asuhan keperawatan pada keluarga ny. n dengan …

98
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. N DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LOWU-LOWU KOTA BAUBAU KARYA TULIS ILMIAH OLEH NURWIATI NDUSU NIM. P00320018184 POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN KENDARI 2019

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. N

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : TBC

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LOWU-LOWU

KOTA BAUBAU

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

NURWIATI NDUSU

NIM. P00320018184

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

KENDARI

2019

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. N

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : TBC

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LOWU LOWU

KOTA BAUBAU

Disusun dan diajukan oleh :

NURWIATI NDUSU

NIM. P00320018184

Telah mendapatkan persetujuan Pembimbing

Menyetujui

Pembimbing

Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes

NIP. 197003301995031001

iii

HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. N DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : TBC DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS LOWU-LOWU KOTA BAUBAU

Disusun dan diajukan oleh :

NURWIATI NDUSU

NIM. P00320018184

Karya Tulis ini telah dipertahankan pada seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di

depan Tim Penguji pada Hari/Tanggal : 29 Juli 2019 dan telah dinyatakan

memenuhi syarat

Menyetujui

Fitri Wijayati, S.Kep., NS., M.Kep ( ………………. …………. )

Abdul Syukur Bau, S.Kep., NS., MM ( ………………. …………. )

Sitti Muhsinah, M.Kep., Sp. KMB ( ………………. …………. )

Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep ( ………………. …………. )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes

NIP. 197003301995031001

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : NURWIATI NDUSU

NIM : P00320018184

INSTITUSI : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Ny. N Dengan

Gangguan Sistem Pernapasan :TBC Di Wilayah Kerja

Puskesmas Lowu-Lowu Kota Baubau

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 29 Juli 2019

NURWIATI NDUSU

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Nurwiati Ndusu

2. Tempat/Tinggal Lahir : Lowu-Lowu,14 Juni 1978

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Buton/Indonesia

6. Alamat : Kel.Lowu-Lowu,Kec. Lea-Lea,Kota

Baubau

7. No.Telp/hp : 085232806360

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Lowu-Lowu 1991

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bungi 1994

3. SPK Depkes Kendari 2000

4. DIII Keperawatan RPL Angkatan II Poltekkes Kemenkes Kendari 2019

p

vi

MOTTO

Kebijakan dan kebajikan adalah perisai terbaik.

vii

ABSTRAK

NURWIATI NDUSU (P00320018184). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.

N Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : TB Paru Di Wilayah kerja Puskesmas

Lowu-Lowu Kota Baubau. Dibimbing oleh Bapak Sahmad, (xi + 88 + 9 Tabel +

3 lampiran). Latar belakang; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun

2010 melaporkan Indonesia telah mampu mencapai target MDGs (Millenium

Development Goals) tahun 2015 yaitu dengan penurunan angka kematian menjadi

27 per 100.000 penduduk, proporsi kasus TB sebesar 78,3% dan proporsi

keberhasilan pengobatan 91,2%. Namun kegiatan yang inovatif, program yang

agresif dan penelitian yang baik diharapkan mampu membantu menurunkan

prevalensi hingga 50 persen dari pencapaian pada tahun 2020. Penyakit TB Paru

merupakan penyakit menular yang bisa menyebabkan batuk disertai darah. Selain

itu bisa menyebabkan resistensi obat jika tidak ditangani dengan baik. Tujuan

penulisan; Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga

Ny. N Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : TB Paru Di Wilayah kerja

Puskesmas Lowu-Lowu Kota Baubau. Manfaat penulisan; untuk

mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah diperoleh selama

dibangku kuliah pada pasien secara langsung. Hasil; Pada pengkajian didapatkan

pemeriksaan BTA Positif, TD 110/80mmHg, Nadi 80x/menit, RR 22x/menit,

suara napas irregular, terdapat ronchi. keluarga mengatakan nafsu makannya

menurun, keluarga mengatakan sering keringat malam tanpa ada aktivitas,

kadang mual muntah, BB 37 kg, nampak kurus, Konjungtiva nampak anemis,

tidur bersama anak. Keluarga selalu bertanya tentang penyakit Ny. N Diagnosa

keperawatan yang timbul adalah a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan pembentukan sputum berlebihan, b) Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang

kurang, c) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan, d) Ansietas terkait keluarga, Kesimpulan; Perawatan TB Paru dengan

tindakan mandiri perawat, observasi, health education, kolaborasi dan keterlibatan

anggota keluarga dalam memastikan pasien mendapatkan pengobatan dan

penatalaksanaan maksimal dapat mempercepat proses penyembuhan. Saran;

Petugas kesehatan khususnya perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan

keperawatan yang komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien

dan melibatkan anggota keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam

melaksanakan asuhan keperawatan TB Paru.

Kata kunci : TB Paru, perawatan TB Paru

Referensi : 14 Literatur (tahun 2001-2018)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan limpahan berkah dan karunia Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Ny. N Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan : TBC Di Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kota Baubau”.

Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Kendari. Dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis

ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh

berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan yang

tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar sebesarnya kepada bapak

Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing yang memberikan motivasi,

arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

3. Kepala Puskesmas Lowu-Lowu yang telah memberikan izin pengambilan data

penelitian

4. Bapak / Ibu selaku penguji I, II dan III

5. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan II, yang telah

membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

ix

6. Keluarga Tn. Z yang telah bekerjasama dengan baik membantu penulis

menyelesaikan Karya tulis ilmiah ini.

7. Keluargaku terutama suami (Winarawan) dan anak-anakku yang telah

memberikan saya motivasi dan waktu untuk saya.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat

dalam Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah

SWT selalu merahmati kita semua. Amin.

Kendari, 29 Juli 2019

Penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

MOTTO ............................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan penulisan ..................................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan .................................................................................... 6

D. Metode dan tekhnik penelitian ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga ...................................................................................... 10

B. Konsep TB Paru ....................................................................................... 18

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan TBC ............................ 30

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................................ 48

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 57

C. Rencana Intervensi Keperawatan ............................................................. 60

D. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi Keperawatan ......................... 62

BAB IVPEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................................ 70

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 71

C. Intervensi Keperawatan ............................................................................ 73

D. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 74

E. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 75

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................. 77

B. Saran ......................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………80

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana intervensi keperawatan keluarga ............................................ 41

Tabel 2. Komposisi Keluarga ............................................................................. 46

Tabel 3. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga ....................... 53

Tabel 4. Diagnosa keperawatan keluarga........................................................... 54

Tabel 5. Rencana intervensi keperawatan keluarga .......................................... 60

Tabel 6. Implementasi dan eveluasi keperawatan keluarga ............................... 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang

masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang.

Penyakit tuberkulosis sudah dicanangkan oleh WHO (World Health

Organization) sebagai Global Emergency sejak tahun 1992. WHO

memperkirakan antara tahun 2002 hingga 2020, 1 milyar orang akan terinfeksi,

lebih dari 150 juta orang akan sakit dan 36 juta orang akan meninggal akibat TB

jika kontrol kedepan tidak baik. Tuberkulosis merupakan pembunuh nomor satu

diantara penyakit menular dan penyebab ke-3 kematian setelah penyakit jantung

dan penyakit pernapasan akut di Indonesia.Mikrobakterium tuberculosis (TB)

telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk

dunia terjangkit TB Paru dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 2013).

Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas

atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit TB

paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global,

dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens dan kematian

akibat TB paru telah menurun, namun TB paru diperkirakan masih menyerang

9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO,

2015).

2

Kejadian TB paru tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada

tahun 2015 tingkat kejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali

lebih tinggi. Angka prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi

sebesar 647 orang dari 100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini

meningkat dari tahun 2013, penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah

272 dari 100.000 penduduk. (WHO, 2015)

Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar 81,3%

sedangkan WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar

85%.Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target minimal 88% untuk

angkakeberhasilanpengobatan pada tahun 2014. Dengan demikian pada tahun

2014,Indonesia tidak mencapai standar angka keberhasilan pengobatan pada

kasus TB paru.Berdasarkan hal tersebut, pencapaian angka keberhasilan

pengobatan tahun 2014 tidak memenuhi target rentra tahun 2014 (Riskesdas.

2018).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2010

Indonesia telah mampu mencapai targetan MDGs (Millenium Development

Goals) tahun 2015 yaitu dengan penurunan angka kematian menjadi 27 per

100.000 penduduk, proporsi kasus TB sebesar 78,3% dan proporsi keberhasilan

pengobatan 91,2%. Namun tetap perlu dilakukan persiapan program TB di dunia

untuk mewujudkan dunia bebas TB yang diindikasikan dengan tidak ada lagi

kematian karena TB. Kegiatan yang inovatif, program yang agresif dan

penelitian yang baik diharapkan mampu membantu menurunkan prevalensi

hingga 50 persen dari pencapaian pada tahun 2020.

