artikel unesa

Upload: jimi-dbono

Post on 13-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Artikel Unesa

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TKJ PADA

    PELAJARAN JARINGAN DASAR DI SMK

    Habib Toha, Nyoman Santiyadnya, Made Santo Gitakarma

    Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Ganesha

    Singaraja, Indonesia

    e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

    Abstrak Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran jaringan dasar pada materi pokok konsep jaringan komputer dan protokol jaringan di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya melalui model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan begitu juga dengan siklus yang ke II. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya yang berjumlah 29 orang. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan metode tes yang berbentuk pilihan ganda (Multiple Choice). Tes hasil belajar siklus I dan siklus II sebanyak 40 butir soal. Berdasarkan analisis data mengenai hasil belajar pada mata pelajaran jaringan dasar pada siklus I didapatkan persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 74,31%. Pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 85,00%. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,38%. Jadi, kesimpulan dari penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah memenuhi 85% kriteria ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran. Kata kunci: pembelajaran berbasis masalah, penelitian tindakan kelas, hasil belajar

    Abstract This study was carried out aimed to improve student learning outcomes in the subjects of basic networking concepts in the subject matter of computer networks and network protocols in class X TKJ 1 SMK 1 Praya through problem-based learning model. Type of research is a class action is conducted in two cycles, the first cycle consisted of three meetings as well as to the second cycle. Subjects in this study were students of class X TKJ 1 SMK 1 Praya totaling 29 people. The object of this research is the student learning outcomes by applying problem-based learning. Based on the data analysis of the results of the study subjects in the first cycle of basic network obtained the average percentage of student learning outcomes at 74,31%. In the second cycle the average percentage of student learning outcomes at 85,00%. The results showed an increase from the first cycle to the second cycle of

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    14,38%. Thus, the conclusions of this study there was an increase in student learning outcomes through the implementation of problem-based learning model. Thus it can be said that the class has met the completeness criteria of 85% of student learning. Based on these results it can be concluded that an increase in the results of class X TKJ 1 student of SMK Negeri 1 Praya so learning by using learning model of Problem Based Learning can be used as an alternative learning. Keywords : problem-based learning, action research, learning outcomes

    PENDAHULUAN

    Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan harkat dan martabat bangsa dapat ditingkatkan dan dengan demikian tujuan untuk memajukan negara kearah yang lebih baik lagi dapat terwujud. Peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan oleh setiap negara untuk memajukan negaranya. Salah satunya adalah Indonesia yang menjadikan pendidikan sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercamtum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam peningkatan mutu pendidikan ini diharapkan dapat menghasilkan manusia yang dapat memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara sehingga mampu hidup dan bersaing dalam era globalisasi yang akan datang tanpa kehilangan identitas nasionalnya.

    Pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dikembangkan, sehingga pembangunan sumber daya manusia dibidang pendidikan merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa. Untuk menghadapi persaingan dalam era globalisasi, pemerintah berusaha mengantisipasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, dilakukan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Secara umun pendidikan didasarkan sebagai usaha untuk menumbuhkembangkan segala potensi yang ada pada diri seseorang. Dalam hal ini diperlukan seorang yang mampu mendidik agar segala pontensi yang ada pada diri seseorang tersebut dapat berkembang dan bermamfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Tugas mendidik pada dasarnya dilakukan oleh seorang pendidik (guru) dan seseorang yang dididik adalah seorang anak (siswa).

    Salah satu lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu melaksanakan tujuan pendidikan nasional adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang menghasilkan siswa yang terampil, cakap serta siap bekerja dalam dunia usaha. Salah satu lembaga pendidikan formal tersebut adalah SMK Negeri 1 Praya, yang memiliki bidang keahlian Teknik Komputer Jaringan, dimana para lulusan diharapkan mampu bersaing didunia usaha khususnya dibidang Teknik Komputer Jaringan. Salah satu mata pelajaran produktif yang mendukung tercapainya mutu lulusan yang terampil dan kreatif adalah Jaringan Dasar. Pada mata pelajaran jaringan dasar ini, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan dan mengamalkan ilmunya dibidang Teknik Komputer Jaringan. Untuk itu siswa harus benar-benar menguasai dasar-dasar dari jaringan komputer, salah satunya adalah menguasai mata pelajaran jaringan dasar.

    Tetapi dari hasil wawancara yang telah dilakukan di sekolah SMK Negeri 1 Praya, didapatkan bahwa nilai pada mata pelajaran Jaringan Dasar belum sesuai dengan kriteria nilai ideal ketuntasan belajar rata-rata yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80. Berdasarkan daftar nilai

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    ujian pada guru bidang studi Teknik Komputer Jaringan semester genap diperoleh tabel data nilai hasil evaluasi mentah siswa kelas X tahun lalu sebagai berikut. Tabel 1. Daftar Nilai Ujian Semester Genap

    Kategori Nilai

    Jumlah siswa

    Prosentase Ketuntasan secara

    Klasikal 80 6 38,88 % < 80 23 61,12%

    Jumlah 29 100,00% Rata-rata hasil belajar siswa 61,38

    Sumber: Dokumen Guru Mata Pelajaran Jaringan Dasar.

