makalah lbm berak cacing
Post on 29-Dec-2015
62 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
“BERAK KELUAR CACING”
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 :
1. Nur Wahyuliasti :12.06.0038
2. Lita Yuliati :12.06.0020
3. Sekarrini Vidyatami :12.06.0034
4. Baiq Khalimatus Sakhdiyah S :12.06.0012
5. Ni Ketut Wardani :12.06.0016
6. Kartika Agustini :12.06.0003
7. Gina Puspita :12.06.0028
8. Aprian Al Gaffar :12.06.0025
9. Habibi Indrajaya Ramadhan :12.06.0001
10. M. Azwar Andi Pawata :12.06.0009
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah swt atas segala rahmat dan karunianya
yang di limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan MAKALAH yang berjudul
“ BERAK KELUAR CACING”. Dalam penyusunan makalah ini, kami sangat menyadari
masih banyak kekurangan,sehingga hasilnya sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
dalam berbagai bentu bantuan telah kami terima sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Mataram ,09 Januari 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang mahasiswa F.K UNIZAR yang sedang melaksanakan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat waktu K.K.L , mendapat pertanyaan dari seorang ibu yang
menanyakan , bagaimana anak saya ini yang berumur 6 tahun, badannya kurus ,
kelihatannya lemah, perutnya agak besar dan kalau berak sering keluar cacing yang
panjangnya hampir satu jengkal dan beraknya sering cair.
B. Batasan masalah
1. Macam – macam cacing parasit dalam sistem saluran pencernaan ?
2. Siklus hidup cacing parasit ?
3. Mekanisme penularan cacing sehingga ke saluran pencernaan ?
4. Tanda dan gejala cacingan ?
5. Memutuskan rantai penularan cacing ?
6. Pencegahan dan pegobatan cacingan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Cacingan
Cacingan merupakan salah satu penyakit menular yang mengganggu sistem pencernaan
makanan kita. Cacing menghisap sari-sari makanan atau darah, sehingga dapat mengurangi
asupan gizi bagi tubuh kita. Ada 5 jenis cacing yang menjadi penyebab cacingan pada
manusia, yakni :
1. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
Siklus Hidup Cacing Kremi :
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika
tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh,
menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing kremi melekat
pada dinding usus dan makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah dan bertelur pada
kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah Anda mungkin curiga terkena cacingan karena
merasakan gatal-gatal di sekitar anus (pruritus) yang biasanya lebih intens di malam hari.
Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di
anus. Cacing kremi dewasa berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang.
Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga minggu. Karena bentuknya yang sangat
kecil, Anda tidak dapat melihatnya sehingga bisa tanpa sengaja tertulari ketika menggunakan
baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan makan, atau peralatan mandi/toilet.
Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva (kemaluan wanita). Gejala ini
akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi biasanya akan keluar dari permukaan
tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di
feses.
Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh cacing kremi, Anda dapat meletakkan
sepotong selotip di anus. Semua cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah
selotip itu ke dokter untuk diperiksa.
2. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
Cacing gelang merupakan cacing yang berukuran besar, dapat menginfeksi manusia ataupun
binatang (kucing/anjing), bentuknya menyerupai cacing tanah & hidup di dalam usus besar
serta dapat berpindah ke organ lain termasuk paru-paru.
Siklus hidup cacing gelang:
Cacing gelang menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
telurnya.Ketika sekelompok telur cacing tertelan dan memasuki usus, mereka menetas
menjadi larva. Larva kemudian beredar melewati dinding usus, menuju paru-paru melalui
aliran darah. Selama tahap ini, gejala seperti batuk (bahkan batuk cacing) dapat terjadi. Dari
paru-paru, larva memanjat melalui saluran bronkial ke tenggorokan, di mana mereka
kemudian tertelan melalui ludah. Larva lalu kembali ke usus kecil hingga tumbuh menjadi
dewasa, kawin, dan bertelur dalam 2 bulan setelah telur menetas.
