bab 2 terkini

36
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Seksio Sesarea 2.1.1 Definisi Seksio Sesarea Seksio sesarea adalah prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu & Omu, 2005). Definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdomen. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan pervaginam (Cuningham, 2006). Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinye memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang mengehendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu

Upload: arif-oktavian

Post on 27-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sc

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 Terkini

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seksio Sesarea

2.1.1 Definisi Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan

insisi melalui abdomen dan uterus (Liu & Omu, 2005). Definisi ini tidak

mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uteri

atau pada kasus kehamilan abdomen. Tindakan ini dilakukan untuk

mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya

atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan pervaginam

(Cuningham, 2006).

Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang

artinye memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex

Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang

mengehendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal

harus dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtara, 1998).

2.1.2 Jenis-jenis Seksio sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea yang dikenal yaitu:

1. Seksio sesarea transperitonealis

a. Seksio sesarea klasik

Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang

pada korpus uteri kira-kira sepanjag 10 cm. Keuntungan

tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak

Page 2: BAB 2 Terkini

7

mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan

sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian

yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara

intra abdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan

pada persalinan berikutnya.

Sedangkan indikasi seksio sesarea klasik diantaranya

adalah bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung

kencing untuk mencapai segmen bawah rahim misalnya

karena adanya perlekatan-perlekatan akibat pembedahan

seksio sesarea yang lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah

segmen bawah rahim. Selain itu janin besar dalam letak

lintang merupakan indikasi dilakukan seksio sesarea klasik.

Indikasi yang selanjutnya adalah plasenta previa dengan

insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim

(Oxorn & Forte, 2010).

b. Seksio sesarea Profunda

Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu

sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah

penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura uteri

spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea

dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu

perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih

postoperative tinggi (Oxorn & forte, 2010).

Page 3: BAB 2 Terkini

8

2. Seksio sesarea ekstraperitonealis

Seksio sesarea ekstraperitonealis yaitu seksio sesarea tanpa

membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal (Mochtar, 1998). Tindakan ini

dilakukan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-

kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis

generalisata yang sering bersifat fatal. Teknik pada prosedur ini

relative sulit karena sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum

peritoneum dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat

(Oxorn & Forte, 2010).

2.1.3 Epidemiologi Seksio sesarea

Angka seksio sesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga 4 %

pada 15 tahun yang lalu, hingga sekarang angka insidensinya terus

meningkat hingga 10-15 % (Oxorn & Forte, 2010). Sedangkan angka

bedah caesar di Inggris hampir dua kali lipat dalam tahun-tahun terakhir

ini, dari 12 % pada tahun 1990 menjadi 21 % pada tahun 2000. Antara

tahun 2005-2006, 23.5% kelahiran terjadi melalui bedah caesar (Baston &

Hall, 2012).

Di Amerika Serikat proporsi seksio sesarea meningkat drastis dari

5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978 dan menjadi 24,4%

pada tahun 1987. Dengan pelbagai upaya, pada tahun 1996 angka tersebut

dapat bertahan sekitar 22,8% dan terus diusahakan untuk ditekan, sehingga

stabil pada angka 15-18%. Dengan semakin meningkatnya angka seksio

sesarea yang diperkirakan sudah mencapai 30%, dan kecenderungan ini

Page 4: BAB 2 Terkini

9

juga terjadi di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Di Amerika

Serikat, 25% dari seluruh kelahiran hidup merupakan kelahiran dengan

seksio sesarea. Dimana saat ini, 1 diantara 10 wanita Amerika yang

melahirkan di Amerika Serikat setiap tahunnya pernah menjalani seksio

sesarea (Cunningham, 2006)

Saat ini sectio saesarea menjadi trend karena berbagai alasan.

Dalam 20 tahun terakhir angkanya meningkat pesat. Peningkatan ini

terjadi karena berbagai alasan yaitu seorang ibu yang harus melewati

proses bedah saesar untuk persalinan buah hatinya, kebanyakan cara ini

ditempuh akibat adanya hambatan yang dialami oleh janin maupun ibu.

Namun tidak sedikit pula bedah saesar yang dilakukan atas permintaan ibu

yang tidak ingin menjalani persalinan normal karena adanya rasa takut

(Sadiman & Ridwan, 2009).

