artikel ilmiah meningkatkan pemahaman ...repository.unja.ac.id/4371/1/artikel ilmiah.pdfpelajaran,...

23
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DI KELAS V C SDN No. 80/I MUARA BULIAN SKRIPSI Oleh YULIA PURNAMA SARI NIM A1D114003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Upload: lamngoc

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1

ARTIKEL ILMIAH

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME)

DI KELAS V C SDN No. 80/I

MUARA BULIAN

SKRIPSI

Oleh

YULIA PURNAMA SARI

NIM A1D114003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 2

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME)

DI KELAS V C SDN No. 80/I

MUARA BULIAN

Diajukan Oleh:

YULIA PURNAMA SARI

NIM A1D114003

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK

Sari, Yulia Purnama. 2018. “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika

Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di

Kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian”. Skripsi. Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi,

Pembimbing: (1) Dr. Yantoro, M.Pd dan (2) Agung Rimba Kurniawan,

S.Pd,. M.Pd.

Kata Kunci: Pemahaman Konsep Matematika, Pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME).

Berdasarkan latarbelakang masalah, Masalah rendahnya pemahaman konsep

matematika siswa, terjadi di kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian setelah

melakukan observasi dan kolaborasi dengan guru kelas. Berdasarkan penjelasan

guru kelas, Siswa masih bingung ketika diberi soal tetapi siswa tidak bisa

mengerjakan karena siswa tidak paham konsep matematika yang diajarkan. Siswa

tidak ada yang bertanya kepada guru ketika siswa belum memahami materi yang

diajarkan. Sehingga pada saat guru memberi soal latihan banyak siswa yang

kesulitan mengerjakan dan nilai hasil belajar siswapun rendah yang

mengindikasikan bahwa pemahaman konsep Matematika siswa rendah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Pemahaman Konsep

Matematika Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

di Kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian. Jenis penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang membahas tentang Bagaimana penerapan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dalam meningkatkan pemahaman

konsep matematika di kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian. Penelitian ini

terdiri dari dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dengan 4 tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian yang berjumlah

23 orang yang terdiri dari 13 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 3

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I mengenai hasil observasi

pemahaman konsep Matematika yaitu sebesar 46,81% dan mengalami

peningkatan pada siklus II menjadi 72,28%. Hasil evaluasi tes tertulis dengan

ketuntasan klasikal 65,21% pada siklus I, dan mengalami peningkatan pada siklus

II menjadi 82,60%. Berdasarkan hasil penelitian, Peneliti lain hendaknya lebih

kritis dalam menghadapi masalah yang muncul dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam masalah pembelajaran sehingga hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai referensi dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan RME.

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pendekatan RME memiliki

peran dalam meningkatkan pemahaman konsep Matematika di kelas V C SDN

No. 80/I Muara Bulian.

1 PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola

pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika,

para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman

tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek

(abstraksi).

Sesuai dengan salah satu tujuan matematika pada pendidikan adalah agar

siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika. Pemahaman konsep

sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa

dalam mempelajari matematika. Menurut Bloom (Susanto, 2013:6) “pemahaman

konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi

pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang

mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi

konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan matematika yang merupakan ilmu

abstrak, dan agar siswa dapat memahami konsep matematika, seorang guru

dituntut memiliki keterampilan dan kemampuan untuk berkreasi. Hal tersebut

bertujuan untuk mengemas pembelajaran matematika menjadi lebih menarik,

konkret, dan sesuai dengan tahap perkembangan berpikir anak dengan

menghadirkan benda atau contoh-contoh nyata yang ada disekeliling siswa,

siswa akan lebih paham tentang materi pembelajaran yang disampaikan oleh

guru sehingga setiap pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran

matematika pada siswa Sekolah Dasar tidak lagi mengutamakan pencapaian

materi, tetapi lebih mengutamakan pada bagaimana siswa dapat mengolah

informasi dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar ideal matematika yang harus dicapai oleh masing-

masing siswa.

Anggapan siswa yang memandang atau berfikir bahwa matematika hanya

penuh dengan rumus dan abstrak karena dengan bentuk pengajaran yang

diberikan guru di sekolah tidak menampakkan bentuk-bentuk aplikasi

matematika dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan banyak siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga pemahaman

konsep siswa terhadap matematika menjadi rendah.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 4

Masalah rendahnya pemahaman konsep matematika siswa, terjadi di kelas

V C SDN No. 80/I Muara Bulian setelah melakukan observasi dan kolaborasi

dengan guru kelas. Berdasarkan penjelasan guru kelas, Siswa masih bingung

ketika diberi soal tetapi siswa tidak bisa mengerjakan karena siswa tidak paham

konsep matematika yang diajarkan.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28

September 2017 ditemukan masalah-masalah yang ada di kelas tersebut yaitu,

pada indikator pertama yaitu kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep

hitung perkalian pada pecahan , pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya

memberi contoh di papan tulis kemudian siswa di suruh memperhatikan dan

siswa di suruh mengerjakan latihan yang ada di buku paket halaman 29. Siswa

cepat lupa mengenai pembelajaran karena pembelajaran tidak bermakna yaitu

tidak dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Dan siswa juga tidak bisa

mengungkapkan kembali apa yang telah diajarkan oleh gurunya.

Berdasarkan data hasil observasi ini didapat persentase observasi sebanyak

4 indikator dan setiap indikator terdapat 3 deskriptor yang menjelaskan setiap

point-point yang diamati. Dari point tersebut deskriptor yang memiliki

persentase tertinggi, yaitu pada deskriptor: siswa mampu menyebutkan konsep

hitung perkalian pada pecahan dengan tepat. Pada deskriptor tersebut memiliki

persentase 60,86% atau sebanyak 14 siswa yang mampu menyebutkan konsep

hitung perkalian pada pecahan dengan tepat. Sedangkan deskriptor yang

memiliki persentase terendah, yaitu pada deskriptor siswa mampu menjawab

soal dengan cepat dan tepat, siswa dapat menjawab benar apabila pernyataaan

yang diberikan itu benar, dan siswa dapat menyebutkan perkalian sesuai

konsepnya secara lisan dengan lancar. Pada masing-masing deskriptor tersebut

memiliki persentase 21,73 atau sebanyak 5 siswa.

