bab ii kajian pustaka a. pembelajaran tematik 1...

26
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua tingkatan yaitu tingkatan kelas tinggi dan tingkatan kelas rendah. Kelas rendah terdiri dari kelas 1, 2 dan 3, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas 4, 5 dan 6. Sesuai dengan pernyataan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa, “Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk siswa kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI”. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa, “Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan suatu tema yang berupa objek atau topik yang dijadikan pokok pembahasan”. Tema tersebut kemudian dikaitkan dengan seluruh mata pelajaran, sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi secara mendalam karena tema yang diambil berhubungan dengan lingkungan siswa. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011:39). Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta

Upload: lamdung

Post on 16-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua tingkatan yaitu tingkatan

kelas tinggi dan tingkatan kelas rendah. Kelas rendah terdiri dari kelas 1, 2 dan 3,

sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas 4, 5 dan 6. Sesuai dengan pernyataan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa, “Pendekatan pembelajaran

tematik digunakan untuk siswa kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI”. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa, “Pembelajaran tematik

merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan suatu tema yang berupa objek atau

topik yang dijadikan pokok pembahasan”. Tema tersebut kemudian dikaitkan dengan

seluruh mata pelajaran, sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi

secara mendalam karena tema yang diambil berhubungan dengan lingkungan siswa.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011:39). Pembelajaran tematik

merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang

merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik

secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

11

prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Holistik memiliki

pengertian suatu peristiwa yang menjadi perhatian dalam pembelajaran tematik

diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus. Bermakna dalam

pembelajaran tematik berarti pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek

yang nantinya akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang di pelajari.

Otentik dalam pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik memahami secara

langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari (Majid, 2014:80, 90-91).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran

tematik pada kurikulum 2013 merupakan pembelajaran dengan pendekatan tematik

integrasi, tema-tema yang ditentukan merupakan tema yang dekat dengan kehidupan

keseharian siswa. Tema digunakan sebagai penyatu beberapa mata pelajaran,

sehingga tergabung dan membentuk satu kesatuan tema.

2. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang

mungkin dan saling terkait. Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan

tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Majid

(2014:89) menjelaskan beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran

tematik integratif sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

12

a. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan

dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran

yang mungkin saling terkait.

c. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan

kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus

mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam

kurikulum.

d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan

pengetahuan awal.

e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu dipaksakan.

Secara garis besar prinsip pembelajaran tematik terpadu berdasarkan beberapa

pemikiran tokoh di atas, bahwa tema yang dijadikan pemersatu materi merupakan

tema yang dekat dengan kehidupan keseharian siswa, sehingga nantinya dalam

pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Penentuan tema yang

tepat akan berdampak pada pelaksanaan pembelajarannya dan evaluasi, sehingga

memerlukan pertimbangan yang matang dalam penentuan temanya.

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memberikan pengalaman bermakna kepada peserta

didik secara utuh (Suraya, 2014:13). Alasannya adalah karena pada pembelajaran

tematik, pendidik mengaitkan suatu materi dengan tema yang ada di lingkungan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

13

sekitar peserta didik dan pendidik harus selalu mengembangkan proses pembelajaran

agar peserta didik lebih berkesan yaitu dengan cara memberikan pengalaman secara

langsung.

Abdul Majid (2014: 89-90) juga menjelaskan tentang karakteristik

pembelajaran tematik terpadu sebagai berikut: (a) Berpusat pada siswa, yaitu siswa

sebagai subjek belajar, (b) Memberikan pengalaman langsung, (c) Pemisahan mata

pelajaran tidak begitu jelas, dengan memfokuskan pada tema, (d) Menyajikan konsep

dari berbagai mata pelajaran, (e) Bersifat fleksibel dan mudah dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari siswa, (f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan.

