artikel ilmiah perkembangan kognitif anak usia belum …repository.unja.ac.id/4597/1/artikel finda...

19
FKIP Universitas Jambi Page 1 ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM ENAM TAHUN BERSEKOLAH DI SD X SKRIPSI Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar OLEH: FINDA YOLANDA A1D114043 JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Upload: others

Post on 26-Oct-2019

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 1

ARTIKEL ILMIAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM ENAM

TAHUN BERSEKOLAH DI SD X

SKRIPSI

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH:

FINDA YOLANDA

A1D114043

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 2

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM ENAM TAHUN

BERSEKOLAH DI SD X

OLEH:

FINDA YOLANDA

NIM A1D114043

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK

Yolanda, Finda. 2018. Perkembangan Kognitif Anak Usia Belum Enam Tahun

Bersekolah di SD X: Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi. Pembimbing: (I)

Drs. Maryono,M.Pd (II) Ahmad Hariandi,S.PdI.,M.Ag

Kata Kunci: kognitif, usia belum enam tahun

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan kognitif anak usia

belum enam tahun bersekolah di SD X tahun pelajaran 2017/2018 dalam

pengetahuan, berbahasa, rasa ingin tahu, sikap dan egosentris.

Penelitian ini dilaksanakan di SD X pada tanggal 15 Maret 2018 sampai dengan 15

April 2018. Selain melakukan penelitian di SD X peneliti juga melaksanakan PPL

dan PLP di SD tersebut selama 4 Bulan. Data diperoleh dengan cara wawancara,

observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang usianya belum enam tahun

bersekolah secara pengetahuan, prestasi, bisa dapat mengimbangi teman yang

usianya di atas tujuh tahun jika orang terdekat atau orang tua dapat ikut serta dalam

proses belajar dirumah, sudah dapat menyimpan kosa kata dan menggunakan kosa

kata yang diketahuinya untuk kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain, selain itu

untuk tingkah laku maupun sikap anak yang usianya dibawah tujuh tahun lebih

banyak menggunakan perasaan bukan pemikiran dan hal tersebut bisa di dapat dari

lingkungan maupun orang-orang terdekat anak. Akan tetapi secara emosional, anak

yang usianya dibawah tujuh tahun belum bisa mengontrol emosinya, ia merasa

pandangan dan pendapatnya yang benar, lebih sulit memahami maupun menerima

pandapat orang lain dan merasa dirinya selalu benar.

Dari hasil penelitian disarankan agar orang tua, memperhatikan perkembangan anak

sebelum menyekolahkan anak di SD hendaknya tidak melihat secara fisik dan

pengetahuan saja tetapi juga melihat sikap dan cara anak bersosialisai dengan orang

lain.

Page 3: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 3

COGNITIVE DEVELOPMENT OF CHILDREN AGED LESS THAN SIX

YEARS OF SCHOOLING IN SD X

By:

FINDA YOLANDA

NIM A1D114043

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRACT

Yolanda, Finda. 2018.Cognitive Development Of Children Aged Less Than Six Years

Of Schooling In SD X. Essay. Education Program Teacher Elementary

School, Department of Education, FKIP University of Jambi Supervisor: (I)

Drs. Maryono,M.Pd (II) Ahmad Hariandi,S.PdI.,M.Ag.

Keywords: Cognitive, Children Aged Less Than Six Years.

This Study aims to describe the cognitive development of children aged less than six

years of schooling in elementary school X year 2017/2018 in knowledge,language,

curiosity, attitude and egocentric.

This research was conducted at SD X on 15 March 2018 until 15 April 2018. Beside

doing researcher also carry out PPL and PLP in SD for 4 months. Data obtained by

interview, observation and documentation.

Research results show that children who are not yet six years of schooling in

knowledge, achievement, can be able to keep up with friends who are above seven

years old if the closest people or parents can participate in learning process at home,

can save vocabulary and use the vocabulary knowing for the need to communicate

with others, besides in addition to the behavior and attitude of children who are

under seven years of age more use of feelings rather than thinking and it can be in

the environment and the people closest to the child. But emotionally, a child under

seven years old can not control his emotions, he feels his views and opinions are

correct, more difficult to understand and accept the opinions of others and feel

himself always right.

From the results of the study suggested that parents, attention to the development of

children before sending their children to primary school should not look physically

and knowledge but also see the attitude and the way children socialize with others.

Page 4: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 4

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan terus

menerus secara sadar dan oleh individu semasa hidupnya untuk memperoleh ilmu

pengetahuan sesuai kemampuan serta potensi dan bakat yang telah dimilikinya,

dengan tujuan membentuk individu yang baik untuk mencapai keselamatan selama

hidupnya. Sedangkan menurut undang-undang No.20 Tahun 2003.

“pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual atau keagamaan,

membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan pertama yang didapat oleh setiap anak sejak awal kelahirannya

adalah pendidikan keluarga. Karena keluarga merupakan hal yang pertama anak

temui saat lahir kedunia.

Menurut Suyadi dan Ulfah (2012:1) berdasarkan tinjauan secara psikologi dan

ilmu pendidikan “masa usia dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi awal

bagi pertumbuhan dan perkembangan anak”. Masa pada usia dini merupakan masa

yang berharga,masa keemasannya bagi anak untuk perkembangannya, baik dalam

perkembangan kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan keterampilan dan semua

hal yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.

Oleh karena itu semua pihak seperti keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan

sekitar tempat tinggal harus menyadari bahwa perkembangan dan pertumbuhan pada

diri seseorang itu merupakan sesuatu yang penting di dalam kehidupan.

