bab ii tinjauan pustaka dan hipotesis 2.1tinjauan...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Hakikat Pencak Silat 2.1.1.1Definisi pencak Silat Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad. Pencak silat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada zaman dahulu ketika manusia masih hidup dari berburu, mereka hidup secara berkelompok dan saling bermusuhan. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka belajar membela diri dengan cara menirukan gerakan-gerakan binatang buruan mereka dalam membela diri. Dengan berkembangnnya peradaban, seni beladiri juga ikut berkembang ke arah lebih sempurna dan dinakaman pencak atau silat. Istilah atau nama pencak silat mengandung 4 (empat) aspek atau unsur pengertian, yaitu: unsur olahraga, unsur kesenian, unsur beladiri, dan unsur kerohanian (kebatinan). Dalam olahraga pencak silat terdapat beberapa pendekatan sebagaimana yang dikatakan olehSucipto (2001:3) bahwa “ada dua pendekatan yang umumnya diterapkan dalam pembelajaran pencak silat, yaitu pendekatan teknis dan pendekatan taktis”. Pendekatan teknis menekankan pada pembelajaran teknik dari suatu permainan, sedangkan pendekatan taktis menekankan pada taktik dari suatu permainan dalam cabang olahraga. Gerakan dalam pencak silat sangat disukai karena memiliki seni yang tinggi Menurut Syukur (dalam Maryono, 1998:26) bahwa pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan menghidar, yang disertaikan dengan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di depan umum. 7

Upload: dangkien

Post on 18-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Hakikat Pencak Silat

2.1.1.1Definisi pencak Silat

Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad.

Pencak silat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada

zaman dahulu ketika manusia masih hidup dari berburu, mereka hidup secara berkelompok

dan saling bermusuhan. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka belajar membela diri

dengan cara menirukan gerakan-gerakan binatang buruan mereka dalam membela diri.

Dengan berkembangnnya peradaban, seni beladiri juga ikut berkembang ke arah lebih

sempurna dan dinakaman pencak atau silat. Istilah atau nama pencak silat mengandung 4

(empat) aspek atau unsur pengertian, yaitu: unsur olahraga, unsur kesenian, unsur beladiri,

dan unsur kerohanian (kebatinan).

Dalam olahraga pencak silat terdapat beberapa pendekatan sebagaimana yang

dikatakan olehSucipto (2001:3) bahwa “ada dua pendekatan yang umumnya diterapkan

dalam pembelajaran pencak silat, yaitu pendekatan teknis dan pendekatan taktis”. Pendekatan

teknis menekankan pada pembelajaran teknik dari suatu permainan, sedangkan pendekatan

taktis menekankan pada taktik dari suatu permainan dalam cabang olahraga.

Gerakan dalam pencak silat sangat disukai karena memiliki seni yang tinggi Menurut

Syukur (dalam Maryono, 1998:26) bahwa pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan

menghidar, yang disertaikan dengan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan

sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri menangkis, menyerang

dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di depan umum. 7

Peranan pencak silat adalah sebagai sarana dan prasarana untuk membentuk manusia

seutuhnya yang sehat, kuat, tangkas, terampil, sabar, kesatria, dan percaya diri. Pencak silat

merupakan olahraga khas kelahiran Indonesia yang berakar pada adat istiadat beberapa

daerah. Gerakan tangan dan tubuh, baik dengan iringan musik atau tidak yang

menggambarkan patriotisme seseorang dalam mempertahankan diri.

Pencak silat mempunyai 4 aspek yang mencakup nilai-nilai luhur sebagai suatu kesatuan

yang tak terpisahkan, yaitu:

1) Aspek mental spiritual

a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

b. Tenggang rasa, percaya diri dan disiplin,

c. Cinta bangsa dan tanah air,

d. Persaudaraan, pengendalian diri dan tanggung jawab, dan

e. Solidaritas sosial, jujur, membela kebenaran dan keadilan.