Berdasarkan hal tersebut peneliti memberikan pretest mengenai tingkat

pemahaman konsep siswa pada tanggal 4 Oktober 2017. Siswa yang hadir saat

pretest yang peneliti lakukan berjumlah 23 orang, yang terdiri dari 10 siswa laki-

laki dan 13 siswa perempuan. Hasil pretest yang menunjukkan dari 23 orang

siswa hanya 5 orang yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditetapkan sekolah di dalam dokumen Guru, yaitu 65. Hal itu menunjukkan

hanya 21,7 % dari jumlah siswa yang menunjukkan rata-rata nilai sesuai KKM.

Keadaan tersebut menunjukkan belum optimalnya hasil belajar yang

mengindikasikan pemahaman konsep matematika siswa yang rendah.

Pembelajaran masih berpusat pada buku dan guru hanya memberi contoh di

depan dan siswa langsung disuruh mengerjakan soal latihan.

Masalah rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran

matematika ini tentu harus segera dilakukan sebuah tindakan supaya pemahaman

konsep matematika di kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian meningkat.

Pendekatan pembelajaran yang sesuai bisa menambah pemahaman konsep siswa

adalah dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME). RME adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada

kebermaknaan ilmu pengetahuan. Suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi

pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah Realistic. Menurut

Fathurrohman (2015:189) pendekatan RME juga diberi pengertian “cara

mengajar dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelidiki dan

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 5

memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi nyata”. Hal

ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa sehingga siswa akan

memahami materi yang diajarkan oleh gurunya..

Proses pembelajaran menggunakan pendekatan RME menekankan akan

pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan

matematika oleh siswa sendiri, dapat memberikan kesempatan siswa aktif dan

kreatif. Siswa akan lebih mudah mengingat jika mereka membangun

pengetahuan itu sendiri. Melalui konteks nyata siswa lebih mudah memahami

suatu konsep, sehingga dengan pendekatan RME diharapkan siswa akan lebih

memahami dan mengingat materi yang dipelajari, karena kebermaknaan ilmu

pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti rumuskan dalam

judul: “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Menggunakan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di Kelas V C SDN No. 80/I

Muara Bulian”.

2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoretik

2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Istilah matematika memiliki beberapa pengertian bergantung pada cara

pandang orang yang melaksanakannya. Syafri (2016:8) mengemukakan bahwa

“kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika, awalnya diambil dari

bahasa Yunani mathematike yang artinya mempelajari. Mathematika berasal dari

kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu”. Berdasarkan asal kata

tersebut, matematika berarti ilmu pengetahuan yang di dapat dengan cara belajar

(berpikir).

Matematika merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dengan

struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut BSNP (2006:147) “matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya. Dari

penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar

matematika tidak cukup menghafal, tetapi siswa juga harus memahami konsep-

konsepnya. Dalam mempelajari konsep-konsep matematika harus berurutan,

yaitu dari konsep dasar kemudian ke konsep yang lebih tinggi agar siswa mudah

belajar.

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Kedua aspek tersebut akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan

pembelajaran berlangsung yang didalamnya akan terjadi proses interaksi antara

guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Dimyati (Susanto,

2013:186) “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar”.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 6

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Berdasarkan lampiran Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi

dalam (Wijaya, 2012:16) mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut: (a)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah; (b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifa,

malakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (c) Memecahkan masalah;

(d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah; (e) Memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah. (Wijaya, 2012:16)

Tujuan pembelajaran matematika tersebut agar tercapai, seorang guru

seharusnya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa

menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa dapat membentuk

makna dari pelajaran tersebut melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksinya

dalam ingatan sehingga ilmu yang didapat tidak akan mudah lupa dan siswa akan

mudah untuk menerima materi yang telah diberikan oleh guru. Menurut Piaget

(Susanto, 2013:191) “pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan,

dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri”. Jadi, untuk mencapai tujuan

pembelajaran matematika diperlukan suatu pembelajaran yang akan membuat

siswa menemukan sendiri konsep matematika dan siswa itu sendiri yang

mengembangkan konsep matematika tersebut, sehingga siswa tidak akan mudah

lupa dan tujuan pembelajaran matematika tercapai.

2.1.1.4 Teori Belajar Matematika

a. Teori Belajar William Brownell

Menurut William Brownell (Karso,dkk, 2008:1.23) “belajar itu pada

hakekatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa

belajar matematika itu harus merupakan belajar bermakna dan pengertian”.

Belajar matematika menurut William Brownell (Syafri, 2016:12) “belajar

bermakna, dalam arti setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti

sampai pada latihan atau hafalan”.

2.1.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai

12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2007:1) “mereka berada pada fase

operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan

dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun

masih terikat dengan objek yang bersifat konkret”.

2.1.3 Pemahaman Konsep Matematika

2.1.3.1 Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman menurut Bloom (Susanto, 2013:6) “pemahaman adalah

seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang

diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta

mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 7

hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.Menurut Dorothy J.

Skeel dalam Susanto (2013:8) “konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam

pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian”. Menurut Gagne dalam

Karso, dkk (2008:1.29) “belajar matematika ada dua objek, yaitu objek langsung

belajar matematika dan objek tidak langsung dari belajar matematika. Objek

langsung meliputi fakta, operasi, konsep, dan prinsip. Sedangkan objek tidak

langsung mencakup kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri,

bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar”. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa konsep adalah objek tak langsung dari matematika yang dapat diperoleh

oleh siswa.