Berbagai perkembangan yang dialami oleh anak saat masa tumbuh

kembangnya, peneliti hanya mengamati satu dari beberapa perkembangan yang

dialami oleh anak tersebut yaitu perkembangan kemampuan berfikir (kognitif) pada

anak, serta hal-hal yang tampak dalam perkembangan kognitif anak. Pada

kemampuan berfikir atau yang biasa disebut dengan perkembangan kognitif yang

menjadi tolak ukur kecerdasan pada anak dalam menyelesaikan berbagai masalah

yang dialami adalah kemampuan anak dan yang dapat mempengaruhi tolak ukur

kecerdasannya adalah kematangan usia dan pengalaman-pengalaman yang di telah di

alami dan dilalui oleh anak.

Pada perkembangan kognitif terdapat beberapa tahap-tahap perkembangan

kognitif menurut Piaget di dalam Sunarto dan Hartono (2013:24) adalah “Sensori

Motor (0,0-2,5 tahun), masa Pra- Operasional (2,0- 7,0 tahun), masa Konkreto

Prerasional (7,0-11,0 tahun), masa Operasional (11,0-Dewasa)”. Pada tahap pra

operasional (2-7 tahun) perkembangan yang dialami anak tidak selalu sama untuk

masing-masing anak. Pada tahap pra operasional anak sudah mulai belajar dari apa

yang dipahaminya atau ditangkapnya dari pengalaman-pengalaman yang di alaminya

serta mengingat kembali simbol-simbol ataupun benda-benda dari lingkungannya.

Oleh sebab itu lingkungan merupakan peran penting dalam masa pra operasional ini.

Page 5: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 5

Berdasarkan uraian tentang perkembangan kognitif jika dihubungkan dengan

fungsi belajar karena perkembangan dipandang sebagai usaha dalam mempelajari

kehidupan dan budaya agar dapat menyesuaikan diri dengan baik di dalam

kehidupan. Oleh karena itu kemampuan juga menjadi tolak ukur menentukan dalam

perkembangan kognitif anak tersebut

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Pasal 6 Nomor 14 tahun 2018 Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) “Calon

peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai peserta didik dan

calon peserta didik baru berusia paling rendah enam tahun, pengecualian syarat usia

paling rendah enam tahun diperuntukkan untuk calon peserta didik yang memiliki

keistimewaan/bakat istimewa atau kesiapan belajar”. Sekolah Dasar adalah lembaga

belajar fomal anak yang dikelola oleh pemerintah yang berlangsung selama enam

tahun yang didalamnya terlibat atau terdapat peserta didik dan pendidik.

Berdasarkan uraian tentang peserta didik yang telah diuraikan diatas peneliti

dapat menyimpulkan bahwa peserta didik adalah warga atau anggota masyarakat

yang berusia tujuh sampai dua belas tahun yang sedang dalam pertumbuhan dan

perkembangan dan berusaha mengembangkan bakat serta potensi yang dimiliki

melalui proses belajar yang dilaksanakan di sekolah.

Berdasarkan observasi saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri

X pada semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018, jumlah siswa-siswi di kelas 1

sebanyak 30 orang dan 7 dari siswa-siswi yang duduk di kelas 1 tersebut bersekolah

pada usia belum enam tahun, dari 7 orang siswa-siswi berusia belum enam tahun

bersekolah terdapat 1 orang anak yang paling muda usianya dari ke-6 temannya yang

duduk di kelas 1 SD pada usia belum enam tahun.

Selama melakukan observasi tersebut peneliti melihat cara berbicara anak

tersebut sudah menggunakan kosa kata yang baik dan benar tidak ada kendala dalam

berbicara dan berkomunikasi, cara belajar baik cara menulis, berhitung, memahami

pembelajaran, menanggapi pembelajaran, menjelaskan, serta rasa ingin tahu anak

tentang hal-hal dan sesuatu yang diamati serta yang dipelajarinya dan cara bergaul

anak dengan teman-temannya dan kemampuan berpikir menerima pelajaran serta

hal-hal lain yang tampak pada perkembangan anak tersebut.

Peneliti juga melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak yang

usianya belum enam tahun bersekolah di Sekolah Dasar Negeri X untuk mengetahui

sikap dan tata cara dalam berbahasa anak tersebut.

Dari berbagai uraian permasalahan yang peneliti temukan di SD Negeri X dan

perkembangan yang tampak saat peneliti melakukan observasi di kelas 1 peneliti

tertarik untuk meneliti perkembangan dalam bentuk cara berfikir atau kognitif anak

dengan judul penelitian “Perkembangan Kognitif anak usia belum enam tahun

bersekolah di SD X”.

Page 6: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 6

KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian Perkembangan Anak Perkembangan dapat dikatakan sebagai perubahan yang berkaitan dengan

bilangan dan angka serta fenomena baru yang sulit untuk diperkirakan dalam

perubahan kemampuan seorang anak berkomunikasi dari verbal maupun nonverbal.

Menurut Papalia dkk dalam Nyoman dan Olga (2014:40) ada dua yang berkaitan dengan

“ perkembangan yaitu qualitative change dan quantitative change. Quantitative change

adalah perubahan dalam kuantitas atau bilangan, seperti pertambahan tinggi badan, berat

badan, banyaknya kosa kata dan frekuennsi berkomunikasi. Sedangkan qualitative

change adalah perubahan jenis, struktur atau organisasi yang ditandai oleh tampaknya

fenomena baru yang terkadang sulit diprediksi yang menjadi dasar awal dalam fungsi

perkembangan seperti perubahan kemampuan anak berkomunikasi dari yang bersifat

nonverbal menjadi verbal contohnya ketika anak dengan cepat menguasai kosa kata dan

mampu berkomunikasi dengan sangat mengagumkan.”

