bab ii tinjauan pustaka dan hipotesis 2.1 belajar dan...
TRANSCRIPT
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian, dan bahkan persepsi pada manusia. Menurut Slameto (2010:97)
dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi peserta didik sehingga dapat
merangsang peserta didik untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi
kebutuhan agar dapat mencapai hasil belajar yang belajar yang optimal.
Slameto(2003) dalam Ghullam (2011) mengemukakan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar,
siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Belajar sebagai suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau melakukan
suatu perbuatan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku
positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup. Belajar merupakan suatu
proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif tetap (Kunandar, 2007).
9
Mohamad Surya (2004) dalam Ghullam (2011)mengungkapkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan perilaku
sebagai hasil interaksi antara dirinya dan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, pengertina pembelajaran dapat dirumuskan
sebgai berikut: “pembelajaran ialah suatu proes yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya“.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Sudjana (2009:22) mendefinisikan hasil belajar adalah
kemampuan dimiliki siswa setelah ia menerima penglaman belajar. Menurut
Hamalik (2008:30) bahwa: Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar
maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
mengerti menjadi mengerti, sedangkan menurut Djamarah (2006:107) bahwa:
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar dan masalah
yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana hasil belajar yang telah dicapai.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-
10
perubahan dalam jiwa seperti memperoleh pengertian tentang bahasa, bersikap
sosial dan sebagainya Dimyati (2002) dalam Sumarni (2011).
Hasil belajar sangat erat hubungannya dengan proses belajar, seperti yang
dikemukakan Sudjana (1989) dalam Nusi (2013) bahwa “Secara umum
keberhasilan dalam proses belajar mengajar ditinjau dari dua segi, yakni dari segi
proses dan hasil belajar”. Dari segi proses artinya keberhasilan pengajaran terletak
pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa, sedangkan dari segi
hasil adalah hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat proses-proses yang
dilakukan oleh siswa.
Dimyati dan Mudjiono (1994) dalam Nusi (2013) mengatakan bahwa
“Hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki
tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai”.
Dengan demikian proses belajar siswa merupakan penunjang hasil belajar yang
dicapainya, semakin baik proses belajar yang dilakukan yang dilakukan oleh
siswa, semakin tinggi pula hasil belajarnya, sehingga tercapai tujuan pengajaran
melalui keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Nasution (2010:56) bahwa hasil yang dicapai dalam bidang
kognitif ialah bahwa jumlah murid yang mendapat angka tertinggi atas dasar
penguasannya yang tuntas mengenai bahan pelajarn tertentu. Selain itu, dalam
bidang afektif, memperoleh minat untuk pelajaran yang akan dilakukannya
dengan baik dan itu merupakan dasar bagi kelanjutan pelajarannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasi belajar sebagaimana yang
dikatakan oleh Slameto (2010:55) adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik) meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat, bakat dan perhatian.
11
2. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik) meliputi kondisi lingkungan di sekitas peserta didik .
3. Faktor pendekatan belajar meliputi strategi dan model pembelajaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Syah (2011:199) bahwa tujuan hasil belajar adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai peserta didikdalam suatu ukuran waktu proses belajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang peserta didik dalam kelompok kelasnya.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam belajar.
4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana peserta didik mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode dan media yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi yang diajarkan oleh
guru pada saat proses pembelajaran.
2.2 Kliping
2.2.1 Pengertian Kliping
Menurut (Laza, 2006) kliping merupakan kegiatan pengguntingan atau
pemotongan bagian-bagian surat kabar maupun majalah, kemudian disusun
dengan sistem tertentu dalam berbagai bidang. Bidang yang dikliping ini
sebaiknya sesuai dengan minat dan bidang pemakai perpustakaan masing-masing.
Maka tidak perlu semua artikel atau berita harus dikliping.
Setelah membahas pengertian kliping, kembali lagi pada hal kuncinya,
biasanya seseorang membuat kliping karena mendapatkan tugas dari sekolah,
misalnya ditugaskan untuk membuat kliping seni budaya, kliping lingkungan
hidup, dan lain sebagainya.Jika kliping disarankan sebagai media pengajaran di
sekolah, tentu kita beranggapan bahwa ini sesuatu yang berlebihan.
