pengujian perkerasan aspal

33
PENGUJIAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan aspal akan dilakukan pengujian pada tahap-tahap sebagai berikut : A. Design Mix Formula Usulan rancangan campuran rencana (DMF) untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Untuk mendapatkan rumusan campuran rencana dilakukan pengujian Marshall (Marshall Test). B. Job Mix Formula Percobaan campuran di AMP dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan rancangan campuran rencana (DMF) dapat disetujui sebagai rancangan campuran kerja (JMF). Untuk mendapatkan rancangan campuran kerja dilakuka uji coba penghamparan. Contoh campuran dari hasil uji coba penghamparan akan dilakukan uji marshall dan pemadataan membal (refusal density). C. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan a. Pengujian permukaan perkerasan Dengan mistar b. Ketentuan kepadatan Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan Standar Kerja. c. Pengujiann pengendalian mutu campuran beraspal - Analisa ayak - Temperatur campuran di instalasi pencampur (AMP) dan di lokasi penghamparan

Upload: rahmawati-ayudia

Post on 01-Jan-2016

1.422 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

PENGUJIAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT)

Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan aspal akan dilakukan pengujian pada tahap-

tahap sebagai berikut :

A. Design Mix Formula

Usulan rancangan campuran rencana (DMF) untuk campuran yang akan digunakan

dalam pekerjaan. Untuk mendapatkan rumusan campuran rencana dilakukan

pengujian Marshall (Marshall Test).

B. Job Mix Formula

Percobaan campuran di AMP dan penghamparan percobaan yang memenuhi

ketentuan akan menjadikan rancangan campuran rencana (DMF) dapat disetujui

sebagai rancangan campuran kerja (JMF). Untuk mendapatkan rancangan campuran

kerja dilakuka uji coba penghamparan. Contoh campuran dari hasil uji coba

penghamparan akan dilakukan uji marshall dan pemadataan membal (refusal density).

C. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan

a. Pengujian permukaan perkerasan

Dengan mistar

b. Ketentuan kepadatan

Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti

ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan

Standar Kerja.

c. Pengujiann pengendalian mutu campuran beraspal

- Analisa ayak

- Temperatur campuran di instalasi pencampur (AMP) dan di lokasi

penghamparan

- Kepadatan Marshall

- Kepadatan hasil lapangan

- Stabilitas kelelehan, Marshall Quetient

- Kadar bitumen aspal

- Rongga dalam campuran

- Kadar bahan anti pengelupasan

BAB I

DASAR TEORI

A. PERKERASAN LENTUR

Pembuatan struktur jalan bertujuan untuk mengurangi tegangan atau tekanan akibat

beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang

menyokong struktur tersebut.

Tegangan yang terjadi pada perkerasan dapat berupa tegangan statis dan tegangan

dinamis. Tegangan statis yaitu tegangan yang terjadi ketika kendaraan pada posisi diam

di atas struktur perkerasan. Tegangan dinamis terjadi akibat pergerakan ke atas dan ke

bawah karena ketidak rataan perkerasan, beban angin, dan lain sebagainya. Hal ini

menimbulkan efek ‘pukulan’ tambahan pada permukaan jalan ketika kendaraan

berjalan. Intensitas tegangan statis dan dinamis terbesar terjadi di permukaan

perkerasan dan terdistribusi dengan bentuk piramid dalam arah vertikal pada seluruh

ketebalan struktur perkerasan. Peningkatan distribusi tegangan tersebut mengakibatkan

tegangan semakin kecil sampai permukaan lapis tanah dasar, tegangan itu cukup kecil

sehingga tidak akan mengakibatkan lapis tanah dasar mengalami distorsi atau rusak.

Perkerasan lentur yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.

Lapisan-lapisan pekerasanya besifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke

tanah dasar. KURANG BANYAK CERITA TENTANG LENTUR.

a. Definisi Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur jalan raya telah dirancang untuk bertahan sampai 20 tahun,

dengan memperhitungkan pertumbuhan lalu lintas setiap tahunnya (asumsi

pertumbuhan lalu lintas sebesar 2% adalah umum dilakukan). Semua bahan yang

digunakan harus awet (tahan lama), agar struktur perkerasan ini berfungsi untuk waktu

yang lama. Untuk itu maka perlu dilakukan beberapa pengujian agar mutu dari

perkerasan tersebut tepat sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian-pengujian pada

perkerasan lentur tersebut akan dijelaskan pada bab berikutnya.

b. Struktur Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur umumnya terdiri dari empat lapis material konstruksi jalan di atas

lapis tanah dasar seperti ditunjukan pada Gambar 1.1.