Menurut Santrock (2012:6) “Perkembangan yaitu pola pergerakan atau

perubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung selama masa

hidup manusia”. Perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara

bertahap sesuai dengan kemampuan anak berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki

oleh anak tersebut.

“Perkembangan merupakan sebuah perubahan secara bertahap dalam

kemampuan, emosi dan keterampilan yang terus berlangsung hingga mencapai usia

tertentu”(Danim 2014:8). Selanjutnya menurut Suwardi dan Daryanto (2016:19)

“perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah

melalui perkembangan fisik perkembangan kepribadian, perkembangan

sosioemosional (sosial dan emosi) perkembangan kognitif (berfikir)”. Dari pendapat

yang telah diuraikan dapat dikatakan bahwa perkembangan merupakan perubahan

yang terjadi pada seseorang secara bertahap dalam hal kemampuan, emosi dan

keterampilan yang mengacu pada pertumbuhan dan cara beradaptasi yang tanpak

melalui fisik, kepribadian serta emosi dan sosial seseorang anak.

Menurut Jamaris (2013:16) “perkembangan manusia secara psikologis

merupakan suatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi

dalam kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati.”

Berdasarkan beberapa pendapat tentang perkembangan anak dapat dikatakan

bahwa perkembangan anak adalah sebuah perubahan atau pegerakan yang dimulai

saat masa pertumbuhan secara bertahap yang mengarah pada bagaimana seseorang

tumbuh, berubah berdasarkan kemampuan, emosi, beradaptasi, dan keterampilan

yang terus hingga mencapai umur tertentu.

2.2 Periode-periode perkembangan Menurut Nyoman dan Olga (2014:42) “Periode Perkembangan bertujuan

mendeskripsikan tahapan perkembangan yang dimulai dari infancy(18-24 bulan)

hingga late adulthood.

Page 7: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 7

Lebih lanjut lagi John W. Santrok (2012:18) “periode perkembangan bertujuan

agar dapat memberikan gambaran umum mengenai kapan suatu periode dimulai dan

berakhir”

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan oleh kedua ahli dapat dikatakan

bahwa periode-periode perkembangan mendeskripsikan tentang tahap-tahap dan

memberi gambaran tentang perkembangan anak yang terjadi dari usia kelahiran,

masa dewasa hingga kematian. Dimana pada masa ini masa untuk meninjau hidup

yang telah dijalani.

2.3 Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif memiliki tiga tokoh yang penting yaitu Jean

Piaget, Lev Vygotsky, Robert Siegler. Ketiga tokoh tersebut memiliki pandangan

berbeda dalam teori perkembangan kognitif. Menurut John W. Santrock (2014:27)

terdapat tiga teori kognitif yang paling penting yaitu teori perkembangan kognitif

Piaget, teori kognitif sosiobudaya Vygotsky, dan teori pemrosen Informasi.”

Menurut Carpendale, muller, & Bibok dalam John (2014:27) teori Piaget menyatakan

bahwa “anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui

empat tahap perkembangan kognitif. Usaha secara kognitif untuk membangun

pemahaman mengenai dunianya itu melibatkan dua proses, yaitu organisasi dan

adaptasi.”

Perkembangan kognitif itu melibatkan organisasi dan adaptasi, hal ini dapat

juga dikatakan bahwa sekelompok orang baik teman sebaya, keluarga serta

lingkungan yang lain dapat membantu dalam proses perkembangan kognitif dan

tidak terlepas dari bagaimana seseorang tersebut dalam menyesuaikan diri dengan

sekumpulan orang .

Lebih lanjut lagi Selain teori Piaget bahwa perkembangan kognitif anak

menyusun pengetahuannya sendiri, terdapat teori Vygotsky yang lebih menekankan

sosiobudaya anak. Menurut John W. Santrock (2014:29) Teori Vygotsky adalah “teori kognisi

sosiobudaya yang berfokus pada bagaimana budaya dan interaksi sosial mengarahkan

perkembangan kognitif. Ia berpendapat bahwa interaksi anak-anak dengan orang

dewasa yang lebih terampil dan kawan-kawan sebaya tidak di pisahkan dari

perkembangan kognitif mereka (Holzman,2009). Melalui interaksi ini, mereka belajar

menggunakan perangkat yang dapat membantu mereka untuk beradaptasi dan berhasil

di dalam budayanya (Gauvain & Parke,2010).”

Terdapat teori lain yang hampir serupa dengan teori Vygotsky tentang

Sosiobudaya yaitu teori Pemrosesan Informasi. Menurut Sternberg dalam John (2014:29) “Teori Pemrosesan informasi

mengedapankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi

terhadap informasi-informasi yang di temuinya. Individu secara bertahap

mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi sehingga memungkinkan

mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks.”

Menurut Robert Siegler dalam John (2014:29) “menyatakan bahwa kegiatan berfikir

merupakan suatu bentuk pemrosesan informasi, aspek penting dari perkembangan

Page 8: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 8

adalah pembelajaran mengenai strategi-strategi yang baik untuk memproses

informasi.”

Perkembangan Kognitif menghasilkan perubahan dalam hal berfikir dan

merupakan dasar untuk anak mengingat apa yang di pelajari dan yang ia lihat untuk

memecahkan masalah dan menemukan pengetahuan baru.

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Nyoman dan Olga (2014:43) “kemampuan anak

memecahkan masalah matematika, menguasai dua bahasa sekaligus, terampil

berpiano, dan menguasai bidang lainnya pada usia sekolah dasar adalah hasil

perpaduan antara faktor kematangan, belajar, dan pengalaman. Para peneliti dalam

hasil bidang perkembangan otak atau neuroscientist menemukan bahwa

perkembangan kognitif berkaitan erat dengan perkembangan dan fungsi otak.”