Dari penjelasan yang telah di uraikan dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep matematika adalah kemampuan menyerap arti dari suatu ide

abstrak yang dapat digunakan untuk mengelompokkan objek-objek itu termasuk

atau tidak termasuk kedalam ide abstrak yang dipelajari melalui kegiatan

mengenal, menjelaskan dan menarik kesimpulan. Dalam mengajarkan konsep

kepada siswa, guru dapat menggunakan berbagai macam sumber untuk digunakan

dalam mengajarkan konsep tersebut.

2.1.3.2 Indikator Pemahaman Konsep Matematika

Menurut Sanjaya (2009: 21) indikator yang termuat dalam pemahaman

konsep matematika adalah: (1)Mampu menyatakan ulang sebuah konsep. (2) mampu menyajikan situasi

matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan. (3) mampu

mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan

yang membentuk konsep tersebut. (4) mampu menerapkan hubungan antara konsep

dan prosedur. (5) mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang

dipelajari. (6) mampu menerapkan konsep secara algoritma. (7) mampu

mengembangkan konsep yang telah dipelajari. ( Sanjaya, 2009:21)

Dalam penelitian ini peneliti memilih indikator yang akan digunakan untuk

observasi pemahaman konsep Matematika kepada siswa antara lain:

1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep

Yaitu kemampuan siswa dapat mengungkapkan kembali apa yang telah diajarkan

oleh gurunya.

2. Kemampuan menguasai konsep

Yaitu kemampuan siswa dapat menjelaskan sebagian atau keseluruhan bahan

pelajaran dengan menggunakan bahasa atau cara mereka sendiri. Sehingga apabila

siswa telah dinyatakan paham terhadap konsep berarti siswa tersebut dapat

menyatakan sebuah konsep dengan cara mereka sendiri setelah mereka diberikan

materi pelajaran. Dengan kemampuan siswa menjelaskan, maka siswa tersebut

sudah memahami konsep dari suatu mata pelajaran yang telah diberikan meskipun

penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama persis

dengan konsep tetapi maksudnya itu sama.

3. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika

Yaitu kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat

matematis.

4. Kemampuan membedakan contoh dan bukan contoh

Yaitu kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh yang benar dan contoh

yang tidak benar dari suatu konsep. Siswa yang dapat mengerti contoh yang benar

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 8

dari suatu materi pelajaran dan dapat mengerti contoh yang tidak benar dari suatu

materi pelajaran, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut sudah paham

konsep.

2.1.4 Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

2.1.4.1 Pengertian Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah suatu

pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan situasi dunia nyata dan

pengalaman siswa sebagai titik tolak belajar matematika. Menurut Syafri

(2016:91) “teori pembelajaran matematika realistik pertama kali diperkenalkan

dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal”.

Freudenthal (Hadi, 2017:8) “pendidikan harus mengarahkan siswa kepada

penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali

matematika dengan cara mereka sendiri”.

Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

(RME) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan khusus

matematika melalui masalah nyata yang dihadapkan kepada siswa sehingga

memberi peluang untuk mereka belajar sesuai dengan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh siswa itu sendiri sehingga kesan yang mereka terima lebih baik

dan lebih lama mereka ingat.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME)

Menurut Suwarsono dalam Fatmahanik (2016:23) kelebihan pembelajaran

Realistic Mathematics Education (RME) yaitu: 1. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang

keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari.

2. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang

kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa.

3. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa cara menyelesaikan suatu soal

atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang

satu dengan orang yang lain. Setiap siswa berhak menemukan atau

menggunakan solusi dengan caranya sendiri.

4. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika

harus melalui proses pembelajaran dan menemukan sendiri konsep-konsep

matematika.

5. Siswa lebih berani mengungkapkan idea atau pendapat serta bertanya atau

memberi bantuan kepada temannya.

6. Dalam menjawab soal siswa terbiasa untuk memberi alasan dari jawabannya.

(Suwarsono dalam Fatmahanik, 2016:23)

Sedangkan menurut Suwarsono dalam Fatmahanik (2016:23) kekurangan

pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) yaitu: 1. Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan yang sangat

mendasarmengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk dipraktekkan.

2. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat tidak selalu mudah

untuk setiap topik matematika.

3. Proses matematisasi horizontal dan vertikal sulit untuk dilakukan karena

proses dan berfikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar guru bisa

membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep

matematika tersebut.

4. Proses pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui soal-soal

kontekstual bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 9

5. Proses pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui model soal-soal

kontekstual bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

6. Guru matematika yang belum paham tentang PMR akan mengalami

kesulitan dalam mempersiapkan sumber pembelajaran yang memenuhi

prinsip dan karakteristik PMR. (Suwarsono dalam Fatmahanik, 2016:23)

Berdasarkan uraian mengenai kelebihan dan kekurangan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME), menjadi acuan dalam pembelajaran

untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik untuk meminimalisir kekurangan

penerapan pendekatan RME.

2.2 Penelitian Relevan

Sebagai referensi, peneliti melakukan penelurusan terhadap penelitian-penelitian

terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa

masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Operasi Hitung Perkalian Siswa Kelas 2 SD. Penelitian ini dilakukan

oleh Bactharudin mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa Penerapan Matematika Realistik (PMR) dapat

meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung perkalian siswa 2C SDN SKJ I.

Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 63,75 dan

siklus II 85,75. Padahal nilai rata-rata pra siklus sebesar 57,7. Pada pra siklus

presentase 16,6 % siswa yang dapat mencapai KKM, sedangkan pada siklus I

menjadi 20% dan siklus II 90%. (Bactharudin, 2016)

2. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar. Penelitian ini dilakukan oleh Dewinta mahasiswa Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya.