12
Tetapi anggapan yang demikian itu wajar karena selama ini kliping sangat jarang
digunakan dan dimanfaatkan untuk memperlancar kegiatan belajar-mengajar,
apalagi dalam konteks kekhususan.
Kata clipping berubah menjadi kliping dalam bahasa Indonesia dengan
sedikit mengalami perluasan makna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai
Pustaka (1989) dalam Tampubolon (2010) , istilah kliping dijelaskan sebagai
guntingan artikel, karya tulis atau berita yang dianggap penting dari surat kabar
atau majalah untuk disimpan atau di dokumentasikan. Jadi, satu artikel pun dapat
disebut sebagai kliping.
2.2.2 Tujuan Pembuatan Kliping
Menurut (Laza, 2006) tujuan pembuatan kliping dimaksudkan untuk : a) Menyimpan dan melestarikan kekayaan intelektual manusia
Hasil pemikiran, budaya, penelitian, dan pengalaman manusia perlu disimpan dan dikembangkan. Usaha ini perlu dilaksanakan agar generasi mendatang dapat mengembangkan pemikiran, penemuan, dan penelitian tersebut
b) Menyebarluaskan ide dan gagasan kepada orang lain Kliping merupakan upaya penyebaran pemikiran, ide, dan pengalaman seseorang kepada orang lain sekaligus merupakan sarana sambung pengertian antara penulis dan pembaca yang kebetulan belum sempat mengikuti buah pikiran penulis yang pernah dimuat dalam suatu surat kabar
c) Merangkum beberapa pemikiran dalam suatu bidang Dalam kliping itu akan dapat dipelajari kembali beberapa pemikiran para ahli tentang suatu masalah. Selain itu dapat diikuti dialog ilmiah dan silang pendapat tentang suatu masalah sesuai bidang mereka dengan pandangan yang bervariasi. Dengan demikian, pembaca kliping akan mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang masalah tersebut.
d) Memupuk kreativitas Menggunting dan menempel guntingan Koran pada kertas merupakan kegiatan seni dan kreatifitas tersendiri. Bahkan dapat dikatakanbahwa kling merupakan usaha menyusun suirat kabar yang kedua kalinya. Dalam hal ini diperlukan kecermatan dan ketelitian tersendiri dalam mengatur tata letak/lay out penyusunannya. Penyambungan artikel panjang yang dalam koran aslinya terdapat di berbagai halaman juga memerlukan kecermatan dan perhitungan yang matang.
13
e) Menunjang pemenuhan keperluan informasi tertentu Hasil kliping bisa mengadopsi kepentingan informasi pembaca yang memerlukan informasi dalam bidang tertentu. Informasi ini mungkin berupa informasi mutakhir, rinci, data, angka, hasil wawancara, dan lainnya.
Selain tujuan di atas adapun tujuan lain dari penyusunan klipng yaitu
memberikan pengetahuan awal siswa dalam poses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran khususnya pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan
penyusunan kliping bertujuan memberikan informasi mengenai masalah-masalah
apa yang sering terjadi di lingkungan masyarakat terkait dengan pencemaran dan
pelestarian lingkungan serta solusi apa yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi permasalahan yang ada dan bagaimana peran serta masyarakat dalam
menanggulangi masalah-masalah yang ada.
