asuhan keperawatan stroke non hemoragik

29
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) BAB I TINJAUAN TEORI A. DEFINISI Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Hendro Susilo, 2000). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002) Stroke non hemoragik dapat berupa iskemik, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau gangguan tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses udema oleh karena hipoksia jaringan otak (Price, 2006) B. KLASIFIKASI

Upload: wahyuni-aza-dech

Post on 10-Apr-2016

27 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH)

BAB I

TINJAUAN TEORI

A.      DEFINISI

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Hendro Susilo, 2000).

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi

penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002)

Stroke non hemoragik dapat berupa iskemik, emboli, spasme ataupun

thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama

atau gangguan tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi

proses udema oleh karena hipoksia jaringan otak (Price, 2006)

B.       KLASIFIKASI

1.    Stroke non hemoragik

a.    Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah otak perlahan

karna proses arterosklerosis cerebral dan perlambatan sirkulasi serebral.

b.    Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak akibat

abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya menyumbat arteri

cerebral tengah atau cabang-cabangnya,yang merusak sirkulasi cerebral.

2.      Stroke Haemorhagi

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.

Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.

Page 2: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga

terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

(Corwin, 2009)

C.      ETIOLOGI

a.    Trombosis cerebri ( bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

b.    Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material yang di bawa ke otak dari

bagian tubuh yang lain)

c.    Iskemia cerebral( penurunan aliran darah ke otak)

d.   Aterosklerosis

(Smeltzer,2002)

D.    MANIFESTASI KLINIS

a.       Sementara

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang

sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack

(TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah

menetap.

b.      Sementara,namun lebih dari 24 jam

Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic

defisit (RIND)

c.       Gejala makin lama makin berat (progresif)

Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut

progressing stroke atau stroke inevolution

d.      Sudah menetap/permanen

(Harsono, 2002)

1. Timbulnya defisit neurologis secara mendadak/sub akut

2. Didahului gejala pradormal

3. Terjadi pada waktu istirahat/bangun pagi

4. Kesadaran biasanya tidak menurun ( kecuali bila emboli cukup besar )

5. Terjadi pada usia lebih dari 50th.

Page 3: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

( Mansjoer, 2000).

E.     PATOFISIOLOGI

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,

perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia

karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor

penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah

dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi

turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema

dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.

Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan

embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak. Kekurangan selama 1

menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron area kemudian di

sebut infark.

Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya (karena

henti jantung / hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia / kesulitan bernafas. Jika

neuron hanya mengalami iskemik,maka masih ada peluang untuk

menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu

infark disekitar zona yang mengalami kekurangan O2

Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan darah, lemak dan

udara, emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung.

Sindrom neuron vaskuler yang lebih penting terjadi pada stroke trombotik

dan embolik karena keterlibatan arteri serebral mediana

(Hudak, G. 1996).

Page 4: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

F.      PATHWAY

      

 

Page 5: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

 

 

Page 6: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik
Page 7: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

G.    KOMPLIKASI

1.    Hemiparesis dan Hemiplagia

2.    Afraksia

3.    Afasia : sensorik, motorik, global

4.    Disartia: kesulitan dalam berkata

5.    Disfagia : sukar menelan

6.    Perubahan penglihatan

7.    Perubahan berpikir abstrak

8.    Emosi labil

9.    Inkontinensia

( Hudak, 1996)

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

a)    Pemeriksaan radiologi

(1)      CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau

menyebar ke permukaan otak (Linardi Widjaja, 1993)

(2)      MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik (Marilynn E.

Doenges, 2000)

(3)      Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma

atau malformasi vaskuler (Satyanegara, 1998)

(4)      Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah

terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda

hipertensi kronis pada penderita stroke (Jusuf Misbach, 1999)

b)   Pemeriksaan laboratorium

(1)      Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada

perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna

likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama (Satyanegara,

1998)

(2)      Pemeriksaan darah rutin

Page 8: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

(3)      Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.

Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-

angsur turun kembali (Jusuf Misbach, 1999)

(4)      Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

(Linardi Widjaja, 1993)

I.       PENATALAKSANAAN

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis

sebagai berikut :

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

a.    Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan

lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu

pernafasan.

b.    Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

1. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

2. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin

pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

(Mansjoer, 2000).

J.      PROSES KEPERAWATAN

a.       Pengkajian Primer

-          Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk

-          Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang

sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

-          Circulation

Page 9: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

-          Disability

Klien dalam keadaan tidak sadar

b.      Pengkajian Sekunder

1. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

-          kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau

paralysis.

-          mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

Data obyektif:

-          Perubahan tingkat kesadaran

-          Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,

kelemahan umum.

-          gangguan penglihatan

2. Sirkulasi

Data Subyektif:

-          Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal

jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.

Data obyektif:

-          Hipertensi arterial

-          Disritmia, perubahan EKG

-          Pulsasi : kemungkinan bervariasi

-          Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

3. Integritas ego

Data Subyektif:

-          Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

Data obyektif:

Page 10: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

-          Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan

-          kesulitan berekspresi diri

4. Eliminasi

Data Subyektif:

-          Inkontinensia, anuria

-          distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara

usus( ileus paralitik )

5. Makan/ minum

Data Subyektif:

-          Nafsu makan hilang

-          Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

-          Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

-          Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

Data obyektif:

-          Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )

-          Obesitas ( factor resiko )

6. Sensori neural

Data Subyektif:

-          Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

-          nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid.

-          Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati

-          Penglihatan berkurang

-          Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan

pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )

-          Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

Data obyektif:

-          Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan

tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi

kognitif

Page 11: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

-          Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis

stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam

( kontralateral )

-          Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

-          Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan

ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata

komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.

-          Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli

taktil

-          Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

-          Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi

ipsi lateral

7. Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

-          Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data obyektif:

- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

8. Respirasi

Data Subyektif:

-          Perokok ( factor resiko )

9.Keamanan

Data obyektif:

-         Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

-         Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

-         Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah

dikenali

-         Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu

tubuh

Page 12: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

-         Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,

berkurang kesadaran diri

10. Interaksi social

Data obyektif:

-          Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

1. Diagnosa

a.    Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)

b.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia

(Donna D. Ignativicius, 1995)

c.    Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah

otak (Donna D. Ignativicius, 1995)

d.   Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake

cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)

e.    Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan

menelan ( Barbara Engram, 1998)

f.     Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

(Barbara Engram, 1998)

g.    Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)

h.    Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan

penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

(Donna D. Ignatavicius, 1995)

1. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

a.    Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra

cerebral

Page 13: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

1)   Tujuan :

Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal

2)   Kriteria hasil :

·     Klien tidak gelisah

·     Tidak ada keluhan nyeri kepala

·     GCS 456

·     Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7

C, pernafasan 16-20 kali permenit)

3)   Rencana tindakan

a)    Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab

gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya

b)   Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

c)    Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial

tiap dua jam

d)   Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri

bantal tipis)

e)    Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan

f)    Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

g)   Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

4)   Rasional

a)    Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

b)   Untuk mencegah perdarahan ulang

c)    Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan

untuk penetapan tindakan yang tepat

d)   Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan

memperbaiki sirkulasi serebral

e)    Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan

potensial terjadi perdarahan ulang

f)    Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan

TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk

Page 14: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik /

perdarahan lainnya

g)   Memperbaiki sel yang masih viabel

b.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

1.         Tujuan :

Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya

2.         Kriteria hasil

-          Tidak terjadi kontraktur sendi

-          Bertambahnya kekuatan otot

-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

3.         Rencana tindakan

a)        Ubah posisi klien tiap 2 jam

b)        Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas

yang tidak sakit

c)        Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit

d)       Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya

e)        Tinggikan kepala dan tangan

f)         Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

4.         Rasional

a)        Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi

darah yang jelek pada daerah yang tertekan

b)        Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta

memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

c)        Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak

dilatih untuk digerakkan

c.    Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi

darah otak

1)         Tujuan

Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal

2)         Kriteria hasil

Page 15: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

-       Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat

dipenuhi

-       Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal

maupun isarat

3)         Rencana tindakan

a)         Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa

isarat

b)        Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi

c)         Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan

yang jawabannya “ya” atau “tidak”

d)        Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan

klien

e)         Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi

f)         Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara

4)        Rasional

a)    Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien

b)   Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain

c)    Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi

d)   Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang

efektif

e)    Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan

komunikasi

f)    Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar

d.   Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan otot mengunyah dan menelan