Nilai rata-rata siswa pada prasiklus adalah 34,32 dengan ketuntasan sebesar

4%.Padasiklus I,nilai rata-rata siswa meningka tmenjadi 51,8 Dengan ketuntasan

sebesar 16% . Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 77,4 dengan

ketuntasan sebesar 76%, dan pada siklus III nilai rata-rata siswa menjadi 90

Dengan ketuntasan 96%. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas IV SDN

X materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. (Dewinta, 2016)

3. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Bangun Ruang pada Siswa

Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan oleh Puri, dkk, mahasiswa PGSD FKIP

Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak

tiga siklus pada materi sifat-sifat bangun ruang mata pelajaran matematika, dapat

disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran RME dapat

meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD

Negeri Kleco 2 No. 242 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Peningkatan

pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang diketahui dengan hasil tes evaluasi

pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkartan rata-rata dan persentase

ketuntasan secara klasikal. Rata-rata nilai pemahaman konsep sifat-sifat bangun

ruang pada kondisi awal 61,06 dengan ketuntasan klasikal sebesar 36,67% atau 11

siswa dari 30 siswa yang mencapai nilai KKM ≥70. Siklus I sebesar 76,33 dengan

ketuntasan klasikal 66,67% atau 20 siswa yang mencapai nilai KKM ≥75. Siklus II

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 10

se- besar 80,63 dengan ketuntasan klasikal 73,33% atau 22 siswa yang mencapai

nilai KKM ≥75. Siklus III sebesar 84,3 dengan ketuntasan klasikal 93,33%. (Puri,

dkk, 2016)

Dari ketiga hasil penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan, terdapat

kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu penggunaan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk meningkatkan

pemahaman konsep matematika, akan tetapi dari ketiga penelitian tersebut tidak

ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti. Untuk hasil

penelitian yang pertama yang dilakukan Bactharudin, memiliki perbedaan dengan

penelitian yang hendak dilakukan yaitu mengenai objek siswa dan materi yang

akan dikenakan perlakuan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).

Penelitian yang akan peneliti teliti yaitu pada kelas V C SDN No. 80/I Muara

Bulian.

Untuk hasil penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Dewinta, memiliki

perbedaan dengan penelitian yang hendak dilakukan yaitu mengenai objek siswa

dan materi yang akan dikenakan perlakuan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME). Penelitian yang akan peneliti teliti yaitu pada kelas V C SDN

No. 80/I Muara Bulian.

Untuk hasil penelitian yang ketiga yang dilakukan oleh Puri, dkk, memiliki

perbedaan dengan penelitian yang hendak dilakukan yaitu mengenai materi

pelajaran dan tempat penelitian yaitu di kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian.

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 11

Berdasarkan skema kerangka berpikir, dapat dideskripsikan bahwa penelitian

diawali adanya masalah yang ditemukan di kelas V C SDN No.80/I Muara Bulian.

Masalah yang perlu segera di cari solusinya yaitu mengenai pemahaman konsep

matematika siswa yang masih rendah. Dalam upaya meningkatkan pemahaman

konsep matematika siswa , peneliti memilih tindakan yaitu menggunakan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini yaitu terdapat beberapa tahap,

diantaranya: Planning (rencana), implementasi tindakan, Observation

(pengamatan), dan Refleksi (refleksi). Penelitian ini juga didukung dengan adanya

teori pendukung dan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) diharapkan

dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika di kelas V C SDN No. 80/I

Muara Bulian.

3 METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian

yang berjumlah 23 orang terdiri dari 13 orang siswa perempuan dan 10 orang

siswa laki-laki. Alasan pemilihan kelas V C dikarenakan peneliti menemukan

permasalahan dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. Berdasarkan

hasil observasi awal kelas V C ditemukan bahwa masalah rendahnya

pemahaman konsep matematika berupa pemahaman konsep matematika siswa

rendah yang ditunjukkan dari proses pembelajaran dan hasil pretest yang peneliti

lakukan di kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah SDN No. 80/I Muara Bulian beralamat di Jalan

Jendral Sudirman Kelurahan Rengas Condong Kecamatan Muara Bulian

Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

semester genap 2017. Pelaksanaan dari perancangan yang telah dibuat, perlu

disusun agenda kegiatan sehingga penelitian dapat dilaksanakan secara

sistematis dan terjadwal.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah

pembelajaran di dalam kelas melalui relfleksi diri dalam upaya memecahkan

masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana

dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut

(Sanjaya, 2010:26).

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terstruktur. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan model siklus, yaitu berbentuk spiral dari

siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus I dilakukan refleksi awal dan studi pendahuluan dengan

mengkaji literatur dan melakukan konsultasi dengan orang yang dianggap

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 12

memiliki keahlian dalam proses pembelajaran. Setelah itu barulah menyusun

perencanaan dan melakukan tindakan. Banyaknya siklus tidak dapat dipastikan,

karena menyangkut terselesainya masalah dalam kelas yang diteliti. Misalnya jika

dalam satu atau dua siklus permasalahan yang ada sudah dapat diatasi maka

penelitian dapat diakhiri, namun jika dalam satu atau dua siklus permasalahan

belum dapat terselesaikan maka dilanjutkan ke siklus ketiga dan seterusnya.

Siklus kedua dan seterusnya dilaksanakan dengan merevisi faktor-faktor yang

dianggap mampu memperbaiki hasil dari siklus sebelumnya.

1. Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan tindakan peneliti melaksanakan tindakan sebagai

berikut :

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang sesuai dengan

analisis kondisi siswa.

2. Menyiapkan bahan dan sumber pembelajaran.

3. Menyiapkan lembar tes pemahaman konsep matematika yang dibuat

berdasarkan indikator pemahaman konsep.

4. Membuat lembar observasi Keterlaksanaan RPP menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME).

5. Membuat lembar observasi aktivitas siswa dalam penerapan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME).

6. Membuat lembar observasi pemahaman konsep matematika siswa.

2 Implementasi Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan adalah

merealisasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di

persiapkan sebelumnya dalam tindakan nyata. Pada tahap pelaksanaan tindakan

kelas ini guru memberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME). Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti

mengajar siswa dengan menggunakan RPP yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan

tindakan ini, peneliti dibantu oleh satu rekan guru sejawat atau mitra peneliti.

