jenis jenis cacing
DESCRIPTION
Jenis Jenis cacingTRANSCRIPT
I. JENIS - JENIS CACING
1. CACING TANAH
Gambar 1. Cacing Tanah
a. Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta,
yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida.
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang
dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32 Biasanya jenis
ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila
diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima
antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
b. Siklus hidup cacing tanah
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat
menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang
telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah
memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan
bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran
beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, anti mikroba,
hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.
Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah
aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang
1
dikenal sebagai patogen cacing tanahSetelah itu diperoleh dua protein, bernama
Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri
ini disebabkan karena fetidinsLumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri
bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri
yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta
pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi
dalam foetida Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia
foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic
hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti.
2. CACING TAMBANG
Gambar 2. Cacing Tambang
a. Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya
akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi
larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban
menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki.Larva akan berjalan jalan
di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu
dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh
tubuh, anemia dan nyeri abdomen.
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus
dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-
10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing
2
jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di
dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai
berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur
tersebut menetas menjadi larvarabditif orm. Dalam waktu sekitar 3 hari larva
tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan
hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40
mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat
beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan
larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva
ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.
b. Gejala Terkena Cacing Tambang
Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh
kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap
hari tergantung pada ;
Jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang
berdekatan dengan kapiler arteri
Species cacing : seekor A. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus
mengisap 5x lebih banyak darah
Lamanya infeksi.
Terjadinya anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang
hilang dalam usus dan yang diserap dari makanan. Kekurangan gizi dapat
menurunkan daya tahan terhadap infeksi parasit. Beratnya penyakit cacing tambang
tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur, lamanya penyakit dan keadaan
gizi penderita. Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :
Infeksi ringan dengan kehilangan darahyang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun
penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.
Infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan
penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik
dan mentaI kurang baik.
Infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaanfisik buruk dan payah jantung
dengan segala akibatnya.
Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch)
bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas
mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing
3
dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia karena
kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat
perdarahan usus.
Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan
yang lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-
anak.
3. CACING PITA
Gambar 3. Cacing Pita
a. Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita
yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
Cacing pita sapi (Taenia saginata)
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang
taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan
manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus
dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen
- segmen berukuran 1x1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di
dalam usus inangnya.
Siklus hidup Taenia saginata; cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit
dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa
melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila
mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan
oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan
melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan
untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di
4
otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista
tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-
enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing.
Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga
mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan.
Cacing pita babi (Taenia solium)
Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus
hidup hampir sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi
dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih
kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi lebih berbahaya. Berbeda
dengan Taenia saginata yang hanya membentuk kista di daging sapi, Taenia
solium juga mengembangkan kista di tubuh manusia yang menelan telurnya.
Kista tersebut dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga menyebabkan
masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit itu, garam kalsium
yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak
yang juga mengganggu kesehatan.
Cacing pita ikan
Infeksi cacing pita ikan (Difilobatriasis) merupakan infeksi usus karena
cacing pita dewasa Diphyllobothrium latum. Infeksi ini banyak ditemukan di
Eropa (terutama Skandinavia), Jepang, Afrika, Amerika Selatan, Kanada dan
Amerika (terutama Alaska dan daerah Great Lake). Infeksi sering terjadi akibat
memakan ikan air tawar mentah atau dimasak belum matang betul.
Gejala yang ditimbulkan oleh cacing pita ikan ; Infeksi biasanya tidak
menimbulkan gejala, meskipun beberapa penderita mengalami gangguan usus
yang ringan.Kadang cacing pita menyebabkan anemia.
Cacing pita dewasa dinamakan Diphyllobothrium latum. Cacing dewasa
memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan panjangnya
sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan dibuang
melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang
akan termakan oleh krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting).
Selanjutnya krustasea dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air
tawar terinfeksi yang mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
b. Siklus hidup cacing pita
5
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk
semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur
keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia.
Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur
maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian
menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe
berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot
tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma,
lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis
adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia
yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada
manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita
babi. sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi. Sistiserkosis
pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat
termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi dapat
menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat
menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek
yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit
satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus
pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot
dan lapisan bawah kulit.
Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala
perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
c. Gejala Terkena Cacing pita
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan
sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah:
Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
Gatal-gatal pada anus (77%)
Mual (46%)
Pusing (42%)
Peningkatan nafsu makan (30%)
Sakit kepala (26%)
Diare (18%)
6
Lemah (17%)
Merasa lapar (16%)
Sembelit (11%)
Penurunan berat badan (6%)
Rasa tidak enak di lambung (5%)
Letih (4%)
Muntah (4%)
Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
Pegal-pegal pada otot (1%)
Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan
gangguan pernafasan (masing-masing <1%).
d. Diagnosa Cacing Pita
Pada infeksi cacing dewasa, telur bisa ditemukan disekeliling dubur atau di
dalam tinja. Proglotid atau kepala cacing harus ditemukan di dalam tinja dan
diperiksa dengan mikroskop untuk membedakannya dari cacing pita lainnya. Kista
hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa dilihat dengan CT atau MRI.
