model model paud
DESCRIPTION
BCCT PAUDTRANSCRIPT
-
MODEL PAUD CCCRT/BCCT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Pendidikan Anak Usia Dini
Yang Diampu Oleh Dr. Badruzaman, M.Pd
Oleh :
Ai Sahadah (1202771)
Nurdini Oktavia (1202779)
Siti Nurul Fauziah (1202774)
Tina Trisnawati (1205189)
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
-
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam karena atas segala kenikmatan,
kesempatan, kesehatan dan anugerah dari-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada
junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Pendidikan
Anak Usia Dini yang diampu oleh Dr. Badruzaman, M.Pd dengan judul MODEL
PAUD CCCRT/BCCT. Makalah ini berisi mengenai pengertian, prindip-prinsip
umum, filsafat, implementasi maupun keunggulan dan kekurangan metode
CCCRT/BCCT.
Terima kasih kepada dosen yang bersangkutan, orang tua, rekan-rekan sekalian dan
pihak-pihak yang terkait yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan dan menyusun makalah ini.
Semoga hasil tulisan dari penulis dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir
kata penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Tak ada
gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Bandung, Juni 2013
Penulis
-
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Model ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
C. Pendekatan Penulisan .................................................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4
A. Pengertian CCCRT/CCCRT .......................................................................................................... 4
B. Filsafat/Teori Pendidikan yang Mendukung ................................................................................... 5
C. Prinsip-prinsip Umum ................................................................................................................... 7
D. Implementasi Model .................................................................................................................... 10
E. Keunggulan dan kekurangan Model BCCT .................................................................................. 23
SIMPULAN ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 28
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Model
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan pendidikan yang harus
memperhatikan tahap perkembangan anak dan model pembelajarannnya pun harus
sesuai dengan tahap perkembangan anak, sebab program-program pendidikan anak
usia dini diselenggarakan sebagai fasilitator yaitu memberikan fasilitas bagi anak agar
anak mampu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, baik
secara fisik, mental, sosial maupun kognitif. Namun, pada praktik di lapangan
pendidikan anak usia dini belum mengacu secara penuh pada tahap-tahap
perkembangan anak. Pada umumnya pendidikan anak usia dini diselenggarakan hanya
untuk mengasah kemampuan kognitif, baik dengan hafalan maupun diberikan tugas-
tugas rumah. Oleh karena itu, metode pembelajaran BCCT sangat dianjurkan bagi
pendidikan anak usia dini, sebab metode BCCT merupakan metode yang membuat
anak mampu aktif untuk membuat pengetahuan melalui pengalamannya sendiri.
Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah suatu metode atau
pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik.
Beyond Center and Circles Time (BCCT) merupakan metode yang dicetuskan
oleh Dr. Pamela C. Phelps dengan nama asli BCCT Method dan dikembangkan oleh
Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan
di Florida, Amerika Serikat. Metode BCCT pertama kali diterapkan di Creative Pre
School Florida dan telah terakreditasi selama lebih dari 25 tahun oleh National
Assosiation Early Young Childhood (NAEYC) sebagai metode yang direkomendasikan
-
2
dapat diterapkan di Amerika Serikat, yang dikenal dengan nama Creative Curriculum.
Metode BCCT merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope,
Reggio Emilia, dan Head Star yang memfokuskan kegiatan anak di sentra-sentra,
sudut-sudut atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak (9
kecerdasan jamak) serta teori Piaget dan Vigotsky serta Howard Gardner (Multiple
Intelegence) .
Di Indonesia model pembelajaran BCCT lebih dikenal dengan pendekatan
sentra dan lingkaran atau SELING yang pertama kali disosialisasikan oleh Direktorat
PAUD pada tahun 2003 kepada seluruh pengelola dan pendidik PAUD di seluruh
Indonesia melalui seminar, workshop dan pelatihan. Penerapan metode ini dapat
dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi
Indonesia, akan tetapi tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran anak
usia dini. Metode SELING (Sentra dan Lingkaran) tepat apabila diterapkan di
Indonesia sebab Indonesia memiliki kekayaan suku dan budaya yang dapat
dieksplorasi oleh anak secara langsung, sebab salah satu keunggulan metode ini
adalah Anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun
dengan teman sebaya yang ada di lingkungannya dan seorang pendidik harus mampu
memanfaatkan seluruh potensi lingkungan untuk pembelajaran anak.
