model pengabdian kepada masyarakat - … · web viewkerangka pemikiran, hipotesis tindakan dan...
Post on 08-Apr-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS TINDAKAN DAN METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OlehDwi Purnomo
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN IKIP BUDI UTOMO MALANG
Maret 2011
Kerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas1
Oleh Dwi Purnomo 2
Abstrak: Penelitian tindakan kelas yang dilakukan, secara umum diharapkan mempunyai implikasi langsung yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan proses kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga untuk melaksanakannya memerlukan kerangka pemikiran, perumusan hipotesis tindakan yang akan diuji pada akhir pelaksanaan dan pemilihan metodologi penelitian yang sesuai. Kerangka pemikiran memberikan landasan dan alasan baik secara logis maupun teoritis sebagai dasar pijakan dalam melaksanakan penelitian. Rumusan hipotesis tindakan ditentukan dengan pernyataan sederhana yang dapat uji kebenarannya sehingga dapat mengukur ketercapaian tujuan, dalam perumusan hipotesis tindakan hendaknya memperhatikan keterkaitan antar variabel dalam penelitian, konsisten dengan teori yang sudah ada. Langkah selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas adalah adalah pemilihan metodologi penelitian yang disesuaikan dengan setting penelitan, populasi dan sampel, objek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, indikator kerja, analisis data dan prosedur penelitian. Jika pelaksanaannya didasari tiga hal tersebut diharapkan refleksi yang dilakukan akan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kata Kunci: Kompetensi, Hipotesis, Analisis Data, Ketuntasan
1. Pengantar
Secara ekplisit peraturan pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 pasal 2
menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi
pendidik, sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk
memiliki komptensi yang memadai. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasi
1 Disampaikan dalam Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Mahasiswa IKIP Budi Utomo Malang Angkatan IX tanggal 19-20 Maret 2011.2 Lektor Kepala dan Dosen di Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Budi Utomo Malang
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 2
oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Mengacu pada definisi tersebut,
maka terdapat 4 (empat) macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai
tenaga kependidikan yang profesional, Kompetensi tersebut adalah kompetensi
paedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Kompetensi Paedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: (1) pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3)
pengembangan kurikulum atau silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran,
(7) evaluasi hasil relajar, dan (8) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi personal adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan
temperamen seseorang yang akan terwujud dalam tindakan jika dihadapkan pada
situasi tertentu. Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang: (1) beriman dan bertakwa, (2) berakhlak mulia (3) arif
dan bijaksana, (4) demokratis, (5) mantap, (6) berwibawa, (7) stabil, (8) dewasa, (9)
jujur, (10) sportif, (11) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (12) secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (13) mengembangkan diri secara mandiri
dan berkelanjutan.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan menilai sesuai dengan
bidang studi yang diampu. Kompetensi profesioan yang diharapkan meliputi
penguasaan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
diampunya dan sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (1) materi pelajaran secara
luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (2) konsep dan
metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk mengajak dan merespon orang lain dengan perasaan positip dan dapat
berinteraksi dengan baik. Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi kompetensi
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 3
untuk: (1) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, (2) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (3)bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, (4) bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan
(5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Kompetensi personal yang dimiliki oleh guru sebagaimana tersebut di atas
salah satunya menyebutkan bahwa untuk mencapai kompetensi personal seorang guru
harus mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan diri
dapat dilakukan melalui beberapa cara, misalnya melalui penelitian-penelitian,
penyusunan bahan pembelajaran yang bersifat inovatif atau melakukan kajian-kajian
teoritis dalam bentuk diskusi kolega. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan,
maka jenis penelitian yang dapat dilakukan dapat berupa penelitian tindakan kelas
(PTK). Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju
seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-
akhir ini manaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK, mengapa demikian ?
Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk
memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar
mengajar di kelas dengan melihat pada siswa. Bahkan McNiff (1992:1) memandang
penelitian ini sebagai bentuk penelitian yang reflektif yang dapat dilakukan oleh
pendidik sendiri, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar,
pengembangan keahlian mengajar. Dalam PTK, pendidik dapat melihat sendiri
terhadap praktik pembelajaran atau bersamaan guru lain pada pelaksanaannya guru
tersebut dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya
dalam proses pembelajaran, selanjutnya guru secara refektif dapat menganalisis dan
mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dengan kata lain dalam
melakukan penelitian tindakan kelas dapat diperbaiki praktik-praktik pembelajaran
sehingga menjadi lebih efektif.
Haruskah pendidik mengobankan proses pembelajaran demi melakukan PTK?
