3398084 gerakan pemikiran islam di minangkabau

245
PERGERAKAN ERGERAKAN P PEMIKIRAN EMIKIRAN I ISLAM SLAM DI DI M MINANGKABAU INANGKABAU SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU Dokumentasi Pergerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau, adalah senarai perjuangan pergerakan dakwah Islam oleh para pemimpin bangsa para Ulama Zuama yang di Minangkabau disebut dengan panggilan Alim Ulama Cerdik Pandai Suluh Bendang (Benderang) di Nagari. Oleh : H. Mas’oed Abidin PENDAHULUAN ENDAHULUAN Pendidikan menurut adat Minangkabau di Sumatera Barat sudah berjalan jauh sebelum kedatangan agama Budha masuk ke Minangkabau. Pendidikan itu disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi dan keberhasilan pendidikan itu dinilai dari penguasaan adat dan keahlian menyelesaikan masalah kehidupan. Untuk dapat menguasai pengetahuan dan pelaksanaan adat yang luas dan rumit itu dipelajari melalui contoh dan laku perbuatan H.Mas’oed Abidin 1

Upload: habibie-ardino

Post on 26-Jun-2015

173 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM

DI MINANGKABAUDokumentasi Pergerakan Pemikiran Islam

Di Minangkabau, adalah senarai perjuangan pergerakan dakwah Islam oleh para pemimpin

bangsa para Ulama Zuama yang di Minangkabau disebut dengan panggilan Alim Ulama Cerdik

Pandai Suluh Bendang (Benderang) di Nagari.

Oleh : H. Mas’oed Abidin

PPENDAHULUANENDAHULUAN

Pendidikan menurut adat Minangkabau di

Sumatera Barat sudah berjalan jauh sebelum

kedatangan agama Budha masuk ke

Minangkabau.

Pendidikan itu disampaikan secara lisan dari

generasi ke generasi dan keberhasilan

pendidikan itu dinilai dari penguasaan adat dan

keahlian menyelesaikan masalah kehidupan.

Untuk dapat menguasai pengetahuan dan

pelaksanaan adat yang luas dan rumit itu

dipelajari melalui contoh dan laku perbuatan

H.Mas’oed Abidin 1

Page 2: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dalam kehidupan sehari-hari yang disampaikan

dalam bentuk prosa lirik.

Minangkabau telah lama dikenal sebagai

suatu suku bangsa yang ahli dalam prosa lirik

atau sastra lisan. Tiga ratus tahun sebelum

Masehi, negeri di bawah angin ini telah dikenal

sebagai bangsa ahli sastra yang tercantum

dalam buku Kutub Khanah di Mesir. Hubungan

itu telah terjalin juga dalam perdagangan kapur

barus (kampher, lat.) yang diperlukan untuk

pengawetan mummi raja-raja Mesir.

Pada masa kebudayaan Hindu berkembang di

India, I-tsing seorang musafir dari Cina, sengaja

membawa dua orang teman pada abad ke-7

untuk menyalin 200 buah pepatah-petitih di

Malaya Giri (Gunung Malayu) yang terletak di

tepi Batang Hari.

Pada masa pemerintahan Adityawarman,

didirikan tiga pusat pendidikan agama Budha

yang sacral yakni di Biaro, Pariangan, di Baso

dan di Petok, Pasaman dengan memanfaatkan

bangunan tradisional surau.

Adityawarman ikut memecahkan masalah

sosial mengenai remaja di Minangkabau yang

tidak mempunyai tempat tinggal di rumah

gadang.

H. Mas’oed Abidin2

Page 3: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Dari Berbagai Sisi dan Penjuru

MASUKNYA AGAMA ISLAM KE RANTAU timur di

masa itu tidak terlepas dari persaingan

perdagangan dan pengaruh kerajaan-kerajaan,

seperti melemahnya kekuasaan Sriwijaya, dan

lahirnya kerajaan Islam Perlak dengan sultan

pertamanya Syekh Maulana Abdul Aziz Syah

yang menganut Islam (840 M).

Berkembangnya Malaka dan Samudera Pasai

menjadi kota dagang dan kerajaan Islam (1400

M), dan kalahnya Sriwijaya melawan Majapahit,

sejak tahun 1477 M itu, pantai timur ranah

Minang di bawah kendali Majapahit hingga

meninggalnya Hayam Wuruk, dan di masa itu

kerajaan Pagarruyung di Minangkabau diperintah

oleh keturunan Kertanegara dan Dara Petak,

putri dari Minang, yaitu Adityawarman.

Ketika itu, rantau Alam Minang sudah mulai

dimasuki dan ddominasi oleh pemeluk Islam,

walau Adityawarman masih memeluk Budha,

tetapi dinastinya berkuasa hingga 1581 M.

H.Mas’oed Abidin 3

Page 4: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Namun pernah tercatat 1411 M, raja-raja

turunan Adityawarman sudah memeluk Islam

dan mereka berguru kepada Tuanku Maulana

Malik Ibrahim. Kekuasaan kerajaan hanya

sebatas simbol kekuasaan dan lambang

persatuan.1

Setelah Datuk Katumanggungan dan Datuk

Parpatih Nan Sabatang meninggal, raja

melimpahkan kekuasaannya kepada raja-raja

muda, atau penghulu di rantau.

Raja berdaulat dengan tiga kekuasaan

serangkai Rajo Tigo Selo, di Pagarruyung, di

Luhak Tanah Datar, yang terdiri dari Rajo Alam,

Rajo Adat, dan Rajo Ibadat yang mempunyai

daerah kedudukan masing-masing di Buo dan di

Sumpur Kudus. Tiga serangkai kekuasaan ini

diperkuat oleh dewan menteri Basa Ampek Balai,

yang terdiri dari Bandaharo dari Sungai Tarab,

Tuan Kadi dari Padang Ganting, Mangkudum dari

Suruaso, Indomo dari Sumanik, dan diperkuat

lagi oleh Tuan Gadang dari Batipuh dalam urusan

pertahanan.

H. Mas’oed Abidin4

Page 5: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Pada masa itu telah terjadi penyesuaian

antara Islam dengan adat setempat, seperti

adaik mananti, syarak mandaki. Namun kegiatan

yang erat dengan budaya Hindu-Budha masih

akrab dalam masyarakat Minang kala itu.2

ERAKAN PEMBARUAN di dalam

kehidupan beradat dan beragama di

Minangkabau, dapat dikatakan satu

gerakan pembaruan oleh para ulama zuama,

yakni para cendekiawan yang hidup dengan latar

belakang kehidupan adat Minangkabau yang

kuat, dan kemudian menuntut mendalami ilmu

pengetahuan agama Islam ke negeri-negeri

sumber ilmu, sampai ke Mekah al Mukarramah,

yang kemudian diwarisi sambung bersambung

membentuk rantai sejarah yang panjang, dan

bekelanjutan terus ke abad-abad sesudahnya.

G

H.Mas’oed Abidin 5

Page 6: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Masuknya Islam dan sejarah

perkembangannya di Minangkabau sejajar

dengan sejarah pertumbuhan kota-kota dagang

di rantau Minang. Awal abad ke-7 M atau abad I

Hijriah rantau timur Minangkabau telah

menerima dakwah Islam.3

Gerakan Dakwah Persuasif

Setelah Islam berkembang di Minangkabau,

Syekh Burhanddin mendirikan surau sebagai

lembaga pendidikan agama Islam di Ulakan.

Syekh Burhanuddin berhasil mendapat

kesepakatan dengan Basa Ampek Balai dan

Kerajaan Pagaruyung, bahwa adat dan Islam

sama terpakai di Alam Minangkabau.

Kedatangan Syekh Burhanuddin (Pono), yang

berguru kepada Syekh Abdurrauf Singkili di Aceh,

dan kemudian mengembangkan Islam di

Minangkabau dengan membuka surau atau

sekolah agama seperti di Ulakan Pariaman, dan

di Kapeh Kapeh Pandai Sikek, Padangpanjang,

mulai melakukan gerakan pemurnian Islam dari

pengaruh budaya Hindu-Budha, serta

menghapuskan kebiasaan-kebiasaan anak nagari

H. Mas’oed Abidin6

Page 7: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU seperti minum tuak, menyabung ayam atau

berkaul ke tempat keramat.

Istana Pagarruyung juga menjadi sasaran

dakwahnya dan ia berhasil. Keberhasilan itu

membuat dia dikenal sebagai ulama besar di

Minang. Murid beliau mulai banyak dari darek

atau dari Luhak nan Tigo.

Semasa itu, sudah terjadi juga persilangan

paham antara penghulu dalam hal setuju dan

yang menentang ulama zuama, ulama cerdik

pandai yang pulang dari berguru dan melakukan

pemurnian terhadap kebiasaan adat yang salah

menurut syarak.

Lambat laun, kesepakatan damai tercipta

antara para Penghulu, Tuanku dan Alim Ulama

Minang, untuk saling mengakui kedudukan

ulama dengan penghulu, sehingga ulama

menjadi suluah bendang dalam nagari, tidak

menjadi bawahan dari Penghulu seperti

kedudukan panungkek, dan manti, dubalang.

Semenjak itu lahir beberapa ungkapan

petatah-petitih, syarak mandaki adaik manurun,

syarak nan lazim adaik nan kawi, syarak

babuhue mati adaik babuhue sintak, syarak

balinduang adaik bapaneh, syarak mangato

adaik mamakai, syarak batilanjang adaik

basisampieng.

H.Mas’oed Abidin 7

Page 8: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Kesepakatan ini lebih mudah dilaksanakan

dan disetujui kedua belah pihak, karena

Tarapang yang kemudian menjadi Tuan Kadi di

Padang Ganting adalah teman seperguruan

dengan Syeh Burhanuddin di Aceh. Kesepakatan

yang disponsori oleh dua orang seperguruan itu

lebih dikenal dengan nama Perjanjian

Marapalam. Tamatan pendidikan dari surau

Ulakan kemudian mengembangkan surau-surau

di pedalaman Minangkabau.