Tugas rekan guru sejawat atau mitra peneliti adalah membantu mengamati

aktivitas peneliti dalam menerapkan dan mengamati partisipasi siswa serta

mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan merupakan RPP kurikulum

satuan pendidikan (KTSP).

3. Observasi

Pada tahap observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang berupa

perubahan kinerja proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

RME dan observasi untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa.

Kegiatan Observasi ini terdiri dari observasi aktivitas guru, observasi aktivitas

siswa. Aspek yang di observasi dari guru adalah terkait dengan keterlaksanaan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME. Aspek yang di

observasi dari siswa adalah terkait dengan kegiatan pembelajaran siswa

menggunakan pendekatan RME dalam setiap langkah-langkah pembelajaran dan

observasi untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa. Observasi

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 13

aktivitas siswa, dan lembar observasi untuk mengetahui pemahaman konsep

matematika siswa.

4 Refleksi

Data yang diperoleh pada lembar observasi, dan hasil tes dianalisis

kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi dengan melakukan diskusi

antara peneliti dan rekan guru sejawat (mitra peneliti). Diskusi tersebut bertujuan

untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Kelebihan yang terdapat

dalam pembelajaran siklus pertama akan dijadikan acuan peneliti dan guru dalam

melakukan siklus berikutnya, dan kekurangan yang masih terdapat dalam

pembelajaran akan didiskusikan bersama cara penyelesaiannya, sehingga peneliti

dapat menentukan perbaikan pembelajaran sebagai bahan menyusun tindakan

pada siklus berikutnya. Jika dengan tindakan yang diberikan dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran matematika sesuai

indikator capaian penelitian, maka penelitian dihentikan. Tapi jika indikator

capaian penelitian belum tercapai, penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada wali kelas dan siswa

kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian, untuk mengetahui kondisi awal siswa

pada mata pelajaran matematika.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat

menentukan dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Sanjaya (2013:155),

“observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas

tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan/kekurangan

tindakan yang telah dilakukan”. Hal-hal yang di observasi yaitu: (1) bagaimana

aktivitas guru dalam membelajarkan materi pelajaran kepada siswa dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), (2)

bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menggunakan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), dan (3) bagaimana

aktivitas siswa dalam memahami konsep matematika.

3. Tes Pemahaman Konsep Matematika

Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dimaksudkan untuk

mengukur hasil belajar siswa khususnya dari aspek kognitif pemahaman siswa

pada mata pelajaran matematika di kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian. Tes

berupa soal tertulis yang diberikan pada akhir siklus pembelajaran. (kisi-kisi

soal tes tertulis terletak di lampiran).

4. Dokumentasi

Menurut Sugiono (2015:329) “dokumen merupakan catatan peristiwa

penting yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya- karya monumental dari seseorang”.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.2 Data Hasil Observasi

Lembar observasi pemahaman konsep dianalisis untuk mengetahui

seberapa banyak siswa yang paham terhadap konsep Matematika menggunakan

pendekatan RME. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 14

1. Memberi skor 1 apabila dilakukan oleh siswa dan memberi nilai 0 apabila

tidak dilakukan oleh siswa.

2. Peneliti melakukan observasi pemahaman konsep dengan menggunakan

rumus menurut Aries dan Haryono (2012: 95), nilai pemahaman konsep

tiap individu : ∑

∑ x 100

3. Setelah menghitung kemampuan individu, langkah selanjutnya yaitu

menghitung kriteria ketuntasan kelas dan persensi keberhasilan

pemahaman konsep siswa dengan rumus persentase dari Aries dan

Haryono (2012: 95):

a. persentase keberhasilan pemahaman konsep Matematika ∑

∑ x 100%

b. persentase keberhasilan pemahaman konsep Matematika secara

klasikal ∑

∑ x 100%

Tahap selanjutnya yaitu mengkonfirmasi hasil penelitian kedalam kategori

penentuan nilai. Teknik ini sering disebut analisis deskriptif kuantitatif dengan

teknik persentase. Berdasarkan pendapat tersebut, maka hasil dari perhitungan

persentase penelitian ini peneliti menafsirkan ke dalam kategori sebagai berikut: Tabel 3.4 Taraf keberhasilan Tindakan

Skor (%) Kualifikasi

85-100 A (Sangat Baik)

70-84 B (baik)

55-69 C ( Cukup)

40-54 D (kurang)

0-39 E (sangat kurang)

(sumber: Aries dan Haryono, 2012: 95)

3.6.2 Data Hasil Tes

a. Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila

memperoleh nilai ≥ 65 dipilih karena sesuai dengan ketuntasan belajar siswa kelas

V C SD Negeri 80/I Muara Bulian. Data ini di olah dengan rumus:

Persentase siswa individu =

× 100

Penilaian dilakukan dengan mengkonfirmasi persentase penilaian dengan

kriteria sebagai berikut:

85% - 100% = sangat baik

75% - 84,99% = baik

65% - 74,99% = cukup

55% - 64,99% = kurang

<55% = rendah

Sumber: Komalasari(2010)

b. Ketuntasan Hasil Belajar Klasikal

Dalam tes hasil belajar dalam proses pembelajaran dianalisis dengan

menggunakan annalisis ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 15

jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas dengan rumus menurut Purwanto

(2011: 207), antara lain:

KK =

× 100%

Keterangan:

KK : Ketuntasan klasikal

X : Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

Z : Jumlah siswa

Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika ≥ 75% siswa memperoleh skor

minimal 65 yang akan dilihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.

3.7 Kriteria Keberhasilan

Indikator capaian penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini ditentukan

sebagai berikut:

1. Penelitian ini akan dikatakan berhasil apabila sudah mengalami peningkatan

antara pemahaman konsep matematika siswa dari kondisi awal, dan setelah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) sampai selesainya tindakan.

