bab ii tinjauan pustaka dan hipotesis 2.1 belajar dan...

22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi pada manusia. Menurut Slameto (2010:97) dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi peserta didik sehingga dapat merangsang peserta didik untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan agar dapat mencapai hasil belajar yang belajar yang optimal. Slameto(2003) dalam Ghullam (2011) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu. Belajar sebagai suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau melakukan suatu perbuatan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup. Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif tetap (Kunandar, 2007).

Upload: hacong

Post on 09-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga memegang

peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,

kepribadian, dan bahkan persepsi pada manusia. Menurut Slameto (2010:97)

dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi peserta didik sehingga dapat

merangsang peserta didik untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi

kebutuhan agar dapat mencapai hasil belajar yang belajar yang optimal.

Slameto(2003) dalam Ghullam (2011) mengemukakan bahwa belajar

adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar,

siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.

Belajar sebagai suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau melakukan

suatu perbuatan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku

positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup. Belajar merupakan suatu

proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif tetap (Kunandar, 2007).

9

Mohamad Surya (2004) dalam Ghullam (2011)mengungkapkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan perilaku

sebagai hasil interaksi antara dirinya dan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, pengertina pembelajaran dapat dirumuskan

sebgai berikut: “pembelajaran ialah suatu proes yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya“.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar

mengajar berlangsung. Sudjana (2009:22) mendefinisikan hasil belajar adalah

kemampuan dimiliki siswa setelah ia menerima penglaman belajar. Menurut

Hamalik (2008:30) bahwa: Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar

maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak

mengerti menjadi mengerti, sedangkan menurut Djamarah (2006:107) bahwa:

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar dan masalah

yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana hasil belajar yang telah dicapai.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-

10

perubahan dalam jiwa seperti memperoleh pengertian tentang bahasa, bersikap

sosial dan sebagainya Dimyati (2002) dalam Sumarni (2011).

Hasil belajar sangat erat hubungannya dengan proses belajar, seperti yang

dikemukakan Sudjana (1989) dalam Nusi (2013) bahwa “Secara umum

keberhasilan dalam proses belajar mengajar ditinjau dari dua segi, yakni dari segi

proses dan hasil belajar”. Dari segi proses artinya keberhasilan pengajaran terletak

pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa, sedangkan dari segi

hasil adalah hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat proses-proses yang

dilakukan oleh siswa.

Dimyati dan Mudjiono (1994) dalam Nusi (2013) mengatakan bahwa

“Hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki

tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai”.

Dengan demikian proses belajar siswa merupakan penunjang hasil belajar yang

dicapainya, semakin baik proses belajar yang dilakukan yang dilakukan oleh

siswa, semakin tinggi pula hasil belajarnya, sehingga tercapai tujuan pengajaran

melalui keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Nasution (2010:56) bahwa hasil yang dicapai dalam bidang

kognitif ialah bahwa jumlah murid yang mendapat angka tertinggi atas dasar

penguasannya yang tuntas mengenai bahan pelajarn tertentu. Selain itu, dalam

bidang afektif, memperoleh minat untuk pelajaran yang akan dilakukannya

dengan baik dan itu merupakan dasar bagi kelanjutan pelajarannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasi belajar sebagaimana yang

dikatakan oleh Slameto (2010:55) adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik) meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat, bakat dan perhatian.

11

2. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik) meliputi kondisi lingkungan di sekitas peserta didik .

3. Faktor pendekatan belajar meliputi strategi dan model pembelajaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Syah (2011:199) bahwa tujuan hasil belajar adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai peserta didikdalam suatu ukuran waktu proses belajar tertentu.

2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang peserta didik dalam kelompok kelasnya.

3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam belajar.

4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana peserta didik mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)

5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode dan media yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi yang diajarkan oleh

guru pada saat proses pembelajaran.

2.2 Kliping

2.2.1 Pengertian Kliping

Menurut (Laza, 2006) kliping merupakan kegiatan pengguntingan atau

pemotongan bagian-bagian surat kabar maupun majalah, kemudian disusun

dengan sistem tertentu dalam berbagai bidang. Bidang yang dikliping ini

sebaiknya sesuai dengan minat dan bidang pemakai perpustakaan masing-masing.

