bab 6 perkerasan aspal

Upload: husim-enduro

Post on 30-Oct-2015

229 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

aspal

TRANSCRIPT

(ii)

BAB 6

PERKERASAN ASPAL

SEKSI 6.1

LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

6.1.1. UMUM

(1) Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan Pelaburan Aspal atau Lapisan Campuran Aspal. Pada umumnya Lapis Resap Pengikat harus digunakan pada permukaan yang bukan beraspal (misalnya lapis pondasi agregat / batu pecahan), sedangkan Lapis Perekat harus digunakan pada permukaan yang beraspal (seperti lapis Penetrasi Macadam yang ada, Aspal beton, NACAS, ATB, HRS, Pelaburan Aspal, dll)

(2) Standar untuk Rujukan

ASSHTO M 81 75 Aspal yang dilarutkan (cut back Asphalt) type yang pengeringannya cepat.

ASSHTO M 82 75 Aspal yang dilarutkan type pengeringannya sedang

ASSHTO M 140 70 Aspal emulsi (aspal yang diemulsi dengan air)

ASSHTO M 208 72 Aspal emulsi type Kationik

ASSHTO M 226 80 Viskositas Aspal Semen

ASSHTO M 179 76 Pengaruh dari panas dan udara pada material aspal (Pengujian lapisan tipis aspal dalam oven)

B.S 3403 Tachometer Industri

(3) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim

Lapisan Resap Pengikat harus dipasang hanya pada permukaan yang kering atau sedikit lembab, dan lapis perekat harus dipasang hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Pemasangan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat harus tidak dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Kecuali mendapat persetujuan lain dari Direksi Teknik pekerjaan pemasangan Lapisan Resap Pengikat harus dilakukan selama musim kering.

(4) Kwantitas Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang tidak Memuaskan

Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan aspalnya. Dalam hal lapis perekat permukaan harus mempunyai daya lekat yang cukup pada waktu pekerjaan pelapisan ulang. Untuk penampilan yang kelihat bintik-bintik, timbul dari bahan pengikat yang didistribusi sebagai butir-butir tersendiri boleh diterima untuk lapis perekat yang lebih ringan asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran-takaran pemakaiannya benar.

Dalam Lapis Resap Pengikat setelah mengeringkan selama empat hingga enam jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapisan pondasi, meninggalkan sebagian bahan Pengikat untuk menunjukkan bahwa permukaannya berwarna hitam atau abu-abu tua yang merata dan tidak porous. Tektur untuk permukaan lapis pondasi Agregat harus rapi dan harus tidak ada genangan atau lapisan tipis bahan pengikat atau bahan pengikat yang bercampur dengan agregat halus yang cukup tebal harus dikikis dengan pisau.

Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan lapis Perekat yang tidak memuaskan harus seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik dan termasuk pembuangan bahan lebihan, penggunaan agregat penutup atau pengerjaan pelapisan tambahan seperlunya. Lubang kecil dari lapis resap jaris ditutup dengan segera. Direksi Teknik mungkin memerintahkan lubang yang benar atau kerusakan lain dibongkar dengan penggarukan dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali lapis resap pengikat.

(5) Pelaporan

Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan berikut ini kepada Direksi Teknik :

(a) Lima meter contoh dari setiap bahan bitumen yang diusulkan oleh Kontraktor untuk digunakan dalam pekerjaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuatnya, diserahkan sebelum konstruksi dimulai sertifikat tersebut harus menjelaskan bahwa bahan pengikat memenuhi ketentuan-ketentuan spesifikasi dan kelas yang sesuai untuk bahan pengikat untuk lapis resap pengikat atau lapis perekat, seperti yang ditentukan pada seksi 1.6.2 Spesifikasi ini.

(b) Harus disiapkan catatan yang memuaskan untuk sertifikat kalibrasi dan semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam pasal 6.1.3 (3) dan (4), dan diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran ukur harus dikalibrasikan dengan toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuannya seperti diuraikan dalam pasal 6.1.3 (4) dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi dua tahun sebelum pelaksanaan dimulai.

(c) Diagram semprot yang memenuhi pasal 6.1.3 (5) diserahkan sebelum Konstruksi dimulai, supaya pemeriksaan peralatan dapat dilaksanakan.

(d) Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja, menurut ayat 6.1.6. Catatan-catatan harian untuk pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran-takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan ayat 6.1.6.

(6) Kondisi Pekerjaan

(a) Pekerjaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga memberi ketidak nyamanan yang minimum bagi lalu lintas dan pembolehan lalu lintas satu arah tanpa merusak pekerjaan yang sedang di tangani.

(b) Permukaan-permukaan dari struktur atau pepohonan atau harta benda disamping tempat-tempat kerja harus dilindungi dari kekotoran karena percikan.

(c) Bahan bitumen tidak boleh dibuang kedalam sembarang selokan atau saluran air.

(d) Kontraktor harus menyediakan dan tindakan pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan serta fasilitas pertolongan pertama pada tempat pemanasan.

(7) Pengendalian lalu lintas

(a) Pengendalian lalu lintas harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.

(b) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap akibat-akibat karena lalu lintas dibenarkan terlalu dini diatas lapis resap pengikat atau lapis perekat yang baru dikerjakan, dan kontraktor harus melarang lalu lintas semacam itu apabila perlu dengan menyediakan jalan alih atau melaksanakan pekerjaan setengah lebar jalan.

6.1.2. MATERIAL

(1) Bahan Lapis Resap Pengikat

(a) Bahan aspal untuk lapis resap pengikat harus dari jenis aspal Semen AC-10 (yang kurang lebih ekivalen aspal Pen 80/100) atau jenis AC 20 (yang lebih kurang ekivalen dengan aspal Pen 60/70) mematuhi AASHTO M 226 80, dicairkan dengan minyak tanah.

Perbandingan korosen pengencer yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik, sesuai percobaan-percobaan diatas permukaan lapis pondasi yang telah dikerjakan mematuhi ayat 6.1.4 (2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Teknik, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal semen (180 pph kurang lebih ekivalen dengan viskositas apal cutback hasil kilang jenis MC 30)

(b) Agregat Penutup untuk lapis resap pengikat harus dari hasil penyaringan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran lemah atau lunak, bahan kohesi atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos saringan ASTM 9.5 mm dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos saringan ASTM 2.36 mm (no. 8)

(2) Bahan-bahan untuk lapis perekat

Bahan aspal untuk lapis perekat harus salah satu dari yang dibawah ini, seperti yang ditentukan oleh Direksi Teknik :

(a) Salah satu jenis aspal semen AC-10 atau AC-20 yang memenuhi AASHTO M 226 80, diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.

(b) Aspal Emulsi yang cepat waktu mengerasnya memenuhi ketentuan AASHTO M 140 atau M 208. Direksi Teknik boleh mengijinkan atau meminta pengenceran emulsi dengan 1 bagian air bersih per 1 bagian emulsi.

6.1.3. PERALATAN(1) Ketentuan UmumPerlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor harus meliputi sebuah penyapu mekanis dan / atau pengembus mekanis, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan pengikat.

(2) Aspal Distributor Batang Penyemprot(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila dibenahi penuh harus tidak boleh melampui ketentuan yang dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan penuh.

(b) Sistem tanki bahan pengikat, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan harus sesuai dengan rekomendasi keamanan dair lembaga perminyakan kerajaan Inggris.

(c) Alat penyemprot harus didesain, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang merata dapat disemprotkan secara merata pada perbaikan berbagai fariasi lebar permukaan, pada takaran yang terkendali dalam batas 0.15 sampai 2.4 liter / meter persegi.

(d) Distributir harus dilengkapi dengan batang semprot yang mengsirkulaiskan aspal secara penuh yang dapat diatur kearah horisontal dan fertikal. Batang semprot harus terpasang jumlah minimum, 24 nosel, dipasang pada jarak yang sama 10 + 1 cm. Pipa semprot tangan juga harus dipasang.

(3) PeralatanPerlengkapan distributor aspal harus meliputi sebuah tachometer (pengukur kecepatan putaran), meteran tekanan, satu tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah termometer untuk mengukur tim peraturan isi tangki, dan peralatan untuk pengukur kecepatan pada kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor harus dikalibrasi untuk toleransi yang ditentukan dalam ayat 6.1.3 (4) dan rekanan dari kalibrasi yang teliti dan memuaskan harus diserahkan kepada Direksi Teknik.

(4) Toleransi Peralatan Aspal DistributorToleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuan jarum baca yang dipasang pada aspal distributor dengan batang semprot harus sebagai berikut :

Ketentuan-Ketentuan dan Toleransi yang benar

Tachometer Pengukur + 1.5 persen dari skala putaran

Kecepatan Kendaraan penuh sesuai ketentuan-ketentuan.

Tachometer Pengukur + 1.5 persen dair skala putaran

Kecepatan Putaran Pompa penuh sesuai ketentuan-ketentuan BS 3403

Pengukur Suhu + 5O C, skala antara 0o 250o C minimum garis tengah skala 70 mm.

Pengukur volume atau + 2 persen dari total volume tangki

Tongkat Celup nilai maksimum garis skala Tongkat Celup 50 liter

(5) Diagram Semprot dan Buku Petunjuk PelaksanaanDistributor harus dilengkapi dengan diagram semprot dan buku petunjuk pelaksanaan yang harus disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap saat.

Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan bagan / diagram aliran pipa dan petunjuk-petunjuk untuk semua cara bekerja alat distributor.

Diagram semprot harus memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal distributor yang digunakan juga harus menunjukkan hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah nosel yang digunakan, yang berdasar pada keluaran aspal yang tetap pada nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter/menit) dalam keadaan konstan harus dicatat pada diagram semprotan demikian pula untuk tekanan semprotan.