3

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB paru di Indonesia

yaitu,waktu pengobatan yang relatif lama (6 sampai 8 bulan) menjadi penyebab

penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti berobat (Drop Out)

setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai sehingga

menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru dengan DO. Selain

itu,masalah TB paru diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS

yangberkembang cepat dan munculnya permasalahan TB Multi Drugs Resistant

(MDR) atau kebal terhadap bermacam obat. Masalah lain adalah adanya

penderita TB paru laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan

tubuh menurun, penyakit TB paru akan muncul. Kesembuhan dapat mengurangi

jumlah penderita dan terjadinya penularan. Untuk itu, obat harus diminum dan

diawasi oleh keluarga atau orang terdekat. Saat ini upaya penanggulangan TB

paru dirumuskan lewat Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS),

dimana pengobatan yang disertai pengamatan langsung. Pelaksanaan strategi

DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas

sebagai ujung tombak pelaksanaan program. (Dinas Kesehatan Kota Baubau,

2016)

Menurut penelitian Agustina Dewi (2013), gejala pada pasien TB paru di

RSUD Raden Mattaher Jambi berupa gejala respiratorik yang meliputi: batuk

100%,batuk darah 52,8%, sesak napas 77,8%, nyeri dada 36,1%. Gejala sistemik

padapasien TB paru meliputi: demam 80,6%, anoreksia 91,7%, penurunan BB

91,7%,55,6%. Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak

menunjukkan gejala yang berarti. Namun pada penderita infeksi primer yang

4

menjadi progresif dan sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejala respiratorik pada

pasien TB Paruberupa batuk kering ataupun batuk produktif, sesak nafas, serta

nyeri dada

Pada tahun 2016 di Sulawesi Tenggara ditemukan 3.105 kasus baru BTA

positif (BTA+), menurun dibandingkan tahun 2015 dengan 3.268 kasus.

Berdasarkan jenis kelamin, seperti tahun sebelumnya, rata-rata kasus baru BTA+

pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dengan 59% berbanding 41%.

Secara rata-rata provinsi, di hampir semua kabupaten jumlah penderita laki-laki

lebih tinggi.

Kasus TB paru di Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 berjumlah 2475

kasus dengan penduduk laki-laki sebesar 1479 kasus (59,76%) dan penduduk

perempuan sebesar 996 kasus (40,24%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Untuk Kota Baubau penyakit TB Paru ini menduduki urutan no 4 dari 10

penyakit terbesar sebanyak 177 kasus untuk TB Paru (BTA+) dan 410 kasus

untuk suspek TB Paru (Profil Dinkes Kota Baubau, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Lowu-Lowu catatan

profil Tahun 2018 penyakit TB Paru menempati urutan nomor 9 dari 10 penyakit

menular terbesar dengan jumlah pasien sebanyak 22 kasus (Profil Puskesmas

Lowu-Lowu, 2018). Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang bisa

menyebabkan batuk disertai darah. Selain itu bisa menyebabkan resistensi obat

jika tidak ditangani dengan baik.

Berdasarkan data dan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dalam bentuk studi kasus dengan judul “ Asuhan

5

Keperawatan pada Keluarga Ny. N dengan Gangguan sistem Pernapasan : TB

Paru di wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kota Baubau”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu

melaksanakan asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. N dengan Gangguan

sistem Pernapasan : TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kota

Baubau”.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan ini karya tulis ilmiah adalah agar penulis

mampu:

1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada Keluarga Ny. N dengan

Gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Lowu-Lowu Kota Baubau”.

2. Merumuskan diagonasa keperawatan yang tepat pada Keluarga Ny. N

dengan Gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Lowu-Lowu Kota Baubau”.

3. Merencanakan tindakan keperawatan pada Keluarga Ny. N dengan

Gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Lowu-Lowu Kota Baubau”.

4. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Keluarga Ny. N dengan

Gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Lowu-Lowu Kota Baubau”.

6

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada Keluarga Ny. N dengan

Gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Lowu-Lowu Kota Baubau”.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :

a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah

diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas kesehatan

dan masyarakat secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

TB Paru dan perawatannya.

b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia

pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk

peneliti selanjutnya.

c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan

agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit TB Paru dan

perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan diagnosa medis TB Paru.

d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu

digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang

serupa pada penelitian selanjutnya.

7

D. Metode dan Teknik Penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Lowu-

Lowu Kota Baubau pada tanggal 6 s/d 8 Mei 2019

2. Teknik pengumpulan data

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan

dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebaagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.

b. Studi kasus

Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian, penerapan diagnosa

keperawatan, penyusunan rencana tindakan, penerapan implementasi

keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan

keadaan klien

2) wawancara

8

Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien

terkait dengan penyakit yang diderita.

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap klien dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

4) Studi dokumentasi

Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan

penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium

5) Metode diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

bertugas saat pengambilan data di Puskesmas Lowu-Lowu kota

Baubau.

3. Teknik penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari

lima bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan dan teknik penulisan

Bab II: Tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi

konsep dasar keluarga. Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,

pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana

keperawatan

9

Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori

keperawatan dan kasus yang di amati

Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang dipergunakan

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras

dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012). Sedangkan menurut Wall, (1986)

dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah

kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih

yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah

atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa

sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

2. Ciri-Ciri Keluarga

Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

11

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, rumah atau rumah

tangga.

3. Tipe Keluarga

Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek

nenek, paman-bibi)

b. Secara Modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme

maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu ataukeduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Reconstituted Nuclear

12

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

3) Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/ meniti karier.

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya

dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

6) Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jaraktertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

9) Three Generation

13

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti

11) Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

12) Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin

dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

13) Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

14) Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

kawin.

15) Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama.

4. Struktur Keluarga

14

Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur peran,

struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)

menggambarkan sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran

bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power

(hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power

(hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku

yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

5. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :

a. Fungsi afektif

15

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif

merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama

orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosio emosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan

dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara

menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau

pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian

status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,

walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang

dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga dan masyarakat

yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

16

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan

yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan

orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta

dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

17

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan

perawatannya).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitasfisik,

psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

18

B. Konsep TB Paru

1. Pengertian

Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling

seringmengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk

meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2013). Selain itu

TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,

yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ

tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani

Rab, 2010).

Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)

tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)

tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan

aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi

tuberkulosis dewasa (Somantri, 2012). Menurut Robinson, dkk (2014), TB

Paru merupakan infeksi akut atau kronisyang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat paru,

pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan

kavitas.

2. Etiologi

TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang

dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif

mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan

19

menjadi terinfeksi. Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak

diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan

bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer & Bare,

2013).

Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara,

maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai,

atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang

panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke

udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis

yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini

terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri

tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012). Menurut Smeltzer & Bare (2013),

Individu yang beresiko tinggi untuk tertular bakteri tuberculosis adalah:

a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker,

merekayang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi

dengan HIV).

c. Pengguna obat-obat Intra vena dan alkhoholik.

d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;

etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun

dandewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).

e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,

gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).

20

f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.

g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas

yang beresiko tinggi.

3. Klasifikasi TB Paru

TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 yaitu:

a. Pembagian secara patologis

1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)

2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).

b. Pembagian secara aktivitas radiologis

TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif

yang mulai menyembuh)

c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)

1) Tuberkulosis minimal

2) Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun

kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

3) Moderately advanced tuberculosis

4) Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru. Bila bayangan kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.

5) Far advanced tuberculosis

6) Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderat

elyadvanced tuberkulosis.

21

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,

radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting

karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi

terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional

Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali

disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1

kali.

3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.

2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan

serial foto yang tidak berubah.

4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih

mendukung).

4. Patofisiologi

22

Kuman M.tuberculosis masuk melalui saluran pernafasan, saluran

pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB

terjadimelalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung basil

tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB paru adalah

penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor

adalah makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imun responsif.

Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang

diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respons ini

disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi

sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang

lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus

dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan alveolus,

biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,

biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,

basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfo

nuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak

membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama, leukosit diganti

oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan

timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan

sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat

berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam sel. Basil juga

menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah bening regional.

23

Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan

sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi

oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti

keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan

jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas

menimbulkan respons berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibroblas

membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru

disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening

regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang

mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan

menjalani pemeriksaan radio gram rutin. Namun kebanyakan infeksi TB

paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.

Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,

yaitubahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan

menimbulkan kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas

akan masuk kedalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang

kembali dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,

telinga tengah atau usus. Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil

dapat menutup dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan

mereda, lumen bronkus dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang

terdapat dekat dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat

mengental dan tidak dapat kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi

24

mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak

menimbulkan gejala demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan

dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah

dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada

berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran

limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen

merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler,

initerjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak

organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ–organ

tubuh (Sylvia, 2005).

5. Manifestasi Klinis

Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru

primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat

) dan gejala sistematik.

a. Gejala respratorik

1) Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan.

2) Batuk darah

25

Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama

klien untuk meminta pertolongan kesehatan.

3) Sesak nafas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luasatau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.

4) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini

timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.

b. Gejala sistematis

1) Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore

ataumalam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul,

dansemakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa

bebas serangan semakin pendek.