2.1.4 Faktor - Faktor Seksio sesarea

Faktor seksio sesarea adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

tindakan pengeluaran janin dengan cara caesar. Faktor-faktor tersebut

antara lain :

a. Faktor Sosiodemografi

1. Umur Ibu

Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara

20-35 tahun, di bawah dan di atas umur tersebut akan

meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Pada usia muda

organ-organ reproduksi seorang wanita belum sempurna secara

keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga

Page 5: BAB 2 Terkini

10

belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya dimana hal

ini dapat berakibat terjadinya komplikasi obstetri yang dapat

meningkatkan angka kematian ibu dan perinatal (Suryani, 2007).

2. Suku

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang,

salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku termasuk

bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku

dalam menggunakan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan

kebidanan (suryani, 2007).

Meningkatnya kecenderungan wanita untuk melahirkan

dengan seksio sesarea berhubungan dengan semakin meningkatnya

perhatian mereka terhadap kehamilannya (antenatal care) dan

prosedur keamanan operasi yang semakin baik (Suryani, 2007).

3. Agama

Agama merupakan salah satu faktor sosio demografi yang

mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan termasuk

pelayanan kebidanan yang merupakan salah satu bentuk dari

pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin agar setiap

wanita hamil dan menyusui dapat memelihara kesehatannya

sesempurna mungkin, dapat melahirkan bayi yang sehat tanpa

gangguan apapun dan dapat merawatnya dengan baik. Melahirkan

merupakan suatu peristiwa yang dianggap sakral, sehingga dalam

pelaksanaannya biasanya disesuaikan dengan ajaran agama yang

Page 6: BAB 2 Terkini

11

dianut oleh ibu mulai dari awal kehamilan sampai waktu persalinan

nanti.

Persalinan yang dilakukan dengan seksio sesarea sering

dikaitkan dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di

Indonesia. Masih banyak penduduk di kotakota besar mengaitkan

waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor

ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan

harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka

akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik (Suryani, 2007).

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian

proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan dan perilakunya

juga semakin baik. Karena dengan pendidikan yang makin tinggi ,

maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin

banyak, sehingga perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan

dapat terjadi (Suryani, 2007).

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sejak proses

kehamilan sampai dengan proses persalinan. Ibu yang

berpendidikan tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang

matur diatas 20 tahun. Pendidikan yang semakin tinggi

menyebabkan kemampuan ibu dalam mengatur jarak kehamilan,

jumlah anak, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam

pemeriksaan kehamilan dan proses persalinan (Suryani, 2007).

Page 7: BAB 2 Terkini

12

5. Pekerjaan

Beberapa alasan yang mendasari kecenderungan

melahirkan dengan seksio sesarea semakin meningkat terutama di

kota-kota besar, seperti di Jakarta banyak para ibu yang bekerja.

Mereka sangat terikat dengan waktu. Mereka sudah memiliki

jadwal tertentu, misalnya kapan harus kembali bekerja (Kasdu,

2005).

6. Sumber Biaya

Biaya persalinan bersumber dari pendapatan keluarga/biaya

sendiri, atau ditanggung oleh pihak asuransi kesehatan baik yang

dikeluarkan oleh pemerintah maupun perusahaan. Dibandingkan

dengan persalinan pervaginam, biaya seksio sesarea jauh lebih

tinggi. Di Amerika Serikat biaya seksio sesarea lebih kurang 2- 2,5

kali biaya persalinan pervaginam. Di Medan lebih kurang 2,5-3

kali biaya persalinan pervaginam (Erza, 2009)

b. Faktor mediko-obstetri

1. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu

baik yang hidup maupun mati. Paritas digolongkan menjadi 3 bagian

yaitu ; 1) golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1. 2) golongan

multipara adalah ibu dengan paritas 2 – 4. 3) golongan grande

multipara yaitu paritas lebih dari 4. (Wiknjosastro, 2005).

Paritas berpengaruh pada ketahanan uterus. Pada Grande

Multipara yaitu ibu dengan kehamilan / melahirkan 4 kali atau lebih

merupakan risiko persalinan patologis. Keadaan kesehatan yang sering

Page 8: BAB 2 Terkini

13

ditemukan pada ibu grande multipara adalah ; 1) Kesehatan terganggu

karena anemia dan kurang gizi. 2) Kekendoran pada dinding perut. 3)

tampak ibu dengan perut menggantung. 4) Kekendoran dinding rahim.