GAMBAR STRUKTUR PERKERASAN

Empat lapis struktur perkerasan jalan tersebut adalah :

1. Lapis pondasi bawah, berfungsi untuk penyebaran beban, drainase bawah

permukaan tanah (jika digunakan material drainase bebas), dan permukaan jalan

selama konstruksi.

2. Lapis pondasi jalan, merupakan lapisan utama yang mendistribusikan beban.

3. Lapis permukaan dasar, memberikan daya dukung pada lapis aus dan juga

berperan sebagai pelindung jalan.

4. Lapis aus, yang berfungsi menyediakan permukaan jalan yang anti selip,

memberi perlindungan kedap air bagi perkerasan, dan menahan beban langsung

lalu intas.

B. MATERIAL PERKERASAN LENTUR

Seluruh lapis perkerasan jalan beraspal tersusun dari agregat dan aspal. Agregat dapat

diperoleh dari batu pecah, slags atau batu kerikil dengan pasir atau batu butiran halus,

sedangkan aspal dapat diperoleh ......

a. Agregat

Agregat mempunyai fungsi penting dalam mempengaruhi perilaku perkerasan jalan.

Pada umumnya agregat memiliki kekuatan mekanik untuk pembuatan jalan,

demikian pula untuk lapis permukaan yang akan menahan langsung beban lalu

intas, tetapi bagian ini makin lama akan menjadi aus karena beban lalu lintas yang

tinggi, yang menyebabkan permukaan menjadi licin dan tidak layak untuk dilalui

kendaraan.

Karakteristik paling penting dari agregat sebagai bahan jalan adalah ketahanannya

terhadap keretakan, pukulan, abrasi dan keausan, berat jenis, penyerapan air serta

gradasinya dan bentuk butirannya. Tidak semua karakteristik tersebut dipakai untuk

tiap-tiap penerapan pembuatan jalan. Sebagai contoh, tahanan abrasi dan keausan

yang tinggi tidak disyaratkan untuk agregat lapis pondasi jalan (base course), tetapi

hal tersebut penting sekali untuk bahan lapis permukaan (wearing course).

Secara umun uji agregat digunakan untuk menguji apakah batuan berada pada batas

tertentu atau untuk membandingkan perbedaan batu-batu jalan sehinggga dapat

ditentukan batuan mana yang paling cocok untuk penggunaan tertentu.

Agregat jalan harus diuji menurut .... : (PENGUJIAN AGREGAT UNTUK

ASPAL)

b. Aspal

Aspal dikenal sebagai suatu bahan/material yang bersifat viskos atau padat,

berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung

bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau

kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.

Salah satu fungsi utama dari aspal adalah sebagai bahan pengikat, baik ikatan antar

butiran agregat maupun ikatan antar agregat dengan lapis-lapis bawah struktur

jalan. Meskipun kandungan aspal pada lapis permukaan sangat kecil dibandingkan

jumlah agregatnya, namun baik kualitas maupun kuantitas aspal sangat berpengaruh

pada perilaku lapis permukaan. Aspal terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Tar (dihasilkan oleh proses karbonisasi)

2. Bitumen (merupakan aspal alam atau dihasilkan pada proses pengolahan

minyak bumi).

C. MACAM PENGUJIAN

Sebuah perkerasan jalan lentur dapat mencapai umur sesuai perencanaan dan dilewati

sejumlah kendaraan yang direncanakan jika konstruksi perkerasan dilakukan dengan

baik, semua material sesuai dengan standar yang diminta, dengan spesifikasi desain dan

selalu digunakan dengan benar. Untuk mengendalikan dan menjaga mutu perkerasan

maka perlu dilakukan serangkaian pengujian pada tahap tertentu. Secara garis besar

pengujian dilakukan pada tahapan seperti dibawah ini :

a. Design Mix Formula

Usulan rancangan campuran rencana (DMF) untuk campuran yang akan digunakan

dalam pekerjaan. Untuk mendapatkan rumusan campuran rencana dilakukan

pengujian Marshall (Marshall Test).

b. Job Mix Formula

Percobaan campuran di AMP dan penghamparan percobaan yang memenuhi

ketentuan akan menjadikan rancangan campuran rencana (DMF) dapat disetujui

sebagai rancangan campuran kerja (JMF). Untuk mendapatkan rancangan campuran

kerja dilakuka uji coba penghamparan. Contoh campuran dari hasil uji coba

penghamparan akan dilakukan uji marshall dan pemadataan membal (refusal

density).

c. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan

1. Pengujian permukaan perkerasan

2. Ketentuan kepadatan

Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti

ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan

Standar Kerja.

