3. isi makalah plasenta previa.docx
Post on 05-Dec-2014
117 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
1. Plasenta
Plasenta berbentuk bundar dan hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih
kurang 2,5 cm. Beratnya kira – kira 500 gram. Biasanya tali pusat berhubungan dengan plasenta
di tengah dan disebut insersio sentralis. Bila agak ke pinggir disebut insersio lateralis, dan bila di
pinggir disebut insersio marginalis. Kadang – kadang tali pusat dapat berada di luar plasenta dan
disebut insersio velamentosa.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan
ruang amnion yang telah mengisi seluruh kavum uteri. Letak plasenta umumnya di depan dan
dibelakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini fisiologis karena permukaan
bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
Plasenta terdiri atas 3 bagian, yaitu:
Bagian janin (fetal portion), terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari uri yang matang
terdiri dari vili korialis, ruang – ruang interviler, dan pada permukaan janin plasenta diliputi
oleh amnion yang kelihatan licin.
Bagian maternal (maternal portion), terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari
beberapa lobus dan kotiledon (15 – 20 buah).
Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin. Panjangnya rata –
rata 50 – 55 cm, sebesar jari (diameter 1 – 2,5 cm). struktur terdiri atas 2 arteri umbilikus dan
1 vena umbilikus serta jelly Wharton.
Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini
dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin, dan mineral dari ibu ke janin
serta pembuangan CO₂ serta sampah metabolism janin ke perdarahan darah ibu.
Beberapa fungsi plasenta adalah
Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif)
Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolism (ekskresi)
Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO₂ (respirasi)
Sebagai alat yang membentuk hormone (produksi)
Sebagai alat menyalurkan berbagai antibody ke janin (imunisasi)
1
Sebagai alat yang menyaring obat – obatan dan kuman – kuman yang bisa melewati
plasenta (pertahanan)
Mungkin banyak fungsi yang belum diketahui
Hormon yang dihasilkan plasenta antara lain adalah Human Chorionic Gonadotropin (HCG),
Chrorionic somatomammotropin (placental lactogen), esterogen, progesterone, tirotropin
korionik dan relaksin, hormon – hormon lainnya.
2. Plasenta Previa
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
(uterus) sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
Klasifikasi
Klasifikasi didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu, yaitu:
Plasenta previa totalis plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
Plasenta previa parsialis plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
Plasenta previa marginalis plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum
Plasenta letak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum
2
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi kira – kira 0,3 – 0,5% dari semua kehamilan. Pada
Rumah Sakit Parkland, insidensinya 1 dari 390 untuk 280.000 persalinan yang terdaftar tahun
1998-2006. Resiko meningkat dengan adanya riwayat section cesarean. Di Indonesia, plasenta
previa terjadi pada kira – kira 1 di antara 200 persalinan. Antara tahun 1971-1975 di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, terjadi 37 kasus plasenta previa dari 4781 persalinan yang
terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar. Frekuensi terjadinya plasenta previa
di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 adalah 27 kasus dari 704 atau 1 di antara 26
persalinan.
Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu jelas dapat diterangkan. Ada
hipotesis yang menyatakan bahwa plasenta previa terjadi akibat adanya vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau.
Fakor resiko
Perdarahan
Dapat menjadi sekunder pada dilatasi serviks dan gangguan plasenta di serviks dan segmen
bawah uteri. Segmen bawah uteri tidak efisien berkontraksi dan tidak dapat menyempitkan
pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan terus menerus.
3
Usia lanjut (>35 tahun)
Menurut Kloosterman (1973), frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur
lebih dari 35 tahun ± 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur
kurang dari 25 tahun. Pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 4
kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
Multiparitas
Dilaporkan berkaitan dengan plasenta previa. Dalam sebuah studi terhadap 314 wanita paritas
5 anak atau lebih. Babinszki dkk. (1999) melaporkan bahwa insiden plasenta previa adalah
2,2% dan meningkat drastis dibandingkan dengan insiden pada wanita dengan paritas lebih
rendah. Lebih dari 169.000 wanita di Parkland Hospital, insiden wanita paritas 3 anak atau
lebih adalah 1 dari 175.
