variasi jenis tanah pada sistem lahan bukit...
Post on 05-Feb-2021
68 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN
BUKIT BALANG HINGGA LEVEL SUB-GRUP
DI KECAMATAN BANGKALA BARAT
KABUPATEN JENEPONTO
SKRIPSI
DIDI SUDIRMAN
G111 10 292
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
-
ii
VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN BUKIT BALANG HINGGA
LEVEL SUB-GRUP DI KECAMATAN BANGKALA BARAT KABUPATEN
JENEPONTO
Oleh:
DIDI SUDIRMAN
G111 10 292
Laporan Praktek Lapang Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2017
Disetujui Oleh:
Prof. Dr. Ir. Christianto Lopulisa, M.Sc. Dr. Rismaneswati, SP. MP
Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal Pengesahan:
-
iii
VARIASI JENIS TANAH PADA SISTEM LAHAN BUKIT BALANG
HINGGA LEVEL SUB-GRUP DI KECAMATAN BANGKALA BARAT
KABUPATEN JENEPONTO
Didi Sudirman, Christianto Lopulisa, Rismaneswati
Didisudirman43@yahoo.co.id
ABSTRAK
Informasi yang diperoleh dari Peta Sistem Lahan (Reppprot, 1998) tentang sistem
lahan Bukit Balang (BBG) masih bersifat umum termasuk jenis tanah yang ditemui
merupakan assosiasi atau kompleks memperoleh Dystrudepts, Humitropepts, dan
Tropohumults. Penelitian ini bertujuan untuk mendetailkan informasi jenis tanah
pada sistem lahan BBG hingga pada tingkat sub group di Kecamatan Bangkala Barat
Kabupaten Jeneponto. Metode penelitian yaitu metode deskriptif, dan penentuan
jenis tanah menggunakan klasifikasi Taksonomi tanah (1975). Unit lahan yang
digunakan berjumlah 5 yang dihasilkan dari tumpang tindih (overlay) peta sistem
lahan dan peta lereng. Hasil penelitian menunjukkan lokasi penelitian tergolong
dalam tipe iklim D (6 bulan basah dan 5 bulan kering). Sistem lahan BBG memiliki
topografi datar sampai sangat curam dengan kemiringan lereng 8% sampai >45%.
Jenis tanah yang ditemukan pada sistem lahan BBG ada 3 jenis yaitu Typic
Dystrudepts dengan luasan sekitar 2357.24 ha (47.03%), Aquic Humic Dystrudepts
dengan luasan sekitar 43.59 ha (0.86%), dan Inceptic Haplustalfs dengan luasan
sekitar 2611.22 ha (52.09%)
Kata kunci: Klasifikasi tanah, sistem lahan Bukit Balang, Kecamatan Bangkala
Barat, taksonomi tanah
-
iv
VARIATION OF SOIL TYPES ON THE BALANG BALANG LAND SYSTEM
UNTIL LEVEL SUB-GROUP IN BANGKALA BARAT DISTRICTS
JENEPONTO REGENCY
Didi Sudirman, Christianto Lopulisa, Rismaneswati
Didisudirman43@yahoo.co.id
ABSTRAK
Information obtained from the Land System Map (Reppprot, 1998) on the Bukit
Balang (BBG) land system is still general including the soil type encountered is an
association / complex of Dystrudepts, Humitropepts, and Tropohumults. This study
aims to obtain soil type on Bukit Balang land system (BBG) up to sub-group level in
West Bangkala District Jeneponto Regency. The research method is descriptive
method, and the determination of soil type using land Taxonomy classification. The
land units used amount to 5 resulting from overlapping of the land system map and
the slope map. The results showed that the study sites were classified as climate type
D (6 wet months and 5 dry months). The BBG land system has flat topography up to
very steep with slope of 8% to> 45%. Soil type found in BBG land system have 3
types of Typic Dystrudepts with an area of about 2357.24 ha (47.03%), Aquic Humic
Dystrudepts with an area of about 43.59 ha (0.86%), and Inceptic Haplustalfs with an
area of about 2611.22 ha (52.09%).
