bab ii tinjauan pustaka dan hipotesis 2.1tinjauan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Hakikat Pencak Silat
2.1.1.1Definisi pencak Silat
Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad.
Pencak silat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada
zaman dahulu ketika manusia masih hidup dari berburu, mereka hidup secara berkelompok
dan saling bermusuhan. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka belajar membela diri
dengan cara menirukan gerakan-gerakan binatang buruan mereka dalam membela diri.
Dengan berkembangnnya peradaban, seni beladiri juga ikut berkembang ke arah lebih
sempurna dan dinakaman pencak atau silat. Istilah atau nama pencak silat mengandung 4
(empat) aspek atau unsur pengertian, yaitu: unsur olahraga, unsur kesenian, unsur beladiri,
dan unsur kerohanian (kebatinan).
Dalam olahraga pencak silat terdapat beberapa pendekatan sebagaimana yang
dikatakan olehSucipto (2001:3) bahwa “ada dua pendekatan yang umumnya diterapkan
dalam pembelajaran pencak silat, yaitu pendekatan teknis dan pendekatan taktis”. Pendekatan
teknis menekankan pada pembelajaran teknik dari suatu permainan, sedangkan pendekatan
taktis menekankan pada taktik dari suatu permainan dalam cabang olahraga.
Gerakan dalam pencak silat sangat disukai karena memiliki seni yang tinggi Menurut
Syukur (dalam Maryono, 1998:26) bahwa pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan
menghidar, yang disertaikan dengan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan
sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri menangkis, menyerang
dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di depan umum. 7
Peranan pencak silat adalah sebagai sarana dan prasarana untuk membentuk manusia
seutuhnya yang sehat, kuat, tangkas, terampil, sabar, kesatria, dan percaya diri. Pencak silat
merupakan olahraga khas kelahiran Indonesia yang berakar pada adat istiadat beberapa
daerah. Gerakan tangan dan tubuh, baik dengan iringan musik atau tidak yang
menggambarkan patriotisme seseorang dalam mempertahankan diri.
Pencak silat mempunyai 4 aspek yang mencakup nilai-nilai luhur sebagai suatu kesatuan
yang tak terpisahkan, yaitu:
1) Aspek mental spiritual
a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b. Tenggang rasa, percaya diri dan disiplin,
c. Cinta bangsa dan tanah air,
d. Persaudaraan, pengendalian diri dan tanggung jawab, dan
e. Solidaritas sosial, jujur, membela kebenaran dan keadilan.
2) Aspek bela diri
a. Berani dalam membela kebenaran dan keadilan,
b. Tahan uji dan tabah,
c. Tangguh dan ulet,
d. Tanggap, peka dan cermat,
e. Melaksanakan ilmu padi (tidak sombong),
f. Menggunakan keterampilan gerak efektifnya dalam perkelahin hanya dalam keadaan
terpaksa untuk keselamatan diri bangsa dan tanah air.
3) Aspek seni
a. Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan
nilai-nilai luhur,
b. Mengembangkan pencak silat yang di arahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian
bangsa,
c. Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai pencak silat yang bersifat kedaerahan,
d. Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, dan
e. Mampu menyaingi dan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yang positif.
4) Aspek olahraga
a. Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari,
b. Meningkatkan prestasi,
c. Menjunjung tinggi nilai solidaritas, dan
d. Pantang menyerah.
Ketua IPSI Pertama(Mr.Wongsonegoro) mengatakan bahwa pencak adalah serangan bela,
berupa tarian dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang bisa
dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, yakni kemahiran untuk
perkelahian atau membela diri matia-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum.
Imam Koesoepangat, mengatakan bahwa pencak merupakan gerak bela diri tanpa lawan,
sementara silat sebagai bela diri yang tidak boleh dipertandingkan.
Tokoh-tokoh pendiri IPSI akhirnya sepakat untuk tidak membedakan pengertian
pencak dan silat, karena kedua kata tersebut memang mempunyai pengertian yang sama. Kata
pencak maupun silat sama-sama mengandung pengertian kerohanian, irama, keindahan, dan
kiat maupun praktek, kinerja atau aplikasinya.
Istilah pencak silat merupakan sebuah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia bahkan dunia internasional dewasa ini. Eksistensi pencak silat telah berkembang
diberbagai negara sehingga tidak diragukan lagi bahwa keberadaannya serta kemandiriannya.