Bukan secara kebetulan, Islam mendapat

tanah yang subur untuk berkembang di

pedalaman tanah Melayu-Minangkabau. Ajaran

Islam melahirkan spesialisasi dalam

memperdalam ajaran agama di surau-surau

meliputi ibadah, mualamalah dan ilmu alat.

Surau di Kamang memperdalam ilmu alat, nahu

dan sharaf, Tuanku nan Kecil di Koto Gadang

dalam ilmu mantik dan maani, surau Tuanku

Sumanik dlam ilmu hadits, tafsir dan ilmu

faraidh, surau Tuanku di Talang dalam ilmu

sharaf, dan surau Tuanku di Salayo dalam badi’,

maani dan bayan. Sedangkan surau Tuanku Nan

Tuo dalam tabiyah, hadts, tafsir, dan mantik

maaani. Keragaman mempelajari ajaran Islam

demikian melahirkan kaum intelektual dengan

H. Mas’oed Abidin8

Page 9: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU statigrafi pengetahuan yang tercermin dari gelar

yang disandang alumninya, seperti Kari, Pakih,

Labai, dan Tuanku. Gelar ini kemudian diterapkan

sebagai aparat alim ulama suku di Minangkabau.

Gerakan Kembali ke Syariat (1740 – 1803) di

bawah kepemimpinan Tuanku Nan Tuo sebagai

pelindung pedagang melahirkan pratagoni

sehingga surau dapat memajukan perdagangan

yang mendatang kesejahteraan penduduk

Minangkabau dan menguasai pusat-pusat

perdagangan. Gerakan ini ditunjang oleh Tuanku-

tuanku generasi muda, seperti Tuanku Nan

Renceh, Tuanku Damansiang Nan Mudo, Tuanku

Lintau. Semua tuanku itu ikut memajukan

kesejateran masyarakat lingkungannya,

sehingga surau-surau mereka menjadi pelopor

kemajuan perekonomian masyarakatnmya.

Gerakan Kembali ke Syariat menyumbangkan

ajaran Islam ke dalam adat Minangkabau. Di

samping harta pusaka tinggi, difatwakan harta

pencaharian, yang diperdapat dari

perdagangan yang diwariskan untuk anak dan

isteri.

Semenjak itu terjadilah proses pembauran

yang kental antara syariat Islam dengan budaya

Adat Minangkabau. Menyebarnya syariat Islam di

Minangkabau dengan suasana damai merobah

H.Mas’oed Abidin 9

Page 10: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

kebiasaan-kebiasaan adat yang bertentangan

dengan Islam. Semenjak itu pula proses itu

berlangsung sampai saat ini sehingga ulama

dapat melibatkan masyarakat Minangkabau di

dalam syariat Islam, sehingga melahirkan

kepemimpinan adat dan agama dalam setiap

lembaga masyarakat. Dalam kaum dan suku

mempunyai penghulu (manti dan dubalang) dan

malin (imam, khatib, dan bila) dan di nagari

terdapat kepemimpinan Kerapatan Adat Nagari

yang terdiri dari Penghulu, Imam Khatib dan

Cadiak Pandai.

Kepemimpinan ini dikenal dengan Tungku Tigo

Sajarangan dengan pegangan masing-masing

hukum adat, agama dan peraturan atau undang-

undang, yang disebut tali tigo sapilin.

Kehadiran Tuanku Haji Miskin ……………………

…….

Pelantikan Tuanku Imam menjadi pemimpin

pembaruan Islam di daerah pinggiran…………

Kehadiran Belanda di tanah Minanag …………

…………..

Reaksi terhadap pendidikan sekuler

Akibat tanaman paksa kopi di Sumatera Barat

H. Mas’oed Abidin10

Page 11: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

SYEKH BURHANUDDIN, ULAKAN (1646 -

1704 )

Syekh Burhanuddin telah banyak dikenal dan

diperbincangkan para ilmuwan, baik dalam

literatur, maupun dari laporan bangsa Eropah

lainnya. Salah satu sumber utama yang

menjelaskan dari perkembangan surau-surau

dan lahirnya pembaruan Islam di Minangkabau

berasal dari sebuah naskah kuno tulisan Arab

Melayu. Naskah itu berjudul, Surat Keterangan

Saya Faqih Saghir Ulamiyah Tuanku Samiq

Syekh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo, yang ditulis

pada tahun 1823. Buku ini menjelaskan peranan

surau dalam menyebarkan agama Islam di

pedalaman Minangkabau yang dikembangkan

oleh murid-murid Syekh Burhanuddin Ulakan.

Di samping itu, riwayat ulama ini telah

diterbitkan dalam tulisan Arab Melayu oleh

Syekh Harun At Tobohi al Faryamani (1930)

dengah judul Riwayat Syekh Burhanuddin dan

Imam Maulana Abdul Manaf al Amin dalam

Mubalighul Islam. Buku ini menerangkan dengan

jelas mengenai diri Pono, yang kemudian

bergelar Syekh Burhanuddin. Diceritakan dengan

jelas kehidupan keluarga, masa mengenal Islam

H.Mas’oed Abidin 11

Page 12: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dengan Tuanku Madinah kemudian berlayar ke

Aceh untuk menimba ilmu kepada Syekh

Abdurrauf al Singkli.

Syekh Burhanuddin adalah salah seorang dari

murid Syekh Abdur Rauf al Singkli yang dikenal

juga dengan panggilan Syekh Kuala. Sekembali

dari Aceh, Syekh Burhanuddin membawa ajaran

Tharikat Syattariyah ke Ulakan pada bagian

kedua abad ke-17. Dari Ulakan ajaran tarikat

menyebar melalui jalur perdagangan di Minang-

kabau terus ke Kapeh-kapeh dan Pamansiangan,

kemudian ke Koto Laweh, Koto Tuo, dan ke

Ampek Angkek. Di sebelah barat Koto Tuo berdiri

surau-surau tarikat yang banyak menghasilkan

ulama. Daerah ini dikenal dengan nama Ampek

Angkek, berasal dari nama empat orang guru

yang teruji kemasyhurannya.

Murid-Murid yang belajar di surau Syattariah

terbuka untuk mempelajari seluruh rangkaian

pengetahuan Islam. Salah satu buku yang

dipelajari Syekh Burhanuddin dan murid-

muridnya adalah karya Abdurrauf yang

memperlihatkan penghargaan yang tertinggi

terhadap "syariat". Beberapa surau Syattariyah

mempelajari cabang ilmu agama, sehingga

terjadi spesialisasi pengajaran agama Islam di

Minangkabau. Masing-masing surau itu

H. Mas’oed Abidin12

Page 13: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU memperdalam salah satu cabang ilmu agama,

seperti: Surau Kamang dalam ilmu alat (nahu

sharaf dan tata bahasa Arab), Koto Gadang

dalam mantik ma'ani, Koto Tuo dalam ilmu tafsir

Quran, tarbiyah dan hadith), Surau Sumanik

dalam ilmu faraidh (pewarisan) hadis; Surau di

Talang dalam badi', maani dan bayan (tata

bahasa Arab ).

Dalam catatan lain terdapat sederetan para

ahli dan penulis yang menyelidiki riwayat dan

peranan Syekh Burhanuddin. Dari kisah

perjalanan Thomas Diaz tahun 1684 yang

diceriterakan de Haan, bahwa ulama ini telah

melibatkan rakyat dalam politik agama yang

dikenal dengan nama "perjanjian Marapalam"

pada tahun 1686, yang kemudian hari

melahirkan konsepsi, Adat tidak bertentangan

dengan Syarak

Penulis bangsa Indonesia seperti Hamka

dalam bukunya, Sejarah Umat Islam (1961), Sidi

Gazalba dalam Mesjid, Pusat Ibadat dan

Kebudayaan Islam (1962) dan Prof. Muhmud

Yunus dalam Sejarah Islam di Minangkabau

(1969) mengupas peranan ulama Syekh

Burhanuddin sebagai pengembang agama Islam

yang berpusat di Ulakan..

H.Mas’oed Abidin 13

Page 14: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Semua para penulis tersebut sepakat bahwa

Syekh Burhanuddin adalah seorang ulama dan

pengembang agama Islam di Minangkabau

dilahirkan di Guguk Sikaladi Pariangan Padang

Panjang dengan nama kecil Pono. Sebagai

seorang mubaligh yang mengembangkan

agama Islam setelah memperdalam syariat Islam

selama 10 tahun di Aceh, sekembali dari Aceh

mendirikan surau di Tanjung Medan dan surau-

surau lainnya di Ulakan.

Syekh Burhanuddin meninggal dunia pada

hari Rabu 10 Syafar tahun 1116H atau 1704 M di

Ulakan. Hari kematiannya dirayakan pengikutnya

setiap tahun yang dikenal dengan nama

"basapa". Jika 10 Syafar jatuhnya pada hari

Rabu, akan diperingati sebagai "basapa gadang"

, bersapar besar-besaran.

Menurut perhitungan Prof. Mahmud Yunus,

Pono lahir pada tahun 1066 H atau tahun 1641 M

di Sintuk, Lubuk Alung, dan memperdalam

agama pada Syekh Abdur Rauf selama 10 tahun,

dan meninggal pada tahun 1116 H dalam usia 53

tahun.

Ilmu pengetahuan agama yang dalam serta

pengalaman kenegaraan yang diperdapat

bersama gurunya, Syek Abdur Rauf yang

menjadi seorang mufti pada Kerajaan Aceh,

H. Mas’oed Abidin14

Page 15: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU menciptakankan sistem pendidikan surau. Murid-

murid yang diasuhnya kemudian menyebar di

seluruh pelosok Minangkabau yang

mendirikankan surau-surau sebagai pusat studi

yang melahirkan cendekiawan ke pedalaman

Minangkabau.

Bahkan Syekh Burhanuddin mencapai

kesepakatan dengan Yang Dipertuan Kerajaan

Minangkabau yang menyatakan bahwa hukum

adat dan hukum agama sama-sama dipakai

sebagai pedoman hidup dalam masyarakat di

Minangkabau. Ketentuan adat dan hukum agama

Islam dalam masyarakat Minangkabau yang

matrilineal sebagai suatu proses integrasi lebih

dikenal dengan adat basandi syarak, syarak

basandi kitabullah.