Keyword: Soil classification, Bukit Balang land system, Bangkala Barat Districts,
soil taxonomy
-
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Tiada kata yang dapat penulis ungkapkan atas
Nikmat, Cinta, dan Kasih sayang_Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian hingga penulisan skripsi ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sesuai dengan yang di harapkan, oleh karenanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan dari semua pihak.
Skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan serta bimbingan yang sangat
berharga dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Ucapan terima
kasih terutama penulis haturkan pada Ayahanda (alm. SYAMSUDDIN) dan Ibunda
tercinta (AMINA ABDUL) yang selalu mencurahkan kasih sayang dengan tulus
serta pengorbanan dan dorongan moril yang tiada henti-hentinya dan semangat agar
terus menuntut ilmu sehingga penulis dapat menjalani jenjang pendidikan dari awal
hingga akhir terselainya skripsi ini.
Juga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada,
yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr.Ir. Christianto Lopulisa dan ibu Dr. Rismaneswati, SP. MP selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan dan masukan kepada
penulis mulai rencana penelitian hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Ilmu Tanah yang telah banyak membantu
penulis selama penulis menempuh pendidikan di jurusan ilmu tanah.
-
vi
3. Terimakasih kepada Anggota HIMTI 2010 atas segala perhatian, kasih sayang,
dukungan dan motivasi yang tiada hentinya selama penulis menyelesaikan studi.
4. Terima kasih penulis kepada Zulfikar Ali Ahmad yang membantu dan
mengarahkan dalam pembuatan peta.
5. Teman-teman anggota AGROTEKNOLOGI 2010 tanpa terkecuali serta seluruh
teman-teman yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua, Amin.
Makassar, 28 Juli 2017
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan kegunaan ........................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
2.1. Sistem lahan ....................................................................................... 4
2.2. Sistem lahan Bukit Balang (BBG) ..................................................... 5
2.3. Klasifikasi tanah ................................................................................. 5
2.4. Sistem klasifikasi taksonomi tanah .................................................... 7
2.5. Pembeda klasifikasi tanah ................................................................ 10
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 12
3.1. Tempat dan waktu ............................................................................ 12
3.2. Alat dan bahan .................................................................................. 12
3.3. Metode dan tahap penelitian ............................................................. 13
3.3.1. Pembuatan peta unit lahan ............................................................. 14
3.3.2. Penentuan titik lokasi pengambilan contoh tanah ......................... 14
3.3.3. Pengambilan sampel tanah ............................................................ 14
-
viii
3.3.4. Karakterisasi tanah ........................................................................ 15
IV. KEADAAN UMUM LOKASI ................................................................. 18
4.1. Letak geografis dan batas administrasi ............................................ 18
4.2. Litologi ............................................................................................. 18
4.3. Topografi dan kelerengan ................................................................ 19
4.4. Iklim ................................................................................................. 20
4.4. Penggunaan lahan............................................................................. 20
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 25
5.1 Karakterisasi umum lokasi penelitian ............................................... 25
5.2. Klasifikasi tanah berdasarkan kunci taksonomi tanah USDA (2014)32
5.3 Klasifikasi jenis tanah dari ordo hingga sub ordo pada sistem lahan BBG
berdasarkan kunci taksonomi tanah USDA tahun 2014 ................. 32
5.3.1. Inceptisols ..................................................................................... 32
5.3.2. Inceptic Haplustalfs ....................................................................... 36
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 40
6.2 Saran .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 42
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam analisis contoh tanah di laboratorium .... 12