3. Pengujiann pengendalian mutu campuran beraspal

- Analisa ayak

- Temperatur campuran di instalasi pencampur (AMP) dan di lokasi

penghamparan

- Kepadatan Marshall

- Kepadatan hasil lapangan

- Stabilitas kelelehan, Marshall Quetient

- Kadar bitumen aspal

- Rongga dalam campuran

- Kadar bahan anti pengelupasan

Maka pengujian perkerasan aspal dapat dikelompokan yaitu :

1. Pengujian Perencanaan Campuran

2. Pengujian Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan Lapangan

Kedua kelompok pengujian tersebut akan dijelaskan pada bab berikutnya.

D. PENGAMBILAN SAMPEL

Kualitas material jalan beraspal terutama ditentukan oleh lokasi

pencampuran/pembuatan, pengendalian ketat dalam hal agregat (ukuran gradasi,bentuk

dan kekuatan) dan oleh bahan aspal pengikatnya, salah satu pertimbangan penting

adalah suhu pencampuran. Untuk menjaga kualitas material yang baru selesai

dicampur, material diangkut dengan menggunakan lori yang terlindung/aman, sehingga

begitu sampai di lokasi, aspal siap dihampar di tempat dan dipadatkan pada kondisi

yang paling tepat.

Begitu bahan pengikat sudah dituangkan, jika bahan tidak segera dihampar dan

dipadatkan, maka campuran itu akan kehilangan kekuatan. Kehilangan kekuatan ini

disesbabkan karena bahan menjadi kurang ‘lekat’ dan bahan campuran tersebut menjadi

terlalu ‘keras’ untuk dipadatkan penuh.

Pengujian yang dilakukan untuk memeriksa bahan-bahan terutama dilakukan dengan

teknik sampling. Sampel-sampel ini diambil pada :

1. Tempat pencampuran,

2. Di lokasi proyek sebelum penghamparan,

3. Waktu setelah penghamparan.

Sampel yang diambil setelah penghamparan harus dipotong secara hati-hati dari

bagian struktur jalan (Lihat Gambar ....). merupaka n proses yang amat mahal dan

sulit untuk memperoleh sampel bagian inti yang bagus. Disamping itu bagian inti

struktur jalan tersebut harus diperbaiki dengan baik.

GAMBAR

Ketentuan ukuran dan cara pengambilan core drill

BAB II

PENGUJIAN PERENCANAAN CAMPURAN

Perencanaan campuran perkerasan lentur haruslah sesuai dengan kadar aspal yang

optimum dan komposisi agregat yang sesuai agar didapat perkerasan lentur yang yang

awet sesuai dengan umur rencana dan dapat dilewati sejumlah kendaraan yang telah

direncanakan. Untuk merencanakan campuran perkerasan lentur diperlukan beberapa

pengujian, yaitu Marshall Test, uji coba penghamparan, dan uji pemadatan membal.

Marshal Test dilakukan ketika membuat Design Mix Formula (DMF) untuk

mendapatkan rumusan rancangan campuran yang sesuai, dilakukan juga ketika

membuat Job Mix Formula (JMF) untuk mendapatkan rancangan campuran kerja.

Sedangkan pelapisan pecobaan dan uji pemadatan membal dilakukan ketika membuat

Job Mix Formula (JMF).

A. Marshall Test

Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce

Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa

modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar

metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis

kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. 

Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji, penentuan

berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan

perhitungan sifat volumetric benda uji. Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Jumlah benda uji yang disiapkan

2. Persiapan agregat yang akan digunakan

3. Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan

4. Persiapan campuran aspal beton

5. Pemadatan benda uji

6. Persiapan untuk pengujian Marshall

Sebelum membuat briket campuran aspal beton maka perkiraan kadar aspal

optimum dicari dengan menggunakan rumus pendekatan. Setelah menentukan

proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia, selanjutnya

menentukan kadar aspal total dalam campuran. Kadar aspal total dalam

campuran beton aspal adalah kadar aspal efektif yang membungkus atau

menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah dengan

kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masing-masing butir

agregat. Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat benda uji.

a. Pembuatan benda uji

Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 15 buah benda

uji dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%.