2.2.3. Penyusunan Kliping
Kertas kliping dapat disusun tegak atau miring. Cara penyusunan initergantung pada keinginan penyusunnya dan yang penting adalah konsisten. Menurut Winkel (1989) dalam Tampubolon (2010)Adapuncara penyusunan kliping dapat dipilih dari sistem-sistem berikut:
a) Sistem Evixe Sistem ini merupakan sistem penyusunan kliping yang menitikberatkan pada satu judul surat kabar/majalah yang terbit dalam jangka waktu tertentu secara kronologis. Dalam hal ini tentunya subjek yang dikliping terdiri dari berbagai bidang karena sistem ini lebih menitikberatkan pada urutan waktu. Dengan sistem ini pembaca akan lebih mudah menemukan peristiwa penting yang pernah terjadi pada waktu (hari, bulan, tahun) tertentu.
b) Sistem Ordnere Sistem ini merupakan penyusunan artikel atau berita, ulasan, dan lain sebagainya yang terdiri dari satu subjek menjadi satu susunan yang bahannya dari berbagai judul surat kabar. Dalama hal ini yang dipentingkan adalah subjeknya tanpa memperhatikan judul surat kabar maupun kronologi waktun terbitnya. Sistem ini telah banyak dikenal bahkan dipraktekkan oleh berbagai instansi, perpustakaan, yayasan, atau lembaga pendidikan.
14
2.2.4 Manfaat kliping
Menurut (Laza, 2006) dilihat dari segi prosesnya, kegiatan pengklipingan mempunyai beberapa manfaat yang antara lain seperti berikut:
a) Pada dasarnya prosedur pengklipingan dimulai dari kegiatan membaca artikel atau membaca berita. Dengan demikian, sebenarnya pengklipingan dapat menumbuhkan sekaligus meningkatkan minat baca dikalangan pelajar atau siapa saja yang menyusunnya.
b) Seperti telah disinggung di atas bahwa pengklipingan tidak lepas sama sekali dari kegiatan membaca. Bila rajin membaca sejumlah artikel/berita, para pelajar tentu menemukan hal-hal baru entah yang berkaitan dengan bahan pelajaran ataupun hal-hal baru sama sekali. Ini implikasinya, pengklipingan dapat memperluas pengetahuan para pelajar atau siapapun yang menyusun kliping.
c) Biasanya penyusunan kliping diluar jam sekolah. Dalam kaitan ini, pengklipingan dapat “mendidik” para pelajar untuk memanfaatkan waktu senggang.
d) Pengklipingan juga dapat dijadikan sebagai menyalurkan hobi. Bila ditinjau dari segi hasilnya, setelah guntingan pers itu dijilid seperti
buku, pengklipingan memperhatikan beberapa manfaat seperti berikut: a) Pengklipingan dapat membantu mendokumentasikan artikel-artikel
ilmiah atau berita penting yang besar kemungkinan akan diperlukan sewaktu-waktu.
b) Pengklipingan dapat menambah bahan bacaan ilmiah yang aktual di perpustakaan.
c) Guntingan pers dapat dimanfaatkan sebagai sumber data atau bahan acuan untuik menyelesaikan tugas-tugas atau PR anak didik.
d) Pengklipingan dijadikan sebagai media pengajaran, dan juga sebagai bahan untuk menambah bacaan ilmiah agar kaum pendidik tidak ketinggalan informasi yang up to date.
e) Kliping bisa menjadi media belajar yang efektif karena kliping merupakan kumpulan berita dan artikel yang biasanya disertai gambar atau foto di dalamnya.
Terkait dengan beberapa manfaat yang telah dikemukakan sebelumnya
manfaat lain dalam penyusunan kliping yaitu sebagai media belajar siswa pada
saat proses pembelajaran dan memberikan pengetahuan tentang permasalahan
yang ada pada lingkungan. Kliping juga mendorong siswa untuk lebih aktif pada
saat proses pembelajaran. Sebab dalam penyusunan kliping siswa harus terlebih
dahulu membaca sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa
mampu memberikan argumentasi atau pendapat yang berkaitan dengan materi
15
yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian klipinga dalam proses pembelajaran
memiliki manfaat yang sangat penting oleh siswa bahkan oleh guru itu sendiri.
Dimana, dengan adanya pemberian tugas mampu mendorong soswa lebih aktif
dan kreatif dalam proses pembelajaran.
2.3 Metode Brainstorming
Menurut Yonny (2011) dalam Nancy (2012) Brainstorming adalah suatu
situasi di mana sekelompok orang berkumpul untuk menggeneralisasikan ide-ide
baru seputar area spesifik yang menarik. Brainstorming dapat juga diartikan
sebagai suatu teknik konferensi di mana tiap-tiap kelompok berusaha mencari
suatu solusi pada suatu permasalahan yang spesifik melalui pemunculan ide-ide
secara spontan oleh masing-masing anggota kelompok.