Maka tidak perlu semua artikel atau berita harus dikliping.

Setelah membahas pengertian kliping, kembali lagi pada hal kuncinya,

biasanya seseorang membuat kliping karena mendapatkan tugas dari sekolah,

misalnya ditugaskan untuk membuat kliping seni budaya, kliping lingkungan

hidup, dan lain sebagainya.Jika kliping disarankan sebagai media pengajaran di

sekolah, tentu kita beranggapan bahwa ini sesuatu yang berlebihan.

12

Tetapi anggapan yang demikian itu wajar karena selama ini kliping sangat jarang

digunakan dan dimanfaatkan untuk memperlancar kegiatan belajar-mengajar,

apalagi dalam konteks kekhususan.

Kata clipping berubah menjadi kliping dalam bahasa Indonesia dengan

sedikit mengalami perluasan makna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai

Pustaka (1989) dalam Tampubolon (2010) , istilah kliping dijelaskan sebagai

guntingan artikel, karya tulis atau berita yang dianggap penting dari surat kabar

atau majalah untuk disimpan atau di dokumentasikan. Jadi, satu artikel pun dapat

disebut sebagai kliping.

2.2.2 Tujuan Pembuatan Kliping

Menurut (Laza, 2006) tujuan pembuatan kliping dimaksudkan untuk : a) Menyimpan dan melestarikan kekayaan intelektual manusia

Hasil pemikiran, budaya, penelitian, dan pengalaman manusia perlu disimpan dan dikembangkan. Usaha ini perlu dilaksanakan agar generasi mendatang dapat mengembangkan pemikiran, penemuan, dan penelitian tersebut

b) Menyebarluaskan ide dan gagasan kepada orang lain Kliping merupakan upaya penyebaran pemikiran, ide, dan pengalaman seseorang kepada orang lain sekaligus merupakan sarana sambung pengertian antara penulis dan pembaca yang kebetulan belum sempat mengikuti buah pikiran penulis yang pernah dimuat dalam suatu surat kabar

c) Merangkum beberapa pemikiran dalam suatu bidang Dalam kliping itu akan dapat dipelajari kembali beberapa pemikiran para ahli tentang suatu masalah. Selain itu dapat diikuti dialog ilmiah dan silang pendapat tentang suatu masalah sesuai bidang mereka dengan pandangan yang bervariasi. Dengan demikian, pembaca kliping akan mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang masalah tersebut.

d) Memupuk kreativitas Menggunting dan menempel guntingan Koran pada kertas merupakan kegiatan seni dan kreatifitas tersendiri. Bahkan dapat dikatakanbahwa kling merupakan usaha menyusun suirat kabar yang kedua kalinya. Dalam hal ini diperlukan kecermatan dan ketelitian tersendiri dalam mengatur tata letak/lay out penyusunannya. Penyambungan artikel panjang yang dalam koran aslinya terdapat di berbagai halaman juga memerlukan kecermatan dan perhitungan yang matang.

13

e) Menunjang pemenuhan keperluan informasi tertentu Hasil kliping bisa mengadopsi kepentingan informasi pembaca yang memerlukan informasi dalam bidang tertentu. Informasi ini mungkin berupa informasi mutakhir, rinci, data, angka, hasil wawancara, dan lainnya.

Selain tujuan di atas adapun tujuan lain dari penyusunan klipng yaitu

memberikan pengetahuan awal siswa dalam poses pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran khususnya pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan

penyusunan kliping bertujuan memberikan informasi mengenai masalah-masalah

apa yang sering terjadi di lingkungan masyarakat terkait dengan pencemaran dan

pelestarian lingkungan serta solusi apa yang dilakukan pemerintah dalam

mengatasi permasalahan yang ada dan bagaimana peran serta masyarakat dalam

menanggulangi masalah-masalah yang ada.