Pembuatan benda uji dengan tahapan sebagai berikut :

(1) keringkan agregat pada suhu 105oC – 110oC minimum selama 4 jam,

keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap;

(2) pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan

cara penyaringan;

(3) panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas) yang

disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan

seperti Tabel 1;

(4) Pencampuran, dilakukan sebagai berikut :

- Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram

sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27

mm.

- Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas

suhu pencampuran untuk aspal padat; bila menggunakan aspal cair

pemanasan sampai 14oC di atas suhu pencampuran; Tuangkan aspal

yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1 sebanyak

yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut;

- kemudian aduklah dengan cepat pada suhu 140Oc sampai agregat

terselimuti aspal secara merata.

(5) Pemadatan, dilakukan sebagai berikut :

- bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka

penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara

93,3oC – 148,9oC;

- letakkan cetakan di atas landasan pemadat tahan dengan pemegang

cetakan;

- letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah

digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan;

masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk

campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15

kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya;

- lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :

75 kali tumbukkan untuk lalu lintas berat

50 kali tumbukkan untuk lalu lintas sedang

35 kali tumbukkan untuk lalu lintas ringan

dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus diperhatikan

agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan;

(6) pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji,

kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang

kembali pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang

dibalikkan tadi;

(7) terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbulah

dengan jumlah tumbukkan yang sama;

(8) sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat

pengeluar benda uji pada permukaan ujung ini;

(9) kemudian dengan hati-hati keluarkan dan letakan benda uji di atas

permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu

ruang;

(10) bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan

kipas angin meja.

b. Pelaksanaan Pengujian

Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode Marshall, yaitu tahap

pertama adalah melakukan pengujian berat jenis, pengukuran stabilitas dan

flow, serta pengukuran kerapatan dan analisa rongga. Sebelum dilakukan

pengujian spesimen atau benda uji Marshall, perlu dilakukan hal-hal sebagai

berikut :

Benda uji harus bersih dari kotoran organik, minyak, kertas dan

sebagainya.

Setiap benda uji diberi tanda pengenal yang mencirikan minimal jumlah

aspal yang diberikan.

Ukur tinggi masing-masing benda uji dengan menggunakan jangka

sorong dengan ketelitian 0,1 mm. Tinggi benda uji adalah rata-rata dari 3

kali pengukuran.

1. Pengukuran Berat Jenis

- Timbang benda uji dan dapatkan Berat Benda Uji Kering

- Masukkan benda uji ke dalam airbersuhu 25 °C selama 3 sampai 5

menit dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan Berat Benda Uji

dalam Air.

- Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat

menyerap air, dan segera timbang untuk mendapatkan Berat Benda

Uji Kondisi Jenuh- Kering Permukaan ( SSD ). Penyelimutan

dengan kain adalah hanya untuk menghilangkan air yang berada di

permukaan dan dilakukan dengan cepat. Proses dari sejak

pengambilan benda uji dari dalam air, penyelimutan dengan kain

dan penimbangan sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 detik.

- Berat Jenis Curah ( Bulk Spesific Gravity ) benda uji adalah Berat

Benda Uji Kering / ( Berat Benda Uji Kondisi Jenuh Kering

Permukaan – Berat Benda Uji dalam Air ).

2. Pengukuran Stabilitas dan Flow :

- Benda uji direndam dalam bak perendam ( water bath ) selama 30 -

40 menit suhu tetap ( 60 ± 1 ) °C

- Benda uji dikeluarkan dari bak perendam atau dari oven dan

diletakkan ke dalam segmen bawah kepala penekaan dengan catatan

bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari

bak perendaman sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh

melebihi 30 detik.

- Segmen dipasang atas diatas benda uji dan diletakkan

keseluruhannya dalam mesin penguji.

- Arloji pengukuran pelelhan ( flow ) dipasang pada kedudukannya

diatas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum

penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji ( sleeve

) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.

- Kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh

alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.

- Jarum arloji tekan diatur pada kedudukan angka nol.

- Pembebanan diberikan pada benda uji dengan kecepatan tetap

sekitar 50 mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai,

atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum

arloji tekan dan dicatat pembebanan maksimum. h. Nilai pelelehan (

flow ) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan

dicatat pada saat pembebanan maksimum tercapai.

c. Perhitungan

Untuk menghitung hasil pengujian, digunakan rumus sebagai berikut:

1) Persen aspal terhadap campuran :

2) Berat isi (t/m3) :

3) Stabilitas (kg) :

4) Alir flow (mm) :

B. Pelapisan Percobaan

Pelapisan percobaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) menggunakan campuran yang sama dengan campuran yang akan digunakan

pada lapisan sesungguhnya.