Perkembangan kognitif adalah perubahan bertahap yang mengakibatkan

seseorang memperoleh hal baru yang dibutuhkan atau pengetahuan baru untuk

kehidupan hidupnya. Menurut Piaget di dalam orientasi baru dalam psikologi

pendidikan (2013:129) “perkembangan kognitif anak membangun pengetahuan

dalam rangka memahami lingkungannya dan menemukan hal-hal yang baru.”

Menurut Patmonodewo (2008:27) “perkembangan kognitif menunjukkan

perkembangan dari cara anak berfikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan

berbagai cara berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan

sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.”

Menurut Vygotsky dalam suwardi dan daryanto (2017:44) “perkembangan kognitif

seoseorang selain ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan

sosial yang aktif pula.”

Menurut Bruner dalam Jamaris (2013:132) “perkembangan kognitif adalah

perkembangan kemampuan berfikir yang berlangsung secara setahap demi setahap.

Perkembangan kemampuan berfikir tersebut memerlukan interaksi anak dengan

lingkungannya yang disebutnya sebagai interaksi antara kemampuan yang ada di

dalam diri manusia dengan lingkungan di sekitarnya dan berlangsung dalam waktu

yang panjang.”

Berdasarkan Pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa perkembangan

kognitif merupakan kemampuan dari cara berfikir yang berlangsung secara tahap

demi tahap untuk mengkoordinasikan berbagai cara untuk menyelesaikan berbagai

masalah dimana individu dan lingkungan berperan secara secara aktif dalam proses

perkembangan tersebut.

2.4 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif pada Anak

Menurut Piaget dalam Suwardi dan Daryanto (2017:29) “terdapat 4 tahap

perkembangan kognitif pada anak yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap

praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11 tahun), operasional

formal (11 tahun sampai dewasa)”.

Lebih lanjut lagi Menurut Piaget dalam Nyoman dan Olga (2014:62) “tahapan

perkembangan kognitif dibagi menjadi empat tahapan yaitu:

Page 9: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 9

1. The stage Of Sensory-Motor Inteligence (0-2 tahun).

Pada tahap ini schemata bayi berkembang sesuai dengan perkembangan usianya,

perilaku seorang anak didasarkan pada gerakan motorik dan belum memiliki

kemampuan untuk menggambarkan peristiwa berfikirnya secara konseptual.

2. The Stage Of Preoperational Thought (2-7 tahun).

Pada tahap ini yang tampak pada anak adalah perkembangan bahasa dan bentuk

kemampuan lainnya. Dan perkembangan konseptual anak berkembang sangat

pesat. Dalam tahapan ini kemampuan berfikir masih bersifat prelogical atau

semilogical.

3. The Stage Of Concrete Operation (7-11 tahun).

Tahapan perkembangan ini ditandai oleh kemampuan anak untuk mengaplikasikan

kemampuan berfikir logis ke dalam masalah yang konkret.

4. The Stage Of Formal Operation (11-15 tahun).

Tahapan perkembangan ini ditandai oleh tercapainya pembentukan struktur

kognitif anak pada tingkat perkembangan yang tertinggi, dan anak telah memiliki

kemampuan berfikir logis untuk memecahkan berbagai permasalahan”.

Selanjutnya menurut Jean Piaget (Bybee dan Sund) dalam Ali dan Asrori

(2011:28) “membagikan perkembangan kognitif menjadi empat tahapan yaitu

sebagai berikut : 1. Tahap Sensori Motoris

Tahap ini anak berusia sekitar 0-2 tahun, pada tahap ini segala perbuatan dan

pertumbuhan ditandai dengan kecenderungan wujud dari proses pematangan aspek

sensori-motoris yang jelas. dan interaksi anak dengan lingkungannya dilakukan

melalui perasaan dan otot-ototnya dengan cara melakukan sentuhan-sentuhan,

melakukan berbagai gerakan, dan perlahan mengkoordinasikan tindakannya.

2. Tahap Praoperasional

Tahap ini anak berusia 2-7 tahun. pada tahap ini semua perbuatan tidak di dukung

oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan ilmiah dan sikap yang

diterima di dapat dari lingkungan dan orang-orang terdekat. Pada tahap ini anak

bersifat egosentris sehingga kadangkala menimbulkan masalah dengan

lingkungannya termasuk orang tua dan berinteraksi dengan orang lain anak lebih

cenderung sulit memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan

pandangannya sendiri. Selain itu saat berinteraksi dengan lingkungannya anak

kurang bisa membaca kesempatan dan masih berfikiran bahwa pandangannya yang

benar. Tetapi pada tahap ini pandangan yang dilihat sendiri oleh anak dan mampu

menyimpan kosa kata dan menggunakannya dalam kebutuhan mereka, seperti

bahasa, membaca dan bernyanyi. Jika orang tua atau terdekat dengan anak

berbahasa yang baik dengan anak, akan menimbulkan akibat yang baik dalam

perkembangan bahasa pada anak.

3. Tahap Operasional Konkret

Tahap ini usia anak 7-11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai menyesuaikan

diri dan mulai berkembang rasa ingin tahu dengan lingkungannya serta interaksi

dengan lingkungan maupun keluarga sudah semakin berkembang dengan baik dan

egosentris sudah mulai berkurang, menerima dan menjelaskan pemikiran-

pemikiran orang lain. Pada tahap ini juga anak sudah mulai memahami hubungan

fungsional karena sudah menguji coba suatu permasalahan.