Karakteristik pembelajaran tematik bertujuan untuk memberikan pengalaman

bermakna secara utuh kepada peserta didik. Karakteristik pembelajaran tematik yang

dapat memperkuat alasan mengapa pembelajaran tematik dapat memberikan

pengalaman bermakna secara utuh menurut (Hosnan, 2014:366) sebagai berikut: (a)

pembelajaran tematik menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. (b) peserta

didik dihadapkan langsung pada suatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk

memahami hal-hal yang lebih abstrak. (c) fokus pembelajaran di arahkan kepada

pembahasan tema yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik sesuai dengan

kurikulum. (d) pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. (e) pembelajaran tematik bersifat luwes,

dimana pendidik dapat mengaitkan mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain

maupun dengan kehidupan peserta didik dan lingkungannya. (f) hasil pembelajaran

sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Pesrta didik deberi kesempatan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

14

untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan

kebutuhannya. (g) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pendidik lebih banyak menggunakan teknik bermain yang membuat suasana

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa,

karakteristik pembelajaran tematik yaitu pembelajaran karakteristik terpusat pada

siswa-siswi, memberikan pengalaman langsung, pemisahan antar mata pelajaran tidak

begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses

pembelajaran, bersifat fleksibel (luwes), hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan

kebutuhan siswa-siswi, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan.

B. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Konsep Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang harfiah berarti perantara atau pengirim ke penerima pesan. Media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman,

2007: 6). Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung wahana materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar (Arsyad, 2011: 3).

Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan

yang oleh sumber atau penyaluran ingin diteruskan kepada sasaran atau menerima

pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

15

belajar. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan

komunikasi dengan peserta didik (Trianto, 2011: 227).

Menurut Rusman, (2012: 274), dalam kegiatan pembelajaran tematik perlu

juga diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang

bervariasi. Tanpa media yang bervariasi maka pelaksanaan pembelajaran tematik

tidak akan berjalan dengan efektif. Media pembelajaran harus dijadikan sebagai

bagian integral dengan komponen pembelajaran lainnya, dalam arti tidak berdiri

sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka

menciptakan situasi belajar yang bermkna. Beberapa nilai yang dapat dipetik dari

penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran tematik di antaranya: dapat

mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak, menghadirkan objek-objek yang terlalu

berbahaya atau sukar didapatk ke dalam lingkungan belajar, menampilkan objek yang

terlalu besar atau terlalu kecil, dan memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau

lambat. Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat

divariasikan ke dalam penggunaan media visual, media audio, dan media audio

visual.

Pada penelitian ini media Dadu Bangun Ruang dugunakan dalam proses

pembelajaran khususnya pada pembelajaran tematik. Dengan menggunakan media

Dadu Bangun Ruang, maka dapat membantu peserta didik memberikan pengalaman

konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa

(Sadiman, 2010: 7).

Secara garis besar konsep media pembelajaran berdasarkan pendapat para ahli

yaitu, segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

16

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses

belajar pada diri peserta didik, juga sebagai media atau bahan sumber belajar yang

merupakan komponen dari sistem pembelajaran di samping pesan, orang, teknik latar

dan peralatan,

2. Fungsi Media dalam Belajar dan Pembelajaran

Menurut (Hamalik dalam Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Sehingga dapat dikatakn bahwa salah satu fungsi utama dari media pembelajaran

adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan

lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Levia & Lentz dalam (Arsyad, 2011: 16-17) mengemukakan empat fungsi

media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepaada isi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilakn atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika

belajar (membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat

menggugah emosi atau sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkutb

masalah sosial atau ras.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

17

3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan peneliti yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian

tujuan untuk memahami dan mengingat informasi arau pesan yang terkandung

dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa

media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa

yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memhami isi

pelajaran yang disajikan dengan teks aau disajikan secara verbal.

Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat dalam

media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam

bentuk aktifitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus

dirancang secara sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar

agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media

pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan

memenuhi kebutuhan perorangan siswa (Arsyad, 2011: 21).