2. Hasil belajar siswa dikategorikan tuntas secara individual apabila mencapai

nilai ≥ 65.

3. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila mencapai ≥ 75%

dari jumlah siswa keseluruhan atau dalam kategori baik.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Penelitian Siklus I

4.2.1.1 Perencanaan Penelitian Siklus I

4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

4.2.1.3 Observasi Tindakan Siklus I

4.2.1.4 Refleksi Penelitian Siklus 1

4.2.2 Hasil Penelitian Siklus II

4.2.2.1 Perencanaan Penelitian Siklus II

4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

4.2.2.3 Observasi Penelitian Siklus II

4.2.2.4 Refleksi Penelitian Siklus II

4.3 Perbandingan Hasil tindakan Antar Siklus

a. Perbandingan Hasil Tes antara Siklus I dan Siklus II

Perbandingan nilai evaluasi atau hasil tes siklus I dan siklus II dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II

Aspek yang

diamati

Nilai Pretest Nilai Siklus I Nilai Siklus II

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 16

Nilai Tertinggi 80 95 100

Nilai

Terendah

10 20 40

Nilai Rata-rata 44,7 57,39 70,21

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Nilai Evaluasi Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, antara nilai siswa pada saat

Pretest, siklus I dan siklus II . Nilai rata-rata kelas pada saat pretest yaitu sebesar

44,7, sedangkan pada siklus I yaitu sebesar 57,39 dan pada saat siklus II sudah

mengalami peningkatan yaitu meningkat 12,82, sehingga pada siklus II menjadi

70,21. Hasil penelitian pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan

penelitian yaitu nilai rata-rata kelas minimal 65. Selain itu, tindakan yang

dilakukan dalam proses pembelajarannya sudah terlihat adanya perbaikan.

Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus kedua sebesar 82,60%, hal ini

menunjukkan bahwa siklus II sudah memenuhi target yang hendak dicapai dengan

target ketuntasan klasikal sebesar 75%. Sehingga tidak dilanjutkan ke siklus

berikutnya.

b. Perbandingan Observasi Pemahaman Konsep Matematika antara Siklus I

dan Siklus II

Perbandingan hasil observasi kemampuan pemahaman konsep matematika

siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 12 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

No. Aspek yang

Diamati

Pra

siklus

Siklus I Siklus II

Pertemuan

I

Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II

1. Jumlah Skor 80 92 161 178 221

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NilaiPretest

Nilai SiklusI

Nilai SiklusII

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 17

2. Persentase 28,98% 33,33% 60,29% 64,48% 80,07%

Total Setiap siklus 28,98% 46,81% 72,28%

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Hasil Observasi Penelitian Setiap Pertemuan

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Pada pra siklus hasil

pengamatan mengenai pemahaman konsep yaitu sebesar 29.89% dan mengalamai

peningkatan pada siklus I, pada siklus I hasil pengamatan mengenai pemahaman

konsep Matematika yaitu sebesar 46,81%, pada pertemuan I sebesar 33,33% dan

mengalami peningkatan pada pertemuan II yaitu sebesar 26,96% sehingga

menjadi 60,29% dengan hasil tes tertulis dengan ketuntasan klasikal 65,21%. Pada

siklus II hasil pengamatan mengenai pemahaman konsep Matematika yaitu

sebesar 72,28%, Pada pertemuan I sebesar 64,49% dan mengalami peningkatan

pada pertemuan II yaitu sebesar 15,58% sehingga menjadi 80,07% dengan hasil

tes tertulis dengan ketuntasan klasikal 82,60%. Di setiap pertemuan antara siklus I

dan siklus II mengalami peningkatan. Sehingga pemahaman konsep matematika

siswa pada materi perkalian pada pecahan ini meningkat.

4.4 Pembahasan Temuan Hasil Tindakan

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V C SDN No. 80/I Muara

Bulian. Setelah melakukan observasi awal, ditemukan permasalahan mengenai

rendahnya pemahaman konsep Matematika. Siswa masih bingung ketika diberi

soal tetapi siswa tidak bisa mengerjakan karena siswa tidak paham konsep

matematika yang diajarkan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti memberikan pretest mengenai tingkat

pemahaman konsep siswa. Siswa yang hadir saat pretest yang peneliti lakukan

berjumlah 23 orang, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Hasil pretest yang menunjukkan dari 23 orang siswa hanya 5 orang yang nilainya

di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah di dalam

dokumen guru, yaitu 65. Hal itu menunjukkan hanya 21,7 % dari jumlah siswa

0

50

100

150

200

250

Jumlah Skor

Persentase

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 18

yang menunjukkan rata-rata nilai sesuai KKM. Keadaan tersebut menunjukkan

belum optimalnya hasil belajar yang mengindikasikan pemahaman konsep

matematika siswa yang rendah.

Berdasarkan hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas, maka

tindakan yang akan dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME). RME adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menekankan pada kebermaknaan ilmu pengetahuan. Suatu ilmu pengetahuan

akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah Realistic.

Menurut Suharta (Fathurrohman, 2015:185) “Realistic Mathematics Education

(RME) adalah kepanjangan dari RME atau pendidikan matematika realistis adalah

suatu teori tentang pembelajaran matematika yang salah satu pendekatan

pembelajarannya menggunakan konteks „dunia nyata‟”.