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam analisis contoh tanah .......................... 13
Tabel 3. Formasi batuan dan litologi pada sistem lahan BBG .......................... 19
Tabel 4. Kelas kemiringan lereng pada sistem lahan BBG .............................. 19
Tabel 5. Jenis tanah pada sistem lahan BBG di Kecamatan Bangkala Barat ... 32
Tabel 6. Karasteristik sifat fisik tanah .............................................................. 38
Tabel 7. Karasteristik sifat kimia tanah ............................................................ 39
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta sistem lahan Kecamatan Bangkala Barat ................................ 16
Gambar 2. Peta kerja sistem lahan Kecamatan Bangkala Barat ....................... 17
Gambar 3. Curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Bangkala Barat tahun 2011-
2015 .................................................................................................... 20
Gambar 4. Peta administrasi Kecamatan Bangkal Barat .................................. 21
Gambar 5 Peta lereng sistem lahan BBG Kecamatan Bangkala Barat. ........... 22
Gambar 6. Peta geologi sistem lahan BBG Kecamatan Bangkala Barat.......... 23
Gambar 7. Peta penggunaan lahan sistem lahan Bukit Balang (BBG) Kecamatan
Bangkala Barat ................................................................................... 24
Gambar 8. Penampang melintang dan vegetasi profil 1 ................................... 26
Gambar 9. Penampang melintang dan vegetasi profil 2 ................................... 27
Gambar 10. Penampang melintang dan vegetasi profil 3 ................................. 28
Gambar 11. Penampang melintang dan vegetasi profil 4 ................................. 30
Gambar 12. Penampang melintang dan vegetasi profil 5 ................................. 31
Gambar 13. Penampang melintang Typic Dystrustepts (profi 1) ..................... 33
Gambar 14. Penampang melintang Typic Dystrustepts (profil 2) .................... 34
Gambar 15. Penampang melintang Typic Dystrustepts (profil 3) .................... 34
Gambar 16. Penampang melintang Aquic Humic Dystrudepts (profil 5) ...... 35
Gambar 17. Penampang melintang Inceptic Haplustalfs (profil 4) .................. 36
Gambar 18. Peta jenis tanah sistem lahan BBG Kecamatan Bangkala Barat ..... 37
-
11
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian
lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan bahkan keadaan
vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Lahan mempunyai sifat keruangan, unsur estetis dan merupakan lokasi aktifitas
ekonomi manusia. Keberadaannya sangat terbatas, oleh karena itu diperlukan
pertimbangan dalam pemanfaatannya agar memberikan hasil yang optimal bagi
kehidupan. Lahan yang berkualitas dapat dimanfaatkan untuk banyak kegiatan dan
banyak jenis tanaman (Mather, 1986).
Sistem lahan merupakan informasi gabungan yang didasari dari prinsip ekologi
yang berhubungan antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan orgnisme dan
dari kombinasi faktor-faktor ekologi yang sama akan menghasilkan system lahan
yang sama.
Istilah sistem lahan mula-mula digunakan oleh Christian dan Stewart dalam
loporan survey dilaksanakan Catherine-Darwin Christian (1958) dalam Arsyad
(1990), menjelaskan bahwa sistem lahan yang sama akan ditemukan pada tempat-
tempat yang memiliki kombinasi faktor-faktor atau ekologi yang sama, sehingga
dapat muncul berulang pada kawasan-kawasan yang memiliki sifat-sifat lingkungan
yang sama. Oleh karena itu, potensinya pada skala tertentu akan sama.
-
12
Sistem taksonomi yang diterbitkan pertama kali oleh USDA, 1975 dengan judul
“Soil Taxonomy”, (Soil Survey Staff,1975) merupakan sistem klasifikasi tanah yang
banyak dikenal diseluruh dunia. Tujuan pembuatan taksonomi tanah adalah untuk
membuat sistem dasar klasifikasi tanah yang yang dapat digunakan untuk melakukan
berbagai kegiatan survei tanah. Adapun taksonomi tanah terdiri dari enam kategori
dengan sifat-sifat faktor pembedanya seperti: Ordo, Subordo, Great Group, Subgroup,
Famili, dan Seri.
Sistem lahan yang dapat dijumpai di Kabupaten Jeneponto khususnya di
Kecamatan Bangkala Barat terdapat tiga belas jenis sistem lahan yaitu BBG,BDG,
BOM, BRA, BRI, BRU, KAS, LTG, MKS, PLU, SMA, TBO, dan TRO. Sistem
lahan yang paling luas di Kecamatan Bangkala Barat yaitu sistem lahan BBG (Bukit
Balang) dengan luas 5058 ha (31.25%).
Peta sistem lahan merupakan suatu sistem yang terdiri atas satu kombinasi batuan
induk, tanah, topografi, dan iklim, yang mencerminkan kesamaan potensi dan faktor-
faktor pembatasnya. Data peta sistem lahan yang terdapat saat ini dan digunakan
secara luas di Indonesia adalah peta sistem lahan yang memiliki skala1 : 250.000.