2) Keluhan sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya

bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu sampai bulan. Akan

tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas. Gejala

reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan turun

(hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah

kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan

26

hemoptisis. Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non

spesifik terutama pada fase awal penyakit. Pada fase lanjut diagnosis

lebih mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam,

penurunan berat badan, crackles, dan suara bronkial (Darmanto,

2009)

c. Gejala klinis

Gejala yang timbul tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi

yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa

gejala pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat

juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam

bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.

Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya,

hanya saja tingkat kesembuhannya 50%.

TB post primer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin

pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua

minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah

disekitar bronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada

sputum, sampai ke batuk darah yang masif, TB post primer dapat

menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti

meningitis, tuberlosis miliar, peritonitis dengan fenoma papan catur,

tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher,

yakni berupa skrofuloderma (Tabrani Rab, 2010)

6. Komplikasi

27

Menurut Wahid & Imam (2013), masalah yang sering menjadi komplikasi

pada TB paru adalah :

a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,

dan sebagainya.

f. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).

7. Penatalaksanaan

Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga

bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).

a. pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul

erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes

tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka

pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan

mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,

berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.

28

b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok populasi

tertentu misalnya: a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.

b) Penghuni rumah tahanan.

c. Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi

anak yang berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat

mengurangi makna pada tes tuberkulin.

Pemeriksaan dan pengawasan dilakukan pada pasien yang dicurigai

menderita tuberkulosis, yakni: 1) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia

dengan tes Heaf positif danpernah berkontak dengan pasien yang

mempunyai sputum positif harus diawasi. 2) Walaupun pemeriksaan BTA

langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah berkontak dengan

pasien penyakit paru. 3) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan

mempunyai kemungkinan terkena. 4) Bila tes tuberkulin negatif maka

harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan bila tetap negatif maka

dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi,

maka pengobatan harus diberikan.

d. Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12

bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri

yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi

yang menyusui pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis

sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: 1) Bayi dan Balita dengan

hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan

meningitis TB, 2) Anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil

29

tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,

3) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif

menjadi positif, 4) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat

immunosupresif jangka panjang, 5) Penderita diabetes melitus.

e. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis

kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit

oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan

Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI) (Mutaqqin Arif,

2007).

f. Penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini berdasarkan

mekanisme kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT) yaitu :

1) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat. Yaitu; a)

Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan

Streptomisin (S). b) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah

Rifampisin dan Isoniazid (INH).

2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semi dormant)

yaitu; a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin

dan Isoniazid. b) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan

Rifampisin dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli,

digunakan Pirazinamid (Z).

3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas

bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam. Yaitu; a) Ekstraseluler,

jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino

30

salistik (PAS), dan sikloserine. b) Intraseluler, kemungkinan masih

dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan telah terjadi

resistensi sekunder.

g. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3

bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan terdiri

atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan

sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid,

Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2011)

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.

Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB

paru yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course

(DOTSC). DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima

komponen, yaitu: 1) Adanya komitmen politis berupa dukungan para

pengambil keputusan dalam penanggulangan TB paru. 2) Diagnosis TB

paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung,

sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis

dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana

tersebut. 3) Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek

dibawah pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO),

khususnya dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat

31

setiap hari. 4) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek

yang cukup. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TBC

1. Pengkajian

Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang

diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama TBC Paru meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga, Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan

keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

32

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapat

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, jumlah

ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan, tanda cat yang sudah

mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif. Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling

asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,

menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan.

2) Fungsi sosialisasi. Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,

hukuman, serta memberi dan menerima cinta.

33

3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan

yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan

keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji

status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan

terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :

keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara

menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan. d) Peran keluarga dalam

praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki

status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan

keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan

secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi

keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga

dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi. Data ini menjelaskan mengenai kemampuan

keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,

kemampuan peningkatan status kesehatan.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

34

1) Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital

Biasanya KU sedang atau buruk, TD : Normal (kadang rendah

karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat

Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)

Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu

mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam.

2) Kepala

Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,

konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,

mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.

3) Thorak

Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dantarikan dinding dada,

biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi : Fremitus paru yang

terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat

suara pekak Auskultasi : Biasanya terdapat bronki

4) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris, Palpasi : biasanya tidak ada

pembesaran hepar, Perkusi : biasanya terdapat suara tympani,

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

5) Ekremitas atas

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

35

6) Ekstremitas bawah

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

a. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.

2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm

terjadi 48-72 jam).

3) Photo torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini

tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak

jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak

bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan

parukarena TB paru.

5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

b. Pola Aktifitas Sehari-hari

1) Pola aktivitas dan istirahat

Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (napas

pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Obyektif: Taki kardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak

(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam

subfebris (40-41oC) hilang timbul.

2) Pola Nutrisi

36

Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat

badan.

Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak

subkutan.

3) Respirasi

Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.

Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum

hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan

kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks

paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan

pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi

pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),

deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

4) Rasa nyaman/nyeri

Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,

nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga

timbul pleuritis

.

5) Integritas Ego

Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak

berdaya/tak ada harapan. Obyektif: menyangkal (selama tahap dini),

ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

37

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan).

b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila

sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu

kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah TBC adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus

dalam jumlah berlebihan

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

perfusi ventilasi.

d. Kesiapan meningkatkan nutrisi b.d. asupan makanan yang tidak adekuat

e. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis

38

f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit

g. Ansietas berhubungan dengan terkait keluarga

h. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative

dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,

atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Intervensi disusun berdasarkan

Nanda NOC, NIC tahun 2017:

Tabel.2. Rencana Intervensi keperawatan Keluarga

Diagnosa

keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan

bersihan jalan napas

berhubungan dengan

mukus dalam jumlah

berlebihan

NOC :

Respiratory status :

Ventilation

Respiratory status :

Airway patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu

NIC :

Airway suction

Pastikan kebutuhan oral /

tracheal suctioning

Auskultasi suara nafas

sebelum dan sesudah

suctioning.

Informasikan pada klien

dan keluarga tentang

suctioning

Minta klien nafas dalam

sebelum suction dilakukan.

Berikan O2 dengan

menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suksion

nasotrakeal

39

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

Menunjukkan jalan

nafas yang paten

(klien tidak merasa

tercekik, irama nafas,

frekuensi pernafasan

dalam rentang

normal, tidak ada

suara nafas

abnormal)

Mampu

mengidentifikasikan

dan mencegah factor

yang dapat

menghambat jalan

nafas

Gunakan alat yang steril

sitiap melakukan tindakan

Anjurkan pasien untuk

istirahat dan napas dalam

setelah kateter dikeluarkan

dari nasotrakeal

Monitor status oksigen

pasien

Ajarkan keluarga

bagaimana cara melakukan

suksion

Hentikan suksion dan

berikan oksigen apabila

pasien menunjukkan

bradikardi, peningkatan

saturasi O2, dll.

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien

perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada

jika perlu

Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara

tambahan

Lakukan suction pada

mayo

Berikan bronkodilator bila

perlu

Berikan pelembab udara

Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

Monitor respirasi dan

status O2

40

Ketidakefektifan pola

nafas berhubungan

dengan hyperventilasi

NOC :

Respiratory status :

Ventilation

Respiratory status :

Airway patency

Vital sign Status

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

Menunjukkan jalan

nafas yang paten

(klien tidak merasa

tercekik, irama nafas,

frekuensi pernafasan

dalam rentang

normal, tidak ada

suara nafas

abnormal)

Tanda Tanda vital

dalam rentang normal

(tekanan darah, nadi,

pernafasan)

NIC :

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien

perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada

jika perlu

Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara

tambahan

Lakukan suction pada

mayo

Berikan bronkodilator bila

perlu

Berikan pelembab udara

Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

Monitor respirasi dan

status O2

Terapi Oksigen

Bersihkan mulut, hidung

dan secret trakea

Pertahankan jalan nafas

yang paten

Atur peralatan oksigenasi

Monitor aliran oksigen

Pertahankan posisi pasien

Observasi adanya tanda

tanda hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan

pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu,

dan RR

41

Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

Monitor VS saat pasien

berbaring, duduk, atau

berdiri

Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan

irama pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan

abnormal

Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing

triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

Gangguan pertukaran

gas berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

NOC :

Respiratory Status :

Gas exchange

Respiratory Status :

ventilation

Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang

adekuat

Memelihara

kebersihan paru paru

dan bebas dari tanda

tanda distress

pernafasan

Mendemonstrasikan

NIC :

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien

perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada

jika perlu

Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara

tambahan

Lakukan suction pada

42

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

Tanda tanda vital

dalam rentang normal

mayo

Berikan bronkodilator bial

perlu

Barikan pelembab udara

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

Monitor respirasi dan

status O2

Respiratory Monitoring

Monitor rata – rata,

kedalaman, irama dan

usaha respirasi

Catat pergerakan

dada,amati kesimetrisan,

penggunaan otot tambahan,

retraksi otot

supraclavicular dan

intercostal

Monitor suara nafas,

seperti dengkur

Monitor pola nafas :

bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

Catat lokasi trakea

Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan

paradoksis)

Auskultasi suara nafas,

catat area penurunan / tidak

adanya ventilasi dan suara

tambahan

Tentukan kebutuhan

suction dengan

mengauskultasi crakles dan

ronkhi pada jalan napas

utama

auskultasi suara paru

setelah tindakan untuk

mengetahui hasilnya

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

NOC :

Nutritional Status :

NIC :

Nutrition Management

43

kebutuhan tubuh b.d.

intake nutrisi yang

kurang

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda tanda

malnutrisi

Tidak terjadi

penurunan berat badan

yang berarti

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang

dimakan mengandung tinggi

serat untuk mencegah

konstipasi

Berikan makanan yang

terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan

harian.

Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring BB pasien dalam batas

normal

Monitor adanya penurunan

berat badan

Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa dilakukan

Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan

Monitor lingkungan selama

makan

Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam

makan

Monitor kulit kering dan

44

perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan,

rambut kusam, dan mudah

patah

Monitor mual dan muntah

Monitor kadar albumin,

total protein, Hb, dan kadar Ht

Monitor makanan kesukaan

Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

Monitor kalori dan intake

nuntrisi

Catat adanya edema,

hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oral.

Catat jika lidah berwarna

magenta, scarlet

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen biologis

NOC

Pain level

Pain control

Comfort level

Kriteria hasil

Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi

untuk mengurangi

nyeri, mencari

bantuan)

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan menggunakan

manajemen nyeri

Mampu mengenali

nyeri (skala,

NIC :

Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal

dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

Kaji kultur yang

mempengaruhi respon

nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri

masa lampau

Evaluasi bersama pasien

dan tim kesehatan lain

tentang ketidakefektifan

45

intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

Tanda vital dalam

rentang normal

kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga

untuk mencari dan

menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

Kurangi faktor presipitasi

nyeri

Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologi, non

farmakologi dan inter

personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan

intervensi

Ajarkan tentang teknik non

farmakologi

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak

berhasil

Monitor penerimaan pasien

tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas, dan

derajat nyeri sebelum

pemberian obat

Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis,

dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi

dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

46

Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan

beratnya nyeri

Tentukan analgesik

pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal

Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri

hebat

Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan gejala

(efek samping)

Ketidakefektifan

termoregulasi

berhubungan dengan

proses penyakit

NOC

Hidration

Adherence behavior

Immune status

Risk control

Risk detektion

Kriteria Hasil :

Keseimbangan antara

produksi panas, panas

yang diterima, dan

kehilangan panas

Seimbang antara

produksi panas, panas

yang diterima, dan

kehilangan panas

selama 28 hari

pertama kehidupan

Keseimbangan asam

basa bayi baru lahir

Temperature stabil :

36,5-37 C

Tidak ada kejang

Tidak ada perubahan

warna kulit

Glukosa darah stabil

NIC

Temperature regulation

(pengaturan suhu)

Monitor suhu minimal tiap

2 jam

Rencanakan monitoring

suhu secara kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu

kulit

Monitor tanda-tanda

hipertermi dan hipotermi

Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi

Selimuti pasien untuk

mencegah hilangnya

kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara

mencegah keletihan akibat

panas

Diskusikan tentang

pentingnya pengaturan

suhu dan kemungkinan

efek negative dan

kedinginan

Beritahu tentang indikasi

terjadinya keletihan dan

penanganan emergency

yang diperlukan

47

Pengendalian risiko :

hipertermia

Pengendalian risiko:

hyporthermia

Pengendalian risiko:

Proses menular

Pengendian risiko:

paparan sinar

matahari

Ajarkan indikasi dari

hipotermi dan pananganan

yang diperlukan

Berikan anti piretik jika

perlu

Ansietas

berhubungan dengan

terkait keluarga

NOC: Anxiety Level

Kriteria hasil

Kecemasan pada klien

berkurang.

Menjadi pendengar yang

baik dengan penuh

perhatian.

Membangun kepercayaan.

Membantu pasien

mengidentifikasi situasi

yang dapat menyebabkan

ansietas.

Instruksi klien untuk

mengunakan teknik

relaksasi kaji pola verbal

dan non-verbal.

Identifikasi ketika level

ansietas berubah.

Kontrol stimulus yang

dapat menyebabkan

ansietas sesuai kebutuhan

klien.

Kaji tingkat perspektif

klien, pada situasi yang

membuat stress.

Berikan informasi yang

benar berhubungan dengan

diagnosis, pengobatan dan

perawatan prognosis.

Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan

berhubungan dengan

kurangnya

pengetahuan

NOC : Pemeliharaan

kesehatan meningkat.

Kriteria hasil:

Menunjukan perilaku

adaptif

Menunjukan

pemahaman perilaku

sehat

NIC : Health Education.

Jelaskan faktor resiko yang

dapat mempengaruhi

kesehatan

Ajarkan perilaku hidup

bersih dan sehat

48

Kemampuan

menjalankan perilaku

sehat

Ajarkan strategi perilaku

hidup bersih dan sehat

49

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian dengan metode auto anamnesa dan allo

anamnesa yaitu pengumpulan data dan menggunakan teknik pengumpulan

data melalui studi kepustakaan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ini. Studi kasus menggunakan proses

keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara selain itu

melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan

metode per sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil

pengkajian penulis sajikan sebagai berikut

I. Data Umum

1. Nama : Ny.N

2. Alamat :Kel.Lowu-Lowu,Kec Lea-Lea,Kota Baubau

3. Pekerjaan :Ibu rumah tangga

4. Pendidikan :Tamat SMA

5. Komposisi Keluarga :

N

o

Nama J

K

Hubun

gan

dgn

KK

Umur Status imunisasi Ket

B

C

G

POLIO DPT HB CP

K

1 Tn .Z L Suami 28 Th Sehat

2 Ny .N P Istri 24 Th Sakit

3 An. M L Anak 2 Th √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sehat

50

Genogram :

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Ny. N (Penderita TB Paru)

: hubungan keluarga

X : meninggal dengan TB

: tinggal serumah

6. Tipe Keluarga : Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan 1 orang anak

7. Suku/Bangsa : Buton /Indonesia

8. Agama : Islam

9. Status Sosial ekonomi keluarga :

Penghasilan keluarga di dapatkan dari Tn Z sebagai tukang kayu setiap hari,

semua kebutuhan keluarga dipenuhi secukupnya. Ny N tidak mempumyai

tabungan, uang yang di dapatkan habis untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.

10. Aktivitas Rekreasi keluarga :

Waktu luang Tn Z di gunakan untuk kumpul dengan keluarga.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tn. Z Ny.N

X

An.M

51

Keluarga Tn. Z berada pada tahap keluarga dengan anak baru lahir.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran orang tua dan kakek nenek. Keluarga Ny. N masih belum bisa

memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga karena pengetahuan tentang

kesehatan masih kurang dan terbukti Ny.N baru mengetahui menderita TB

setelah ada batuk berlendir campur darah yang dialami leibh 2 minggu.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti

Riwayat kesehatan Ny. N sekarang ini adalah sering berkeringat malam,

nafsu makan berkurang. Batuk berlendir kadang bercampur darah. Nyeri dada

sebelah kanan. Ny. N mengatakan kadang sulit tidur jika batuknya kambuh.

Ny. N mengatakan kadang merasa mual dan muntah. Keluarga selalu

bertanya tentang penyakitnya. Makan hanya menghabiskan ½ porsi. BB

sebelum sakit 39 kg setelah menderita sakit TB paru mengalami penurunan

BB 37 kg. Diagnosa medis pada saat berobat di puskesmas adalah TB Paru.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Ibu dari Ny. N sudah meninggal karena sakit TB Paru sedangkan ayahnya

tinggal di kampung seberang. Anggota keluarga yang lain tidak ada yang

menderita penyakit yang sama dengan Ny. N. Kalau pun sakit hanya demam

atau flu.

III. Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Rumah yang di tempati sekarang adalah milik sendiri, luasnya kira-kira 35

m2, rumah berupa semi permanen yang sebagian bangunannya terbuat dari

52

kayu, rumah tidak memiliki halaman hanya sedikit teras. Secara umum rumah

tampak bersih namun masih terlihat barang-barang yang diletakkan tidak

pada tempatnya. Rumah memiliki jendela yang setiap hari di buka. Ruang

keluarga menyatu dengan dapur. Kamar tidur yang digunakan keluarga masih

bergabung dengan anak.

Denah rumah

Keterangan:

: pintu

: Jendela

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

Lingkungan tempat tinggal keluarga Tn Z mayoritas penduduknya merupakan

penduduk asli Lowu-Lowu yang memang sejak kecil sudah tinggal di daerah

tersebut. Lingkungan masih dalam suasana kampung tapi untuk menaiki

kendaraan umum sudah lancar, keadaan jalan sudah sudah di aspal dan jalan

poros. Sampah masyarakat tidak lagi di bakar tapi di buang di tempat

penampungan sementara. Pelayanan kesehatan seperti puskesmas mudah di

jangkau karena berada di tengah kampung dan mudah diakses dengan jalan

kaki, begitupun menuju mesjid tempat beribadah .