Metode ini juga memandang bermain sebagai media yang tepat dan satu-
satunya sebagai media pembelajaran anak karena disamping menyenangkan, bermain
dalam setting pendidikan dapat menjadi media untuk berfikir aktif dan kreatif,
sehingga meningkatkan kemampuan anak baik secara intelektual, emosional maupun
sosialnya dan anak akan mampu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya.
-
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BCCT/CCCRT?
2. Apa filsafat dan teori yang mendasari metode BCCT?CCCRT?
3. Bagaimana Prinsip-prinsip umum metode BCCT/CCCRT?
4. Bagaimana implementasi dari metode BCCT/CCCRT?
5. Apa keunggulan dan kelemahan dari metode BCCT/CCCRT?
C. Pendekatan Penulisan
Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini adalah pendekatan
studi literatur. Pendekatan studi literatur adalah suatu pendekatan yang dilakukan
dengan mengkaji teori-teori yang dianggap dapat digunakan dalam penyusunan
makalah ini dari buku-buku yang berkaitan dengan model-model pendidikan anak
usia dini.
D. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan dikemukakan latar belakang, perumusan masalah,
tujuan pembuatan makalah, pendekatan penulisan makalah dan sistematika
penulisannya.
Bab 2 Pembahasan
Dalam bab ini dikemukakan tentang pengertian CCCRT/BCCT, filsafat atau
teori yang mendukung, prinsip-prinsip umum, implementasi model serta keunggulan
dan kelemahan model BCCT.
Bab 3 Simpulan
Dalam bab ini ditarik kesimpulan tentang pembahasan makalah yang disajikan.
-
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian CCCRT/CCCRT
Pendekatan CCCRT/BCCT dikenal dengan pendekatan sentra dan lingkaran
(SELING) di Indonesia. Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah suatu
metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik atau penyelenggaraan
PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di
sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan
(scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu,
Pijakan lingkungan main
Pijakan sebelum main
Pijakan selama main
Pijakan setelah main
Tujuan dari pendekatan BCCT ini antara lain adalah sebagai berikut:
Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
sisiwa bekeja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke sisiwa.
STRATEGI pembelajaran lebih dipentingkan dari pada HASIL
Siswa dapat mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi
hidupnya nanti
Memposisikan guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing atau inspirator,
bukan sebagai center, dan penceramah dalam strategi belajar.
-
5
Meletakkan pendidikan dasar keimanan, ketakwaan serta seluruh aspek
keperibadian (ESQ) yang diperlukan anak didik dalam menyesuikan diri dengan
lingkungan untuk pertumbuh kembangan selanjutnya
Terjalin kerja sama, saling menunjuang antara siswa dengan siswa, dan siswa
dengan guru, sehingga menyebabkan sisiwa kretis dan guru kreatif.
Membuat situasi belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan sehingga
siswa dapat belajar sampai tingkatan Joy Of Discovery, tertantang untuk dapat
memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.
B. Filsafat/Teori Pendidikan yang Mendukung
Aliran filsafat Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang sesuai bagi
metode BCCT, sebab konstruktivisme adalah suatu posisi filosofis dan psikologis
yang banyak berperan dari belajar dan mengeri individu yang di konstruksi oleh
individu itu sendiri (Graves & Graves, 1994). Konstruktivisme merupakan pandangan
filsafat yang pertama kali dikemukaan oleh sejarawan Italia yang bernama
Giambatista Vico pada tahun 1710. Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek,
fenomena dan lingkungan. Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Poedjiadi
(2005:70) dalam Adisusilo (2006:1), bahwa konstruktivisme bertitik tolak dari
pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan. Rekonstruksi pengetahuan
adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki sebelumnya setelah berinteraksi dengan
lingkungannya.