. Peninggalan Syekh Burhanuddin saat ini

yang terpelihara dengan baik, seperti bangunan

Surau Tanjung Medan dan Makam Ulakan yang

dapat menjadi monumen sejarah dalam

membantu menelusuri jejak sejarah yang

dikandung monumen itu. Peninggalan sejarah itu

dapat dijadikan salah satu sumber penulisan

sejarah Syekh Burhanuddin.

Surau Syekh Burhanuddin

Peninggalan utama Syekh Burhanuddin yang

sampai saat ini masih terpelihara dengan baik

H.Mas’oed Abidin 15

Page 16: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

adalah bangunan surau di Tanjung Medan dan

komplek makam di Ulakan yang menjadi tujuan

ziarah bagi pengikutnya sebagai rasa hormat

kepada guru dan pengembang agama Islam di

Minangkabau.

Dari segi geografis, nagari Ulakan terletak di

muara sungai Ulakan di tepi pantai barat

Sumatra. Suatu kampung atau nagari yang

terletak di tepi pantai paling cepat menerima

perkembangan dan pertumbuhan.

Secara alamiah Nagari Ulakan berbatas:

a. Sebelah utara dengan Nagari Sunur

dan Nagari Pauh Kambar

b. Sebelah selatan dengan Nagari

Tapakis

c. Sebelah barat dengan Samudra

Indonesia

d. Sebelah timur dengan Nagari Tapakis

Nagari Tapakis terdiri dari 19 jorong, yakni

Padang Toboh, Maransi, Sungai Gimbar Ganting,

Lubuk Kandang, Sikabu, Tiram, Kampung

Ladang, Kampung Gelapung, Kampung Koto,

Bungo Padang, Pasar Ulakan, Tengah Padang,

Palak Gadang, Tanjung Medan, Binuang, Koto

Panjang, Manggopoh Dalam, Manggopoh Ujung,

dan Padang Pauh. Letak Jorong ini umumnya

H. Mas’oed Abidin16

Page 17: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU terletak sepanjang pantai atau pesisir,

penduduknya sebagian besar terdiri dari

nelayan. Di lingkungan seperti inilah peninggalan

Syekh Burhanuddin berupa makam di Ulakan dan

Surau di Tanjung Medan.

Setelah bandar Malaka diduduki oleh Portugis

pada tahun 1511, jalan dagang berpindah dari

Aceh, pantai barat Sumatra, Banten, Giri di Jawa

Timur, Goa dan Tello di Sulawesi, dan Ternate

Tidore di Maluku.

Di pantai barat Sumatra tumbuh kota-kota

perdagangan seperti Meulaboh, Sibolga, Tiku

Pariaman, Indrapura. Ulakan, sebagai kota

pelabuhan dagang, mengalami kemajuan karena

disinggahi oleh para pedagang berbagai daerah

dan dari luar negeri seperti saudagar Gujarat,

India, Arab dan Cina.Ulakan menjadi suatu

pelabuhan penting dan pintu gerbang bagi

daerah Minangkabau di masa itu, dan tempat

bertemu saudagar-saudagar yang beragama

Islam.

Peninggalan Syekh Burhanuddin

Pada batu nisan Syekh Burhanuddin

tercantum hari wafatnya pada tanggal 10 Syafar

1116 H bertepatan dengan hari Rabu atau 1704

H. Ia meninggal pada umur yang masih muda,

45 tahun, karena ia dilahirkan pada tahun 1646.

H.Mas’oed Abidin 17

Page 18: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Ketika berangkat ke Aceh ia berumur 15

tahun dan masa belajar di Aceh selama 10

tahun, kegiatan dakwah berlangsung selama 20

tahun.

Di kiri kanan makam Syekh Burhanuddin

terdapat makam penggantinya yang disebut

khalipah bernama Abdur Rahman dan khatib

pertama nagari Ulakan, Idris Majolelo. Ketiga

makam ini terletak di bawah bangunan empat

persegi 2,5 x 2,5 m. Bangunan ini seolah-oleh

sebuah masjid kecil yang mempunyai sebuah

kubah berdinding teralis besi. Pada loteng

tergantung tirai-tirai, hadiah dari para peziarah

Setiap datang rombongan baru tirai itupun

diganti.

Pengganti-pengganti Syekh Burhanuddin

adalah Tuanku-tuanku yang menjadi khalipah,

mulai dari Abdur Rahman, Mukhsin sampai

khalipah ke-16, Tuanku Mudo. Di halaman

bangunan berkubah terdapat beberapa makam

para pengikutnya, khalipah-khalipah atau

pewarisnya. Kebanyakan telah rata dengan

tanah. Sebagai pertanda bahwa semuanya itu

makam ialah adanya batu nisan terbuat dari

batu alam berbentuk persegi panjang. Di bagian

muka makam terdapat sepuluh lokan besar 20 x

30 m tersusun di sebelah kiri kanan jalan yang

H. Mas’oed Abidin18

Page 19: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU menghubungkan makam dengan bangunan 100

x 80 cm. Lokan-lokan ini dianggap para

pengikutnya mempunyai berkah yang dapat

menyembuhan berbagai penyakit. Dekat makam

terdapat pula sebuah bangunan yang berguna

celengan bagi orang yang berwakaf.

Lokasi bangunan ini dipagar dengan tembok

lebih kurang 1 m. Luas areal yang terpagar

adalah 8 x 7.5 m.

Di luar pagar terdapat pula makam-makam

yang banyak, yang dipagar dengan tembok

tinggi 1,5 m dan luasnya 8,5 x 12,5 m. Di luar

pagar ini baru terdapat halaman yang luas

dikelilingi oleh kira-kira 200 buah surau dan di

tengahnya terletak sebuah masjid. Surau-surau

ini merupakan perwakilan dari daerah atau

nagari di Sumatra Barat yang juga berfungsi

sebagai tempat menginap para peziarah.

Makam Syekh Burhanuddin dan makam

lainnya, sangatlah sederhana, ditandai oleh dua

buah nisan dari batu andesit dengan pengerjaan

sederhana tanpa variasi yang penting sebagai

monumen sejarah

Surau Syekh Burhanuddin terletak di desa

Tanjung Medan, 6 km dari makam Ulakan. Lokasi

surau agak masuk ke dalam dari jalan raya

melalui jalan tanah yang cukup baik. Surau

H.Mas’oed Abidin 19

Page 20: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

terletak di atas tanah yang datar dengan

halaman yang luas.

Tanah lokasi surau Syekh Burhanuddin adalah

tanah yang dihadiahkan oleh Raja Ulakan

bergelar Mangkuto Alam kepada Idris Majolelo

atas jasanya semasa Syekh Burhanuddin belajar

di Aceh. Surau, semacam pesantren, ialah

bangunan tempat mengaji dan belajar ilmu

agama Islam. Syekh Burhanuddin seorang ulama

dan mubaligh, maka Surau Syekh Burhanuddin

terdiri dari dua bangunan, yaitu:

1) Bangunan serambi berdenah segi empat

panjang sebagai bangunan tambahan yang

dibuat kemudian. Bangunan ini beratap

gonjong dan berfungsi sebagai entrance

hall dan keseluruhan bangunan itu

terbuka. Lantainya beralaskan plesteran

semen dan bukan beralaskan papan

sebagai halnya rumah gadang.

Bangunan berdenah segi empat bujur sangkar

yang terletak di belakang serambi. Pada

prinsipnya bangunan ini dengan struktur

konstruksi joglo, sebagaimana masjid kuno di

Jawa, di antaranya masjid Demak. Namun sesuai

dengan keadaan dan kebiasaan orang

Minangkabau, bangunan ini dengan struktur

berkolong (loteng dan panggung). Dengan

H. Mas’oed Abidin20

Page 21: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU struktur bangunan joglo ini, dalam surau

terdapat empat tiang utama dikelilingi dua

deretan anak tiang. Pada deretan pertama

berjumlah 12 tiang dan pada deretan kedua 20

anak tiang. Dengan empat tiang utama atau

tiang panjang (soko guru, Jawa) di tengah

dengan dua deretan anak tiang disekelilingnya,

maka struktur bangunan ini dengan atap

bersusun tiga, dinding ruangan melekat pada

deretan anak tiang kedua ( 20 tiang). Tiang

sesamanya dihubungkan dengan kayu yang

disambung dengan rotan yang disimpai.

2) Atap surau Syekh Burhanuddin ada

persamaannya dengan beberapa surau

lainnya di Minangkabau, di antaranya

surau Koto Nan Ampek di Payakumbuh dan

surau Lima Kaum di Tanah Datar. Masih

terlihat perkembangan arsiterktur

konstruksi atap tumpang dengan bentuk

berpuncak dengan hiasan mahkota, sama

dengan masjid Demak yang dibangun

dalam abad ke-16.

3) Arsitektur surau Syekh Burhanuddin masih

mempunyai persamaan dengan masjid di

Kota Waringin lama di Kalimantan yang

dibangun sekitar abad ke-17. Masyarakat

H.Mas’oed Abidin 21

Page 22: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

setempat mengenalnya sebagai prototip

masjid Demak.

Dengan perbandingan tersebut, arsitektur

surau Syekh Burhanuddin pembangunannya

dalam abad ke-17. Hal ini diperkuat dengan

mihrab tanpa atap tersendiri sebagaimana

masjid Demak. Berbeda dengan mihrab masjid

lainnya di Minangkabau yang selalu dengan atap

tersendiri.

4) Bahan bangunan Syekh Burhanuddin

seluruhnya dari kayu, baik tiang maupun

konstruksi atap dan dinding. Atapnya dulu

terdiri dari ijuk yang kemudian diganti

dengan atap seng pada tahun 1920.