Kadang-kadang kista bisa ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dari jaringan
yang diambil dari bintil di kulit. Juga bisa dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap
parasit.
e. Pengobatan Cacing Pita
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus
hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit
dapat dilakukan melalui diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang
terinfeksi. Beberapa obat cacing yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan
Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan untuk mengobati sistiserkosis dapat
digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk mengurangi kemungkinan
infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan
tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama babi di
daerah endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan kecukupan gizi
pada manusia.
7
4. CACING PIPIH
Gambar 4. Cacing Pipih
a. Cacing Pipih
Tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral,
mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan
posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing
pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Bila planaria
berada pada permukaan substrat/tanah mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan
bergerak maju di atas lendir ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di
dalam air dapat berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang.
Dengan demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan
secara aktif.
b. Siklus hidup cacing pipih
Tubuh planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut
ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga
gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm.
Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-
organ misalnya organ kelamin jantan dan betina. Filum ini terdiri atas 6000 spesies
yang digolongkan menjadi tiga kelas.
Kelas Turbellaria
Semua cacing berambut getar yang termasuk tubellaria hidup secara bebas.
Sebagian besar hewan yang termasuk mempunyai susunan tubuh yang
8
sederhana. Cacing-cacing ini dapat kita temukan pada tanah-tanah lembab dan
juga di perairan baik asin maupun tawar.
Kelas Trematoda
Semua anggota kelas ini hidup secara parasit. Cacing menghisap makanan dari
inang dengan mempergunakan batil penghisap yang terdapat di permukaan
ventral. Kebanyakan larva dari cacing ynag termasuk termatroda hidup secara
parasit. Inang yang ditumpangi larva berbeda dengan inang yang ditumpangi
cacing dewasa. Inang dari larva biasanya siput-siputan. Cacing hati merupakan
parasit yang berbahaya bagi domba dan lembu. Schistosoma dan cacing paru-
paru merupakan parasit yang berbahaya bagi manusia yang hidup di daerah
tropis.
Kelas Cestoda
Cestoda atau cacing pita juga hidup secara parasit. Cacing pita dewasa hidup di
dalam usus inang dan menghisap sari makanan. Bentuk Cestoda seperti pita
terdiri dari untaian progtogled masing progtogled hidup sendiri. Untaian
progtogled dapat mencapai panjang lebih dari 30 meter.
Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau
lebih inang. Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna
kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing pita.
Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan dan indra. Dalam evolusi mungkin
hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup secara bebas. Dalam
proses perkembangannya, alat pencernaan dan alat indera tidak lagi sesuai dengan
cara hidup parasit.
5. CACING KREMI
9
Gambar 5. Cacing Kremi
a. Cacing Kremi
Cacing yang memegang peranan disini adalah Enterobius vermikularis yang
sering banget terjadi pada anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar.
Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang
merupakan tempat bertelur yang paling ideal. Saat inilah si anak akan menangis
karena lubang anusnya gatal. Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat sebesar
parutan kelapa disekitar lubang anus. Transmisi cacing ini seperti halnya cacing
perut masuk langsung melalui mulut baik dengan perantara makanan maupun
dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis menggaruk lubang
anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan
itu.
b. Siklus hidup cacing kremi
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran
manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat
masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar.
Di sana cacing kremi melekat pada dinding usus dan makan. Ketika mereka siap
bertelur, cacing pindah dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah
Anda mungkin curiga terkena cacingan karena merasakan gatal-gatal di sekitar anus
(pruritus) yang biasanya lebih intens di malam hari. Dibutuhkan waktu sekitar satu
bulan dari menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di anus. Cacing kremi
dewasa berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang.
Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga minggu. Karena
bentuknya yang sangat kecil, Anda tidak dapat melihatnya sehingga bisa tanpa
sengaja tertulari ketika menggunakan baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas,
peralatan makan, atau peralatan mandi/toilet.
Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh cacing kremi, Anda
dapat meletakkan sepotong selotip di anus. Semua cacing atau telur akan menempel
ke selotip. Lalu bawalah selotip itu ke dokter untuk diperiksa.
c. Gejala Terkena Cacing Kremi
Gejalanya berupa:
Rasa gatal hebat di sekitar anus
Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
10
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika
cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana)
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi
pada infeksi yang berat)
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk
ke dalam vagina)
Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi
d. Diagnosa Cacing Kremi
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita,
terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi
berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak. Telur maupun cacingnya
bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada
pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca
objek dan diperiksa dengan mikroskop.
e. Pengobatan cacing kremi
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal
obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota
keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa
menyebar dari satu orang kepada yang lainnya
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke
daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering terjadi
infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama
seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering
dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
6. CACING CAMBUK
11
Gambar 6. Cacing Cambuk
a. Cacing Cambuk
Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya
ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan
menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul
pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.
b. Siklus hidup cacing cambuk
Manusia terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang
dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu
masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari.
Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu.
Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi
akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst)
sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit
intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus
berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain. Gejala awal infeksi
cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
7. CACING GELANG
Gambar 7. Cacing Gelang
a. Cacing Gelang
Biasanya disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang
merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di
dalam usus manusia bagian atas, dan melepaskan telurnya di dalam kotoran
12
manusia. Infeksi pada manusia terjadi melalui jalan makanan yang tercemar oleh
kotoran yang mengandung telur cacing. Telur yang tertelan akan mengeluarkan
larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk ke aliran darah yang akhirnya
sampai ke paru paru lalu akan dibatukan keluar dan ditelan kembali ke usus.
Penyulit yang timbul dari infeksi ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu,
radang pankreas dan usus buntu.
b. Gejala Terkena Cacing gelang
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-
paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan
tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks
terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran
cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila
cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila
cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka
dapat menyebabkan akut abdomen.
c. Pengobatan Cacing Gelang
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat,
aspirin, paracetamol, decolgen. Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang
baik. Kesembuhan askariasis mencapai 700 hingga 999%.
8. CACING FILARIA
13
Gambar 8. Cacing Filaria
a. Cacing Filaria
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari
anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum
Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut
filaria. Pernahkah Anda mendengar penyakit kaki gajah (elephantiasis). Terlihat kaki
penderita menjadi bengkak, mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak
jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak.
Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi
anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria
beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah
kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat
menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian
setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk
itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
b. Siklus hidup cacing filarial
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak
jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak.
Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi
anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria
beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah
kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat
menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian
setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk
itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
9. CACING JANTUNG
14
Gambar 9. Cacing Jantung
Cacing jantung atau nama ilmiahnya Dirofilaria immitis merupakan penyakit
serius bagi anjing dan kucing dan sering kali membawa maut bila tak dirawat. Cacing
yang disebar melalui vektor nyamuk Anopheles, tinggal di dalam arteri pulmonari
menyebabkan kerusakan kepada jantung dan paru-paru.
Obat kelas avermectin digunakan secara meluas untuk mencegah penularan,
tetapi American Heartworm Society memperkirakan sekitar 27 juta anjing di Amerika
Serikat tidak dirawat.Kasus Dirofilaria immitis dijumpai di seluruh negara bagian di AS
dan survey yang dilakukan oleh para dokter hewan pada 2002 melaporkan 244.000 kasus
menunjukkan positif untuk uji cacing jantung (heartworm).
II. BAGIAN - BAGIAN TUBUH CACING
III. MANFAAT CACING
1. Manfaat Cacing Bagi Kesehatan Manusia
a. Sembuhkan Typus
b. Menurunkan kadar kolesterol
c. Meningkatkan daya tahan tubuh
15
d. Menurunkan tekanan darah tinggi
e. Meningkatkan nafsu makan
f. Mengobati infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan
perut lainnya seperti maag
g. Mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti: batuk, asma, influenza,
bronchitis dan TBC
h. Mengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat reumatik
i. Menurunkan kadar gula darah penderita diabetes
j. Mengobati wasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi.
2. Manfaat Cacing Bagi Tanah
a. Menyuburkan tanah dengan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur,
b. Meningkatkan penyimpanan air tanah,
c. Menyediakan bahan-bahan organik di tanah,dan
d. Memperbaiki aerasi dan drainase dalam tanah.
Cara cacing tanah menyuburkan tanah yaitu cacing mengkonsumsi tanah dan
bahan-bahan organik lainnya sehingga menghasilkan produk buangan (kotoran). Kotoran
cacing bermanfaat bagi kesuburan tanah karena mengandung unsur hara N, P, dan K,
sehingga memperkaya kandungan mineral dalam tanah. Kotoran cacing tersebut berupa
bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan tanaman.
IV. KERUGIAN CACING
Dalam mengobati berbagai penyakit tertentu, cacing memang sangat bermanfaat
bagi kesehatan manusia seperti yang telah diuraikan dalam manfaat-manfaat cacing. Namun
disamping itu, cacing juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit berbahaya di
antaranya ialah ;
a. Dapat menyebabkan penyakit kaki gajah
b. Dapat menyebabkan penyakit TBC
c. Dapat menyebabkan penyakit cacingan,dll.
16