2.2.3. Penyusunan Kliping

Kertas kliping dapat disusun tegak atau miring. Cara penyusunan initergantung pada keinginan penyusunnya dan yang penting adalah konsisten. Menurut Winkel (1989) dalam Tampubolon (2010)Adapuncara penyusunan kliping dapat dipilih dari sistem-sistem berikut:

a) Sistem Evixe Sistem ini merupakan sistem penyusunan kliping yang menitikberatkan pada satu judul surat kabar/majalah yang terbit dalam jangka waktu tertentu secara kronologis. Dalam hal ini tentunya subjek yang dikliping terdiri dari berbagai bidang karena sistem ini lebih menitikberatkan pada urutan waktu. Dengan sistem ini pembaca akan lebih mudah menemukan peristiwa penting yang pernah terjadi pada waktu (hari, bulan, tahun) tertentu.

b) Sistem Ordnere Sistem ini merupakan penyusunan artikel atau berita, ulasan, dan lain sebagainya yang terdiri dari satu subjek menjadi satu susunan yang bahannya dari berbagai judul surat kabar. Dalama hal ini yang dipentingkan adalah subjeknya tanpa memperhatikan judul surat kabar maupun kronologi waktun terbitnya. Sistem ini telah banyak dikenal bahkan dipraktekkan oleh berbagai instansi, perpustakaan, yayasan, atau lembaga pendidikan.

14

2.2.4 Manfaat kliping

Menurut (Laza, 2006) dilihat dari segi prosesnya, kegiatan pengklipingan mempunyai beberapa manfaat yang antara lain seperti berikut:

a) Pada dasarnya prosedur pengklipingan dimulai dari kegiatan membaca artikel atau membaca berita. Dengan demikian, sebenarnya pengklipingan dapat menumbuhkan sekaligus meningkatkan minat baca dikalangan pelajar atau siapa saja yang menyusunnya.

b) Seperti telah disinggung di atas bahwa pengklipingan tidak lepas sama sekali dari kegiatan membaca. Bila rajin membaca sejumlah artikel/berita, para pelajar tentu menemukan hal-hal baru entah yang berkaitan dengan bahan pelajaran ataupun hal-hal baru sama sekali. Ini implikasinya, pengklipingan dapat memperluas pengetahuan para pelajar atau siapapun yang menyusun kliping.

c) Biasanya penyusunan kliping diluar jam sekolah. Dalam kaitan ini, pengklipingan dapat “mendidik” para pelajar untuk memanfaatkan waktu senggang.

d) Pengklipingan juga dapat dijadikan sebagai menyalurkan hobi. Bila ditinjau dari segi hasilnya, setelah guntingan pers itu dijilid seperti

buku, pengklipingan memperhatikan beberapa manfaat seperti berikut: a) Pengklipingan dapat membantu mendokumentasikan artikel-artikel

ilmiah atau berita penting yang besar kemungkinan akan diperlukan sewaktu-waktu.

b) Pengklipingan dapat menambah bahan bacaan ilmiah yang aktual di perpustakaan.

c) Guntingan pers dapat dimanfaatkan sebagai sumber data atau bahan acuan untuik menyelesaikan tugas-tugas atau PR anak didik.

d) Pengklipingan dijadikan sebagai media pengajaran, dan juga sebagai bahan untuk menambah bacaan ilmiah agar kaum pendidik tidak ketinggalan informasi yang up to date.

e) Kliping bisa menjadi media belajar yang efektif karena kliping merupakan kumpulan berita dan artikel yang biasanya disertai gambar atau foto di dalamnya.

Terkait dengan beberapa manfaat yang telah dikemukakan sebelumnya

manfaat lain dalam penyusunan kliping yaitu sebagai media belajar siswa pada

saat proses pembelajaran dan memberikan pengetahuan tentang permasalahan

yang ada pada lingkungan. Kliping juga mendorong siswa untuk lebih aktif pada

saat proses pembelajaran. Sebab dalam penyusunan kliping siswa harus terlebih

dahulu membaca sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa

mampu memberikan argumentasi atau pendapat yang berkaitan dengan materi

15

yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian klipinga dalam proses pembelajaran

memiliki manfaat yang sangat penting oleh siswa bahkan oleh guru itu sendiri.

Dimana, dengan adanya pemberian tugas mampu mendorong soswa lebih aktif

dan kreatif dalam proses pembelajaran.