Struktur bangunan surau dikerjakan

dengan kayu yang sederhana tanpa

pengerjaan yang sempurna menurut

ukuran sekarang. Masih terlihat bentuk asli

kayu dengan lengkung-lengannya. Hal ini

menunjukkan, bagaimana pekerjaan

bangunan masa itu. Tiang utama terdiri

dari kayu seutuhnya dengan sedikit dikerja

mengambil bentuk segi-8, dan hubungan

antara tiang dengan kayu lainnya diikat

dengan rotan tanpa paku. Artinya

bangunan ini tidak mempergunakan paku

kayu.

H. Mas’oed Abidin22

Page 23: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 5) Tiang-tiang terletak di atas sandi dari batu

umpak seutuhnya yang terletak di atas

tanah yang ditinggikan. Pada beberapa

bagian ada perbaikan yang sifatnya

mencegah kerusakan, namun masih

nampak keasliannya. Bangunan surau

Syekh Burhanuddin belum pernah

mengalami perubahan, selain penambahan

serambi.

Masa Kecil Syekh Burhanuddin

Tidak banyak keterangan mengenai masa

kecil dan latar belakang kehidupan Syekh

Burhanuddin yang berkubur di Ulakan itu. Nama

kecilnya adalah Pono. Lahir di Pariangan Padang

Panjang tahun 1066H (1646 M). Ayahnya

bernama Pampak Sakti gelar Karimun Merah,

suku Koto. Ibunya bernama Cukup Bilang Pandai,

suku Guci. Kehidupan kedua orang tuanya

beternak sapi.

Keluarga Pampak Sati gelar Karimun Merah

meninggalkan kampung halamannya, Pariangan

Padang Panjang. Perjalanan dari Pariangan turun

ke Malalo, terus ke Bukit Punggung Jawi terus ke

Asam Pulau, dekat Kayu Tanam. Dengan

menghilirkan batang Tapakis sampai keluarga ini

di Sintuk. Jalan ini merupakan jalan dagang yang

diawasi oleh Tuan Gadang dari Batipuh.

H.Mas’oed Abidin 23

Page 24: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Di tempat inilah keluarga Pampak memulai

kehidupan baru. Usaha lama dikembangkannya

karena daerah Sintuk mempunyai padang

rumput yang subur. Pono dengan rajin dan patuh

menggembalakan ternak ayahnya sehingga

berkembang biak yang membawa keluarga

Pampak termasuk keluarga terpandang di daerah

baru ini.

Pono berjalan menghiliri Batang Tapakis

mencari padang rumput baru. Di nagari Tapakis,

bersebelahan dengan nagari Ulakan, Pono

mendapat teman baru, seorang pemuda sebaya

dengan dia. Teman itu ialah Idris Majolelo, suku

Koto, berasal dari Tanjung Medan. Beliau

mempunyai budi pekerti yang halus.

Di nagari Tapakis berdiam seorang ulama

berasal dari Aceh yang bernama Syekh Abdul

Arif yang terkenal dengan gelar Tuanku Madinah

yang disebut juga Tuanku Air Sirah. Air Sirah

adalah nama jorong di nagari Tapakis, tempat

Syekh Abdul Arif bermukim dan mengajar.

Pembantu utamanya adalah Syahbuddin,

Syamsuddin dan Basyaruddin.Ulama ini

seangkatan dengan Syekh Abdur Rauf al Singkli

dan sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad

Kosasih dan Syekh Abdul Qadir al Jailani di

Madinah. Syekh Abdul Arif dengan sabar dan

H. Mas’oed Abidin24

Page 25: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU gigih mengajar agama Islam kepada anak nagari.

Hasilnya belum menggembirakan. Anak nagari

lebih teguh memegang adat istiadat jahiliyah

dan kepercayaan lama.

Dengan ajakan Idris Majolelo akhirnya Pono

berkenalan dengan agama Islam dan langsung

mengucapkan dua kalimat tauhid menjadi

penganut agama yang khalis di hadapan Tuanku

Madinah Beliau belajar dengan tekun dan rajin

serta mengamalkan segala fatwa gurunya. Pono

termasuk murid yang terpandai karena

ketekunan dan kecerdasan otaknya.

Tidak berapa lama, tiba-tiba Tuanku Madinah

meninggal dunia. Pono sering bermenung dan

terharu atas kepergian Tuanku Madinah.

Alangkah sedihnya Pono karena secara tidak

diduga sama sekali guru yang dihormati dan

disayanginya telah tiada. Harapan Pono untuk

mengeruk sebanyak mungkin ilmu gurunya itu

menjadi gagal.

Dengan perasaan hiba dan putus harap, Pono

kembali ke Sintuk. Beliau sering bermenung dan

terharu atas kepergian Tuanku Madinah. Beliau

menyendiri dari pergaulan ramai, mengingat

kemungkaran yang sering dilakukan anak nagari.

Untuk mengobati hati yang luluh beliau dengan

tekun dan sepenuh hati mengamalkan fatwa

H.Mas’oed Abidin 25

Page 26: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

gurunya dan ajaran Islam yang diperoleh selama

belajar dengan almarhum Tuanku Madinah.

Dengan sembunyi-sembunyi, Pono sempat

mengajar serta meyakinkan teman-teman

dekatnya akan hakekat kebenaran ajaran Islam.

Lambat laun agama Islam mulai meresap di hati

sebahagian kecil penduduk Sintuk.

Dakwah Pono demikian tidak berlangsung

lama. Tantangan demi tantangan datang dari

anak nagari, terutama para penghulu suku dan

pimpinan nagari. Mereka merasa wibawa mereka

akan berkurang karenanya. Akhirnya mereka

menasehati Pono agar segera meninggalkan

kegiatan dakwahnya. Namun Pono tetap

melaksanakannnya. Akibatnya tantangan

semakin menjadi. Mula-mula mereka

menganiaya ternak ayahnya dan kemudian

dengan ancaman pengusiran. Puncak tantangan

adalah ketika keputusan musyawarah nagari

untuk membunuh Pono apabila tidak segera

menghentikan dakwahnya. Pono tidak mendapat

tempat berpijak lagi di Sintuk.

Memperdalam Ilmu ke Aceh

Pada saat krisis ini menyadarkan Pono dari

kekhawatirannya. Kembali segar dalam

ingatannya pesan almarhum gurunya, Tuanku

Madinah, agar memperdalam ilmu agama

H. Mas’oed Abidin26

Page 27: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU kepada seorang ulama besar Abdur Rauf al

Singkli. Pesan guru ini disampaikan dengan

khidmat kepada kedua orang tuanya dan mereka

merestuinya.

Secara diam-diam mereka berserah diri ke

hadapan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam usia

muda, 15 tahun, malam hari Pono meningalkan

negari Sintuk menuju Aceh guna memenuhi

pesan gurunaya, Tuanku Madinah

Dengan berat hati kedua orang tuanya

melepas kepergian anak tercinta. Kemudian

Pono sujud dan mohon maaf. Air mata terus

membasahi pipinya. Pada saat itu Pono dan

bangkit keluar rumah. Langkah pertama menuju

Aceh kelak mempunyai nilai tersendiri dalam

peristiwa perkembangan Islam di Minangkabau.

Dia berangkat secara diam-diam, khawatir

diketahui oleh mata-mata pemimpin nagari itu.

Bekalnya adalah semangat dan tekad yang bulat

serta penyerahan diri kepada Allah.

Tujuannya ke Singkil di Aceh Selatan berguru

kepada Syekh Abdur Rauf al Singkli, seorang

ulama yang masyhur waktu itu memenuhi

amanat almarhum gurunya yang pertama,

Tuanku Madinah. Pono sudah berangkat. Nagari

Sintuk sudah jauh ditinggalkan. Tanpa kawan ia

menyusuri pesisir Samudra Indonesia. Secara

H.Mas’oed Abidin 27

Page 28: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

kebetulan, dalam perjalanan ia bertemu dengan

empat orang pemuda sebaya dengan dia.

Mereka lalu berkenalan, dan ternyata mereka

mempunyai niat yang sama, hendak pergi ke

Aceh untuk menuntut ilmu agama kepada Syekh

Abdur Rauf. Mereka adalah Datuk Maruhum dari

Padang Ganting, Tarapang dari Kubuang Tigo

Baleh, Muhammad Nasir dari Koto Tangah, dan

Buyung Mudo dari Bayang Tarusan.

Terjadilah persahabatan di antara mereka.

Setelah melalui musyawarah didapat kata

sepakat, Pono diangkat menjadi kepala

rombongan yang diterimanya dengan penuh

rasa tanggung jawab.

Melalui suka dan duka selama dalam

perjalanan, akhirnya dengan selamat mereka

sampai di Singkil langsung menghadap dan

memperkenalkan diri kepada Syekh Abdur Rauf.

Niat yang dikandung semenjak dari kampung

halaman disampaikan dengan sopan.

Dengan segala senang hati Syekh Abdur Rauf

menerima dan mengabulkan permohonan calon

muridnya.

Pengaruh Syekh Abdurrauf al Singkli (1620

-1693)

H. Mas’oed Abidin28

Page 29: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Syekh Abdurauf Singkel4 adalah seorang

ulama terkenal dalam abad ke-17. Ia dilahirkan

pada tahun 1620 di Singkel, Kabupaten Aceh

Selatan sekarang. Nama lengkapnya ialah

Abdurrauf al Ali al Jawi al Fansuri al Singkel.5

Syekh Abdurauf Singkel dimuliakan oleh

rakyat Aceh sejak dahulu hingga sekarang.

Banyak legenda mengenai Syekh Abduurauf

yang terus hidupdan dikenal turun temurun.

Archer dalam bukunya, Muhammadan Mysticism

in Sumatera mengatakan, "Syekh Abdurauf

Singkel, seorang cendekiawan muslim Aceh yang

sekarang dikenal dengan nama Tengku Dikuala.