Aliran konstruktivisme ini cocok diterapkan dalam dunia pendidikan terutama
dalam model pembelejaran BCCT karena tidak hanya menekankan pada hasil tetapi
juga menitikberatkan pada proses pembelajaran siswa. Proses pembelajaran akan
-
6
memberikan pengalaman belajar yang cukup sehingga siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Interaksi dengan lingkungan belajar akan
menambah kekayaan pengetahuan, pengalaman serta sosialnya.
Beberapa Filsafat yang mendukung Filsafat Konstruktivisme yaitu
Naturalisme Romantic dan Idealisme. Menurut Aliran filsafat Naturalisme Romantic,
Setiap anak dilahirkan membawa bakat yang baik. maka pendidikan adalah
pengembangan bakat anak secara maksimal melalui pembiasaan, pelatihan,
permainan, partisipasi dalam kehidupan sehari-hari serta penyediaan kesempatan
belajar selaras dengan tahap-tahap perkembangan anak. Sedangkan menurut aliran
filsafat Idealisme, manusia merupakan makhluk individu sekaligus mahluk sosial.
Maka pendidikan harus ditujukan pada pembentukan karakter, watak manusia yang
berbudi luhur,berbakat insani dan kebajikan sosial.
Selain itu, model ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu Maslow, Anna
Freud, Erick Erickson, Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.
Maslow : Kebutuhan dasar harus terpenuhi sebelum meningkat pada
kebutuhan yang lebih tinggi.
Anna Freud : Mengemukakan garis perkembangan berisi urutan tahap
perkembangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irrasional
menjadi rasional, dari hubungan yang pasif menjadi aktif dalam realita.
Salah satu dari enam garis perkembangan Anna Freud yang digunakan sebagai
dasar teori BCCT ini adalah garis perkembangan yang menunjukkan bahwa
anak belajar mulai dengan badan, mainan, dan bermain.
Erick Erickson : Anak perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan
lingkungannya, kemandirian, inisiatif, dan ketekunannya.
-
7
Lev Vygotsky : Anak perlu mendapatkan bimbingan sesuai dengan
kebutuhannya. Vygotsky pun mencetuskan teori belajar Scaffolding yaitu
Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang.
Jean Piaget : Anak belajar menemukan dengan menggali segala sesuatu
sesuai dengan tahap masing-masing anak untuk membangun pengetahuannya.
C. Prinsip-prinsip Umum
Model BCCT memiliki prinsip yang dijadikan sebagai acuan untuk
mengembangkan model ini. Dengan prinsip ini diharapkan agar model pembelajaran
yang diciptakan sesuai dengan tujuan model pembelajaran model BCCT. Tujuan dari
model ini yaitu sebagai berikut:
Merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( multiple Inteligent) melalui
bermain yang terarah.
Menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk saling aktif,
kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan
sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghapal).
Menggunakan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra- sentra
kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama guru, sehingga lebih
mudah diikuti terutama untuk para pemula.
Prinsip utama untuk Model BCCT atau model sentra adalah menciptakan suatu
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak (moving) dari satu
aktivitas pembelajaran kepada aktivitas pembelajaran lainnya.
-
8
Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan PAUD didasarkan atas prinsip-prinsip, sebagai berikut:
a) Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran harus elalu
ditujukan pada pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.
b) Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan bermain yang
menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan, eksplorasi
dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya, sehingga anak
menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya.
c) Merangsang muculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi
tercermin melalui yang membuat anaktertarik, fokus, serius dan
konsentrasi.
d) Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar.lingkungan harus
diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak
selama mereka bermain.
e) Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecapakan hidup diarahkan untuk
membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan
memiliki keterampilan dasar yang berguna kehidupannya kelak.
f) Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan
sekitar.
g) Dilaksanakan secara bertahapdan berulang-ulang dengan mengacu pada
prinsip-prinsip perkembangan anak.
h) Rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek
perkembangan. Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan
berbagai aspek perkembangan/kecerdasannya. Tugas pendidik (guru/ kader/
-
9
pamong) adalah memfasilitasi agar semua aspek perkembangan anak dapat
bekembang secara optimal.