Riwayat Seksio sesarea
Nielsen dkk. (1989) mendapatkan peningkatan insiden plasenta previa lima kali lipat pada
wanita Swedia dengan riwayat seksio sesarea. Di Parkland, insiden meningkat dua kali lipat
dari 1 di antara 400 menjadi 1 di antara 200 pada riwayat seksio sesarea minimal satu kali.
Miller dkk. (1996), dari 150.000 lebih kelahiran di Los Angeles County Women’s Hospital,
menyebutkan peningkatan tiga kali lipat plasenta previa pada wanita dengan riwayat seksio
sesarea. Insiden meningkat seiring dengan jumlah seksio sesarea yang pernah dijalani, yaitu
1,9% pada riwayat seksio sesarea dua kali dan 4,1% pada riwayat seksio tiga kali atau lebih.
Riwayat seksio sesarea disertai plasenta previa meningkatkan insiden histerektomi.
Frederiksen dkk. (1999) melaporkan angka histerektomi 25% pada wanita dengan seksio
sesarea berulang atas indikasi plasenta previa dibandingkan dengan hanya 6% pada mereka
yang menjalani seksio sesarea primer atas indikasi plasenta previa.
Merokok
Williams dkk. (1991) mendapatkan risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali
lipat akibat merokok. Mereka berteori bahwa hipoksemia akibat karbonmonoksida
menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik. Temuan ini dikomfirmasi oleh Handler dkk.
(1994). Mungkin terdapat kaitan antara gangguan vaskularisasi desidua yang mungkin
disebabkan oleh peradangan atau atrofi dengan terjadinya plasenta previa.
Pengobatan infertilitas
Eritroblastosis
4
Aborsi berulang
Status sosioekonomi rendah
Plasenta previa sebelumnya (4 – 8%)
Gambaran klinis & Diagnosis
Anamnesis
o Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 20 minggu terutama pada multigravida.
o Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang
(recurrent). Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak berakibat fatal,
tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya terutama
bila telah dilakukan pemeriksaan dalam. Darah yang keluar biasanya berwarna merah
segar. Sumber perdarahan berasal dari sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau robekan sinus marginalis dari plasenta.
o Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan
hematokrit.
Inspeksi
o Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, darah beku, dan
sebagainya.
o Bila terdapat banyak darah yang keluar maka ibu akan terlihat pucat/anemis.
Palpasi abdomen
o Janin sering belum cukup bulan sehingga fundus uteri masih rendah.
o Sering dijumpai kesalahan letak janin.
o Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim,
terutama pada ibu yang kurus.
o Pada pemeriksaan luar: turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu – atas panggul
akan terhalang karena adanya plasenta bagian bawah uterus. Bila janin dalam presentasi
kepala, maka kepala belum masuk ke dalam pintu atas panggul akibat plasenta previa
sentralis, mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis, menonjol ke atas
simfisis karena plasenta previa anterior.
5
Pemeriksaan inspekulo
Bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari
kelainan serviks dan vagina (erosion porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polypus
servisis uteri, varises vulva, trauma)
Ultrasonografi
Mengetahui letak plasenta yang dengan sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi
ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
Pemeriksaan dalam (VT)
DSU (Double Set-Up) Examination yaitu melakukan pemeriksaan VT di kamar operasi
dengan persiapan operasi seksio sesarea. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara hati-hati,
karena bahayanya sangat besar.
a. Bahaya pemeriksaan dalam, yaitu
o Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
o Terjadi infeksi
o Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus
b. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam, yaitu
o Pasang infus dan persiapkan donor darah
o Pemeriksaan diusahakan dilakukan di kamar bedah, di mana fasilitas operasi segera
telah tersedia
o Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut.
o Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikalis, tetapi raba dulu bantalan antara
jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior) yang disebut uji forniks
(fornices test).
o Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan secara sedikit – sedikit dan perlahan
c. Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
o Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh Placenta Previa atau oleh sebab –
sebab lain
o Menentukan jenis klasifikasi Placenta Previa, supaya dapat diketahui tindakan yang
tepat
d. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
o Perdarahan banyak (lebih dari 500cc), Hb dibawah 8 gr%
6
o Perdarahan yang sudah berulang-ulang (recurrent)
o His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar rahim (viable)
Penatalaksanaan
Perawatan pra – rumah sakit
Kunci untuk perawatan pra – rumah sakit plasenta previa adalah memastikan stabilitas
hemodinamik pasien dan mentransfer pasien ke rumah sakit.
Perawatan Medis
o Bila perdarahan atau kontraksi terjadi, pasien harus segera ke rumah sakit untuk evaluasi.
o Bila perdarahan berlanjut dan berat, persiapan operasi segera diindikasikan.
o Bila perdarahan minimal dan keadaan janin baik (berat badan sampai 2500 gr), persalinan
belum dimulai, dan kehamilan belum cukup 36 minggu, dapat dipertimbangkan untuk
menunggu kematangan janin dan dilakukan penanganan pasif.
o Bila perdarahan berlangsung atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan/
atau janin, kehamilan telah cukup 36 minggu, taksiran berat janin mencapai 2500 gram,
persalinan telah dimulai maka harus dilakukan penanganan aktif.
Persalinan pervaginam
o Tujuan persalinan pervaginam adalah agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan
bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan
berhenti.
o Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah
meninggal atau prematur.
a) Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4 – 5cm), ketuban dipecah (amniotomi),
jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
b) Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
Seksio sesarea
o Tujuan seksio sesarea adalah untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan sehingga
memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahannya,
menghindari perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila
dilangsungkan persalinan pervaginam.
7
o Dalam melakukan kelahiran sesarean untuk plasenta previa, sayatan yang paling sering
dilakukan adalah rahim rendah melintang, namun sayatan rahim vertikal dapat dianggap
sebagai keadaan sekunder pada plasenta anterior dan risiko perdarahan janin.
o Gawat janin, atau kematian janin tidak boleh merupakan halangan untuk melakukan seksio
sesarea, demi keselamatan ibu. Akan tetapi, gawat ibu mungkin terpaksa menunda seksio
sesarea sampai keadaannya dapat diperbaiki, bila fasilitas memungkinkan.
Indikasi Seksio Sesarea :
1. Plasenta previa totalis tanpa menghiraukan faktor lain
2. Plasenta previa parsialis pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. Fetal distres
5. Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6. Profuse bleeding yaitu perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.
Obat – obatan
Tidak ada obat yang bermanfaat khusus pada pasien dengan plasenta previa. Tokolisis dan
kortikosteroid mungkin dipertimbangkan dalam keadaan tertentu untuk antenatal. Dorong
pasien dengan plasenta previa untuk mempertahankan asupan besi dan folat untuk menambah
darah.
Tokolitik (Magnesium Sulfat)
Mencegah persalinan prematur atau kontraksi. Pada orang dewasa, 60 – 180 mEq kalium,
10 – 30 mEq magnesium, dan 10 – 40 mEq fosfat per hari mungkin diperlukan untuk
respon metabolisme yang optimal. Pemberian IV atau IM untuk profilaksis kejang pada
preeklamsia.
Kortikosteroid (Betametason)
Steroid dapat diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter kandungan, jika perdarahan
vagina ringan dan intermiten, pasien tidak dalam persalinan, dan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu. Obat ini membantu mematangkan paru janin.1,2,8
8
Follow up
Jika perdarahan terjadi, pemantauan kadar hemoglobin dan hematokrit untuk mengetahui
adanya anemia dan harus dilakukan transfusi darag bila Hb < 8.