(Rochjati 2003).

Menurut Wiknjosastro 2005, paritas yang paling aman adalah

paritas 2 – 3. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kematangan

dan penurunan fungsi organ – organ (Wiknjosastro 2005).

2. Jarak Kelahiran

Seorang wanita setelah melahirkan membutuhkan 2 sampai

3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan dirinya

pada persalinan berikutnya dan memberi kesempatan pada luka

untuk sembuh dengan baik. Jarak persalinan yang pendek akan

meningkatkan risiko terhadap ibu dan anak.

Kehamilan sebelum 2 tahun sering mengalami komplikasi

dalam persalinan. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup

istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak

tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang

mungkin terjadi bagi ibu antara lain ; 1) Perdarahan setelah bayi lahir

karena kondisi ibu masih lemah. 2) Bayi prematur / lahir belum cukup

bulan sebelum 37 minggu. 3) Bayi dengan berat badan lahir rendah /

BBLR < 2500 gram (Erza, 2009)

3. Riwayat Komplikasi

Riwayat persalinan ibu dengan persalinan tidak normal

merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Riwayat

Page 9: BAB 2 Terkini

14

persalinan tidak normal seperti ; perdarahan, abortus, kematian janin

dalam kandungan, preeklampsi/eklampsi, ketuban pecah dini, kelainan

letak pada hamil tua dan riwayat seksio sesarea sebelumnya

merupakan keadaan yang perlu diwaspadai, karena kemungkinan ibu

akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat proses

persalinan (Suryani, 2009).

4. Riwayat Obstetri Jelek

Daya tahan ibu pada saat hamil biasanya menurun sehingga

penyakit yang pernah diderita sebelum hamil cenderung muncul

pada saat hamil. Perlu diperhatikan karena penyakit tersebut dapat

membahayakan keselamatan ibu dan anak pada saat persalinan.

Adapun penyakit-penyakit yang sering timbul kembali dan

menyertai ibu hamil maupun bersalin adalah hepatitis, TBC,

diabetes melitus, penyakit jantung, asma bronkial, hipertensi,

diabetes melitus, penyakit jantung, asma bronkial, hipertensi,

penyakit infeksi, dan lainnya. Ibu dengan keadaan tersebut

termasuk dalam kelompok ibu hamil risiko tinggi sehingga dapat

mempengaruhi persalinannya (Erza, 2007).

2.1.5 Indikasi Seksio sesarea

2.1.5.1 Indikasi Medis

Melahirkan dengan cara seksio sesarea sebaiknya dilakukan

atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu

maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan

hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan

Page 10: BAB 2 Terkini

15

seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko

yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya (achadiat, 2004).

a. Faktor Janin

1. Janin Terlalu Besar

Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby),

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya,

pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita

kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut bayi

besar objektif.15 Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali

lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan (Sarumpaet,

2001).

2. Kelainan Letak Bayi

a. Letak Sungsang

Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir

dengan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan

cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi.

Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang

dalam kurun 9 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang

sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena

faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak

rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah (Achadiat, 2004)

b. Letak Lintang,

Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada

kehamilan tua (hamil 8-9 bulan) yaitu kepala ada di

Page 11: BAB 2 Terkini

16

samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang

tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu

tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi

membutuhkan pertolongan seksio sesarea (Achadiat, 2004).

3. Ancaman Gawat Janin (Fetal Distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan,

memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi.

Apalagi ditunjang kondisi ibu yang kurang menguntungkan.

Bila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada

rahim, mengakibatkan gangguan pada ari-ari dan tali pusat

sehingga aliran oksigen kepada bayi menjadi berkurang.

Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan

otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim (Oxorn,

2003).

4. Bayi Kembar (Gemelli)

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin

atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih

tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu dalam

menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan

hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin

atau lebih maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini

akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi

sebaik mungkin dengan trauma minimum (Boyle, 2004).