2.3 Metode Brainstorming

Menurut Yonny (2011) dalam Nancy (2012) Brainstorming adalah suatu

situasi di mana sekelompok orang berkumpul untuk menggeneralisasikan ide-ide

baru seputar area spesifik yang menarik. Brainstorming dapat juga diartikan

sebagai suatu teknik konferensi di mana tiap-tiap kelompok berusaha mencari

suatu solusi pada suatu permasalahan yang spesifik melalui pemunculan ide-ide

secara spontan oleh masing-masing anggota kelompok.

Menurut Amin (1991) dalam Widowati (2009) metode

Brainstormingmerupakan suatu diskusi dimana anggota kelompok bebas

menyampaikan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu dibawah seorang

ketua. Semua ide yang masuk dicatat untuk kemudian diklasifikasikan menurut

suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada ide tertentu yang dirasa menarik

untuk dikembangkan. Pemberian pendapat dalam pemecahan masalah dapat

dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju konsep-

konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih

memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide

atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling

melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi. Dalam

metode ini semua siswa bebas menyumbangkan pendapatnya, jadi siswa tidak

16

perlu merasa takut salah. Hal ini akan melatih siswa untuk berani mengajukan

pendapat dalam diskusi.

Dalam Brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja

yang muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena

adanya kritik dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat

disimpulkan suatu jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu

kelemahan metode Brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup

untuk berpikir dengan baik Roestiyah (1998) dalam Nuraisiyyah (2008).

Kata Brainstorming berasal dari Bahasa Inggris yang berarti “curah

pendapat, mengemukakan pendapat”. Metode Brainstorming adalah teknik untuk

menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik.

Metode brainstorming juga dapat diartikan sebagai teknik mengajar yang

dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru,

kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar

sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.

“Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan berbagai ide

dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat” Roestiyah (1998) dalam

Nuraisiyyah (2008).

Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya

pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah.

17

Rangsangan yang diberikan dapat berupa pertanyaan untuk tugas pemecahan

masalah atau tugas melakukan kegiatan (Avianti, 2003:161).

Menurut Yonny (2011) dalam Nancy (2012) adapun langkah-langkah

metode Braintorming adalah sebagai berikut:(1) Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok; (2) Guru menyampaikan suatu materi; (3) Guru melontarkan masalah

kepadanya; (4) Siswa mengemukakan pendapat atau komentar, sedangkan guru

mencatat dipapan tulis tanpa mengadakan perubahan; (5) Guru dan peserta didik

bersama-sama mengevaluasi setiap gagasan yang dikemukakan tadi.

2.3.4 Keunggulan Metode Brainstorming

Keunggulan metode Brainstorming adalah sebagai berikut (Roestiyah

(1998) dalam Nuraisiyyah (2008):

a) Siswa aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.

b) Melatih siswa berpikir cepat dan tersusun logis

c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang sesuai masalah

yang diberikan oleh guru.

d) Meningkatkan partisispasi siswa dealam menerima pelajaran.

e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai

atau dari guru.

f) Terjadi persaingan yang sehat.

g) Siswa merasa bebas dan gembira.

h) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

18

2.3.5 Kelemahan Metode Brainstorming

Adapun kekurangan dari metode Brainstorming yang perlu diatasi adalah

Roestiyah (1998) dalam Nuraisiyyah (2008):

a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir

dengan baik.

b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.

c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

saja.

d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan.

e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah.

f) Tidak menjamin pemecahan masalah.

g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan

2.4 Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama

siswa SMA, karena kemampuan-kemampuan ini dapat membantu siswa membuat

keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai

sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan-kemampuan ini

mengakibatkan siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa

mengetahui tujuan dan alasan melakukannya Takwim (2006) dalam Paidi (2008).

19

Perlunya siswa SMA mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi dan

pemecahan masalah, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun

2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA Depdiknas,

(2006) dalam Paidi (2008):

Matapelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis,induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan denganperistiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dankuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidangmatematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya. Menurut Kantowski (1981) dalam Herman (2007) suatu situasi mungkin

merupakan masalah bagi seseorang pada waktu tertentu, akan tetapi belum tentu

merupakan masalah baginya pada saat yang berbeda. Suatu masalah biasanya

memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan

tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk

menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak

tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal

tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.