4. Tahap Operasional Formal

Tahap ini usia anak 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir

logis dan mewujudkan keseluruhan dalam pekerjaannya. Aspek perasaan dan

moralnya juga telah berkembang sehingga mendukung dalam penyelesaian

tugasnya. Interaksi dengan lingkungannya sudah luas dan mulai berusaha

berinteraksi dengan orang dewasa. Arti simbolik sudah dapat dipahami dan

dimengerti oleh anak.”

Page 10: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 10

2.4.1 Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir

Menurut Glover di dalam Ali dan Asrori (2011:125) dalam “proses berpikir

digunakan simbol-simbol yang memiliki makna atau arti tertentu bagi masing-

masing individu. Manifestasi dari proses berfikir manusia serta sekaligus menjadi

karakteristik dari proses berpikir manusia adalah bahasa”. Selain itu jika seorang

individu tidak mengeluarkan kata-kata atau hanya menyebutkannya di dalam hatinya

saja, hal tersebut tetap terjadi proses berpikir meskipun individu tersebut tidak

menyatakan secara langsung ke pada orang lain.

Menurut Ali dan Asrori (2011:125) menyatakan betapapun seorang

dalam berpikir tidak mengeluarkan kata-kata secara ekspilit melainkan

hanya di dalam hati, sesungguhnya ketika proses berpikir itu terjadi

menggunakan bahasa.hanya saja bahasa yang digunakannya dihafalkan

di dalam hati.”

2.4.2 Hubungan antara emosi dan tingkah laku dengan cara berpikir

Emosi dan tingkah laku merupakan ciri dari pola berpikir karena individu akan

mampu melakukan cara berpikir baik dalam mengamati maupun memberikan

tanggapan terhadap suatu hal yang baik jika disesuaikan dengan emosi dan tingkah

laku yang baik pula. Menurut Daniel Goleman dalam Ali dan Asrori (2011:64)

“menyatakan bahwa sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa

emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku

individu.”

Dari ke-empat tahapan perkembangan kognitif yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli yaitu tahap sensori motoris, tahap praoperasional, tahap operasional

konkret, dan tahap operasional formal. Anak yang usianya belum enam tahun

termasuk pada tahap praoperasional dimana usia anak berada pada usia 2-7 tahun.

Sedangkan penelitian yang peneliti laksanakan adalah perkembangan kognitif untuk

usia anak sekolah dasar yaitu dari usia 7 tahun yaitu tahap operasional konkret

dimana yang tampak pada anak menyesuaikan diri, dan mulai berkembang rasa ingin

tahu dengan lingkungannya, egosentris sudah mulai berkurang. Peneliti melihat hal-

hal yang tampak pada anak tahap Operasional Konkret, dan melihat pada anak usia

yang belum enam tahun perkembangan kognitifnya bisa sama dengan anak yang

berada pada tahap Operasional Konkret.

2.5 Faktor yang berkaitan dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Kognitif

“Menurut Piaget dalam Surna dan Pendeirot (2014:63) “ada empat faktor yang

berkaitan dengan perkembangan kognitif yaitu : 1) Maturation and Heredity, 2)

Active Experience, 3) Social Interaction 4) Equilibration. Maturation, experience,

dan social interaction.”

Page 11: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 11

Menurut Piaget dalam Suwardi dan Dayanto (2017:31) “faktor yang

mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu:

a. berbagai cara dilakukan supaya perkembangan kognitif seorang anak menjadi optimal.

Perkembangan kognitif meliputi perkembangan dalam hal pemikiran, intelegensi, dan

bahasa. b. Berdasarkan posting ( Wiriana, 2008), kemampuan kognitif sesorang dipengaruhi

oleh dua hal yaitu faktor herediter atau keturunan dan faktor non herediter. Faktor

herediter merupakan faktor yang bersifat statis, lebih sulit untuk berubah.

Sebaliknya faktor non herediter antara lain peranan gizi, peranan keluarga, dalam

hal ini lebih mengarah pada pengasuhan, dan peran masyarakat atau lingkungan

termasuk pengalaman dalam menjalani kehidupan.

c. Asupan gizi yang sehat dan seimbang menjadi fondasi bagi perkembangan

kognitif.

d. Perkembangan fisik juga mempengaruhi perkembangan kognitif adalah

perkembangan otak (Wiriana dalam Suwardi dan Daryanto 2017:32)

e. Kasih sayang merupakan suatu aspek penting dari relasi keluarga pada masa bayi

yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak kedepannya (Wiriana

dalam Suwardi dan Daryanto 2017:32).”

2.6 Anak Usia Dini

Menurut Beichler dan Snowman dalam Dwi Yulianti(2010:7) “mengemukakan

bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun”. Sedangkan hakikat

anak usia dini menurut augusta (2012) adalah “individu yang unik dimana ia

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-

emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan

tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.”Menurut Djamarah (2010:51) “anak

didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok

orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.

Menurut Sutari iman Barnadib, Suwarno, dan siti mechati, anak didik dalam Djamarah

(2010:52) “memiliki karakteristik tertentu, yakni :

1. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab

pendidik (guru)”

2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih

menjadi tanggung jawab pendidik.

3. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu

kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara,

anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang biologis (warna

kulit, bentuk tubuh, dan lainnya) serta perbedaan individual.”

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri X di kelas 1,

dengan jumlah siswa-siswi 30 orang, siswa berjumlah 15 orang dan siswi berjumlah

15 orang. Peneliti membatasi penelitian ini hanya membatasi 1 orang anak yang

umurnya paling muda dari teman sekelasnya yang lain. Penelitian ini akan

Page 12: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 12

dilaksanakan pada 15 Maret 2018 sampai 15 April 2018 pada semester Genap tahun

ajaran 2018 di SD X pada kelas 1.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karena

penelitian kualitatif lebih sering menggunakan analisis dan kondisi berkembang apa

adanya dan digunakan untuk meneliti obyek yang alami baik untuk

menguraikan,menggambarkan,mendeskripsikan yang berkaitan dengan penelitian

yang akan di teliti. selain itu peneliti juga ingin mendalami masalah secara lebih jelas

dan mendalam.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Penelitian

Studi Kasus. Karena jenis penelitian Studi Kasus meneliti suatu fenomena yang ada

pada masyarakat yang dilakukan secara mendalam,dan jenis penelitian studi kasus ini

bukan menarik kesimpulan tetapi untuk kejadian yang diteliti saja. Selain itu, untuk

mengkaji penjelasan yang terjadi pada fenomena maupun kasus yang terjadi dan ini

menemukan fenomena serta pengalaman dan hal yang di alami oleh objek penelitian

dengan memperhatikan fokus fenomena dengan cara melakukan wawancara secara

mendalam dan observasi langsung kepada objek yang akan peneliti teliti.

Penelitian ini menggambarkan perkembangan kognitif anak usia belum enam

tahun bersekolah di SD X.

3.3 Data dan Sumber Data

Sumber data terdiri dari hasil pengamatan dan observasi dengan siswa yang

berinisial BS yang duduk di kelas 1 SD yang bersekolah pada usia sebelum enam

tahun dari 29 teman sekelasnya serta siswa-siswi lain yang sekelas dengan BS

bersekolah sudah berusia enam tahun.

Data terdiri dari jenis-jenis informasi yang diperoleh peneliti dari informasi dan

sumber data. Informasi dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

Wali kelas 1 SD X, Adapun data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

data yang berkaitan dengan perkembangan anak yang usianya belum enam tahun

bersekolah di Sekolah Dasar (SD) baik bahasa, sikap, dan kemampuan berfikir

lainnya yang tampak pada perkembangan kognitif anak yang sekolah pada usia

belum enam tahun bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

3.4 Teknik Sampling (Cuplikan)

Sampel atau cuplikan yang digunakan oleh peneliti dilakukan secara selektif,

dimana pengambilan sampel karena adanya pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini

dikarenakan informan merupakan orang yang usianya dibawah enam tahun telah

bersekolah di SD dan memiliki perkembangan kognitif yang baik. Selain itu, adanya

pertimbangan tempat, waktu dan pengumpulan data.

Page 13: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 13

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini Teknik pengumpulan data menggunakan 2 teknik yaitu

Observasi dan Wawancara (interview).

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti di

lapangan untuk memperoleh data dari penelitian yang dilaksanakan.Observasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah observasi nonpartisipan, karena peneliti tidak

terlibat secara langsung dengan kegiatan sehari-hari objek yang sedang diamati tetapi

peneliti sebagai pengamat objek yang menjadi penelitian.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini hanya anak yang

usianya belum enam tahun bersekolah serta perkembangan berfikir anak yang

mencakup didalamnya bahasa dan sikap atau kognitif anak tersebut di kelas 1 di SD

X.

3.5.2 Wawancara (Interview)

Wawancara pada penelitian ini berguna untuk mengetahui dan mencari

informasi secara mendalam tentang masalah penelitian serta objek yang akan di teliti

tentang perkembangan kognitif anak yang usianya belum enam tahun bersekolah di

SD X.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur, karena peneliti ingin mengetahui informasi tentang masalah penelitian

lebih mendalam tentang masalah yang akan diteliti.

3.6 Uji Validitas Data

Penelitian ini menggunakan keabsahan data dengan cara trianggulasi, teknik

pengumpulan data nya bersifat penggabungan dari teknik pengumpulan data yang

sudah ada dengan sumber data yang telah ada. Trianggulasi yang peneliti gunakan

merupakan trianggulasi peneliti. Dimana trianggulasi ini biasanya menggunakan

profesional dengan berkeyakinan bahwa ahli dari teknik membawa pendapat yang

berbeda dan peneliti menggunakan profesional pada penelitian ini yaitu psikolog

Pendidikan.

3.7 Teknik Analis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik penelitian deskriptif

dengan cara mengumpulkan data dari suatu permasalahan yang diteliti sebagaimana

apa adanya yang terjadi di lapangan dan tidak untuk di uji hipotesisis nya, dengan

tujuan membuat gambaran tentang data yang fakta yang diteliti oleh peneliti.

Analisis data penelitian ini berdasarkan instrumen penelitiannya yaitu perkembangan

kognitif anak usia belum enam tahun bersekolah di SD X.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Page 14: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 14

4.1.1 Topik Perkembangan Kognitif Anak Secara Umum

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti laksanakan pada tanggal

15 Maret 2018 peneliti menemukan bahwa BS mampu bertanggung jawab dengan

amanah yang diberikan padanya, dalam proses pembelajaran siswa BS terlihat aktif

seperti menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dalam pembelajaran BS sudah

bisa berhitung dan membaca dengan lancar

4.1.2 Topik Perkembangan Bahasa

Berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan pada tanggal 20 Maret 2018

secara bahasa dapat peneliti lihat BS sudah bisa mengucapkan huruf dengan benar

dan menyusun kalimat dengan kosa kata yang baik dari temannya yang lain, dalam

berkomunikasi dengan teman sebayanya maupun orang yang lebih tua darinya.

4.1.3 Topik Perkembangan dalam Hal Tingkah Laku

Berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan pada tanggal 28 Maret 2018

dapat peneliti lihat bahwa BS memiliki sikap dan tingkah laku yang baik, di sekolah

baik itu dalam hubungan sosial dan agama.

