model model paud

31
MODEL PAUD CCCRT/BCCT Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Pendidikan Anak Usia Dini Yang Diampu Oleh Dr. Badruzaman, M.Pd Oleh : Ai Sahadah (1202771) Nurdini Oktavia (1202779) Siti Nurul Fauziah (1202774) Tina Trisnawati (1205189) PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

Upload: rozee-abu-syarif

Post on 25-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BCCT PAUD

TRANSCRIPT

  • MODEL PAUD CCCRT/BCCT

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Pendidikan Anak Usia Dini

    Yang Diampu Oleh Dr. Badruzaman, M.Pd

    Oleh :

    Ai Sahadah (1202771)

    Nurdini Oktavia (1202779)

    Siti Nurul Fauziah (1202774)

    Tina Trisnawati (1205189)

    PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

    JURUSAN PEDAGOGIK

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    2013

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam karena atas segala kenikmatan,

    kesempatan, kesehatan dan anugerah dari-Nya penulis dapat menyusun makalah ini

    dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada

    junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW.

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Pendidikan

    Anak Usia Dini yang diampu oleh Dr. Badruzaman, M.Pd dengan judul MODEL

    PAUD CCCRT/BCCT. Makalah ini berisi mengenai pengertian, prindip-prinsip

    umum, filsafat, implementasi maupun keunggulan dan kekurangan metode

    CCCRT/BCCT.

    Terima kasih kepada dosen yang bersangkutan, orang tua, rekan-rekan sekalian dan

    pihak-pihak yang terkait yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

    menyelesaikan dan menyusun makalah ini.

    Semoga hasil tulisan dari penulis dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir

    kata penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Tak ada

    gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang

    membangun dari semua pihak.

    Bandung, Juni 2013

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

    PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Model ................................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3

    C. Pendekatan Penulisan .................................................................................................................... 3

    D. Sistematika Penulisan .................................................................................................................... 3

    PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4

    A. Pengertian CCCRT/CCCRT .......................................................................................................... 4

    B. Filsafat/Teori Pendidikan yang Mendukung ................................................................................... 5

    C. Prinsip-prinsip Umum ................................................................................................................... 7

    D. Implementasi Model .................................................................................................................... 10

    E. Keunggulan dan kekurangan Model BCCT .................................................................................. 23

    SIMPULAN ............................................................................................................................. 25

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 28

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Model

    Pendidikan bagi anak usia dini merupakan pendidikan yang harus

    memperhatikan tahap perkembangan anak dan model pembelajarannnya pun harus

    sesuai dengan tahap perkembangan anak, sebab program-program pendidikan anak

    usia dini diselenggarakan sebagai fasilitator yaitu memberikan fasilitas bagi anak agar

    anak mampu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, baik

    secara fisik, mental, sosial maupun kognitif. Namun, pada praktik di lapangan

    pendidikan anak usia dini belum mengacu secara penuh pada tahap-tahap

    perkembangan anak. Pada umumnya pendidikan anak usia dini diselenggarakan hanya

    untuk mengasah kemampuan kognitif, baik dengan hafalan maupun diberikan tugas-

    tugas rumah. Oleh karena itu, metode pembelajaran BCCT sangat dianjurkan bagi

    pendidikan anak usia dini, sebab metode BCCT merupakan metode yang membuat

    anak mampu aktif untuk membuat pengetahuan melalui pengalamannya sendiri.

    Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah suatu metode atau

    pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan

    merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik.

    Beyond Center and Circles Time (BCCT) merupakan metode yang dicetuskan

    oleh Dr. Pamela C. Phelps dengan nama asli BCCT Method dan dikembangkan oleh

    Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan

    di Florida, Amerika Serikat. Metode BCCT pertama kali diterapkan di Creative Pre

    School Florida dan telah terakreditasi selama lebih dari 25 tahun oleh National

    Assosiation Early Young Childhood (NAEYC) sebagai metode yang direkomendasikan

  • 2

    dapat diterapkan di Amerika Serikat, yang dikenal dengan nama Creative Curriculum.

    Metode BCCT merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope,

    Reggio Emilia, dan Head Star yang memfokuskan kegiatan anak di sentra-sentra,

    sudut-sudut atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak (9

    kecerdasan jamak) serta teori Piaget dan Vigotsky serta Howard Gardner (Multiple

    Intelegence) .