3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis,

yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di

pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan

karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

18

pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing jenis media ini mempunyai

kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu,

tenaga dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya, mempersiapkan media yang

dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak

waktu, tenaga meupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya

diperlukan serangkaian kegiatan validasi prototipenya. Kekurangan dari media jadi

adalah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya

sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat (Arief S. Sadiman dkk,

2006: 83-84). Ditinjau dari bentuknya, terdapat berbagai jenis media pembelajaran,

diantaranya:

a) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

b) Media Auditif : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

c) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya

d) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan

sejenisnya.

Pengelompokan jenis media pembelajaran menurut (Rusman, 2010: 274-275),

antara lain:

1) Media Visual

Media visual merupakan media yang menampilkan materi pembelajaran

dalam bentuk sesuatu yang dapat dilihat oleh mata manusia. Jenis media visual ini

biasanya paling sering digunakan oleh guru Sekolah Dasar untuk membantu

menyampaikan isi tema yang akan dipelajari. Menurut Rusman, (2010: 274)

media visual contohnya sepeti gambar-gambar yang disajikan secara fotografik,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

19

misalnya gambar-gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya

yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang akan diajarkan. Selain gambar,

terdapat juga yang disebut media grafis, yaitu media pandang 2 dimensi (bukan

fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengomunikasikan tema

pembelajaran. Media ini dapat mengungkapkan fakta atau gagasan melalui

pengguanaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambing). Jenis media seperti

grafik, bagan, diagram, poster, kartu, kartun dan komik.

2) Media Audio

Media audio yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa untuk mempelajari isi tema. Penggunaan media audio dalam

pembelajaran tematik di Sekolah Dasar pada umumnya untuk melatih

keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung

kelemahan yang harus diatasi dengan cara divariasikan dengan media lainnya

(Rusman, 2010: 275).

3) Media Audio-Visual

Menurut Rusman (2010: 275), sesuai dengan namanya media ini merupakan

kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-

dengar. Dengan menggunakan audio-visual ini, maka penyajian isi tema akan

semakin lengkap. Selain itu, media ini dalam batasan-batasan tertentu dapat juga

menggantikan peran dan tugas guru sebagai pengajar. Dalam hal ini guru tidak

selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa diganti

oleh media.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

20

Menurut beberapa pendapat para ahli di atas dapat disumpulkan bahwa, media

Dadu Bangun Ruang merupakan media pembelajaran yang termasuk ke dalam bentuk

media berbasis visual. Media Dadu Bangun Ruang dapat dikatakan media berbasis

visual karena media ini menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu

yang dapat dilihat oleh mata manusia, berupa media tiga dimensi. Media Dadu

Bangun Ruang dibuat dari triplek dan karet dengan desain semenarik mungkin agar

proses pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan.

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Adanya beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memilih media

meskipun caranya dapat berbeda (Trianto, 2011: 231), yaitu:

1) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan tersebut. Tujuan ini

misalnya: apakah untuk keperluan pembelajaran kelompok, individu, untuk

sasaran anak-anak, dan sebagainya.

2) Kedekatan dengan media. Media yang dapat dipilih harus dikenal sifat dan ciri-

cirinya.

3) Adanya sejumlah media yang dapat diperbandingkan, karena pemilihan media

pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari alternative pemecahan

yang dituntut oleh tujuan.

Faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk memilih media adalah apakah

media yang diperlukan jadi satu atau media yang harus dipersiapkan dan

dikembangkan sendiri. Pemilihan media yang berfungsi untuk instruksi dimana

informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

21

atau mental maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat

terjadi. Materi harus dirancang lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi

prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksiyang efektif. Di samping

menyenangkan media pemebelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang

menyenagkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa (Arsyad, 2011: 21).

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat para ahli di atas yaitu, media

harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata,

tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang

dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.

Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film

dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat

melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik;

ketersediaan; dan mutu teknis.