Pada skala ini tingkat kerincian informasi yang terkandung dalam peta masih kurang,
sehingga ada kemungkinan dalam informasi pada skala ini belum jelas atau tidak
tercantumkan dalam peta.
Berdasarkan skala peta yang digunakan saat ini maka dilakukan penelitian
Variasi jenis tanah pada tingkat Sub-grup pada sistem lahan Bukit Balang
(BBG) di Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto untuk memperoleh
-
13
informasi yang lebih detil tentang jenis tanah pada tingkat sub grup pada sistem lahan
BBG.
I.2 Tujuan dan kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi jenis tanah pada sistem lahan
Bukit Balang (BBG) sampai pada tingkat sub-grup di Kecamatan Bangkala Barat
Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk
pemerintah dan masyarakat untuk mengelola tanah dan lahan sesuai karasteristik
tanah tersebut.
-
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem lahan
Sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan menganggap ada hubungan
yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Sistem
lahan yang sama akan mempunyai kombinasi faktor-faktor ekologi atau lingkungan
yang sama. Oleh karena itu, sistem lahan bukan merupakan sesuatu yang unik untuk
satu tempat saja (spesifik lokasi), tetapi dapat dijumpai di mana pun dengan
karakteristik lingkungan yang sama (Christian dan Stewart (1986).
Peta sistem lahan merupakan suatu sistem yang terdiri atas satu kombinasi batuan
induk, tanah, topografi, dan iklim, yang mencerminkan kesamaan potensi dan factor-
faktor pembatasnya. Data peta sistem lahan yang terdapat saat ini dan digunakan
secara luas di Indoneia adalah peta sistem lahan skala 1 : 250.000.
Kegiatan pemetaan yang kemudian dikenal sebagai proyek RePPProT (Regoinal
Physical Planning Progaramme For Transmigration) ini menerapkan sistem lahan
yang bersumber pada konsep sistem lahan CSIRO (Christian dan Stewart, 1986) yang
mengatakan bahwa konsep sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan
menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform,
tanah, dan organisme.
Konsep sistem lahan yang diperkenalkan oleh Christian dan Stewart (1986)
didasarkan oleh prinsip ekologi dengan menganggap adanya hubungan yang erat
antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Sistem lahan yang
-
15
sama akan mempunyai faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang sama. Oleh karena
itu, sistem lahan bukan merupakan sesuatu yang unik untuk satu tempat saja, tetapi
dapat dijumpai dimana pun dengan karakteristik lingkungan yang sama. Konsep
tersebut menjadi pendekatan dalam melakukan pemetaan system lahan diInonesia.
2.2. Sistem Lahan Bukit Balang (BBG)
Sistem lahan Bukit Balang memiliki luas 27715 km2 dengan topografi punggung
gunung yang tak beraturan di atas batuan vulkanik basa. Sistem lahan ini memiliki
jenis batuan brupa anesit dan basal. Sistem lahan BBG berada pada darah dataran
tinggi dengan ketinggian sekitar 2000 mdpl dengan suhu rata-rata 250C dengan
keemiringan 41-60% dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 800-4000 mm.
Suhu minimal pada sistem lahan ini yaitu 170C dan suhu maksimalnya 330C,
memiliki 3 jenis Great Group yaitu Dystrudepts dengan tekstur yang agak halus
sampai halus, Humitropepts dengan tekstur halus dan Tropohumults dengan tekstur
halus.
2.3. Klasifikasi tanah
Tanah merupakan salah satu dari sumber daya alam yang berpangaruh langsung bagi
penggunaan pertanian, sebagai sumber daya alam tanah mempunyai 2 fungsi utama
yaitu, sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks tempat akar
tumbuh mengjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur hara dan air ditambahkan
(Arsyad, 2010).
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara membedakan
sifat-sifat tanah satu sama lain dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas
-
16
tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah-
tanah yang sama akan dimaksukkan ke dalam kelas yang sama dan sebaliknya
(Hardjowigeno,1993), dan ditambahkan pula oleh Pairunan dkk.,(1985) bahwa
klasifikasi juga meliputi pengumpulan, penyusunan, dan penafsiran akan keterangan-
keterangan tentang macam dam penyebaraan tanah pada permukaan lahan
dipermukaan bumi.