    Dari tabel diatas maka siswa belum bisa menuntaskan hasil belajarnya dengan ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah. Dan untuk meningkatkan nilai siswa tersebut telah diadakan ujian ulangan (remedial).

    Rendahnya hasil belajar yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Syah (2009:145) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu (1) faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, (2) faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar diri siswa, (3) faktor pendekatan belajar (approach tu learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Sehingga sebagian besar hasil belajar siswa tidak mencapai nilai batas ketuntasan belajar yang ditetapkan. Hal ini bukan berarti siswa tidak mampu dalam mata pelajaran jaringan dasar, tetapi masih banyak unsur yang terkait dalamnya.

    Untuk itu, guru harus mengusai bahan yang diajarkan, terampil mengajarkannya, dan mampu menguasai berbagai kendala yang ditemui dalam pembelajaran. Salah satu hal yang dapat dilakukan guru adalah mampu memilih

    dan menggunakan dengan tepat model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, dan karakteristik siswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan optimal.

    Menguasai mata pelajaran jaringan dasar, merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan menengah kejuruan khususnya pada bidang keahlian Teknik Komputer Jaringan termasuk di SMK Negeri 1 Praya. Dari hasil pengamatan penulis yang ditindaklanjuti dengan guru Kompetensi Jaringan Dasar, di sekolah ini menunjukan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru, dengan kata lain guru masih menggunakan model pembelajaran Konvensional dimana guru hanya menerangkan materi pembelajaran dan siswa mendengar, memahami dan menulis apa yang disajikan guru di depan. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada pengembangan kemampuan belajar siswa. Keterlibatan siswa selama pembelajaran belum optimal sehingga berakibat pada perolehan hasil belajar siswa tidak optimal pula. Disini peran siswa tidak lagi sebagai subyek belajar melainkan sebagai objek pembelajaran. Tanggung jawab siswa terhadap tugas belajarnya seperti dalam hal kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki masih sangat kurang.

    Untuk mengantisipasi masalah ini, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam belajarnya, menumbuhkan kembali motivasi dan minat siswa dalam belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru hendaknya mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap ide siswa sendiri, serta melakukan proses penilaian yang berkelanjutan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang optimal. Dengan kata

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    lain diharapkan kiranya guru mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa dalam menguasai mata pelajaran jaringan dasar dan melakukan penelitian yang berkelanjutan.

    Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning). Pola pengajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) seperti ini digunakan guru untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para siswa tidak enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan guru seperti ini digunakan guru untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para siswa dituntut untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik (nyata) sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997 yang dikutip Trianto 2010 : 92 ). C.Emi.S.Car (2008) Berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah jauh lebih baik dibandingkan pembelajaran yang konvensional. hal ini terbukti dari kenaikan prestasi peserta didik ketika peserta didik mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan guru.

    Dengan model pembelajaran ini, secara tidak langsung peserta didik diajak untuk berpikir kritis dan nalar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam model ini peran guru adalah mengajukan masalah,

    mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di kelas melalui latihan yang cukup.

    Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TKJ 1 SEMESTER GANJIL PADA MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR DI SMK NEGERI 1 PRAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarakan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKJ 1 pada mata pelajaran jaringan dasar di SMK Negeri 1 Praya?

    TUJUAN PENELITIAN

    Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Praya.

    METODE

    Data mengenai hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Berikut adalah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. a) Menghitung rata-rata skor hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran jaringan dasar

    NX

    M

    b) Menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    %100(%) xSMIMM

    c) Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar

    %10080 xN

    n

    d) Kriteria Ketuntasan Hasil belajar Siswa Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Jaringan Dasar.

    No Persentase Kriteria Hasil Belajar 1 90-100 Amat Baik 2 80-89 Baik 3 65-79 Cukup 4 55-64 Kurang 5 0-54 Sangat Kurang

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanakan tes hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 10 minggu dari tanggal 8 juli 2014 sampai 13 september 2014 pada siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya yang berjumlah 29 orang. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) Hasil Penelitian Siklus I dan II A. Permasalahan

    Pada tahap refleksi awal peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya ditemukan sebagai berikut:

    1. Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru X TKJ 1 di SMK Negeri 1 Praya,

    diperoleh hasil belajar siswa masih tergolong rendah yaitu 6,90 % siswa tidak tuntas ( lampiran 3) dari nilai tugas dan tes masih belum mengalami peningkatan dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 80.