Prinsip Perkembangan Anak
a. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta
merasa aman dan nyaman dalam lingkungan.
b. Anak belajar terus-menerus,dimulai dari membangun pemahaman tentang
sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sesuatu konsep,
hingga mampu membuat sesuatu yang berharga.
c. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun
dengan teman sebaya.
d. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.
e. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai
perbedaan individu.
f. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai dengan komplek, dari
yang konkrit ke abstra, dari yang berupa gerakan ke bahasa verba, dan
dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain.
Prinsip Pendekatan Sentra dan Lingkungan
a. Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaska pada teori dan
pengalaman empirik.
b. Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh
aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang
terencana dan terarah serta dukungan pendidik (guru/kader/pamong)
dalam bentuk empat jenis pijakan.
-
10
c. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang
merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali
pengalamannya sendiri.
d. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembalajaran.
e. Mempersyaratkan pendiidk (guru/kader/pamong) dan pengelola program
untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan metode ini.
f. Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses
pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.
D. Implementasi Model
1. Kurikulum/Program
Program dalam metode BCCT/SELING adalah pijakan (scaffolding). Menurut
Vygotsky scaffolding berarti memberikan kepada seorang individu sejumlah
bantuan besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil
alih tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri.
Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandiri. Beberapa jenis pijakan (scaffolding), yaitu :
Pijakan lingkungan main
a) Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup (tiga
tempat main untuk setiap anak)
b) Merencanakan untuk intensitas (waktu main) dan densitas (keragaman)
pengalaman
c) Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main yaitu:
sensorimotor,pembangunan dan main peran
-
11
d) Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan
e) Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif
Pijakan pengalaman sebelum main
a) Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mendatangkan
nara sumber
b) Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung
c) perolehan keterampilan kerja (standar kinerja)Menggunakan gagasan
bagaimana
d) menggunakan bahan
e) Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main
f) Menjelaskan rangkaian waktu main
g) Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial
h) Merancang dan menerapkan urutan transisi main
Pijakan pengalaman saat main
a) Memberikan anak waktu untuk mengelola dan memperluas pengalaman
main mereka
b) Mencontohkan komunikasi yang tepat
c) Memperkuat dan memperluas bahasa anak
d) Meningkatkan kesempatan sosialisasi melaluidukungan pada hubungan
teman sebaya
e) Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main
anak
Pijakan pengalaman setelah main
a) Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan
saling menceritakan pengalaman mainnya
-
12
b) Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif
melalui pengelompokan, urutan dan penataan lingkungan main secara tepat
2. Langkah-langkah pembelajaran (syntax)
Penataan lingkungan main
a) Sebelum anak datang, pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan
bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal
kegiatan yang telah disusun untuk kelompok anak yang akan
dibinanya.
b) Pendidik (guru/kader/pamong) menata alat dan bahan main yang akan
digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya.
c) Penataan alat man harus mencerminkan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain
dengan alat main tersebut dapat tercapai dengan baik.
Penyambutan anak
Sambil menyiapkan tempat dan alat main, ada seorang pendidik
(guru/kader/pamong) yang bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-
anak langsung diarahkan untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman
yang lainnya sambil menunggu kegiatan dimulai. Sebaiknya para orang tua
atau pengasuh sudah tidak bergabung dengan anak.
Main pembukaan (pengalaman gerakan dasar)
Pendidik (guru/kader/pamong)menyiapkan semua anak dalam sebuah
lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan pembukaan yang akan dilakukan.
Kegiatan pembuka bisa berupa permainan tradisional, gerak dan musik, dan
lain-lain. Satu kader yang memimpin, kader yang lainnya jadi peserta
-
13
bersama anak (mencontohkan). Kegiatan main pembukaan berlangsung
sekitar 15 menit.
Transisi 10 menit
a) Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk
pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat
permainan tebak-tebakan, tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah
anak tenang, anak secara bergiliran dipersilakan untuk minum atau ke
kamar kecil. Gunakan kesempatan ini untuk mendidik (pembiasaan)
kebersihan diri anak. kegiatannya bisa berupa cuci tangan, ccuci muka,
cuci kaki, maupun pipis di kamar kecil.
b) Sambil menunggu anak minum atau di kamar kecil, masing-maisng
pendidik (guru/kader/pamong) siap di tempat bermain yang sudah
disiapkan untuk kelompoknya masing-masing.