Klasifikasi tanah tanah secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu bagian klasifikasi secara alami (taksonomi) dan klasifikasi secara keteknikan
atau kegunaan. Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat
tanah atau yang dimiliki tanpa menghubungkan dengan tujuan keguanaan tanah
tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran besar terhadap sifat fisik, kimia dan
mineralogi tanah yang memiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi berbagai pengelolaan berbagai
penggunaan tanah. Sedangkan klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang
didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk
penggunaa-penggunaan tertentu. Misalnya, klasifikasi kesesuaian tanah untuk
tanaman perkebunan maka tanah akan diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi tanaman perkebunan tersebut seperti keadaan drinase tanah,
lereng, tekstur tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno, 1985).
Secara sistematik tujuan klasifikasi tanah adalah sebagai berikut: 1) mengorganisir
pengaetahuan kita tentang tanah, 2) Untuk mengetahui hubungan masing-masing
individu tanah satu sama lain, 3) untuk memudahkan mengingat sifat-sifat tanah, 4)
-
17
mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih peraktis dan 5) mempelajari
hubungan dan sifat-sifat tanah baru (Hardjowigeno, 1985).
Secara substansial menurut FAO-UNESCO (Soil Map of The World, 1970) bahwa
salah satu tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menyediakan dasar-dasar ilmiah
untuk pengalihan pengalaman antara wilayah–wilayah dengan lingkungan yang sama
dengan sejumlah pengetahuan yang banyak dan penggalaman yang diperoleh dalam
pengelolaan dan pengembangan tanah-tanah yang berbeda diseluruh dunia.
2.4. Sistem klasifikasi taksonomi tanah
Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy System) yang diterbitkan oleh USDA pada
tahun 1975 dengan judul “soil taxonomy a system of soil clasification for making and
interpretation (Soil Survey Staff, 1975) merupakan suatu sistem klasifikasi tanah
yang bersifat multi kategori yang paling dikenal diseluruh dunia. Sistem ini
memungkinkan oleh karena adanya penemuan baru tanpa merusak sistem itu sendiri
dan mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu bentang lahan dimanapun
ditemukan serta dapat digunakan dalam survey tanah untuk berbagai peruntukan
(Hardjowigeno,1985). Selain itu sistem ini menjadi pembanding bagi Negara-negara
didunia untuk mengkorelasikan jenis-jenis tanah yang dimilikinya, meskipun banyak
negara menggunakan sistem klasifikasi tanah masing-masing, tetapi soil taxonomy
tetap dipakai. Bahkan saat ini merupakan kebiasaan pemberian padanan dengan
nama-nama menurut soil taxonomy bagi tanah-tanah yang diklasifikasikan menurut
sistem klasifikasi tanah masing-masing seperti halnya memberikan nama latin bagi
vegetasi-vegetasi yang disebut nama daerah (Darmawijaya, 1970).
-
18
Sistem klasifikasi bedasarkan Soil Taxonomi digunakan karena sistem tersebut
merupakan sistem yang multi kategori dan mempunyai ciri yang lebih detail daripada
sistem lain. Taksonomi tanah (USDA, 1975) mempunyai ciri-ciri yang disebut ciri
taksonomi tanah yang terdiri atas delapan ciri yaitu 1) Setiap taksa harus mengandung
pengertian yang sama kepada para pemakai, 2) Multi kategori yaitu jumlah taksa
semakin ke bawah jumlah taksa lebih banyak pada ketegori tingkat rendah, 3) Taksa
haruslah merupakan konsep dari tanah yang benar-benar ada, 4) Pembeda haruslah
sifat-sifat tanah yang dapat diamati, 5) Memungkinkan adanya perubahan-perubahan
penemuan-penemuan tanpa merusak sistem itu sendiri, 6) Pembeda sedapat mungkin
mampu menempatkan tanah yang tidak terganggu dan tanah telah diolah kedalam
taksa yang sama pada kategori tertentu, 7) Taksonomi harus dapat mengklasifikasikan
tanah dalam suatu landscape, 8) Taksonomi dapat mengklasifikasikan semua tanah
yang diketahui.
