asuhan keperawatan pada klien dengan res

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI MAKALAH oleh: Kelompok 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

Upload: fatima-savitri

Post on 11-Jul-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

oleh:

Kelompok 7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIII

Dosen Pengampu: Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep., Sp. Kep.J.

oleh:

Kelompok 7

Amadea Yollanda 122310101009

Ananta Efrandau 122310101015

Ajeng Dwi Retnani 112310101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

iii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Resiko Bunuh Diri” yang diajukan sebagai tugas pemicu mata kuliah

Keperawatan Klinik VIII (Jiwa). Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis

didukung oleh berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku penanggung jawab mata

kuliah (PJMK) Keperawatan Klinik VIII (Jiwa);

2. Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M.Kep, Sp.Kep.J , selaku dosen pembimbing

3. orang tua yang senantiasa member motivasi dan doa yang tiada henti dan tak

pernah putus;

4. teman-teman angkatan 2012, yang selalu memberikan dorongan semangat dan

dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepatwaktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para

pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Jember, Maret 2015

Penulis

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

PRAKATA .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3

2.1 Pengertian ............................................................................................. 3

2.2 Psikopatologi/ Psikodinamika ............................................................. 5

2.2.1 Etiologi Resiko Bunuh Diri ......................................................... 5

2.2.2 Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri ................... 11

2.3 Contoh Kasus ........................................................................................ 12

2.3.1 Pengkajian .................................................................................. 13

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 15

2.3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 15

2.3.4 Implementasi .............................................................................. 17

2.3.5 Evaluasi ...................................................................................... 17

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 18

4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18

4.2 Saran ..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri

sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang

disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, schizophrenia,

ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.

Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris ada

lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000

tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio

kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia

remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Susanto, 2010)

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa

1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain karena

faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada

wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh

diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi,

sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun

sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering

memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.

Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok ingin membahas lebih lanjut

mengenai peran perawat dalam menghadapi dan membantu klien dengan resiko bunuh

diri.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

2

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan

di lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan

kepribadian

1.2.2 Tujuan khusus:

1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar

mengenai resiko bunuh diri

1.2.2.2 Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien

dengan resiko bunuh diri yang mengacu pada teori Stuart

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat

mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan

perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress

yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme

koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri

kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,

perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal

melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat

merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan

(Stuart,2006).

Sumber: googleimage.com

Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya

sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya

yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan agresif yang

merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan

keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,

2008).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu

untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh diri dapat

diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta

mengancam jiwa. (Nanda, 2012)

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

4

Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan-

putus harapan merupakan rentang adaptif -maladaptif.Respon adaptif merupakan respon

yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,

sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah

dapatmengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai

peningkatandiri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri,

pencederaan diri,dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen,

1998). Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan

mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja

untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).

Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan tindakan yang

sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara.

Dan seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat pula

beresiko melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bunuh diri,

dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan dan faktor internal seperti gangguan

psikologi dalam dirinya.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

5

Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):

1) Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang

tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin

mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama

lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.

2) Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh

individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.

3) Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau

diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi

jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,

meliputi:

1) Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor

lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk

bunuh diri.

2) Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan

seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.

3) Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri

seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

2.1 Psikodinamika

2.1.1 Etiologi Resiko Bunuh Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada dua

faktor, yaitu factor predisposisi (factor risiko) dan factor presipitasi (factor pencetus).

a. Faktor predisposisi

Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku

resiko bunuh diri meliputi:

1) Diagnosis psikiatri

Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri yaitu

gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.

2) Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko

bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

6

3) Lingkungan psikososial

Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,kehilangan yang

dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang

berhubungan dengan bunuh diri.

4) Biologis

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis

yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada

gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan

dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa

perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal

mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama.

Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang

ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri

5) Psikologis

Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk

penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama

didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned

around 180 degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan

kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara psikologis,

individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya

dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih

sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang

yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan

objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga

ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi

6) Sosiokultural

Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang

perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan

masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur

atau tidak dengan masyarakatnya

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

7

b. Faktor presipitasi

Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang

memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,kehilangan

pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang

mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga

membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh diri.

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan

terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan

yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan

marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri, serta cara utuk

mengakhiri keputusasaan.

c. Respon terhadap stres

1) Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya,

seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang,

dan pikiran tidak wajar.

2) Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat

adanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.

3) Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua,

yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh

terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan

diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah reaksi menyeluruh

terhadap stresor yang ada.

4) Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam

kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara

sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri

berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.

5) Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan

mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat

menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan

bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu

menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan

keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

8

d. Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping

1) Kemampuan personal: kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko

bunuh diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.

2) Dukungan sosial: adalah dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga,

teman, kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang

diperlukan oleh klien adalah dukungan keluarga.

3) Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan,

dana atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan

lain-lain.

d. Keyakinan positif: merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif

seseorang sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat

mempertahankan koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor.