Muhajir (2007: 47) menyatakan bahwa pencak silat adalah hasil budaya masyarakat
Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan
hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal senada
dikemukakan oleh Gunawan (2007: 8) bahwa pencak silat adalah beladiri tradisional
Indonesia yang berakar dari budaya Melayu, dan bisa ditemukan hampir seluruh wilayah
Indonesia.
Dengan demikian, pencak silat pada hakikatnya adalah hasil warisan budaya asli
masyarakat Indonesia yang berakar dari budaya Melayu dan bisa ditemukan hampir seluruh
wilayah Indonesia yang bertujuan untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan
integritasnya terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Dalam pencak silat, terdapat beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Pencak silat sebagai olahraga
pencak silat dikatakan sebagai salah satu cabang olahraga hal ini diungkapkan oleh
Nugroho (2004: 4). Pernyataan ini dianggap tepat, sebab bila ditinjau dari karakteristiknya,
pencak silat melibatkan fisik dalam pelaksanaannya. Di samping itu, pencak silat telah
menjadi salah satu media kompetisi dalam memperjuangkan prestasi. Prestasi ini diperoleh
dari sebuah kemenangan persaingan dari suatu pertandingan atau perlombaan dalam berbagai
kategori. Sebagai contoh adalah dilaksanakannya kejuaraan-kejuaraan pencak silat baik di
tingkat daerah, wilayah, nasional, maupun internasional. Tujuan prestasi inilah sehingga
pencak silat dkatakan sebagai olahraga. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
oleh Gafur (dalam Abdullah dan Manadji, 1994: 9) bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk
kegiatan jasmani yang terdapa dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang
intensif dalam rangkan memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi optimal.
Perlu diketahui pula bahwa olahraga pencak silat bukan hanya nilai-nilai olahraga
prestasi yang tertuang di dalamnya, namun juga memiliki empat aspek yang mencakup nilai-
nilai luhur sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, salah satunya ialah aspek olahraga.
Mukholid (2004: 126) menguraikan nilai-nilai luhur pencak silat dari aspek olahraga, yakni:
(1) berlatih dan melaksanakan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai luhur, (2) meningkatkan prestasi, (3) menjunjung tinggi solidaritas,
dan (4) pantang menyerah.
b. Pencak silat sebagai pendidikan
Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang berilai luhur.
Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung di dalam jati diri yang meliputi tiga hal pokok,
sebagai satu kesatuan, yaitu : (1) budaya Indonesia sebagai asal dari coraknya, (2) falsafah
budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaan, dan (3) pembinaan mental
spiritual/budi pekerti, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral dari substansinya.
Pencak silat yang dihayati keseluruhan nilai-nilainya, akan mempunyai manfaat yang
besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya tetapi juga bagi masyarakat. Dengan
perkataan lain, pendidikan pencak silat mempunyai manfaat individu dan sosial. Pendidikan
pencak silat dapat memberikan sumbangan dalam pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, serta merupakan
character and nation building.
Pendidikan pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan
pencak silat yang berakar pada budaya Indonesia, yang mencakup segi mental dan fisikal
secara terpadu diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya yang berkualifikasi seperti:
(1) taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berkepribadian dan mencintai budaya
Indonesia, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) menjaga martabat diri, (5) mampu menguasai
dan mengendalikan diri, (6) mempunyai rasa tanggung jawab serta disiplin pribadi dan sosial,
(7) senatiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan serta tahan uji dalam
menghadapi cobaan dan godaan, (8) menghormati sesama manusia, terutama yang lebih tua
dan memberikan tauladan kepada yang lebih muda, (9) bersikap damai dan bersahabat
kepada siapapun yang baik, (10) mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi
serta suka menolong manusia lain yang sedang berada dalam kesulitan dan keresahan, (11)
selalu rendah hati, ramah dan sopan dalam berbicara dan pergaulan sosial, (12) berjiwa besar,
berani mawas diri, dan mengoreksi diri, berani meminta maaf atas kesalahannya yang
diperbuat dan senang memberi maaf kepada manusia lain dan mengaku bersalah, (13)
mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi, (14) merasa optimis,
tidak mudah frustasi dan ikhlas dalam menghadapi kesulitan hidup, (15) rela berkorban demi
kepentingan bersama, dan (16) anti kejahatan dan kenakalan yang mengganggu ketertiban
dan ketetraman masyarakat serta membantu upaya warga masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
C.Pencak Silat Sebagai Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaat
kegiatan jasmani. Pencak silat pada hakekatnya adalah kegiatan jasmani yang di dalamnya
terkandung aspek olahraga, dan merupakan wahana pendidikan jasmaniah yang memiliki
tujuan tertentu. Tujuan yang terungkap dari pencak silat sebagai sarana pendidikan jasmani
antara lain : (1) tujuan untuk mencapai kesehatan, (2) tujuan rekreasi, dan (3) tujuan prestasi.