    Di Indonesia model pembelajaran BCCT lebih dikenal dengan pendekatan

    sentra dan lingkaran atau SELING yang pertama kali disosialisasikan oleh Direktorat

    PAUD pada tahun 2003 kepada seluruh pengelola dan pendidik PAUD di seluruh

    Indonesia melalui seminar, workshop dan pelatihan. Penerapan metode ini dapat

    dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi

    Indonesia, akan tetapi tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran anak

    usia dini. Metode SELING (Sentra dan Lingkaran) tepat apabila diterapkan di

    Indonesia sebab Indonesia memiliki kekayaan suku dan budaya yang dapat

    dieksplorasi oleh anak secara langsung, sebab salah satu keunggulan metode ini

    adalah Anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun

    dengan teman sebaya yang ada di lingkungannya dan seorang pendidik harus mampu

    memanfaatkan seluruh potensi lingkungan untuk pembelajaran anak.

    Metode ini juga memandang bermain sebagai media yang tepat dan satu-

    satunya sebagai media pembelajaran anak karena disamping menyenangkan, bermain

    dalam setting pendidikan dapat menjadi media untuk berfikir aktif dan kreatif,

    sehingga meningkatkan kemampuan anak baik secara intelektual, emosional maupun

    sosialnya dan anak akan mampu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

    berikutnya.

  • 3

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan BCCT/CCCRT?

    2. Apa filsafat dan teori yang mendasari metode BCCT?CCCRT?

    3. Bagaimana Prinsip-prinsip umum metode BCCT/CCCRT?

    4. Bagaimana implementasi dari metode BCCT/CCCRT?

    5. Apa keunggulan dan kelemahan dari metode BCCT/CCCRT?

    C. Pendekatan Penulisan

    Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini adalah pendekatan

    studi literatur. Pendekatan studi literatur adalah suatu pendekatan yang dilakukan

    dengan mengkaji teori-teori yang dianggap dapat digunakan dalam penyusunan

    makalah ini dari buku-buku yang berkaitan dengan model-model pendidikan anak

    usia dini.

    D. Sistematika Penulisan

    Bab 1 Pendahuluan

    Dalam bab pendahuluan dikemukakan latar belakang, perumusan masalah,

    tujuan pembuatan makalah, pendekatan penulisan makalah dan sistematika

    penulisannya.

    Bab 2 Pembahasan

    Dalam bab ini dikemukakan tentang pengertian CCCRT/BCCT, filsafat atau

    teori yang mendukung, prinsip-prinsip umum, implementasi model serta keunggulan

    dan kelemahan model BCCT.

    Bab 3 Simpulan

    Dalam bab ini ditarik kesimpulan tentang pembahasan makalah yang disajikan.

  • 4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian CCCRT/CCCRT

    Pendekatan CCCRT/BCCT dikenal dengan pendekatan sentra dan lingkaran

    (SELING) di Indonesia. Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah suatu

    metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

    dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik atau penyelenggaraan

    PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di

    sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan

    (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu,

    Pijakan lingkungan main

    Pijakan sebelum main

    Pijakan selama main

    Pijakan setelah main

    Tujuan dari pendekatan BCCT ini antara lain adalah sebagai berikut:

    Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

    sisiwa bekeja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke sisiwa.

    STRATEGI pembelajaran lebih dipentingkan dari pada HASIL

    Siswa dapat mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana

    mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi

    hidupnya nanti

    Memposisikan guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing atau inspirator,

    bukan sebagai center, dan penceramah dalam strategi belajar.

  • 5

    Meletakkan pendidikan dasar keimanan, ketakwaan serta seluruh aspek

    keperibadian (ESQ) yang diperlukan anak didik dalam menyesuikan diri dengan

    lingkungan untuk pertumbuh kembangan selanjutnya

    Terjalin kerja sama, saling menunjuang antara siswa dengan siswa, dan siswa

    dengan guru, sehingga menyebabkan sisiwa kretis dan guru kreatif.

    Membuat situasi belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan sehingga

    siswa dapat belajar sampai tingkatan Joy Of Discovery, tertantang untuk dapat

    memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.

    B. Filsafat/Teori Pendidikan yang Mendukung

    Aliran filsafat Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang sesuai bagi

    metode BCCT, sebab konstruktivisme adalah suatu posisi filosofis dan psikologis

    yang banyak berperan dari belajar dan mengeri individu yang di konstruksi oleh

    individu itu sendiri (Graves & Graves, 1994). Konstruktivisme merupakan pandangan

    filsafat yang pertama kali dikemukaan oleh sejarawan Italia yang bernama

    Giambatista Vico pada tahun 1710. Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa

    pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek,

    fenomena dan lingkungan. Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Poedjiadi

    (2005:70) dalam Adisusilo (2006:1), bahwa konstruktivisme bertitik tolak dari

    pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan. Rekonstruksi pengetahuan

    adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki sebelumnya setelah berinteraksi dengan

    lingkungannya.