C. PENGEMBANGAN

1. Pengertian Pengembangan

Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah

ada. Pengembangan, dalam pengertian secara umum berarti tumbuhan, perubahan

secara mendalam (evaluasi), dan perubahan secara bertahap. Menurut Seels & Richey

dalam Setyosari (2010: 197), pengembangan berarti proses menerjemahkan atau

menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fisik, atau dengan kata lain

pengembangan berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

22

Menurut Tessmer & Richey dalam Setyosari (2010: 199), pengembangan

memungkinkan pusat perhatian tidak hanya analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu

luas tentang analisis awal sampai akhir, seperti analisis kontekstual. Pengembangan

berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan pengembangan adalah

menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan kemudian direvisi

dan seterusnya. Pengembangan bukanlah sebuah strategi penelitian pengganti

penelitian dasar dan terapan. Namun ketika strategi tersebut yaitu penelitian dasar,

penelitian teragam dan penelitian pengembangan diperlukan untuk mengupayakan

perbaikan dalam bidang pendidikan.

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan, diawali dengan

adanya kebutuhan, dalam proses belajar mengajar yang dimaksud kebutuhan adalah

kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap sikap yang diinginkan.

Kebutuhan merupakan permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan

menggunakan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya adalah menentukan

karakteristik atau spesifikasi dari produk yang akan dihasilkan. Setelah itu barulah

membuat draf produk atau produk awal yang nantinya akan divalidasikan kepada

beberapa ahli untuk menguji kelayakan produk yang dibuat. Produk yang sudah

divalidasikan, diujicobakan di lapangan dengan sampel terbatas dan sampel lebih

luas. Selama kegiatan uji coba dilakukan pengamatan dan evaluasi, hasil pengamatan

dan evalusai digunakan digunakan untuk menyempurnakan produk agar dihasilkan

produk akhir yang baik.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

23

2. Pengembangan Media Pembelajaran

Pengembangan adalah proses untuk mengembangkan produk-produk yang

efektif untuk digunakan di sekolah. Pengembangan media pembelajaran dilakukan

untuk mengurangi bahkan menghilangkan kelemahan atau kekurangan yang ada pada

media pembelajaran sebelumnya pernah dirancang atau dibuat. Serta adanya

penambahan atau inovasi baru yang bebeda dan belum pernah digunakan pada media

yang dibuat sebelumnya (Sadiman, 2010: 99).

Kesimpulan berdasarkan pendapat ahli di atas ialah, pengembangan media

pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian

kepada siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa. Secara garis

besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah yang

harus dilalui, yaitu: kegiatan perencanaan meliputi menganalisis kebutuhan dan

karakteristik peserta didik, merumuskan tujuan pembelajaran, menulis naskah media

dan mengadakan tes atau revisi. Kegiatan produksi meliputi menghasilkan program

media yang bermutu dan berkualitas baik untuk pembelajaran. Serta kegiatan

penelitian meliputi menilai program media yang dihasilkan layak atau valid untuk

digunakan atau tidak.

D. MEDIA DADU BANGUN RUANG

1. Pengertian Media Dadu Bangun Ruang

Dadu adalah bentuk dari suatu benda yang biasanya kita gunakan dalam

permainan. Dalam Wikipedia menyebutkan kata “Dadu” berasal dari bahasa latin

“datum” yang berarti sesuatu yang diberikan atau dimainkan. Dadu adalah sebuah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

24

objek kecil yang umumnya berbentuk kubus yang digunakan untuk menghasilkan

angka atau simbol acak. Dadu adalah kubus kecil berisi (biasanya terbuat dari kayu,

tulang, gading, atau plastik), pada sisinya diberi mata 1-6 yang diatur sedemikian

rupa sehingga dua sisi yang saling berhadapan selalu berjumlah 7 (kamus besar

Bahasa Indonesia, 2002:228).

Dadu juga merupakan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran

matematika untuk mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan (Andriyani,

2009). Hal ini relevan dengan pendapat Jones (Andriyani, 2009:82) bahwa dadu

dapat membantu anak dalam membangun konsep bilangan dan berhitung, berhitung

disini adalah menghitung jumlah mata dadu. Dadu biasanya digunakan sebagai alat

untuk berjudi, dengan menebak sisi yang muncul pada setiap lemparan, ataupun

dengan ketentuan tertentu yang disepakati dalam permainan tersebut.