Kegiatan inti di masing-masing kelompok
a) Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit)
1) Pendidik (guru/kader/pamong) dan anak duduk melingkar, pendidik
memberi salam dan menanyakan kabarpada anak-anak.
2) Pendidik (guru/kader/pamong) meminta anak-anak untuk
memperhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini (mengabsen).
3) Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan
memimpin doa hari ini.
4) Pendidik (guru/kader/pamong) menyampaikan tema hari ini dan
dikaitkan dengan kehidupan anak.
-
14
5) Pendidik (guru/kader/pamong) membacakan buku yang terkait
dengan tema. Setelah membaca selesai, kader menanyakan kembali
isi cerita.
6) Pendidik (guru/kader/pamong) mengaitkan isi cerita dengan
kegiatan main yang akan dilakukan anak.
7) Pendidik (guru/kader/pamong) mengenalkan semua tempat dan alat
main yang sudah disiapkan.
8) Pendidik (guru/kader/pamong) herus mengaitkan kemampuan apa
yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar
yang sudah disusun.
9) Pendidik (guru/kader/pamong) meyampaikan bagaimana aturan
main (digali dari anak), memilih teman main, memilih mainan, cara
menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri permainan,
srta merapikan kembali apa yang sudah dimainkan.
10) Pendidik (guru/kader/pamong) mengatur teman main dengan
memberi kesempatan kepada anak untuk memilih teman mainnya.
Apabila ada yang hanya memilih anak tertentu sebagai teman
mainnya, maka guru/kader/pamong agar menawarkan untuk
menukar teman mainnya.
11) Setelah anak siap untuk main, pendidik (guru/kader/pamong)
mempersiapkan anak untuk mulai bermain. Agar tidak berebut serta
lebih tertib, pendidik (guru/kader/pamong) dapat menggilir
kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya berdasarkan
warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya
agar lebih teratur.
-
15
b) Pijakan pengalaman selama anak main (60 menit)
1) Pendidik (guru/kader/pamong) berkeliling diantara anak-anak yang
sedang bermain.
2) Memberi contoh cara amain pada anak yang belum bisa
menggunakan bahan atau alat.
3) Memeberikan dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan
yang dilakukan anak.
4) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara
main anak. pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup
dijawab dengan ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan
jawaban yang dapat diberikan anak.
5) Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
6) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak
memiliki pengalaman main yang kaya.
7) Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan,
tahap sosial).
8) Mengumpulkan hasil kerja anak, jangan lupa mencatat nama dan
tanggal di lembar kerja anak.
9) Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak
untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan.
c) Pijakan pengalaman setelah main (30 menit)
1) Bila waktu main habis, pendidik (guru/kader/pamong)
memberitahukan saatnya membereskan. Hendaknya melibatkan
anak dalam kegiatan membereskan alat dan bahan yang telah
digunakan dalam bermain.
-
16
2) Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik
(guru/kader/pamong) bisa membuat permainan yang menarik agar
anak ikut membereskan.
3) Saat membereskan, pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan
tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat
mengelmpokan alat main sesuai dengan tempatnya.
4) Bila bahan main sudah dirapikan kembali, satu orang pendidik
(guru/kader/pamong) membantu anak membereskan baju anak
(menggantinya bila basah), sedangkan kaderlainnya dibantu orang
tua membereskan semua mainan hingga semuanya rapi di
tempatnya.
5) Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama
pendidik (guru/kader/pamong). Anak-anak terlibat saat beres-beres
dan membersihkan kembali alat main.
6) Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik
(guru/kader/pamong) menanyakan pada setiap anak kegiatan main
yang tadi dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali (recalling)
melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan gagasan
dan pengalaman mainnya (memperluas pembendaharaan kata anak).
Makan bekal bersama (15 menit)
a) Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis
makanan berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa oleh masing-
masing anak. sekali dalam satu bulan diupayakan ada makanan yang
disediakan untuk perbaikan gizi.