Perbedaan mendasar antara mengerjakan soal latihan dengan menyelesaikan

masalah dalam belajar. Dalam mengerjakan soal-soal latihan, siswa hanya dituntut

untuk langsung memperoleh jawabannya, Sedangkan yang dikatakan masalah

dalam adalah ketika seseorang siswa tidak dapat langsung mencari solusinya,

tetapi siswa perlu bernalar, menduga atau memprediksikan, mencari rumusan

yang sederhana lalu membuktikannya. Ciri bahwa sesuatu dikatakan masalah

ialah membutuhkan daya pikir/nalar, menantang siswa untuk dapat

menduga/memprediksi solusinya, serta cara untuk mendapatkan solusi tersebut

20

tidaklah tunggal, dan harus dapat dibuktikan bahwa solusi yang didapat adalah

benar/tepat.

Secara umum, pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses

penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang

diperoleh dan hasil yang diinginkan Pramana (2006) dalam Paidi (2008). Salah

satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan

(decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari

sejumlah alternatif yang tersedia Pramana (2006) dalam Paidi (2008).

Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari

pemecahan masalah yang dilakukan. Masalah itu sendiri didefinisikan sebagai

keadaanyang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan.

Menurut Anderson (2002) dalam Suci (2008) Kompleksitas pemecahan

masalah bergantung pada pada jenis masalah dan kerumitan masalah yang akan

dipecahkan. Semakin luas permasalahan yang dibahas semakin banyak informasi

yang diperlukan. Semakin banyak waktu yang siswa gunakan. Oleh karena itu,

batasilah masalah sesuai dengan informasi yang mungkin dapat siswa peroleh

selama pelaksanaan belajar dan waktu yang tersedia.

Langkah pemecahan masalah terdiri atas enam langkah berikutmenurut

Anderson (2002) dalam Suci (2008):

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah. 2. Menganalisis masalah. 3. Merumuskan alternatif solusi pemecahan masalah. 4. Menganalisis solusi atau paling potensial. 5. Memilih Solusi terbaik dan menyusun rencana tindakan 6. Mengevaluasi Solusi

Menurut Russefendi (1991) dalam Herman (2007) tujuan pemecahan masalah

adalah:

21

(1) Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatifitas; (2) di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain) disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar ; (3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, dan beraneka ragam, dan dapat menambah pengetahuan baru; (4) dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; (5) mengajak siswa untuk memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya; (6) merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi (bila diperlukan) banyak bidang studi, malahan dapat melibatkan pelajaran lain diluar pelajaran sekolah; (7) merangasang siswa untuk menggunakan segala kemampuannya. Ini bagi siswa untuk menghadapi kehidupannya kini dan dikemudian hari.

Manfaat pemecahan masalah yaitu (1) Menguji apa yang siswa ketahui; (2)

Menemukan apa yang sesungguhnya perlu siswa pelajari; (3)Mengembangkan

keterampilan siswa terampil berpikir dalam level kognitif tinggi; (4)Meningkatkan

kompetensi berkomunikasi lisan maupun tertulis; (5)Merumuskan pernyataan

untuk mempertahankan pendapat atau menyatakan tidak setuju dengan argumen

yang kuat; (6)Meningkatkan fleksibelitas dalam mengelola informasi dan

menyaring informasi yang diharapkan; (7)Mengembangkan keterampilan siswa

dalam berpikir kritis.

2.5 Pencemaran dan Pelestarian Alam

Perubahan lingkungan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan

yang terjadi pada lingkungan hidup manusia menyebabkan adanya gangguan

terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen lingkungan menjadi

berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan

manusia dan dapat pula karena faktor alam.

Perubahan lingkungan karena campur tangan manusia contohnya penebangan

hutan, pembangunan pemukiman, dan penerapan intensifikasi pertanian.

22

Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air.

Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan

dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat lain adalah munculnya

harimau, babi hutan, dan ular di tengah pemukiman manusia karena semakin

sempitnya habitat hewan-hewan tersebut. Pembangunan pemukiman pada daerah-

daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan papan. Semakin

padat populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi tidak atau kurang

produktif.

Penerapan intensifikasi pertanian dengan cara panca usaha tani, di satu sisi

meningkatkan produksi, sedangkan di sisi lain bersifat merugikan. Misalnya,

penggunaan pupuk dan pestisida dapat menyebabkan pencemaran. Contoh lain

pemilihan bibit unggul sehingga dalam satu kawasan lahan hanya ditanami satu

macam tanaman, disebut pertanian tipe monokultur, dapat mengurangi

keanekaragaman hayati daerah tersebut sehingga keseimbangan ekosistem

terganggu. Ekosistem menjadi dalam keadaan tidak stabil. Dampak yang lain

akibat penerapan tipe ini adalah terjadinya ledakan hama.

Perubahan lingkungan secara alami dapat disebabkan oleh bencana alam.

Bencana alam seperti kebakaran hutan di musim kemarau menyebabkan

kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut. Selain itu, terjadinya letusan

gunung menjadikan kawasan di sekitarnya rusak.

23

Gambar 2.1 Pembukaan hutan yang tidak terencana dapat merusak keseimbangan lingkungan

(Sumber: Biologi Kimball 1999: 202) 2.5.4 Keseimbangan Lingkungan

Definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.

Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu)

dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia). Lingkungan hidup

baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi manusia. Dalam

kondisi alami, lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu

untuk menyeimbangkan keadaannya. Namun tidak tertutup kemungkinan kondisi

demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia.

Dalam ekosistem atau lingkungan yang seimbang terdapat dinamika rantai

makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi. Jumlah antara produsen,

konsumen, dan pengurai ada dalam keseimbangan. Jumlah itu tidak tetap,

melainkan mengalami fluktuasi. Misalnya di suatu ekosistem padang rumput

terdapat rantai makanan yang terdiri dari rumput rusa harimau. Jika populasi

rumput (produsen) meningkat, maka tersedia cukup banyak makanan untuk rusa

(konsumen I) sehingga populasinya meningkat. Peningkatan populasi rusa

24

mengen-dalikan populasi rumput sehingga pertumbuhannya menurun. Harimau

memangsa rusa yang populasi meningkat, sehingga jumlah rusa kembali menurun.

Harimau sendiri secara alami mempunyai perkembangbiakan yang lambat dan

terjadi persaingan sesamanya sehingga populasinya cenderung sedikit. Jumlah

rusa yang menurun memberi kesempatan populasi rumput untuk berkembang.

Rumput yang melimpah kembali menyediakan makanan yang melimpah bagi

rusa. Demikianlah, dalam ekosistem yang seimbang terjadi fluktuasi jumlah

komponennya.

Gambar 2.2 Dalam ekosistem yang seimbang jumlah produsen dan konsumen seimbang

(Sumber: Biologi Kimball 1999: 203) Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi telah mengancam

kelestarian lingkungan. Penduduk yang besar menuntut disediakan makanan,

perumahan, dan fasilitas hidup yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan

penduduk, didirikanlah berbagai macam industri, bahan tambang digali dengan

liar, hutan ditebang untuk dijadikan perkebunan, lokasi pemukiman, kawasan

industri, dan sebagainya. Kegiatan manusia ini berpotensi mengganggu

keseimbangan alam secara langsung maupun tidak langsung.

2.5.5 Polusi

Menurut Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, polusi

atau pencemaran lingkungan diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya

25

makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut

polutan.

Saat ini pencemaran lingkungan telah terjadi pada tingkat yang

mengkhawatirkan. Hampir semua lingkup kehidupan telah mengalami

pemcemaran. Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi

tiga macam yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.

2.5.5.1 Pencemaran Udara

Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Pencemaran udara

dinyatakan dengan ppm (part per million). Beberapa contoh pencemaran adalah

sebagai berikut.

1) Gas H2S, gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,

bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.

2) Gas CO dan CO2, karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak

berbau, bersifat racun, merupakan hasil pembakaran yang tidak

sempurna dari bahan bakar di ruang tertutup, misalnya pada mesin

mobil, kendaraan, dan mesin industri. Gas CO yang terhirup pernapasan

mengganggu pengikatan oksigen oleh hemoglobin.

