dipuasakan.

5) Berikan minum mulai15 ml/jam selama 4 - 5 jam pasca operasi lalu

tingkatkan menjadi 30 ml/jam.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan leukosit dengan

peningkatan jumlah neutrofil. Pemeriksaan urine dilakukan untuk

membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih, pemeriksaan

USG dilakukan bila terjadi infiltrat apendikularis (Mansjoer, 2000).

7. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

a. Perforasi

Keterlambatan penanganan merupakan penyebab terjadinya perforasi.

Perforasi appendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang

ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh

perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1.eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-2-14201-841408019-bab2... · meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). 2

47

muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang

karena ileus paralitik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

b. Peritonitis

Peradangan peritoneum biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari

appendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada

permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis

generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai

timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang.

Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan

dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala

yang timbul seperti : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah,

abdomen tegang/kaku, nyeri tekan, nyeri lepas dan bunyi usus

menghilang (Price dan Wilson, 2006).

8. Kerangka Konseptual

(Gambar 2.7)

9. Hipotesis

Terdapat pengaruh antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan

nyeri pada pasien post operasi appendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Variabel Independen Variabel Dependen

TEKNIK RELAKSASI

NAFAS DALAM

PENURUNAN

SENSASI NYERI