Penggunaan dadu yang dirancang dengan bahan yang ringan dan mempunyai

ruang yang akan diisi berbagai macam sudut dan sisi yaitu segitiga, persegi, persegi

panjang dan sebagainya. Media Dadu ini berbeda dengan dadu pada umumnya, dadu

pada umumnya dilempar sedangkan media dadu yang peneliti kembangkan yaitu

dimainkan dengan cara di putar dan akan dibuat penyangga sehingga siswa bisa

melakukannya sendiri. Jadi, Media Dadu Bangun Ruang yaitu, suatu benda yang

digunakan dalam permainan yang mempunyai ruang atau volume yang akan

digunakan dalam pembelajaran. Media Dadu Bangun Ruang ini sebagai media

pebelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa mengenal sudut dan sisi,

hidup bersih dan sehat di rumah, serta menuliskan cerita narasi sederhana tentang

kegiatan di lingkungan sekitar dengan EYD yang benar.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

25

2. Hubungan Media Dadu Bangun Ruang dengan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran

terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

autentik (Rusman, 2010: 254). Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran

termasuk salah satu tipe atau jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah

pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).

Media pembelajaran Dadu Bangun Ruang ini digunakan sebagai alat bantu

dalam mata pelajaran Matematika mengenal sudut dan sisi yang dikaitkan dengan

mata pelajaran Bahasa Indonesia menuliskan cerita tentang hidup bersih dan sehat di

rumah serta mata pelajaran PPKn cara mencuci tangan yang baik dan benar. Dengan

demikian media Dadu Bangun Ruang termasuk media pembelajaran tematik karena

pada media tersebut merupakan media pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.

Media Dadu Bangun Ruang yang dibuat dengan desain yang menarik akan

membuat peserta didik lebih tertarik untuk mangikuti proses pembelajaran tematik,

sebab dalam pembelajaran tematik siswa sebagai subyek belajar dengan adanya

media pembelajaran siswa akan lebih mudah untuk mempelajari beberapa mata

pelajaran yang sudah dikaitkan menjadi tema (Tobroni, 2013: 41).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

26

3. Spesifikasi Media Dadu Bangun Ruang

Media Dadu Bangun Ruang merupakan media pembelajaran yang digunakan

untuk pembelajaran tema 5 kelas II Sekolah Dasar pada muatan bahasa Indonesia,

Matematika dan PPKn. Sesuai dengan namanya, media ini berbentuk kubus dengan

panjang rusuk yang sama dan memiliki 6 sisi persegi. Namun demikian terdapat

perbedaan dengan buah dadu pada umumnya. Media ini tidak diberikan tanda titik

yang menunjukkan angka 1 sampai 6, karena itu media dadu hanya seperti kubus

biasa tetapi cara kerjanya sama dengan buah dadu yaitu dilempar. Media dadu ini

terdiri dari tiga komponen yaitu dadu, kartu, dan pion berbentuk bangun ruang.

Berikut penjelasan dari masing-masing bagian.

a. Dadu

Bagian ini merupakan bagian utama dari media dadu. Media ini berbentuk

kubus dengan panjang rusuk 15 cm yang terbuat dari triplek tebal yang didesain

sangat kuat sehingga tidak mudah rusak saat dilempar. Berikut ilustrasi rusuk media

dadu.

Gambar 2.1 Rusuk Media Dadu

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

27

Sesuai dengan gambar di atas, media Dadu berbentuk kubus dengan panjang

rusuk yang sama. Jika dilihat dari rancangan rusuknya, media ini terdiri dari enam

buah limas segi empat (piramid). Setiap limas memiliki panjang rusuk yang sama

dengan yang lain. Akan tetapi, dadu tersebut dibuat tidak menggunakan rusuk atau

kerangka, karena hanya ilustrasi saja. Berikut rancangan dadu yang dibuat dengan

ditambah kayu pada bagian rusuk agar tahan terhadap benturan.