Page 12: BAB 2 Terkini

17

5. Placenta previa

Plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae=di depan;

vias = jalan). Jadi yang dimaksud dengan plasenta yang

implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga

menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi

plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding

belakang rahim di daerah fundus uteri (Boyle, 2004)

b. Faktor Ibu

1. Disproporsi Sefalo-pelvik

Disproporsi sefalo-pelvik adalah ketidakseimbangan kepala

dan panggul ibu. Disproporsi sefalo-pelvik mencakup panggul

sempit, fetus yang tumbuh terlampau besar atau adanya

ketidakseimbangan relative antara ukuran kepala bayi dan

pelvis (panggul) (Boyle, 2004)

2. Disfungsi uterus

Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak

terkoordinasi, hal ini menyebabkan tidak adanya kekuatan

untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Hal ini menyebabkan

kemajuannya terhenti sama sekali, sehingga perlu penanganan

dengan seksio sesarea.

3. Ruptura Uteri (Robekan rahim)

Ruptura uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana

telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dengan

Page 13: BAB 2 Terkini

18

rongga peritoneum. Secara teori robekan rahim dapat dibagi 2

yaitu:

a. Ruptura uteri spontan

Robekan rahim spontan terjadi karena dinding rahim

lemah seperti pada luka bekas seksio sesarea, miomektomi,

preporasi waktu kuretase hypoplasia uteri, pelepasan

plasenta secara manual.

b. Ruptura uteri violenta

Robekan rahim violenta terjadi karena trauma

pertolongan versi dan ekstraksi, ekstraksi Forsep, kuretase,

manual plasenta.

4. Partus tidak maju

Partus tidak maju berarti bahwa meskipun kontraksi

uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.

Partus tak maju dapat disebabkan oleh karena disproporsi

sefalo-pelvik, malpresentase dan neoplasma yang

menyumbat jalan lahir. Partus tak maju adalah persalinan

yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan

lebih dari 18 jam pada multipara.

5. Pre-eklampsia dan eklampsia (PE/E)

Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang dijumpai pada

ibu hamil di atas 20 minggu ditandai dengan hipertensi dan

proteinuria dengan atau tanpa edema. Eklampsia adalah

pre-eklampsia disertai dengan gejala kejang umum yang

Page 14: BAB 2 Terkini

19

terjadi pada waktu hamil, waktu partus atau dalam 7 hari

post partum bukan karena epilepsi (Boyle, 2004).

3.1.6 Teknik Seksio sesarea

1. Insisi Abdomen

Pada dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal

dan insisi abdominal bawah transversa. Terdiri atas insisi garis

tengah subumbilikal dan insisi transversa.

Pada insisi garis tengah subumbilikal, insisi ini yang paling

cepat dibuat. Insisi ini harus cukup panjang agar janin dapat lahir

tanpa kesulitan. Oleh karena itu, panjang harus sesuai dengan

taksiran ukuran janin (Cummingham, 2004). Insisi ini memiliki

akses yang mudah dengan pendarahan minimal. Walaupun bekas

luka tidak terlihat, terdapat banyak ketidaknyamanan pascaoperasi

dan luka jahitan lebih cenderung muncul dibandingkan dnegan

insisi transversa. Jika perluasan ke atas menuju abdomen

memungkinkan, insisi pramedian kanan dapat dilakukan (Liu &

Omu, 2005).

Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara

kosmetik memuaskan, lebih sering menimbulkan luka jahitan dan

lebih sedikit ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas

pascaoperasi yang lebih baik (Liu & Omu, 2005). Dengan insisi

transversa modifikasi, kulit dan jaringan subkutan disayat dengan

menggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung. Insisi

dibuat setinggi garis rambut pubis dan diperluas sedikit melebihi

Page 15: BAB 2 Terkini

20

batas lateral otot rektus. Apabila diinginkan insisi transversal

namun diperlukan ruang yang lebih lega, insisi Maylard

merupakan pilihan yang aman. Pada insisi ini, otot rektus

dipisahkan dengan gunting atau skalpel. Insisi ini juga mungkin

bermanfaat bagi wanita dengan jaringan parut signifikan akibat

insisi transversal sebelumnya (Cummingham, 2004).

2. Insisi Uterus

Insisi segmen bawah merupakan pendekatan insisi uterus

yang lazim digunakan. Insisi transversa ditempatkan di segmen

bawah uterus gravid di belakang peritoneum utero-vesikel (Liu &

Omu, 2005).

Sedangkan pada insisi uterus klasik, insisi ini ditempatkan

secara vertikal di garis tengah uterus (Liu & Omu, 2005). Kadang-

kadang perlu dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin.