2) Aspek bela diri

a. Berani dalam membela kebenaran dan keadilan,

b. Tahan uji dan tabah,

c. Tangguh dan ulet,

d. Tanggap, peka dan cermat,

e. Melaksanakan ilmu padi (tidak sombong),

f. Menggunakan keterampilan gerak efektifnya dalam perkelahin hanya dalam keadaan

terpaksa untuk keselamatan diri bangsa dan tanah air.

3) Aspek seni

a. Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan

nilai-nilai luhur,

b. Mengembangkan pencak silat yang di arahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian

bangsa,

c. Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai pencak silat yang bersifat kedaerahan,

d. Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, dan

e. Mampu menyaingi dan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yang positif.

4) Aspek olahraga

a. Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagai bagian dari kehidupan

sehari-hari,

b. Meningkatkan prestasi,

c. Menjunjung tinggi nilai solidaritas, dan

d. Pantang menyerah.

Ketua IPSI Pertama(Mr.Wongsonegoro) mengatakan bahwa pencak adalah serangan bela,

berupa tarian dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang bisa

dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, yakni kemahiran untuk

perkelahian atau membela diri matia-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum.

Imam Koesoepangat, mengatakan bahwa pencak merupakan gerak bela diri tanpa lawan,

sementara silat sebagai bela diri yang tidak boleh dipertandingkan.

Tokoh-tokoh pendiri IPSI akhirnya sepakat untuk tidak membedakan pengertian

pencak dan silat, karena kedua kata tersebut memang mempunyai pengertian yang sama. Kata

pencak maupun silat sama-sama mengandung pengertian kerohanian, irama, keindahan, dan

kiat maupun praktek, kinerja atau aplikasinya.

Istilah pencak silat merupakan sebuah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat

Indonesia bahkan dunia internasional dewasa ini. Eksistensi pencak silat telah berkembang

diberbagai negara sehingga tidak diragukan lagi bahwa keberadaannya serta kemandiriannya.

Muhajir (2007: 47) menyatakan bahwa pencak silat adalah hasil budaya masyarakat

Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya

(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan

hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal senada

dikemukakan oleh Gunawan (2007: 8) bahwa pencak silat adalah beladiri tradisional

Indonesia yang berakar dari budaya Melayu, dan bisa ditemukan hampir seluruh wilayah

Indonesia.

Dengan demikian, pencak silat pada hakikatnya adalah hasil warisan budaya asli

masyarakat Indonesia yang berakar dari budaya Melayu dan bisa ditemukan hampir seluruh

wilayah Indonesia yang bertujuan untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan

integritasnya terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

Dalam pencak silat, terdapat beberapa fungsi sebagai berikut.

a. Pencak silat sebagai olahraga

pencak silat dikatakan sebagai salah satu cabang olahraga hal ini diungkapkan oleh

Nugroho (2004: 4). Pernyataan ini dianggap tepat, sebab bila ditinjau dari karakteristiknya,

pencak silat melibatkan fisik dalam pelaksanaannya. Di samping itu, pencak silat telah

menjadi salah satu media kompetisi dalam memperjuangkan prestasi. Prestasi ini diperoleh

dari sebuah kemenangan persaingan dari suatu pertandingan atau perlombaan dalam berbagai

kategori. Sebagai contoh adalah dilaksanakannya kejuaraan-kejuaraan pencak silat baik di

tingkat daerah, wilayah, nasional, maupun internasional. Tujuan prestasi inilah sehingga

pencak silat dkatakan sebagai olahraga. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan

oleh Gafur (dalam Abdullah dan Manadji, 1994: 9) bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk

kegiatan jasmani yang terdapa dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang

intensif dalam rangkan memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi optimal.

Perlu diketahui pula bahwa olahraga pencak silat bukan hanya nilai-nilai olahraga

prestasi yang tertuang di dalamnya, namun juga memiliki empat aspek yang mencakup nilai-

nilai luhur sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, salah satunya ialah aspek olahraga.