Diagram semprot juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horizontal dari nosel semprot, hal ini untuk maksud menjamin adanya tumpang tindih semprotan sebanyak 3 lapis yang keluar dari nosel (yaitu lebar permukaan yang tertutup aspal oleh setiap nosel adalah tepat 3 kali jarak antara nosel-nosel)

(6) Kinerja Distributor

(a) Pihak Kontraktor harus menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapannya dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan asisten yang dibutuhkan tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Teknik. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi Teknik kinerja-nya tidak memuaskan bila dioperasikan sesuai persyaratan Diagram Takaran Semprot dan buku petunjuk perlengkapan atau tidak sesyai dengan persyaratan spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan atau penggantian distributor pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian distributor harus diuji sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(b) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan oleh distributor harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot diatas daerah pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang ditutupi dengan lembaran serap yang bagian belakangnya tak tembus aspal, yang beratnya harus ditimbulkan sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus ditimbang dalam menentukan takaran rata-rata untuk setiap lembar diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampui 15 persen takaran rata-rata.

(c) Ketelitian yang dapat dicapai distributor terhadap suatu sasaran takaran pemakaian tertentu harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada (b) diatas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 harus digunakan untuk kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai sasaran takaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas hisap yang berjarak sama. Kertas hisap tidak boleh dipasang dalam jarak 0.5 m dari sisi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan.

Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas hisap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari sasaran takaran. Sebagai alternatif, takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dair pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam ayat 6.1.4 (3) (g). dalam hal ini, untuk tujuan pengujian ini distributor aspal minimum harus berisi 70 persen dari kapasitasnya untuk setiap satu pemakaian.

6.1.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN(1) Penyiapan permukaan yang akan disemprot aspal(a) Apabila pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan yang ada atau permukaan batu, semua kerusakan perkerasan atau bahu harus diperbaiki.

(b) Apabila pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan atau permukaan bahu yang baru, perkerasan atau bahu itu harus sehingga pekerjaan pelapisan dilaksanakan.

(c) Permukaan yang akan dilapisi itu harus dipelihara menurut standar-standar (a) dan (b) diatas sehingga pekerjaan pelapisan dilaksanakan.

(d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, debu dan bahan kotoran lainnya harus disingkirkan terlebih dahulu dari permukaan dengan memakai sikat mekanis atau semprotan angin atau kombinasi kedua-duanya. Jika pemakaian alat ini tidak menghasilkan permukaan bersih yang rata maka bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan lagi dengan sapu ijuk.

(e) Pembersihan harus dilanjutkan / melewati 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot.

(f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan memakai penggaruk baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Teknik dan bagian yang telah digaruk tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.

(g) Untuk pelaksanaan lapis resap pengikat diatas lapis pondasi Agregat kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.

(h) Pekerjaan pengaspalan tak dapat sama sekali dimulai, sebelum perkerasan benar-benar telah dipersiapkan sampai memuaskan Direksi Teknik.

(2) Takaran dan Temperatur Pemakaian dari Material Aspal(a) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi Teknik untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagian diperintahkan oleh Direksi Teknik, bila tepi dari permukaan yang akan dilapisi, atau jenis material aspal berubah.

Biasanya, takaran pemakaian yang dipadatkan akan berada dalam batas-batas sebagaii berikut :

Lapis Resap Pengikat : 0.4 persen sampai 1.3 liter per meter persegi untuk pondasi agregat Klas A, 0.2 sampai 1.0 liter per meter persegi untuk pondasi tanah semen.

Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan menerima pelapisan dan jenis bahan pengikat yang akan dipakai. Lihat Tabel 6.1.4 (1) untuk jenis takaran pemakaian lapis pengikat.

Tabel 6.1.4 (1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Jenis Bahan Pengikat Takaran pada Permukaan baru atau pada permukaan yang sudah tua dan licin (liter per meter persegi)Takaran pada permukaan yang berporosi, permukaan yang lapuk (liter per meter persegi)

Cutback 25 pph0.150.15 0.35

Aspal Emulsi 0.200.20 0.50

Aspal Emulsi Encer (1 : 1)0.400.40 1.0*

Takaran pemakaian yang berlebihan akan mengalir pada bidang permukaan yang terjal, kemiringan melintang besar atau permukaan tidak rata.

(b) Suhu penyemprotan harus sesuai dengan tabel 6.1.4 (2), kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Suhu penyemprotan untuk aspal cutback yang mengandung minyak tanah yang berbeda dari yang ditentukan pada daftar, harganya didapat melalui interpolasi.

Tabel 6.1.4 (2) Suhu Penyemprotan

Jenis Bahan Pengikat Batas-batas suhu Semprotan

Cutbak, 25 pph minyak tanah 110o + 10o C

Cutback, 50 pph minyak

(jenis cutback MC-30)70o + 10o C

Cutback, 100 pph minyak tanah 30o + 10o C

Cutback, lebih dari 100 pph minyak tanah Tidak dipanaskan

Aspal Emulsi atau

Aspal Emulsi diencerkan 20o + 70o C

Tindakan hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap cutback. Prosedur pemanasan harus sesuai dengan rekomendasi buku dokumen rujukan Bina Marga RD 6.3.6.2 volume I : Lampiran E Praktek yang aman untuk penanganan, transportasi dan penyimpanan bitumen.

(c) Jumlah pemanasan yang berlebihan dari yang dibutuhkan atau pemanasan yang berkelanjutan pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap material yang menurut penapat Direksi Teknik, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak atas dan harus diganti atas biaya Kontraktor.

(3) Pemanasan Pelapisan(a) Panjang permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprot harus diukur dan ditandai diatas tanah. Kalau digunakan lapisan resap pengikat, batas-batas dari daerah yang akan disemprot harus ditandai dahulu memakai cat benang pembatas.

(b) Bahan aspal yang disemprotkan harus merata diseluruh permukaan. Pemakaian aspal secara merata sesuai dengan jumlah takaran yang telah diperintahkan harus dilaksanakan memakai aspal proyek dengan batang semprot.

Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai diagram semprot yang telah disetujui. Kecepatan pompa, ketinggian batas semprot dan penempatan nosel harus dipasang sesuai ketentuan diagram tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

(c) Bila diperintahkan, bahwa penyemprotan aspal sekali jalan harus setengah atau lebih kecil setengah lebar dari permukaan yang akan diselesaikan maka dalam hal diperintahkan demikian, lebar bidang penyemprotan harus jalur. Bidang sambungan memanjang ini harus dibiarkan terbuka dan hanya dapat diberi agregat penutup setelah penyemprotan sekali jalan pada jalur sebelahnya setelah selesai dilaksanakan. Hal yang sama, berlaku pula untuk pemakaian lapis pengikat, yaitu lembaran yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan pada tepi permukaan perkerasan atau tepi dair bahu jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat bagi takaran pemakaian aspal pada tepian dimana tak terjadi tumpang tindih pengaspalan.

(d) Alur yang dilindungi / ditutup dengan kertas semen atau bahan sejenisnya yang tidak porous kenyal harus dihampar pada daerah permulaan dan akhir dari permulaan yang akan diaspal. Aliran aspal ke nosel harus dimulai dan dihentikan pada saat memasuki batas pelindung, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan baik pada sepanjang bidang jalan yang akan dilapisi. Lebar kertas pelindung harus sedemikian rupa sehingga sasaran tersebut diatas dapat dicapai.

Aspal distributor harus mulai bergerak tak boleh kurang 5 meter dimuka daerah yang disemprot dengan demikian kecepatan jelajahnya tempat sesuai ketentuan, bila batang semprot mencapai lembaran kertas dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir dari pemakaian bahan pengikat. Lembaran kertas harus segera disingkirkan dan dibuang sesuai petunjuk Direksi Teknik.

(e) Harus disiapkan cadangan aspal pengikat sebesar 10 persen, atau sesuai yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam tanki aspal seprayer untuk setiap selesai semprotan lari. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah udara yang terperangkap dalam sistem penyemprotan dan sebagai cadangan untuk pemakaian aspal.

(f) Takaran pemakaian rata-rata bahan pengikat pda setiap lintasan penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan pengikat yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot.

(g) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidak sempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi dan penyemprotan ulangan sama sekali tak diperkenankan sebelum diadakan pekerjaan perbaikan alat.

(h) Setelah pelaksanaan penyemprotan bahan resap pengikat, setiap daerah yang tergenangi bahan pengikat yang berlebihan harus secara menerus didistribusi ulang melintang diatas permukaan yang telah disemprot. Untuk tujuan ini boleh dipakai mesin giling prodak karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.

(i) Tempat-tempat yang menunjukkan adanya bahan pengikat yang berlebihan harus ditutup dengan agregat penutup yang memenuhi ayat 6.1.2 (1) (b), sebelum pemasangan lapis berikutnya. Dalam keadaan bagaimanapun, agregat penutup tidak boleh dipasang sebelum 4 jam setelah penyemprotan lapis resap pengikat.

6.1.5. PEMELIHARAAN DAN PEMBUKAAN BAGI LALU LINTAS(1) Pemeliharaan dari Lapis Resap Pengikat(a) Kontraktor harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi lapis aspal resap pengikat atau perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam pasal 6.1.1 (5) sampai lapisan berikutnya dipasang. Lapisan berikut tersebut hanya dapat dipasang setelah pelapisan pertama dibiarkan untuk beberapa waktu untuk memberi kesempatan terserah dan mengeras secara penuh, hal ini untuk mencegah terjadinya aliran aspal kepermukaan dan pelunakan pada lapis berikutnya.

Dalam hal Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi dengan laburan permukaan, periode pengunduran waktu harus menurut petunjuk Direksi Teknik, minimum 2 hari dan biasanya tak boleh lebih dari empat belas hari tergantung dari lalu lintas, cuaca, bahan pengikat dan bahan pondasi yang digunakan.