    Aliran konstruktivisme ini cocok diterapkan dalam dunia pendidikan terutama

    dalam model pembelejaran BCCT karena tidak hanya menekankan pada hasil tetapi

    juga menitikberatkan pada proses pembelajaran siswa. Proses pembelajaran akan

  • 6

    memberikan pengalaman belajar yang cukup sehingga siswa mampu

    mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Interaksi dengan lingkungan belajar akan

    menambah kekayaan pengetahuan, pengalaman serta sosialnya.

    Beberapa Filsafat yang mendukung Filsafat Konstruktivisme yaitu

    Naturalisme Romantic dan Idealisme. Menurut Aliran filsafat Naturalisme Romantic,

    Setiap anak dilahirkan membawa bakat yang baik. maka pendidikan adalah

    pengembangan bakat anak secara maksimal melalui pembiasaan, pelatihan,

    permainan, partisipasi dalam kehidupan sehari-hari serta penyediaan kesempatan

    belajar selaras dengan tahap-tahap perkembangan anak. Sedangkan menurut aliran

    filsafat Idealisme, manusia merupakan makhluk individu sekaligus mahluk sosial.

    Maka pendidikan harus ditujukan pada pembentukan karakter, watak manusia yang

    berbudi luhur,berbakat insani dan kebajikan sosial.

    Selain itu, model ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu Maslow, Anna

    Freud, Erick Erickson, Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.

    Maslow : Kebutuhan dasar harus terpenuhi sebelum meningkat pada

    kebutuhan yang lebih tinggi.

    Anna Freud : Mengemukakan garis perkembangan berisi urutan tahap

    perkembangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irrasional

    menjadi rasional, dari hubungan yang pasif menjadi aktif dalam realita.

    Salah satu dari enam garis perkembangan Anna Freud yang digunakan sebagai

    dasar teori BCCT ini adalah garis perkembangan yang menunjukkan bahwa

    anak belajar mulai dengan badan, mainan, dan bermain.

    Erick Erickson : Anak perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan

    lingkungannya, kemandirian, inisiatif, dan ketekunannya.

  • 7

    Lev Vygotsky : Anak perlu mendapatkan bimbingan sesuai dengan

    kebutuhannya. Vygotsky pun mencetuskan teori belajar Scaffolding yaitu

    Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang.

    Jean Piaget : Anak belajar menemukan dengan menggali segala sesuatu

    sesuai dengan tahap masing-masing anak untuk membangun pengetahuannya.

    C. Prinsip-prinsip Umum

    Model BCCT memiliki prinsip yang dijadikan sebagai acuan untuk

    mengembangkan model ini. Dengan prinsip ini diharapkan agar model pembelajaran

    yang diciptakan sesuai dengan tujuan model pembelajaran model BCCT. Tujuan dari

    model ini yaitu sebagai berikut:

    Merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( multiple Inteligent) melalui

    bermain yang terarah.

    Menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk saling aktif,

    kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan

    sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghapal).

    Menggunakan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra- sentra

    kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama guru, sehingga lebih

    mudah diikuti terutama untuk para pemula.

    Prinsip utama untuk Model BCCT atau model sentra adalah menciptakan suatu

    kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak (moving) dari satu

    aktivitas pembelajaran kepada aktivitas pembelajaran lainnya.

  • 8

    Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

    Penyelenggaraan PAUD didasarkan atas prinsip-prinsip, sebagai berikut:

    a) Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran harus elalu

    ditujukan pada pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.

    b) Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan bermain yang

    menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan, eksplorasi

    dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya, sehingga anak

    menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya.

    c) Merangsang muculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi

    tercermin melalui yang membuat anaktertarik, fokus, serius dan

    konsentrasi.

    d) Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar.lingkungan harus

    diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak

    selama mereka bermain.

    e) Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecapakan hidup diarahkan untuk

    membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan

    memiliki keterampilan dasar yang berguna kehidupannya kelak.

    f) Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan

    sekitar.

    g) Dilaksanakan secara bertahapdan berulang-ulang dengan mengacu pada

    prinsip-prinsip perkembangan anak.

    h) Rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek

    perkembangan. Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan

    berbagai aspek perkembangan/kecerdasannya. Tugas pendidik (guru/ kader/

  • 9

    pamong) adalah memfasilitasi agar semua aspek perkembangan anak dapat

    bekembang secara optimal.

