artikel diagnosis

15
1 DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS X-D MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG Lusi Mirawati 1 , Asim, dan Kadim Masjkur. Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang (UM) 1 e-mail:[email protected] ABSTRAK: Dalam mencapi tujuan mata pelajaran fisika, tentu akan ditemukan kesulitan belajar siswa. Kesulitan ini harus segera diatasi karena akan mempengaruhi pemahaman siswa pada materi selanjutnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi letak dan penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari pokok bahasan Kalor. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif noneksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-D MAN 3 Malang tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 27 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes diagnostik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik sederhana dan teknik diagnosis analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa terletak pada submateri pemuaian gas, kalor, perubahan wujud dan kalor laten, Asas Black, dan radiasi. Kesulitan belajar siswa pada submateri tersebut disebabkan oleh kurangnya (1) penguasaan konsep, (2) kemampuan matematis, (3) kemampuan dalam mengkonversi satuan, dan (4) kemampuan dalam pengetahuan terstruktur meliputi kemampuan verbal, membuat skema, membuat strategi pemecahan masalah, dan membuat algoritma. Kata kunci: diagnosis, kesulitan belajar, kalor Pendidikan dan peranannya merupakan kebutuhan mutlak untuk menunjang kehidupan manusia. Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam mempunyai peranan

Upload: ira-sartika-anderiani

Post on 26-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Artikel Diagnosis

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Diagnosis

1

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS X-D MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG

Lusi Mirawati1, Asim, dan Kadim Masjkur.Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)

1e-mail:[email protected]

ABSTRAK: Dalam mencapi tujuan mata pelajaran fisika, tentu akan ditemukan kesulitan belajar siswa. Kesulitan ini harus segera diatasi karena akan mempengaruhi pemahaman siswa pada materi selanjutnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi letak dan penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari pokok bahasan Kalor.

Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif noneksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-D MAN 3 Malang tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 27 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes diagnostik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik sederhana dan teknik diagnosis analitis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa terletak pada submateri pemuaian gas, kalor, perubahan wujud dan kalor laten, Asas Black, dan radiasi. Kesulitan belajar siswa pada submateri tersebut disebabkan oleh kurangnya (1) penguasaan konsep, (2) kemampuan matematis, (3) kemampuan dalam mengkonversi satuan, dan (4) kemampuan dalam pengetahuan terstruktur meliputi kemampuan verbal, membuat skema, membuat strategi pemecahan masalah, dan membuat algoritma.

Kata kunci: diagnosis, kesulitan belajar, kalor

Pendidikan dan peranannya merupakan kebutuhan mutlak untuk

menunjang kehidupan manusia. Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam

mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan teknologi di masa

depan (Wirtha dan Rapi, 2008). Namun, fisika selalu dianggap sulit oleh siswa,

sehingga prestasi siswa pada mata pelajaran fisika banyak yang rendah (Suryani

dan Fatkhulloh, 2012).

Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan Program Praktik

Lapangan (PPL) di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang, ditemukan bahwa siswa

kelas X-D memiliki nilai fisika yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai

hasil ujian akhir semester gasal yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa

mencapai nilai dibawah KKM. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan rendahnya

partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Siswa kurang berani bertanya

kepada guru, kurang berani dalam menyampaikan pendapat, dan kurangnya

kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal-hal di atas sebenarnya

Page 2: Artikel Diagnosis

2

menunjukkan gejala kesulitan belajar pada siswa sesuai dengan pendapat Maas

(2004), kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang dapat dilihat dalam

berbagai jenis ciri tingkah laku siswa diantaranya: (1) menunjukkan hasil belajar

yang rendah; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan;

(3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar; dan (4) menunjukkan

sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh.

Sementara itu, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, guru dituntut

untuk selalu meningkatkan diri baik dalam pengetahuan maupun pengelolaan

proses belajar mengajar. Dalam hal kesulitan yang dihadapi siswa, guru perlu

menemukan dan memastikan sumber permasalahan, serta menanganinya dengan

harapan dapat memecahkan masalah tersebut (Depdiknas, 2008). Guru sebagai

orang yang bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar juga harus berperan

untuk dapat memahami gejala-gejala kesulitan belajar. Bagi guru, memahami

kesulitan belajar siswa merupakan dasar dalam usaha memberi bantuan kepada

siswa. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk melakukan diagnosis

kesulitan belajar siswa (Maas, 2004). Diagnosis kesulitan belajar merupakan

upaya mengumpulkan fakta-fakta untuk menentukan jenis dan penyebab kesulitan

belajar siswa (Wahyuningsih dkk, 2013).