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga sudah lama tinggal di Kelurahan Lowu-Lowu dan tidak pernah

berpindah-pindah.

Ruang Tamu

Kamar tidur

Ruang keluarga dan dapur

Toilet

53

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Ny. N mengikuti pengajian yang ada di tetangga rumahnya Ny. N hanya

berinteraksi dengan tetangganya. Keluarga Ny. N mau memeriksakan

kesehatannya di fasilitas kesehatan (puskesmas) setelah disampaikan oleh

petugas kesehatan.

5. Sistem pendukung keluarga

Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik karena Tn Z, istri sama

anaknya mampu berinteraksi di lingkungan sekitar. Ny. N mengatakan selama

sakit akan berupaya mengambil obat lanjutan sesuai jadwal yang diberikan

oleh petugas Puskesmas yang menangani Obat Anti TB paru.

IV. Struktur Keluarga

1. Struktur Peran

Tn Z berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah untuk

keluarganya. Ny. N berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh

anaknya. Saat mengasuh anak selalu menggunakan masker. Jika secara tiba-

tiba ada keperluan di rumah tetangga, kadang lupa menggunakan masker saat

menggendong anaknya.

2. Nilai atau norma keluarga

Nilai-nilai yang dianut oleh keluarga adalah nilai-nilai agama Islam dan

budaya Buton.

3. Pola komunikasi keluarga

Hubungan antara ibu dan anak baik terlihat dari anaknya yang selalu ingin

berdekatan dengan ibunya .

4. Struktur kekuatan keluarga

54

Menurut Ny. N dirinya lebih dekat dengan anaknya karena Ny. N begitu

sering berinteraksi dengan anaknya. Didalam rumah yang mengambil

keputusan adalah Tn. Z setelah sebelumnya bermusyawarah dengan Ny. N.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Keluarga Tn. Z saling menyayangi dan saling menghargai. Menurut Ny. N

dirinya akan selalu menunggu suaminya pulang dahulu baru beristrahat. Ny.

N selalu mengontrol perkembangan anaknya.

2. Fungsi Sosialisasi

Tn Z mengatakan bahwa sosialisasi antara dirinya dan lingkungannya

dirasakan baik,setiap hari memiliki waktu luang disela bekerja

menyempatkan waktu berinteraksi dengan tetangga sekitarnya.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga Tn. Z memiliki 1 orang anak umur 2 tahun. Belum ada rencana

untuk menambah anak, tidak mempermasalahkan jenis kelamin anaknya,

yang jelas mensyukuri saja yang diberikan Tuhan. Untuk mengatur jarak

kehamilan Ny. N menggunakan Implant. Ny. N kadang merasa khwatir

dengan implant yang digunakan, jangan sampai bergeser jika melakukan

kegiatan sehari-hari.

4. Fungsi Ekonomi

Ny. N mengatakan bahwa kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan

belum terpenuhi dengan baik. Ini terlihat dari fasilitas rumah yang dimiliki

seperti adanya kipas angin, TV, kulkas, rice cooker. Jika ada sisa belanja

biasanya disimpan untuk cadangan belanja.

55

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Mengenal masalah kesehatan

Keluarga belum mengenal penyakit TB paru yang diderita Ny. N.

Awalnya berupa batuk biasa, namun sudah berlangsung lebih dari 2 minggu

batuknya belum sembuh.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Dengan adanya keluhan batuk lebih dari 2 minggu yang belum teratasi,

maka keluarga berupaya untuk mencari solusi penanganan masalah kesehatan

Ny. N secara tepat. Rencana keluarga akan membawa Ny. N ke Puskesmas

untuk mengetahui penyakit apa yang sedang diderita, namun selalu

memperhitungkan biaya walaupun sudah memiliki kartu JKN.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Keluarga berupaya dengan sering memberikan minum air hangat pada

anggota keluarga yang sakit seperti Ny. N. Begitu juga jika anggota keluarga

yang lain. Apabila tidak ada perubahan maka diupayakan cara yang lain

untuk menangani keluhan yang dialami Ny. N.

d. Modifikasi lingkungan rumah yang sehat

Untuk menghindari penyebaran penyakit, Ny. N selalu menggunakan

masker saat merawat anak. Jendela rumah selalu di buka. Namun keluarga

masih tidur bersama anak dalam satu kamar. Penggunaan piring makan sudah

terpisah setiap anggota keluarga.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

Keluarga terus berupaya mencari pertolongan untuk Ny. N, sehingga

memutuskan berkunjung ke puskesmas untuk memastikan penyakit yang

56

diderita oleh Ny. N. Empat hari sebelum pengkajian, Ny. N di diagnosa

menderita TB paru berdasarkan hasil laboratorium BTA positif.

VI Stres dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan panjang

a. Stress jangka pendek

Stress yang dialami keluarga dalam melaksanakan program pengobatan TB

Paru.

b. Stressor jangka panjang

Keluarga Tn. Z terutama Ny. N khawatir jika pengobatan yang di jalaninya

butuh tambahan waktu pengobatan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

Masalah –masalah dalam keluarga biasanya di selesaikan dengan cara

berdiskusi yang biasanya mengambil keputusan tetap darikepala keluarga

yaitu Tn. Z dan menurut Ny. N Anak belum Cukup umur untuk di libatkan.

3. Strategi koping yg digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang

ada

4. Strategi adaptasi disfungsional

Sampai saat ini belum ditemukan adaptasi disfungsional.

5. Harapan Keluarga

Dengan berobat paket TBC keluarga berharap dapat sembuh total semoga

tidak menulari anggota keluarga yang lain.

VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap individu anggota keluarga

Tabel 4.Pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga

57

Tabel : 3 Pemeriksaan fisik anggota keluarga

No Aspek Tn. Z Ny. N An. M

1 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis

2 Tanda Vital

- TD 120/80mmHg 110/80 mmHg -

- Nadi 76 X/m 80 X/m 100 X/m

- Suhu 36,70C 36,6

0C 37

0C

- Respirasi 20 x/m 22 X/m 32 X/m

3 Kepala

- Rambut

Bersih tidak

berketombe

Bersih tidak

berketombe

Bersih tidak

berketombe

4 Mata

- Konjungtiva Tidak anemis Anemis Tidak anemis

- Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik

- Penglihatan Baik Baik Baik

5 Hidung

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Keadaan Tampak bersih Tampak bersih Tampak bersih

- Fungsi

Dapat

membedakan

bau kayu putih

dan kopi

Dapat

membedakan

bau kayu putih

dan kopi

Tidak dikaji

6 Mulut

- Keadaan Bersih Bersih Bersih

- Fungsi

Bisa

mengunyah

tanpa

gangguan

Bisa

mengunyah

tanpa gangguan

Bisa

mengunyah

tanpa gangguan

7 Telinga

- Fungsi

Dapat

mendengar

dengan baik

Dapat

mendengar

dengan baik

Dapat

mendengar

dengan baik

- Keadaan

Bersih, tidak

terdapat

serumen

Bersih, tidak

terdapat

serumen

Bersih, tidak

terdapat

serumen

58

8 Leher

- KGB

Tidak ada

pembesaran

Tidak ada

pembesaran

Tidak ada

pembesaran

9 Dada

Nyeri dada

Tidak ada Nyeri dada

sebelah kanan

Tidak ada

Bentuk dada Simetris Simetris Simetris

Suara napas

Normal Terdapat

ronchi, terdapat

retraksi dinding

dada, suara

nafas irregular

Normal

9 Abdomen

- Bentuk Datar Datar Datar

- Nyeri Tekan

Tidak ada nyeri tekan

diulu hati,

kadang merasa

mual muntah,

Tidak ada

10 Ektremitas

Atas

- Keadaan Baik bisa

digerakkan

Baik bisa

digerakan

Baik bisa

digerakkan

Ekstremitas

Bawah

- Keadaan

Baik bisa

digerakan

Baik bisa

digerakan

Baik bisa

digerakan

1. Pemeriksaaan penunjang

BTA Positif

2. Therapy

- OAT

- Vitamin B6 1 kali sehari

B. Diagnosis Keperawatan Keluarga

1. Analisis Data

59

Tabel 5. Analisa data

No Data Penyebab Masalah

1 DS

- Ny. N megatakan

sering batuk

berdahak disertai

sesak

- Ny. N mengatakan

Kalau batuk kadang

di sertai darah

- Ny. N mengatakan

sulit tidur Jika

batuknya kambuh

DO

- Ny. N Nampak batuk

- Hasil pemeriksaan

Sputum BTA Positif

- TD 110/80mmHg

- Nadi 80x/menit

- RR 22x/menit

- Suhu 36,6 C

- suara napas irregular

- Terdapat ronchi

Pertahanan primer

tidak adekuat

Pembentuka

tuberkel

Kerusakan

membrane alveolar

Pembentukan

sputum berlebihan

Ketidakefektifan

bersihan jalan napas

Ketidakefektifan

bersihan jalan napas

2 DS

- Ny. N mengatakan

nafsu makannya

tidak ada

- Ny. N mengatakan

sering keringat

malam tanpa ada

aktivitas

- Ny. N mengatakan

Batuk berat

Distensi abdomen

Mual muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

60

kadang mual muntah

DO

- Ny. N Nampak kurus

- Konjungtiva Nampak

anemis

- BB 37 kg

- TD 110/80 mmHg

- SB 36,60C

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3. Data subjektif

- Ny. M mengatakan

kadang merasa mual

dan muntah

- Keluarga selalu

bertanya tentang

penyakit TB paru yang

diderita Ny. N

- Ny. N mengatakan

kadang sulit tidur jika

batuknya kambuh

- Batuk lebih dari 2

minggu

Data objektif :