-
17
b) Sebelum makan bersama, pendidik (guru/kader/pamong) mengecek
apakah ada anak yang tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan
pada anak siapa yang mau memberi makanan pada temannya yang
tidak membawa makanan (konsep berbagi).
c) Pendidik (guru/kader/pamong) memberitahukan jenis makanan yang
baik dn kurang baik.
d) Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tata cara
makan yang baik (adab makan).
e) Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang
bungkus makanan ke tempat sampah.
Kegiatan penutup (15 menit)
a) Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik
(guru/kader/pamong) dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca
puisi. Pendidik (guru/kader/pamong) menyampaikan rencana kegiatan
minggu depan, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di
rmahnya masing-masing.
b) Pendidik (guru/kader/pamong) meminta anak yang sudah besar secara
bergiliran untuk memimpin doa penutup.
c) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan
warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih
dahulu.
Evaluasi
1) Evaluasi program
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan
program PAUD. Evaluasi program mengukur sejauh mana indikator
-
18
keberhasilan penyelenggaraan PAUD yang bersangkutan. Evaluasi program
mencakup penilaian terhadap:
Kinerja pendidik (guru/kaderpamong)
Program pembelajaran
Administrasi kelompok
Evaluasi program dilakukan oleh petugas Dinas Pendidikan Kecamatan
bersama unsur terkait. Evaluasi program dapat dilakukan setidaknya setiap
akhir tahun kegiatan belajar anak.
2) Evaluasi kemajuan perkembangan anak
Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan setiap pertemuan dengan cara
mencatat perkembangan kemampuan anak dalam hal motorik kasar, motorik
halus, berbahasa, sosial dan aspek-aspek lainnya. Pencatatan kegiatan main
anak dilakukan oleh pendidik (guru/kader/pamong). Selain mencatat kemajuan
belajar anak, pendidik (guru/kader/pamong) juga dapat menggunakan
lembaran ceklis perkembangan anak. dilihat dari hasil perkembangan hasil
karya anak, karena itu hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan
laporan perkembangan belajar kepada orang tua masing-masing.
3. Prinsip Interaksi Guru (Pendidik)-Siswa(Peserta didik)
Interaksi guru dengan siswa merupakan aspek yang terpenting dalam
melaksanakan setiap model pembelajaran di lembaga PAUD. Melalui adanya
interaksi tersebut, maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik.
Hal ini dikarenakan, komunikasi merupakan aspek yang menentukan
hubungan antara siswa dengan guru. Dalam melaksanakan interaksi tersebut
terdapat berbagai prinsip-prinsip yang menjadi landasan guru untuk
-
19
melakukan hubungan dan melaksanakan pembelajaran secara langsung dengan
siswa, dengan tidak menyalahi aturan dari prinsip-prinsip umum model BCCT.
Prinsip-prinsip interaksi antara guru dan siswa yaitu sebagai berikut:
Pendidik (guru/kader/pamong) menata lingkungan main sebagai pijakan
lingkungan yang mendukung perkembangan anak;
Ada pendidik (guru/kader/pamong) yang bertugas menyambut
kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu (waktu
untuk penyesuaian);
Semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik
(guru/kader/pamong);
Pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu kepada anak untuk ke
kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri;
Anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh
pendidik (guru/kader/pamong);
Pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak didik dengan
membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman, sebelum
main;
Pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu yang cukup kepada anak
untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuaijadwal
hari ini;
Selama anak berada di sentra, secara bergilir pendidik
(guru/kader/pamong) memberi pijakan kepada setiap anak;
Pendidik (guru/kader/pamong) bersama anak-anak membereskan
peralatan dan tempat main;
-
20
Pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu kepada kepada anak
untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran;
Pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak didikdengan
membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah
main;
Pendidik (guru/kader/pamong) bersama anak-anak makan bekal yang
dibawanya (tidak dalam posisi istirahat);
Kegiatan penutup;
Anak-anak pulang secara bergilir;
Pendidik (guru/kader/pamong) membereskan tempat dan
merapikan/mencek catatan-catatan dan kelengkapan adminstrasi;
Pendidik (guru/kader/pamong) melakukan diskusi evaluasi hari ini dan
rencana esok hari; dan
pendidik (guru/kader/pamong) pulang.