4.1.4 Topik Perkembangan dalam Rasa Ingin Tahu

BS juga orang yang berani dalam beberapa kegiatan dan lomba, ia berprestasi

dalam lomba-lomba yang di adakan sekolah. Ia berbakat dalam membaca puisi dan

sering mengikuti lomba membaca puisi yang diadakan di sekolah. Selain itu BS

selalu mengikuti lomba-lomba yang di adakan di sekolah dan ia tidak malu

menampilkan bakatnya di depan guru dan teman-temannya. BS juga mendapat

peringkat 10 besar di dalam kelas. dari observasi yang peneliti laksanakan dapat

peneliti simpulkan bahwa dalam pengetahuan baik itu bakat serta prestasinya BS

sudah bisa mengimbangi temannya yang lain meskipun usianya lebih muda dari

teman-temannya yang lain.dan rasa ingin tahu BS juga berkembang dalam berbagai

hal baik dalam hal sosial, pelajaran dan hal lain sebagainya.

4.1.5 Topik Perkembangan dalam Hal Egosentris dan Sosial

Peneliti melihat saat seperti itu wali kelasnya selalu membantu

menenagkannya dan menyampaikan pesan-pesan maupun nasehat kepadanya,Ia bila

dinesahati akan mendengarkan nasehat yang disampaikan oleh wali kelasnya Dari

hasil observasi yang peneliti laksanakan dapat peneliti lihat bahwa peran orang

terdekat sangat diperlukan dalam mengontrol egosentris Agar rasa egois pada anak

dapat berkurang.

4.2 Pembahasan

Dalam kemampuan berbahasa, anak yang usianya belum enam tahun sudah

menguasai kosa kata, sudah bisa menguraikan kalimat, tidak memiliki kendala dalam

berbicara, dalam berbicara dengan teman-teman sebayanya menggunakan kalimat

yang sopan, serta dalam berkomunikasi dengan orang yang usianya lebih tua darinya

anak sudah berbiacara sopan-santun menggunakan kalimat yang baik. Selain itu ia

juga sudah bisa membaca lancar baik itu tulisan yang dituliskan di papan tulis, di

buku cetak, maupun tulisan yang ia tulis sendiri. Dari kemampuan berbahasa dapat

peneliti katakan bahwa anak tersebut sudah baik dalam kemampuan berbahasanya

dan tidak memiliki kendala dalam berbicara maupun berkomunikasi dengan orang-

orang. Hal ini di dukung oleh pendapat ahli Glover di dalam Ali dan Asrori

(2011:125) dalam

Page 15: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 15

“proses berfikir digunakan simbol-simbol yang memiliki makna atau arti

tertentubagi masing-masing individu. Manifestasi dari proses berpikir manusia serta

sekaligus menjadi karakteristik dari proses berpikir manusia adalah bahasa”.

Pendapat yang hampir serupa juga dijelaskan oleh piaget dalam

Patmonodewo (2008:23) ia mengatakan bahwa :

“tahapan perkembangan kognitif pada anak adalah tahapan sensorimotor anak sejak

lahir sampai sekitar satu dan dua tahun memahami objek disekitarnya melalui

sensori dan aktivitas motor dan gerakannya, tahapan praoperasional proses berpikir

anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol (misalnya kata-kata) yang mampu

mengungkapkan pengalaman masa lalu, tahap operasional konkret pada tahapan ini

anak mulai mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan conservasi, perceptual

contration dan egocentrism namun masih dalam masalah yang bersifat konkret”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti laksanakan peneliti

melihat dalam tingkah laku ia terlihat aktif dalam proses belajar mengajar di dalam

kelas, ia selalu berdoa sebelum memulai pembelajaran, ia tidak membeda-bedakan

teman, selalu mengikuti aturan yang ada di sekolah, mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru, dan ia selalu menjaga amanah yang diberikan orang lain

kepadanya dan dalam emosional anak tersebut, ia masih belum bisa mengontrol

emosinya. Ia masih bersifat egosentris dan merasa pendapatnya yang paling benar. Ia

belum bisa mengimbangi teman-temannya yang berusia lebih tua darinya, peran

orang-orang terdekat sangat dibutuhkan dalam meredang emosinya. Hal ini didukung

oleh pendapat Daniel Goleman dalam Ali dan Asrori “menyatakan bahwa sejumlah

ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peran penting

dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu”.

Selain itu pendapat lain yang mendukung yaitu pendapat Jean Piaget

(Bybee dan Sund) dalam Ali dan Asrori (2011:28)

“Pada tahap ini semua perbuatan tidak di dukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur

perasaan, kecenderungan ilmiah dan sikap yang diterima di dapat dari lingkungan dan

orang-orang terdekat. Pada tahap ini anak bersifat egosentris sehingga kadangkala

menimbulkan masalah dengan lingkungannya termasuk orang tua dan berinteraksi

dengan orang lain anak lebih cenderung sulit memahami pandangan orang lain dan

lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Selain itu saat berinteraksi dengan

lingkungannya anak kurang bisa membaca kesempatan dan masih berfikiran bahwa

pandangannya yang benar. Tetapi pada tahap ini pandangan yang dilihat sendiri oleh

anak dan mampu menyimpan kosa kata dan menggunakannya dalam kebutuhan

mereka, seperti bahasa, membaca dan bernyanyi. Jika orang tua atau terdekat dengan

anak berbahasa yang baik dengan anak, akan menimbulkan akibat yang baik dalam

perkembangan bahasa pada anak”.