    Prinsip Perkembangan Anak

    a. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta

    merasa aman dan nyaman dalam lingkungan.

    b. Anak belajar terus-menerus,dimulai dari membangun pemahaman tentang

    sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sesuatu konsep,

    hingga mampu membuat sesuatu yang berharga.

    c. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun

    dengan teman sebaya.

    d. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.

    e. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai

    perbedaan individu.

    f. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai dengan komplek, dari

    yang konkrit ke abstra, dari yang berupa gerakan ke bahasa verba, dan

    dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain.

    Prinsip Pendekatan Sentra dan Lingkungan

    a. Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaska pada teori dan

    pengalaman empirik.

    b. Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh

    aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang

    terencana dan terarah serta dukungan pendidik (guru/kader/pamong)

    dalam bentuk empat jenis pijakan.

  • 10

    c. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang

    merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali

    pengalamannya sendiri.

    d. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembalajaran.

    e. Mempersyaratkan pendiidk (guru/kader/pamong) dan pengelola program

    untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan metode ini.

    f. Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses

    pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.

    D. Implementasi Model

    1. Kurikulum/Program

    Program dalam metode BCCT/SELING adalah pijakan (scaffolding). Menurut

    Vygotsky scaffolding berarti memberikan kepada seorang individu sejumlah

    bantuan besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi

    bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil

    alih tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri.

    Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,

    menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat

    mandiri. Beberapa jenis pijakan (scaffolding), yaitu :

    Pijakan lingkungan main

    a) Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup (tiga

    tempat main untuk setiap anak)

    b) Merencanakan untuk intensitas (waktu main) dan densitas (keragaman)

    pengalaman

    c) Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main yaitu:

    sensorimotor,pembangunan dan main peran

  • 11

    d) Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan

    e) Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif

    Pijakan pengalaman sebelum main

    a) Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mendatangkan

    nara sumber

    b) Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung

    c) perolehan keterampilan kerja (standar kinerja)Menggunakan gagasan

    bagaimana

    d) menggunakan bahan

    e) Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main

    f) Menjelaskan rangkaian waktu main

    g) Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial

    h) Merancang dan menerapkan urutan transisi main

    Pijakan pengalaman saat main

    a) Memberikan anak waktu untuk mengelola dan memperluas pengalaman

    main mereka

    b) Mencontohkan komunikasi yang tepat

    c) Memperkuat dan memperluas bahasa anak

    d) Meningkatkan kesempatan sosialisasi melaluidukungan pada hubungan

    teman sebaya

    e) Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main

    anak

    Pijakan pengalaman setelah main

    a) Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan

    saling menceritakan pengalaman mainnya

  • 12

    b) Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif

    melalui pengelompokan, urutan dan penataan lingkungan main secara tepat

    2. Langkah-langkah pembelajaran (syntax)

    Penataan lingkungan main

    a) Sebelum anak datang, pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan

    bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal

    kegiatan yang telah disusun untuk kelompok anak yang akan

    dibinanya.

    b) Pendidik (guru/kader/pamong) menata alat dan bahan main yang akan

    digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya.

    c) Penataan alat man harus mencerminkan rencana pembelajaran yang

    telah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain

    dengan alat main tersebut dapat tercapai dengan baik.

    Penyambutan anak

    Sambil menyiapkan tempat dan alat main, ada seorang pendidik

    (guru/kader/pamong) yang bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-

    anak langsung diarahkan untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman

    yang lainnya sambil menunggu kegiatan dimulai. Sebaiknya para orang tua

    atau pengasuh sudah tidak bergabung dengan anak.

    Main pembukaan (pengalaman gerakan dasar)

    Pendidik (guru/kader/pamong)menyiapkan semua anak dalam sebuah

    lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan pembukaan yang akan dilakukan.

    Kegiatan pembuka bisa berupa permainan tradisional, gerak dan musik, dan

    lain-lain. Satu kader yang memimpin, kader yang lainnya jadi peserta

  • 13

    bersama anak (mencontohkan). Kegiatan main pembukaan berlangsung

    sekitar 15 menit.

