bab ii kajian teori 2.1 strategi peningkatan mutu pendidikan€¦ · 2.1 strategi peningkatan mutu...
TRANSCRIPT
15
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
Stategi adalah alat untuk mencapai tujuan.
Dessel (2008) mengatakan strategi sebagai rencana
jangka panjang organisasi berkenaan dengan
bagaimana organisasi itu menyelaraskan
kekuatan dan kelemahan internalnya dengan
peluang dan ancaman eksternal untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif. Strategi
yang tepat dapat mengantarkan organisasi atau
lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai
tujuannya dan tetap memiliki keunggulan
kompetitif.
Untuk mendapatkan strategi yang tepat,
lembaga pendidikan memerlukan pengenalan dan
penguasaan terhadap berbagai informasi
lingkungan strategisnya. Lingkungan strategis
lembaga pendidikan itu akan selalu berubah dan
mempengaruhi eksistensinya. Karena itu lembaga
pendidikan perlu melakukan analisis yang cermat
terhadap lingkungan strategisnya. Analisis ini
dimaksudkan untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan internal lembaga serta memahami
peluang dan ancaman eksternalnya, sehingga
16
lembaga dapat melakukan antisipasi terhadap
perubahan –perubahan yang mungkin terjadi.
Selain itu analisis lingkungan tersebut juga
dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengambil
langkah-langkah dalam jangka panjang ( Akdon,
2007)
Menurut Zamroni (2007) Strategi berkaitan
dengan perencanaan , pelaksanaan gagasan dan
sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim
kerja, memiliki tema, mengindenfikasi faktor
pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai
tujuan secara efektif.
Sanjaya (2006) mengatakan bahwa strategi
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Dalam menyusun strategi perlu
mempertimbangkan berbagai faktor, baik ke dalam
maupun luar. Sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya
dalam impementasi suatu strategi.
17
Vancil (dalam Sihombing,2000) mengatakan
strategi adalah sebuah konseptualisasi yang
dinyatakan atau diimplementasikan oleh pimpinan
organisasi yang bersangkutan, berupa :1) Sasaran-
sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan
organisasi tersebut, 2) Kendala-kendala luas dan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan sendiri oleh
sang pemimpin atau yang diterimanya oleh pihak
atasannya, yang membatasi skope aktivitas-
aktivitas organisasi tersebut dan 3) Kelompok-
kelompok rencana dan tujuan-tujuan jangka
pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi
akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal
mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.
Strategi dapat dikembangkan dengan melihat
visi suatu organisasi yang merupakan kristalisasi
cita-cita dan komitmen bersama tentang kondisi
ideal masa depan yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan potensi yang dimiliki.
Penerapan strategi diharapakan dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.
Strategi peningakatan mutu pendidikan di
sekolah dalam implementasinya tidak lepas dari
manejemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan
hal ini Usman (2002) mengatakan bahwa
manajemen peningkatan mutu, terkandung upaya
18
(a) mengendalikan proses yang berlangsung di
sekolah baik kurikuler maupun administrasi, (b)
melibatkan proses diagnose, dan (c) memerlukan
partisipasi semua pihak, Kepala sekolah, guru, staf
administrasi, peserta, didik, orang tua dan pakar.
Lebih lanjut dikatakan Usman (2002), bahwa
manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip:(1)
peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah,
(2) peningkatan mutu dapat dilaksanakan dengan
adanya kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan
mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik
sifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan
mutu harus memberdayakan dan melibatkan
semua unsur yang ada di sekolah, dan (5)
peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah
dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik,
orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi peningakatan mutu
pendidikan merupakan perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
memastikan bahwa tujuan dapat dicapai melalui
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Agar strategi yang diterapkan
dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu
dirumuskan tujuan yang jelas.
19
2.1. Peningkatan Mutu Pendidikan
Banyak ahli yang mengemukakan tentang
mutu, seperti yang dikemukakan Sallis (2006) mutu
adalah sebuah filosofis dan metodologis yang
membantu institusi untuk merencanakan
perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi
tekanan eksternal yang berlebihan. Danim (2007)
mutu mengandung makna derajat keunggulan
sesuatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang
dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan
barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan
tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.
Sumayang (2003) menyatakan quality (mutu) adalah
tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah
produk barang atau jasa sesuai dengan fungsi dan
penggunaan, disamping itu quality adalah tingkat
dimana sebuah produk barang dan jasa sesuai
dengan rancangan spesifikasinya.