2) dilaksanakan dalam cara yang sama dengan pekerjaan pelapisan yang

sesungguhnya dalam hal :

- cara penyiapan permukaan yang akan diberi lapisan.

- cara penghamparan campuran yang meliputi ketebalan dan kemiringan

melintang; kalau diperlukan harus dibuat beberapa macam ketebalan

hamparan untuk mendapatkan tebal padat yang direncanakan.

3) dalam hal pelapisan percobaan dilakukan pada daerah pekerjaan yang

sesungguhnya, maka :

- bila basil percobaan pelapisan memenuhi spesifikasi lapisan yang

disyaratkan, bisa dihitung sebagai hasil pekerjaan.

- bila hasil percobaan pelapisan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan,

maka harus dibongkar kembali, dan lapis permukaan yang akan dilapis

dikembalikan sampai memenuhi persyaratan.

4) percobaan pelapisan dilakukan seluas kira-kira 150 m2.

C. Uji Pemadatan Membal

British Standard ( BS-598 : Part 104 ) mengusulkan pemadatan menggunakan alat

getar listrik (PRD ) untuk perencanaan campuran beraspal yang mengalami beban

lalu lintas tinggi. Pemadatan menggunakan metode ini adalah untuk mendapatkan

rongga dalam campuran sebesar minimum 3% pada akhir umur rencana untuk

menghindarkan terjadinya deformasi plastis pada lapisan beraspal.

a. Pembuatan Benda Uji

(1) Bersihkan perlengkapan cetakan berdiameter 152,1 mm  untuk benda

uji serta bagian telapak penumbuk dengan seksama dan panaskan

sampai temperatur antara  90˚C-150˚C.

(2) Letakan cetakan benda uji tersebut di atas alas cetakan dan longgarkan

kedua bautnya, oleskan vaselin pada bagian dalam cetakan kemudian

letakan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran yang sesuai

dengan ukuran dasar cetakan.

(3)  Masukan seluruh campuran beraspal panas kedalam cetakan dan

tusuk-tusuk campuran dengan  spatula yang telah dipanaskan

sebanyak  15 kali si sekeliling pinggiranya dan 10 kali dibagian

tengahnya.

(4) Letakan kertas saring atau kertas penghisap  diatas permukaan benda

uji dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran cetakan.

(5) Padatkan campuran beraspal dengan menggunakan alat pemadat getar

listrik.  Pertama menggunakan telapak penumbuk yang berukuran  100

mm sebanyak  8 (delapan) posisi penumbukan dan masing-masing

posisi selama 6 detik dengan urutan penumbukan sesuai Gambar 15.1

g;

(6) Lakukan penumbukan pada kedelapan posisi sesuai  Butir 2).(5). Diatas

secara Berulang sehingga jumlah penumbukan untuk masing-masing

posisi sebanyak  5 (lima) kali atau total waktu yang diperlukan untuk

masing-masing posisi adalah  5 x 6 detik.

(7) Ganti telapak penumbuk dengan menggunakan telapak

penumbuk  yang berukuran  150 mm  dan kemudian  padatkan lagi

selama  6 detik untuk mendapatkan permukaan atas benda uji menjadi

rata.

(8) Keluarkan benda uji dari cetakan kemudian balikan dan

selanjutnya  letakan kertas saring atau kertas penghisap diatas

permukaan benda uji dengan ukuran  yang sesuai dengan ukuran

cetakan serta padatkan –padatkan dengan urutan penumbukan dan

jumlah waktu penumbukan sesuai Butir (6) dan (7).

(9) Keluarkan benda uji dengan hati-hati dan letakan diatas permukaan

yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.

(10) Bila diperlukan pendingainan yang lebih cepat  dapat digunakan kipas

angin meja

(11) Lakukan penimbangan sesuai  dengan butir  (3).

b. Untuk campuran beraspal panas yang dibuat dilaboratorium

(1) Keringkan masing-masing fraksi agregat pada temperature 105˚C-110˚C

,sekurang-kurangnya 4 jam di dalam oven.

(2) Keluarkan masing-masing fraksi agregat dari oven dan tunggu sampai

beratnya tetap.

(3) Lakukan penyaringan pada masing-masing fraksi agregat dan lakukan

penimbangan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang

dikehendaki.

(4) Lakukan pengujian kekentalan  untuk memperoleh

temperaturpencampuran dan pemadatan.