    Transisi 10 menit

    a) Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk

    pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat

    permainan tebak-tebakan, tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah

    anak tenang, anak secara bergiliran dipersilakan untuk minum atau ke

    kamar kecil. Gunakan kesempatan ini untuk mendidik (pembiasaan)

    kebersihan diri anak. kegiatannya bisa berupa cuci tangan, ccuci muka,

    cuci kaki, maupun pipis di kamar kecil.

    b) Sambil menunggu anak minum atau di kamar kecil, masing-maisng

    pendidik (guru/kader/pamong) siap di tempat bermain yang sudah

    disiapkan untuk kelompoknya masing-masing.

    Kegiatan inti di masing-masing kelompok

    a) Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit)

    1) Pendidik (guru/kader/pamong) dan anak duduk melingkar, pendidik

    memberi salam dan menanyakan kabarpada anak-anak.

    2) Pendidik (guru/kader/pamong) meminta anak-anak untuk

    memperhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini (mengabsen).

    3) Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan

    memimpin doa hari ini.

    4) Pendidik (guru/kader/pamong) menyampaikan tema hari ini dan

    dikaitkan dengan kehidupan anak.

  • 14

    5) Pendidik (guru/kader/pamong) membacakan buku yang terkait

    dengan tema. Setelah membaca selesai, kader menanyakan kembali

    isi cerita.

    6) Pendidik (guru/kader/pamong) mengaitkan isi cerita dengan

    kegiatan main yang akan dilakukan anak.

    7) Pendidik (guru/kader/pamong) mengenalkan semua tempat dan alat

    main yang sudah disiapkan.

    8) Pendidik (guru/kader/pamong) herus mengaitkan kemampuan apa

    yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar

    yang sudah disusun.

    9) Pendidik (guru/kader/pamong) meyampaikan bagaimana aturan

    main (digali dari anak), memilih teman main, memilih mainan, cara

    menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri permainan,

    srta merapikan kembali apa yang sudah dimainkan.

    10) Pendidik (guru/kader/pamong) mengatur teman main dengan

    memberi kesempatan kepada anak untuk memilih teman mainnya.

    Apabila ada yang hanya memilih anak tertentu sebagai teman

    mainnya, maka guru/kader/pamong agar menawarkan untuk

    menukar teman mainnya.

    11) Setelah anak siap untuk main, pendidik (guru/kader/pamong)

    mempersiapkan anak untuk mulai bermain. Agar tidak berebut serta

    lebih tertib, pendidik (guru/kader/pamong) dapat menggilir

    kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya berdasarkan

    warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya

    agar lebih teratur.

  • 15

    b) Pijakan pengalaman selama anak main (60 menit)

    1) Pendidik (guru/kader/pamong) berkeliling diantara anak-anak yang

    sedang bermain.

    2) Memberi contoh cara amain pada anak yang belum bisa

    menggunakan bahan atau alat.

    3) Memeberikan dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan

    yang dilakukan anak.

    4) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara

    main anak. pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup

    dijawab dengan ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan

    jawaban yang dapat diberikan anak.

    5) Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.

    6) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak

    memiliki pengalaman main yang kaya.

    7) Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan,

    tahap sosial).

    8) Mengumpulkan hasil kerja anak, jangan lupa mencatat nama dan

    tanggal di lembar kerja anak.

    9) Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak

    untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan.

    c) Pijakan pengalaman setelah main (30 menit)

    1) Bila waktu main habis, pendidik (guru/kader/pamong)

    memberitahukan saatnya membereskan. Hendaknya melibatkan

    anak dalam kegiatan membereskan alat dan bahan yang telah

    digunakan dalam bermain.

  • 16

    2) Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik

    (guru/kader/pamong) bisa membuat permainan yang menarik agar

    anak ikut membereskan.

    3) Saat membereskan, pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan

    tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat

    mengelmpokan alat main sesuai dengan tempatnya.

    4) Bila bahan main sudah dirapikan kembali, satu orang pendidik

    (guru/kader/pamong) membantu anak membereskan baju anak

    (menggantinya bila basah), sedangkan kaderlainnya dibantu orang

    tua membereskan semua mainan hingga semuanya rapi di

    tempatnya.

    5) Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama

    pendidik (guru/kader/pamong). Anak-anak terlibat saat beres-beres

    dan membersihkan kembali alat main.

    6) Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik

    (guru/kader/pamong) menanyakan pada setiap anak kegiatan main

    yang tadi dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali (recalling)

    melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan gagasan

    dan pengalaman mainnya (memperluas pembendaharaan kata anak).