Menurut Amin (1991) dalam Widowati (2009) metode
Brainstormingmerupakan suatu diskusi dimana anggota kelompok bebas
menyampaikan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu dibawah seorang
ketua. Semua ide yang masuk dicatat untuk kemudian diklasifikasikan menurut
suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada ide tertentu yang dirasa menarik
untuk dikembangkan. Pemberian pendapat dalam pemecahan masalah dapat
dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju konsep-
konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih
memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide
atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling
melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi. Dalam
metode ini semua siswa bebas menyumbangkan pendapatnya, jadi siswa tidak
16
perlu merasa takut salah. Hal ini akan melatih siswa untuk berani mengajukan
pendapat dalam diskusi.
Dalam Brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja
yang muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena
adanya kritik dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat
disimpulkan suatu jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu
kelemahan metode Brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup
untuk berpikir dengan baik Roestiyah (1998) dalam Nuraisiyyah (2008).
Kata Brainstorming berasal dari Bahasa Inggris yang berarti “curah
pendapat, mengemukakan pendapat”. Metode Brainstorming adalah teknik untuk
menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik.
Metode brainstorming juga dapat diartikan sebagai teknik mengajar yang
dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru,
kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar
sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.
“Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan berbagai ide
dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat” Roestiyah (1998) dalam
Nuraisiyyah (2008).
Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya
pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah.
17
Rangsangan yang diberikan dapat berupa pertanyaan untuk tugas pemecahan
masalah atau tugas melakukan kegiatan (Avianti, 2003:161).
Menurut Yonny (2011) dalam Nancy (2012) adapun langkah-langkah
metode Braintorming adalah sebagai berikut:(1) Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok; (2) Guru menyampaikan suatu materi; (3) Guru melontarkan masalah
kepadanya; (4) Siswa mengemukakan pendapat atau komentar, sedangkan guru
mencatat dipapan tulis tanpa mengadakan perubahan; (5) Guru dan peserta didik
bersama-sama mengevaluasi setiap gagasan yang dikemukakan tadi.
2.3.4 Keunggulan Metode Brainstorming
Keunggulan metode Brainstorming adalah sebagai berikut (Roestiyah
(1998) dalam Nuraisiyyah (2008):
a) Siswa aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.
b) Melatih siswa berpikir cepat dan tersusun logis
c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang sesuai masalah
yang diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan partisispasi siswa dealam menerima pelajaran.
e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru.
f) Terjadi persaingan yang sehat.
g) Siswa merasa bebas dan gembira.
h) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
18
2.3.5 Kelemahan Metode Brainstorming
Adapun kekurangan dari metode Brainstorming yang perlu diatasi adalah
Roestiyah (1998) dalam Nuraisiyyah (2008):
a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir
dengan baik.
b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.
c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai
saja.
d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan.
e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah.
f) Tidak menjamin pemecahan masalah.
g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan
2.4 Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama
siswa SMA, karena kemampuan-kemampuan ini dapat membantu siswa membuat
keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai
sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan-kemampuan ini
mengakibatkan siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa
mengetahui tujuan dan alasan melakukannya Takwim (2006) dalam Paidi (2008).
