bab 2 tinjauan pustaka 1. gagal jantung kongestif 1.1...

7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001). Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam Sodeman, 1991), Renardi, 1992). 1.2 Etiologi Gagal Jantung Kongestif Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung dengan Universitas Sumatera Utara

Upload: vuongdung

Post on 03-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Gagal Jantung Kongestif

1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada

kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal

jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan

sisi kanan (Mansjoer, 2001).

Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah

jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru

dan bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif

(Kabo & Karim, 2002). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung

untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam Sodeman,

1991), Renardi, 1992).

1.2 Etiologi Gagal Jantung Kongestif

Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi

gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung

lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung, volume

sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi

tergantung pada tiga faktor: yaitu preload, konteraktilitas, afterload.

• Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung

dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot

jantung.

• Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi

pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut

jantung dan kadar kalsium

• Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus

dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang

ditimbulkan oleh tekanan arteriol.

Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka curah

jantung berkurang (Brunner and Suddarth 2002).

1.2.1 Gagal Jantung Kiri

Kongestif paru terjadi pada venterikel kiri, karena venterikel kiri tidak mampu

memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru

menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat

terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi)

dengan bunyi S3, kecemasan dan kegelisahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

1.2.2 Gagal Jantung Kanan

Bila venterikel kanan gagal memompakan darah, maka yang menonjol adalah

kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung

tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema

dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,

hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena jugularis (vena leher), asites

(penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal), anoreksia dan mual, nokturia

dan lemah.

1.3 Patofisiologi Gagal Jantung

Penurunan kontraksi venterikel akan diikuti penurunan curah jantung yang

selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan penurunan volume darah

arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi

neurohurmoral. Vasokonteriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan

meningkatkan tekanan darah, sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan

kontraksi jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera

diatasi, peninggian afterload, dan hipertensi disertai dilatasi jantung akan lebih

menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak

terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung adalah dengan vasodilator

untuk menurunkan afterload venodilator dan diuretik untuk menurunkan preload,

sedangkan motorik untuk meningkatkan kontraktilitas miokard (Kabo & Karsim,

2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

2. Distensi Vena Jugularis

Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi, maka akan terjadi dilatasi

venterikel dan peningkatan volume curah jantung pada akhir diastolik dan terjadi

peningkatan laju tekanan darah pada atrium kanan. Peningkatan ini sebaliknya

memantau aliran darah dari vena kava yang diketahui dengan peningkatan vena

jugularis, dengan kata lain apabila terjadi dekompensasi venterikel kanan maka

kondisi pasien dapat ditandai adanya edema tungkai kaki dan distensi vena

jugularis pada leher.

3. Edema

Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih

dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan

gangguan sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan

interstisial. Jika edema mengumpul di dalam rongga maka dinamakan efusi,

misalnya efusi pleura dan pericardium. Penimbunan cairan di dalam rongga

peritoneal dinamakan asites. Pada jantung terjadinya edema yang disebabkan

terjadinya dekompensasi jantung (pada kasus payah jantung), bendungan bersifat

menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh kegagalan venterikel jantung untuk

memopakan darah dengan baik sehingga darah terkumpul di daerah vena atau

kapiler, dan jaringan akan melepaskan cairan ke intestisial (Syarifuddin, 2001).

Edema pada tungkai kaki terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam

mengosongkan darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi

semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai

pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema

sakral jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi

daerah yang dependen. Bila terjadinya edema maka kita harus melihat kedalaman

edema dengan pitting edema. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung

bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya

retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama mengalami

edema (Brunner and Suddarth, 2002).

Grading edema

1+: pitting sedikit/ 2mm, menghilang dengan cepat

2+: pitting lebih dalam/ 4mm, menghilang dalam waktu 10-15 dtk

3+: lubang yang dalam/6mm, menghilang dalam waktu 1 mnt

4+: lubang yang sangat mendalam/ 8mm berlangsung 2-5 mnt, ekstremitas dep terlalu terdistruksi

http://wiki.answers.com

4. Pengaruh posisi elevasi kaki ditinggikan terhadap pengurangan edema

Pengaruh posisi kaki ditinggikan 30 derajat terhadap pengurangan edema

adalah dapat membantu resusitasi jantung sehingga suplai darah keorgan-organ

penting seperti paru, hepar, ginjal dapat mengalir secara sempurna.

Tujuan utama dari peninggian posisi ini mencangkup peningkatan suplai darah

arteri ke eksteremitas bawah, pengurangan kongesti vena, mengusahakan

vasodilatasi pembuluh darah, pencegahan komperesi vaskuler (mencegah

dekubitus), pengurangan nyeri, pencapaian atau pemeliharaan integritas kulit.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

Tindakan yang digunakan untuk pasien ini untuk mencapai salah satu sasaran

evalusasi dalam hal positif terhadap seberapa efektif nya pengaruh posisi terhadap

pengurangan edema.

4.1 Intervensi Keperawatan

Salah satu interverensi terhadap pengurangan edema adalah memperbaiki

sirkulasi perifer.

Latihan yang digunakan untuk keefektifan pengurangan edema terhadap

pengaruh posisi kaki dengan cara latihan postural aktif, seperti latihan Buerger-

Allen perlu dlakukan oleh pasien dengan insufisiensi suplai darah artei ke

eksteremitas bawah. Latihan ini meliputi 3 posis yakni: elevasi tungkai kaki,

mengantungkan kaki, kemudian tidur dengan posisi horizontal.

Pada pasien dengan insufisiensi vena, meletakkan eksteremitas bawah dalam

posisi tergantung hanya akan memperburuk bedungan vena. Tarikan grafitasi akan

menghambat aliran balik vena ke jantung dan menghambatkan statis vena

(pengumpulan darah dalam vena). Oleh sebab itu pasien dengan insufisiensi vena

harus meninggikan kedua tungkainya lebih tinggi dari jantung sebanyak mungkin.

Pasien harus menghindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. Berjalan-

jalan dapat membantu aliran balik vena dengan cara mengaktifkan “pompa otot”.

Bila pasien dengan insufisiensi vena sedang berbaring, maka bagian kaki tempat

tidur harus sedikit ditenggikan.

Peninggian kaki dilakukan selama 5 menit pada pasien yang menglami

insufisiensi vena (gagal jantung kanan). Frekuensi latihan yang dilakukan dapat

berbeda, namun pasien harus dapat melakukanya minimal enam kali. Nyeri dan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter II.pdf · 1.3 Patofisiologi Gagal Jantung Penurunan kontraksi venterikel

perubahan warna yang dramatis menujukan latihan ini harus segera dihentikan

dan segera beristirahat. Tanda-tanda lain yang dapat dilihat setelah menjalani

latihan ini adalah nyeri, kemerahan, panas dan pengurangan edema. Kebiasaan ini

harus dilakukan sebanyak 4 kali/hari atau sebanyak yang bisa dilakukan.

Tidak semua pasien dengan penyakit vaskuler perifer harus melakukan

latihan, maka sebelum menganjurkan program latihan, penting untuk

berkonsultasi dengan tenaga kesehatan primer. Pasien dengan ulkus tungkai,

selulitas, atau okulsi trombosis akut memerlukan tirah baring. Kondisi diatas

dapat semakin berat dengan aktivitas (Brunnerand Sudadart, 2002).

Universitas Sumatera Utara