Keyakinan yang harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan

bahwa klien mampu mengatas masalahnya.

e. Mekanisme coping

Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan

dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar memilih bunuh

diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang

berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan,

rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan

rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Keterangan:

a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara

wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.

b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami

perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya

dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika

Adaptif Maladaptif

Peningkatan

diri

Berisiko

destruktif

Destruktif

diri tidak

langsung

Pencederaan

diri Bunuh diri

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

9

dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan

secara optimal.

c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang tepat

terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.

d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri

akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.

e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya

hilang.

Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping.

Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan

adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang

mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup.

Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk

melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri

sendiri.

Sumber Koping <<<

Faktor Presipitasi Faktor Predisposisi

Mekanisme Koping Maladaptif Ketidakefektifan

Koping Individu

Respon Konsep Diri Maladaptif

Malu, merasa bersalah

Gangguan Konsep Diri:

Harga Diri Rendah (HDR)

Menarik Diri

Risiko Gangguan

Persepsi Sensori:

Halusinasi

Isolasi sosial

Perilaku kekerasan

Risiko membahayakan diri:

Risiko Bunuh Diri

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

10

f. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien dengan resiko bunuh diri

adalah:

Resiko bunuh diri

g. Intervensi

a) Bantu klien untuk mengenal masalah yang sedang dialami

b) Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif (behavior management)

c) Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan resiko

d) Bantu klien mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan sosial

e) Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positif

h. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri

salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck, 2008), obat-

obat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri adalah SSRI (selective

serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75-

225 mg/hari per oral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300

mg/hari per oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut

sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis.

Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter

monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter

ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan,

perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri selanjutnya

perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat bagi klien. Tujuan

dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009)

1) Klien tetap aman dan selamat

2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya

3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya

4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya

5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

11

2.2.2 Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri

Menurut Stuart dan Sundeen (1997, dalam Keliat, 2009:13) mengidentifikasi

intervensi utama pada klien untuk perilaku bunuh diri yaitu :

1) Melindungi

Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai

dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah tempatkan klien di tempat yang

aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani klien terus-

menerus sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan jauhkan klien

dari semua benda yang berbahaya.

2) Meningkatkan harga diri

Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien

mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang

positif.

3) Menguatkan koping yang konstruktif/sehat

Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian

penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu

dimodifikasi atau dipelajari koping baru.

4) Menggali perasaan

Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari faktor

predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.

5) Menggerakkan dukungan sosial

Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu

keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat

mengontrol prilaku klien.

a. Penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri yaitu:

1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan

meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2) Meningkatkan harga diri klien, dengan cara:

a) Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

b) Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yang positif.

c) Meyakinkan klien bahwa dirinya penting

d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

12

e) Merencanakan aktifitas yang dapat klien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

a) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya

b) Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian

masalah

c) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

2.3. Contoh Kasus

Tn.K berusia 30 tahun merupakan penulis terkenal yang memiliki banyak

penggemar. Kesuksesannya tidak diimbangi dengan keharmonisan keluarga yang

diidamkan setiap keluarga. Tn.K memiliki riwayat masa lalu yang bisa dikatakan suram.

Ketika dia duduk di sekolah dasar, ibunya menikah lagi dengan laki-laki kasar yang

suka memukul. Hampir setiap hari dia, kakak, dan ibunya dipukul oleh ayah tirinya

tersebut. Sampai pada akhirnya ketika Tn.K dipukul oleh ayahnya, kakaknya marah dan

mengambil pisau, dan setelah terjadi beberapa kali perdebatan, sang ayah tertusuk pisau

dan meninggal. Karena sang kakak ingin melindungi adiknya maka dia rela dipenjara,

akan tetapi ternyata hukuman yang dijatuhkan lama dan akhirnya sang kakak

menghabiskan waktu 13 tahun dipenjara. Karena kejadian itu, kakak Tn.K memiliki

dendam kepada adiknya yang pada akhirnya pada saat keluar penjara kakak Tn.K

menyerang Tn.K dengan menusuknya. Sejak kejadian itu, Tn.K mempunyai teman anak

SMA yang mengaku fansnya yang ternyata memiliki kisah yang sama dengan dirinya

yaitu sering dipukuli oleh ayahnya. Setelah teman-temannya menyelidiki, ternyata anak

SMA yang dimaksud Tn.K hanyalah teman khayalan yang dia ciptakan sendiri. Dan

karena teman khayalannya tersebut, Tn.K seringkali melukai dirinya demi

menyelamatkan anak SMA tersebut, sampai pernah kejadian dia menabrakkan mobilnya

untuk melindungi anak SMA tersebut dari bahaya. Sehingga Tn.K seringkali mengalami

bahaya sampai orang yang melihatnya Tn.K seperti bunuh diri karena sering

membahayakan dirinya sendiri. Dan Tn.K tidak mempercayai ketika teman-temannya

mengatakan bahwa anak SMA itu tidak nyata. Sehingga dia dipaksa untuk dibawa di

rumah sakit dan ternyata didiagnosis skizopfrenia.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

13

2.3.1 Pengkajian

a. Faktor predisposisi

1) Diagnosis psikiatri

Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia.