Menurut Hamalik (1990), pengertian mutu
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan
segi diskriptif, dalam artian normatif, mutu
ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria)
intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria
intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk
pendidikan yakni “manusia yang terdidik “ sesuai
dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria
20
ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan instrumen
untuk mendidik “ tenaga kerja “ yang terlatih. Dalam
artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan
keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi
belajar.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa mutu (quality) adalah sebuah
filosofis dan metodologis tentang (ukuran) dan
tingkat baik buruk sesuatu benda, yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan
mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah
produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan
penggunaannya dalam menghadapi tekanan-
tekanan eksternal yang berlebihan.
Sedangkan peningkatan mutu pendidikan
menurut Djauzak (1996) adalah kemampuan
sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan
efisien terhadap komponen – komponen yang ada di
sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah
terhadap komponen tersebut menurut
norma/standar yang berlaku.
Dalam pandangan Zamroni (2007)
peningkatan mutu berkaitan dengan target yang
harus di capai, proses untuk mencapai dan faktor-
faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada
dua aspek yang perlu mendapat perhatian , yakni
21
aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai
hasil tersebut.
Teori manajemen mutu terpadu atau yang
lebih dikenal dengan Total Qualiti Management.
(TQM) akhir-akhir ini banyak diapdopsi dan
digunakan oleh dunia pendidikan.Teori ini dianggap
sangat tepat dalam dunia pendidikan saat ini.
Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi dua
aspek yaitu : (1) menguraikan apa TQM. TQM
didefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam
menjalankan usaha yang berupaya
memaksimumkan daya saing melalui
penyempurnaan secara terus menerus atas produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi, (2)
menyangkut cara mencapainya. Menyangkut cara
pencapaiannya TQM berkaitan dengan sepuluh
karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) fokus pada
pelanggan ( internal & eksternal), (b) berorientasi
pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan ilmiah,
(d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerjasama
tim, (f) menyempurnakan kualitas secara
berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan ,
(h) menerapakan kebebasan yang terkendali, (i)
memiliki kesatuan tujuan, (j) melibatkan dan
memberdayakan karyawan (Rochaety, dkk, 2005).
22
Sallis (2006) menyatakan bahwa Total Qualiti
Manajemen (TQM) Pendidikan adalah sebuah
filosofis tentang perbaikan secara terus-menerus,
yang memberikan seperangkat alat paraktis kepada
setiap institusi pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan
datang.
Zamroni memandang bahwa peningkatan
mutu dengan model TQM, dimana sekolah
menekankan pada peran kultur sekolah
menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga
kemampuan yaitu : kemampuan akademik, sosial,
dan moral (Zamroni 2007).
Menurut teori TQM, mutu sekolah ditentukan
oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses
belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur
sekolah merupakan nilai-nilai , kebiasaan-
kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan
berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di
sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke
angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun
tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi seluruh
komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf
administrasi, peserta didik dan juga orang tua
peserta didik. Kultur yang kondusif bagi
23
peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga
kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya
kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya
menuju peningkatan mutu sekolah.
Peningkatan mutu pendidikan adalah sesuatu
proses yang sistematis yang terus menerus untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan tujuan agar
target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
2.1.1 Indikator Mutu Pendidikan
Menurut Nurhasan ( 1994) dan Zamroni
(2007) yang dapat dijadikan tolok ukur sebuah mutu
pendidikan disekolah meliputi 5 aspek. Kelima
aspek tersebut adalah (1) aspek hasil akhir
pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan, (3) proses
pendidikan, (4) instrument input, dan (5) raw input
dan lingkungan. Dari kelima aspek ini akan dilihat
dari 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Hasil akhir pendidikan mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester,
setahun, 5 tahun dan sebagainya. Prestasi yang
dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan
akademis (misalnya Ulangan Umum, Ujian
24
Nasional (UN) dan lain-lain) dapat pula prestasi
dibidang olah raga atau seni.
Hasil langsung pendidikan inilah yang
dipakai sebagai titik tolak pengukuran mutu
pendidikan suatu lembaga pendidikan. Hasil
langsung pendidikan ini bias berupa tes tertulis,
daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap.