Mukholid (2004: 126) menguraikan nilai-nilai luhur pencak silat dari aspek olahraga, yakni:

(1) berlatih dan melaksanakan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang

mencerminkan nilai-nilai luhur, (2) meningkatkan prestasi, (3) menjunjung tinggi solidaritas,

dan (4) pantang menyerah.

b. Pencak silat sebagai pendidikan

Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang berilai luhur.

Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung di dalam jati diri yang meliputi tiga hal pokok,

sebagai satu kesatuan, yaitu : (1) budaya Indonesia sebagai asal dari coraknya, (2) falsafah

budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaan, dan (3) pembinaan mental

spiritual/budi pekerti, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral dari substansinya.

Pencak silat yang dihayati keseluruhan nilai-nilainya, akan mempunyai manfaat yang

besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya tetapi juga bagi masyarakat. Dengan

perkataan lain, pendidikan pencak silat mempunyai manfaat individu dan sosial. Pendidikan

pencak silat dapat memberikan sumbangan dalam pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, serta merupakan

character and nation building.

Pendidikan pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan

pencak silat yang berakar pada budaya Indonesia, yang mencakup segi mental dan fisikal

secara terpadu diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya yang berkualifikasi seperti:

(1) taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berkepribadian dan mencintai budaya

Indonesia, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) menjaga martabat diri, (5) mampu menguasai

dan mengendalikan diri, (6) mempunyai rasa tanggung jawab serta disiplin pribadi dan sosial,

(7) senatiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan serta tahan uji dalam

menghadapi cobaan dan godaan, (8) menghormati sesama manusia, terutama yang lebih tua

dan memberikan tauladan kepada yang lebih muda, (9) bersikap damai dan bersahabat

kepada siapapun yang baik, (10) mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi

serta suka menolong manusia lain yang sedang berada dalam kesulitan dan keresahan, (11)

selalu rendah hati, ramah dan sopan dalam berbicara dan pergaulan sosial, (12) berjiwa besar,

berani mawas diri, dan mengoreksi diri, berani meminta maaf atas kesalahannya yang

diperbuat dan senang memberi maaf kepada manusia lain dan mengaku bersalah, (13)

mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi, (14) merasa optimis,

tidak mudah frustasi dan ikhlas dalam menghadapi kesulitan hidup, (15) rela berkorban demi

kepentingan bersama, dan (16) anti kejahatan dan kenakalan yang mengganggu ketertiban

dan ketetraman masyarakat serta membantu upaya warga masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraannya.

C.Pencak Silat Sebagai Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaat

kegiatan jasmani. Pencak silat pada hakekatnya adalah kegiatan jasmani yang di dalamnya

terkandung aspek olahraga, dan merupakan wahana pendidikan jasmaniah yang memiliki

tujuan tertentu. Tujuan yang terungkap dari pencak silat sebagai sarana pendidikan jasmani

antara lain : (1) tujuan untuk mencapai kesehatan, (2) tujuan rekreasi, dan (3) tujuan prestasi.

Pencak silat yang wujudnya merupakan peragaan keterampilan dan latihan semua

jurus dan teknik bela diri yang dilaksanakan secara utuh dengan ungkapan nyata dengan

tujuan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran, ketangkasan dan ketahanan jasmani.

Istilah rekreasi sering diterjemahkan dalam kata menciptakan kembali melepaskan

lelah atau pemanfaatan waktu luang. Namun kita mengenal ciri rekreasi ditinjau dari segi

tujuannya yaitu : (1) sebagai pelepas lelah, (2) sebagai penyalur dalam pengisian waktu

luang, (3) sebagai imbangan kerja, dan (4) sebagai pemenuhan dorongan untuk bergabung

dengan kelompok. Berdasarkan pengelolaannya, kita mengenal rekreasi sekolah (program

ekstra kurikuler), rekreasi perusahaan (kegiatan untuk para pegawai), rekreasi komersial (di

organisasi untuk mencari keuntungan rekreasi perkumpulan , seperti club hobi organisasi

remaja dan lainnya).

Berdasarkan bentunya, maka kita mengenal rekreasi mengandalkan keterampilan atau

gerak jasmani, termasuk di dalamnya pencak silat sebagai rekreasi untuk tujuan tertentu di

atas. Pencak silat prestasi merupakan olahraga kompetensi dipertandingkan pada ivent-ivent

kejuaraan tertentu

Setiap cabang olahraga pasti memiliki teknik dasar sebagai penunjang menuju

pencapaian keterampilan yang sempurna. Demikian halnya juga pencak silat memiliki.

Adapun teknik dasar dalam pencak silat di kelompokan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu :

sikap dasar, gerak dasar, teknik dasar serangan, dan teknik pembelaan (Muhajir, 2007 : 46-

47).

Khusus yang menyangkut teknik dasar serangan terbagi dalam dua bentuk yaitu

serangan tangan dan serangan kaki. Salah satu bentuk serangan kaki adalah tendangan lurus.

Tendangan sabit merupakan salah satu bentuk serangan tungkai/kaki. Tendangan merupakan

teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai

komponen penyerang. Tendangan dalam pencak silat cukup bervariasi. Pada dasarnya,

tendangan dalam pencak silat berjumlah 14 (empat belas) jenis (Lubis, 2004 : 26-30), tetapi

hanya 6 (enam) jenis tendangan yang seringkali dipergunakan dalam pertandingan. Mukholid

(2007: 23-240) dan Hariyadi (2003: 74-79) mengemukakan keenam jenis tendangan tersebut,

yakni: (1) tendangan depan/lurus, (2) tendangan samping/tendangan T, (3) tendangan sabit,

(4) tendangan belakang, (5) tendangan gajul, dan (6) tendangan jejag.

2.1.1.2 Tendangan Sabit dalam Pencak Silat

Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setengah lingkaran kedalam

dengan sasaran seluruh bagian tubuh dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki

(Lubis, 2004:29). Merujuk pada maknanya merupakan suatu teknik tendangan yang lintasan

gerakannya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip

dengan sabit (arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Jika

dianalisa dari teknik gerakannya, maka benturan pada arah samping luar menuju arah dalam

dengan perkenaan kaki pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh

dari kordinasi antara tungkai atas dan bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran

pinggul searah garakan kaki.

Tendangan sabit sangat efektif untuk melumpuhkan lawan. Keefektifitasan tersebut

tercipta karena gerakan yang diperlukan oleh tubuh sewaktu melakukan teknik ini hanya

sedikit. Dengan demikian, efisiensi gerak menjadi maksimal. Namun karena sifatnya yang

melengkung laksana bulan sabit, tendangan ini menjadi sangat keras daya benturnya. Oleh

karena itu, keterampilan tendangan sabit ini patut dimiliki oleh seorang atlit sebagai teknik

pendukung dalam menyempurnakan keterampilan gerak pencak silat secara totalitas. Dengan

demikian, pelaksanaan latihan perlu dilakukan.

Gerak melingkar adalah salah satu konsep yang dipahami oleh sesorang yang belajar

fisika. Selama ini gerak melingkar hanya diperagai melalui ganbar-gambar padahal gerak

tersebut mudah dipelajari melalui pencak silat . Pencak silat merupakan seni bela diri asal

melayu yang diadopsi oleh Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu

sendiri berasal dari kata “Silaturrahmi” dan banyak makna didalamnya salah satunya secara

dhahir silat berarti mengenal dan menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin

mengenal siapa dirinya dan tuhannya. Menurut MUNAS IPSI (1995) pencak silat dapat

diartikan sebagai gerak-bela serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim

dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai

perasaan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan

suatu kemahiran bela diri tingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk

saat ini olahraga pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan,

kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah: Kategori Tanding,

Tunggal, Ganda, dan Regu. Kategori tanding merupakan kategori yang paling banyak

menggunakan prinsip-prinsip biomekanika di dalamnya. Tendangan Sabit merupakan teknik

serangan yang paling besar frekuensinya digunakan didalam kategori tanding. Seperti

namanya tendangan busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan

punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan

namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung

kaki, Analisis didalam ilmu biomekanika tendangan ini berhubungan dengan Kecepatan

Linier dan Kecepatan Rotasi. Sebelum menganalisis tendangan busur ditinjau dari ilmu

Biomekanika terlebih dahulu pahami pengertian tentang Biomekanik itu sendiri.

Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila

dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara bahasa

dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia. Jadi secara istilah

biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta

gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika.

Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang

mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu. Bertolak belakang

dari yang telah diuraikan tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas tentang analisis

kecepatan teknik tendangan sabit ditinjau dari lintasannya.

Dalam melakukan gerakan tendangan sabit harus sesuai dengan arahan pelatih agar

tidak terjadi cedera Menurut Hariyadi (2003: 47), menjelaskan cara melatih atau berlatih

tendangan sabit, yaitu dilakukan dalam gerak lambat. Langkah pertama yang dilakukan ialah

berdiri pada posisi sikap pasang yang baik, kemudian angkat lutut setinggi pinggang. Kedua,

julurkan tungkai kesamping diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan. Kunci lutut

(untuk latihan dengan tenaga penuh, hindari cara mengunci lutut ini) dan rasakan bahwa kaki

(yang menendang) benar-banar telah berada pada posisi miring. Selanjutnya, tarik tungkai

bawah dan kembali pada posisi semula.

Adapun rangkaian gerakan tendangan sabit ini adalah :

a. Dari sikap pasang yang baik,

Gambar 1: Sikap Pasang

b. Angkat lutut setinggi sasaran,

Gambar 2 : Angkat Lutut Setinggi Sasaran

c. Putar pinggul kearah samping dalam diikuti gerakan telapak kaki yang berputar searah

dengan tendangan,

Gambar 3 : Putar Pinggul Kearah samping

d. Lecutkan tungkai bawah yang berpusat pada lutut,pinggul ikut berputar untuk menambah

daya ledak tendangan

Gambar 4 : lecutan kaki

e. Tarik kembali tungkai bawah, dan

Gambar 5 : tarik tungkai

f. Kembali pada sikap pasang

Gambar 6 : Kembali ke Sikap Pasang

2.1.2 Hakikat Latihan Kekuatan Otot Tungkai

2.1.2.1 Pengertian Latihan

Latihan adalah kegiatan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya

ialah untuk mendapatkan gerakan ototamatis. Menurut Harsono (1988: 323), Latihan adalah

proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu di mana beban dan intensitas latihan

makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara

menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan fisik dan mental secara

bersama-sama.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses

kerja yang sistematis, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian

meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang direncanakan secara matang,

dan dilaksanakan sesuai jasdwal menurut pola yang telah ditetapkan, serta dievaluasi sesuai

dengan alat yang benar.

Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan

atau prestasi olahraga sebaksimal mungkin. Menurut Bompa (1990: 98) tujuan latihan yang

harus dipahami adalah sebagai berikut: (a) untuk meningkatkan perkembangan fisik secara

umum; (b) untuk mengembangkan fisik khusus yang ditentukan oleh kebutuhan olahraga

tersebut; (c) untuk menyempurnakan teknik olahraga dan koordinasi gerak; (d) meningkatkan

dan menyempurnakan strategi; (e) meningkatkan kepribadian seperti kemauan keras,

kepercayaan diri, ketekunan, semangat, disiplin; (f) menjamin dan mengamankan persiapan

tim secara optimal; (g) mempertahankan kesehatan atlit; (h) untuk mencegah cedera; (i)

memperkaya pengetahuan teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologis, dan gizi.