Sistem taksonomi tanah terdiri enam kategori yaitu 1) ordo, 2) sub ordo, 3) geat
group, 4) sub group, 5) family, dan 6) seri. Kategori satu sampai empat disebut
sebagai kategori tinggi, sedangkan kategori dua yang terakhir disebut kategori rendah
(Soil Taxnomy, USDA 1975).
Pembeda yang digunakan pada masing-masing kategori secara berurutan diuraikan
sebagai berikut:
Ordo (golongan) : Terdiri dari 10 taksa. Faktor pembeda
adalah ada tidaknya horizon penciri seta
sifat-sifat dari horizon penciri tersebut.
-
19
Sub ordo (kumpulan) : Terdiri dari 40 taksa. Faktor pembeda
adalah ada tidaknya genangan (regim)
kelembaban tanah, pebedaan genetic dan
tingkat pelapukan bahan orgnik (untuk
tanah-tanah organik).
Graet group : Pada waktu ini dikenal lebih dari 230
taksa. Faktor pembedanya adalah
kesamaan, tingkat perkembangan dan
susunan horizon, kesamaan jenis,
kejunuhan basah regim suhu
kelembaban atau ada tidaknya lapisan
lapisan penciri lainnya.
Sub group : Jumlah taksa masih terus bertambah.
Faktor pembedanya terdiri dari sifat-sifat
inti dari great group (sub group typic),
sifat-sifat tanah peralihan ke great group
lain, sub goup atau ordo dan sifat-sifat
tanah ke bukan tanah.
Family (rupa) : Jumlah talsa dalam family masih terus
bertambah. Sifat-sifat tanah serimg
digunakan sebagai faktor pembeda utuk
famili adalah besaran butir, susunan
-
20
mineral (liat), regim temperatur pada
kedalaman 50 cm.
Seri (series) : Jumlah taksa di Amerika kurang lebih
12.000. Faktor pembeda adalah jenis dan
susunan horizon, warna, tekstur,
struktur, konsistensi, reaksi tanah, sifat
kimia, dan mineral masing-masing
horizon.
Dalam sistem taksonomi tanah (1975) dikenal ada 10 ordo yaitu Alfisol, Aridisol,
Entisol, Hostisol, Inceptisol, Mollisol, Oxisol, Spodosol, Ultisol dan Vertisol. Yang
masing-masing mempunyai penciri utama.
2.5. Pembeda klasifikasi tanah
Menurut Hardjowigeno (1993), faktor-faktor pembeda dalam klasifikasi tanah adalah
sebagai berikut:
a. Faktor pembeda dibedakan antara sifat-sifat tanah utama dan sifat-sifat
tamabahan. Sifat-sifat tanah utaman digunakan untuk pembeda kategori
yang lebih tinggi.
b. Faktor pembeda harus merupakan sifat-sifat tanah yang merupakan hasil
dari proses pmebentukan tanah atau faktor-faktor lain yang besar
pengaruhnya terhadat pembentukan tanah (genetic tread principle).
Faktor pembeda bukan merupakan proses pembentukan tanah.
-
21
c. Fakor-faktor pembeda tersebut sedapat mungkin merupakan sifat-sifat
tanah yang dapat diamati di lapangan atau setidaknya dapat didekati baik
dari sifat-sifat tanah yang dapat dilihat di lapangan ataupun data
gabungan antara ilmu tanah dan ilmu lain. Sifat-sifat tanah yang dapat
dilihat di lapang tersebut secara pasti diperlikan pengukuran-pengukuran
atau analisis tanah di laboratorium.
d. Faktor-faktor pembeda sedapat mungkin mampu menempatkan tanah-
tanah yang tidak terganggu dengan tanah yang telah olah ke dalam suatu
takson dalam ketegori tententu.
e. Jumlah faktor pembeda terus bertambah dari kategori tertinngi ke
kategori terendah, karena faktor pembeda untuk kategori tertinggi
merupakan pembeda pada ketegori terendah (principle of accumulation).
top related