Istirahat di rumah sakit dapat direkomendasikan untuk beberapa pasien dengan perdarahan
yang disebabkan oleh plasenta previa.2
Komplikasi
Perdarahan
Persalinan premature
Malformasi bawaan
Presentasi janin abnormal
Plasenta abruption
Kematian ibu (jarang)
Perdarahan ulang
Kematian Janin Dalam Rahim
Pencegahan
Pasien dengan plasenta previa harus mengurangi kegiatan untuk menghindari kembalinya
perdarahan.
Pemeriksaan panggul harus dihindari.
Prognosis
Angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi yakni mortalitas ibu mencapai 8-10% dan
janin mencapai 50-80% dengan penanganan relatif yang bersifat konservatif. Dengan
penanganan relatif yang bersifat operatif dini maka angka kematian dan kesakitan ibu dan
perinatal jauh menurun. Kematian maternal terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli
udara dan trauma karena tindakan. Sedangkan kematian perinatal terutama disebabkan
prematuritas, asfiksia, prolapsus funikuli dan persalinan buatan.
9
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny. N
Umur : 30 tahun
No MR : 86.15.48
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Batak / Indonesia
Alamat : Jl. Raga I No. 11 Kel. Tegalsari Mandala III Kec. Medan Denai
Masuk RSUPM : 17 November 2012
Jam : 00.00 WIB
Keluhan utama : Keluar darah dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami os pada tanggal 16 November 2012 pukul 22.00 WIB
dengan volume 4 kali ganti doek dengan warna darah merah segar. Riwayat keluar darah
sebelumnya (-), keluar lendir darah (+) pukul 16.00 WIB. Mules-mules mau melahirkan (+)
sejak tanggal 16 November 2012 pukul 16.00 WIB. Keluar air-air dari kemaluan (-), Buang air
kecil (+) normal, Buang air besar (+) normal.
RPT : -
RPO : -
Riwayat Haid
HPHT : ?-02-2012
TTP : ?-11-2012
Siklus Haid : Lama siklus 28 hari, teratur dengan lama siklus 3-4 hari, Frekuensi ganti doek 2-
3 kali perhari, Dysmenorhea (-)
10
ANC : Periksa Kehamilan : Bidan 3x
Trimester I : 1 x (Bidan)
Trimester II : 1 x (Bidan)
Trimester III : 1 x (Bidan)
Riwayat Persalinan : G4P3A0
1. ♀, aterm, 3000 gram, PSP, Bidan, Klinik, 8 Tahun, Sehat
2. ♀, aterm, 1800 gram, SC a/i Plasenta previa, Dokter, RS, 9 Tahun, Sehat
3. ♀, aterm, 3300 gram, SC a/I Previous SC, Dokter, RS, 5 Tahun, Sehat
4. Hamil ini.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN UMUM
Sensorium : Compos Mentis Anemia : (-)
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Ikterus : (-)
Nadi : 96 x/i Sianosis : (-)
Pernafasan : 22 x/i Dispnoe : (-)
Temperatur : 36.0 0C Edema : (-)
B. STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi
Abdomen : Membesar Asimetris
Palpasi
TFU : 3 jari di bawah proc. Xypoideus (32 cm)
Teregang : Kanan
Terbawah : Kepala (5/5)
Gerak : (+)
HIS : (+) 2 x 20”/10’
EBW : 2800 – 3000 gram
Formula Jhonson : 2945 gram
11
Auskultasi
Denyut jantung janin : 144 x/i
C. INSPEKULO
Tampak darah menggenangi fornix posterior, setelah dibersihkan tampak darah mengalir
dari OUE, portio Licin, Lividae (+), erosi (-), F/A (-).
D. PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan pemeriksaan
E. USG TAS:
- Janin tunggal, Presentasi Kepala, Anak Hidup
- FM (+), FHR (+)
- Plasenta corpus anterior menutupi seluruh oui
- BPD : 90,5 mm
- FL : 72 mm
- AC : 374 mm
- Air ketuban cukup
Kesan: plasenta previa totalis + IUP (38-39 minggu) + PK + AH
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 17/11/2012
Darah rutin:
Hb : 9,9 gr/dl
Leukosit : 7.600 / mm3
Ht : 31 %
Trombosit : 221.000/mm3
KGD ad random : 121 mg/dl
Ureum : 10 mg/dl
Creatinin : 0,64 mg/dl
12
I. KESIMPULAN
1. Umur kehamilan (minggu) : 38 - 39 minggu
2. Letak anak : Letak Kepala
3. Panggul : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4. Perdarahan antepartum : (+)
5. Inpartu : Sudah Inpartu
6. Keadaan janin : Hidup
7. Tanda-tanda ruptur uteri : Bandl’s Sign (-)
8. Pecah ketuban : belum pecah (utuh)
9. Pre-eklampsia : Tidak ada
10. His : Ada, 2 x 20”/10’
11. Komplikasi : Tidak Ada
III. DIAGNOSA SEMENTARA
Previous SC 2x + Plasenta previa totalis + MG + KDR (38-39 minggu) + PK + AH + Inpartu
IV. RENCANA
Sectio Cesarea CITO + Sterilisasi Pomeroy
Lapor supervisor dr. Jenius L. Tobing, Sp.OG ACC
V. TERAPI
- IVFD RL 40 gtt/i
VI. PROGNOSIS
Ibu : Baik
Anak : Baik
13
LAPORAN PERSALINAN SECTIO CESAREA + KONTAP
Pada tanggal 17 – 11- 2012 pukul 03.42 WIB dengan SC a/i Previous SC 2x + Plasenta previa
totalis, Lahir bayi laki – laki dengan BB: 3000 gr; PB: 47 cm;
Apgar score 7/8; anus (+)
- Ibu di baringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik, dilakukan
tindakan aseptic dan antiseptik dengan povidone iodine dan alkohol 70% kemudian tutup
dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
- Di bawah tindakan anestesi di lakukan insisi pfannenstiel mengikuti bekas operasi
sebelumnya mulai kutis, subkutis hingga tampak faseter.
- Dengan menyisipkan pinset, fascia digunting ke kiri dan ke kanan, otot dikuakkan secara
tumpul, tampak ada perlengketan lalu dilakukan pembebasan.
- Peritoneum diklem dengan pinset lalu di gunting ke kiri dan ke kanan.
- Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, lalu diinsisi secara konkaf secara
tumpul, sampai menembus subendometrium, endometrium dan plasenta ditembus secara
tumpul. Dengan meliksir kepala lahir bayi laiki-laki , BB : 3000 gr, PB : 47 cm, AS :
7/8 dan anus (+).
- Tali pusat diklem di dua tempat lalu digunting diantaranya, plasenta dilahirkan secara
PTT.
- Kedua ujung uterus diklem di dua tempat lalu dilakukan penjahitan hemostatic suture
figure of eight. Lalu dijahit secara continous interlocking dan dilakukan overheacting.
- Evaluasi perdarahan cavum uterus dari stoll cell dan sisa plasenta.
- Kemudian dilakukan penjahitan lapis demi lapis
- Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no 2.0
- Luka operasi di tutup dengan sufratulle dan hipafix
- Ku ibu post SC : baik
14
Terapi :
Th/ : -IVFD RL + Oksitosin 10 – 10 – 5 IU 20 gtt/i
- Inj. Viccilin SX 1,5 gr /12 jam
- Inj. Transamin 1 amp /8 jam (24 jam I )
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Anjuran:
- Awasi VS dan tanda – tanda perdarahan
- Cek darah rutin 2 jam post SC
NEONATUS
1. Jenis kelahiran Tunggal
2. Lahir tanggal 17 November 2012 Pukul 03.42 Wib
3. Keadaan lahir Hidup
4. Nilai APGAR 7/8
5. Bantuan pernafasan Tidak ada
6. Jenis kelamin Laki-laki
7. Berat badan (g) 3000 gram
8. Panjang badan (cm) 47 cm
9. Kelainan bawaan Tidak ada
Trauma Tidak ada
Konsul Konsul ke Bagian Anak untuk perawatan
bayi baru lahir.