1)        Tujuan

Tidak terjadi gangguan nutrisi

2)        Kriteria hasil

-       Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan

-       Hb dan albumin dalam batas normal

3)        Rencana tindakan

Page 16: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

a.    Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek

batuk

b.   Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah

makan

c.    Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual

dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan

d.   Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu

e.    Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang

f.    Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak

ketika klien dapat menelan air

g.   Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan

h.   Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan

i.     Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau

makanan melalui selang

4)        Rasional

a.   Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien

b.   Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi

c.   Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol

muskuler

d.  Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat

mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan

e.   Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya

distraksi/gangguan dari luar

f.    Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam

mulut, menurunkan terjadinya aspirasi

g.   Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko

terjadinya tersedak

h.   Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang

meningkatkan nafsu makan

Page 17: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

i.     Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga

makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu

melalui mulut

e.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake

cairan yang tidak adekuat

1)     Tujuan

Klien tidak mengalami konstipasi

2)     Kriteria hasil

-       Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan

obat

-       Konsistensi feses lunak

-       Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )

-       Bising usus normal ( 7-12 kali per menit )

3)     Rencana tindakan

a.    Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab

konstipasi

b.   Auskultasi bising usus

c.    Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat

d.   Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada

kontraindikasi

e.    Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien

f.    Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif,

suppositoria, enema)

4)     Rasional

a.   Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi

b.   Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik

c.   Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan

eliminasi reguler

d.  Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses

yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler

Page 18: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

e.   Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus

oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik

f.    Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang

melunakkan massa feses dan membantu eliminasi

f.     Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

1)   Tujuan

Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

2)   Kriteria hasil

-         Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka

-         Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka

-         Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

3)   Rencana tindakan

a.         Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan

mobilisasi jika mungkin

b.        Rubah posisi tiap 2 jam

c.         Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-

daerah yang menonjol

d.        Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami

tekanan pada waktu berubah posisi

e.         Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar

terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi

f.         Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas

terhadap kulit

4)   Rasional

a.         Meningkatkan aliran darah kesemua daerah

b.        Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah

c.         Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol

d.        Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler

e.         Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan

f.         Mempertahankan keutuhan kulit

Page 19: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

g.    Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan

dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi

1)   Tujuan :

Jalan nafas tetap efektif.

2)   Kriteria hasil :

-         Klien tidak sesak nafas

-         Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan

-         Tidak retraksi otot bantu pernafasan

-         Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit

3)   Rencana tindakan :

a.    Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat

ketidakefektifan jalan nafas

b.    Rubah posisi tiap 2 jam sekali

c.    Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)

d.   Observasi pola dan frekuensi nafas

e.    Auskultasi suara nafas

f.     Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien

4)   Rasional :

a.    Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya

ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b.    Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran pernafasan

c.    Air yang cukup dapat mengencerkan sekret

d.   Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas

e.    Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas

f.     Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru

h.    Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan

penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

1)   Tujuan :

Klien mampu mengontrol eliminasi urinya

2)   Kriteria hasil :

-         Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia

Page 20: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

-         Tidak ada distensi bladder

3)   Rencana tindakan :

a.    Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering

b.    Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari

c.    Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan

kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)

d.   Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada

jadwal yang telah direncanakan

e.    Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000

cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)

4)   Rasional :

a.    Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi

kandung kemih yang berlebih

b.    Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah

enuresis

c.    Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih

d.   Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung

volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih

e.    Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan

dan batu ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim

penerbit PSIK UNPAD, EGC, Jakarta,

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Harsono. (2000). Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Page 21: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Hudak C.M.,Gallo B.M. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI,

Volume II, EGC, Jakarta.

Lismidar, (1990). Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

MansJoer, Arif 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius. Jakarta.

Price S.A., Wilson L.M. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.

Susilo, Hendro. (2000). Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru Millenium III. Bangkalan.

Widjaja, Linardi. (1993). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke. Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya