artikel pkl

13
EKSPLORASI DAN UJI ANTAGONISME BAKTERI Pseudomonas fluorescens TERHADAP CENDAWAN Pyricularia oryzae PENYEBAB PENYAKIT BLAST PADA TANAMAN PADI ISOLAT PAMEKASAN SECARA IN VITRO Sulistyowati Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Pyricularia oryzae merupakan cendawan penyebab penyakit blast daun pada tanaman padi yang bersifat kosmopolit. Salah satu alternatif untuk mengendalikan serangan patogen ini pada tanaman padi adalah dengan menggunakan mikroba antagonis dari kelompok bakteri. Pada penelitian ini digunakan isolat bakteri Pseudomonas fluorescens untuk mengendalikan cendawan P. oryzae penyebab penyakit blast daun pada tanaman padi. Cendawan P. oryzae diisolasi dari tanaman padi isolat Pamekasan dan diperbanyak pada media PDA. Bakteri P. fluorescens didapat dari isolat Laboratorium Agens Hayati UPT PTPH Jawa Timur dan diperbanyak pada media Kell Man’s. Kedua mikroba tersebut ditumbuhkan dalam satu media untuk dilakukan uji antagonisme, terdapat dua media yaitu Kell Man’s dan PDA yang selanjutnya diamati selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri mampu menghambat pertumbuhan cendawan melalui mekanisme kompetisi ruang. Kemungkinan juga karena terjadi kompetisi nutrisi dan antibiosis. Setelah dibiarkan kurang lebih selama tujuh hari didapatkan pertumbuhan cendawan P. oryzae terhambat oleh bakteri P. fluorescens. Uji antagonisme pada media Kellman’s lebih signifikan daripada media PDA. Kata kunci : uji antagonisme, Pyricularia oryzae, pseudomonas fluorescens PENDAHULUAN Penyakit blast daun yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman padi. Penyakit ini dilaporkan dapat menurunkan hasil panen hingga 70 % jika tidak diwaspadai sejak awal. Di Indonesia serangan penyakit blast dapat mencapai luas 1.285 juta ha atau sekitar 12 % dari total luas areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim, 2013). Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkrmbangnya cendawan P. oryzae, sehingga cendawan patogen ini dapat ditemukan hampir seluruh areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim, 2013).

Upload: theo-rizqy-gunawan

Post on 06-Dec-2015

250 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

artikel pkl

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Pkl

EKSPLORASI DAN UJI ANTAGONISME BAKTERI Pseudomonas fluorescens TERHADAP CENDAWAN Pyricularia oryzae PENYEBAB PENYAKIT BLAST PADA TANAMAN PADI

ISOLAT PAMEKASAN SECARA IN VITRO

SulistyowatiJurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Pyricularia oryzae merupakan cendawan penyebab penyakit blast daun pada tanaman padi yang bersifat kosmopolit. Salah satu alternatif untuk mengendalikan serangan patogen ini pada tanaman padi adalah dengan menggunakan mikroba antagonis dari kelompok bakteri. Pada penelitian ini digunakan isolat bakteri Pseudomonas fluorescens untuk mengendalikan cendawan P. oryzae penyebab penyakit blast daun pada tanaman padi. Cendawan P. oryzae diisolasi dari tanaman padi isolat Pamekasan dan diperbanyak pada media PDA. Bakteri P. fluorescens didapat dari isolat Laboratorium Agens Hayati UPT PTPH Jawa Timur dan diperbanyak pada media Kell Man’s. Kedua mikroba tersebut ditumbuhkan dalam satu media untuk dilakukan uji antagonisme, terdapat dua media yaitu Kell Man’s dan PDA yang selanjutnya diamati selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri mampu menghambat pertumbuhan cendawan melalui mekanisme kompetisi ruang. Kemungkinan juga karena terjadi kompetisi nutrisi dan antibiosis. Setelah dibiarkan kurang lebih selama tujuh hari didapatkan pertumbuhan cendawan P. oryzae terhambat oleh bakteri P. fluorescens. Uji antagonisme pada media Kellman’s lebih signifikan daripada media PDA.

Kata kunci : uji antagonisme, Pyricularia oryzae, pseudomonas fluorescens

PENDAHULUAN

Penyakit blast daun yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae merupakan salah

satu penyakit utama pada tanaman padi. Penyakit ini dilaporkan dapat menurunkan hasil panen

hingga 70 % jika tidak diwaspadai sejak awal. Di Indonesia serangan penyakit blast dapat mencapai

luas 1.285 juta ha atau sekitar 12 % dari total luas areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim,

2013).

Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkrmbangnya cendawan P. oryzae, sehingga

cendawan patogen ini dapat ditemukan hampir seluruh areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim,

2013). Menurut Andoko (2002) dalam Sijabat (2009), penyakit blast daun yang disebabkan oleh P.

oryzae bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia. Faktor pemicu

penyakit ini adalah pemupukan N yang terlalu tinggi, curah hujan tinggi, dan kelembaban yang

tinggi. Gejala serangan penyakit blast daun berupa bercak yang berbentuk seperti mata pada daun

padi.

Upaya pengendalian penyakit blast daun sudah banyak dilakukan termasuk pemakaian bahan

kimia sebagai fungisida yang ternyata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Untuk

mengatasi hal tersebut maka pemanfaatan agens hayati sangat penting seperti penggunaan bakteri

Page 2: Artikel Pkl

antagonis yang hidup di daerah perakaran, mempunyai prospek penting dalam mengendalikan

penyakit blast daun yang disebabkan oleh cendawan P. oryzae dan memicu pertumbuhan tanaman.

Pseudomonas fluorescens merupakam bakteri yang bisa memicu pertumbuhan tanaman

(PGPR) banyak dilaporkan mampu mengendalikan patogen tumbuhan terbawa tanah (Hass and keel,

2003; Kazempour, 2004; Ongena et al ., 2000 dalam Mihardjo dan Majid, 2008) dan diketahui

mampu bertahan lama hidup baik di rizosfer maupun di filosfer (Beattle and lindow, 1995 dalam

Mihardjo dan Majid, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri kelompok

pseudomonas pendat fluor mampu mengendalikan penyakit, baik di perakaran maupun di daun

(Gupte et al., 2001; Majid, 2002; Elad et al., 1985; Raaljmakerm, 1995 dalam Mihardjo dan Majid,

2008)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai uji antagonisme

bakteri Pseudomonas fluorescens terhadap cendawan Pyricularia oryzae pada tanaman padi isolat

pamekasan secara in vitro.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di laboratoriun Agens Hayati Unit Pelaksana Teknis Proteksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Jawa Timur, dengan alamat Jl. Pagesangan II no.

58 Surabaya pada tanggal 24 Juni sampai 24 Juli 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah autoklaf, cawan petri, botol kaca, erlenmeyer 150 ml, pengaduk,

corong, panci, kompor gas, lampu spiritus, kawat ose, kawat lancip, mikroskop, kaca benda dan

kaca penutup, neraca ohauss, spuit, pinset, pipet, tabung reaksi, tusuk gigi, kertas saring, vortex, dan

korek api.

Bahan yang digunakan adalah kertas bekas, aluminium foil, kapas, tissu, selotip hitam,

parafilm, sabun cuci, akuades steril, alkohol 70 %, tanaman padi yang terserang penyakit blas daun,

kentang, pepton, Casamino acid (casein hydrolisad), glukosa ,dan agar-agar.

Metode Pelaksanaan

Penelitian ini merupakan penelitian observatif dengan mengamati uji antagonisme bakteri P.

fluorescens terhadap cendawan P. oryzae yang ditumbuhkan pada media PDA dan Kell Man’s.

Page 3: Artikel Pkl

Masing-masing media diulangi sebanyak 5 kali ulangan. Pengamatan dilakukan selama 7 hari

dengan melihat pertumbuhan cendawan apakah terbentuk clear zone atau tidak.

Gambar 1. Desain penelitian

Keterangan :

P : patogen P. oryzae

A : suspensi agens hayati P. fluorescens yang dicampur media dengan teknik pour plate

Penyediaan Cendawan P. oryzae

Cendawan Pyricularia oryzae yang digunakan diisolasi dari tanaman padi isolat Pamekasan

yang terkena penyakit blast daun yang ditumbuhkan dan diperbanyak pada media PDA. Kemudian

ditunggu selama 7 hari sebelum dilakukan uji antagonisme.

Penyediaan Bakteri P. fluorescens

Isolat bakteri P. flourescens yang didapat dari Laboratorium Agens hayati UPT PTPH,

Surabaya ditumbuhkan dan diperbayak pada media Kell man’s yang dibiarkan pada suhu ruang

sampai bakteri tumbuh. Setelah bakteri tumbuh, dipindahkan ke dalam lemari pendingin sebelum

dilakukan uji antagonisme.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Cendawan P. oryzae

Hasil pengamatan terhadap hasil ekplorasi cendawan P. orizae yang ditumbuhkan pada

media PDA didapatkan ciri khas cendawan ini yaitu secara morfologi makro miseliumnya seperti

kumpulan serabut halus berwarna putih susu, sedangakan secara morfologi mikro, konidiumnya

berbentuk lonjong. Pada kondisi yang kurang menguntungkan konidium tidak terbentuk, tetapi

terbentuk apresorium.

P

P

P

A

A

A

AA

Page 4: Artikel Pkl

Gambar 2.Morfologi makro P. oryzaeSumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Gambar 3. Morfologi mikro cendawan P. oryzaeSumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Pengamatan secara mikro selama 7 hari menunjukkan adanya konidifor dan apresorium,

tidak terbentuk adanya konidia maupun spora. Hal ini disebabkan karena nutrisi yang tersedia pada

media tumbuh terbatas dan faktor lingkungan seperti temperatur dan kelembaban yang kurang

mendukung pertumbuhan cendawan P. oryzae. Menurut Harahap (1989) dalam Sijabat (2009),

cendawan P. oryzae berkembang biak jika jarak tanam rapat sehingga kelembaban tinggi dan

tanaman dipupuk nitrogen secara berlebihan. Menurut Agrios (1993) dalam Sijabat (2009)

cendawan P. oryzae akan mengalami pertumbuhan secara cepat jika kelembaban di atas 84 % atau

kelembaban yang relatif tinggi.

Berdasarkan data hasil pengamatan secara mikro konidifor sudah terbentuk tetapi konidia

yang terbentuk belum sempurna tidak terlihat jelas hanya berupa bulatan lonjong karena belum

terbentuk sekat. Menurut Barnett (1960) dalam Sijabat (2009), cendawan P. oryzae memiliki ciri –

miselium

konidiofor

apresorium

Page 5: Artikel Pkl

ciri konidiofor di antaranya yaitu panjang bersekat – sekat, jarang bercabang, tungggal, berwarna

kelabu, membentuk konidium pada ujungnya. Konidiumnya bulat telur dengan ujung runcing, jika

masak bersekat 2, dengan ukuran 0 – 22 x µm. Selain itu, menurut Harahap (1989) dalam Sijabat

(2009) konidia P. oryzae berbentuk seperti buah alpukat dan bersel 3, konidia ini dibentuk pada

ujung suatu tangkai.

Pengamatan yang dilakukan selama 7 hari belum menunjukkan terbentuknya konidium

maupun spora hanya terbentuk konidiofor dan apresorium. Menurut Anonim (2005) dalam Sijabat

(2009), cendawan P. oryzae akan tumbuh pada saat daun dalam keaadaan basah dan pada kondisi

lingkungan yang mendukung, perkecambahan akan terjadi setelah 3 jam. Jika konidia melewati

masa kering selama 24 jam maka perkecambahan akan tertunda. Setelah terjadi infeksi hifa akan

mempenetrasi melalui epidermis. Kolonisasi tergantung dari salah satu faktor seperti genetik, umur

tanaman inang, nutrisi, dan faktor lingkungan seperti suhu dan tanah.

Sporulasi terjadi jika kelembaban terjadi di atas 90 % di bawah kondisi optimum. konidiofor

dibentuk selama 4 – 6 jam. 1 konidium terbentuk dalam waktu 40 menit. Sejumlah spora dihasilkan

oleh beberapa luka yang telah ditemukan pada hari yang ke – 6 berupa luka. Sporulasi maksimum

terjadi pada 7 – 12 hari setelah inokulasi, sporulasi berlanjut sampai 60 hari (Anonim, 1991 dalam

Sijabat, 2009). Hasil pengamatan menunjukkan konidium dan spora tidak terbentuk karena

kelembaban kurang sehingga sporulasi terhambat.

Uji Antagonisme Bakteri P. fluorescens terhadap Cendawan P. oryzae secara In Vitro

Hasil pengamatan uji antagonisme hari ke – 7 pada media Kellman’s menunjukkan bahwa

bakteri P. fluorescens mampu menghambat pertumbuhann cendawan P. oryzae, sehingga selama

masa pertumbuhan optimum cendawan tersebut tidak tumbuh miselium secara sempurna.

Page 6: Artikel Pkl

Gambar 4. Hasil uji antagonisme setelah hari ke – 7 pada media Kellman’sSumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Hasil uji antagonisme hari ke – 7 yang ditumbuhkan pada media PDA menunjukkan bahwa

bakteri P. fluorescens mampu menghambat pertumbuhan cendawan P. oryzae tetapi tidak terlalu

signifikan seperti pada media Kellman’s. Selama masa pertumbuhan optimum miselium P. oryzae

masih dapat tumbuh tetapi tidak bisa optimal karena terhambat oleh koloni bakteri P. fluorescens.