Gambar 2.2 Rancangan Media Dadu

Agar sesuai dengan fungsinya, keenam sisi pada permuakaan dadu dibuat

berlubang untuk mengambil kartu di dalam dadu. Berikut ilustrasi lubang pada

permukaan dadu.

Gambar 2.3 Tampak Depan Media Dadu

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

28

Gambar di atas, menunjukkan empat hal tentang permukaan dadu yaitu (a)

permukaan atau sisi dadu yang dilubangi berbentuk lingkaran dengan diameter 8 cm,

kemudian diberikan satu lembar karet (b) yang telah dibelah bagian tengahnya

berbentuk persegi dengan sisi 10 cm dan direkatkan dengan lem. Gambar (c) tampak

sisi dadu dari depan, dan gambar (d) dilihat dari belakang. Karet tersebut berfungsi

sebagai penutup kartu yang dimasukkan ke dalam dadu. Pada permainannya, siswa

mengambil kartu dari lubang tersebut. Berikut bentuk dadu yang dibuat dengan

lubang di tengah.

Gambar 2.4 Tampak bagian dalam Media Dadu

Gambar dadu di atas sesuai dengan rancangan ilustrasi rusuk, dimana dadu

terdiri dari enam buah limas atau piramid dengan ukuran yang sama, namun terdapat

lubang di setiap sisi dadu untuk permainan saat pembelajaran. Berikut desain dadu

jika sudah selesai dibuat.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

29

Gambar 2.5 Media Dadu Bangun Ruang

Gambar di atas merupakan desain dadu yang sudah jadi. Selain kayu

pelindung pada bagian sisi, dadu juga diberikan karet pelindung agar lebih tahan dan

kokoh saat terjadi benturan.

b. Pion/miniatur bangun datar dan bangun ruang

Miniatur pada media ini digunakan untuk mempelajari bagian-bagian bangun

datar dan bangun ruang sesuai dengan benda-benda di sekitar. Ukuran untuk miniatur

bangun datar disesuaikan dengan persegi untuk menggambar bangun datar yaitu 3

cm. Begitu juga dengan bangun ruang dibuat dengan maksimal ukuran tinggi, lebar,

dan panjang sebesar 3 cm. Berikut ilustrasinya:

Gambar 2.6 Miniatur Bangun Ruang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

30

c. Bangun Datar dan jaring-jaring bangun ruang

Media ini dilengkapi dengan contoh bangun datar seperti lingkaran,

persegi, persegi panjang, dan segitiga. Ukuran bangun datar tersebut lebih besar

dari miniatur yaitu 8 cm untuk sisi persegi, 8 cm x 16 cm untuk ukuran persegi

panjang, 7 cm untuk sisi segitiga sama sisi, dan lingkaran dengan diameter 14 cm.

Sedangkan untuk bangun ruang yaitu kubus dibuat jaring-jaring dari kertas karton

tipis dengan rusuk 7 cm, jaring-jaring balok menggunakan ukuran panjang 15 cm,

lebar dan tingginya 7 cm. ukuran yang digunakan untuk membuat jaring-jaring

tabung yaitu dua buah lingkaran dengan diameter 14 cm dan ukuran sisi persegi

panjang (panjang dan lebar) sebagai tinggi tabung yaitu 44 cm dan 10 cm. Jaring-

jaring kerucut terdiri dari seperempat lingkaran dengan jari-jari 28 cm dan

lingkaran dengan diameter 14 cm. Berikut ilustrasi gambarnya.

Gambar 2.8 Jaring-jaring Bangun Ruang Kubus, Balok, Kerucut dan Tabung

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

31

4. Tujuan dan Manfaat Media Dadu Bangun Ruang

Tujuan dari penggunaan Media Dadu Bangun Ruang di kelas II SD adalah

untuk mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan khususnya pada

tema Hidup Bersih dan Sehat subtema Hidup Bersih dan Sehat di Rumah

pembelajaran 1 yang memuat materi cara mencuci tangan yang baik dan benar,

menuliskan cerita tentang hidup bersih dan sehat di rumah serta sudut dan sisi pada

segiempat. Sedangkan manfaat dari Media Dadu Bangun Ruang ini yaitu siswa bisa

belajar sambil bermain dan guru mudah dalam memberikan materi kepada siswa dan

siswinya.