Tujuan utama latihan atau training adalah untuk membantu atlit meningkatkan

ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada

aspek- aspek latihan yang perlu diperhatikan seperti:

a. Latihan fisik

Latihan ini khusus ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik atlit,

yang mencakup komponen-komponen fisik.

b. Latihan teknik

Latihan untuk memahirkan teknik- teknik gerakan, misalnya teknik menendang.

c. Latihan taktik

Latihan untuk menumbuhkan perkembangan interprentive atau daya tafsir pada atlit,

pola-pola permainan, strategi, taktik pertahanan dan penyerangan.

d. Latihan mental

Perkembangan mental atlit tidak kurang pentingnya dari perkembangan tiga faktor

tersebut diatas.

2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Latihan

Agar proses latihan dapat memberikan manfaat, maka harus disusun program

sebagai pedoman pelaksanaan pelatihan. Namun, program latihan tersebut harus memenuhi

prinsip-prinsip latihan. Untuk memahami prinsip-prinsip latihan, maka perlu dikaji

berdasarkan pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu

Kependidikan (Pedagogik).

Lebih jelas lagi, prinsip-prinsip pelatihan dikemukakan oleh Harsono (1991: 90-105)

sebagai berikut: (1) pemanasan tubuh, (2) metode latihan, (3) berpikir pilosof, (4) prinsip

beban lebih, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi latihan, (8) metode bagian

dan metode menyeluruh, (9) perbaikan kesalahan, (10) perkembangan menyeluruh, (11)

model latihan, dan (12) penetapan sasaran.

Perlu diperhatikan, sebelum melaksanakan latihan, terlebih dahulu harus

menentukan aspek-aspek latihan yang menjadi prioritas atau tujuan utama dilaksanakannya

latihan. Secara garis besar, ada empat aspek latihan, yakni aspek latihan fisik, latihan teknik,

latihan taktik, dan latihan mental. Dengan demikian, pelaksanaan latihan melalui penelitian

ini, penulis hanya akan memfokuskan pada aspek latihan fisik yakni latihan kekuatan otot

tungkai, dan latihan teknik yakni latihan kelentukan tungkai, dengan mempertimbangkan

karakteristik sampel.

Menimbang bahwa sampel dalam penelitian ini tergolong anak usia

muda, maka Sidik (dalam http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan Pelatihan

-Olahraga-Untuk-Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf), menjelaskan bahwa aspek latihan yang

perlu dikembangkan pada anak usia muda adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar

yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pelatih dituntut

untuk memahami tahapan-tahap latihan dari aspek-aspek latihan tersebut sehingga

mengetahui kapan dan berapa besar porsi latihan untuk multilateral dan spesialisasi.

Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka pelatihan dalam penelitian ini

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan dengan mempertimbangkan karakteristik

sampel atau siswa seperti usia, jenis kelamin, karakter fisik, kepribadian, dan perilaku sosial.

2.1.2.3 Pengertian Kekuatan Otot

Kekuatan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat diperlukan dalam upaya

meningkatkan prestasi olahraga. Komponen kekuatan dimaksud diarahkan pada kekuatan

otot. Menurut Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11) mengatakan bahwa kekuatan otot

sangat penting guna meningkatkan kondisi kebugaran jasmani karena kekuatan merupakan

daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi

seseorang dari kemungkinan cedera.

Definisi kekuatan otot dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera

Muhammadiyah (2006: 28) tertuang bahwa cecara fisiologis, kekuatan otot adalah

kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal

melawan tahan/beben. Secara mekanis, kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya yang dapat

dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontrasi maksimal. Hal senada

diungkapkan oleh Setiawan (1991: 118), kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan

kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.

Demikian halnya juga, Thomas yang dikutip oleh Subardjah (dalam

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend.kesehatan-rekreasi/herman-subarjah/latihan-

kondisi-fisik.pdf) mengemukakan, kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga

secara maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha

maksimum atau 1 RM.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot tungkai

merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah

kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna

membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban.

2.2 Kerangka Berfikir

Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setengah lingkaran kedalam

dengan sasaran seluruh bagian tubuh dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki.