Nama tertancap dalam lubuk hati rakyat sebagai

ulama dan intelektual yang jenius pada

zamannya.6

Sesudah mendapat pendidikan di kampung

halamannya dan diibu kota Kerajaan Aceh, ia

melanjutkan studinya ke tanah Arab. Pada tahun

16423, ia berangkat ke Mekah. Selama 19 tahun

lamanya di tanah Arab, di antaranya Mekkah,

Madinah, Jeddah, Mokka, Zebid, Batalfakih dan

beberapa tempat lainnya. Syekh Abdurauf

menyelesaikan studinya pada seorang ulama

Tharikat Syattariah yang bernama Molla Ibrahim,

pengikut Ahmad Qusyasyi. Pada tahun 1661, ia

kembali ke Aceh.

H.Mas’oed Abidin 29

Page 30: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Sesampainya di Aceh, ia mendirikan

rangkang (pesantren) dekat muara sungai Aceh.

Dari berbagai penjuru Asia Tenggara orang

datang ke tempatnya untuk belajar.7 Atas usaha

murid-muridnya, Tharikat Syattariah yang

kemudian tersebar ke seluruh Indonesia dan

Semenanjung Malaya. Di antara muridnya yang

terkenal ialah Syekh Burhanuddin di Ulakan

seorang mubaligh yang terkenal di Minangkabau

yang menyiarkan agama Islam secara intensif ke

pedalaman Minangkabau.

Di samping sebagai mubaligh dan ulama,

Syekh Abdurauf terus menerus memperdalam

ilmunya dalam lapangan hukum. Sebuah

karyanya dalam lapangan hukum berjudul, "

Hudayah Balighah ala Jum'at al Mukhasaman"

yaitu sebuah kupasan mengenai hukum Islam

tentang bukti, persaksian dan sumpah palsu.

Pendapat Syekh Abdurauf di lapangan hukum

syariat sangat dipatuhi rakyat Aceh dan buah

pikirannya terus hidup sampai sekarang dan

lebur menjadi kaedah hukum adat dalam

masyarakat Aceh. Kesanggupan Syekh Abdurauf

merumuskan hukum-hukum Islam sangat

dikagumi sehingga syariat Islam dipatuhi dan

dilaksanakan oleh masyarakat Aceh saat ini.

Syariat Islam telah dijadikan Peraturan Daerah

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

H. Mas’oed Abidin30

Page 31: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Karyanya yang berjudul, Miratul Tullab fi

tasyil Makrifatul Ahkam Asysyar'iyah li Malikul

Wahhab, merupakan sebuah buku pengantar

Ilmu Fikih menurut Mazhab Syafi'i. Buku ini

hampir sama dengan karya Nuruddin Ar Raniri

yang berjudul Sirathul Mustaqim. Bedanya buku

Nuruddin ar raniri hanya berisi soal-soal ibadah

saja, tetapi buku Syekh Abdurauf berisi juga

tentang mu'amalah.

Kupasannya mengenai pokok-pokok ajaran

tasauf termuat dalam bukunya berjudul Kifayat

al Muhtajin, Daqaiq al Huruf, Bayan Tajalli, dan

Umdat al Muhtadin. Tafsir al Quran dalam bahasa

Melayu telah diterbitkan di Istambul pada tahun

1882.

Kegiatannya sebagai ulama dan mubaligh

sebagian besar dilakukan pada masa

pemerintahan Sulthanah Syafiatuddin, seorang

sultan yang memerintah selama 34 tahun. Masa

pemerintahan pemerintahannya adalah masa

yang penuh luka-luka karena kekalahan armada

Aceh ketika menyerang Malaka pada tahun

1629. Sementara pertentangan faham agama

tindakan kekerasan yang dilakukan semasa

pemerintahan Sulthanah Syafiatuddin dalam

membasmi ajaran Hamzah Fansuri dan

H.Mas’oed Abidin 31

Page 32: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Syamsuddin al Sumatrani dalam ajaran

Syattariah tentang Wihdatul wujud.

Bentuk dan sifat pertentangan antara Syekh

Abdurrauf dan Ar Raniri dengan Hamzah Fansuri

dan Syamsuddin al Sumatrani berpangkal pada

adanya dua aliran dalam ilmu tasauf. Aliran

Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al Sumatrani

bernama wihdatulwujud atau kesatuan ujud. 8

Wihdatusysyuhud ialah faham umum umat

Islam yang menyatakan bahwa alam yang baru

iniadalah sebagai kesaksian dari pada adanya

Tuhan. Jadi, bukkanlah alam itu sebagian dari

Tuhan, melainkan sebagai tanda adanya Tuhan.

Pertentangan ini telah ada pada masa

Iskandar Muda, namun atas kebijaksanaan

Iskandar Muda tidak menimbulkan kekacauan.9

Namun dalam bidang kebudayaan, sinar

kerajaan Aceh semakin bersinar. Aceh masyhur

sebagai pusat kebudayaan dan intektual Islam di

Asia Tenggara. Syekh Abdurauf adalah seorang

ulama dan mubaligh yang membenarkan

seorang wanita menjadi Sulthanah yang

menunjukkan pikirannya yang maju untuk

masanya. Bahkan sampai sekarang masih ada

ulama yang tidak membenarkan wanita menjadi

pemimpin bangsa.

H. Mas’oed Abidin32

Page 33: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Pada hari Jum'at tanggal 4 Sya'ban 114 H

atau 1698 M, Syekh Abdurauf berpulang ke

rahmatullah. Pada batu nisannya terlukis Al

Waliyul Malki Syekh Abdurrauf bin Ali.

Namanya kemudian lebih dikenal dengan

sebutan Syiah Kuala. Sesudah ia meninggal

dikenal dengan nama Tengku di Kuala atau Syiah

Kuala. Ia mengambil tempat untuk mengajar di

kuala (muara) Krueng (sungai) Aceh dan di sana

pula ia dikuburkan.

Syekh Abdur Rauf berhasil menyelesaikan

studinya dengan baik. Kemudian beliau kembali

ke Aceh langsung mendirikan rangkang

(pesantren) dekat muara Krueng Aceh. Kegiatan

rangkang ini maju pesat. Kemampuan Syekh

Abdur Rauf merumuskan hukum-hukum Islam

dalam bentuk sederhana dan mudah dicernakan,

menyebabkan syariat Islam dapat diterima dan

dilaksanakan masyarakat Aceh. Atas dasar

pengetahuannya di bidang hukum agama, ia

diangkat menjadi mufti kerajaan Aceh.

Syekh Abdur Rauf adalah seorang sufi dari

aliran Syattariah dan bermazhab Syafe'i.

Fahamnya dalam tasauf tergolong dalam faham

yang dinamakan Wihdatusysyuhud, jadi tidak

berbeda faham pendirian Nuruddin Ar Raniri.

Dalam polemik beliau menentang ajaran-ajaran

H.Mas’oed Abidin 33

Page 34: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Hamzah Fanshuri dan Syamsuddin As Sumatrani

cukup tegas dan keras, tetapi tetap bijaksana

sehingga kekacauan dan peperangan agama

tidak terjadi dalam masyarakat .

Sejak masa Sulthan Iskandar Muda telah

tinggi perbincangan ulama-ulama dalam hal

agama, yang terpenting pertentangan antara

faham wihdatul ujud,"alam ini adalah ciptaan

dari bahagian ketuhanan sendiri, laksana buih

pada puncak ombak. Maka dalam alam zahir ini

sebagai bahagian dari pada ketuhanan yang

besar. Menurut ahli tasauf dari aliran ini, duania

adalah hanya emanasi atau pancaran dari inti

sari yang tidak tercipta

Wihdatusyuhud ialah paham yang rata pada

umat Islam, bahwa alam yang baharu ini adalah

sebagai kesaksian dari pada adanya Tuhan. Jadi

bukanlah alam ini sebagaian dari Tuhan,

melainkan sebagai tanda dari pada adanya

Tuhan.

Karya-karya yang pernah beliau tulis, antara

lain:

1. Hudayah Balighah 'ala Jum'at al

muchasanah, suatu pembahasan mengani

hukum Islam tentang: bukti, kesaksian dan

sumpah palsu. Buah pikirannya ini menjadi

H. Mas’oed Abidin34

Page 35: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU pedoman dan kaedah hukum adat dalam

masyarakat Aceh hingga dewasa ini.

2. Miratul Tullab fi Tasyl Ma'rifatul Asysyariah

li makhluk Wahhab kupasan mengenai

pengantar Imu Fiqih menurut mazahab

Syafii.

3. Kifayat al Muhtajin, Daqaiq al Huruf, Bayan

Tajalli, suatu kupasan mengenai pokok-

pokok ajaran tasauf dan dasar-dasar

pendiriannya dalam lapangan ini.

4. Syair makrifat, karangan dalam bentuk

puisi.

5. Tafsir al Qur an, dalam bahasa Melayu.

Syekh Abdurrauf wafat tahun 1114 Hijriyah

dimakamkan dekat muara sungai Aceh. Pada

makam beliau dibuat orang hiasan tulisan yang

berbunyi Al Waliyul mulki Syekh Abdur Rauf bin

Ali, menunjukkan betapa besar peranannya

dalam kerajaan Aceh pada waktu itu Setelah

meninggal dunia beliau lebih dikenal dengan

sebutan Tengku di Kuala atau Syekh Kuala.

Kepada ulama dan mubaligh inilah Pono

menuntut ilmu dan memperdalam ajaan Islam

selama 10 tahun. Lebih-lebih ketika Syekh Abdur

Rauf al Singkli diangkat Sulthanat Syafiatuddin

sebagai mufti Aceh, Pono dapat belajar tentang

H.Mas’oed Abidin 35

Page 36: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

kehidupan istana dalam hubungannya dengan

kegiatan masyarakat Aceh.

Syekh Abdur Rauf memberikan perhatian

istimewa pula kepada Pono. Hubungan antara

murid dengan guru terlihat sangat intim. Di

samping belajar, Pono membantu guru

menggembalakan ternaknya. Membuat dan

memelihara kolam ikan sebagai bagian dari

kegiatan rangkang ini. Murid-murid di rangkang

Syekh Abdur Rauf harus berusaha sendiri dan

mempunyai ketrampilan untuk memenuhi

keperluan hidup.

Pono diajak tinggal serumah dengan guru.