(b) Lalu lintas harus tidak diijinkan melintasi permukaan sampai bahan aspal telah meresap dan mengering dan menurut pendapat Direksi Teknik, tidak akan melekat dibawah beban lalu lintas dalam keadaan khusus dimana perlu untuk mengijinkan lalu lintas melintasinya sebelum waktu tersebut, tetapi dalam segala keadaan tidak boleh lebih awal dari empat jam setelah pemasangan bahan aspal tersebut, agregat penutup yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan ayat 6.1.2 (1) (b) harus dipasang seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik dan lalu lintas diijinkan menggunakan jalur yang telah disiapkan seperti itu.

Agregat penutup harus disebar dari truk sedemikian agar tidak ada roda yang melindas material aspal basah yang tidak tertutup. Bila pemasangan agregat penutup pada jalur yang esdang dikerjakan yang bersebelahan dengan halur yang belum dikerjakan, sebuah alur yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan terbuka, atau jika tertutup harus dibuka bila jalur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih bahan aspal sesuai dengan pasal 6.1.4 (3) (d). Pemakaian agregat penutup harus dilaksanakan seminimum mungkin.

(2) Pemeliharaan dari Lapis PerekatLapis perekat harus dipasang hanya sebentar sebelum pemasangan lapis aspal berikut diatasnya untuk memperoleh kondisi yang tepat dari kelengketannya. Lapisan aspal berikut tersebut harus dipasang sebelum lapis pengikat hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan oksidasi, debu yang bertiup atau yang lainnya. Sewaktu lapis pengikat dalam keadaan tidak tertutup, kontraktor harus melindunginya dari kerusakan dan mencegah berkontak dengan lalu lintas.

6.1.6. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DILAPANGAN(a) Satu contoh aspal dan sertifikat, seperti dipersyaratkan dalam ayat 6.1.6 (6) (a) harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan pekerjaan.

(b) Dua liter contoh bahan pengikat laburan permukaan yang telah tercampur harus diambil dari distributor, mulai dari permulaan dan dekat bagian akhir pekerjaan yang dilaksanakan tiap hari.

(c) Aspal distributor harus diperiksa dan diuji sesuai denagn ketentuan ayat 6.1.3 (6) sebagai berikut :

(i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada kontrak tersebut.

(ii) Setiap 6 bulan atau setiap 150.000 liter dari bahan pengikat yang telah disemprotkan oleh distributor, dipilih yang paling kering.

(iii) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, atau kejadian apa saja yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu dilakukan pemeriksaan ulang distributor tersebut.

(d) Hasil percobaan ayakan basah dari agregat penutup yang diusulkan untuk dipakai harus dilaporkan kepada Direksi Teknik untuk mendapat persetujuan sebelum agregat tersebut digunakan.

(e) Catatan harian yang terperinci mengenai pelaksanaan pengsapalan permukaan, tersebut pemakaian bahan pengikat pada setiap penyemprotan lari dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir bentuk standart 1.11 seperti terdapat pada gambar rencana.

6.1.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN(1) Pengukuran untuk pembayaran(a) Kwartirtas dari material aspal yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah liter pada 150o C yang diperlukan yang memenuhi spesifikasi dan persyaratan Direksi Teknik, atau haruslah jumlah liter yang sesungguhnya pada 15o C yang digunakan dan diterima, yang mana yang lebih sedikit. Pengukuran volume harus diambil ketika material berada pada temperatur yang merada dalam keseluruhan volume dan bebas dari gelembung udara kwantitas dari aspal yang digunakan harus ditentukan setelah setiap lintasan penyemprotan.

(b) Setiap agregat penutup yang digunakan harus dianggap termasuk pelengkap dalam pekerjaan untuk memproses lapis penyerap yang memuaskan dan harus tidak diukur atau dibayar secara terpisah.

(c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang diatasnya diberi lapis resap pengikat dan lapis perekat menurut ayat 6.1.4 (a) dan (b) tidak akan diukur atau dibayar dibawah seksi ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai dengan ayat yang relevan yang disyaratkan untuk perbaikan dan pelaksanaan sebagai rujukan didalam ayat 6.1.4.

(d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan menurut ayat 6.1.4 (d) sampai 6.1.4 (g) dan pemeliharaan permukaan lapis resap pengikat atau lapis perekat yang telah selesai menurut ayat 6.1.5, harus dianggap berhubungan dengan pekerjaan untuk pencapaian suatu lapis resap pengikat atau lapis perekat yang memuaskan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.

(2) Pengukuran untuk Pekerjaan yang diperbaikiBila perbaikan dari lapis resap atau lapis perekat yang tidak memuaskan telah diperintahkan Direksi Teknik dibawah pasal 6.1.1. (5) diatas, kwantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah berkwalitas yang akan dibayar bila pekerjaan awal (semula) dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tambahan pekerjaan, kwantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.

(3) Dasar PembayaranKwantitas sebagaimana ditetapkan harus dibayar seperti ditunjukkan dibawah ini, dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan pemasangan seluruh material, termasuk agregat penutup dan juga termasuk seluruh buruh. Perlengkapan dan perkakas, dan perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam pasal ini.No Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

6.1 (1)

6.1 (2)Lapis Resap Pengikat

Lapis Perekat Liter

Liter

SEKSI 6.2

LABURAN ASPAL MEMAKAI BATUAN CHIP SATU LAPIS

DAN DUA LAPIS

(BURTU DAN BURDA)

6.2.1. UMUM

(1) UraianPekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan baik satu atau dua lapis laburan bahan chip untuk penutup permukaan, setiap lapis diberi bahan pengikat aspal dan ditutup dengan agregat chip. Lapis penutup permukaan bisa ditempatkan diatas satu lapis Pondasi agregat Kelas A yang baru dikerjakan dan sudah diberikan lapis peresap, atau pada suatu lapisan aspal yang sudah ada.

(2) Standar RujukanAASHTO T 96 77 Daya tahan terhadap abrasi (gerusan) dari agregat kasar berukuran kecil dengan menggunakan mesin Los Angels.

AASHTO T 104 77 Penentuan mutu agregat dengan penggunaan Sodium Sulfat.

AASHTO T 112 78 Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah didalam agregat.

AASHTO T 179 76 Efek dari panas dan udara pada material aspal (pengujian lapis tipis dalam tungku)

AASHTO T 182 70 Pelapisan dan pengelupasan dari campuran agregat dengan aspal

AASHTO M 226 80 Kekentalan dari Gradasi Aspal Semen

(3) Pembatasan oleh Cuaca dan MusimTidak boleh ada pekerjaan lapis labur aspal yang dilakukan diatas perkerasan basah, selama huhan, bila hujan tampaknya akan turun atau sewaktu angin kencang. Pekerjaan laburan aspal hanya dapat dilaksanakan selama musim kemarah, dan bila cuaca kemungkinan tetap paling tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan.

(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang tidak memuaskanSuatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi Teknik atau boleh wakilnya sebelum pekerjaan laburan dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada telah benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan dalam pasal 6.2.5 (2). Pihak kontraktor tidak diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat ijin tertulis dari Direksi Teknik.

Standar penerimaan pekerjan BURTU, atau lapisan pertama BURDA, bahwa untuk setiap luas 0.1 M2 atau lebih perbandingan dari luas yang tertutup oleh kerikil rapat tidak boleh kurang dari 90 % lapisan permukaan yang dikerjakan tidak boleh lebih dari tebal suatu bantuan dan harus bebas dari bahan-bahan berdebu.

Lapisan kedua dari BURDA harus dihamparkan hanya setelah lapisan pertama diselesaikan dengan standar diatas. Standar penerimaan dari lapisan kedua adalah bahwa tidak kurang dari 98% dari luas rongga-rongga permukaan dalam lapisan pertama dari agregat dalam setiap tempat yang lebih besar dari 0.1 M2 harus terisi dengan batu dari lapisan kedua. Lapisan kedua tidak boleh dalam adari satu batu diatas tiap lapisan batu dan permukaan harus bebas dari material lepas.

Pekerjaan Burtu dan Burda yang telah selesai harus dapat memuaskan Direksi Teknik dan permukaannya harus terlihat seragam, dan bentuknya menerus terkunci dengan rapat harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Pekerjaan perbaikan Burtu dan Burda yang tidak memuaskan harus sesuai Petunjuk Direksi Teknik dan termasuk pula bagian pekerjaan penyingkiran atau penambahan material, penyingkiran seluruh material dan pekerjaan penggantian pekerjaan atau pelapisan ulang seluruh pekerjaan dengan Burtu dan Burda yang baru sesuai keperluan sampai didapatkannya suatu hasil pekerjaan yang memuaskan.

(5) Pemeliharaan Pekerjaan yang telah DiterimaTanpa mengabaikan tanggung jawab kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan atau gagal seperti dipersyaratkan dalam pasal 6.2.1 (5) diatas. Pihak kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan pemeliharaan rutin atas semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan telah diterima dari pekerjaan pelaburan bantuan chip selama periode kontrak, termasuk periode jaminan.

(6) PelaporanPihak kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini :

(a) 5 liter contoh aspal yang diusulkan oleh kontraktor untuk dipakai pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari pabrik pembuatan, dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa material pengikat tersebut sesuai dengan spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk aspal laburan, seperti diberikan dalam pasal 6.2.2 (2) dari spesifikasi ini.

(b) Suatu catatan yang memuaskan dari sertifikat kalibrasi dari semua perlengkapan / perlatan dan meteran dan tongkat celup dari alat distribusi aspal, seperti diuraikan dalam pasal 6.1.3 (3) dan (4) harus diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum pekerjaan kontruksi dimulai tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuan seperti diuraikan dalam pasal 6.1.3 (4) dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh lebih dari dua tahun terhitung sebelum saat dimulainya konstruksi.