Menurut Depdiknas (2008), kata “letak” berarti “tempat beradanya

sesuatu”. Sementara itu kata “penyebab” berasal dari kata “sebab” yang berarti

“hal yang menjadikan timbulnya sesuatu, lantaran, karena, (asal) mula,

mengapa, apa lantarannya, apa mulanya. Penyebab adalah “yang

menyebabkan”. Dalam penelitian ini, yang dimaksud letak kesulitan belajar

merupakan submateri pokok bahasan Kalor yang belum dikuasai siswa.

Sedangkan penyebab kesulitan belajar merupakan hal yang menyebabkan

timbulnya kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan Kalor.

Guru pada dasarnya harus bertanggung jawab terhadap proses

pembelajaran. Selain bertanggung jawab membantu dan membimbing siswa

untuk memperoleh hasil belajar maksimal, salah satu kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan peranannya adalah

kegiatan diagnosis kesulitan belajar. Seorang guru yang profesional harus dapat

mendiagnosis kesulitan belajar siswanya (Wardhani dan Rinaningsih, 2012).

Page 3: Artikel Diagnosis

3

Agar kegiatan ini dapat dilakukan, maka seorang guru juga dituntut untuk

memiliki kompetensi melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa.

Kesulitan belajar yang dialami siswa hendaknya harus segera diatasi

karena akan berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada pokok bahasan fisika

selanjutnya. Sebagaimana diungkapkan Khusairi (2012), konsep fisika bersifat

hirarki atau berjenjang, artinya untuk mempelajari suatu materi diperlukan

penguasaan terhadap materi-materi sebelumnya. Oleh karena itu, bila siswa

mengalami kesulitan belajar pada salah satu materi atau pokok bahasan, sangat

besar kemungkinan siswa akan mengalami kesulitan saat mempelajari materi

berikutnya. Selain itu, jika kesulitan yang dialami tidak segera ditangani,

dikhawatirkan siswa akan terus mengalami kegagalan dalam belajar. Kegagalan

tersebut akan menimbulkan kekecewaan, malas belajar, rendah diri atau bahkan

mungkin dapat mempengaruhi jiwanya (Maas, 2004).

Salah satu pokok bahasan fisika yang berpotensi menimbulkan kesulitan

belajar adalah Kalor. Dalam pokok bahasan Kalor, terdapat unsur-unsur fisika

yang sangat kompleks, mulai dari konsep pemuaian, konsep kalor, konsep

perubahan wujud zat, konsep kalor laten, asas Black, dan konsep perambatan

kalor (konduksi, konveksi, radiasi). Selain itu, siswa juga dituntut penggunaan

simbol-simbol yang bervariasi dan rumus-rumus yang beraneka macam dalam

pokok bahasan tersebut.

Dalam penelitian ini, letak kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan

Kalor diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan profil materi sesuai dengan

ketetapan Depdiknas (2008), yakni dengan meninjau penguasaan (kompetensi)

siswa pada sub materi yang satu dibandingkan dengan penguasaan siswa pada sub

materi Kalor yang lain. Penguasaan (kompetensi) siswa pada pokok bahasan

Kalor diukur melalui tes diagnostik. Sedangkan penyebab kesulitan belajar siswa

pada pokok bahasan Kalor dianalisis meninjau kesalahan (1) pemahaman konsep

atau prinsip, (2) perhitungan matematis, dan (3) mengkonversi satuan, dan (4)