Merujuk pada maknanya merupakan suatu teknik tendangan yang lintasan gerakannya

membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit

(arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Dianalisa dari teknik

gerakannya maka benturan pada arah samping luar menuju arah dalam dengan perkenaan

kaki pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh dari kordinasi

antara tungkai atas dan bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah

garakan kaki.

Mengingat karakteristik gerakan tendangan sabit itu, maka pelaksanaannya lebih

efektif, perlu adanya suatu kekuatan otot tungkai. kekuatan otot merupakan faktor utama

untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau

sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan

terhadap suatu tahanan/beban.Untuk menciptakan kekuatan pada tungkai ini diperlukan suatu

proses latihan yang teratur. Keteraturan proses latihan ditentukan oleh program latihan.

Program latihan akan efektif apabila memenuhi prinsip-prinsip latihan. Intinya adalah, latihan

yang akan dilakukan harus mempertimbangkan karakterisitik orang yang dilatih, baik dari

segi kepribadian, perilaku motorik, perilaku sosial, dan intelektual. Dengan pelatihan

kekuatan otot tungkai akan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan

teknik tendangan sabit.

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan

ketegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah kompenen yang sangat penting

guna meningkatkan kondisi fisik sacara keseluruhan.

Dalam hal latihan kekuatan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai yang kuat

untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efisien seperti mengangkat, menjinjing, dan

lain-lain serta mereka akan membentuk tubuh manusia yang menjadi lebih baik. Melalui

latihan kekuatan, otot-otot yang tidak terlatih karena sesuatu sebab, karena suatu kejadian

misalnya akan menjadi lemah karena serabut otot mengecil atau hal ini dibiarkan akan dapat

mengakibatkan kelumpuhan otot. Dengan demikian latihan kekuatan untuk peningkatan

kemampuan otot tungkai dapat dilihat dari kemampuan melintasi beban secara cepat dan

terarah. Jadi setiap cabang olahraga khususnya gerakan kaki pada waktu melakukan lompatan

kesegala arah benar-benar memerlukan kekuatan dan daya tahan otot tungkai.

Untuk melakukan gerakan dengan melewati rintangan harus sesuai dengan petujuk

agar pelaksanaanya dapat terarah dengan baik dan benar. Dan pada prinsipnya untuk melaith

kekuatan dan daya tahan otot sangatlah penting bagi mantapnya kompenen fisik guna

mendukung pencapaian prestasi disetiap cabang olahraga. Yang menjadi alasanya adalah

karena kekuatan merupakan daya pengerak sekaligus pencegah cidera. Disamping itu

kekuatan faktor utama untuk menciptkan prestasi yang optimal. Dengan kekuatan otot,

terutama otot tungkai, serang atlit silat dapat melakukan tendangan dengan baik karena dia

memiliki kekuatan.

Untuk mendapatkan hasil tendangan yang baik maka haruslah dilakukan dengan

baik dan benar dan ditunjang oleh kekuatan otot tungkai yang baik. Untuk medapatkan

keuatan yang baik, diperlukan program latihan yang baik dan terarah.

Makin baik program latihan, maka makin baik kekuatan otot tungkai maka makin

baik pula kemampuan siswa dalam melakukan tendangan sabit. Penelitian ini, hanya di batasi

pada pengaruh latihan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan tendangan

sabit siswa putra/putri kelas VIII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo.

2.3 Hipotesis Penelitian

Dari arti katanya, hipotesis memnag berasal dari 2 penggalan kata, yaitu “hypo”

yang artinya “dibawah” dan “Thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permaslahan penelitian, sam[ai

terbukti melalaui data yang terkumpul.

Apabila peneliti telah mendalami permasalaha penelitianaya dengan saksama serta

menetapkan anggapan dasar, maka lau membuat suatu teori semntara, yang kebenarannya

masih perlu diuji (di bawah kebenaran)itulah hipotesis. Arikunto, (1993 : 63)

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut: “Terdapat pengaruh pelatihan kekuatan otot tungkai tarhadap kemampuan

melakukan tendangan sabit dalam cabang olahraga pencak silat pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 15 Kota Gorontalo”.