Selain itu, media ini akan menarik perhatian peserta didik agar siswa dapat

mendengarkan, belajar dan bermain bersama. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2009:151) manfaat media dalam

pembelajaran yaitu: (a) penyampaian materi dapat diseragamkan, (b) proses

pembelajaran menjadi lebih menarik, (c) proses belajar siswa menjadi lebih aktif, (d)

jumlah waktu belajar dapat dikurangi, (e) kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan,

(f) sikapa positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu

sendiri dapat ditingkatkan, serta (g) peran guru dapat berubah ke arah yang lebih

positif dan produktif

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

32

E. KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

1. Kompetensi Inti Kelas II SD

a. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

b. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri

dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

c. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan

di sekolah.

d. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya

yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

2. Kompetensi Dasar dan Indikator

a. Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar:

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan

dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang

dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.

4.2. Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di

lingkungan secara mandiri dalam Bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

33

Indikator:

3.2.1. Mengidentifikasi berbagai kegiatan di lingkungan sekitar.

4.2.1. Menulis cerita narasi sederhana tentang kegiatan di lingkungan sekitar dengan

EYD yang benar.

b. Matematika

Kompetensi Dasar:

3.8. Mengidentifikasi unsur-unsur yang membentuk segi tiga, segi empat dan segi

enam beraturan.

4.6. Mengurai unsur-unsur bangun ruang sederhana dari bendabenda di sekitar.

Indikator:

3.8.1. Menentukan unsur-unsur yang menentukan bangun datar yaitu sudut dan ruas

garis (sisi).

4.6.1. Mengurai unsur-unsur bangun ruang yaitu sisi, sudut, dan rusuk.

c. PPKn

Kompetensi Dasar:

3.2. Memahami tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di

rumah dan di sekolah.

4.2. Melaksanakan tata tertib di rumah dan sekolah.

Indikator:

3.2.1 Menyebutkan beberapa aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di

rumah.

4.2.1 Berperilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-

hari di rumah.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

34

F. KAJIAN PENELITIAN RELEVAN

Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Agustina, (2014). Judul

penelitian yaitu, “Pengembangan Media Kereta Pintar pada Pembelajaran Tematik

Kelas I SD. Pada penelitian ini dan sebelumnya terdapat persamaan, yaitu medianya

berbasis visual. Persamaan selanjutnya yaitu mengenalkan kepada siswa tentang tata

cara mencuci tangan yang baik dan benar di lingkungan rumah, mengenalkan sisi dan

sudut pada segiempat serta menuliskan cerita cara mencuci tangan yang tepat di

rumah. Persamaan lainnya, untuk pengembangan terdahulu dan peneliti yaitu siswa

yang berperan langsung menggunakan media.

Untuk perbedaannya penelitian sebelumnya, pengembangan media termasuk

jenis media 4 dimensi dan berbentuk persegi panjang. Untuk peneliti jenis media

tergolong dalam media 3 dimensi yang berbentuk kubus yang setiap sisinya sama

panjang.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1 ...eprints.umm.ac.id/35540/3/jiptummpp-gdl-mukhlispra-48156-3-12.bab-i.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian

35

Observasi Awal Kelas 2

1. Guru merasa kesulitan dalam membuat media tematik

2. Keterbatasan waktu dalam membuat media pembelajaran

3. Aktifitas siswa hanya menggunakan LKS dan buku saja

Pengembangan Media

Dadu Bangun Ruang Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Uji Coba Pemakaian

Revisi Produk

Produksi Massal

Revisi Produk

Produksi massal tidak dilakukan dikarenakan

keterbatasan bahan, peralatan, waktu, dana

dan tenaga

Kelayakan Media dan Respon

Peserta Didik

Respon Peserta Didik

Respon Peserta Didik

Respon Peserta Didik

G. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.9 Skema Kerangka Pikir Media Dadu Bangun Ruang