kesalahan dalam pengetahuan terstruktur. Penyebab kesulitan belajar juga

dianalisis secara mendalam terhadap pengetahuan terstruktur berdasarkan

ketetapan Depdiknas (2008), yaitu dengan meninjau kemampuan verbal,

kemampuan menggunakan skema, kemampuan membuat strategi pemecahan

Page 4: Artikel Diagnosis

4

masalah, dan kemampuan membuat algoritma. Kemampuan bahasa diartikan

sebagai kemampuan menerjemahkan soal dan memberi makna pertanyaan yang

diajukan dalam soal. Kemampuan menggunakan skema diartikan sebagai

kemampuan memahami konsep, prinsip, atau aturan yang dapat digunakan untuk

menyelesaian soal. Kemampuan membuat strategi diartikan sebagai kemampuan

membuat langkah-langkah atau cara yang harus digunakan untuk menyelesaikan

soal. Kemampuan membuat strategi diartikan sebagai kemampuan merencanakan

pemecahan masalah. Kemampuan membuat algoritma diartikan sebagai

kemampuan yang menekankan pada penyelesaian atau pengerjaan soal

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis merasa

perlu melakukan diagnosis kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari

pokok bahasan Kalor dengan tujuan mengidentifikasi letak kesulitan belajar siswa

dan mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari pokok

bahasan Kalor.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian noneksperimental, yaitu penelitian deskriptif. Menurut Sudjana

(2009:64), penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu

kejadian yang terjadi pada saat sekarang sebagaimana adanya pada saat

penelitian dilaksanakan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-D di MAN 3 Malang tahun

ajaran 2012-2013 sebanyak 27 siswa. Teknik pengambilan subjek pada

penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling, yakni teknik

pengambilan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2011:218). Guru memberikan pertimbangan mengenai kelas yang akan

digunakan penelitian berdasarkan data nilai raport semester ganjil yang

menyatakan lebih dari 50% siswa mendapatkan nilai di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM).

Instrumen penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah tes

diagnostik. Tes diagnosik merupakan tes yang diarahkan untuk menetapkan apa

yang belum dikuasai siswa dan apa penyebabnya (Rinaningsih dan Saidah, 2012).

Page 5: Artikel Diagnosis

5

Dalam penelitian ini, tes diagnosis terdiri atas soal yang berbentuk pilihan ganda

terstruktur yang menyertakan cara siswa dalam menyelesaikan permasalahan

dalam soal.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik sederhana

dan teknik diagnostik analitik. Teknik analisis statistik sederhana yang dimaksud

berupa analisis persentase (Arikunto, 2010:344). Teknik analisis ini digunakan

peneliti untuk menghitung persentase skor pencapaian siswa dan untuk

menghitung persentase kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab tes

diagnostik Kalor. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase tersebut

adalah sebagai berikut.

P= FN

x 100 %

Keterangan:P = persentase skor pencapaian siswa atau persentase kesalahan siswaF = jumlah siswa yang memilih alternatif jawabanN = jumlah seluruh siswa

Sementara itu teknik diagnosis analisis digunakan untuk mengetahui

kekuatan dan kelemahan siswa pada submateri Kalor. Menurut Rusilowati (2006),

profil kekuatan dan kelemahan siswa dapat dilihat dari rata-rata persentase

pencapaian skor hasil tes diagnostik. Siswa dikatakan kuat apabila rata-rata

persentase skor yang dicapai untuk setiap submateri sebesar 65% atau lebih. Bila

rata-rata skor yang dicapai kurang dari 65% maka siswa dikatakan lemah pada

submaeri tersebut.

HASIL

Letak Kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Kalor

Letak kesulitan siswa pada pokok bahasan Kalor dapat diidentifikasi

dengan meninjau penguasaan (kompetensi) siswa pada sub materi yang satu

dibandingkan dengan penguasaan siswa pada sub materi Kalor yang lain.

Submateri Kalor yang sudah dikuasai dan belum dikuasai siswa ditentukan

berdasarkan kekuatan dan kelemahan pada setiap submateri tesebut. Hasil analisis

terhadap jawaban tes diagnostik menunjukkan bahwa kesulitan siswa dalam

Page 6: Artikel Diagnosis

6

mempelajari pokok bahasan Kalor terletak pada submateri pemuaian gas, kalor,

perubahan wujud dan kalor laten, Asas Black, dan radiasi.

Penyebab Kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Kalor

Kesulitan belajar siswa dapat dianalisis dari pola jawaban salah yang

dilakukan oleh siswa dan pengetahuan terstruktur siswa (Rusilowati, 2006). Pada

soal tes diagnostik Kalor, penentuan jawaban salah telah dirancang sedemikian

rupa sehingga dapat digunakan untuk mengungkap kesalahan siswa. Hasil analisis

terhadap pola jawaban siswa menunjukkan bahwa kesulitan siswa pada submateri

pemuaian gas, kalor, perubahan wujud dan kalor laten, Asas Black, dan radiasi

secara umum disebabkan oleh (1) kesalahan pemahaman konsep dengan

persentase sebesar 89,67%, (2) kesalahan perhitungan matematis dengan

persentase sebesar 5,5%, dan (3) kesalahan mengkonversi satuan dengan

persentase sebesar 2,78%.