Tugas Pono bertambah dengan mengasuh anak-

anak sang guru. Pono sudah dianggap sebagai

keluarga sendiri oleh Syekh Abdur Rauf.

Minat serta perhatiannya sungguh luar biasa

diikuti dengan daya tangkap yang tinggi. Tidak

mengherankan Pono termasuk murid yang

terpandai di antara pelajar di sana. Karena itulah

Syekh Abdur Rauf mencurahkan sekalian ilmu

yang pernah dimilikinya, dan kesempatan ini

dipergunakan sebaik-baiknya oleh Pono. Ilmu

yang dipelajarinya ialah ilmu syariat Islam

dengan cabang-cabangnya tauhid, tasauf, nahu,

sharaf, hadits dan juga ilmu taqwim (hisab).

H. Mas’oed Abidin36

Page 37: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Setelah melalui ujian-ujian berat dilengkapi

dengan berkhalwat selama 40 hari di gua hulu

sungai Aceh, di kaki Gunung Peusangan, sebelah

selatan Beureun, akhirnya Pono berhasil lulus

dengan baik.

Syekh Burhanuddin kembali ke

Minangkabau

Setelah cukup menerima ilmu pengetahuan

selama beberapa than tibalah masanya Syekh

Burhanuddin meninggalkan Aceh. Masa

pendidikan diakhiri dengan perpisahan antara

guru dan murid dengan penuh kasih

sayang.Terjadi percakapan antara Syekh Abdur

Rauf dengan Syekh Burhanuddin yang berbunyi

sebagai berikut:

"Malam ini berakhirlah ketabahan dan

kesungguhan hatimu menuntut ilmu tiada

taranya. Suka duka belajar telah engkau lalui

dengan sepenuh hati. Berbahagialah Engkau,

dengan rahmat dan karunia Tuhan, telah

selamat menempuh masa khalwat 40 hari

lamanya. Engkau beruntung di dunia dan

berbahagia di akhirat kelak. Sekarang pulanglah

engkau ke tanah tumpah darahmu menemui ibu

bapamu yang telah lama engkau tinggalkan. Di

samping itu tugas berat dan mulia menantimu

untuk mengembangkan Islam di sana."

H.Mas’oed Abidin 37

Page 38: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

"Syukur Alhamdulillah", kata Syekh

Burhanuddin.

"Hatimu telah terbuka dan aku mendoa ke

hadhirat Allah subhanahu wata'ala, semoga

cahaya hatimu menyinari seluruh alam

Minangkabau. Kini, engkau, aku lepaskan.

Namun dengar baik-baik! Guru di Madinah ada

empat orang, yakni Syekh Ahmad al Kusasi,

Syekh Qadir al Jailani, Syekh Laumawi. Ketika

aku berangkat ke tanah Jawi ini beliau memberi

amanat yang harus kusampaikan kepadamu.

Sesungguhnya nama Burhanuddin yang

engkau pakai adalah nama pemberian guruku

itu dan ia mengirimkan sepasang jubah dan

kopiah. Terimalah ini dari padaku supaya

sempurna amanat yang kubawa dan suatu

kemuliaan bagi engkau dengan sepasang

pakaian ini tanda kebesaran ilmu yang penuh di

dadamu!"

Hari ini adalah saat perpisahan antara guru

dengan murid dan meninggalkan mesjid Singkil

untuk selama-lamanya bagi Syekh Burhanuddin.

Syekh Abdur Rauf melepas Syekh Burhanuddin

dengan sebuah taufah dan menyediakan perahu

disertai sembilan orang yang akan mengawalnya

selama dalam perjalanan. Rombongan ini

dipimpin oleh Tuanku Nan Basarung dengan

H. Mas’oed Abidin38

Page 39: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU pesan supaya mengantarkan Syekh Burhanuddin

sampai di kampung halamannya.

Pada saat itu telah terjadi perubahan

hubungan antara Aceh dengan Minangkabau.

Daerah yang selama ini berada di bawah

kekuasaan Aceh satu persatu ingin melepaskan

diri. Demikian juga halnya dengan Minangkabau.

Telah terjadi beberapa kali perkelahian dan

peperangan yang banyak memakan korban. Di

antaranya gugur seorang panglima bernama

Sisangko, kemenakan panglima Kacang Hitam,

cucu Ami Said yang berkubur di Pulau Angso.

Perahu Syekh Burhanuddin mendarat di Pulau

Angso di muka pantai Pariaman untuk

beristirahat dan meninjau keadaan di darat.

Bersama dengan pengawalnya kemudian mereka

mendekati pantai Ulakan. Perahu Syekh

Burhanuddin adalah perahu Aceh, sehingga

penduduk di sekitar pantai telah siap berjaga-

jaga lengkap dengan senjata menunggu

kemungkinan yang akan terjadi. Melihat keadaan

seperti itu Syekh Burhanuddin berpendapat lebih

baik kembali ke Pulau Angso menunggu saat

yang baik.

Namun, Tuanku Nan Basarung berpendapat

lain. Tugasnya adalah mengantarkan orang

kampung mereka sendiri yang telah merantau ke

H.Mas’oed Abidin 39

Page 40: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Aceh beberapa tahun. Dengan keras hati ia

mendayung sendiri ke pantai. Ia disambut

dengan perkelahian melawan orang banyak.

Walaupun ia memperlihatkan keberaniannya,

namun akhirnya ia gugur dalam melakukan

tugas yang diembannya. Syekh Burhanuddin

tinggal sendirian di Pulau Angso setelah

pengawalnya yang delapan orang itu disuruhnya

kembali ke Aceh. Ia berpesan kepada Syekh

Abdur Rauf bahwa ia telah sampai di kampung

halamannya dan akan menyelamatkan jenazah

Tuanku Nan Basarung.

Melalui seorang nelayan, Syekh Burhanuddin

mengirimkan sepucuk surat kepada teman

akrabnya, Idris Majo Lelo yang menyatakan

beliau sudah kembali dari Aceh dan sekarang

berada di Pulau Angso. Perahu yang mendekati

pantai Ulakan kemarin adalah perahu saya yang

sengaja dikirim oleh Syekh Abdur Rauf.

Setelah menerima surat tersebut, Idris Majo

Lelo menyampaikan isi dan maksud surat

tersebut kepada pemimpin dan rakyat Ulakan.

Besoknya, Idris Majo Lelo diiringi beberapa orang

menjemput ulama ini ke pantai Kenaur dekat

Pariaman. Kedua teman ini berjabat tangan

setelah sekian lama berpisah.

H. Mas’oed Abidin40

Page 41: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Sesaat kemudian mereka berangkat ke

Padang Langgundi, Ulakan. Di sanalah mereka

bermalam. Sebagai tanda kenang-kenangan

kembali dari menuntut ilmu, Syekh Burhanuddin

menanam ranting pinago biru yang dibawa dari

Aceh. Beliau berpesan kepada Idris Majo Lelo

bila ajal sampai kelak ia dikuburkan dekat pinago

biru ini.

Menyebarkan Ajaran Islam

Di Tanjung Medan ada sebidang tanah milik

Idris Majo Lelo, pemberian dari Raja Ulakan. Ke

sanalah Syekh Burhanuddin dibawanya.

Dimulainyalah tugas suci mengajar dan

menyebarkan ajaran Islam. Usaha pertama

dilakukannya di lingkungan keluarga Idris Majo

Lelo. Kemudian diikuti oleh tetangga terdekat.

Walaupun mendapat tantangan dari golongan

ninik mamak dan pemimpin mesyarakat lainnya

yang khawatir pengaruhnya akan berkurang,

namun akhirnya sebagian besar masyarakat

Tanjung Medan sudah menganut agama Islam

yang taat.

Syekh Burhanuddin meresapkan agama Islam

dengan cara lunak dan berangsur-angsur.

Jalan yang dilakukan adalah menerapkan

salah satu ayat al Quran yang berbunyi la iqraha

H.Mas’oed Abidin 41

Page 42: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

fiddin, tidak ada paksaan dalam menjalan

agama.

Kegagalan sewaktu di Sintuk dulu

diperbaikinya sekarang setelah mendapat ilmu

dakwah dari gurunya, Syekh Abdur rauf.

Ternyata cara baru ini berhasil dilaksanakan

dengan baik. Beliau yakin bahwa kegagalan di

Sintuk merupakan keberhasilan yang tertunda,

yang baru menampakkan hasil setelah beliau

melakukan dakwah islamiyah di dalam dan di

luar nagari Ulakan.

Dalam usaha meresapkan ajaran Islam

terutama diarahkan kepada anak-anak yang

masih "bersih" dan mudah dipengaruhi.

Diusahakan oleh Syekh Burhanuddin agar anak-

anak bermain di halaman surau.

Syekh Burhanuddin ikut pula bermain

bersama-sama dengan anak-anak tersebut.

Setiap memulai permainan Syekh Burhanuddin

selalu mengucapkan nama Tuhan, bismillahir

rahmanir rahim dan bacaan doa-doa lain.

Itulah sebabnya anak-anak tertarik ingin

belajar dan ingin mengetahui isi doa yang

dibaca beliau. Setelah murid-murid makin

banyak mengaji, akhirnya setelah

dimusyawarahkan secara gotong royong

H. Mas’oed Abidin42

Page 43: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU dibangun sebuah surau di Tanjung Medan yang

sampai sekarang dapat kita saksikan tempat

mengaji bagi anak-anak dan santri.

Kesepakatan Bukit Marapalam

Berita kegiatan Syekh Burhanuddin di Ulakan

ini meluas sampai ke daerah lain, ke Gadur

Pakandangan, Sicincin, Kapalo Hilalang, Guguk

Kayu Tanam terus ke Pariangan Padang Panjang

dan akhirnya sampai ke Basa Ampek Balai dan

raja Pagaruyung sendiri.

Alam Minangkabau waktu itu menjadi

goncang dan perhatian tertuju ke Ulakan sebagai

pusat pendidikan dan penyiaran Islam dengan

mengintensifkan ke seluruh pelosok

Minangkabau. Cara yang dilakukan ialah, dengan

meminta restu kepada Raja Pagaruyung. Apabila

Raja telah yakin akan kebenaran agama Islam ini

Alam Minangkabau akan mudah dipengaruhi.