Seekor cacing betina dapat memproduksi hingga 240.000 telur dalam sehari, yang kemudian
dibuang ke dalam tinja dan menetas di dalam tanah. Anak-anak sangat rentan terhadap infeksi
cacing gelang karena mereka cenderung meletakkan segala sesuatu di mulut mereka,
termasuk tanah, dan sering kurang bisa menjaga kebersihan dibandingkan orang dewasa.
Gejalanya adalah Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis toxocara
canis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karena
menimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapat berpindah ke
bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, serta menimbulkan bengkak di
organ tubuh lain.
3. Cacing Pita (Taenia saginata dan Taenia solium)
Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada dua jenis cacing pita yang
menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
a. Cacing pita sapi (Taenia saginata)
Siklus Hidup
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa
mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini
berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak
berongga dan terdiri dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup
sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.
Siklus hidup Taenia saginata:
Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang
tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen
ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh
sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot
yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi
darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing
cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau
setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing.
Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5
meter dalam waktu tiga bulan.
b. Cacing pita babi (Taenia solium)
Siklus Hidup
Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup hampir
sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging
babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m
panjangnya), tetapi lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya
membentuk kista di daging sapi, Taenia solium juga mengembangkan kista di tubuh manusia
yang menelan telurnya. Kista tersebut dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga
menyebabkan masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit itu, garam kalsium
yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang juga
mengganggu kesehatan.
Gejalanya adalah Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.
4. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Cacing tambang bisa menginfeksi manusia maupun mamalia lain seperti kucing dan anjing.
Siklus hidup cacing tambang:
Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri di
dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan perdarahan di
usus yang ditempati.
Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke
tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua
hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang
lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang
manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva
kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke
usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa.
Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur.
Gejalanya adalah Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan gejala spesifik.
Anemia (kekurangan darah) dan keluhan terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut
dan diare adalah beberapa gejala yang mungkin timbul.
5. Cacing cambuk (trichinella spiralis)
Cacing cambuk ditularkan melalui konsumsi daging hewan yang mengandung larva cacing
ini. Cacing cambuk dewasa mencapai panjang sekitar 1- 2 mm.
Siklus hidup cacing cambuk:
Manusia terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang dari hewan
yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil,
menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari. Cacing betina dewasa melepaskan
larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui
aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva
mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun
sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus
berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah :
1. Lesu dan lemas akibat kurang darah (anemia)
Disebabkan oleh cacing tambang, membuat tubuh menjadi lemas kekurangan darah karena
dihisap cacing.
2. Berat badan rendah karena kekurangan gizi
Nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh juga menjadi makanan cacing.
3. Batuk tak sembuh-sembuh
Ada juga cacing yang dapat hidup di paru-paru sehingga menyebabkan batuk yang tak
sembuh-sembuh.
4. Nyeri di perut
Cacingan juga dapat menimbulkan sakit perut yang dapat menyebabkan diare.
Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke organ lain,
sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :
Demam
Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
Infeksi bakteri
Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena
Cara Pencegahan
1. Gunakan air bersih, Saat mengambil air pakailah wadah / tempat yang bersih dsri sumber
air sampai ketempat penyimpanan
2. Simpanlah air di tempat yang bersih dan tertutup.
3. Memasak / merebus air sampai mendidih terutama untuk air minum.
4. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan dan sebelum dan sesudah
BAB.
5. Mencuci sayuran cucilah sayuran yang akan dimakan mentah (lalapan)
6.Memotong Kuku“Penting memperhatikan kebersihan kuku anak. Membersihkan dan
memotong kuku secara teratur harus dilakukan untuk mencegah cacingan. Karena cacing
kebanyakan hidup di tanah maka hindari pula si kecil bermain tanah, sebab bisa saja cacing
masuk melalui kuku anak.
7. Minum obat cacing secara rutin
Tiap 6 bulan sekali bisa membunuh cacing yang bersarang dan gejala awal penyakit cacingan
tidak selalu terlihat, makanya periksa dan pastikan anak bebas dari cacing secara rutin,”
8. hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi cacing
kremi).
9. Jaga kebersihan sanitasi lingkungan, misalnya dengan rajin membersihkan kakus atau
septictank.
Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-
telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke
tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,
membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk
protein untuk membangun otak.
Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi
merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya.
Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga
kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup
sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenal¬kan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
Beberapa Cara Pencegahan :
Cucilah tangan sebelum makan.
Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua
meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur
cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di
perut kita.
Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya
pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus
ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing
yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui
trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva
Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva,
migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh
dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu
Anda akan anemia.
Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran
baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih
banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini
maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya.
Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang
sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing
ini.
Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika
air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur
cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke
meja makan.
Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir,
di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah
Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk.
Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita
makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita
rasakan manfaatnya.
Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda
yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering
bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering
berhubungan dengan tanah.
Pengobatan
Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan
yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-
lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang
disebabkan parasit cacing.
Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan
albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapay
mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat
keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi
secara maksimal, tuntas dan paripurna
CACINGAN DAN PENGOBATANNYA
Mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif
terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum
menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan
larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita. Sebagian besar obat cacing
diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing
perlu diberikan bersama pencahar.
JENIS OBAT
Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja.
Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad
spectrum) seperti mebendazol.
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls
neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat
masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Penyakit cacing atau helminthiasis terkadang masih kurang diperhatikan karena tidak
menimbulkan kematian yang mendadak dan tinggi sepertinya halnya penyakit viral (misal
ND atau Al). Padahal penyakit ini mampu menimbulkan kerugian cukup besar. Waktu
serangannya sulit diketahui, tiba-tiba saja produktivitas ayam menurun. Cacing yang sering
menyerang ayam secara umum ada dua yaitu cacing gilik (Ascaridia sp., Heterakis sallinae,
Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) dan cacing pita (Raillietinasp., Davainea sp.)
Cacing biasanya menginfestasi ke dalam tubuh ayam melalui beberapa cara, diantaranya
melalui telur cacing atau larva cacing yang termakan oleh ayam, memakan induk semang
antara (siput, kumbang, semut dll.) yang mengandung telur atau larva cacing, telur atau larva
cacing yang terbawa oleh petugas kandang melalui sepatu, pakaian kandangnya atau terbawa
terbang oleh induk semang antara, selain itu juga bisa karena ransum atau air minum yang
tercemar telur cacing.
Telur cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian
termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh ayam yang kemudian akan menuju
ke tempat yang disukainya (tembolok, usus, sekum atau organ lain) untuk berkembang
sampai dewasa.
Piperazin
Piperazin merupakan obat cacing yang paling sering digunakan oleh peternak.
Piperazin sangat efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik yang ada di saluran cerna
seperti Ascaridia pada ayam, ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing), babi
maupun kuda. Piperazin biasanya dikombinasikan dengan phenotiazine agar
efektifitas-nya terhadap cacing sekum meningkat.
Kelarutan piperazin sangat baik dalam air sehingga dapat diberikan melalui air minum
maupun dicampur dengan ransum. Keunggulan piperazin yaitu memiliki rentang
keamanan yang luas. Namun, piperazin kurang efektif untuk membasmi Heterakis
gallinae (cacing sekum), cacing cambuk dan cacing pita.
Phenotiazin
Phenotiazin sangat efektif mengatasi cacing sekum (Heterakis gallinae) dan Ascaridia
sp. pada unggas, tetapi phenotiazin tidak efektif untuk membasmi cacing pita.
Walaupun mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan pasti tetapi dari segi
keamanan phenotiazin praktis tidak toksik untuk unggas.
Levamisol
Levamisol termasuk golongan imidathiazole yang efektif membasmi cacing gilik
dewasa hingga bentuk larvanya. Levamisol juga sangat efektif membasmi cacing gilik
yang ada di jaringan dan organ tubuh (Syngamus trachea pada trakea, Oxyspirura
mansonii pada mata) karena levamisol dengan cepat diserap dan didistribusikan ke
jaringan atau organ. Saat kondisi sistem imun rendah, levamisol dapat membantu
meningkatkan sistem imun tubuh host (inang)-nya dengan cara meningkatkan aktifitas
makrofag.