Sementara itu, hasil analisis terhadap pengetahuan terstruktur siswa

menunjukkan bahwa kesulitan siswa pada submateri-submateri di atas disebabkan

oleh (1) kesalahan membuat algoritma sebesar 18,76%; (2) kesalahan membuat

strategi dan algoritma sebesar 17,64%; (3) kesalahan membuat skema, strategi,

dan alogitma sebesar 15,07%; dan (4) kesalahan pada seluruh komponen

pengetahuan tertruktur sebesar 45,6%.

PEMBAHASAN

Letak Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Kalor

Dari hasil analisis kekuatan dan kelemahan siswa berdasarkan

pendekatan profil materi, diperoleh bahwa siswa kelas X-D belum menguasai

materi pemuaian gas, kalor, perubahan wujud dan kalor laten, Asas Black, dan

radiasi. Hal ini disebabkan nilai rata-rata persentase skor yang dicapai siswa

kelas X-D pada setiap materi tergolong rendah, yakni kurang dari 65%. Hasil

belajar (skor) yang rendah ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan

dalam mempelajari pokok bahasan Kalor. Hal ini sesuai dengan pendapat Maas

(2004), bahwa kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang dapat dilihat dalam

berbagai jenis ciri, salah satunya yaitu hasil belajar yang rendah.

Page 7: Artikel Diagnosis

7

Penyebab Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Kalor

Hasil analisis terhadap pola jawaban siswa menunjukkan kesalahan

pemahaman konsep mendominasi penyebab kesulitan belajar pada seluruh

submateri Kalor. Dari hasil tes diagnostik, diketahui bahwa sebanyak delapan dari

27 siswa menganggap zat yang mengalami perubahan wujud suhunya akan

berubah naik. Hal tersebut mengindikasikan adanya kesalahan konsep yang

dialami siswa, seharusnya pada saat mengalami perubahan wujud, besarnya suhu

zat adalah tetap. Hal ini sesuai dengan pendapat Noviati (2011) dan Priyandani

(2005), kesalahan konsep merupakan kesalahan siswa dalam memahami,

menafsirkan, atau menggunakan konsep, istilah, dan prinsip untuk menyelesaikan

permasalahan.

Di sisi lain, dari hasil tes diagnostik, juga diketahui bahwa salah satu siswa

melakukan kesalahan dalam menghitung hasil dari (½ V2 . 4) sama dengan 8/2 V2,

padahal hasil perhitungan yang benar adalah 4/2 V2 atau 2 V2. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari

pokok bahasan Kalor adalah kesalahan dalam perhitungan matematis. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sugiharti (2005), siswa yang memiliki kemampuan

matematis yang lemah secara otomatis akan mengalami kesulitan dalam

memahami fisika karena sebagian besar penyelesaian soal-soal fisika dilakukan

melalui pendekatan secara matematis.

Berdasarkan hasil tes diagnostik terlihat bahwa salah satu siwa tidak

mengonversi satuan kalor (Q) dari kalori menjadi kilokalori, tetapi langsung

menuliskan hasil akhir perhitungan dalam satuan kilokalori. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa siswa melakukan kesalahan mengonversi satuan pada

soal tentang perubahan wujud dan kalor laten. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rusilowati (2006) bahwa kesulitan belajar siswa dapat diungkap dari kesalahan

matematis yang dilakukan siswa.

Penyebab kesulitan belajar siswa kelas X-D juga dapat diidentifikasi

dengan menggunakan pendekatan pengetahuan terstruktur dengan menganalisis

kesalahan siswa dalam kemampuan bahasa (verbal), kemampuan membuat

skema, kemampuan membuat strategi, dan kemampuan membuat algoritma.