Page 16: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 16

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di SDN X selama satu bulan

di kelas satu tentang perkembangan kognitif anak usia belum enam tahun bersekolah

dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dapat peneliti

simpulkan bahwa anak yang usianya di bawah enam tahun secara pengetahuan,

prestasi, bisa dapat mengimbangi teman yang usianya di atas tujuh tahun jika orang

terdekat atau orang tua dapat ikut serta dalam proses belajar dirumah.

BS sudah dapat menyimpan kosa kata dan menggunakan kosa kata yang

diketahuinya untuk kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain, selain itu untuk

tingkah laku maupun sikap anak yang usianya dibawah tujuh tahun lebih banyak

menggunakan perasaan bukan pemikiran dan hal tersebut bisa di dapat dari

lingkungan maupun orang-orang terdekat anak. Akan tetapi secara emosional, anak

yang usianya dibawah tujuh tahun belum bisa mengontrol emosinya, ia merasa

pandangan dan pendapatnya yang benar, lebih sulit memahami maupun menerima

pandapat orang lain dan merasa dirinya selalu benar dan pendapat serta

pandangannya selalu benar. Selain itu dapat disimpulkan bahwa peran orang tua

sangat penting dalam perkembangan kognitif anak.

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil dari penelitian perkembangan kognitif anak usia belum enam

tahun bersekolah dapat dipaparkan kegunaan temuan penelitian baik secara implikasi

teoritis maupun secara praktis adalah sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

Pada perkembangan kognitif anak usia 2-7 tahun di dapatkan informasi dari teori

Jean Piaget dalam Asrori (2011:28) bahwa “pada tahap ini anak bersifat

egosentris sehingga kadangkala menimbulkan masalah dengan lingkungannya

termasuk orang tua dan berinteraksi dengan orang lain anak lebih cenderung sulit

memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya

sendiri. Tetapi pada tahap ini anak mampu menyimpan kosa kata dan

menggunakannya dalam kebutuhannya”. Sedangkan hasil penemuan yang peneliti

dapatkan dilapangan tentang perkembangan kognitif anak usia belum enam tahun

bersekolah adalah secara pengetahuan, prestasi, berbahasa, sikap dan tingkah laku

dapat menyesuaikan dengan teman-teman se usianya maupun lebih tua dari

usianya akan tetapi secara egosentris anak belum bisa mengontrol emosinya masih

memegang keras prinsip bahwa ia benar, dan hal tersebut

2. Implikasi Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan orangtua,

guru maupun pihak sekolah dalam menyekolahkan anak sebelum usia yang telah

ditetapkan, karena secara pengetahuan anak akan mampu menerima pelajaran,

akan tetapi secara egosentris anak belum bisa mengontrol emosinya.

Page 17: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 17

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temukan, terdapat permasalahan

yang belum terselesaikan oleh peneliti karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.

sehingga peneliti mengajukan beberapa saran dan beberapa masukan terhadap

perkembangan kognitif anak usia belum enam tahun bersekolah. Saran tersebut

diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk pihak sekolah dalam penerimaan peserta didik baru jika terdapat peserta

didik yang usianya dibawah enam tahun agar dilampirkan surat keterangan dari

psikolog.

2. Untuk orang tua, jika ingin menyekolahkan anak hendaknya tidak melihat secara

fisik dan pengetahuan saja tetapi juga melihat sikap dan cara anak bersosialisai

dengan orang lain.

3. Untuk para peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama

hendaknya tidak hanya meneliti perkembangan kognitif saja namun juga meneliti

perkembangan fisik, motorik dan psikososial anak.

Page 18: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 18

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Danim, Sudarwan. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : ALFABETA, cv.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosdakarya.

Djamarah, syaiful Bahri. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta

: PT Asdi Mahasatya.

Dwi, Yulianti. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

PT Indeks

Eggen, Paul dan Kauchack, Don. 2004. Educational Psychology Windows On

Classrooms, (ed.6). New Jersey. Pearson. h.35.

Faisal, S. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan

Asih Asah Asuh Malang (Y A3 Malang).

Hakim, Aceng Lukman. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini terhadap Prestasi Belajar

Siswa Kelas I Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Tangerang. Tangerang

: UNIS Tangerang

Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor : Ghalia

Indonesia.

Listiyani, Eka Puji. 2016. Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan

Kognitif Anak Usia Dini Melalui Bermain Balok di Raudhatul Athfal

Harapan Bunda Bandar Lampung. Lampung : Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan.

Mardiantina, Andini. 2014. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Tugas

Perkembangan Pada Anak Usia Pra Sekolah. Surakarta : Stikes Kusuma

Husada.

Patmonodewo, Soemiarti. 2008. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : PT RINEKA

CIPTA

Priansa, Donni Juni. 2015. Manajemen Peserta didik dan Model Pembelajaran.

Bandung : Alfabeta, cv.

Santrock, John W. 2012. Perkembangan Masa Hidup, edisi ketiga belas jilid I,

Terjamahan Widyasinta, Benedictine. Indonesia : Penerbit Erlangga dan

Power MacPro.

Page 19: ARTIKEL ILMIAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA BELUM …repository.unja.ac.id/4597/1/ARTIKEL FINDA YOLANDA.pdf · peserta didik baru yang berusia tujuh tahun wajib diterima sebagai

FKIP Universitas Jambi Page 19

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sunarto dan Hartono,Agung. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka

Cipta

Surna, Nyoman, D.Pandeirot,Olga. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta : Penerbit

Erlangga.

Suwardi dan Daryanto. 2017. Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta : Gaya Media.

Suyadi dan Ulfah, Maulidya. 2012. Konsep Dasar Paud. Bandung : Rosda

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahab, Rochmab dan solehuddin.2001. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.

Jambi: UPP PGSD MUARA BULIAN.