Gambar 5. Hasil uji antagonisme hari ke – 7 pada media PDASumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Berdasarkan data hasil pengamatan uji antagonisme bakteri P. fluorescens terhadap

cendawan P. oryzae secara in vitro, didapatkan hasil bahwa sampai hari ke – 7 tidak terbentuk zona

Page 7: Artikel Pkl

bening pada perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri P. fluorescens mampu menghambat

pertumbuhan cendawan P. oryzae.

Mekanisme antagonisme yang dilakukan oleh bakteri P. fluorescens meliputi kompetisi

ruang, dan kemungkinan juga terjadi kompetisi nutrisi serta antibiosis. Kompetisi ruang

ditunnjukkan dengan adanya koloni bakteri yang tumbuh tersebar hampir di seluruh media.

kompetisi nutrisi terjadi karena bakteri P. fluorescens mampu menyerap bahan organik yang

terkandung pada media dan mengkhelat sisa metabolisme. Antibiosis terjadi karena bakteri P.

fluorescens mampu mengeluarkan toksik yang bisa menginfeksi cendawan P. oryzae.

Uji antagonisme hari ke – 7 pada media Kellman’s menunjukkan bahwa pertumbuhan

cendawan P. oryzae terhambat oleh bakteri P. fluorescens.

Uji antagonisme hari ke – 7 pada media PDA menunjukkan bahwa pertumbuhan cendawan

P. oryzae terhambat oleh bakteri P. fluorescens tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini terjadi karena

adanya kompetisi ruang antara kedua organisme tersebut. Selain itu terhambatnya pertumbuhan

cendawan P. oryzae kemungkinan disebabkan oleh terjadinya kompetisi nutrisi antara bakteri P.

fluorescens dengan cendawan P. oryzae yang terkandung dalam media PDA.

Ketahanan tanaman terhadap suatu patogen dapat terjadi dengan sendirinya sebagai reaksi

terhadap adanya serangan patogen, atau terjadi dengan adanya pengaruh dari luar seperti induksi

ketahanan oleh bakteri yang tidak bersifat patogen yang mengkolonisasi daerah perakaran. Menurut

Van Loon et al. (1998) dalam Hamdani (2007), semua tanaman memiliki mekanisme pertahahan /

perlawanan aktif melawan serangan patogen. Mekanisme tersebut gagal ketika tanaman diinfeksi

oleh patogen ganas. Jika mekanisme perlawanan dipicu oleh suatu rangsangan sebelum infeksi

patogen, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi.

Menurut Oejiono (1994) dalam Mihardjo dan Majid (2008), mekanisme penghambatan

patogen oleh mikrobia antagonis umumnya disebabkan karena proses antibiosis, kompetisi nutrisi

dan parasitisme. Menurut Kurniawan (1996) dalam Mihardjo dan Majid (2008), aktifitas bakteri

antagonis P. fluorescens dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen dalam media biakan

disebabkan oleh kemampuannya untuk mengambil unsur besi dari media dengan membentuk

komplek besi pigmen . Pigmen yang dihasilkan bakteri ini lebih memperlihatkan sifat fungistatik

lebih lanjut. Wakimoto et. al (1986) dalam Mihardjo dan Majid (2008), menyatakan bahwa

kemampuan menghambat pertumbuhan cendawan P. oryzae tersebut adalah karena adanya zat

antibiosis yang dihasilkan oleh bakteri dan secara difusi melalui medium dapat menghambat

pertumbuhan cendawan pathogen serta karena produksi siderofor yang dapat menghelat ion ion besi

Page 8: Artikel Pkl

yang dibutuhkan oleh patogen. Sehingga ketersediannya dalam medium menjadi berkurang atau

sama sekali tidak tersedia. Selain itu menurut Eliza (2004) dalam Hamdani (2007), mikroorganisme

antagonis dapat langsung menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi dengan

patogen terhadap makanan atau tempat tumbuh, dan menginduksi ketahanan inang.

Kemampuan bakteri dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen secara in vitro

membuktikan bahwa bakteri tersebut mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai agens hayati

untuk mengendalikan penyakit blast daun yang disebabkan oleh patogen P. oryzae.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Eksplorasi cendawan P. oryzae diperoleh dari tanaman padi yang terserang penyakit blast daun

isolat Pamekasan, ditumbuhkan melalui proses sporulasi, ditumbuhkan pada media PDA dan

inokulasi pada media PDA. Pemurnian cendawan P. oryzae dapat dilakukan pada media PDA. Uji

antagonisme bakteri P. fluorescens terhadap cendawan P. oryzae secara in vitro menunjukkan

bahwa bakteri mampu menghambat pertumbuhan cendawan melalui mekanisme kompetisi ruang.