(c) Grafik semprotan, harus memenuhi persyaratan pasal 6.1.3 (5) dan harus diserahkan sebelum pekerjaan kontruksi dimulai, dengan demikian pemeriksaan dari pada peralatan yang dipakai dapat dilaksanakan.

(d) Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan laburan agregat, disertai lampiran daftar hasil pengujian seperti ditunjukkan pada ayat 6.2.2 (1) (b) dari spesifikasi ini, dan harus telah diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum produksi pelaburan agregat dimulai.

(e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan lokasi dair material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil pengujian atas agregat laburan, harus sesuai persyaratan pasal 6.2.2 (1) dan 6.2.6 dan harus dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum timbunan agregat laburan akan digunakan dalam pekerjaan.

(f) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja, menurut pasal 6.2.6. Catatan harian pekerjaan laburan yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan material menurut pasal 6.2.6.

(7) Kondisi Tempat Kerja(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah yang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan tersemprot.

(b) Tidak boleh ada material aspal yang dibuang kedalam selokan samping atau saluran.

(c) Kontraktor harus menyediakan dan menjaga tempat pemanasan aspal dengan suatu pencegah kebakaran yang cukup serta tindakan-tindakan lainnya, dan juga fasilitas untuk P3K.

(8) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan

(a) Pengendalian lalu lintas harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.

(b) Lalu lintas tidak diperbolehkan melintasi tempat kerja sewaktu penempatan material aspal, juga tidak boleh diijinkan untuk melindas ke tepi dari material aspal sampai tempat tersebut telah terlapisi agregat.

(c) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan Aspal Cair dan 20 km/jam harus disediakan. Kerucut-kerucut rambu lalu lintas dan penghalang harus digunakan untuk mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lints dan agregat yang belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka.

(d) Pengawasan dan pengendalian penuh pada operasi, arah dan kecepatan lalu lintas, menurut pasal 1.8.3, harus berlanjut selama 24 jam per hati, dari saat dimulainya pekerjaan pelaburan dalam tiap seksi sampai paling tidak 48 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas di lanjutkan sampai periode tanpa gangguan selama 48 jam pada cuaca bagus berlaku, kecuali karena diperintah oleh Direksi Teknik.

(e) Selama periode penyelesaian yang ditentukan dalam (d) diatas permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari agregat-agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Teknik. Jika Direksi Teknik mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh rambu dan penghalang lalu lintas harus disingkirkan.

Sebagai pilihan lain, Direksi Teknik dapat memerintahkan kelanjutan pengendalian lalu lints sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan seluruh perbaikan-perbaikan yang diperlukan di kerjakan.

6.2.2. MATERIAL(1) Agregat Penutup(a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil pecah atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda lainnya yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal.

(b) Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup memenuhi persyaratan berikut :

Kehilangan akibat abrasi (AASHTO T96) maks. 30%

Aspal yang tertinggal setelah pengujian

pengelupasan (AASHTO T182) min. 90%

Bagian-bagian yang lunak (AASHTO T112) maks. 5%

(c) Agregat penutup sebenarnya harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut :

Persentase berat dari kerikil pecah yang tertahan saringan 4.75 mm yang mempunyaik paling tidak dua bidang pecah . Min. 90%

(d) Batas ukuran partikel agregat laburan untuk BURTU dan untuk lapisan pertama BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil menurut tabel 6.2.2 (1) dibawah.

Tabel 6.2.2 (1) Persyaratan Uraian Agregat

Ukuran Nominal (mm)Ukuran terkecil Rata-Rata (ALD) Berkisar = Persentase ukuran terkecil rata-rata dalam batas 2.5 mm dari ALD Persentase maksimum lolos saringan 4.75 mm

136.4 9.5652

Agregat harus berbentuk kubus, sedemikian bila diuji menurut lampiran 6.2 A dari spesifikasi ini, perbandingan ukuran terbesar rata-rata agregat terhadap ukuran terkecil rata-rata (AGD / ALD rasio) tidak boleh melampui angka 2.30

(e) Agregat lapisan ke dua laburan BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6 mm, dan harus sesuai dengan ketentuan dari tabel 6.2.2 (2) dibawah, dan harus berbentuk kubus (tidak pilih)

Tabel 6.2.2. (2) Gradasi agregat lapisan penutup kedua BURDA

Ukuran ayakan ASTM mmProsentase yang lolos menurut berat

9.5

6.25

2.36

1.18100

95 100

0 15

0 - 8

(f) Agregat untuk lapis kedua BURDA juga harus sanggup saling mengunci ke dalam rongga-rongga permukaan dalam agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan. Ini harus menjadi tanggung jawab kontraktor untuk memastikan bahwa agregat lapisan kedua ukurannya sesuai.

(2) Bahan Aspal(a) Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis AC-10 aspal semen (yang kurang lebih ekivalen dengan aspal pen. 80/100), atau jenis AC (kurang lebih ekivalen dengan aspal pen. 60/70), memenuhi persyaratan AASHTO M226-80, diencerkan memakai minyak tanah sesuai ketentuan tabel 6.2.2 (3), tabel ini harus dipakai untuk merencanakan material aspal pengikat, untuk semua lapisan pekerjaan pelaburan.

Tabel 6.2.2 (3) Rencana Bahan Pengikat

Suhu Ruang Udara CPerbandingan Bila Memakai Aspal

Pen. 85/100Minyak Tanah Terhadap Bila memakai aspal

Pen. 60/70Suhu Semprotan C

17.5

20.0

22.5

25.0

27.5

30.0

32.5

34.0

Over 3613

11

9

7

5

3

1

0

015

13

11

9

7

5

3

2

0151

157

162

167

172

177

182

185

187

PH : Bagian Minyak tanah per 100 bagian volume aspal :

Suhu semprotan yang sebenarnya harus berada antara harga + 10% persen dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam tabel diatas.

Setiap material aspal yang dipanaskan untuk temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam, atau telah dipanaskan melewati 20 C diatas suhu semprotan seperti ditentukan pada tabel 6.2.2 (3) diatas, harus ditolak, pengecualian dapat diberikan kalau ternyata hasil pengujian kekentalan (Voskositas) menunjukkan bahwa material aspal tersebut masih memenuhi persyaratan spesifikasi.(b) Dimana pelaksanaan pekerjaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dibawa kondisi yang kurang menguntungkan atau dibawah kondisi cuaca tanggung, atau daya tahan pengelupasan agregat ada dalam batas akhir (AASHTO T182), maka Direksi Teknik dapat memerintahkan kontraktor untuk menambah bahan adhesi Additive (anti stripping)

Additive yang dipakai harus jenis yang telah disetujui oleh Direksi Teknik dan perbandingan campuran (pph) dair bahan tersebut dengan material aspal harus menurut ketentuan yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya. Bahan adhesi tidak boleh disimpan lebih dari 10 jam didalam bahan pengikat yang panas atau dapat disimpan kalau diberi tambahan bahan adhesi.

(c) Diaman minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambah pada material aspal pencampurannya harus merata caranya dengan mensirkulasikan bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh melebihi + 2 pph minyak tanah dari persyaratan campuran bahan pengikat berdasarkan pada hasil pada 2 liter contoh dan setiap campuran bahan pengikat. Jika pencampuran hendak dibuat didalam tangki distributor harus disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh pompa (pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama yang diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang merata.6.2.3. JENIS DARI PEKERJAAN LABURANJenis pekerjaan laburan yang akan dipakai pada setiap bagian pekerjaan yang diperlihatkan pada lembar 2.01 dari gambar spesifikasi dan istilahnya disingkat dalam tabel 6.2.3 (1) dibawah

Tabel 6.2.3 (1) Jenis dari pekerjaan laburan

Jenis LaburanSingkatan Istilahnya

Laburan Satu Lapis BURTU

Laburan Dua Lapis BURDA

6.2.4. PERALATAN

(1) Kebutuhan UmumPeralatan yang akan digunakan harus termasuk distributor aspal yang dapat menyemprot sendiri, dua mesin giling roda karet, alat penebar agregat paling kurang 2 (dua) dump truk tongkang belakang sapu lidi dan sikat dan peralatan untuk menuang drum dan untuk memanaskan bahan aspal.(2) Peralatan Distributor AspalPeralatan distributor aspal harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan dari pasal 6.1.3. Dengan tambahan, tangki distributor harus benar-benar sempurna tersekat dalam menahan aliran panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan pengikat pada temperatur 150o C, turunnya panas tidak boleh melampui 2.5 C perjam, aspal pengikat dan distributor dalam keadaan diam.

(3) Mesin GilingMesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemdatan total tak boleh kurang dari 1.5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Dengan menunjukkan ketentuan dari ayat 6.2.5 (5) (a) Direksi Teknik menyetujui pemakaian mesin giling roda baja untuk penunjang, tapi tidak mengganti mesin penggiling roda karet.

(4) Alat Penghampar Bantuan ChipPeralatan penghampar bantuan chip, harus mampu menghampar bantuan chip secara merata pada takaran kendali, diatas bidang permukaan dengan lebar paling kurang 2.4 meter dan suatu peralatan khusus harus sedemikian rupa pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat diatur. Desain dari alat penghampar bantuan chip dan kecepatan penghamparannya harus sedemikian rupa sehingga terjamin bahwa bantuan chip yang dituang / dihampar tak akan bertumpuk pada permukaan yang telah disemprot aspal. Paling kurang harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar bantuan chip yang dioperasikan secara otomatis memakai belt. (Dour wheel drive belt spreader).

Penghampar / penebar bantuan chip memakai tangan hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan pemakaian sikat baja (Garpu baja).

(5) Sikat Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.(6) Peralatan lainPeralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh kontraktor demi untuk meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik.