Pencak silat yang wujudnya merupakan peragaan keterampilan dan latihan semua
jurus dan teknik bela diri yang dilaksanakan secara utuh dengan ungkapan nyata dengan
tujuan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran, ketangkasan dan ketahanan jasmani.
Istilah rekreasi sering diterjemahkan dalam kata menciptakan kembali melepaskan
lelah atau pemanfaatan waktu luang. Namun kita mengenal ciri rekreasi ditinjau dari segi
tujuannya yaitu : (1) sebagai pelepas lelah, (2) sebagai penyalur dalam pengisian waktu
luang, (3) sebagai imbangan kerja, dan (4) sebagai pemenuhan dorongan untuk bergabung
dengan kelompok. Berdasarkan pengelolaannya, kita mengenal rekreasi sekolah (program
ekstra kurikuler), rekreasi perusahaan (kegiatan untuk para pegawai), rekreasi komersial (di
organisasi untuk mencari keuntungan rekreasi perkumpulan , seperti club hobi organisasi
remaja dan lainnya).
Berdasarkan bentunya, maka kita mengenal rekreasi mengandalkan keterampilan atau
gerak jasmani, termasuk di dalamnya pencak silat sebagai rekreasi untuk tujuan tertentu di
atas. Pencak silat prestasi merupakan olahraga kompetensi dipertandingkan pada ivent-ivent
kejuaraan tertentu
Setiap cabang olahraga pasti memiliki teknik dasar sebagai penunjang menuju
pencapaian keterampilan yang sempurna. Demikian halnya juga pencak silat memiliki.
Adapun teknik dasar dalam pencak silat di kelompokan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu :
sikap dasar, gerak dasar, teknik dasar serangan, dan teknik pembelaan (Muhajir, 2007 : 46-
47).
Khusus yang menyangkut teknik dasar serangan terbagi dalam dua bentuk yaitu
serangan tangan dan serangan kaki. Salah satu bentuk serangan kaki adalah tendangan lurus.
Tendangan sabit merupakan salah satu bentuk serangan tungkai/kaki. Tendangan merupakan
teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai
komponen penyerang. Tendangan dalam pencak silat cukup bervariasi. Pada dasarnya,
tendangan dalam pencak silat berjumlah 14 (empat belas) jenis (Lubis, 2004 : 26-30), tetapi
hanya 6 (enam) jenis tendangan yang seringkali dipergunakan dalam pertandingan. Mukholid
(2007: 23-240) dan Hariyadi (2003: 74-79) mengemukakan keenam jenis tendangan tersebut,
yakni: (1) tendangan depan/lurus, (2) tendangan samping/tendangan T, (3) tendangan sabit,
(4) tendangan belakang, (5) tendangan gajul, dan (6) tendangan jejag.
2.1.1.2 Tendangan Sabit dalam Pencak Silat
Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setengah lingkaran kedalam
dengan sasaran seluruh bagian tubuh dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki
(Lubis, 2004:29). Merujuk pada maknanya merupakan suatu teknik tendangan yang lintasan
gerakannya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip
dengan sabit (arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Jika
dianalisa dari teknik gerakannya, maka benturan pada arah samping luar menuju arah dalam
dengan perkenaan kaki pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh
dari kordinasi antara tungkai atas dan bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran
pinggul searah garakan kaki.
Tendangan sabit sangat efektif untuk melumpuhkan lawan. Keefektifitasan tersebut
tercipta karena gerakan yang diperlukan oleh tubuh sewaktu melakukan teknik ini hanya
sedikit. Dengan demikian, efisiensi gerak menjadi maksimal. Namun karena sifatnya yang
melengkung laksana bulan sabit, tendangan ini menjadi sangat keras daya benturnya. Oleh
karena itu, keterampilan tendangan sabit ini patut dimiliki oleh seorang atlit sebagai teknik
pendukung dalam menyempurnakan keterampilan gerak pencak silat secara totalitas. Dengan
demikian, pelaksanaan latihan perlu dilakukan.