Peneliti menerapkan pendekatan RME untuk meningkatkan pemahaman

konsep Matematika di kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian dengan cara siswa

diberi masalah nyata yang berkaitan dengan perkalian pada pecahan. Kemudian

siswa memperhatikan penjelasan guru menyelesaikan masalah nyata tentang

perkalian pecahan dengan benda konkret. Kemudian guru membagi siswa menjadi

4 kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang. Siswa diberi

LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. Siswa mengerjakan LKS tentang

masalah sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian pada pecahan dengan

menggunakan benda konkret dengan kelompoknya masing-masing. Masing-

masing siswa akan mengeluarkan pendapatnya dan mereka akan berdiskusi untuk

mencari jawaban berdasarkan soal yang diberikan oleh gurunya. Siswa yang

bernama ALS berpendapat bahwa dalam mengerjakan soal harus sesuai dengan

konsep yang diajarkan, apabila tidak sesuai dengan yang diajarkan maka jawaban

akan salah dan tidak mendapat nilai. Siswa yang bernama BAR berpendapat

bahwa hasil perkalian pada pecahan itu mudah dikerjakan apabila menggunakan

benda konkret. Siswa yang bernama COY berpendapat bahwa hasil perkalian

pada pecahan akan didapatkan dengan mudah apabila guru mengajarnya

menggunakan media konkret. Siswa yang bernama DN berpendapat bahwa dalam

belajar pecahan lebih mudah menggunakan tali rafia atau pita. Siswa yang

bernama NAM berpendapat bahwa dengan menggunakan media benda konkret

belajarnya akan mudah dipahami. Siswa yang bernama NC berpendapat bahwa

hasil perkalian pecahan dengan bilangan asli akan lebih mudah apabila bekerja

sama dan berdiskusi dengan temannya.

Siswa yang bernama RW berpendapat bahwa perkalian itu bisa didapatkan

dengan penjumlahan berulang. Siswa yang bernama ZMA berpendapat bahwa

hasil perkalian pada pecahan bisa didapat dengan cara menjumlahkan sebanyak

benda yang ada. Siswa yang bernama ZF berpendapat bahwa hasil perkalian pada

pecahan itu sama saja dengan penjumlahan berulang. Siswa yang bernama SH

berpendapat bahwa perkalian pada pecahan biasa dapat dihasilkan dari pnyebut

dikalikan dengan penyebutnya dan pembilang dikalikan dengan pembilangnya.

Siswa yang bernama SAH berpendapat bahwa pecahan campuran harus

disederhanakan terlebih dahulu apabila akan mencari hasilnya. Siswa yang

bernama FH berpendapat bahwa belajar lebih enak dengan menggunakan benda

konkret. Siswa yang bernama GDP berpendapat bahwa pecahan dikalikan dengan

bilangan asli merupakan penjumlahan berulang. Siswa yang bernama MNP

berpendapat bahwa pecahan campuran harus di jadikan pecahan biasa terlebih

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 19

dahulu agar mudah dalam proses penyelesaiannya. Siswa yang bernama NAM

berpendapat bahwa konsep perkalian itu sama saja dengan penjumlahan berulang.

Siswa yang bernama S berpendapat bahwa jawaban lebih mudah apabila

dikerjakan secara berkelompok. Siswa yang bernama SP berpendapat bahwa

konsep perkalian pada pecahan dapat dihasilkan dari penjumlahan berulang.

Siswa yang bernama RNR berpendapat bahwa perkalian pada pecahan itu

erupakan penjumlahan berulang. Siswa yang bernama JN berpendapat bahwa

belajar lebih mudah apabila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Piaget (Susanto, 2013:191) “pengetahuan atau pemahaman siswa

itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri”. Setelah itu

siswa mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas dan guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk memberi tanggapan. Langkah yang terakhir yaitu

menyimpulkan hasil diskusi. Berdasarkan penelitian dari siklus I dan siklus II

yang dilakukan peneliti bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep

Matematika pada materi perkalian pada pecahan yang ditingkatkan menggunakan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di kelas V C SDN No. 80/I

Muara Bulian. Upaya peningkatan pemahaman konsep Matematika pada materi

perkalian pada pecahan yang dilakukan guru terdapat empat tahapan yaitu:

perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi.

Pada siklus I hasil pengamatan mengenai pemahaman konsep Matematika

yaitu sebesar 46,81%, pertemuan I sebesar 33,33% dan mengalami peningkatan

pada pertemuan II yaitu sebesar 26,96% sehingga menjadi 60,29% dengan hasil

tes tertulis dengan ketuntasan klasikal 65,21%. Pada siklus I ini, masih ada

kekurangan pada pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa menggunakan

pendekatan RME, yaitu: Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi

menggunakan pendekatan matematika realistik, misalnya pada penyampaian

masalah nyata pada siswa. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran pada

pertemuan kedua di kegiatan pendahuluan, tetapi tujuan pembelajaran

disampaikan kepada siswa setelah guru memberikan masalah nyata. Penyebab hal

tersebut yaitu guru kurang menguasai kelas dan masih ada materi yang dikuasai.

Pada pertemuan pertama masih ada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan

guru menceritakan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung pecahan pada

kehidupan sehari-hari. Masih ada beberapa siswa (JN, DN, S, SP, ID, dan GDP)

yang bermain sendiri dengan media yang digunakan untuk mengerjakan LKS ,

seperti bermain tali rafia yang digunakan sebagai media. Pada kegiatan

pendahuluan masih beberapa siswa (ZF, S, SP, JN, ID, RW) yang belum

semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus I pertemuan I masih ada

satu kelompok yang tidak mau mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas.

Pada siklus I pertemuan 2 ketika siswa mengerjakan soal evaluasi masih ada siswa

(ZF, SAH, S, SP, RW, JN, GDP dan DN) yang bertanya-tanya padahal semua

materi sudah dijelaskan dan petunjuk soalnya sudah jelas.

Pada siklus II hasil pengamatan mengenai pemahaman konsep Matematika

yaitu sebesar, Pada pertemuan I sebesar 64,49% dan mengalami peningkatan pada

pertemuan II yaitu sebesar 15,58% sehingga menjadi 80,07% dengan hasil tes

tertulis dengan ketuntasan klasikal 82,60%. Pada siklus II ini hasil pengamatan

dan hasil tes tertulis siswa telah melebihi kriteria keberhasilan, sehingga siklus

dapat dihentikan. Pada siklus II ini, hasil pengamatan terhadap aktivitas guru

menggunakan pendekatan RME yaitu pada pertemuan kedua guru tidak

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 20

melakukan apersepsi, guru hanya menyinggung sedikit tentang pembelajaran yang

akan disampaikan.