15
PEMANTAUAN POST SC (KALA IV)
Jam (WIB) 04.00 04.30 05.00 05.30 06.00
TD (mmHg) 130/80 130/80 130/80 130/80 130/80
Nadi (x/menit) 68 72 68 72 76
RR (x/menit) 24 20 20 20 20
Kontraksi
Uterus
Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
TFU (cm) setentang
pusat
setentang
pusat
setentang
pusat
1 jari bawah
pusat
1 jari bawah
pusat
Perdarahan 0 0 0 0 0
HASIL LABORATORIUM 2 JAM POST SC
Tanggal 4 Oktober 2012
• Hb : 9,8 gr/dl
• Ht : 30,6 %
• Leukosit : 15.200/mm3
• Trombosit : 245.000/mm3
16
FOLLOW UP
Tanggal 17 November 2012
08.00 WIB
18 November 2012
08.00 WIB
19 November 2012
08.00 WIB
Keluhan
Utama
Nyeri luka operasi - -
Status
Presens
Sens: CM Anemis : (-)
TD : 120/70 Ikterik : (-)
HR : 80x/i Sianosis: (-)
RR : 20x/i Dispnoe: (-)
T : 36,6⁰C Edema : (-)
Sens: CM Anemis : (-)
TD : 100/70 Ikterik : (-)
HR : 77x/i Sianosis: (-)
RR : 20x/i Dispnoe: (-)
T : 36,6⁰C Edema : (-)
Sens: CM Anemis : (-)
TD : 110/70 Ikterik : (-)
HR : 60x/i Sianosis: (-)
RR : 16x/i Dispnoe: (-)
T : 36,5⁰C Edema : (-)
Status
Obstetrikus
Abdomen: Soepel,
Peristaltik (+) normal
TFU : 1 jari di bawah
pusat, kontraksi (+)
LO : Tertutup Verban
P/V : (-)
Lochia : (+) rubra
BAK : kateter
terpasang, vol = 40 cc/jam
BAB : (-)
Flatus : (-)
ASI : (-)
Abdomen: Soepel,
Peristaltik (+) normal
TFU : 2 jari di
bawah pusat, kontraksi
(+)
LO : tertutup Verban
P/V : (-)
Lochia : (+) rubra
BAK : (+) cukup
BAB : (+) N
Flatus : (+) N
ASI : (-)
Abdomen: Soepel,
Peristaltik (+) normal
TFU : 2 jari di
bawah pusat, kontraksi
(+)
LO: tertutup verban
P/V : (-)
Lochia : (+) rubra
BAK : (+) cukup
BAB : (+) N
Flatus : (+) N
ASI : (-)
Diagnosis Post SC a/i Previous SC 2x
+ plasenta previa totalis +
NH0
Post SC a/i Previous SC
2x + plasenta previa totalis
+ NH1
Post SC a/i Previous SC 2x
+ plasenta previa totalis +
NH2
Terapi Total Bed Rest
IVFD RL + oksitosin 10-
10-5 IU 20gtt/i
Inj. Viccilin SX 1,5 gr/
12 jam
Aff Infus dan Kateter
Ganti obat oral
Amoxicillin tab 3 x
500mg
Asam mefenamat tab 3
Amoxicillin tab 3 x
500mg
Asam mefenamat tab 3
x 500mg
B complex tab 2x1
17
Inj. Transamin 1 amp/ 8
jam (24 jam I)
Inj. Ketorocal 30 mg/ 8
jam
x 500mg
B complex tab 2x1
Rencana Mobilisasi bertahap Ganti verban, pasien
diperbolehkan pulang
berobat jalan dan kontrol
ke poli
18
ANALISA KASUS
Teori Kasus
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
(uterus) sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal plasenta terletak di bagian
atas uterus.
Pada pasien ini, plasenta corpus anterior
menutupi seluruh ostium uterus interna
Sifat perdarahan pada plesenta previa adalah
tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri
(painless), dan berulang (recurrent).