Secara kebetulan, salah seorang temannya

belajar di Aceh, Datuk Maruhum Basa, diangkat

oleh Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung

sebagai Tuan Kadhi di Padang Ganting.

Dengan diiringkan oleh Idris Majo Lelo, Syekh

Burhanuddin menemui Raja Ulakan yang

bergelar Mangkuto Alam, kemenakan Datuk

H.Mas’oed Abidin 43

Page 44: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Maninjun Nan Sabatang dan Ami Said, cucu

Kacang Hitam dengan maksud menyampaikan

niatnya memperluas ruang lingkup kegiatan

dakwah. Dengan kepandaian berbicara akhirnya

Mangkuto Alam ditunjuk menghadap Daulat Raja

Pagaruyung. Ajakan ini diterima baik oleh

Mangkuto Alam setelah dimusyawarahkan

dengan "Orang Nan Sebelas di Ulakan."

Berangkatlah Syekh Burhanuddin dan Idris

Majo Lelo bersama dengan Mangkuto Alam dan

Orang Nan Sebelas Ulakan dengan diiringkan

hulubalang seperlunya menghadap Daulat Yang

DipetuanRaja pagaruyung. Pertama yang ditemui

Datuk Bandaharo di Sungai Tarab. Atas inisiatif

Datuk Bandaro diundanglah basa Ampek balai

untuk membicarakan maksud dan tujuan "orang

Ulakan" tersebut., minta izin menyebarluaskan

ajaran Islam di Minangkabau.

Tempat sidang diadakan di sebuah bukit yang

dikenal dengan nama "Bukit Marapalam"

Keduanya merupakan norma hukum dan saling

isi mengisi yang akan jadi pedoman hidup

masyarakat Minangkabau. Inti sari konsepsi

Marapalam melahirkan ungkapan "adat basandi

syarak, sebagaimana disinggung oleh Scherieke

dalam bukunya "Pergolakan Agama di Sumatra

Barat (terjemahan) sejak tahun 1668 konsepsi

H. Mas’oed Abidin44

Page 45: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Marapalam itu dicetuskan sehingga alim ulama

di Minangkabau telah dapat melibatkan rakyat

dalam suatu aksi politik agama.

Konsepsi Marapalam ini dengan kerendahan

hati disampaikan ke hadapan daulat Raja

Pagaruyung. Kepada pembesar kerajaan

dimintakan pertimbangan yang diterima dengan

suara bulat.

Syekh Burhanuddin dan pengikutnya

diberikan kebebasan seluas-luasnya

mengembang agama Islam di seluruh Alam

Minangkabau.

Dalam pepatah adat disebutkan batas-

batasnya, " di dalam lareh nan duo, luhak nan

tigo, dari ikue darek kapalo rantau sampai ke

riak nan badabue" Syekh Burhanuddin dengan

gerakannya dilindungi oleh kerajaan Pagaruyung.

Bagaimana usaha Syekh Burhanuddin berhasil

mencapai kesepakatan dalam waktu yang

singkat dengan Yang Dipertuan Raja

Pagaruyung? Tak heran peranan gurunya di Aceh

dengan filsafah "adat bak po teumeureuhum,

huköm bak syiah kuala", (adat kembali pada

raja, Iskandar Muda, hukum agama pada Syiah

Kuala) teralir dalam pikiran muridnya Syekh

Burhanuddin di Ulakan.

H.Mas’oed Abidin 45

Page 46: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Daerah pesisir sebagai bagian dari rantau

Yang Dipertuan Pagaruyung menentang

kehadiran Persatuan Dagang Belanda (VOC)

yang mencoba menerapkan penguasa tunggal

dalam perdagangan dan memecah belah rantau

pesisir. Di antaranya dengan menciptakan

Perjanjian Painan tahun 1662.

Sedang di daerah pesisir mulai berkembang

surau-surau yang mengadakan perlawanan

terhadap monopoli dagang, seperti Muhammad

Nasir dari Koto Tangah, Tuanku Surau Gadang di

Nanggalo.

Antara Syekh Burhanuddin dengan Yang

Dipertuan Raja Pagaruyung mempunyai

kepentingan yang sama yaitu keutuhan Alam

Minangkabau.

Dengan kedua kepentingan antara keutuhan

daerah rantau kesepakatan mudah dicapai

antara Syekh Burhanuddin dengan Yang

Dipertuan Pagaruyung. Kesepakatan inilah yang

sering disebut dengan Perjanjian Marapalam.

Kemudian usaha Belanda ingin memasuki

pedalaman Minangkabau dirintis oleh Thomas

Diaz yang berangkat dari Patapahan menembus

hutan rimba dan tiba di Buo (1680) disambut

Raja Malio. Pengalaman Syekh Burhanuddin

bersama gurunya, Syekh Abdur Rauf sebagai

H. Mas’oed Abidin46

Page 47: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU mufti kerajaan Aceh, menambah wawasan Syekh

Burhanuddin dalam politik keagamaan di

Minangkabau.

Peristiwa bersejarah di Bukit Marapalam dan

Titah Sungai Tarab menghadap kepada Yang

Dipertuan Kerajaan Pagaruyung telah tersiar di

seluruh pelosok Alam Minangkabau dan

menerima agama Islam dengan kesadaran. Islam

diakui sebagai agama resmi. Adat dan agama

telah dijadikan pedoman hidup dan saling

melengkapi. Saat itu lahirlah ungkapan "adat

menurun, syarak mendaki. Artinya adat datang

dari pedalaman Minangkabau dan agama

berkembang dari daerah pesisir.

Syariat Islam yang dibawa dan dikembangkan

oleh Syekh Burhanuddin telah menyinari Alam

Minangkabau banyaklah orang yang menuntut

ilmu agama. Dari mana-mana orang

berdatangan ke Tanjung Medan. Nama Tanjung

Medan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran

ilmu Islam sudah masyhur. Surau Tanjung Medan

penuh sesak dengan murid-murid beliau.

Untuk menampung mereka dibangun lagi

surau-surau disekeliling surau asal. Menurut

catatan terdapat 101 buah surau baru di Tanjung

Medan yang merupakan satu kampus,

H.Mas’oed Abidin 47

Page 48: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

permulaan sistem pesantren yang kita kenal

sekarang.

Perjanjian Marapalam kemudian berkembang

menjadi suatu proses penyesuaian terus

menerus antara adat dan agama Islam, saling

menopang sebagai pedoman hidup masyarakat

Minangkabau.

Syekh Burhanuddin telah meninggalkan jasa

yang gilang gemilang. Namanya senantiasa akan

hidup terus dan tak terlupakan sepanjang masa.

Sebelum meninggal dunia, Syekh Burhanuddin

tidak lupa mendidik kader penerus dalam usaha

menyebarluaskan ajaran Islam yang dilakukan

melalui latihan dan pendidikan.

Untuk meneruskan perjuangan beliau, Syekh

Burhanuddin melatih dan mendidik dua orang

pemuda Tanjung Medan, Abdul Rahman dan

Jalaluddin yang akan menggantikan kedudukan,

"khalipah" kelak. Menurut penilaiannya kedua

anak muda ini memenuhi pesyaratan dalam

mengemban tugasnya, baik dari akhlak,

kecerdaan serta ketrampilan dakwah. Untuk itu

ditetapkan Abdul Rahman sebagai khalipah I.

Idris Majo Lelo, teman akrab Syekh

Burhanuddin sedari muda bekerja bahu

membahu dalam menegakkan agama Islam.

H. Mas’oed Abidin48

Page 49: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Sebagai kehormatan atas jasanya, Idris Majo

Lelo diangkat menjadi Khatib nagari Tanjung

Medan dan jabatan itu berlangsung sampai

sekarang.

Tharekat Ulakan

Ajaran yang dikembangkan Syekh

Burhanuddin sebagai penganut mazhab Sjafii

adalah tharikat Syattariyah, yang dinamakan

juga tharikat Ulakan atau "martabat yang tujuh".

Martabat yang tujuh adalah mengenai

ketujuh tahap pancaran dari "ada yang mutlak",

bersumber dari ajaran al Halaj, Ibnu Arabi.

Menurut ajaran ini semua yang di alam

merupakan pancaran dari Allah. Pikiran ini

dikembangkan dari ajaran Wihdatul wujud,

bersatu dengan Tuhan. Penganjur faham

wihdatul wujud di Aceh adalah Syamsuddin Pasai

al Sumatrani dan Hamzah Fansuri. Menurut

Syamsuddin al Sumatrani, bahwa Allah itu roh,

dan wujud kita ini roh dan wujud Tuhan.

Sedangkan Hamzah Fansuri mengatakan

bahwa asal roh itu qadin, yakni roh Muhammad

s.a.w. karena ia dijadikan Allah dari pada nur

zatnya yang qadin. Man 'arafa nafsahu, faqad

'arafa rabbahu (siapa yang mengenal dirinya,

berarti mengenal Tuhannya), yang oleh Hamzah

H.Mas’oed Abidin 49

Page 50: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Fansuri diartikan bahwa manusia bersatu

dengan Tuhan, bersatu sifat dengan zat.

Adapun ajaran tharikat Syattariyah

mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain:

a. tentang lafadz bahasa Arab dari pada imam

dan upacara-upacara berdasarkan bahasa

Arab yang kuno dan kurang murni.

b. Permulaan dan akhir puasa dilaksanakan

semata-mata atas rukyah, dalam arti dapat

dilihat dengan mata adanya bulan.

Pengaruh tharikat ini masih dapat disaksikan

sekarang lewat "basapa" ke makam Syekh

Burhanuddin di Ulakan. Dalam komplek makam

tersebut, pengikutnya melakukan ratib semalam

suntuk. Dalam ajaran tharikat, pendekatan dan

penghormatan kepada guru diutamakan sekali.

Jalan pikiran manusia dalam ajaran tharikat turut

mempengaruhi akan peningkatan amalannya

melalui makrifat (ilmu) dan hakikat (kebenaran

sejati = Tuhan).