(5) Siapkan agregat campuran sesuai  Butit  iii  sebanyak  ±2500 garam

sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira  63,5 mm  ± 1.27 mm (

2,5  ±  0,05 inc ) kemudian panaskan agregat campuran untuk setiap

benda uji tersebut pada temperatur 28˚C di atas temperatur pencampuran

dan sekurang-kurangnya 4 jam di dalam oven.

(6) Panaskan Aspal sampai  mencapi kekentalan ( viskositas ) yang

disyaratkan untuk pencampuran seperti  di perlihatkan pada tabel 2.

Tabel 2. Kekentalan aspal keras untuk pencampuran dan pemadatan

Alat uji

Kekentalan untuk

SatuanPencampuran Pemadatan

Viscosimeter Kinematik 170 ± 20 280 ± 30 Centistokes

Viscometer Saybol

furol 85 ± 15 140± 15

Detih Saybolt

furol

Catatan : Khusus untuk aspal polimer berdasarkan kekentalan yang

didapat dari hasil pengujian dilaboratorium yang kemudian dihubungkan

dengan temperatur, maka untuk temperatur pencampuran dan pemadatan

harus dikurangi sampai dengan 10˚C.

(7) Panaskan wadah pencampuran kira-kira 28˚C diatas temperatur

pencampuran di atas aspal.  

(8) Masukan agregat  campuran yang telah telah dipanaskan kedalam wadah

pencampuran.

(9) Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti pada

Tabel 2. Sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat campuran yang

sudah dipanaskan,Kemudian aduk dengan cepat sampai

agregat terselimuti aspal secara merata.

c. Campuran beraspal dari pusat pencampuran Aspal ( AMP )

(1) Siapkan dan bersihkan wadah untuk menampung campuran.

(2) Tuangkan campuran beraspal hasil produksi Pusat Pencampuran Aspal

( AMP )    kedalam wadah sebanyak kira-kira 2750 kg, contoh uji

campuran beraspal tersebut dapat diambil dari aliran pintu penampung

panas . atau dari atas truk  pengangkut.

(3) Lindungi wadah yang sudah berisi campuran beraspal dengan plastik

yang kedap sehingga campuran tidak bercampur dengan bahan lain yang

tidak dikehendaki  dan pengaruh oksidasi serta untuk mempertahankan

temperatur pemadatan selama pengangkutan ke laboratorium.

d. Penimbangan

(1) Bersihkan benda uji dari butiran-butiran halus yang lepas dengan

menggunakan kuas kemudian beri label yang jelas.        

(2) Ukuran tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm(0,004 inc) dan bila

benda tinggi benda uji kurang atau kebih dari persyaratan maka benda

uji tersebut tidak boleh digunakan dan harus dibuat kembali sebagai

pengganti.

(3)  Catat tebal dan berat benda uji yang diperoleh formulir yang sudah

disediakan .

(4) Timbangan benda uji di udara = A gram

(5) Timbangan benda uji di dalam air = B gram

(6) Keringkan permukaan benda uji  dengan kain lap sampai mencapai

kering

(7) Permukaan jenuh ,kemudian ditimbang = C gram

(8) Hitung besaran kepadatan mutlak sesuai dengan rumus sesuai  Butir (4).

e. Perhitungan kepadatan mutlak adalah sebagai berikut :

Kepadatan Mutlak = (A × γw)/(C-B) (gram/cm3)

Dimana :         A = masa benda uji di udara ( gram )

B = masa benda uji dalam air ( gram )

C = masa benda uji kering permukaan jenuh (gram)

γw = berat isi air (=1 gram / cmᵌ )   

BAB III

PENGUJIAN PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN LAPANGAN

Pengujian pengandalian mutu dan pemeriksaan lapangan bertujuan agar mutu

perkerasan lentur sesuai dengan yang direncanakan. Agar mutu perkerasan tercapai

dilakukan serangkaian pengujian pada pelaksanaan di lapangan. Beberapa pengujian

tersebut akan dibahas pada point di bawah ini.

A. PENGUJIAN PERMUKAAN PERKERASAN

(1) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter,

dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Toleransi

harus sesuai dengan ketentuan.

(2) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus

dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus

diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan.

Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah

penggilasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap

ketidakrataan permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan

setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau komposisi harus

diperbaiki.

(3) Kerataan permukaan perkerasan;

- lapis permukaan atau lapis aus segera setelah pekerjaan selesai harus

diperiksa kerataannya dengan menggunakan alat ukur kerataan NAASRA-

Meter sesuai SNI 03-3426-1994;

- evaluasi penilaian kerataan harus dilakukan setiap interval 100 m.