- TD : 110/80 mmHg

- Nadi 80X/m

- Suhu 36, 6°C

- Makan hanya

menghabiskan ½

porsi

Kurangnya

pengetahuan

Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan

DS

- Ny. N mengatakan

sulit tidur jika batuk

- Keluarga

Terkait Keluarga Ansietas

61

mengatakan, Ny. N

kurang nafsu makan

- Keluarga selalu

bertanya tentang

penyakit Ny. N

DO

- BTA positif pada Ny.

N

- Ny. N hanya

menghabiskan ½

porsi makan

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan

sputum berlebihan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang kurang.

3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan

4. Ansietas terkait keluarga

C. Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga

Diagnosa

keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

berhubungan

dengan

pembentukan

sputum

berlebihan

Respiratory status :

Airway patency.

Kriteria hasil:

Frekuensi pernapasan

dalam batas normal

(16-20x/mnt)

Irama pernapasn

normal

Kedalaman

pernapasan normal

NIC: Respiratory monitoring

1. Pantau rate, irama, kedalaman,

dan usaha respirasi

2. Perhatikan gerakan dada, amati

simetris, retraksi otot

supraclavicular dan interkostal

3. Monitor suara napas tambahan

4. Monitor pola napas :

62

Klien mamu

mengeluarkan

sputum secara efektif

Tidak ada akumulasi

sputum

bradypnea, tachypnea,

hyperventilasi, napas kussmaul,

napas cheyne-stokes, apnea,

napas biot’s dan pola ataxic

NIC : Airway Management

1. Auskultasi bunyi nafas

tambahan; ronchi

2. Berikan posisi yang nyaman

untuk mengurangi dispnea.

3. Bersihkan sekret dari mulut dan

trakea; lakukan penghisapan

sesuai keperluan.

4. Anjurkan asupan cairan

adekuat.

5. Ajarkan batuk efektif

6. Kolaborasi pemberian

broncodilator sesuai indikasi.

Ketidakseimban

gan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

b.d. intake

nutrisi yang

kurang

NOC :

Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

Konjungtiva tidak

anemis

Nafsu makan

meningkat

BB meningkat

NIC : HE:

Pengajaran tentang diet TB paru

Nutrition Management

Kaji adanya alergi makanan

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut

kusam, dan mudah patah

Monitor mual dan muntah

Monitor makanan kesukaan

Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan

berhubungan

NOC : Pemeliharaan

kesehatan meningkat.

Kriteria hasil:

Menunjukan perilaku

NIC : Health Education.

Jelaskan faktor resiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan

Ajarkan perilaku hidup bersih

63

dengan

kurangnya

pengetahuan

adaptif

Menunjukan

pemahaman perilaku

sehat

Kemampuan

menjalankan perilaku

sehat

dan sehat

Ajarkan strategi perilaku hidup

bersih dan sehat

Ansietas

berhubungan

dengan terkait

keluarga

NOC: Anxiety Level

Kriteria hasil

Kecemasan pada klien

berkurang.

Menjadi pendengar yang baik

dengan penuh perhatian.

Membangun kepercayaan.

Membantu pasien

mengidentifikasi situasi yang

dapat menyebabkan ansietas.

Instruksi klien untuk

mengunakan teknik relaksasi

kaji pola verbal dan non-verbal.

Identifikasi ketika level ansietas

berubah.

Kontrol stimulus yang dapat

menyebabkan ansietas sesuai

kebutuhan klien.

Kaji tingkat perspektif klien,

pada situasi yang membuat

stress.

Berikan informasi yang benar

berhubungan dengan diagnosis,

pengobatan dan perawatan

prognosis.

64

D. Implementasidan Evaluasi Keperawatan Keluarga

No Hari/

Tanggal

Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi

1 Senin

06-05-

2019

Jam

16.00

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas berhubungan

dengan

pembentukan

sputum berlebihan

Respiratory status :

Airway patency.

Kriteria hasil:

Frekuensi pernapasan

dalam batas normal

(16-20x/mnt)

Irama pernapasn

normal

Kedalaman pernapasan

normal

Klien mampu

mengeluarkan sputum

secara efektif

Tidak ada akumulasi

sputum dan darah

NIC: Respiratory

monitoring

1. Pantau rate, irama,

kedalaman, dan usaha

respirasi

2. Perhatikan gerakan dada,

amati simetris, retraksi otot

supraclavicular dan

interkostal

3. Monitor suara napas

tambahan

NIC : Airway Management

1. Auskultasi bunyi nafas

tambahan; ronchi,

wheezing.

2. Berikan posisi yang

nyaman untuk mengurangi

dispnea.

S : Ny. N mengatakan bisa

mengeluarkan sputum secara

efektif

Ny. N mengatakan pengeluaran

sputum disertai darah berkurang

O :

Frekuensi napas 22X/m

Irama napas irreguler

Masih ada Ronchi

A :

Masalah teratasi, sebagian

P : intervensi dilanjutkan

65

3. Anjurkan asupan cairan

adekuat.

4. Ajarkan batuk efektif

5. Kolaborasi pemberian

broncodilator sesuai

indikasi.

2 Senin/

06-05-

2019

Jam

16.15

Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh b.d. intake

nutrisi yang

kurang

NOC :

- Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

- mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Nafsu makan

menignkat

- Konjungtiva tidak

anemis

- Dapat menghabiskan

makan 1 porsi

- Berat badan meningkat

Nutrition Management

- Kaji adanya alergi

makanan

- Berikan substansi gula

- Yakinkan diet yang

dimakan mengandung

tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

- Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

- Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

- Monitor mual dan muntah

- Monitor makanan kesukaan

- Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

S :

- Ny. N mengatakan nafsu

makan mulai ada

- Mual muntah berkurang

O :

- Konjungtiva masih anemis

- Belum menghabiskan makan

1 porsi

- BB 37 kg

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

Intervensi dilanjutkan

66

3 Senin/

06-05-

2019

Jam

16.30

Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan

berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan

NOC : Pemeliharaan

kesehatan meningkat.

Kriteria hasil:

Menunjukan perilaku

adaptif

Menunjukan

pemahaman perilaku

sehat

Kemampuan

menjalankan perilaku

sehat

NIC : Health Education.

Jelaskan faktor resiko yang

dapat mempengaruhi

kesehatan

Ajarkan perilaku hidup

bersih dan sehat

Ajarkan strategi perilaku

hidup bersih dan sehat

S : Keluarga mengatakan paham

tentang penyakit TBC

Keluarga mengatakan akan

memisahkan tempat tidur anak

dengan orang tua

O :

Keluarga memperlihatkan bahwa

sudah memodifikasi lingkungan

untuk mempersiapakn tempat

tidur anak

A.

Masalah teratasi sebagian

P :

Intervensi dilanjutkan

4 Senin

06-05-

2019

Jam

16.45

Ansietas

berhubungan

dengan terkait

keluarga

NOC: Social Anxiety

Kriteria hasil

Keluarga mampu

mengungkapkan gejala

cemas yang dialami

Tanda-tanda vital dalam

Membangun kepercayaan.

Membantu pasien

mengidentifikasi situasi

yang dapat menyebabkan

ansietas.

Instruksi klien untuk

S : Keluarga mengatakan rasa

cemasnya berkurang

O :

Keluarga Ny. N mengungkapkan

gejala cemas yang dialami

67

batas normal mengunakan teknik

relaksasi kaji pola verbal

dan non-verbal.

Kontrol stimulus yang

dapat menyebabkan

ansietas sesuai kebutuhan

klien.

Kaji tingkat perspektif

klien, pada situasi yang

membuat stress.

Berikan informasi yang

benar berhubungan dengan

diagnosis, pengobatan dan

perawatan prognosis.

TD 110/70 mmHg

SB 36,50C

A : masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

5 Selasa

07-05-

2019

Jam

16.10

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas berhubungan

dengan

pembentukan

sputum berlebihan

Respiratory status :

Airway patency.