2) Sifat kepribadian

Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah

adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya

dengan mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahyakan.

3) Lingkungan psikososial

Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba

dibunuh oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya

mengalami dendam terhadapnya.

4) Biologis

Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti

dirinya.

5) Psikologis

Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman

khayalannya yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia ingin

teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa

bersalah dengan apa yang terjadi pada kakaknya sehingga dia juga

tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang

membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia Tn.K,

teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu perlindungannya.

6) Sosiokultural:

Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang baik

dan Tn.K merupaka tokoh yang diidolakan karena karya bukunya. Akan

tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan hal

tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang dialaminya sekarang.

b. Faktor prepitasi

Faktor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah terhadap

kakaknya, dan adanya perasaan dendam dari kakaknya yang terus ingin

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

14

menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul sebagai cerminan

dirinya.

c. Respon terhadap stres

1) Kognitif

Kognitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu

kemampuan menulisnya sangat menurun dan cenderung hanya

mengulang tulisan yang sudah pernah dia tulis sebelumnya.

2) Afektif

Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan

selain itu bayangan dari masa lalunya terus saja datang membayangi

3) Fisiologis:

Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika

bayangan dari masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu

mencemaskan teman bayangannya.

4) Perilaku

Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam

menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering

melihat Tn.k mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang

diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berperilaku yang

membahayakn seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan

dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli

5) Sosial

Hubungan sosial Tn.k dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan

d. Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping

1) Kemampuan personal:

Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut

dengan teman bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering

melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

2) Dukungan social:

Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang

dialami Tn.K, akan tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga

dan temannya memberikan dukungan penuh pada Tn.K agar cepat

sembuh.

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

15

3) Asset material:

Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang

cukup untuk kehidupannya dan keluarganya

4) Keyakinan positif:

Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan

keyakinan padaNya, selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar

juga menjadi penyemangat tersendiri baginya.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Resiko Bunuh Diri

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Resiko Bunuh

Diri

1. Pengendalian Diri

Terhadap Bunuh

Diri

1. Membantu klien untuk mengenali

masalah yang sedang dialami.

2. Manajemen perilaku

a. Bantu klien untuk menurunkan

resiko perilaku destruktif yang

diarahkan pada diri sendiri

dengan cara:

1) Kaji tingkatan resiko yang

dialami klien: tinggi,

sedang, rendah

2) Kaji level Long-Term Risk:

lifestyle, dukungan sosial,

tindakan yang bisa

membahayakan dirinya

b. Bantu klien untuk meningkatkan

harga diri

1) Tidak menghakimi dan

bersikap empati

2) Mengidentifikasi aspek

positif yang dimiliki

3) Berikan jadwal aktivitas

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

16

harian yang terencana untuk

klien dengan control impuls

yang rendah

4) Lakukan terapi kelompok

dan terapi kognitif serta

perilaku bila diindikasikan

3. Surveillance: safety

a. Berikan lingkungan yang aman

(safety)

1) Tempatkan klien di ruang

perawatan yang mudah

dipantau

2) Mengidentifikasi dan

mengamankan benda-benda

yang dapat membahayakan

klien

3) Berikan ruangan yang

nyaman, dan aman yaitu

dengan situai lingkungan

yang cukup cahaya dan

jendela yang tidak terbuka

lebar untuk menghindari

kemungkinan klien lari dari

ruang perawatan

4) Ketika memberikan obat oral,

dampingi klien dan pastikan

semua obat telah diminum

5) Monitor keadaan klien scara

kontinyu

6) Batasi orang dalam ruangan

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

17

klien

4. Active Listening

a. Bantu klien untuk mendapatkan

dukungan sosial

1) Informasikan kepada

keluarga dan saudara bahwa

klien membutuhkan

dukungan sosial yang

adekuat

2) Dorong klien melakukan

aktivitas sosial

3) Jadilah pendengar yang baik

bagi klien dan bantu klien

untuk mengatasi masalah

5. Afirmasi Positif

6. Berikan reinforcement positif

kepada klien

2.3.4 Implementasi

Melakukan apa yang sudah direncakan di intervensi kepada klien

2.3.5 Evaluasi

S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien

a. Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-

olah selalu meminta bantuannya

O : Klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah ada lawan bicara

didepannya.

A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang

a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada

mencedari diri dengan alasan melindungi temannya

b. klien masih sering mengobrolsendiri

c. klien masih menaganggap bahwa temannya itu nyata

P : Lanjutkan intervensi no 2, 4, 5, 6

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

18

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri

kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk

mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang

akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh

diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti halusinasi.

Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan. Penatalaksanaan medis

yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi farmakologi sedangkan

penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien.

Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan,

baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari

lingkungan klien

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui

bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri dengan

baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian bunuh diri dapat

ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Res

19

DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa

oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta: Salemba

Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.

Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis KeperawatanDiagnosa

NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

.