3) Partikel SO2 dan NO2, kedua partikel ini bersama dengan partikel cair

menghasilkan embun, kemudian membentuk awan dekat tanah yang

dapat mengganggu pernapasan.

26

4) Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga

dapat mengganggu kesehatan.

Gambar 2.3 Industri banyak menghasilkan gas buang yang menjadi penyebab

pencemaran udara (Sumber: Biologi Kimball 1999 : 204)

2.5.5.2 Pencemaran Air

Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.

1) Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan

sampah domestik, misalnya sisa detergen mencemari air.

2) Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan

kandungan O2 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas

kehidupan organisme air.

3) Fosfat hasil dari pembusukan, deterjen, dan pupuk pertanian yang

terakumulasi dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan

mineral yang berlebihan di suatu perairan yang menyebabkan

pertumbuhan alga yang sangat cepat (blooming alga).

27

Gambar 2.4 Limbah industri yang dibuang langsung tanpa diolah dapat

mengakibatkan pencemaran air (Sumber: Biologi Kimball 1999: 206)

2.5.5.3 Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis zat pencemar misalnya

sebagai berikut.

1) Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,

pecahan kaca, dan kaleng.

2) Detergen yang bersifat nonbiodegradable (secara alami sulit

diuraikan).

3) Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.

2.5.5.4 Pencemaran Suara

Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal

terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga

mengganggu pendengaran.

2.5.6 Upaya Pelestarian Alam

Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan harus

diupayakan agar tetap lestari dengan memperhatikan tatanan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,

penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan

pengembangan lingkungan hidup. Melalui penerapan pengelolaan lingkungan

28

hidup akan terwujud kedinamisan dan harmonisasi antara manusia dengan

lingkungannya. Untuk mencegah dan menghindari tindakan manusia yang bersifat

kontradiksi dari hal-hal tersebut di atas, pemerintah telah menetapkan kebijakan

melalui Undang-Undang Lingkungan Hidup.

Gambar 2.5

Pengelolaan lingkungan yang diperlukan untuk melestarikan suatu ekosistem (Sumber: Biologi Kimball 1999: 207)

Upaya pengelolaan yang telah digalakkan dan undangundang yang telah

dikeluarkan tidak akan berarti tanpa didukung kesadaran manusia tentang arti

penting lingkungan untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta kesadaran

bahwa lingkungan yang ada saat ini merupakan titipan dari generasi yang akan

datang. Upaya pengelolaan limbah yang saat ini tengah digalakkan adalah

pendaurulangan atau recycling. Dengan daur ulang dimungkinkan pemanfaatan

sampah, misalnya plastik, aluminium, dan kertas menjadi barang-barang yang

bermanfaat.

Limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai alternatif mencari penghasilan.

Misalnya jerami dan serbuk gergaji dimanfaatkan sebagai media untuk

memelihara jamur, kertas diproses menjadi kertas daur ulang untuk bahan

kerajinan dan cinderamata, kotoran ternak dan sampah organik dapat

dimanfaatkan untuk membuat kompos dan biogas, serta sekam padi dan

tempurung kelapa digunakan untuk membuat arang/ karbon aktif. Di negara maju

29

sampah digunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan listrik baik

melalui fermentasi yang menghasilkan gas metana maupun dengan pembakaran

langsung.

Gambar 2.6 Plastik didaur ulang untuk membuat berbagai barang yang baru (Sumber:

Biologi Kimball 1999: 208 )

Jadi, pemanfaatan limbah dengan cara reuse dan recycle bermanfaat untuk

mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan, menghemat sumber

daya alam, membantu menjaga keseimbangan lingkungan dan kelestarian

kehidupan, sebagai alternatif untuk memperoleh pendapatan, dan

mengembangkan sikap arif terhadap lingkungan hidup.

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

terdapat pengaruh pembelajaran biologi menggunakan metode

Brainstromingmelalui kliping terhadap kemampuan memecahkan masalah pada

materi pencemaran dan pelestarian lingkungan serta terdapat perbedaan

kemampuan memecahakan masalah pada kelas yang menggunakan Brainstorming

melalui kliping (Eksperimen) dengan kelas yang tanpa menggunakan

Brainstorming melalui kliping (Kontrol).