    2. Model pembelajaran yang bersifat sentralistik yang masih banyak menitikberatkan pada metode ceramah sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah, karena siswa masih menganggap pusat pembelajaran pada guru.

    3. Kemampuan siswa yang heterogen terhadap pelajaran yang diberikan, akan berdampak pada siswa yang lain. Dimana siswa yang memiliki kemampuan lebih akan jarang membantu dan memberikan informasi, bekerja sama bahkan enggan memberikan motivasi kepada siswa lainnya.

    4. Penggunaan media guru mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya yang sangat minim. Hal ini juga berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran.

    B. Perencanaan Tindakan I

    Berdasarkan permasalahan yang diperoleh maka pada siklus I ini diterapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran jaringan dasar. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam rencana tindakan I adalah : (1) Membuat RPP yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), (2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu kelancaran proses pembelajaran, (3) Membuat tes siklus I untuk mengukur tingkat kemampuan siswa pada mata pelajaran Jaringan Dasar, (4) Menyediakan alat, bahan dan materi ajar lain yang mendukung.

    C. Pelaksanaan Tindakan I

    Pemberian tindakan adalah dengan melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana yang telah disusun, dimana peneliti bertindak

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    sebagai guru dalam kelas. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan materi yang diajarkan konsep jaringan komputer.

    Adapun kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada pertemuan I, dan pertemuan II yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu:

    Fase-1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Guru menginformasikan tujuan dari

    pembelajaran 2. Guru mengarahkan siswa pada

    masalah melalui LKS yang dibagikan kepada setiap siswa.

    3. Dari LKS yang dibagikan, guru mendorong setiap siswa mengemukakan ide-ide secara terbuka.

    Fase-2 (Mengorganisasikan siswa belajar) 1. Guru membagi siswa dalam 5

    kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen tanpa memandang ras, suku, atau jenis kelamin.

    2. Mendorong siswa mampu menyelesaikan soal dengan beberapa cara, dari berbagai sudut pandang dan menyelesaikan masalah dengan mampu menemukan gagasan yang baru.

    Fase-3 (Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok) 1. Guru mengamati jalannya diskusi

    kelompok dan mendatangi kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahakan soal dalam LKS I dan LKS II.

    2. Membimbing siswa untuk memberi kemudahan dalam pengerjaan memecahkan masalah, misalnya membantu siswa dalam memahami masalah dalam LAS I dan LAS II sehingga siswa mampu memikirkan cara menyelesaikannya.

    3. Mengarahkan siswa dalam kelompok melakukan kerjasama yang baik, dimana setiap anggota kelompok harus dapat bagian dalam memecahkan masalah.

    4. Mendorong setiap anggota kelompok saling bertanya kepada teman yang lebih paham dan mengerti akan memecahkan masalah supaya semua anggota kelompok mengerti dalam memecahkan setiap masalah dalam LKS.

    Fase-4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja) 1. Membimbing siswa mempresentasikan

    hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

    2. Memotivasi kelompok di luar penyaji untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya dan menanyakan jika ada hal yang tidak dipahami dengan presentasi kelompok penyaji serta memotivasi kelompok penyaji untuk dapat menanggapi saran maupun pertanyaan dari kelompok lain.

    Fase-5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 1. Menunjuk salah satu kelompok yang

    tidak melakukan presentasi menanggapi hasil pekerjaan kelompok penyaji ataupun memberikan pertanyaan kepada kelompok penyaji.

    2. Di akhir siklus I, siswa diberikan tes yang telah dibahas yang dikerjakan secara individu yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa serta mengetahui letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan tes.

    D. Hasil observasi dah evaluasi I

    Kegiatan observasi pada siklus I, dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pada pelaksanan pembelajaran

    dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah, suasana kelas menjadi kurang efektif. Itu disebabkan karena siswa belum mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

    2) Dalam mengerjakan LKS bersama kelompok, didominasi oleh siswa yang

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    berkemampuan lebih sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah hanya diam dan menunggu jawaban dari temannya.

    3) Dalam kegiatan diskusi kelompok, beberapa siswa masih terlihat kurang aktif, baik itu bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

    4) Siswa belum disiplin untuk memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru untuk melakukan kerja kelompok, sehingga dalam mengerjakan LKS dan tes hasil belajar, siswa belum menyelesaikannya dalam alokasi waktu yang ditetapkan oleh guru.

    Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan

    pada pertemuan ketiga untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Pada saat evaluasi siklus I, siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk mengerjakan tes berupa pilihan ganda sebanyak 40 butir soal. E. Analisis Data a. Menghitung rata-rata skor hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran jaringan dasar

    Siklus I Siklus II

    NX

    M

    292155

    M

    M = 74,31

    Nx

    M

    292465

    M

    00,85M

    b. Menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar

    Siklus I Siklus II

    %100(%) xSMIMM

    %100100

    31,74(%) xM

    %100% xSMIMM

    %100100

    00,85% xM

    M % = 74,31 %

    %00,85% M

    c. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar (KB)

    Siklus I Siklus II

    %10080 xN

    N

    = %1002913 x

    = 44,82%

    %10080 xN

    n

    %1002927 x

    = 93,10% d. Kriteria Tingkatan Hasil Belajar siswa

    pada mata pelajaran Jaringan Dasar

    Tabel 3. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Jaringan Dasar Siklus II

    Persentase Kriteria Hasil Belajar

    90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Cukup 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah

    F. Refleksi II

    Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Masalah dan kendala yang dihadapi pada siklus I, sudah dapat terpecahkan di siklus II. Walapun dalam pembelajaran masih ada beberapa anak yang mengalami kekurangan maupun kendala-kendala kecil, tapi secara keseluruhan hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan secara bertahap.

    Pada siklus ini, siswa sudah mampu mengikuti penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari kriteria cukup pada siklus I menjadi kriteria tinggi pada siklus II, dengan persentase peningkatan hasil belajar dari siklus I sebesar 74,31% dan pada siklus II sebesar 85,00%. Ketuntasan belajar yang dicapai dari siklus I yaitu 44,82% pada siklus II mencapai 93,10%.

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    Karena indikator keberhasilan setiap siklus dalam penelitian ini telah tercapai, maka tujuan dalam penelitian ini telah tercapai sehingga pembelajaran dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dengan demikian berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa pada siklus ke dua ini diperoleh bahwa model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok konsep jaringan komputer dan protokol jaringan di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya .

    Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa persentase peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar pada siklus I ke siklus II sebesar 14,38%, yakni perolehan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 74,31 dengan kriteria cukup, menjadi 85,00 dengan kriteria tinggi pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan yaitu dari sklus I sebesar 44,82% dengan 13 orang siswa yang berada diatas KKM, dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 93,10% karena hasil belajar yang dicapai oleh 27 orang siswa sudah berada diatas KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80. Berikut ini disampaikan rekapitulasi data selama penelitian tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar.

    Tabel 4. Rekapitulasi data Tingkat Kemampuan Siswa Setiap Siklus

    Tahapan

    Total skor

    Rata-Rata

    Persentase

    Kategori

    Ketuntasan

    Belajar

    Refleksi awal

    1790

    61.72%

    Kurang

    6.90%

    Siklus I

    2155

    74,31%

    Cukup

    44,82%

    Siklus II

    2480

    85,00%

    Tinggi

    93,10%

    Data peningkatan hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya dari refleksi awal, siklus I dan silus II dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut.

    020406080

    100

    Hasil Belajar

    Ketuntasan Belajar

    Gambar 1. Grafik peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Praya dari refleksi awal, siklus I dan siklus II

    Tindakan dalam penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti yaitu: (1) Adanya peningkatan hasil belajar siswa, dengan ketuntasan belajar mencapai 93,10%, dan secara individu seluruh siswa telah mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 80. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran jaringan dasar kelas X TKJ I pada semester ganjil SMK Negeri 1 Praya tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Dilihat dari hasil-hasil yang diperoleh, secara umum penelitian ini dapat dikatakan telah dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, penelitian ini telah dapat mencapai tujuan yang diharapkan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Jaringan Dasar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari persentase skor rerata pada siklus I sebesar 74,31% dengan kategori cukup, dan kemudian pada siklus II mencapai 85,00% dengan kategori tinggi dengan peningkatan sebesar 14,38%. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil belajar siswa

  • e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

    mengalami peningkatan khususnya pada pembelajaran Jaringan Dasar dengan menggunakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

    Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) ini, yaitu : 1. Kepada guru mata pelajaran jaringan

    dasar hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada siswa, salah satunya penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan variasi media untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan.

    2. Agar siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar, hendaknya guru selalu melibatkan siswa secara aktif dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan pada saat diberikan penjelasan.

    3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi menerapkan media jaringan ataupun pokok bahasan lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

    UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada. 1. Bapak Made Santo Gitakarma, S.T.

    M.T., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Ganesha sekaligus sebagai Pembimbing II.

    2. Bapak Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si.,M.T. Selaku Pembimbing I yang sudah banyak memberikan bimbingan hingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

    3. Bapak Wakidi, S.Pd., selaku Kepala SMK Negeri 1 Praya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

    mengadakan penelitian di SMK Negeri 1 Praya.

    DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003.

    Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.

    Amir, M. Taufik. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan,Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

    Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

    Djamarah, S dan Aswan, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Nurkacana, Wawan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nusantara

    Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

    Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

    Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

    Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

    Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Sumarno, Alim. 2012. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar. http://cara-mengatasikesulitan-belajar htm (diakses 3 Juni 2014 pukul 14:00 WIB).

    Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.