4. Sistem Pendukung
BCCT merupakan suatu model pembelajaran yang membutuhkan banyak
sistem pendukung yang dapat membantu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Dengan adanya sitem pendukung tersebut maka akan
meudahkan baik kepala sekolah, guru maupun siswa sendiri untuk
mengembangkan model pembelajaran ini.
Sistem pendukung yang dibutukan dalam penerapan model BCCT
diantaranya yaitu sarana, prasarana dan sumber belajar. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang lengkap, maka akan memungkinkan untuk menerapkan
model pembelajaran ini. Apabila tidak ada sarana dan prasarana yang
-
21
menunjang, tentu proses pembelajaran ini tidak akan dapat dikembangkan di
lembaga tersebut. Bukan hanya sarana dan prasarana, sumber belajar pun
menjadi penentu untuk berlangsungnya model pembelajaran ini.
Sarana dan Prasarana
a) Sentra Belajar, terdiri atas:
1) Sentra balok
2) Sentra persiapan
3) Sentra bermain peran
4) Sentra musik dan olah tubuh
5) Sentra seni
6) Sentra IMTAQ
7) Sentra bahan alam
Dalam satu waktu kegiatan belajar tidak semua sentra dibuka secara
bersamaan. Biasanya diterapkan giliran. Misalnya, hari ini hanya dibuka 3
sentra:persiapan, balok, dan seni. Besok dibuka 3 sentra yang lain, dst.
Perkantoran, terdiri atas
a) Ruang kepala sekolah
b) Ruang guru
c) Ruang Media
Pendukung, terdiri atas:
a) Play group
b) Kolam renang
c) Ruang UKS
d) Taman TOGA
e) Kebun mini
-
22
f) Ruang makan
g) Ruang komputer
h) Ruang audio visual
i) Ruang pusat sumber belajar
j) Ruang bermain indoor
k) Perpustakaan
l) Toko dan kantin
m) Mushola
n) Aula serba guna
o) Free akses internet
Pelengkap, terdiri atas:
a) Pos Satpam
b) Ruang Penjaga
c) Gudang
d) Kamar Mandi
e) Tempat cuci tangan (Westafel)
Sumber Belajar, yaitu sebagai berikut:
a) Lingkungan Alami, seperti:
1) Air
2) Tanah
3) Udara
b) Lingkungan Buatan, seperti:
1) Globe, Atlas dan lain-lain
2) Perlengkapan eksperimen
3) Majalah, buku, media lain
-
23
E. Keunggulan dan kekurangan Model BCCT
Keunggulan metode BCCT
a) Kurikulumnya diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construct
knowledge) yang digali sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra-
sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.
b) Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan
anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif.
c) Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rencana, dukungan, dan
penilaiannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap
anak.
d) Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas,
sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anak.
e) Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan
lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan (scaffolding)
sebelum, selama, dan sesudah main, sehingga dapat dijadikan panduan bagi
pendidik pemula.
f) Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil
keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahan.
g) Setiap tahap perkembangan bermain anak dirumuskan dengan jelas, sehingga
dapat menjadi acuan bagi pendidik dalam melakukan penilaian perkembangan
anak.
h) Penerapan metode BCCT ini tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan
secara bertahap. Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
i) Terjalin kerjasama antar siswa, proses belajar menjadi lebih menyenangkan
sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.
j)
-
24
Kelemahan BCCT
a) Sedikit lebih sulit apabila dibandingkan dengan penerapan metode
konvensional yang cenderung klasikal seperti banyak kita jumpai di
masyarakat.
b) Memerlukan ruang/tempat yang luas.
c) Membutuhkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan program BCCT.
-
25
BAB III
SIMPULAN
Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia lebih dikenal
sebagai pendekatan sentra dan lingkaran (SELING) adalah suatu metode atau
pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik atau penyelenggaraan
PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di
sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan
(scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu, Pijakan lingkungan main,
pijakan sebelum main, pijakan selama main dan pijakan setelah main.