B. KETENTUAN KEPADATAN

(1) Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti

ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan

Standar Kerja.

(2) Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan pemadatan benda uji di

laboratorium masing-masing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003 untuk

ukuran butir maksimum 25,4 mm (1 inci) dan RSNI M-06-2004 untuk ukuran

maksimum 38 mm (1,5 inci).

(3) Memadatkan campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah

dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 17.

Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam

serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk

pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang

dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

Tabel Ketentuan Kepadatan

C. PENGENDALIAN MUTU

1. Pengendalian Mutu di Base Camp

a. Laboratorium

Sebelum penggunaan, semua peralatan laboratorium harus dicek kesesuaiannya

dengan persyaratan yang dipakai. Sebagai contoh, tinggi jatuh alat penumbuk

Marshall, atau dudukannya, apakah sesuai atau tidak. Atau alat ukur SE yang dipakai

apakah standar atau tidak. Hal pokok yang lain adalah kalibrasi secara berkala.

Prosedur-prosedur pengujian yang digunakan seperti SNI, AASHTO, ASTM dan

lainnya yang ada dalam kontrak harus tersedia di laboratorium dan diaplikasikan

secara benar.

Setiap pengujian harus mencantumkan secara jelas nama dan jabatan personil

penguji, pengawas dan yang menyetujui. Jumlah, frekwensi metoda pengambilan

contoh uji, dan metoda pengujian harus sesuai dengan persyaratan dalam

Spesifikasi.

b. Stock Pile

Metoda penanganan agregat di stockpile mempunyai pengaruh besar pada

perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan pelaksanaan. Segregasi yang

terjadi selama proses penumpukan, pemindahan, dan terkontaminasinya agregat

dengan tanah sering terjadi. Untuk menghindari kejadian tersebut di perlukan

keahlian dan pengetahuan yang cukup bagi operator loader. Penyimpangan gradasi

yang terjadi pada stockpile dapat menyebabkan operator unit pencampur aspal

( Asphalt Mixing Plant, AMP ) sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mengadakan

penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Check list pada stock pile

meliputi :

Kebersihan agregat di stock pile, terutama kebersihan pasir

Agregat tidak mengalami segregasi

Agregat tidak tercampur satu sama lain dan tidak terkontaminasi tanah lempung

atau bahan lain yang tidak perlu.

c. Ashpalt Mixing Plant (AMP)

Komponen –komponen yang perlu dickeck list pada AMP adalah sebagai berikut :

Cold bins

Kontinuitas aliran material dari cold bins ini sangat berpengaruh terhadap

produksi campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada

cold bins. Check list pada cold bins meliputi :

- Gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena perbedaan quari atau supplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat maka harus dilakukan pembuatan JMF kembali.

- Kondisi dari tiap cold bins. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.

- Kalibrasi bukaan cold bins.- Bukaan cold bins. Bukaan cold bins kadang-kadang tersumbat jika agregat

halus basah, agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum seperti batu dan kayu.

- Kecepatan conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang material yang tidak perlu.

DryerDari cold bins agregat dibawa ke dryer yang mempunyai fungsi : (1) menghilangkan kandungan air pada agregat, dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Check list yang diperlukan pada bagian ini meliputi :

- Alat pengukur suhu.- Pemeriksaan suhu pemanas.- Pemeriksaan kadar air secara cepat ; ambil contoh secukupnya, kemudian

lewatkan cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula.

Hot ScreenSetelah agregat dikeringkan dan dipanaskan, agregat diangkat dengan hot elevator untuk disaring dengan saringan bergetar dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Saringan pertama dengan ukuran terbesar berfungsi membuang agregat yang oversize.Umumnya pada proses penyaringan ini terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang semestinya masuk ke hot bin I tertapi terbawa ke hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi prosentase tersebut dapat bertambah jika lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus tersebut akan menggumpal dan masuk ke hot bin yang tidak semestinya. Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan sudah ada yang rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke hot bin yang tidak semestinya.Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan gradasi dan kadar aspal secara serius. Check list yang perlu dilakukan pada bagian ini adalah : Pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan.

Hot Bins

Jika agregat halus masih menyisakan kadar air ( karena burner / dryer kurang baik

) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus ( debu ) akan menempel

dan menggumpal pada dinding hot bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal

tersbut dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu

penambahan material yang lolos saringan No. 200 ( 0,075 mm ).

Weigh Hopper

Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu

pencapaian berat hot bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat

tersebut dan melakukan pengecekan aliran material mulai dari cold bin. Akan

tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka

dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-

masing hot bin tidak sesuai. Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :

- Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal.