Beberapa indikasinya adalah :

1. Apabila segmen bawah uterus tidak dapat dipajankan atau

dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat erat

akibat pembedahan sebelumnya, atau apabila sebuah mioma

menempati segmen bawah uterus, atau apabila terdapat

karsinoma invasif di serviks.

2. Apabila janin berukuran besar dan terletak melintang, terutama

apabila selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan

lahir.

3. Pada sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi anterior.

Page 16: BAB 2 Terkini

21

4. Pada sebagian kasus janin yang sangat kecil, terutama dengan

presentasi bokong, yang segmen bawah uterusnya tidak menipis.

5. Pada sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya

memungkinkan untuk mengakses bagian atas uterus saja

(Cummingham, 2004)

Insisi uterus selanjutnya adalah insisi Kronig-Gelhorn-

Beck. Insisi ini adalah insisi garis tengah pada segmen bawah, yang

digunakan pada kelahiran prematur apabila segmen bawah

terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan terdapatnya perluasan

ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan untuk memberi lebih

banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit komplikasi (Liu

& Omu, 2005).

3. Insisi Pada Keadaan Lain

Insisi T terbalik atau insisi J suatu saat diperlukan jika

ditemukan akses tidak adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen

bawah. Insisi tersebut lebih baik dihindari seperti halnya pada

seksio sesarea klasik, kehamilan selanjutnya akan memerlukan

seksio sesarea elektif (Liu & Omu, 2005).

2.1.7 Keutungan Seksio sesarea

Operasi caesar lebih aman dipilih dalam menjalani proses

persalinan karena telah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami

kesulitan melahirkan. Jalan lahir tidak teruji dengan dilakukannya seksio

sesarea, yaitu bilamana di diagnosa panggul sempit atau fetal distress

didukung data pelvimetri. Bagi ibu yang paranoid terhadap rasa sakit,

Page 17: BAB 2 Terkini

22

maka seksio sesarea adalah pilihan yang tepat dalam menjalani proses

persalinan, karena diberi anastesi atau penghilang rasa sakit (Fauzi, 2007).

2.1.8 Kerugian Seksio sesarea

Operasi seksio sesarea merupakan prosedur medis yang mahal.

Prosedur anastesi pada operasi bias membuat anak ikut terbius, sehingga

anak tidak spontan menangis, keterlambatan menangis ini mengakibatkan

kelainan hemodinamika dan mengurangi apgar score. Ibu akan mendapat

luka baru di perut dan kemungkinan timbulnya infeksi bila luka operasi

tidak dirawat dengan baik. Gerak tubuh ibu menjadi sangat terbatas

sehingga proses penyembuhan luka akan semakin lama. Tindakan Seksio

sesarea biasanya dianggap sebagai suatu penyiksaan bagi yang tidak

memiliki kebiasaan beristirahat lama di rumah sakit setelah melahirkan

(Fauzi, 2007).

2.1.9 Mortalitas Pada Seksio sesarea

Angka mortalitas kasar di Kanada dan Amerika Serikat adalah

30:10.000 sectio saesarea. Dimana kematian ibu yang menyertai seksio

sesarea adalah 26 kali lebih besar daripada kelahiran pervaginam (Oxorn

& Forte, 2010).

Angka kematian ibu yang menjalani seksio sesarea adalah 40-80

tiap 100.000 kelahiran hidup dan memiliki resiko kematian 25 kali lebih

besar dibanding persalinan pervaginam (Sadiman & Ridwan, 2009).

Penyebab utama kematian ibu yang mengalami seksio sesarea di Rumah

Sakit Pirngadi Medan tahun 1979 -1983 adalah infeksi, disusul

perdarahan, dan preeklampsia berat/eklampsia (Sibuea, 2007).

Page 18: BAB 2 Terkini

23

Resiko relatif resiko kematian untuk section saesarea elektif

dengan analgesia epidural sebenarnya lebih rendah daripada untuk semua

kelahiran pervaginam. Dimana meningkatnya kematian ibu yang berkaitan

dengan seksio sesarea lebih disebabkan oleh tindakan darurat dan bukan

operasi elektif (Cunningham, 2006).

Adapun faktor-faktor yang menambah resiko mortalitas pada

maternal meliputi usia di atas 30 tahun, grandemultipara, obesitas, partus

lama, ketuban pecah dini, pemeriksaan vaginal yang sering serta status

sosioekonomi yang rendah (Oxorn & Forte, 2010).