Tujuan dari pendekatan BCCT ini adalah proses pembelajaran diharapkan
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke sisiwa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada
hasil dengan kata lain agar siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Siswa
dapat mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya.
Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.
Memposisikan guru sebagai pembimbing. Meletakkan dasar keimanan, kecerdasan
spiritual dan emosionl (ESQ), serta membuat situasi belajar menjadi lebih
menyenangkan.
Pendekatan BCCT dilandasi oleh filsafat konstruktivisme dari Giambatista
Vico. Filsafat konstruktivisme ini didukung pula oleh filsafat naturalisme romantic
dan idealisme. Selain itu, pendekatan ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu
Maslow, Anna Freud, Erick Erickson, Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.
-
26
Prinsip-prinsip umum dalam pengembangan model (1) menciptakan suatu
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak (moving) dari satu
aktivitas pembelajaran kepada aktivitas pembelajaran lainnya. (2) Prinsip pendidikan
anak usia dini. (3) prinsip perkembangan anak. (4) prinsip pendekatan sentra dan
lingkungan.
Program dalam metode BCCT/SELING adalah pijakan (scaffolding).
scaffolding berarti memberikan bantuan kepada individu selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
setelah mampu mengerjakan sendiri. Dalam model BCCT terdapat 4 jenis pijakan
seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum
main, pijakan selama main dan pijakan setelah main.
Langkah-langkah pembelajaran (syntax) dalam metode ini adalah penataan
lingkungan main, penyambutan anak, main pembukaan (pengalaman gerakan dasar),
istirahat 10 menit, kegiatan inti di masing-masing kelompok, makan bekal bersama,
dan yang terakhir adalah penutupan.
Evaluasi dilakukan terhadap program yang mencakup penilaian terhadap
kinerja pendidik, program pembelajaran dan administrasi kelompok serta terhadap
kemajuan perkembangan anak.
Prinsip interaksi antara guru dan siswa berdasarkan metode BCCT ini
beberapa diantaranya adalah pendidik (guru/kader/pamong) menata lingkungan main
sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak; Semua anak
mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik (guru/kader/pamong); hingga
berakhir dengan kegiatan penutup, kemudian siswa pulang, begitupun dengan
guru/pendidiknya.
-
27
Keunggulan metode BCCT beberapa diantaranya adalah (1) kurikulumnya
diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construct knowledge) yang digali
sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga
mendorong kreativitas anak. (2) Pendidik lebih berperan sebagai perancang,
pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk
berperan aktif. (3) Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rencana, dukungan,
dan penilaiannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap
anak, dan sebagainya.
Kelemahan metode BCCT beberapa diantaranya adalah sedikit lebih sulit
apabila dibandingkan dengan penerapan metode konvensional yang cenderung
klasikal seperti banyak kita jumpai di masyarakat, memerlukan banyak ruangan yang
luas, dan membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai pula.
-
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Model Pembelajaran sentra dan lingkaran [online]. Tersedia
http://www.tamanbeliacandi.com/en/Model%20Pembelajaran%20Sentra%20dan%20
Lingkaran.html [30 Juni 2013]
Anonim.2013. sejarah singkat beyond centre and circle times (BCCT) PAUD [online].
Tersedia http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/05/sejarah-singkat-
beyond-centers-and.html [30 Juni 2013]
Basuki, Markus. 2010. Filsafat Konstruktivisme [online]. Tersedia http://cor-
amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html [30 juni 2013]
Kurnia, Aam. 2009. Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Yayasan
Kreatif Cemerlang
Kusbiantari, dyah. 2012. metoda pengajaran AUD [online]. Tersedia http://dyah-
kusbiantari.blogspot.com/ [30 Juni 2013]
Maryani, Tina. 2013. pembelajaran dgn metode bcct (beyond centre and circle times)
PAUD terpadu Kartina [online]. Tersedia
http://tinamaryani1968.blogspot.com/2013/04/model-bcct.html [30 juni 2013]
Sriningsih, Nining (2010). Handout Mata kuliah Kelompok Belajar. Jurusan Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini : tidak diterbitkan.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Indeks.