Kriteria hasil:

Frekuensi pernapasan

dalam batas normal

(16-20x/mnt)

Irama pernapasn

normal

Kedalaman pernapasan

normal

NIC: Respiratory

monitoring

1. Pantau rate, irama,

kedalaman, dan usaha

respirasi

2. Perhatikan gerakan dada,

amati simetris, retraksi otot

supraclavicular dan

interkostal

3. Monitor suara napas

S : Ny. N mengatakan bisa

mengeluarkan sputum secara

efektif

O :

Frekuensi napas 20X/m

Irama napas reguler

Ronchi berkurang

A :

68

Klien mampu

mengeluarkan sputum

secara efektif

Tidak ada akumulasi

sputum

tambahan

NIC : Airway Management

1. Auskultasi bunyi nafas

tambahan; ronchi

2. Anjurkan asupan cairan

adekuat.

3. Ajarkan batuk efektif

4. Kolaborasi pemberian

broncodilator sesuai

indikasi.

Masalah teratasi, sebagian

P : intervensi dilanjutkan

6 Selasa

07-05-

2019

Jam

16.20

Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh b.d. intake

nutrisi yang

kurang

NOC :

- Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

- mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Nafsu makan

menignkat

- Konjungtiva tidak

anemis

- Dapat menghabiskan

Nutrition Management

- Kaji adanya alergi

makanan

- Berikan substansi gula

- Yakinkan diet yang

dimakan mengandung

tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

- Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

- Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan nutrisi

S :

- Ny. N mengatakan nafsu

makan mulai ada

- Tidak Mual muntah

O :

- Konjungtiva masih anemis

- menghabiskan makan 3/4

porsi

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

Intervensi dilanjutkan

69

makan 1 porsi yang dibutuhkan

- Monitor mual dan muntah

- Monitor makanan kesukaan

- Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

7 Selasa/

07-05-

2019

Jam

16.45

Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan

berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan

NOC : Pemeliharaan

kesehatan meningkat.

Kriteria hasil:

Menunjukan perilaku

adaptif

Menunjukan

pemahaman perilaku

sehat

Kemampuan

menjalankan perilaku

sehat

NIC : Health Education.

Jelaskan faktor resiko yang

dapat mempengaruhi

kesehatan

Ajarkan perilaku hidup

bersih dan sehat

Ajarkan strategi perilaku

hidup bersih dan sehat

S : Keluarga mengatakan Tidak

lagi tidur bersama anak

O :

Kesiapan keluarga untuk

memisahkan tempat tidur anak.

A.

Masalah teratasi

P :

Intervensi selesai

8 Selasa

07-05-

2019

Jam

17.05

Ansietas

berhubungan

dengan terkait

keluarga

NOC: Social Anxiety

Kriteria hasil

Keluarga mampu

mengungkapkan gejala

cemas yang dialami

Tanda-tanda vital dalam

batas normal

Membangun kepercayaan.

Membantu pasien

mengidentifikasi situasi

yang dapat menyebabkan

ansietas.

Instruksi klien untuk

mengunakan teknik

S. Keluarga mengatakan tidak

cemas lagi

O :

Keluarga Ny. N mengungkapkan

gejala cemas yang dialami

70

relaksasi kaji pola verbal

dan non-verbal.

Kontrol stimulus yang

dapat menyebabkan

ansietas sesuai kebutuhan

klien.

Kaji tingkat perspektif

klien, pada situasi yang

membuat stress.

Berikan informasi yang

benar berhubungan dengan

diagnosis, pengobatan dan

perawatan prognosis.

Pengobatan TB sesuai jadwal

TD 110/70 mmHg

SB 36,50C

A : masalah teratasi

P : Intervensi selesai

9 Rabu

08-05-

2019

Jam

16.30

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas berhubungan

dengan

pembentukan

sputum berlebihan

Respiratory status :

Airway patency.

Kriteria hasil:

Frekuensi pernapasan

dalam batas normal

(16-20x/mnt)

Irama pernapasn

normal

Kedalaman pernapasan

normal

Klien mampu

NIC: Respiratory

monitoring

1. Pantau rate, irama,

kedalaman, dan usaha

respirasi

2. Perhatikan gerakan dada,

amati simetris, retraksi otot

supraclavicular dan

interkostal

3. Monitor suara napas

S : Ny. N mengatakan bisa

mengeluarkan sputum secara

efektif

Ny. N mengatakan pengeluaran

sputum berkurang tidak disertai

darah

O :

Frekuensi napas 20 X/m

Irama napas reguler

71

mengeluarkan sputum

secara efektif

Tidak ada akumulasi

sputum dan darah

tambahan

NIC : Airway Management

6. Auskultasi bunyi nafas

tambahan; ronchi

7. Anjurkan asupan cairan

adekuat.

8. Ajarkan batuk efektif

Tidak ada Ronchi

A :

Masalah teratasi

P : intervensi selesai

10 Rabu/

08-05-

2019

Jam

17.00

Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh b.d. intake

nutrisi yang

kurang

NOC :

- Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

- mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Nafsu makan

menignkat

- Konjungtiva tidak

anemis

- Dapat menghabiskan

makan 1 porsi

- BB meningkat

Nutrition Management

- Kaji adanya alergi

makanan

- Berikan substansi gula

- Yakinkan diet yang

dimakan mengandung

tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

- Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

- Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

- Monitor mual dan muntah

- Monitor makanan kesukaan

S :

- Ny. N mengatakan nafsu

makan baik

- Tidak ada Mual muntah

O :

- Konjungtiva tidak anemis

- menghabiskan makan 1 porsi

- BB 38 kg

A :

Masalah teratasi

P :

Intervensi selesai

72

- Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

73

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan pengambilan data oleh perawat dengan ditandai

pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai keputusan

profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang dikumpulkan.

Pengumpulan data bersumber dari keluarga maupun keluarga dengan mekanisme

wawancara, pemeriksaan fisik, serta pengalaman anggota keluarga yang

dilaporkan. (padila,2012).

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. Z sesuai dengan teori

yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format pengkajian

keperawatan menurut Gordon (2011) dengan metode wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan juga menggali informasi dari pengalaman anggota

keluarga untuk memenuhi data dan informasi yang diperlukan dalam proses

asuhan keperawatan.

Berdasarkan anamnesa yang dilakukan pada keluarga Tn. Z didapatkan bahwa

Ny. N mengalami batuk berdahak lebih dari 2 minggu kadang disertai dengan

darah. Ny N mengatakan sulit tidur jika batuknya kambuh. Hasil pemeriksaan

Sputum BTA Positif, TD 110/80mmHg, Nadi 80x/menit, RR 22x/menit, Suhu

36,6 C, suara napas irregular, Terdapat ronchi. Ny N mengatakan nafsu

makannya menuerun, Ny N mengatakan sering keringat malam tanpa ada

aktivitas, Ny. N mengatakan kadang mual muntah, Ny N Nampak kurus,

konjungtiva nampak anemis. BB 37 kg. Keluarga selalu bertanya tentang

74

penyakit TB Paru. Penelitian ini sesuai dengan Arif Mutaqqin (2012),

menyatakan secara umum gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2

golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala

sistematik. 1) Gejala respratorik berupa a) batuk : Keluhan batuk, timbul paling

awal dan merupakan gangguan yangpaling sering dikeluhkan, b) Batuk darah :

Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien untuk

meminta pertolongan kesehatan, c) Sesak nafas : Keluhan ini ditemukan bila

kerusakan parenkim paru sudah luasatau karena ada hal-hal yang menyertai

seperti efusi pleura,pneumothoraks, anemia, dan lain-lain, d) Nyeri dada : Nyeri

dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul apabila

sistem persarafan di pleura terkena TB. 2) Gejala sistematis berupa : a) Demam :

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore ataumalam hari

mirip demam atau influenza, hilang timbul, dansemakin lama semakin panjang

serangannya, sedangkan masabebas serangan semakin pendek, b) Keluhan

sistemis lain : Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam,

anoreksia,penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya

bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu sampai bulan.

B. Diagnosa Keperawatan

5. Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus yang dilakukan pada

anggota keluarga Tn. Z diagnosa yang diangkat penulis yaitu 1) Ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan sputum berlebihan. .

Diagnosa keperawatan tersebut ditegakkan oleh penulis karena pada saat

75

pengkajian ditemukan Ny. N mengatakan sering batuk berdahak disertai dengan

darah. Ny N mengatakan sulit tidur jika batuknya kambuh.

6. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang kurang. Ny. N mengalami ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dengan adanya keluhan utama klien mengeluh nafsu

makannya menurun disertai dengan batuk darah. Menurut Peneliti

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang kurang dikarenakan oleh penurunan nafsu makan. Dalam

keadaan normal, tubuh memerlukan intake nutrisi yang tepat dan terpenuhi

supaya menghasilkan energi untuk beraktivitas. Ini merupakan Elemen penting

dalam proses dan fungsi tubuh yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit

dalam tubuh(Saryono, Anggriyana, 2010). Keadaan yang kurang gizi pada pasien

TB, akan meningkatkan resiko hepatotoksik karena kurang gizi tersebut

mengakibatkan hepar menjadi lebih lambat dalam proses metabolisme OAT,

kemudian toksisitas meningkat (Krisnasari, et al, 2010).Penderita Tb paru

biasanya akan mengalami perubahan bentuk fisik menjadi lebih kurus, pucat,

badan lemah dan kemampuan fisiknya menurun. 3) Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. 4)

Ansietas terkait keluarga

76

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindkan

mengkaji tau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan

masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan

kesehatan dan (Colaboration) yaitu tindakan kerjasama dengan tim kesehatan

lain yang dilimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber,

serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar,

tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang

bekerja (Friedman, 2010).