2.1.10 Morbiditas Pada Seksio sesarea

Morbiditas ibu meningkat pada seksio sesarea dibandingkan

dengan kelahiran pervaginam, dimana penyebabnya utama adalah

endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran kemih dan tromboembolisme

(Cunningham, 2004). Dimana menurut Sadiman & Ridwan (2009),

persalinan dengan sectio saesarea mempunyai resiko infeksi 80 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

Insidensi morbiditas pada maternal antara 15-20%, dimana obat-

obat anti infeksi, transfusi darah, teknik pembedahan yang lebih baik,

penggunaan operasi segmen bawah dan semakin baiknya teknik anastesi

turut menurunkan morbiditas maternal pasca sactio saesarea (Oxorn &

Forte, 2010).

2.1.11 Komplikasi Tindakan Seksio sesarea

Page 19: BAB 2 Terkini

24

Komplikasi yang terjadi setelah seksio sesarea adalah sebagai

berikut :

1. Infeksi pueperal (nifas), terdiri atas :

a. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

b. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

c. Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal

ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana

sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena

ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2. Perdarahan, disebabkan karena:

a. Banyak pembuluh darh yang terputus dan terbuka.

b. Atonia uteri

c. Perdarahan pada placental bed

d. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung

kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

e. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan

mendatang (Mochtar, 1998; Oxorn & Forte, 2010)

2.1.12 Prognosis Seksio sesarea

Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi.

Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik

operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika

angka ini sangat menurun (Mochtar, 1998).

Page 20: BAB 2 Terkini

25

Angka kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang

baik oleh tenaga-tenaga yag cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib

janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan

janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan

pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna,

angka kematian perinatal sekitar 4-7 % (Mochtar, 1998).

Page 21: BAB 2 Terkini

26

2.1.13 Kerangka Teori

Gambar 3.1

Kerangka Teori

Keterangan

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak di teliti

Indikasi Tindakan Seksio Sesraea

Ibu

Medis

Disporsi sefalo-pelvik

Disfungsi uterus

Rupture uteri Partus tidak

maju Preeklampsia

dan eklampsia

Non Medikasi

Paritas Jarak

kelahiran Riwayat

komplikasi Umur ibu Suku Agama Tingkat

pendidikan Pekerjaan Sumber biaya

Janin

Janin terlalu besar

Kelainan letak bayi

Fetal distress Bayi kembar

(Gemelli) Placenta

previa

Pelayanan kesehatan

Tenaga kesehatan tidak bisa menangani

Terlambat merujuk

Indikasi tidak jelas bisnis

Tidak melakukan pemeriksaan antenatal

Seksio Sesarea

Page 22: BAB 2 Terkini

27

Seksio sesarea merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput

ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan

rahim. Seksio sesarea dapat dilaksanakan bila ibu sudah tidak dapat melahirkan

melalui proses alami. Operasi dilakukan dengan tujuan agar keselamatan ibu dan

bayi dapat tertangani dengan baik. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan

angka persalinan dengan cara operasi seksio sesarea. Peningkatan yang sangat

tinggi terjadi karena berbagai faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor dari ibu,

faktor janin dan juga faktor petugas kesehatan. Untuk faktor ibu dibagi menjadi

dua, yaitu medis dan non medis. Umtuk faktor medis, meliputi: Disporsi sefalo-

pelvik, Disfungsi uterus, Rupture uteri, Partus tidak maju, Preeklampsia dan

eklampsia. Sedangkan untuk yang non medis meliputi: Paritas, Jarak kelahiran,

Riwayat komplikasi, Umur ibu, Suku , Agama, Tingkat pendidikan, Pekerjaan,

Sumber biaya. Selain faktor ibu, faktor janin juga sangat mempengaruhi

persalinan secara seksio sesarea. Dimana faktor janin meliputi: Janin terlalu besar,

Kelainan letak bayi, Fetal distress, Bayi kembar (Gemelli), Placenta previa.

Disamping itu ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan seksio

sesarea yaitu fator pelayanan kesehatan. Dimana faktor tersebut meliputi: Tenaga

kesehatan tidak bisa menangani, Terlambat merujuk, Indikasi tidak jelas, bisnis,

Tidak melakukan pemeriksaan antenatal. Berasarkan beberapa faktor yang sudah

dijelaskan diatas variabel yang di teliti dalam penelitian ini adalah faktor ibu dan

faktor janin.