6.2.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN(1) Kuantitas dari Material yang akan dipakai(a) Takaran pemakaian bahan aspal pengikat, untuk setiap permukaan yang akan dilabur dan untuk setiap bagian jalan, harus ditetapkan oleh Direksi Teknik tergantung pada ukuran terkecil rata-rata dari agregat penutup, komposisi dair bahan aspal pengikat, kondisi dan tekstur dari permukaan yang ada dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan menggunakan jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam lampiran 6.2 C dari spesifikasi ini selanjutnya Direksi Teknik dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil-hasil percobaan dilapangan yang dilaksanakan oleh kontraktor sesuai petunjuk Direksi Teknik.

(b) Takaran hamparan agregat harus cukup untuk menutupi permukaan, tanpa terlihat adanya kelebihan bahan sesudah pemdatan, sesuai dengan standar spesifikasi dalam pasal 6.2.1 (5). Lampiran 6.2 C yang memuat tentang cara menghitung perkiraan takaran hamparan.

(2) Pekerjaan Persiapan Jalan Lama(a) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat, maka permukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu atau kedua-keduanya jika hasil pekerjaan pembersihan tidak membersihkan hasil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih dapat dibersihkan memakai sapu kawat baja.

(b) Pembersihan Daerah permukaan harus dilebihkan paling kurang 20 centimeter dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot.

(c) Lubang-lubang atau tonjolan-tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki yang terlihat harus dikeluarkan dari permukaan memakai alat penggaruk baja atau cara lain yang disetujui dan bila atas perintah Direksi Teknik, bahwa daerah yang telah digaruk harus dicuci dengan air atau disikat memakai sikat tangan, maka kontraktor harus melaksanakannya.

(d) Sama sekali tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan pelaburan sebelum pekerjaan pembersihan telah memuaskan Direksi Teknik.

(e) Permukaan lama yang belum beraspal, belum dilaburi BURTU atau BURDA harus terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat, sesuai ketentuan-ketentuan dalam seksi 6.1 spesifikasi. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi lapis resap pengikat, harus diperksa kembali kesempurnaannya apabila ditemui adanya daerah-daerah / bagian-bagian yang belum terutup lapis resap pengikat maka harus diadakan pelaburan ulang lapis resap pengikat sesuai petunjuk Direksi Teknik. Laburan lapis resap pengikat harus dibiarkan kering, paling kurang 48 jam atau menurut periode waktu yang lebih lama sesuai petunjuk Direksi Teknik lapis resap pengikat harus dibiarkan sampai benar-benar kering, sebelum pekerjaan pelaburan dimulai.

(f) Semua lubang-lubang harus ditutup / diperbaiki terlebih dahulu oleh pihak kontraktor, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai dan harus memuaskan Direksi Teknik.

(3) Pemakaian Bahan Aspal(a) Pemakaian aspal harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga hasil penanganan yang diperoleh merata pada semua titik. Pemakaian bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan harus dibuat dengan menggunakan peralatan batang semprotan distributor aspal dengan pengecualian apabila penggunaan distributor tidak praktis pada daerah yang kecil, maka Direksi Teknik kemungkinan dapat menyetujui penggunaan terbatas peralatan semprot aspal tangan.

Distributor aspal harus dioperasikan menurut grafik penyemprotan yang telah mendapat persetujuan. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nosel harus dipasang sesuai dengan grafik yang telah disetujui sebelumnya demikian pula selama setiap operasi penyemprotan.

(b) Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi melebihi 10 C dari harga-harga yang telah diberikan dalam tabel 6.2.2 (3).

(c) Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian bahan aspal setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan setengah lebar atau lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal tersebut dilaksanakan mak aharus ada suatu jalur tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang berdekatan. Lebar jalur sambungan longitudinal yang 20 centimeter ini. Harus tetap dibiarkan tidak diberi agregat penutup sampai penyemprotan di daerah sampingnya tumpang tindih diatas sambungan 20 centimeter. Hal yang sama dilakukan pada lebar penyemprotan yang harus lebih besar dari pada lebar yang akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari tepi bahu jalan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat takaran pemakaian aspal yang kurang pada bagian tepi, karena tidak terjadi tumpang tindih dair aspal yang tersemprot keluar dari nozel. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan aspal selesai digeser paling kurang 15 centimeter dari pinggir sambungan yang terdahulu(d) Lembaran pelindung alur dari kertas bangunan atau material yang sama yang tidak berpori, dan lentur, dihamparkan diatas permukaan pada titik nula dan bagian akhir setiap lintasan semprotan. Aliran yang melalui nozel harus mulai dibuka dan ditutup (dihentikan) seluruhnya pada lur lembaran, dengan demikian semua nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang dilabur. Lebar dari pada lembaran alur harus cukup sehingga menjamin hal-hal diatas tercapai.

Distributor aspal haru mulai bergerak tidak boleh kurang dari 5 meter dimuka daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan jelajah harus cepat bila batang semprot mencapai kertas titik akhir dari pemakaian bahan pengikat. Lembaran kertas alur harus segera disingkirkan dan dibuang, dan harus memuaskan Direksi Teknik.

(e) Setiap distributor aspal selesai menyemprot, diharuskan dalam tangkinya tetap ada cadangan aspal sebesar 10 persen dari volume terpasang tangki setiap selesai pengoperasian, atau sejumlah persentase lainnya seperti ditetapkan oleh Direksi Teknik, sedemikian untuk mencegah masuknya udara pada sistem penyemprotan aspal dan sebagai cadangan untuk pemakaian takaran yang sedikit berlebihan.

(f) Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap lintasan semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur dengan cara mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan sesudah setiap lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian semprot tangan.

(g) Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan semprot dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari lintasan semprot antara alur yang terlindung lembaran dan lebar efektif dari semprotan yang didefisinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nosel yang berdekatan.

(h) Ukuran dari daerah jalan yang telah tertutup disetiap daerah yang disemprot tangan harus diukur dan ruasnya dihitung segera setelah penyemprotan daerah tersebut selesai.

(i) Takaran rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan semprot atau daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan pengikat aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal, dan jumlahnya harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Teknik sesyai dengan ayat 6.2.5 (1) (a) dari spesifikasi ini, dengan toleransi sbagai berikut :

Toleransi = + (4% dari takaran yang diperintahkan + 1% dari volume tanki Luas penyemprotan

Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan semprotan berikutnya atau daerah semprotan tangan dimulai dan setiap penyesuaian yang perlu harus dibuat untuk menjamin bahwa takaran pemakaian yang diperintahkan telah dicapai pada semprotan berikutnya.

(j) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ditemui adanya kerusakan pada perlatan penyemprotan dan pekerjaan tidak boleh dimulai lagi sebelum kerusakan diperbaiki.

(4) Penghamparan Agregat Penutup(a) Sebelum material aspal digunakan, agregat penutup yang kwantitasnya cukup sudah tersedia dalam bak truk dilapangan. Jumlahnya harus cukup untuk menutup seluruh daerah yang akan dilabuiri bantuan chips. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian sehingga dapat dijamin ia akan melekat ke bahan pengikat dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Teknik.

(b) Agregat harus dihampar diatas permukaan yang telah disemprot aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan peralatan penghamparan atau memakai tangan seperlunya sampai memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dapat seragam. Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah takaran yang dipersyaratkan atau diperintahkan harus dihamparkan kembali dan di distribusikan secara merata diatas permukaan jalan memakai garpu baja, atau singkirkan bahan tersebut dan tumpuk sesuai petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.

(5) Penyapuan dan Penggilasan(a) Segera setelah penghamparan agregat berukuran tunggal, yaitu setebal ukuran batu, dan telah memuaskan Direksi Teknik maka agregat tersebut harus digilas dengan mesin gilas roda karet. Mesin giling roda baja hanya dapat disetujui untuk digunakan oleh Direksi Teknik bila dijamin bahwa agregat tersebyt tidak akan pecah bila digilas dan harus dibatasi untuk maksimum dua lintasan (lebih dari tebal satu batu) atau tidak rata harus disingkirkan / didistribusikan dengan garpu baja ke tempat sekitarnya sebelum penyelesaian penggilasan.

(b) Penggilasan harus segera dimulai setelah agregat ukuran tunggal (chip) telah disebarkan dan redistribusi memakai sapu dan harus dilanjutkan sampai seluruh daerah terebut telah mengalami penggilasan penuh sebanyak enam kali.

(c) Jalan kemudian harus dibersihkan dari material agregat yang berlebihan sesuai dengan ketentuan dari ayat 6.2.1 (9) (d, e)

6.2.6. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN LAPANGAN(a) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan ayat 6.2.1 (6) (a), harus disediakan untuk penyerahan aspal di pekerjaan lapangan.

(b) Dua liter contoh aspal laburan yang telah dicampur harus diambil dari distributor dekat tempat dimulainya pekerjaan dan bagian akhir pekerjaan setiap hari kerja.

(c) Jumlah data uji pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu sumber bahan agregat penutup harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tapi harus termasuk semua pengujian seperti dipersyaratkan dalam ayat 6.2.2 (1) (b) dengan paling kurang tiga wakil contoh dari sumber bahan yang diusulkan akan dipakai, dipilih untuk mewakili batas-batas mutu bahan yang kira-kira sama untuk didapatkan dari sumber bahan. Menyusul pengujian ini harus diulangi lagi selanjutnya, sesuai petunjuk Direksi Teknik, dalam hal menurut hasil pengamatan ada perubahan pada material dan sumbernya.

(d) Distributor aspal harus diinspeksi dan diuji sesuai dengan ayat 6.1.3 (6) sebagai berikut :

(i) Mendahului dimulainya pekerjaan semprotan pada kontrak.Setiap 6 bulan atau setiap 150.000 liter aspal yang telah disemprot oleh distributor diambil yang mana lebih sering; dan

(ii) Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi pada distributor atau ada kejadian lain yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor.