Kemungkinan juga karena terjadi kompetisi nutrisi dan antibiosis. Setelah dibiarkan kurang lebih

selama tujuh hari didapatkan pertumbuhan cendawan P. oryzae terhambat oleh bakteri P.

fluorescens. Uji antagonisme pada media Kellman’s lebih signifikan daripada media PDA.

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Mikroba Antagonis sebagai Agens Hayati Pengendali Penyakit Tanaman. Artikel. On line. Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur. Diakses melalui http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr262044.pdf. Tanggal 7 September 2013.

Anonim. 2013. Blast Daun. Diakses melalui www.slideshare.net/traatha/blast-daun. Tanggal 18 Juli 2013

Anonim. 2013. Potensi Rhizobakteria sebagai Agen Biofungisida untuk Pengendalian Jamur Fitopatogen fusarium sp. Artikel. Diakses melalui http://djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/21/Potensi-Rhizobakteria-sebagai-Agen-Biofungisida-untuk-Pengendalian-Jamur--Fitopatogen-fusarium-sp./. Tanggal 17 Juli 2013

Anonim.2013. Keefektifan Formulasi Pseudomonas fluorescens pada Limbah Organik untuk Mengendalikan Penyakit Rebah Kecambah. IPB. Diakses melalui http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46538/A11akr_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6. Tanggal 10 September 2013

BR. Sijabat, Octa Nina Sari. 2009. Epidemi Penyakit Blast (Pyricularia oryzae Cav.) pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Jarak Tanam Berbeda di Lapangan. Skripsi. Medan : Fakultas

Page 9: Artikel Pkl

Pertanian – USU. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id//handle/123456789/7738. Tanggal 25 Juli 2014

Giyanto. 2012. Kajian Pembiakan Bakteri Kitinolitik Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp pada Limbah Organik dan Formulasinya sebagai Pestisida Nabati (Bio – Pesticide). Laporan Penelitian Dikti. Perpustakaan UI. Diakses melalui http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=133825&lokasi=lokal. Tanggal 13 Juli 2013

Hamdani, Ramdan. 2007. Pengaruh Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman Terhadap Kejadian Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Lapangan. Bogor : Fakultas Pertanian – IPB. Diakses melalui http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48429/A07rha1.pdf?sequence=1.Tanggal 9 September 2013

Juwinatah. 2009. Uji Bakteri Pseudomonas fluorescens sebagai Penghasil Fitohormon IAA (indole-3 Acetic Acid). Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi, Unair. Diakses melalui ejournal.unair.ac.id. tanggal 13 Juli 2013

Kartika B., Ardiana. 2013. Teknik Eksplorasi dan Pengembangan Bakteri Pseudomonas flourescens. Laboratoriun PHP Banyumas. Diakses melalui ejournal.unri.ac.id/index.php/PTJ/article/.../1152. Tanggal 13 Juli 2013

Mihardjo, Ashna dan Abdul Majid. 2008. Pengendalian Penyakit Layu pada Pisang dengna Bakteri Antagonis Pseudomomas flourescens dan Bacillus subtilis. Jurnal Pengendalian Hayati (2008) I : 26 – 31. Diakses melalui http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPH/search/results tanggal 13 Juli 2013

Nuraeni, Sitti dan Abdul Fattah.2012. Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas flourescens dan P. putida untuk Mengendalikan P. solanacearum Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Murbei. Jurnal Prennial 3(2) : 44-48. Diakses melalui repository.ipb.ac.Tanggal 13 Juli 2013

Nurliana. 2012. Uji Efektitifitas Bakteri Pseudomonas flourescens dari Beberapa Rizosfer Terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) di Lapangan. Universitas Sumatra Utara : Tesis. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id//handle/123456789/7738. Tanggal 17 Juli 2013

Sheila, Kharisma Dewi,dkk. 2013. Ketahanan Beberapa Genotipe Padi Hibrida (Oryza Sativa L.) Terhadap Pyricularia oryzae Cav. Penyebab Penyakit Blas Daun Padi. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2. UB. Malang. Diakses melalui jurnalhpt.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jhpt/.../23. Tanggal 16 Juli 2013.

Suryadi, Y., 2009. Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) Pada Tanaman Kacang Tanah. Dalam Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol. 9 No. 2 ; 174 – 180, September ,2009.