Dibandingkan dengan benzimida-zol, levamisol mempunyai rentang keamanan yang
lebih sempit. Walaupun demikian pada dosis terapi terbukti tidak menimbulkan efek
samping terhadap produksi telur, fertilitas mau-pun daya tetas.
Ivermectin
Ivermectin lebih banyak digunakan pada hewan besar atau hewan kesayangan karena
obat ini termasuk obat yang mahal. Keunggulan ivermectin adalah selain efektif
mengatasi infeksi cacing gilik juga efektif mengatasi ektoparasit (kutu, tungau,
caplak, larva serangga). Selain itu, ivermectin mampu membasmi bentuk cacing yang
belum dewasa..
Niclosamid
Niclosamid termasuk golongan salicylanilida yang secara spesifik efektif untuk
mengatasi infeksi cacing pita. Niclosamid diaplikasikan melalui ransum karena tidak
larut air. Niclosamid tidak diserap dalam usus sehingga mempunyai batas keamanan
yang luas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian niclosamid 40 kali dosis terapi
pada sapi dan domba tidak bersifat toksik.
Albendazol
Albendazol termasuk golongan benzimidazol yang mempunyai kela-rutan terbatas
dalam air. Umumnya digunakan pada hewan besar dalam bentuk kaplet atau suspensi
dengan cara dicekok. Albendazol efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik pada
saluran pencernaan, cacing pita, cacing paru dewasa dan larvanya (Dictyocaulus) dan
cacing dewasa Fascioia gigantica.
Mekanisme kerjanya adalah meng-ganggu metabolisme energi dengan menjadi
inhibitor fumarat reduktase. Ketidaktersediaan energi menyebabkan cacing mati.
Golongan benzimidazol sebaiknya tidak digunakan saat masa kebuntingan awal.
infeksi cacing bisa dihindarkan dengan cara sederhana, yaitu
memutus rantai penularan cacing, antara lain membangun jamban yang saniter
(terjamin kebersihan dan tidak mencemari lingkungan), mencuci tangan sebelum
makan atau menyiapkan makanan, membersihkan kuku dari kotoran, serta,
memakai alas kaki jika berjalan di tanah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada skenario di ketahui behwa cacing Ascaris Lumbricoides (Cacing gelang) merupakan
cacing yang berukuran besar, dapat menginfeksi manusia ataupun binatang (kucing/anjing),
bentuknya menyerupai cacing tanah & hidup di dalam usus besar serta dapat berpindah ke
organ lain termasuk paru-paru.Siklus hidup cacing gelang:Cacing gelang menular melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya.Ketika sekelompok telur cacing tertelan
dan memasuki usus, mereka menetas menjadi larva. Larva kemudian beredar melewati
dinding usus, menuju paru-paru melalui aliran darah. Selama tahap ini, gejala seperti batuk
(bahkan batuk cacing) dapat terjadi. Dari paru-paru, larva memanjat melalui saluran bronkial
ke tenggorokan, di mana mereka kemudian tertelan melalui ludah. Larva lalu kembali ke usus
kecil hingga tumbuh menjadi dewasa, kawin, dan bertelur dalam 2 bulan setelah telur
menetas. Dan terdapat berbagai macam tanda dan gejala serta pencegahan dan pengobatan :
Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol ,Piperazin, Dietilkarbamazin , Pirantel,
Oksantel,Levamisol, Praziquantel ,Niklosamida , Ivermectin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rsiamelania.co.id/news/content/news/272/2011/8/9
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/11/10/deteksi-dini-dan-pencegahan-
penyakit-cacing-pada-anak.
http://tugaspelajaransekolah.blogspot.com/2010/02/penanganan-penyakit-akibat-
cacing.html
http://afrizalnura.blogspot.com/2012/10/infeksi-cacing.html
top related