19
Perlunya siswa SMA mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
pemecahan masalah, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun
2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA Depdiknas,
(2006) dalam Paidi (2008):
Matapelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis,induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan denganperistiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dankuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidangmatematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya. Menurut Kantowski (1981) dalam Herman (2007) suatu situasi mungkin
merupakan masalah bagi seseorang pada waktu tertentu, akan tetapi belum tentu
merupakan masalah baginya pada saat yang berbeda. Suatu masalah biasanya
memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan
tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk
menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak
tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Perbedaan mendasar antara mengerjakan soal latihan dengan menyelesaikan
masalah dalam belajar. Dalam mengerjakan soal-soal latihan, siswa hanya dituntut
untuk langsung memperoleh jawabannya, Sedangkan yang dikatakan masalah
dalam adalah ketika seseorang siswa tidak dapat langsung mencari solusinya,
tetapi siswa perlu bernalar, menduga atau memprediksikan, mencari rumusan
yang sederhana lalu membuktikannya. Ciri bahwa sesuatu dikatakan masalah
ialah membutuhkan daya pikir/nalar, menantang siswa untuk dapat
menduga/memprediksi solusinya, serta cara untuk mendapatkan solusi tersebut
20
tidaklah tunggal, dan harus dapat dibuktikan bahwa solusi yang didapat adalah
benar/tepat.
Secara umum, pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses
penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang
diperoleh dan hasil yang diinginkan Pramana (2006) dalam Paidi (2008). Salah
satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan
(decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari
sejumlah alternatif yang tersedia Pramana (2006) dalam Paidi (2008).
Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari
pemecahan masalah yang dilakukan. Masalah itu sendiri didefinisikan sebagai
keadaanyang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
Menurut Anderson (2002) dalam Suci (2008) Kompleksitas pemecahan
masalah bergantung pada pada jenis masalah dan kerumitan masalah yang akan
dipecahkan. Semakin luas permasalahan yang dibahas semakin banyak informasi
yang diperlukan. Semakin banyak waktu yang siswa gunakan. Oleh karena itu,
batasilah masalah sesuai dengan informasi yang mungkin dapat siswa peroleh
selama pelaksanaan belajar dan waktu yang tersedia.
Langkah pemecahan masalah terdiri atas enam langkah berikutmenurut
Anderson (2002) dalam Suci (2008):
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah. 2. Menganalisis masalah. 3. Merumuskan alternatif solusi pemecahan masalah. 4. Menganalisis solusi atau paling potensial. 5. Memilih Solusi terbaik dan menyusun rencana tindakan 6. Mengevaluasi Solusi
Menurut Russefendi (1991) dalam Herman (2007) tujuan pemecahan masalah
adalah:
21
(1) Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatifitas; (2) di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain) disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar ; (3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, dan beraneka ragam, dan dapat menambah pengetahuan baru; (4) dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; (5) mengajak siswa untuk memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya; (6) merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi (bila diperlukan) banyak bidang studi, malahan dapat melibatkan pelajaran lain diluar pelajaran sekolah; (7) merangasang siswa untuk menggunakan segala kemampuannya. Ini bagi siswa untuk menghadapi kehidupannya kini dan dikemudian hari.
Manfaat pemecahan masalah yaitu (1) Menguji apa yang siswa ketahui; (2)
Menemukan apa yang sesungguhnya perlu siswa pelajari; (3)Mengembangkan
keterampilan siswa terampil berpikir dalam level kognitif tinggi; (4)Meningkatkan
kompetensi berkomunikasi lisan maupun tertulis; (5)Merumuskan pernyataan
untuk mempertahankan pendapat atau menyatakan tidak setuju dengan argumen
yang kuat; (6)Meningkatkan fleksibelitas dalam mengelola informasi dan
menyaring informasi yang diharapkan; (7)Mengembangkan keterampilan siswa
dalam berpikir kritis.
2.5 Pencemaran dan Pelestarian Alam
Perubahan lingkungan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan
yang terjadi pada lingkungan hidup manusia menyebabkan adanya gangguan
terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen lingkungan menjadi
berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan
manusia dan dapat pula karena faktor alam.
Perubahan lingkungan karena campur tangan manusia contohnya penebangan
hutan, pembangunan pemukiman, dan penerapan intensifikasi pertanian.
22
Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air.
Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan
dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat lain adalah munculnya
harimau, babi hutan, dan ular di tengah pemukiman manusia karena semakin
sempitnya habitat hewan-hewan tersebut. Pembangunan pemukiman pada daerah-
daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan papan. Semakin
padat populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi tidak atau kurang
produktif.