Page 8: Artikel Diagnosis

8

Hal ini sesuai dengan pernyataaan Depdiknas (2008), kesulitan belajar siswa

dapat diungkap dengan menganalisis pengetahuan terstruktur siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian pada Bab IV serta

pembahasan pada Bab V, maka dapat kesimpulan bahwa kesulitan belajar siswa

kelas X-D dalam mempelajari pokok bahasan Kalor terletak pada submateri

pemuaian gas, kalor, perubahan wujud dan kalor laten, Asas Black, dan radiasi.

Kesulitan belajar siswa kelas X-D dalam mempelajari pokok bahasan Kalor

disebabkan oleh kurangnya (1) penguasaan konsep, (2) kemampuan matematis,

(3) kemampuan dalam mengkonversi satuan, dan (4) kemampuan dalam

pengetahuan terstruktur meliputi kemampuan verbal, menggunakan skema,

membuat strategi pemecahan masalah, dan membuat algoritma.

Setelah diketahui letak dan penyebab kesulitan yang dialami siswa pada

pokok bahasan Kalor, guru sebaiknya melaksanakan pembelajaran remidial pada

siswa dengan memberikan pembetulan kesalahan konsep atau prinsip, kesalahan

perhitungan matematis, kesalahan mengkonversi satuan, dan kesalahan dalam

pengetahuan terstruktur siswa pada submateri pemuaian gas, kalor, perubahan

wujud dan kalor laten, Asas Black, dan radiasi. Peneliti berikutnya diharapkan

mampu mendiagnosis kesulitan belajar siswa pada submateri Kalor secara

menyeluruh sampai dengan memberikan pemilihan alternatif tindakan,

memberikan layanan bimbingan belajar (pengajaran remidial), dan mengukur

kembali hasil belajar (re-evaluasi). Selain itu, peneliti berikutnya juga diharapkan

mampu menggali penyebab kesulitan belajar siswa selain kesalahan-kesalahan di

atas, misalnya kesulitan konsep prasyarat, kesulitan dalam asosiasi, dan kesulitan

dalam membuat skema atau grafik.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Page 9: Artikel Diagnosis

9

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Khusairi, S. 2010. Analisis Asesmen Formatif Fisika SMA Berbantuan Komputer. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, (Online), Edisi Dies Natalies ke-48 UNY, hal 68-87, (http://journal.uny.ac.id), diakses 25 Februari 2013.

Maas, M. 2004. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS SMAK BPK Penabur Sukabumi. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online) Th.III (3): 22-49, (http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal%20022-049%20Faktor- faktor%20Kesulitan%20Belajar%20Akuntansi%20Siswa %20IPS%20SMAK%20BPK%20PENABUR%20Sukabumi.pdf), diakses 25 Februari 2013.

Nurmavia, A. 2011. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidinya Materi Bangun Ruang Datar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Kepanjen Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Online), (http://litbang.kemdikbud.go.id), diakses 4 Desember 2012.

Priyandani, C. D. 2005. Analisis Kesalahan Penyelesaian Sooal-Soal logika Matematika pada Siswa Kelas X Semester II SMA Negeri 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Rusilowati, A. 2006. Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kelistrikan Siswa SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), 4 (2): 100-106, (http://journal.unnes.ac.id), diakses 23 Februari 2013.

Sudjana, N., & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiharti, P. 2005. Penerapan Teori Muliple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online), Th.VI (5): 29-42, (http:// http://202.147.254.252/files/29-42-Penerapan%20Teori% 20Multiple% 20Intelligence%20dalam%20Pembelajaran%20Fisika.pdf), diakses 23 Februari 2013.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryani, F. & Fatkhulloh. 2012. Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Proses Belajar Fisika pada Konsep Gelombang Elektromagnet Melalui Pembelajaran Think, Write, and Talk. Makalah disajikan dalam Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI Himpunan Fisika Indonesia Jateng & DIY, Purworejo, 14 April 2012.

Wardhani, A.A & Rinaningsih. 2012. Pengembangan Tes Diagnostik Berbasis Komputer Menggunakan Program PHP MySQL pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Kimia Unesa (Unesa Journal of Chemical Education), (online), 1(1): 25-32, (http:// ejournal.unesa.ac.id/article/194/36/article.pdf ), diakses 10 Maret 2013.

Page 10: Artikel Diagnosis

10

Wirtha, I. M. & Rapi, N. K. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, (online), 1 (2): 15-19, (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 21081529.pdf), diakses 25 Februari 2013.