    Makan bekal bersama (15 menit)

    a) Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis

    makanan berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa oleh masing-

    masing anak. sekali dalam satu bulan diupayakan ada makanan yang

    disediakan untuk perbaikan gizi.

  • 17

    b) Sebelum makan bersama, pendidik (guru/kader/pamong) mengecek

    apakah ada anak yang tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan

    pada anak siapa yang mau memberi makanan pada temannya yang

    tidak membawa makanan (konsep berbagi).

    c) Pendidik (guru/kader/pamong) memberitahukan jenis makanan yang

    baik dn kurang baik.

    d) Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tata cara

    makan yang baik (adab makan).

    e) Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang

    bungkus makanan ke tempat sampah.

    Kegiatan penutup (15 menit)

    a) Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik

    (guru/kader/pamong) dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca

    puisi. Pendidik (guru/kader/pamong) menyampaikan rencana kegiatan

    minggu depan, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di

    rmahnya masing-masing.

    b) Pendidik (guru/kader/pamong) meminta anak yang sudah besar secara

    bergiliran untuk memimpin doa penutup.

    c) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan

    warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih

    dahulu.

    Evaluasi

    1) Evaluasi program

    Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan

    program PAUD. Evaluasi program mengukur sejauh mana indikator

  • 18

    keberhasilan penyelenggaraan PAUD yang bersangkutan. Evaluasi program

    mencakup penilaian terhadap:

    Kinerja pendidik (guru/kaderpamong)

    Program pembelajaran

    Administrasi kelompok

    Evaluasi program dilakukan oleh petugas Dinas Pendidikan Kecamatan

    bersama unsur terkait. Evaluasi program dapat dilakukan setidaknya setiap

    akhir tahun kegiatan belajar anak.

    2) Evaluasi kemajuan perkembangan anak

    Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan setiap pertemuan dengan cara

    mencatat perkembangan kemampuan anak dalam hal motorik kasar, motorik

    halus, berbahasa, sosial dan aspek-aspek lainnya. Pencatatan kegiatan main

    anak dilakukan oleh pendidik (guru/kader/pamong). Selain mencatat kemajuan

    belajar anak, pendidik (guru/kader/pamong) juga dapat menggunakan

    lembaran ceklis perkembangan anak. dilihat dari hasil perkembangan hasil

    karya anak, karena itu hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan

    laporan perkembangan belajar kepada orang tua masing-masing.

    3. Prinsip Interaksi Guru (Pendidik)-Siswa(Peserta didik)

    Interaksi guru dengan siswa merupakan aspek yang terpenting dalam

    melaksanakan setiap model pembelajaran di lembaga PAUD. Melalui adanya

    interaksi tersebut, maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik.

    Hal ini dikarenakan, komunikasi merupakan aspek yang menentukan

    hubungan antara siswa dengan guru. Dalam melaksanakan interaksi tersebut

    terdapat berbagai prinsip-prinsip yang menjadi landasan guru untuk

  • 19

    melakukan hubungan dan melaksanakan pembelajaran secara langsung dengan

    siswa, dengan tidak menyalahi aturan dari prinsip-prinsip umum model BCCT.

    Prinsip-prinsip interaksi antara guru dan siswa yaitu sebagai berikut:

    Pendidik (guru/kader/pamong) menata lingkungan main sebagai pijakan

    lingkungan yang mendukung perkembangan anak;

    Ada pendidik (guru/kader/pamong) yang bertugas menyambut

    kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu (waktu

    untuk penyesuaian);

    Semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik

    (guru/kader/pamong);

    Pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu kepada anak untuk ke

    kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri;

    Anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh

    pendidik (guru/kader/pamong);

    Pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak didik dengan

    membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman, sebelum

    main;

    Pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu yang cukup kepada anak

    untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuaijadwal

    hari ini;

    Selama anak berada di sentra, secara bergilir pendidik

    (guru/kader/pamong) memberi pijakan kepada setiap anak;

    Pendidik (guru/kader/pamong) bersama anak-anak membereskan

    peralatan dan tempat main;

  • 20

    Pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu kepada kepada anak

    untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran;

    Pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak didikdengan

    membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah

    main;

    Pendidik (guru/kader/pamong) bersama anak-anak makan bekal yang

    dibawanya (tidak dalam posisi istirahat);

    Kegiatan penutup;

    Anak-anak pulang secara bergilir;

    Pendidik (guru/kader/pamong) membereskan tempat dan

    merapikan/mencek catatan-catatan dan kelengkapan adminstrasi;

    Pendidik (guru/kader/pamong) melakukan diskusi evaluasi hari ini dan

    rencana esok hari; dan

    pendidik (guru/kader/pamong) pulang.

    4. Sistem Pendukung

    BCCT merupakan suatu model pembelajaran yang membutuhkan banyak

    sistem pendukung yang dapat membantu dalam pelaksanaan proses

    pembelajaran. Dengan adanya sitem pendukung tersebut maka akan

    meudahkan baik kepala sekolah, guru maupun siswa sendiri untuk

    mengembangkan model pembelajaran ini.

    Sistem pendukung yang dibutukan dalam penerapan model BCCT

    diantaranya yaitu sarana, prasarana dan sumber belajar. Dengan adanya sarana

    dan prasarana yang lengkap, maka akan memungkinkan untuk menerapkan

    model pembelajaran ini. Apabila tidak ada sarana dan prasarana yang

  • 21

    menunjang, tentu proses pembelajaran ini tidak akan dapat dikembangkan di

    lembaga tersebut. Bukan hanya sarana dan prasarana, sumber belajar pun

    menjadi penentu untuk berlangsungnya model pembelajaran ini.

    Sarana dan Prasarana

    a) Sentra Belajar, terdiri atas:

    1) Sentra balok

    2) Sentra persiapan

    3) Sentra bermain peran

    4) Sentra musik dan olah tubuh

    5) Sentra seni

    6) Sentra IMTAQ

    7) Sentra bahan alam

    Dalam satu waktu kegiatan belajar tidak semua sentra dibuka secara

    bersamaan. Biasanya diterapkan giliran. Misalnya, hari ini hanya dibuka 3

    sentra:persiapan, balok, dan seni. Besok dibuka 3 sentra yang lain, dst.

    Perkantoran, terdiri atas

    a) Ruang kepala sekolah

    b) Ruang guru

    c) Ruang Media

    Pendukung, terdiri atas:

    a) Play group

    b) Kolam renang

    c) Ruang UKS

    d) Taman TOGA

    e) Kebun mini

  • 22

    f) Ruang makan

    g) Ruang komputer

    h) Ruang audio visual

    i) Ruang pusat sumber belajar

    j) Ruang bermain indoor

    k) Perpustakaan

    l) Toko dan kantin

    m) Mushola

    n) Aula serba guna

    o) Free akses internet

    Pelengkap, terdiri atas:

    a) Pos Satpam

    b) Ruang Penjaga

    c) Gudang

    d) Kamar Mandi

    e) Tempat cuci tangan (Westafel)

    Sumber Belajar, yaitu sebagai berikut:

    a) Lingkungan Alami, seperti:

    1) Air

    2) Tanah

    3) Udara

    b) Lingkungan Buatan, seperti:

    1) Globe, Atlas dan lain-lain

    2) Perlengkapan eksperimen

    3) Majalah, buku, media lain

  • 23

    E. Keunggulan dan kekurangan Model BCCT

    Keunggulan metode BCCT

    a) Kurikulumnya diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construct

    knowledge) yang digali sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra-

    sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.

    b) Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan

    anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif.

    c) Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rencana, dukungan, dan

    penilaiannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap

    anak.

    d) Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas,

    sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anak.

    e) Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan

    lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan (scaffolding)

    sebelum, selama, dan sesudah main, sehingga dapat dijadikan panduan bagi

    pendidik pemula.

    f) Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil

    keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahan.

    g) Setiap tahap perkembangan bermain anak dirumuskan dengan jelas, sehingga

    dapat menjadi acuan bagi pendidik dalam melakukan penilaian perkembangan

    anak.

    h) Penerapan metode BCCT ini tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan

    secara bertahap. Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

    i) Terjalin kerjasama antar siswa, proses belajar menjadi lebih menyenangkan

    sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.

    j)

  • 24

    Kelemahan BCCT

    a) Sedikit lebih sulit apabila dibandingkan dengan penerapan metode

    konvensional yang cenderung klasikal seperti banyak kita jumpai di

    masyarakat.

    b) Memerlukan ruang/tempat yang luas.

    c) Membutuhkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan program BCCT.

  • 25

    BAB III

    SIMPULAN

    Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia lebih dikenal

    sebagai pendekatan sentra dan lingkaran (SELING) adalah suatu metode atau

    pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan

    merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik atau penyelenggaraan

    PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di

    sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan

    (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu, Pijakan lingkungan main,

    pijakan sebelum main, pijakan selama main dan pijakan setelah main.