Penerapan intensifikasi pertanian dengan cara panca usaha tani, di satu sisi
meningkatkan produksi, sedangkan di sisi lain bersifat merugikan. Misalnya,
penggunaan pupuk dan pestisida dapat menyebabkan pencemaran. Contoh lain
pemilihan bibit unggul sehingga dalam satu kawasan lahan hanya ditanami satu
macam tanaman, disebut pertanian tipe monokultur, dapat mengurangi
keanekaragaman hayati daerah tersebut sehingga keseimbangan ekosistem
terganggu. Ekosistem menjadi dalam keadaan tidak stabil. Dampak yang lain
akibat penerapan tipe ini adalah terjadinya ledakan hama.
Perubahan lingkungan secara alami dapat disebabkan oleh bencana alam.
Bencana alam seperti kebakaran hutan di musim kemarau menyebabkan
kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut. Selain itu, terjadinya letusan
gunung menjadikan kawasan di sekitarnya rusak.
23
Gambar 2.1 Pembukaan hutan yang tidak terencana dapat merusak keseimbangan lingkungan
(Sumber: Biologi Kimball 1999: 202) 2.5.4 Keseimbangan Lingkungan
Definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu)
dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia). Lingkungan hidup
baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi manusia. Dalam
kondisi alami, lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu
untuk menyeimbangkan keadaannya. Namun tidak tertutup kemungkinan kondisi
demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia.
Dalam ekosistem atau lingkungan yang seimbang terdapat dinamika rantai
makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi. Jumlah antara produsen,
konsumen, dan pengurai ada dalam keseimbangan. Jumlah itu tidak tetap,
melainkan mengalami fluktuasi. Misalnya di suatu ekosistem padang rumput
terdapat rantai makanan yang terdiri dari rumput rusa harimau. Jika populasi
rumput (produsen) meningkat, maka tersedia cukup banyak makanan untuk rusa
(konsumen I) sehingga populasinya meningkat. Peningkatan populasi rusa
24
mengen-dalikan populasi rumput sehingga pertumbuhannya menurun. Harimau
memangsa rusa yang populasi meningkat, sehingga jumlah rusa kembali menurun.
Harimau sendiri secara alami mempunyai perkembangbiakan yang lambat dan
terjadi persaingan sesamanya sehingga populasinya cenderung sedikit. Jumlah
rusa yang menurun memberi kesempatan populasi rumput untuk berkembang.
Rumput yang melimpah kembali menyediakan makanan yang melimpah bagi
rusa. Demikianlah, dalam ekosistem yang seimbang terjadi fluktuasi jumlah
komponennya.
Gambar 2.2 Dalam ekosistem yang seimbang jumlah produsen dan konsumen seimbang
(Sumber: Biologi Kimball 1999: 203) Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi telah mengancam
kelestarian lingkungan. Penduduk yang besar menuntut disediakan makanan,
perumahan, dan fasilitas hidup yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan
penduduk, didirikanlah berbagai macam industri, bahan tambang digali dengan
liar, hutan ditebang untuk dijadikan perkebunan, lokasi pemukiman, kawasan
industri, dan sebagainya. Kegiatan manusia ini berpotensi mengganggu
keseimbangan alam secara langsung maupun tidak langsung.
2.5.5 Polusi
Menurut Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, polusi
atau pencemaran lingkungan diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya
25
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut
polutan.
Saat ini pencemaran lingkungan telah terjadi pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Hampir semua lingkup kehidupan telah mengalami
pemcemaran. Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
2.5.5.1 Pencemaran Udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Pencemaran udara
dinyatakan dengan ppm (part per million). Beberapa contoh pencemaran adalah
sebagai berikut.
1) Gas H2S, gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,
bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
2) Gas CO dan CO2, karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak
berbau, bersifat racun, merupakan hasil pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan bakar di ruang tertutup, misalnya pada mesin
mobil, kendaraan, dan mesin industri. Gas CO yang terhirup pernapasan
mengganggu pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
3) Partikel SO2 dan NO2, kedua partikel ini bersama dengan partikel cair
menghasilkan embun, kemudian membentuk awan dekat tanah yang
dapat mengganggu pernapasan.