Dalam proses pendidikan yang bermutu
terlibat berbagai input. Seperti bahan ajar (kognitif,
afektif atau psikomotor), metodologi (bervariasi
sesuai kemampuan guru), sarana sekolah,
dukungan administrasi , sarana prasarana dan
sumber daya lainnya serta penciptaan suasana
yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas
mensinkronkan berbagai input tersebut, atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi
belajar mengajar baik antara guru, siswa dan saran
pendukung di kelas maupun di luar kelas, konteks
kurikuler maupun ekstra kurikuler, dalam lingkup
substansi yang akademis maupun nonakademis
dalam suasana mendukung proses pembelajaran.
Antara proses dan pendidikan yang bermutu
saling berhubungan. Agar proses itu tidak salah
arah, maka mutu dalam arti hasil output harus
dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan jelas
target yang akan dicapai untuk setiap tahun untuk
25
kurun waktu tertentu. Berbagai input dan proses
selalu mengacu pada mutu hasil output yang akan
dicapai.
Adapun instrumental input, yaitu alat
berinteraksi dengan raw input (siswa) seperti guru
yang harus memiliki komitmen yang tinggi dan total
serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah
untuk maju, menguasai ajaran dan metode
mengajar yang tepat, kreatif dengan ide dan
gagasan yang baru tentang cara mengajar maupun
materi ajar, membangun kinerja dan disiplin diri
yang baik, dan mempunyai sikap positif dan
antusias terhadap siswa, bahwa mereka mau diajar
dan mau belajar. Kemudian sarana dan prasarana
belajar harus tersedia dalam kondisi yang layak
pakai, bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga dan
media belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya
pendidikan dengan sumber dana, budgeting kontrol
dengan pembukuan yang jelas, kurikulum yang
memuat pokok-pokok materi ajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, karakteristik, sesuai
dengan fenomena kehidupan yang sedang
dihadapai. Tidak kalah penting metode
mengajarpun harus dipilih secara variatif,
disesuaikan dengan keadaan artinya guru harus
menguasai berbagai metode.
26
Raw input dan lingkungan yaitu siswa itu
sendiri. Dukungan orang tua dalam hal ini memiliki
kepedulian terhadap penyelenggraan pendididkan,
selalu mengingatkan dan peduli pada proses belajar
anak di rumah maupun di sekolah.
Dilihat dari sisi standar nasional kelima aspek
indikator mutu tersebut mengacu pada 8 standar
nasional pendidikan yaitu asepk hasil akhir dan
hasil langsung pendidikan merupakan implementasi
dari stansdar penilaian dan standar kompetensi
lulusan (SKL), sedangkan aspek proses pendidikan
merupakan implementasi dari standar Isi, standar
proses dan standar sarpras. Instrument input
merupakan implementasi dari standar tendik,
standar sarpras , standar pembiayaan dan standar
pengelolaan , sedangkan raw input dan lingkungan
merupakan implementasi dari standar proses.
2.1.2 Faktor–Faktor Dominan dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan di Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah Danim (2007) menyarankan dengan
melibatkan lima faktor yang dominan. Kelima faktor
tersebut yaitu: Kepemimpinan kepala sekolah,
siswa, guru, kurikulum, dan jaringan kerjasama.
Kepala sekolah harus memiliki dan
memahami visi kerja secara jelas, mau berkerja
27
keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi,
tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan
layanan yang opotimal dan disiplin kerja yang
kuat.Siswa merupakan input yang sangat berperan
dalam menentukan mutu pendidikan Pendekatan
yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “
sehingga kompetensi dan kemampuan dapat digali
agar sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang
ada pada siswa.
Agar guru dapat berperan dalam peningkatan
mutu maka guru harus dilibatkan secara
maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan
profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, KKG,
lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari
kegiatan tersebut diterapkan disekolah sebagai
usaha untuk penungkatan mutu sekolah.
Adanya kurikulum yang ajeg/tetap tetapi
dinamis, dapat memungkinkan dan memudahkan
standart mutu yang diharapakan sehingga goals
(tujuan) dapat dicapai secara maksimal. Jaringan
kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan
sekolah dan masyarakat saja, tetapi dengan
organisasi lain, seperti perusahaan / instansi
sehingga output dari sekolah dapat terserap dalam
dunia kerja.