Persentase capaian tindakan dari hasil observasi siklus I sampai siklus II

telah mengalami peningkatan pada pemahaman konsep Matematika siswa pada

materi perkalian pada pecahan. Hasil belajar siswa dikategorikan tuntas secara

individual mencapai nilai ≥ 65 sebanyak 19 orang dan hasil belajar siswa

dikatakan tuntas secara klasikal apabila mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa

keseluruhan atau dalam kategori baik sebanyak 82,60%. Berdasarkan hasil

observasi dan hasil tes tertulis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep Matematika dapat meningkat dengan menggunakan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di kelas V C SDN No. 80/I

Muara Bulian.

5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam

menerapkan pendekatan RME untuk meningkatkan pemahaman konsep

Matematika di kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian dengan cara siswa diberi

masalah nyata yang berkaitan dengan perkalian pada pecahan. Kemudian siswa

memperhatikan penjelasan guru menyelesaikan masalah nyata tentang perkalian

pecahan dengan benda konkret. Kemudian guru membagi siswa menjadi 4

kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang. Siswa diberi

LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. Siswa mengerjakan LKS tentang

masalah sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian pada pecahan dengan

menggunakan benda konkret, setelah itu siswa mempresentasikan hasil diskusinya

ke depan kelas dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberi

tanggapan. Langkah yang terakhir yaitu menyimpulkan hasil diskusi.

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, pertemuan I hasil

pengamatan mengenai pemahaman konsep Matematika yaitu sebesar 33,33% dan

mengalami peningkatan pada pertemuan II yaitu sebesar 26,96% sehingga

menjadi 60,29% dan mengalami peningkatan juga pada siklus II. Pada siklus II,

Pada pertemuan I hasil pengamatan mengenai pemahaman konsep Matematika

yaitu sebesar 64,49% dan mengalami peningkatan pada pertemuan II yaitu sebesar

15,58% sehingga menjadi 80,07%. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I

mengenai hasil observasi pemahaman konsep Matematika yaitu sebesar 46,81%

dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 72,28%. Pada siklus I hasil

evaluasi tes tertulis dengan ketuntasan klasikal 65,21%, dan pada siklus II hasil

evaluai tes tertulis dengan ketuntasan klasikal 82,60%. Sehingga mengalami

peningkatan sebesar 17,39%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

pendekatan RME memiliki peran dalam meningkatkan pemahaman konsep

Matematika.

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan implikasi

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Lain

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 21

a. Peneliti lain hendaknya lebih kritis dalam menghadapi masalah yang

muncul dalam dunia pendidikan, khususnya dalam masalah pembelajaran

sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

pendekatan RME.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi

peneliti lain untuk menggunakan metode, model atau pendekatan

pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi guru

a. Sebelum melaksanaan pembelajaan dengan pendekatan RME hendaknya

guru mempersiapkan segala kebutuhan baik alat atau bahan yang digunakan

selama proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan

baik.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran sebagai

berikut:

1. Dalam menggunakan pendekatan RME, sebaiknya guru terlebih dahulu

memperhatikan materi yang akan disampaikan dan seorang guru harus

melihat karakteristik dari masing-masing siswa.

2. Dalam menyelesaikan masalah sebaiknya guru memberikan kebebasan

kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka, berdasarkan hal

tersebut siswa tidak akan berpatokan pada satu pemecahan masalah sehingga

siswa mampu membangun pemahaman konsep Matematika tersebut secara

mandiri.

DAFTAR RUJUKAN

Aini, Kurratul. 2017. Penerapan Pendidikan matematika Realistik (PMR) dalam

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa

Sekolah Dasar. Jurnal Autentik, (Online), Vol. 1, No.1,

(www.ajppd.com/index.php/autentik/article/download/10/9/ diakses pada

tanggal 9 Oktober 2017).

Aries & Haryono. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasinya.

Malang: Aditya Media Pubblishing.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed

Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bactharudin, Reggy Rachman. 2016. Penerapan Pendekatan Matematika

Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung

Perkalian Siswa Kelas 2 SD, (Online), (http://repository.upi.edu/24892/

diakses pada tanggal 2 Oktober 2017).

BSNP. 2006. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Dewinta, Raden Tri Kencana Putri. 2016. Penerapan Pendekatan Realistic

mathematics Education (RME) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 22

Matematika Siswa Kelas IV Sekolah Dasar, (Online),

(http://repository.upi.edu/25696/diakses pada tanggal 26 September).

Dimyanti & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif: Alternatif

Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fatmahanik, Ulum. 2016. Realistic Mathematic Education (RME). Jurnal

Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, (Online), Vol. 1, No.1,

(ibriez.iainponorogo.ac.id/index.php/ibriez/article/download/5/2/ diakses

pada tanggal 2 Oktober 2017).

Hadi, Sutarto. 2017. Pendidikan Matematika Realistik: Teori, Pengembangan,

dan Implementasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Halimah, dkk. 2013. Upaya meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Bangun

Ruang melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME),

(Online), (https://eprints.uns.ac.id/14354/1/2300-5221-1-PB.pdf, diakses

pada tanggal 24 september).

Hendriana, Heris & Soemarmo, Utari. 2014. Penilaian Pembelajaran

Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama.

Heruman. 2010. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Karso,dkk. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja grafindo.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:

Depdiknas

Puri, dkk. 2016. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Bangun Ruang pada

Siswa Sekolah Dasar, (Online),

(www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/download/10458/769

3 diakses pada tanggal 26 September 2017).

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Purwanto. 2011. Evaluasi hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 23

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Syafri, Fatrima Santri. 2016. Pembelajaran Matematika: Pendidikan Guru SD/MI.

Yogyakarta: Matematika.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.