26
4) Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga
dapat mengganggu kesehatan.
Gambar 2.3 Industri banyak menghasilkan gas buang yang menjadi penyebab
pencemaran udara (Sumber: Biologi Kimball 1999 : 204)
2.5.5.2 Pencemaran Air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
1) Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan
sampah domestik, misalnya sisa detergen mencemari air.
2) Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan
kandungan O2 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas
kehidupan organisme air.
3) Fosfat hasil dari pembusukan, deterjen, dan pupuk pertanian yang
terakumulasi dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan
mineral yang berlebihan di suatu perairan yang menyebabkan
pertumbuhan alga yang sangat cepat (blooming alga).
27
Gambar 2.4 Limbah industri yang dibuang langsung tanpa diolah dapat
mengakibatkan pencemaran air (Sumber: Biologi Kimball 1999: 206)
2.5.5.3 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis zat pencemar misalnya
sebagai berikut.
1) Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,
pecahan kaca, dan kaleng.
2) Detergen yang bersifat nonbiodegradable (secara alami sulit
diuraikan).
3) Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
2.5.5.4 Pencemaran Suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal
terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga
mengganggu pendengaran.
2.5.6 Upaya Pelestarian Alam
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan harus
diupayakan agar tetap lestari dengan memperhatikan tatanan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan
pengembangan lingkungan hidup. Melalui penerapan pengelolaan lingkungan
28
hidup akan terwujud kedinamisan dan harmonisasi antara manusia dengan
lingkungannya. Untuk mencegah dan menghindari tindakan manusia yang bersifat
kontradiksi dari hal-hal tersebut di atas, pemerintah telah menetapkan kebijakan
melalui Undang-Undang Lingkungan Hidup.
Gambar 2.5
Pengelolaan lingkungan yang diperlukan untuk melestarikan suatu ekosistem (Sumber: Biologi Kimball 1999: 207)
Upaya pengelolaan yang telah digalakkan dan undangundang yang telah
dikeluarkan tidak akan berarti tanpa didukung kesadaran manusia tentang arti
penting lingkungan untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta kesadaran
bahwa lingkungan yang ada saat ini merupakan titipan dari generasi yang akan
datang. Upaya pengelolaan limbah yang saat ini tengah digalakkan adalah
pendaurulangan atau recycling. Dengan daur ulang dimungkinkan pemanfaatan
sampah, misalnya plastik, aluminium, dan kertas menjadi barang-barang yang
bermanfaat.
Limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai alternatif mencari penghasilan.
Misalnya jerami dan serbuk gergaji dimanfaatkan sebagai media untuk
memelihara jamur, kertas diproses menjadi kertas daur ulang untuk bahan
kerajinan dan cinderamata, kotoran ternak dan sampah organik dapat
dimanfaatkan untuk membuat kompos dan biogas, serta sekam padi dan
tempurung kelapa digunakan untuk membuat arang/ karbon aktif. Di negara maju
29
sampah digunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan listrik baik
melalui fermentasi yang menghasilkan gas metana maupun dengan pembakaran
langsung.
Gambar 2.6 Plastik didaur ulang untuk membuat berbagai barang yang baru (Sumber:
Biologi Kimball 1999: 208 )
Jadi, pemanfaatan limbah dengan cara reuse dan recycle bermanfaat untuk
mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan, menghemat sumber
daya alam, membantu menjaga keseimbangan lingkungan dan kelestarian
kehidupan, sebagai alternatif untuk memperoleh pendapatan, dan
mengembangkan sikap arif terhadap lingkungan hidup.
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
terdapat pengaruh pembelajaran biologi menggunakan metode
Brainstromingmelalui kliping terhadap kemampuan memecahkan masalah pada
materi pencemaran dan pelestarian lingkungan serta terdapat perbedaan
kemampuan memecahakan masalah pada kelas yang menggunakan Brainstorming
melalui kliping (Eksperimen) dengan kelas yang tanpa menggunakan
Brainstorming melalui kliping (Kontrol).