28
Berdasarkan pendapat di atas perubahan
paradigma harus dilakukan secara bersama-sama
antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka
mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu
menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya di
lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan
karyawan harus menjadi satu tim yang utuh
(teamwork ) yang saling mengisi kekurangan yang
ada sehingga target ( goals ) akan tercipta dengan
baik.
2.1.3 Unsur – unsur yang terlibat dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah.
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu
pendidikan dapat dilihat dari sudut pendekatan
makro dan mikro pendidikan.Sudut pendekatan
tersebut dijabarkan sebagai berikut :
2.1.3.1 Pendekatan Mikro Pendidikan
Yaitu pendekatan terhadap pendidikan
dengan indicator kajian dilihat dari hubungan
antara elemen peserta didik, pendidik dan interaksi
keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap
elemen mikro sebagai berikut: (1) Kualiatas
manajemen, (2) Pemberdayaan satuan pendidikan,
(3) Profesionalisme dan ketenagaan dan (4)
Relevansi dan kebutuhan (Rochaety,dkk (2005).
29
Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan
siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan
satuan pendidikan merupakan elemen sentral.
Pendidikan untuk kepentingan peserta didik
mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan ini ada
berbagai sumber dan kendala, dengan
memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan
bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya
proses untuk mencapai tujuan. Proses ini
menampilkan hasil belajar. Hasil belajar perlu
dinilai sebagi merupakan umpan balik pendidikan.
Secara mikro diagram alur proses pendidikan dapat
dilihat pada diagram berikut.
Sumber : Rochaety, dkk (2005)
Pengetahuan Teori Model
Tujuan Bahan Proses Penampilan Hasil
Belajar
Umpan Balik
Sumber dan Kendala
Alternatif Penilaian
Kriteria Penilain Alternatif
Kriteria Penilain
30
Diagram alur di atas menjelaskan bahwa
pengetahuan teori didapat dari guru melalui
kualitas manajemen dapat mencapai tujuan
pendidikan, tujuan akan tercapai jika dibekali
dengan bahan agar proses pendidikan terlaksana
dengan baik sehingga akan menghasilkan
penampilan (hasil belajar), hasil belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai umpan balik.
2.1.3.2 Pendekatan Makro Pendidikan
Pendekatan makro pendidikan yaitu kajian
pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan
elemen; (1) Standarisasi pengembangan kurikulum,
(2) Pemerataan dan persamaan, serta keadilan, (3)
Standar mutu dan (4) Kemampuan bersaing
(Rochaety,dkk 2005).
Tinjauan makro pendidikan menyangkut
berbagai hal yang digambarkan dalam bagan
Coommbs (Rochaety ,dkk.2005) pendekatan makro
pendidikan melalui jalur pertama:INPUT SUMBER-
PROSES PENDIDIKAN-HASIL PENDIDIKAN, skema berikut:
HASIL PENDIDIKAN
PROSES PENDIDIKAN : Tujuan dan prioritas Siswa/peserta didik Manajemen Struktur dan jadwal Isi Guru/Pendidik Alat Bantu Belajar Fasilitas Teknologi Pengawasan Mutu Penelitian Biaya
INPUT SUMBER
31
Input sumber pendidikan akan
mempengaruhi proses pendidikan, dimana progam
pendidikan didasari oleh berbagai unsur, semakin
lengkap komponen pendidikan yang dimiliki akan
tercipta pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya Sagala ( 2004 ) menyatakan
solusi manajemen pendidikan secara mikro dan
makro yang dituangkan dalam diagram sebagai
berikut.
Sumber: Sagala (2004)
Problematika manajemen pendidikan
Permasalah mikro pendidikan
Permasala han makro pendidikan
1. Stanarisasi pengembangan kurikulum
2. Pemerataan dan persamaan serta keadilan
3. Standar
Solusi mungkin dapat didilakukan
1. Kualitas manajemen
2. Pemberdaya an satuan pendidikan
3. Profesionalis me dan ketenagaan
4. Relevansi
1. Melalui analisis kebutuhan (need assessment )
2. Institusi pendidikan harus managble dg visi dan misi yang konsisten terhadap tujuan dan target.
3. Perlindungan terhadap profesionalisme guru dan kepemimpinan sekolah.
4. Pemberdayaan satuan pendidikan dengan melakukan desentralisasi, debirokasi dan profesionalisme.
5. Otonomi penglolaan anggaran pada satuan pendidikan