Gerak melingkar adalah salah satu konsep yang dipahami oleh sesorang yang belajar
fisika. Selama ini gerak melingkar hanya diperagai melalui ganbar-gambar padahal gerak
tersebut mudah dipelajari melalui pencak silat . Pencak silat merupakan seni bela diri asal
melayu yang diadopsi oleh Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu
sendiri berasal dari kata “Silaturrahmi” dan banyak makna didalamnya salah satunya secara
dhahir silat berarti mengenal dan menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin
mengenal siapa dirinya dan tuhannya. Menurut MUNAS IPSI (1995) pencak silat dapat
diartikan sebagai gerak-bela serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim
dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai
perasaan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan
suatu kemahiran bela diri tingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk
saat ini olahraga pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan,
kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah: Kategori Tanding,
Tunggal, Ganda, dan Regu. Kategori tanding merupakan kategori yang paling banyak
menggunakan prinsip-prinsip biomekanika di dalamnya. Tendangan Sabit merupakan teknik
serangan yang paling besar frekuensinya digunakan didalam kategori tanding. Seperti
namanya tendangan busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan
punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan
namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung
kaki, Analisis didalam ilmu biomekanika tendangan ini berhubungan dengan Kecepatan
Linier dan Kecepatan Rotasi. Sebelum menganalisis tendangan busur ditinjau dari ilmu
Biomekanika terlebih dahulu pahami pengertian tentang Biomekanik itu sendiri.
Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila
dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara bahasa
dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia. Jadi secara istilah
biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta
gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika.
Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang
mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu. Bertolak belakang
dari yang telah diuraikan tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas tentang analisis
kecepatan teknik tendangan sabit ditinjau dari lintasannya.
Dalam melakukan gerakan tendangan sabit harus sesuai dengan arahan pelatih agar
tidak terjadi cedera Menurut Hariyadi (2003: 47), menjelaskan cara melatih atau berlatih
tendangan sabit, yaitu dilakukan dalam gerak lambat. Langkah pertama yang dilakukan ialah
berdiri pada posisi sikap pasang yang baik, kemudian angkat lutut setinggi pinggang. Kedua,
julurkan tungkai kesamping diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan. Kunci lutut
(untuk latihan dengan tenaga penuh, hindari cara mengunci lutut ini) dan rasakan bahwa kaki
(yang menendang) benar-banar telah berada pada posisi miring. Selanjutnya, tarik tungkai
bawah dan kembali pada posisi semula.
Adapun rangkaian gerakan tendangan sabit ini adalah :
a. Dari sikap pasang yang baik,
Gambar 1: Sikap Pasang
b. Angkat lutut setinggi sasaran,
Gambar 2 : Angkat Lutut Setinggi Sasaran
c. Putar pinggul kearah samping dalam diikuti gerakan telapak kaki yang berputar searah
dengan tendangan,
Gambar 3 : Putar Pinggul Kearah samping
d. Lecutkan tungkai bawah yang berpusat pada lutut,pinggul ikut berputar untuk menambah
daya ledak tendangan
Gambar 4 : lecutan kaki
e. Tarik kembali tungkai bawah, dan
Gambar 5 : tarik tungkai
f. Kembali pada sikap pasang
Gambar 6 : Kembali ke Sikap Pasang
2.1.2 Hakikat Latihan Kekuatan Otot Tungkai
2.1.2.1 Pengertian Latihan
Latihan adalah kegiatan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya
ialah untuk mendapatkan gerakan ototamatis. Menurut Harsono (1988: 323), Latihan adalah
proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu di mana beban dan intensitas latihan
makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara
menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan fisik dan mental secara
bersama-sama.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses
kerja yang sistematis, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian
meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang direncanakan secara matang,
dan dilaksanakan sesuai jasdwal menurut pola yang telah ditetapkan, serta dievaluasi sesuai
dengan alat yang benar.
Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan
atau prestasi olahraga sebaksimal mungkin. Menurut Bompa (1990: 98) tujuan latihan yang
harus dipahami adalah sebagai berikut: (a) untuk meningkatkan perkembangan fisik secara
umum; (b) untuk mengembangkan fisik khusus yang ditentukan oleh kebutuhan olahraga
tersebut; (c) untuk menyempurnakan teknik olahraga dan koordinasi gerak; (d) meningkatkan
dan menyempurnakan strategi; (e) meningkatkan kepribadian seperti kemauan keras,
kepercayaan diri, ketekunan, semangat, disiplin; (f) menjamin dan mengamankan persiapan
tim secara optimal; (g) mempertahankan kesehatan atlit; (h) untuk mencegah cedera; (i)
memperkaya pengetahuan teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologis, dan gizi.
Tujuan utama latihan atau training adalah untuk membantu atlit meningkatkan
ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada
aspek- aspek latihan yang perlu diperhatikan seperti:
a. Latihan fisik
Latihan ini khusus ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik atlit,
yang mencakup komponen-komponen fisik.
b. Latihan teknik
Latihan untuk memahirkan teknik- teknik gerakan, misalnya teknik menendang.
c. Latihan taktik
Latihan untuk menumbuhkan perkembangan interprentive atau daya tafsir pada atlit,
pola-pola permainan, strategi, taktik pertahanan dan penyerangan.
d. Latihan mental
Perkembangan mental atlit tidak kurang pentingnya dari perkembangan tiga faktor
tersebut diatas.
2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Latihan
Agar proses latihan dapat memberikan manfaat, maka harus disusun program
sebagai pedoman pelaksanaan pelatihan. Namun, program latihan tersebut harus memenuhi
prinsip-prinsip latihan. Untuk memahami prinsip-prinsip latihan, maka perlu dikaji
berdasarkan pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu
Kependidikan (Pedagogik).
Lebih jelas lagi, prinsip-prinsip pelatihan dikemukakan oleh Harsono (1991: 90-105)
sebagai berikut: (1) pemanasan tubuh, (2) metode latihan, (3) berpikir pilosof, (4) prinsip
beban lebih, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi latihan, (8) metode bagian
dan metode menyeluruh, (9) perbaikan kesalahan, (10) perkembangan menyeluruh, (11)
model latihan, dan (12) penetapan sasaran.
Perlu diperhatikan, sebelum melaksanakan latihan, terlebih dahulu harus
menentukan aspek-aspek latihan yang menjadi prioritas atau tujuan utama dilaksanakannya
latihan. Secara garis besar, ada empat aspek latihan, yakni aspek latihan fisik, latihan teknik,
latihan taktik, dan latihan mental. Dengan demikian, pelaksanaan latihan melalui penelitian
ini, penulis hanya akan memfokuskan pada aspek latihan fisik yakni latihan kekuatan otot
tungkai, dan latihan teknik yakni latihan kelentukan tungkai, dengan mempertimbangkan
karakteristik sampel.
Menimbang bahwa sampel dalam penelitian ini tergolong anak usia
muda, maka Sidik (dalam http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan Pelatihan
-Olahraga-Untuk-Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf), menjelaskan bahwa aspek latihan yang
perlu dikembangkan pada anak usia muda adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar
yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pelatih dituntut
untuk memahami tahapan-tahap latihan dari aspek-aspek latihan tersebut sehingga
mengetahui kapan dan berapa besar porsi latihan untuk multilateral dan spesialisasi.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka pelatihan dalam penelitian ini
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan dengan mempertimbangkan karakteristik
sampel atau siswa seperti usia, jenis kelamin, karakter fisik, kepribadian, dan perilaku sosial.
2.1.2.3 Pengertian Kekuatan Otot
Kekuatan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat diperlukan dalam upaya
meningkatkan prestasi olahraga. Komponen kekuatan dimaksud diarahkan pada kekuatan
otot. Menurut Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11) mengatakan bahwa kekuatan otot
sangat penting guna meningkatkan kondisi kebugaran jasmani karena kekuatan merupakan
daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi
seseorang dari kemungkinan cedera.
Definisi kekuatan otot dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera
Muhammadiyah (2006: 28) tertuang bahwa cecara fisiologis, kekuatan otot adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal
melawan tahan/beben. Secara mekanis, kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya yang dapat
dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontrasi maksimal. Hal senada
diungkapkan oleh Setiawan (1991: 118), kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan
kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Demikian halnya juga, Thomas yang dikutip oleh Subardjah (dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend.kesehatan-rekreasi/herman-subarjah/latihan-
kondisi-fisik.pdf) mengemukakan, kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga
secara maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha
maksimum atau 1 RM.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot tungkai
merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban.