Jawabnya tentu tidak. Justru dengan melakukan PTK akan dapat meningkatkan
kualitas proses dan produk pembelajaran yang sedang berlangsung. Penelitian tindakan
kelas tidak harus membebani pekerjaan pendidikan dalam kesehariannya. Jika
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 4
dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran tidak
akan mempengaruhi materi pelajaran. Oleh sebab itu pendidik tidak perlu takut
terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika
akan melaksanakannya.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan
praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di
kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan
yang direncakan, dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan demikian diperoleh umpan
balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar. Disamping itu dapat dibuktikan suatu teori belajar mengajar untuk
diterapkan dengan baik di kelas yang ditekuni. Jika sekiranya ada teori yang tidak
cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui PTK pendidik dapat mengadaptasikan teori
lain untuk kepentingan proses dan atau produk belajar yang lebih efektif, optimal,
fungsional. Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul
pertanyaan apakah praktik-praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki
efektivitas yang tinggi. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa
praktik-praktik pembelajaran tertentu seperti : pemberian pekerjaan rumah kepada
siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas
efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang siswa
untuk berpikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif tindakan tertentu
untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan melalui penelitian tindakan kelas. PTK
terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh para
guru. Sebagai contoh, jika pendidik menghadapi persoalan rendahnya minat baca
siswa, jika pendidik ini sangat menghambat rendahnya minat baca siswa, sehingga
konsisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan kurikuler. Dengan penelitian
tindakan kelas dapat dicoba berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran
tertentu, seperti mencoba cerita-cerita lokal, menggunakan buku yang memiliki cerita
lucu, dan sebagainya. Berdasarkan program pembelajaran yang dirancang sebagai
bentuk PTK akhirnya guru dapat memperbaiki persoalan rendahnya minat baca
siswanya. Sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki minat baca yang tinggi,
akan tetapi tidak dapat memanfaatkan bahan bacaan secara tepat, guru juga dapat
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 5
melakukan PTK untuk mencari dan memilih secara tepat terhadap kesalahan siswa
dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang fungsional.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa penelitian tindakan kelas sebagai
suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang
memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja,
proses, isi, kompetensi. Suharsimi (2007:2) menyatakan penelitian tindakan kelas
memuat tiga pengertian yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian berarti suatu
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat. Tindakan berarti suatu gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Agar tindakan yang dilakukan dalam penelitian sesuai dan mencapai tujuan
yang diharapkan maka diperlukan kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis
tindakan, dan menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas yang sesuai. Berikut
ini penulis uraikan ketiga hal tersebut secara singkat.
2. Kerangka Pemikiran
Pada bagian ini peneliti menguraikan landasan substantif baik secara teoritik
maupun metodologik yang dipergunakan dalam menentukan pilihan-pilihan yang akan
diimplementasikan. Untuk keperluan itu kerangka pemikiraan dalam penelitian dapat
berupa pengalaman pribadi peneliti sebagai pelaku PTK maupun pengalaman pelaku
yang relevan dengan penelitan. Teori-teori pendukung juga disajikan dalam bagian ini,
secara eksplisit teori pendukung biasanya disajikan pada bagian kajian pustaka.
Argumentasi logis dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual,
sehingga dapat dirumuskan hipotesis tindakan yang baik.
Kerangka pemikiran sangat penting dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas,
dengan menggunakan kerangka pemikiran yang benar tidak mustahil refleksi yang
dilakukan oleh peneliti setelah melakukan tindakan dan observasi akan memberikan
hasil yang memuaskan. Kerangka pemikiran yang dibuat dalam penelitian tindakan
kelas yang berhubungan dengan pengalaman peneliti dalam penelitian sebelumnya
misalnya berupa:
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 6
1) Melakukan observasi awal pada objek penelitian
2) Memilih dan memilah persoalan yang diperoleh di lapangan setelah melakukan
observasi awal.
3) Merumuskan masalah setelah dipilih persoalan yang ingin diteliti.
4) Menentukan tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah
5) Membuat perencanaan yang dikehendaki dalam PTK
6) Melakukan tindakan berdasarkan perencanaan
7) Makukan pengamatan hasil tindakan
8) Melakukan refleksi sebagai langkah awal untuk melihat kesesuaian antara tujuan
penelitian dengan hasil tindakan yang dilakukan.
9) Menyimpulkan hasil penelitian .
3. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam sebuah penelitian bersifat fakultatif atau sesuatu yang tidak harus,
menurut Sudjana (1992:219) hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu
hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan
pengecakannya. Sedangkan tindakan menurut Suharsimi (2007:2) Tindakan berarti
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Berdasarkan
pendapat tersebut hipotesis tindakan dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan
adalah dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan suatu aktivitas atau
tindakan berupa gerak yang disesuaikan tujuan penelitian dan dapat dilakukan
pengecekan atau pengujian kebenarannya.
Contoh:
1) Pembelajaran bahasa Inggris siswa kelas VI SD Sangkaan dengan menggunakan
metode permainan yang dikombinasikan dengan inkuiri dan metode tutor sebaya
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
2) Model pembelajaran kooperatif tipe example and nonexample dapat meningkatkan
kemampuan IPA siswa pada pokok bahasan ekosistem air laut pada siswa kelas
VIII SMP Bayang-bayang pada semester gasal tahun pelajaran 2010-2011.
3) Meningkatkan penguasaan konsep merasionalkan pecahan pada siswa kelas XI
SMA Bagimu Negeri dengan menggunakan media pembelajaran LCD melalui
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 7
pemanfaatan program AUTOCAD yang dikombinasikan dengan diskusi kelompok
kecil.
4) dan lain-lain.
Berdasarkan contoh di atas, tampak bahwa yang akan dicek atau diuji
kebenarannya adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, misalnya
penggunaan metode belajar, penggunaan media, aplikasi model pembelajaran dan
seterusnya. Perumusan hipotesis yang baik dalam suatu penelitian menurut Jacobs
(dalam Furchan:126-129) setidaknya harus memperhatikan ciri-cirinya. Rumusan
hipotesis yang baik memiliki ciri-ciri (1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.
Hal ini berarti bahwa rumusan hipotesis harus merupakan penjelasan yang mengikat
mengenai apa yang seharusnya diterangkan. (2) Hipotesis harus menyatakan hubungan
yang diharapkan ada diantara variabel-variabel. Hipotesis harus menerka atau
menduga hubungan antara dua variabel atau lebih. (3) Hipotesis harus dapat diuji.
Pengujian dapat dilakukan menggunakan analisis statistika yang sesuai, baik deduktif
maupun induktif. (4) Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah
ada, artinya rumusan hipotesis yang dapat dibuat dalam suatu penelitian hendaknya
tidak bertentangan teori, hukum-hukum yang sebelumnya sudah ada. (5) Hipotesis
hendaknya dinyatakan secara sederhana, singkat dan jelas. Merumuskan hipotesis
secara sederhana bukan saja memudahkan dalam pengujiannya, akan tetapi juga dapat
menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir
penelitian.
Pertanyaan yang muncul setelah dirumuskannya hipotesis dalam penelitian adalah
apa gunanya merumuskan hipotesis yang bersifat fakultatif tersebut. Hipotesis dalam
suatu penelitian berguna untuk:
1) Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2) Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji
dalam suatu penelitian.
3) Hipotesis memberikan arah bagi peneliti untuk melakukan penelitian.
4) Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan suatu penelitian.
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 8
4. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metodologi diartikan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari tentang metode atau cara. Penelitian tindakan kelas agar mencapai
hasi yang diharapkan maka dalam pelaksanaanya harus menggunakan metodologi
penelitian yang sesuai. Metodologi dalam penelitian tindakan kelas meliputi: setting
penelitian, objek dan sasaran, kehadiran peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Setting Penelitian
Setting penelitian berisikan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan
bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita,
latar belakang kemampuan akademik, kesulitan-kesulitan dan kendala-kendala apa
yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, latarbelakang sosial dan ekonomi yang
mungkin relevan dengan permasalahan dan lain sebagainya. Aspek substantive
kompetensi dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran pada kelas
yang diteliti misalnya Matematika siswa kelas V SD, IPA terpadu atau IPS terpadu
siswa kelas II SMP, atau Hitung Keuangan pada siswa kelas XI SMK dan yang
lainnya. Seting penelitian juga dapat mencantumkan alasan pemilihan tempat
penelitian dilaksanakan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sudjana (1992: 6) populasi adalah hasil yang mungkin dari hasil menghitung
atau mengukur baik kualitatif maupun kuantintatif mengenai karakteristik dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sehingga pada bagian ini dijelaskan jumlah dan deskripsi data yang dipelajari dan di
analisi. Dalam hal ini adalah nilai siswa bukan siswanya. Sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi.
Objek dan sasaran
Bagian ini menjelaskan perubahan apa yang diinginkan dari subjek yang dikenakan
tindakan, yaitu target yang diharapkan. Target yang diharapkan yang dijelaskan bukan
hanya hasil tindakan tetapi juga menjelaskan kejadian ketika tindakan berlangsung.