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak,
sehingga tidak berakibat fatal, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak daripada sebelumnya terutama bila
telah dilakukan pemeriksaan dalam. Darah
yang keluar biasanya berwarna merah segar.
Pada pasien ini, keluhan utama adalah keluar
darah dari kemaluan yang dialami os pada
tanggal 16 November 2012 pukul 22.00 WIB.
Dengan volume ± 4 kali ganti doek dengan
warna darah merah segar. Riwayat keluar darah
dari kemaluan sebelumnya (-). Sebelumnya
pasien telah merasakan mules-mules mau
melahirkan dan keluar lendir darah dari
kemaluan sejak tanggal 16 november 2012
pukul 16.00 WIB.
Faktor resiko terjadinya plasenta previa
adalah:
Perdarahan
Usia lanjut (>35 tahun)
Multiparitas
Riwayat Seksio sesarean
Merokok
Pengobatan infertilitas
Erittroblastosis
Aborsi berulang
Status sosioekonomi rendah
Pasien ini memiliki beberapa faktor resiko,
yaitu:
Perdarahan
Multiparitas
Riwayat 2x seksio sesarean
Status sosioekonomi rendah
Plasenta previa sebelumnya
19
Plasenta previa sebelumnya (4 – 8%)
Plasenta previa totalis plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum
Plasenta previa parsialis plasenta yang
menutupi sebagian ostium uteri internum
Plasenta previa marginalis plasenta
yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum
Plasenta letak rendah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum
Pemeriksaan dalam pada pasien ini tidak
dilakukan. Pemeriksaan USG TAS didapati
plasenta corpus anterior menutupi seluruh
ostium uterus interna
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
(sifat perdarahan), pemeriksaan inspekulo,
dan USG.
Pada anamnesis, pasien ini dijumpai terjadi
perdarahan yang dialami pada usia kehamilan
38-39 minggu.
Pada pemeriksaan inspekulo dijumpai darah
menggenang di fornix posterior dan setelah
dibersihkan kesan mengalir dari oue.
Pada USG dijumpai Kesan: plasenta previa
totalis + IUP (38-39 minggu) + PK + AH
Penatalaksaan Plasenta Previa adalah
Bila perdarahan minimal dan keadaan janin
baik (berat badan sampai 2500 gr), persalinan
belum dimulai, dan kehamilan belum cukup
37 minggu, dapat dipertimbangkan untuk
menunggu kematangan janin dan dilakukan
penanganan pasif.
Seksio sesarea
Tujuan seksio sesarea adalah untuk
secepatnya mengangkat sumber perdarahan
Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan
sebagai berikut:
- IVFD RL 40 gtt/I
Sectio sesarea + kontap dilakukan karena
Letak: plasenta previa totalis
Previous SC 2x
20
sehingga memberikan kesempatan kepada
uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahannya, menghindari perlukaan
serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh
apabila dilangsungkan persalinan
pervaginam.
Indikasi Seksio Sesarea :
Plasenta previa totalis tanpa menghiraukan
faktor lain
Plasenta previa parsialis pada
primigravida.
Plasenta previa janin letak lintang atau
letak sungsang
Fetal distres
Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan
banyak.
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang
(posterior).
Profuse bleeding yaitu perdarahan sangat
banyak dan mengalir dengan cepat.
Obat – obatan
Tidak ada obat yang bermanfaat khusus pada
pasien dengan plasenta previa. Tokolisis dan
kortikosteroid mungkin dipertimbangkan
dalam keadaan tertentu untuk antenatal.
Pada pasien ini tidak diberikan obat – obatan
karena pasien telah inpartu dan kehamilan
dalam rahim aterm maka dilakukan seksio
sesarea cito.
PERMASALAHAN
21
1. Mengapa timbulnya perdarahan antepartum pada kasus ini terjadi pada akhir
trimester III?
2. Apakah penatalaksanaan plasenta previa pada kasus ini sudah tepat?
3. Sebagai dokter umum apabila menemukan kasus seperti ini di tingkat puskesmas
apa yang harus dilakukan ?
LAMPIRAN
22
23
top related