Intervensi keperawatan mengacu pada NOC dan NIC sebagai panduan dalam

mengambil intervensi, dimana penulis menggunakan, 1) intervensi

ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d pembetukan sputum berlebihan.

Intervensi Respiratory monitoring pada pembentukan sputum yang berlebihan. 2)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi yang

kurang. Penyebab kurang nafsu makan, memberi motivasi kepada keluarga

memodifikasi lingkungan untuk tidur tidak bersama dengan anak, health

77

education, manajemen nutrisi untuk penderita TB pada Ny. N. 3)

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan. NOC yang diharapkan dengan pemeliharaan kesehatan meningkat

pada keluarga Tn. Z akan menunjukan perilaku adaptif. Ansietas berhubungan

dengan terkait keluarga. NOC yang digunakan ancietas level berkurang.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang penulis lakukan

kepada keluarga sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan keluarga dapat

terpenuhi (Wilkinson, 2011). Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan

disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah direncanakan: 1)

Respiratori monitoring dengan memonitor suara tambahan, pantau irama napas,

Airway Management : anjurkan asupan cairan yang adekuat, ajarkan batuk

effektif 2) Nutrition manajemen: kaji adanya alergi makanan, beri informasi

tentang kebutuhan nutrisi, monitor konjungtiva anemis kepada penderita TB. 3)

Health education dengan mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat. 4)

Bangun kepercayaan dengan keluarga untuk mengurangi kecemasan. Beri

informasi tentang diagnosa dan pengobatan penderita dengan TB Paru.

Implementasi yang direncanakan telah dilaksanakan, keluarga memutuskan

merawat keluarga yang sakit dengan minum obat AOT selama 6 bulan. Porsi

makan penderita menjadi bertambah sedikit demi sedikit. Hal ini sesuai dengan

pernyataan bahwa Ketika seseorang didiagnosa menderita penyakit Tuberkulosis

(TB), maka mau tidak mau , harus minum obat TB paling sedikit 6 bulan (Indria

Sary Thaher , 2018)

78

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses

keperawatan yang menandakanseberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi perawat

untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam, 2010).

Evaluasi yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 8 Mei 2019, berdasarkan

diagnosis yang ditegakkan yaitu evaluasi Ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan pembentukan sputum berlebihan, masalah teratasi dimana

pada data subyektif Ny. N bisa mengeluarkan sputum dengan efektif. Pada data

obyektif pengeluaran lendir tidak lagi disertai dengan darah, frekuensi napas 20

X/m, irama napas reguler, tidak terdapat ronchi.

Evaluasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake

nutrisi yang kurang dengan hasil masalah teratasi pada hari ke tiga dimana pada

data subyektif Ny. N mengatakan nafsu makan baik, tidak ada mual dan muntah.

Pada data obyektif obyektif Ny. N sudah menghabiskan 1 porsi makan,

konjungtiva tidak anemis, BB meningkat menjadi 38 kg.

Evaluasi Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan didapatkan data subyektif : keluarga mengatakan tidak

lagi tidur bersama anak. Data Obyektif kesiapan keluarga untuk memisahkan

tempat tidur anak.

Sedangkan pada evaluasi Ansietas terkait keluarga, maslah teratasi pada hari

kedua dimana didapatkan data subyektif keluarga tidak lagi merasa cemas. Data

79

obyektif : keluarga mengungkapkan gejala cemas yang dialami. Pengobatan

sesuai jadwal. TD 110/70 mmHg, NH 76 x/m, Napas 20 X/m.

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil studi kasus ini, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian keluarga dengan TB didapatkan data, antara lain keluarga

mengatakan mengalami batuk berdahak lebih dari 2 minggu kadang disertai

dengan darah, mengatakan sulit tidur jika batuknya kambuh. Hasil

pemeriksaan Sputum BTA Positif, TD 110/80mmHg, Nadi 80x/menit, RR

22x/menit, Suhu 36,6 C, suara napas irregular, terdapat ronchi. keluarga

mengatakan nafsu makannya menurun, hanya menghabiskan ½ porsi,

keluarga mengatakan sering keringat malam tanpa ada aktivitas, kadang

mual muntah, BB 37 kg, nampak kurus, Konjungtiva nampak anemis, tidur

bersama anak. Keluarga selalu bertanya tentang penyakit Ny. N

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan TB a)

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan

sputum berlebihan, b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang, c) Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, d)

Ansietas terkait keluarga

3. Intervensi keperawatan yang digunakan adalah Respiratory monitoring,

Airway Management, Pengajaran tentang diet TB paru, Nutrition

Management, Ajarkan perilaku hiduup bersih dan sehat, Kontrol stimulus

yang dapat menyebabkan ansietas sesuai kebutuhan keluarga, bantu keluarga

mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan ansietas

81

4. Implementasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu melakukan Respiratory

monitoring, mempertahanak Airway Management, Pengajaran tentang diet

TB paru, menjalankan Nutrition Management, mengajarkan perilaku hiduup

bersih dan sehat, mengontrol stimulus yang dapat menyebabkan ansietas

sesuai kebutuhan keluarga, membantu keluarga mengidentifikasi situasi

yang dapat menyebabkan ansietaa.

5. Evaluasi keperawatan yang pada hari ketiga perawatan didapatkan

pengeluaran sputum yang efektif pad Ny. M, frekuensi napas 20 X/m, irama

napas reguler, tidak ada ronchi. Ny. N bisa menghabiskan 1 porsi

makan,konjungtiva tidak anemis, BB meningkat menjadi 38 kg, kesiapan

keluaga untuk memisahkan tempat tidur anak, keluarga Ny. N dapat

mengungkapakan gejal cemas yang dialami. Pengobatan TB dilaksanakan

sesuai jadwal. TD 110/70 mmHg, SB 36,50C.

B. Saran

1. Bagi klien dan keluarga

Menjaga pola makanyang sesuai dengan diet TB agar proses penyembuhan

dapat dicapai, jangan putus minum obat minimal 6 bulan dan memeriksakan

diri selalu pada fasiltas pelayanan kesehatan. Upayakan menjelang habis

obat sudah harus kefasilitas kesehatan untuk mengambil obat lanjutan.

Jangan tidur bersama anak dan penderita TB

2. Bagi petugas kesehatan

Pelayanan prima pada keluarga dengan meningkatkan frekuensi kontak

dengan klien dan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan

82

pencatatan kondisi klien yang lengkap dan akurat untuk mempercepat proses

kesembuhan klien dan pencegahan penyakit. Tingkatkan penyuluhan kepada

keluarga.

3. Bagi Peneliti

Perlu dilakukan penelitian secara mendalam tentang peran keluarga dalam

pencegahan TB paru sedini mungkin melalui pemberian imunisasi BCG.

83

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D & Susanti.(2013). Faktor – faktor yang mempengaruhi keaktifan kader

posyandu dalam wilayah kerja Peusangan Siblah Kreung tahun

2013.Skripsi.Stikes U‟budiyah Banda Aceh

Aziz. Alimul, (2009). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes Kota Baubau. (2018) Profil kesehatan 2018

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Dongoes. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. BBC. Jakarta

Friedman. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta.Yayasan BinaPustaka

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz

Media.Yogyakarta

Mubarak. (2011) Promosi kesehatan Untuk kebidanan, Jakarta, Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Pernafasan. Jakarta.Salemba Medika

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja.Yogjakarta

Nurul Husna Muchtar, Deddy Herman, Yulistini. (2015). Gambaran Faktor Risiko

Timbulnya Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit

DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015. Jurnal fk. Unand.

Ac.id. diakses tanggal 15 Maret 2019.

Padila, (2012).”Buku ajar: Keparawatan Medikal Bedah”. Yogyakarta: Nuha Medika

Pearce. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta

Puskesmas Lowu-Lowu. (2018) Profil Kesehatan 2018

Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media

Riskesdas. (2013) Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan kementerian

Kesehatan RI tahun 2013

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta

Setiadi. (2008). Konsep Proses Keperawatan Keluarga(edisi 1). Yogyakarta :

Penerbit Graha Ilmu.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2013.Keperawatan Medikal Bedah2,Edisi

8. Jakarta : EGC

84

Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: SalembaMedika

Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika.Jakarta

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. EGC.

Jakarta

World Health Organization. (2015) Global tuberculosis report 2015. Geneva: WHO,

2015

World Health Organization (WHO). 2013. Global Tuberculosis Report 2013.

Geneva: World Health Organization. Available:

http://www.who.int/tb/publications/global_report/archive/en/.

Yohanes Dion, Yaseinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan

Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

85

86

87