(e) Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir tercantum dalam tabel dari ayat 6.2.2 (1) (c, d dan e) haruis dilakukan pada setiap tumpukan material sebelum setiap material tersebut dipakai. Tidak boleh kurang dari satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik dari agregat didalam timbunan persediaan.

(f) Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian, termasuk pemakaian aspak pengikat pada setiap lintasan semprotan dan takaran pemakaian yang dicapai harus dibuat dalam formulir standar seperti diperlihatkan padalembaran 1.11 dari gambar rencana.

6.2.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN(1) Pengukuran aspal Pengikat untuk Pembayaran(a) Material aspal pengikat harus diukur untuk pembayaran dalam satuan liter sebagai sejumlah nominal dari volume yang telah dipakai dan telah diterima pada setiaplintasan semprotan, telah dikoreksi untuk penyesuaian akibat pemuaian karena panas dengan volume yang setara pada suhu 15 C.

(b) Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah disemprot dengan aspal pengikat, diukur sesuai dengan ayat 6.2.5 (3) (g) (h) dari spesifikasi ini, dan takaran pemakaian nominal aspal pengikat. Untuk tujuan pembayaran, takaran pemakaian nominal pengikat untuk setiap lintasan penyemprotan atau bagian pekerjaan penyemprotan tangan, harus dari hal berikut ini diambil mana yang lebih kecil : (i) Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Teknik ditambah toleransi relevan yang diperkanankan dalam ayat 6.2.5 (3) (i) dari spesifikasi ini; dan

(ii) Takaran rata-rata pemakaian yang telah dipasang dan diukur sesuai dengan ayat 6.2.5 (3) (f) sampai 6.2.5 (3) (i) dari spesifikasi ini.

(2) Pengukuran Agregat BURTU untuk Pembayaran Agregat BURTU yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah tertutup pekerjaan BURTU yang telah diselesaikan dan diterima sesuai spesifikasi ini dan gambar dokumen kontrak.

(3) Pengukuran Agregat BURDA untuk PembayaranAgregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah tertutup pekerjaan BURDA yang telah diselesaikan dan diterima sesuai spesifikasi ini dan gambar dokumen kontrak.

(4) Pengukuran dari Perbaikan Pekerjaan Bila telah diadakan pekerjaan perbaikan laburan chips sesuai perintah Direksi Teknik pada pasal 6.2.1 (5) diatas maka kwantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya telah dibayar jika pekerjaan yang semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan perbaikan tersebut.

(5) Dasar Pembayaran Kwantita, seperti ditetapkan diatas, harus dibayar berdasarkan harga satuan kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran yang tercantum dalam jadwal penawaran, dimana harga-harga pembayaran itu harus merupakan komposisi penuh untuk pengadaan dan pemasangan seluruh material, termasuk seluruh buruh, peralatan, perlengkapan-perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan diuraikan dalam spesifikasi ini.

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

6.2 (1) Agregat Penutup BURTU Meter persegi

6.2 (2) Agregat Penutup BURDA Meter persegi

6.2 (3) Material aspal untuk Liter

pekerjaan pelaburan

PASAL 6.3

CAMPURAN-CAMPURAN ASPAL PANAS6.3.1 UMUM(1) Uraian (a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata padat yang awet pondasi atas perlu lapisan atas pelindung aspal beton yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur dipusat pencampur, serta mengahpar dan memadatkan campuran tersebut diatas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan persyaratan nini dan memenuhi bentuk sesuai gambar dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.

(b) Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan didalam spesifikasi ini untuk menjalin bahwa asumsi rancangan yang berkenan dengan kadar ditumen ekfektif minimum rongga udara, stabilitas, fleksibilitas dan ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa, dalam pembuatan campuran lataston (HRS) dan ATB, metoda konvensional dalam merancang aspal beton, yang dimulai mendapatkan kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan manghasilkan campuran yang memenuhi spesifikasi ini.

(2) Jenis-jenis campuran beraspal Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada gambar rencana atau seperti yang diperintahkan oleh direksi Teknik.

(a) Latasir (HRSS) Kelas A dan BCampuran-campuiran ini ditunjukkan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas, khususnya pada daerah dimana agregat kasar tidak tersedia. Pemilihan Kelas A dan B terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran Latasir biasanya memerlukan penambahan filter agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. Campuran-campuran ini khusus mempunyai ketahanan rutting yang rendah loleh sebab itu tidak boleh digunakan dengan lapisan yang tebal, pada jalan-jalan dengan lalu lintas berat dan pada daerah tanjakan. (b) Lataston (HRS) Hot Rolled Sheet setara dengan Lataston (Spesifikasi Bina Marga 12/PT/B/1983) dan ditujukan untuk digunakan pada jalan-jalan yang memikul lalu lintas ringan atau sedang. Hal-hal karakteristik yang paling penting adalah keawetan, fleksibilitas dan ketahanan kelemahan yang tinggi, sedangkan pertimbangan kekuatan hanya kepentingan kedua asalkan batas-batas rendah dari spesifikasi ini dilampaui. (c) Laston ( AC )LASTON yang direncanakan menurut spesifikasi ini setara dengan Laston (Spesifikasi Bina Marga 13/PT/B/1983) dan digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainnya dimana permukaan menanggung beban roda yang berat.

(d) Asphalt Treated Base (ATB)

Asphalt Treated Base (ATB) adalah khusus diformulasi untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelahan. Penting diketahui setiap penyimpangan dan spesifikasi ini, khususnya pengurangan dalam kadar bitumen, memungkinkan tidak berlakunya rancangan perkerasan proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal. Tebal Lapisan dan Toleransi (a) Tebal dari Campuran aspal yang dihampar harus diamati dengan benda uji Inti (cores) pekerjaan yang diambil oleh kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik selang antara dan lokasi pengembilan benda uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan melintang kearah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari 200 M.

(b) Tebal campuran aspal yang sesungguhnya dipasang, harus sama atau lebih dari tebal rancangan nominal pada tabel 6.3.1 (2) untuk lapis permukaan dan lapis permukaan yang bersifat sebagai lapisan merata, dan harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan dalam gambar 2.01 pada buku 4 dari dokumen kontrak dalam hal lapisan pondasi atau lapis pondasi perata. Dalam beberala hal, Direksi Teknik atas dasar perataan perkerasan atau ukuran maksimum atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal rancangan nominal asalkan campuran aspal yang dipasang pada ketebalan tersebut baik dalam segala hal lainnya. Meskipun begitu, sama sekali tidak ada bagian dari campuran aspal beton yang dipadatkan yang kekurangan ketebalannya melebihi 6 mm dari ketebalan nominal rancangannya.

Tabel 6.3.1 (2) Tebal Rancangan Nominal Campuran Aspal

JENIS CAMPURANSIMBOLTEBAL RANCANGAN NOMINAL (Cm)

Latasir Klas A

Lataris Klas B

Latastor

Aspal Beton

Pondasi Aspal Beton HRSS A

HRSS B

HRS

AC

ATB1,5

2

3

4

4

(c) Untuk semua jenis campuran, yang dibayarkan menurut beratnya harus dengan mengadakan code dilapangan yang akan digunakan sebagai kontrol pembanding antara berat material yang benar-benar dihamparkan dengan berat meterial yang keluar dari pusat pencampuran. Untuk setiap penampang pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, berat tertimabagng dari Laston Perata (ATBL) diukur untuk pembayaran dalam hal apapun harus diambil nilai terkecil dengan 1.05 kali berat terhitung dari sisi material yang telah ditempatkan seperti yang diturunkan dari tabel rata-rata dan kepadatan lapis ATBL yang diperoleh dari contoh inti (Cores). Dalam hal terjadi perbedaan yang nilainya lebih dari 5% antara kedua berat, maka Direksi Teknik harus melaksanakan serangkaian pemeriksaan terperinci untuk dapat menentukan mengenai nasib terjadinya perbedaan tersebut, sebelum menyetujui pembayaran untuk bahan yangtelah dihampar tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan Direksi Teknik harus termasuk, tetapi tidak terbatas pada, hal berikut ini :

Biaya untuk segala penambahan atau lebih seringnya pengambil coring, untuk tambahan survey geometris ataupun pengujian laboratorium, penerapan sistem pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Teknik untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya harus ditanggung oleh kontraktor sendiri.

(d) Variasi kerataan permukaan campuran lapisan pelindung (Latasir Kelas A dan B, Lastaston dan Aspal Beton) yang telah selesai ditangai diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 M harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik variasi. kerataan permukaan campuran aspal yang telah selesai digunakan sebagai lapisan pondasi atas dari tepi mistar yang panjangnya 3 m tidak boleh lebih dari 1 cm pada setiap titik. Keleluasan harus dibuat masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada profil memanjang.

(e) Pada keadaan dimana campuran aspal digunakan sebagai lapisan perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2.5 kali telab rancangan nominal yang diberikan pada tabel 6.3.1 (2)

(3) Standar untuk rujukan (AASHTO) T

T

T

T

T

T

T

T

T

T

T

T

T

T

M

M

M49 78

50 78

96 77

104 77

164 76165 77

176 73

166 78

168 55

170 73

179 76

182 70

209 74

245 78

17 77

20 70

226 78 Penetralisasi dari material aspal

Pengujian daya apung dari material aspal

Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar berukuran kecil dengan menggunakan Los Angels.

Kelapukan agregat menggunakan sodium sulfat atau magnesium sulfat.

Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran pekerjaan aspal.

Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan.

Plastisifas partikel harus agregat bergradasi dan menggunakan pengujian ekivalen pasir.

Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan

Pengambilan campuran aspal yang dipadatkan

Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode Abson.

Pengaruh panas dan udara pada material aspal (pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku). Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran Agregat

Berat jenis maksimum dari campuran perkarasan aspal Daya tahan terhadap leleh (flow) plastik dari campuran aspal menggunakan peralatan marshall.

Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal.

Tingkat penetrasi aspal semen

Tingkat keketalan (viscosity) aspal.

(4) PelaporanKontraktor harus melengkapi Direksi Teknik dengan :

(a) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk di gunakan, yang akan disimpan oleh Direksi Teknik selama periode kontrak untuk keperluan rujukan : (b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material, seperti dipersyaratkan dalam artikel 6.3.2;

(c) Formula campuran dkerja dan data uji yang mendukungnya; seperti yang dipersyaratkan dalam artikel 6.3.6 dalam bentuk laporan tertulis;

(d) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratan dalam artikel 6.3.10 (1). Dalam bentuk laporan tertulis ;

(e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran-campuran yang dihampar seperti yang dipersyaratkan dalam artikel 6.3.10 (2);

(f) Dalam uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam artikel 6.3.10 (4) untuk pengendalian harian dari takarn campuran dan kwalitas campuran dalam bentuk laporan tertulis;

(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam artikel 6.3.10 (5) ;

(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam artikl 6.3.11 ;

(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan konraktor untuk digunakan, persyaratan asal sumbernya bersama dengan data uji yang memberikan sifat-sifatnya baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam ofen (Thin film Oven Test) (AASHTO T 179), meliputi :

( i ) Penetrasi pada 250 C

( ii ) Penetrasi pada 350 C

(iii) Ring end Ball softening Point

(iv) Kekentalan pada 600 C

(v) Keketalan pada 1350 C

(6) Pembatasan Oleh Cuaca Campuran hanya bisa dihampar bila permukannya kering, bila tidak akan hujan dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi memasukan.

(7) Perbaikan dari Campuran Aspal yang tidak memuaskan Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui, juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh kontraktor seperti yang diperintahkan olehh Direksi Teknik. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian, penambahan lapisan Campuran Aspal dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknik. Bila perbaikan telah dipertahankan maka jumlah volume yang diukur untuk pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

(8) Pengembalian Bentuk Perkerasan Setelah Pengujian Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya harus segera ditutup kembali dengan material campuran aspal oleh kontraktor dan dipadatkan sehingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam pasal ini.

6.3.2 MATERIAL (1) Agregat Umum (a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran aspal, yang proposinya dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja, akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan AASHTO T 165 77 dan T 245 78.

(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknik, Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan dalam pasal 1.11.

(c) Sebelum memulai pekerjaan kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40% dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40% dari sisa kebutuhannya.

(d) Direksi Teknik dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat yang tidak memenuhi kebutuhan gradasi partikel dari pasal 6.3.2 (2), 6.3.2 (3) atau 6.3.2.2 (4) asalkan dapat di tunjukkan sampai memaskan Direksi Teknik bahwa campuran aspal yang dihasilkannya dapat memenuhi persyaratan-persyaratan sifat campuran yang diberikan dalam pasal 6.3.3.

(e) Tiap-tiap agregat harus diangkut kepusat pencampuran lewat Cold Bin yang terpisah. Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.

(2) Agregat Kasar untuk Campuran Aspal (a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil besi, kecuali fraksi agregat kasar untuk latasir Kelas A dan B boleh bukan batu pecah.

Agregat kasar yang digunakan untuk setiap jenis campuran dapat diterima oleh Direksi Teknik hanya bila bahan tersebut diperagakan dengan pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran dalam tabel 6.3.3 dapat dipenuhi. UKURAN SARINGANPERSEN BERAT YANG LOLOS

(mm)(ASTM)Campuran NormalCampuran Lapisan Perata

2012,7

9,5

4,75

0,0753 / 41 / 2

3 / 8

# 4

# 20010030 100

0 55

0 10

0 1 10095 100

50 100

0 50

0 5

Dalam keadaan apapun agregat kasar yang kotor dan berdebu dan mengandung partikel halus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 1% tidak lebih digunakan bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.

(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40 pada 500 putaran seperti yang ditetapkan oleh AASHTO T 96. Bila diuji sebanyak 5 putaran dengan pengujian keausan dengan sodium sulfat menurut AASHTO T 104, kehilangan berat padakasar tidak boleh besar dari 12%.

(c) Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelapuran dan pengeluoasan-pengelupasan (coating and Stripping Teste), AASHTO T 128, agregat tersebut harus memiliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95%.

(3) Agregat halus untuk campuran aspal (a) Biasanya diperlukan sejumlah abu bata hasil pengayakan batu pecah (chrusher dust) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi persyaratan campuran yang dinyatakan dalam tabel 6.3.3.

Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari pasir alam yang akan digunakan dalam campuran. Pembuatan componen abu batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui Cold-bin feed yang terpisah sehingga pembandingan pasir terhadap abu batu dapat dikembalikan.

UKURAN SARINGANJENIS CAMPURAN

(mm)(ASTM)LATASIRKLAS ALATASIRKLAS BLATASTONLASTON & ATB

9.54.75

2.36

600 micron

75 micron3 / 8# 4

# 8

# 30

# 20010098 100

95 100

75 100

0 810072 100

72 100

25 100

0 810090 100

80 100

25 100

3 11

(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung partikel harus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut ASSHTO T 176, tidak boleh digunakan dalam campuran. (4) Bahan Pengisi untuk campuran aspal (AASHTO M 17) (a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur (limestonedust). Semen Portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non platic lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.

(b) Penggunaan kapur kotor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan campuran, membantu penyeliputan dari partikel agregat dan membantu mencegah pengelupasan akan tetapi banyaknya fariasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat menimbulkan masalah sewaktupenakaran. Pengembangan kapur karena hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran apabila kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan maka, proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat keseluruhan campuran aspal.

(5) Material aspal untuk campuran aspal Material aspal halus dari jensi AC 10 atau AC 20 aspal semen yang memenuhi persyaratan-persyaratan dalam AASHTO N 226 78 : Tabel 2

Untuk mencapai kekuatan campuran yang ditetapkan, lebih disukai pengunaan aspal yang lebih lunak AC 10.

(6) Bahan Tambahan untuk aspal Direksi Teknik dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa atau syarat-syarat sifat lainnya, atau untuk meningkatkan keawetan, ketahanan terhadap devormasi atau sifat kelelahan. Bahan Tambahan tersebut harus dari jenis yang disetujui oleh Direksi Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode percampuran dengan bahan tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi Teknik.

Bila diperlukan oleh Direksi Teknik kontraktor harus mengirimkan contoh bahan tambahan tersebut disertai data teknios dan data kimiawinya.

(7) Sumber Pasokan (a) Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi mineral harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman material. Contoh-contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan.

(b) Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, kontraktor harus memperhitungkan aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan) kedalam agregat, untuk memastikan penggunaan agregat setempat mempunyai daya penyerapan yang paling kecil.

Variasi kadar aspal akibat tingkat absorbsi aspal yang berbeda-beda dari agregat tidak akan diterima sebagai dasar untuk merundingkan (negosiasi) kembali harga satuan dari campuran aspal.

6.3.3 PERSYARATAN SIFAT CAMPURAN ASPAL (1) Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam tabel 6.3.3

Tabel 6.3.3 Persyaratan Sifat Campuran

SIFAT CAMPURANHRSS

AHRSS

BHRSACATB

Kadar aspal efektif Kadar penyerapan aspal

Kadar Aspal Total Minimum (terhadap berat total) Min Max

Min 9.12.0

10.37.92.0

8.96.81.7

7.31.7

4.3-7.05.51.7

6.0

Kadar rongga udara dari campuran pada ( % terhadap volume total campuran) MinMax

4949463648

Marshall Quotient (1)

(AASHTO T245-78) (KN/mm)Min Max0.84.00.84.04.01.85.01.85.0

Marshall Quotient (1)

(AASHTO T245-78) (KG) Min

Max200

850200

850450

850750

850750

-

Stabilitas Masrhsall tersisa setelah perendaman

Selama 21 jam pada 600 ( % terhadap stabilitas semula) Min 7575757575

(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam gambar 2.01 berdasarkan asumsi kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus sesuai dengan intruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan kelandaian jalan.

(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran harus mempunyai nilai penetral tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai pentrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai Duktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing dengan ASSHTO T 47 dan T 51.

(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke suatu sentrifugal. 6.3.4. RANCANGAN CAMPURAN ASPAL BETON (AC) GRADASI MENERUS(1) UmumMetoda ini digunakan untuk campuran AC. Metoda yang diberikan pada pasal 6, 3, 5 digunakan untuk jenis campuran HRS dan ATB. Kontraktor bertanggungjawab atas rancangan campuran. Campuran harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada tabel 6.3.3.

(2) Rongga terisi AspalKadar Aspal dalam campuran harus sedemikian rupa sehingga mengisi 60 80 % dari rongga pada kombinasi agregat dan bahan pengisi.

(3) Bahan-bahan PengisiBahan pengisi dengan kadar tindak kurang dari 1% harus ditambahkan kedalam campuran dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam pasal 6, 3, 2 (4)(4) Gradasi Optimum CampuranGradasi dari kombinasi agregat dengan bahan pengisi harus sedermikian rupa sehingga memenuhi persyaratan dalam tabel 6.3.4 (1). Kurva gradasi kombinasi harus sedermikian rupa sehingga bila digambarkan tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang tajam dan terletak dengan baik diantara batas-batas gradasi. Selanjutnya, untuk kurva pada bagian bawah kurva gradasi kombinasi (bahan yang lolos ayakan 2,36 mm) harus sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian yang mempunyai prosentase lolos ayakan tertentu menyimpang dari suatu batas atau batas terdekat, kesuatu atas atau batas terdekat lainnya.

Tabel 6.3.4. (1) batas-batas gradasi untuk kombinasi agregat dan Bahan Pengisi pada campuran AC.