Variabel Penelitian (faktor yang diselidiki)
Pada bagian ini ditentukan variabel–variabel penelitian yang dijadikan titik-titik incar
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1)
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 9
variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar,
prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses
pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru,
gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di
kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa,
kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa,
sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan.
Teknik pengumpulan data
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang
berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang
akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan
tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data yang
diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif,
pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai
kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran
interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai
prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK
ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif
sebagai pengumpul data, bukan semata–mata sebagai sumber data. Akhirnya semua
teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang
cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang
menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman
data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka
analisis dan interpretasi data.
Indikator Kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit
sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang
bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria
keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan atau tingkat kegawatan)
miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi
tindakan perbaikan yang dimaksud.
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 10
Analisis Data
Pada bagian ini menjelaskan teknik, tata cara/prosedur dalam menganalisis data, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk/jenis data dan uji statistik yang digunakan
juga dijelaskan, misalnya rumus uji statistik dan lain-lainnya. Analisis data yang
dilakukan salah satu tolok ukurnya adalah dengan menggunakan skor ketuntasan
individu atau klasikal. Sitti Rahmawaty (2008) menyatakan bahwa daya serap siswa
sebagai ukuran ketuntasan belajar individu minimal 70 % sedangkan penguasaan
klasikal minimal 60 %. Ketuntasan minimal diperlukan melalui cara-cara dan aktivitas
yang dapat dilakukan sehingga tujuan pembelajaran tercapai, dan jika memungkinkan
skor siswa bertambah rata-ratanya. (http://www.oke.or.id).
Prosedur Penelitian
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran,
seperti : (1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK
yang diprakarsai seperti penetapan entry behaviour. Pelancaran tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat–alat dalam
rangka implementasi PTK, dan lain–lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan
perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif
solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah, (2) Implementasi
tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan
perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan, (3) Observasi dan Interpretasi
yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan
produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang, dan (4) Analisis dan
Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel
yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana tindakan siklus berikutnya. Kegiatan
yang dilakukan dalam setiap siklus seperti dijelaskan di atas dapat digambarkan
sebagai berikut:
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 11
Gambar di atas menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus,
sebelum akhirnya dibuat kesimpulan oleh peneliti.
5. KesimpulanPenelitian tindakan kelas sebagai bagian dari kegiatan dan aktivitas pembelajaran
pada pelaksanaannya memerlukan langkah-langkah yang tepat, sehingga hasil akhi
dari tujuan yang telah dirumuskan dapat ditentukan ukuran keberhasilannya.
Mengingat penelitian kelas adalah sebagai penelitian yang bersiklus (cycle), maka
ukuran keberhasilannya dapat ditentukan melalui beberapa siklus. Masing-masing
siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Agar proses penelitian dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan kerangka
berpikir sebagai landasan berpijak, metodologi yang sesuai dan perumusan hipotesis
tindakan yang sesuai dengan rumusan masalahnya. Kesesuaina antara kerangka
berpikir, metodologi yang digunakan dan perumusan hipotesis diharapkan tercapai
ketuntasan belajar siswa baik ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal.
6. Bahan Bacaan
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo-
Tindakan(Action)
TindakanObservasi
Replaning Refleksi
Refleksi
ObservasiInterpretasi
Perencanaan (Planing)
Refleksi
12
Observasi Awal
KESIMPULAN
Budi Susetyo. 2005. Teknik Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru PLB. Jakarta: Pendidikan Luas Biasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Donald Ary.,Lucy Cheser Jacobs and Asghar Razavieh. 1982. Penelitian dalam Pendidikan (terjemahan Arief Furchan). Surabaya: Usaha Nasional.
http://dwipurnomoikipbudiutomo.wordpress.comIKIP Budi Utomo Malang, 2009. Pedoman Pembimbingan dan Penulisan Skripsi serta
Teknik Publikasinya. Malang: IKIP Budi Utomo Malang. John W. Best. 1982. Metodologi Penelitian (terjemahan Sanafiah Faisal dan Mulyadi
GW). Surabaya: Usaha Nasional.M. Yunus, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. (on line), (http:m.yunus.com, diakses
tanggal 16 Maret 2011)Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.Rochiati Wiriatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.Sitti Rahmawati. 2008. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPA.7 terhadap
Redoks dan Elektrokimia dengan Menggunakan Sistem Tutor Sebaya. (online), (http://oke.or.id, diakses tanggal 5 Mei 2008).
Sudjana, 1992. Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito.Suharsimi Arikunto., Suhardjono., Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalUniversitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universita Negeri Malang Press.
iKerangka Pemikiran, Hipotesis Tindakan, dan Metodologi Penelitian Tindakan Kelas:Dwi Purnomo- 13
top related