- Weigh box tergantung bebas

- Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.

Pugmill

Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :

- Temperatur aspal ( pada tangki aspal )- Lamanya pencampuran- Tampak visual campuran yang keluar dari pugmill. Apakah campuran merata,

terselimuti aspal, aspal menggumpal, atau pugmill bocor.d. Pemeriksaan Hasil Produksi Campuran Panas

Pemeriksaan terhadap hasil produksi sangan diperlukan untuk mengetahui secara dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan segera. Penyimpangan dan penyebabnya dipresentasikan pada table 1.

Pemeriksaan temperatur merupakan hal penting pada setiap proses produksi campuran panas. Dengan cara visual temperatur campuran panas dapat diamati di atas dump truck. Jika berasap biru berarti terjadi, dan jika menggumpal atau tidak uniform berarti underheating. Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan alat juga harus dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi

- Pemeriksaan temperatur diatas dump truck.

- Pengambilan sample untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran ( ekstraksi, analisa saringan, Marshall, kepadatan, dll ). Umumnya pemeriksaan tersebut dilakukan tiap 200 ton produksi atau minimum 1 kali dalam satu hari.

Tabel 1. Penyimpangan Produksi Campuran panas dan Kemungkinan Penyebabnya

Agg

rega

tes t

oo w

et

Inad

equa

te B

unke

r Se

para

tion

Agg

rega

te F

eed

Gat

es n

ot P

rope

rly

Set

Ove

r-R

ated

Dry

er C

apac

ity

Dry

er s

et T

oo S

leep

Im

prop

er D

yer

Ope

ratio

n

Tem

p. I

ndic

ator

Out

of

Adj

ustm

ent

Agg

rega

te T

empe

ratu

r T

oo H

igh

Wor

n O

ut S

cree

ns

Fau

lty S

cree

n O

pera

tion

Bin

Ove

r lo

ws

Not

Fun

ctio

ning

Lea

ky B

ins

Seg

rega

tion

of A

ggre

gate

in B

ins

Car

ryov

er in

Bin

s D

ue to

Ove

rload

ing

Scre

ens

Agg

rega

te S

cale

s O

ut o

f A

djus

tmen

t

Im

prop

er W

eigh

ing

Fee

d of

Min

eral

Fill

er N

ot U

nifo

rm

Insu

ffic

ient

Agg

rega

tes

in H

ot B

ins

Im

prop

er W

eigh

ing

Sequ

ence

s

Ins

uffi

cien

t A

spha

lt

Too

Muc

h A

spha

lt

Fau

lty D

istr

ibut

ion

of

Asp

halt

to A

ggre

gate

s

Asp

halt

Sca

les

Out

of

Adj

ustm

ent

Asp

halt

Met

er O

ut o

f A

djus

tmen

t

Und

ersi

ze o

r O

vers

ize

Bat

ch

Mix

ing

Tim

e N

ot P

rope

r

Im

prop

erly

Set

or

Wor

n Pa

ddle

s

Fau

lty D

ump

Gat

e

Asp

halt

and

Agg

rega

te F

eed

Not

Syn

chro

nize

d

Occ

asio

nal D

ust S

nake

dow

n in

Bin

s

Irre

gula

r Pl

ant

Ope

ratio

n

Fau

lty S

ampl

ing

Types of Deficiencies

That May Be Encountered in

Producing Plant Mix Paving Mixtures

A B B A A A B C B B B C A

Asphalt Content Does Not Check Job Mix Formula

A A B B B B A A B B B A B B B C B A

Aggregate Gradation Does Not Check Job Mix Formula

A A B B B A A B B B A B B C B A Encessive Fines in Mix

A A A A A A A Uniform Temperaturs Difficult to Maintain

B B B B Truck Weights Do Not Check Batch Weights

B B A A B C B B C Free Asphalt on Min. in Truck

B B Free Dust on Min. in Truck

A A A A A A A B C B B B C A Large Aggregate Uncoated

B B A A A B B B A B A B C B B B C B A Mixture in Truck Not Uniform

B A B B B A Mixture in Truck Fat on One side

A A A B C B C A Mixture Fiallens in Truck

A A A A A Mixture Burned

A A A A A B A B C B C A Mixture Too Brown or Gray

B B B A A A B C B C A Mixture Too Fat

A A A A Mixture Smokes in Truck

A A A A A A Mixture Steams in Truck

A A A A A A Mixture Appears Dull in Truck