    Tujuan dari pendekatan BCCT ini adalah proses pembelajaran diharapkan

    berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer

    pengetahuan dari guru ke sisiwa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada

    hasil dengan kata lain agar siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Siswa

    dapat mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya.

    Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.

    Memposisikan guru sebagai pembimbing. Meletakkan dasar keimanan, kecerdasan

    spiritual dan emosionl (ESQ), serta membuat situasi belajar menjadi lebih

    menyenangkan.

    Pendekatan BCCT dilandasi oleh filsafat konstruktivisme dari Giambatista

    Vico. Filsafat konstruktivisme ini didukung pula oleh filsafat naturalisme romantic

    dan idealisme. Selain itu, pendekatan ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu

    Maslow, Anna Freud, Erick Erickson, Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.

  • 26

    Prinsip-prinsip umum dalam pengembangan model (1) menciptakan suatu

    kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak (moving) dari satu

    aktivitas pembelajaran kepada aktivitas pembelajaran lainnya. (2) Prinsip pendidikan

    anak usia dini. (3) prinsip perkembangan anak. (4) prinsip pendekatan sentra dan

    lingkungan.

    Program dalam metode BCCT/SELING adalah pijakan (scaffolding).

    scaffolding berarti memberikan bantuan kepada individu selama tahap-tahap awal

    pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan

    kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar

    setelah mampu mengerjakan sendiri. Dalam model BCCT terdapat 4 jenis pijakan

    seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum

    main, pijakan selama main dan pijakan setelah main.

    Langkah-langkah pembelajaran (syntax) dalam metode ini adalah penataan

    lingkungan main, penyambutan anak, main pembukaan (pengalaman gerakan dasar),

    istirahat 10 menit, kegiatan inti di masing-masing kelompok, makan bekal bersama,

    dan yang terakhir adalah penutupan.

    Evaluasi dilakukan terhadap program yang mencakup penilaian terhadap

    kinerja pendidik, program pembelajaran dan administrasi kelompok serta terhadap

    kemajuan perkembangan anak.

    Prinsip interaksi antara guru dan siswa berdasarkan metode BCCT ini

    beberapa diantaranya adalah pendidik (guru/kader/pamong) menata lingkungan main

    sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak; Semua anak

    mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik (guru/kader/pamong); hingga

    berakhir dengan kegiatan penutup, kemudian siswa pulang, begitupun dengan

    guru/pendidiknya.

  • 27

    Keunggulan metode BCCT beberapa diantaranya adalah (1) kurikulumnya

    diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construct knowledge) yang digali

    sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga

    mendorong kreativitas anak. (2) Pendidik lebih berperan sebagai perancang,

    pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk

    berperan aktif. (3) Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rencana, dukungan,

    dan penilaiannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap

    anak, dan sebagainya.

    Kelemahan metode BCCT beberapa diantaranya adalah sedikit lebih sulit

    apabila dibandingkan dengan penerapan metode konvensional yang cenderung

    klasikal seperti banyak kita jumpai di masyarakat, memerlukan banyak ruangan yang

    luas, dan membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai pula.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.2012. Model Pembelajaran sentra dan lingkaran [online]. Tersedia

    http://www.tamanbeliacandi.com/en/Model%20Pembelajaran%20Sentra%20dan%20

    Lingkaran.html [30 Juni 2013]

    Anonim.2013. sejarah singkat beyond centre and circle times (BCCT) PAUD [online].

    Tersedia http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/05/sejarah-singkat-

    beyond-centers-and.html [30 Juni 2013]

    Basuki, Markus. 2010. Filsafat Konstruktivisme [online]. Tersedia http://cor-

    amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html [30 juni 2013]

    Kurnia, Aam. 2009. Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Yayasan

    Kreatif Cemerlang

    Kusbiantari, dyah. 2012. metoda pengajaran AUD [online]. Tersedia http://dyah-

    kusbiantari.blogspot.com/ [30 Juni 2013]

    Maryani, Tina. 2013. pembelajaran dgn metode bcct (beyond centre and circle times)

    PAUD terpadu Kartina [online]. Tersedia

    http://tinamaryani1968.blogspot.com/2013/04/model-bcct.html [30 juni 2013]

    Sriningsih, Nining (2010). Handout Mata kuliah Kelompok Belajar. Jurusan Pendidikan

    Guru Pendidikan Anak Usia Dini : tidak diterbitkan.

    Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

    Indeks.