2.2 Kerangka Berfikir
Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setengah lingkaran kedalam
dengan sasaran seluruh bagian tubuh dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki.
Merujuk pada maknanya merupakan suatu teknik tendangan yang lintasan gerakannya
membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit
(arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Dianalisa dari teknik
gerakannya maka benturan pada arah samping luar menuju arah dalam dengan perkenaan
kaki pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh dari kordinasi
antara tungkai atas dan bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah
garakan kaki.
Mengingat karakteristik gerakan tendangan sabit itu, maka pelaksanaannya lebih
efektif, perlu adanya suatu kekuatan otot tungkai. kekuatan otot merupakan faktor utama
untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan
terhadap suatu tahanan/beban.Untuk menciptakan kekuatan pada tungkai ini diperlukan suatu
proses latihan yang teratur. Keteraturan proses latihan ditentukan oleh program latihan.
Program latihan akan efektif apabila memenuhi prinsip-prinsip latihan. Intinya adalah, latihan
yang akan dilakukan harus mempertimbangkan karakterisitik orang yang dilatih, baik dari
segi kepribadian, perilaku motorik, perilaku sosial, dan intelektual. Dengan pelatihan
kekuatan otot tungkai akan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan
teknik tendangan sabit.
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan
ketegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah kompenen yang sangat penting
guna meningkatkan kondisi fisik sacara keseluruhan.
Dalam hal latihan kekuatan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai yang kuat
untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efisien seperti mengangkat, menjinjing, dan
lain-lain serta mereka akan membentuk tubuh manusia yang menjadi lebih baik. Melalui
latihan kekuatan, otot-otot yang tidak terlatih karena sesuatu sebab, karena suatu kejadian
misalnya akan menjadi lemah karena serabut otot mengecil atau hal ini dibiarkan akan dapat
mengakibatkan kelumpuhan otot. Dengan demikian latihan kekuatan untuk peningkatan
kemampuan otot tungkai dapat dilihat dari kemampuan melintasi beban secara cepat dan
terarah. Jadi setiap cabang olahraga khususnya gerakan kaki pada waktu melakukan lompatan
kesegala arah benar-benar memerlukan kekuatan dan daya tahan otot tungkai.
Untuk melakukan gerakan dengan melewati rintangan harus sesuai dengan petujuk
agar pelaksanaanya dapat terarah dengan baik dan benar. Dan pada prinsipnya untuk melaith
kekuatan dan daya tahan otot sangatlah penting bagi mantapnya kompenen fisik guna
mendukung pencapaian prestasi disetiap cabang olahraga. Yang menjadi alasanya adalah
karena kekuatan merupakan daya pengerak sekaligus pencegah cidera. Disamping itu
kekuatan faktor utama untuk menciptkan prestasi yang optimal. Dengan kekuatan otot,
terutama otot tungkai, serang atlit silat dapat melakukan tendangan dengan baik karena dia
memiliki kekuatan.
Untuk mendapatkan hasil tendangan yang baik maka haruslah dilakukan dengan
baik dan benar dan ditunjang oleh kekuatan otot tungkai yang baik. Untuk medapatkan
keuatan yang baik, diperlukan program latihan yang baik dan terarah.
Makin baik program latihan, maka makin baik kekuatan otot tungkai maka makin
baik pula kemampuan siswa dalam melakukan tendangan sabit. Penelitian ini, hanya di batasi
pada pengaruh latihan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan tendangan
sabit siswa putra/putri kelas VIII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo.
2.3 Hipotesis Penelitian
Dari arti katanya, hipotesis memnag berasal dari 2 penggalan kata, yaitu “hypo”
yang artinya “dibawah” dan “Thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permaslahan penelitian, sam[ai
terbukti melalaui data yang terkumpul.
Apabila peneliti telah mendalami permasalaha penelitianaya dengan saksama serta
menetapkan anggapan dasar, maka lau membuat suatu teori semntara, yang kebenarannya
masih perlu diuji (di bawah kebenaran)itulah hipotesis. Arikunto, (1993 : 63)
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut: “Terdapat pengaruh pelatihan kekuatan otot tungkai tarhadap kemampuan
melakukan tendangan sabit dalam cabang olahraga pencak silat pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 15 Kota Gorontalo”.