Ukuran AyakanPersentase Lolos

25,0 mm

19,0 mm

12,7 mm

9,5 mm

4,75 mm

2,36 mm

600 um

300 um

150 um

75 um100

100

75 100

60 85

38 55

27 40

14 24

9 18

5 12

2 - 8

(5) Pemeriksaan fariasi kadar aspalSuatu campuran yang mengandung agregat bergradasi terpilih harus diperiksa dengan tidak kurang dari 5 fariasi kadar aspal. Variasi kadar aspal harus dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat sekurang-kurangnya harus terdapat 2 fariasi diatas dan dua fariasi dibawha kadar aspal yang diperkirakan. Benda uji harus diperiksa untuk stabilitas Marshall, Marshall Flow, berat satuan dan kadar rongga udara.

Pemeriksaan berikut harus digambarkan :

Stabilitas terhadap kadar aspal

Flow terhadap kadar aspal

Berat satuan terhadap kadar aspal

Kadar rongga udara terhadap kadar aspal

Kadar rongga pada agregat terhadap kadar aspal

(6) Penentuan kadar aspal optimum sementaraKadar aspal optimum sementara adlah rata-rata dari nilai-nilai berikut yang ditentukan dari penggambaran data yang diperlukan menurut pasal 6.3.4. (5) :

Kadar aspal yang memberikan stabilitas maksimal.

Kadar aspal yang memberikan berat satuan maksimal

Kadar aspal yang memberikan kadar rongga udara udara 4,5%

Dalam hal dimana kadar optimum sementara sangat berbeda dari yang diperkirakan Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan jumlah pengujian.

Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran kerja sementara.

(7) Penyesuaian sifat campuranCampuran kerja sementara harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa campuran tersebut memenuhi semua sifat yang ditentukan jika campuran menyimpang dari setiap sifat yang ditentukan, fariasi gradasi agregat, jenis agregat, kadar bahan yang mengisi atau jenis dan kadar bahan tambahan harus diselidiki secara sistematis hingga diperoleh suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi syarat.(8) Valuasi terhadap batas-batas penyimpangan produksiDireksi Teknik akan menyiapkan, atau akan memerintahkan kepada kontraktor untuk menyiapkan, benda uji tambahan untuk menilai kerentanan campuran kerja sementara terhadap penyimpangan gradasi kombinasi dan kadar aspal yang memungkinkan terjadi secara produksi campuran yang diperbolehkan pada pasal 6.3.6 (3)Untuk keperluan ini harus disiapkan tiga benda uji tambahan untuk setiap penyimpangan berikut terhadap campuran kerja sementara :

Rancangan gradasi kombinasi agregat / bahan pengisian ditambah penyimpangan maxsimum yang diperolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan maxsimum yang diperbolehkan :

Rancangan gradasi kombinasi agregat / bahan pengisi dikurangi penyimpangan maximum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi penyimpangan maximum yang diperbolehkan.

Rancangan gradasi kombinasi agregat / bahan pengisi ditambah penyimpangan maximum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi penyimpangan maximum yang diperbolehkan.

Rancangan gradasi kombinasi agregat / bahan pengisi dikurangi penyimpangan maximum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan maximum yang diperbolehkan.

Sifat-sifat dari setiap fariasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat yang diisyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi ketentuan ini, harus diselidiki penyesuaian rancangan campuran selanjutnya.

Campuran yang paling memenuhi semua syarat yang ditetapkan dipilih sebagai campuran kerja.

6.3.5. RANCANGAN JENIS CAMPURAN LAINNYA (1) Komposisi umum dari campuranCampuran aspal terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam beberapa hal, penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam pasal 6.3.3. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit mungkin.

(2) Kadar Bitumen dari CampuranKadar butumen dari campuran harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga kadar aspal efektif (yaitu setelah kehilangan akibat asborbsi agregat) tidak boleh kurang dari nilai minimum yang dipersyaratkan dalam tabel 6.3.3. Persentase aspal yang sesungguhnya harus ditambahkan kedalam campuran akan tergantung pada daya absorbsi dari agregat yang digunakan dan yang akan ditetapkan oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja. Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan didasarkan atas data uji yang diberikan oleh kontraktor menurut pasal 6.3.3. (5) dan harus lebih besar dari batasan yang dipersyaratkan dalam tabel 6.3.3.

(3) Proporsi komponen agregat(a) Komponen-komponen agregat campuran harus ditetapkan menurut Fraksi Rancangan yang diisyaratkan yang didefinisikan sebagai berikut :

Fraksi agregat kasar : Persentase berat dari campuran keseluruhan dari material yang tertahan pada saringan 2.36 mm.

Fraksi agregat halus : Persentase berat dari campuran keseluruhan dari material yang lolos saringan 2.36 mm tetapi tertahan pada pada saringan 75 micron.

Fraksi bahan pengisi:Persentase berat dari campuran keselurhan dari material yang lolos saringan 75 micron

(b) Perlu diperhatikan bahwa fraksi rancangan tersebut pada umumnya tidak sama dengan proporsi takanan yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir dan bahan pengisi tambahan. Dalam menetapkan campuran yang benar / tepat dari beberapa agregat yang ada dan bahan pengisi untuk menghasilkan fraksi rancangan yang diperlukan, maka gradasi dari masing-masing agregat yang ada dan bahan pengisi harus ditetapkan dengan penyaringan basah untuk menjamin pengukuran yang teliti dari material yang lolos saringan 3,36 mm dan 75 micron.

(c) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-batas komposisi yang diberikan dalam tabel 6.3.5. (3). Walaupun demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat menggunakan campuran yang melampui batasan asalkan memenuhi sifat-sifat campuran yang ditentukan pada tabel 6.3.3.

6.3.3. (3) Fraksi Rancangan Campuran

PERSEN BERAT TOTAL CAMPURAN ASPAL

Proporsi Rancangan Campuran LATASIR ALATASIR BLATASTONLASTONATB

Proporsi Agregat kasar (CA) terhadap ayakan 0 105 2320 4030 5040 00

Proporsi Agregat halus (FA) lolos 8 terhadap 20054, 3-78,353,6 72,647 6739 5926 49,5

Proporsi Bahan pengisi (FF)

Lolos 200)12 - 158 - 135 - 94,5 7,54,5 7,5

(4) Penyesuaian proposri campuran dengan cara Campuran Percobaan(a) Kontraktor harus membuktikan bahwa seluruh agregat-agregat yang diusulkan serta proporsi komponen campuran yang diusulkan memenuhi syarat dengan membuat serta menguji campuran-campuran percobaan di laboratori juga campuran-campuran percobaan yang dibuat dalam alat pencampur (mixing plant) segera sebelum penghamparan campuran.

(b) Pengetesan-pengetesan yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis (spesific gravity) dan absirbsi air pada agregat kasar dan halus yang akan digunakan, serta pengujian-pengujian sifat-sifat lain dari agregat yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik. Pengujian penentuan Berat Jenis Maximum dari campuran-campuran perkerasan Aspal (Maximum Specific Gavity of Bituminious Paving Mixtures) (AASHTO T 209 74) dan pengujian sifat-sifat Marshall (AASHTO T 245 78)

(c) Percobaan rancangan pertama harus dilaksanakan dengan menggunakan persediaan material untuk menetapkan perbandingan pasir terhadap abu batu yang optimum. Jika mungkin, campuran-campuran percobaan akhir harus dibuat dari agregat-agregat yang berkondisi sama seperti sebelum penakaran campuran untuk alat campur (mixing plants) untuk alat-alat penakar sistem timbang (weigh batching plants), dalam hal ini berarti menggunakan contoh-contoh agregat yang diambil dari Hot bin, sedangkan untuk alat-alat pemasok sistem menerus contoh-contohnya harus diambil dari cold feed hoppers. Untuk campuran-campuran percobaan pada tahap awal dengan menggunakan contoh agregat dari tempat-tempat penimbunan setiap rumus campuran pekerjaan yang ditentukan harus dianggap sebagai sementara sampai ditetapkan (atau disesuaikan) sebagai mempunyai gradasi-gradasi agregat yang tepat dan sifat-sifat yang sesuai pada waktu pencampuran.

(d) Pengujian campuran percobaan laboratorium harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar, sebagai berikut :

(i) Seleksi resep campuran. Nominal untuk digunakan sebagai suatu dasar referensi untuk campuran-campuran percobaan.

(ii) Melakukan campuran-campuran percobaan untuk memilih suatu resep campuran yang optimum

(iii) Penegasan campuran yang optimum dengan cara pengujian, bila perlu dengan mengadakan penyesuaian dari resep campuran yang dipilih.

(e) Sebelum percobaan laboratorium dimulai, suatu resep campuran nominal yang cocok terhadap bahan-bahan campuran yang diusulkan harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rancangan campuran teroritis. Ditentukan perbandingan pencampuran agregat yang nominal, kadar aspal dan kadar bahan pengisi yang ditambahkan, kemudian digunakan sebagai titik permulaan dan dasar referensi untuk variasi-variasi campuran yang diselidiki dalam percobaan-percobaan laboratorium dan jika diperkirakan secara tepat maka akan memudahkan dan memperbaiki ketepatan dari proses pengujian coba-coba yang diperlukan di Laboratorium. Prosedur yang harus digunakan untuk menaksir suatu resep campuran nominal yang tepat adalah sebagai berikut :

(i) Proporsi takaran campuran nominalProporsi ini ditentukan dengan mempertimbangkan bentuk kurva gradasi untuk agregat yang diusulkan dan derajad kesenjangan gradasi yang diperlukan pada campuran kombinasi, seperti ditunjukkan sebagai perkiraan dalam gambar 1.07.4 pada Buku 4. Untuk agregat-agregat cukup memenuhi batas-batas gradasi yang dipersyaratkan pada pasal 6.3.2. (2) dan 6.3.2. (3), fraksi-fraksi rancangan untuk agregat kombinasi yang tepat, dari