Untuk memperoleh makrifat, perlu guru atau

khalipah. Tanpa guru, makrifat tidak akan

berhasil mencapai hakikat. Fungsi guru di sini

adalah sebagai perantara (rabuthah). Guru

menjadi komponen utama dalam

menghubungkan seseorang dengan Tuhannya

H. Mas’oed Abidin50

Page 51: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU (hakikat), karenanya doa guru perlu disebut.

Menyebut nama guru ialah memudahkan doa

diperkenankan.

Proses pencapaian hakikat yang telah

diajarkan guru menuntut penghormatan kepada

guru, sehingga setelah meninggal jasa guru

perlu diingat dalam bentuk ziarah ke makamnya.

Dalam pikiran si murid, ulama dan guru tharikat

dianggap mempunyai kelebihan yang luar biasa

hingga dianggap keramat.

Tanah dan tempat-tempat yang pernah

dipakai oleh ulama tersebut perlu dihormat dan

dikunjungi.

Banyak di antara murid-murid Syekh

Burhanuddin yang mengembangkan ajaran

tharikat ini di Minangkabau. Salah seorang murid

yang terkenal ialah Tuanku Mansiang di

Paninjauan.

Setelah Syekh Burhanuddin wafat, banyak

pula orang yang berguru kepada Tuanku

Mansiang ini. Perkembangan kemudian cepat

berubah sesuai dengan perkembangan

pedalaman Minangkabau, Murid-murid Tuanku

Mansiang ini mendirikan surau-surau di

kampungnya dalam mengembangkan

keahliannya masing-masing.

H.Mas’oed Abidin 51

Page 52: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pada pertengahan kedua abad ke-18 terjadi

perkembangan ilmu pengetahuan, politik dan

lahirnya cendekiawan sebagai salah satu unsur

kepemimpinan tali Tigo Sapilin.

Sejalan dengan itu lahir pula pembaharuan

pemikiran agama Gerakan "kembali ke syariat"

yang lebih dikenal dengan sebutan Gerakan

Padri (1784 - 1821) untuk mengatasi kemajuan

kehidupan masyarakat pada masanya.

Semuanya hasil pendidikan surau Syekh

Burhanuddin di Tanjung Medan, Ulakan.

AJARAN TARIKAT

DI MINANGKABAU

Pada awal perkembangan Islam lahir suatu

kelompok persaudaraan (tarikat) sebagai suatu

cara mendekatkan diri kepada Allah. Tarikat

adalah cabang ilmu agama yang disampaikan

filosof Islam. Penganutnya yang taat disebut sufi.

Seorang sufi menuntut ilmu agama bertahun-

tahun yang diajarkan seorang guru.

H. Mas’oed Abidin52

Page 53: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Pada masa itu, tarikat dan surau dapat

menyesuaikan diri dengan lembaga yang ada di

Minangkabau, tanpa menimbulkan pertentangan.

Pesantren (surau) lahir dan diterima seluruh

masyarakat sebagai tambahan lembaga

kehidupan di desa. Kelompok tarikat mahir

menanggapi situasi dan lebih menekan ajaran

pada usaha ketentraman batin sebagai hamba

Allah. Latihan kejiwaan dan zikir diselenggarakan

untuk mengingat Allah sehingga terpelihara

kesinambungan kehidupan di desa.

Pada abad ke-18, di Minangkabau terdapat

tiga kelompok tarikat: Naqsyabandiyah,

Syattariyah dan Kadiriyah. Ciri ketiga kelompok

itu sama, yaitu kepatuhan sepenuhnya yang

dituntut dari seorang murid kepada gurunya.

Di tempat belajar, mereka mengenal ajaran

Islam, disiplin dan latihan yang diterapkan

masing-masing guru.

Guru dan guru tuo (guru pembantu) mengajar

membaca Qur’an, tafsir dan kaedah agama serta

praktek lainnya untuk mencari keridhaan Allah

dengan tertib. Pada sore hari para santri

berkumpul sambil melaksanakan zikir dengan

menyebut asma Allah.

Organisasi sekelompok surau, kadang-kadang

terdiri dari 20 bangunan yang ditempati santri

H.Mas’oed Abidin 53

Page 54: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dari berbagai daerah. Setiap surau berada di

bawah pengawasan seorang guru tuo. Murid-

murid harus ikut membantu guru bekerja di

kebun atau sawahnya. Pada masa sibuk bertani,

belajar sering terganggu. Di samping itu, murid

menanam pisang atau buah-buahan di sekitar

surau mereka. Kehidupan mereka tergantung

dari hasil pertanian yang dijual ke pasar setiap

minggu. Surau-surau besar, biasanya berdiri di

desa-desa pusat perbelanjaan, yang disebut

pakan.

Seorang murid harus berpegang teguh pada

kepatuhan diri kepada guru. Kepatuhan ini

merupakan dasar sebelum melangkah

mempelajari ajaran Islam.

Pengajaran dasar bagi seorang muslim ialah

membaca Al Qur’an yang lebih menekankan

pada tajwid, bunyi (fonem) yang benar menurut

tata bahasa Arab. Sebelum memperdalam kitab

suci Al Qur’an, mereka harus pula mempelajari

nahu sharaf, tata bahasa Arab.

Bagi yang mendapat kesulitan

mempelajarinya, dapat beralih mempelajari

hukum Islam, syariat. Kajian syariat disebut fikih.

Buku fikih yang dipakai di semua surau tarikat

umumnya sama yaitu mengajarkan tiang Islam,

arkanul khamsah, yang digolongkan ke dalam

H. Mas’oed Abidin54

Page 55: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU ibadah sebagai dasar kewajiban seorang muslim.

Kemudian diikuti dengan bimbingan berperilaku

yang benar. Lanjutannya ialah mempelajari

hukum yang berkaitan dengan pengendalian

hubungan sesama manusia, seperti hukum

warisan, dan lain-lain.

Surau-surau yang memperdalam kajian pokok

tentang hukum tersebut umumnya menjadi

surau yang mempunyai nama baik di

Minangkabau. Surau-surau Naksyah-bandiyah

umumnya terletak di desa-desa persimpangan

jalan perniagaan atau desa-desa pertanian yang

makmur.

Guru-guru tarikat bekerja sebagai petani

untuk nafkahnya sehari-hari. Sebagai guru, ia

harus pula menyiapkan suatu buku fikih dan doa-

doa upacara dalam bahasa Melayu berdasarkan

sumber-sumber dari bahasa arab.

Tarikat Syattariyah lebih banyak dikenal

pada akhir abad ke-18, yang diperkenalkan di

Sumatera oleh Abdur Rauf dari Singkil, Aceh

(1605-1693). Salah seorang muridnya bergelar

Syekh Burhanuddin, membawanya ke Ulakan

pada bagian ke dua abad ke-17. Dari Ulakan,

tarikat itu bersebar melalui jalur perdagangan

sampai ke Paninjauan dan Pamansiangan,

H.Mas’oed Abidin 55

Page 56: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

kemudian ke Koto Tuo, di daerah Agam bagian

selatan yang kaya dengan sawah.

Di sebelah barat Koto Tuo berdiri surau-surau

tarikat yang banyak menghasilkan ulama.

Daerah ini dikenal dengan nama Ampek Angkek

berasal dari nama empat orang guru yang terpuji

kemasyhurannya dalam tarikat Syattariyah.10

Murid-murid di surau Syattariyah mempelajari

rangkaian pengetahuan Islam. Salah satu buku

yang pedoman dalam kajian Syattariyah adalah

karya Abdul Rauf.

Surau- surau lain di pedalaman Minangkabau

memperdalam suatu cabang ilmu agama

tertentu, sehingga terdapat spesialisasi

pengajaran.

Tuanku di Kamang tempat memperdalam ilmu

alat, nahu shraf, tata bahasa Arab; Koto Gadang

dan Rao (Pasaman) dalam ilmu mantik maani,

ilmu logika Islam; Tuanku di Koto Tuo dalam ilmu

tafsir Qur’an, tarbiyah, pendidikan; Tuanku di

Sumanik dalam ilmu hadith, tafsir dan faraidh

(ilmu warisan); Tuanku di Talang (Solok) dalam

ilmu sharaf, dan Tuanku Salayo dalam badi’,

maani dan bayan.

H. Mas’oed Abidin56

Page 57: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Seorang santri dapat pula memperdalam ilmu

kepada guru lainnya. Dengan demikian, terjadi

mobilitasi sosial yang tinggi di Minangkabau.

Pada tahun 1803, terjadi suatu peristiwa yang

kelak membawa akibat yang lebih jauh.

HAJI MISKIN ( ± 1860 - 1830)

Haji Miskin berasal dari Batu Tebal, Ampek

Angkek, telah ikut serta bersama Tuanku nan Tuo

memperbaiki keamanan para pedagang. Ia

berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun

1803 bersama Haji Sumanik dan Haji Piobang.

Pada saat berada di Mekah, ia berkenalan

dengan aliran Zahiriyah yang dipelopori

Muhammad Abdul Ibnu Wahab ( 1703-1792),

sebagai lanjutan dari pemikiran Ibnu Taimiyah

(1263- 1308). Gerakan ini dikenal dengan nama

Gerakan Wahabi yang dapat mempergunakan

pengaruh keluarga Su'ud dari Nejd.

Ketiga haji itu menerangkan pengalaman

mereka masing-masing selama di Mekah kepada

tuanku-tuanku dan alim ulama di Luhak Agam,

H.Mas’oed Abidin 57

Page 58: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Tanah Datar dan Lima Puluh. Pada setiap

kesempatan, Haji Miskin menjelaskan aliran

Wahabi di Mekah dalam melaksanakan

pembaruan agama. Ia menganjurkan kembali ke

syariat berdasakan al Quran.

Mereka menentang menafsirkan fikih untuk

kepentingan dunia. Menentang bid'ah dan

khurafat yang dimasukkan ke dalam Islam.

Kembali ke ajaran yang murni, menurut ajaran

Wahabi, ialah menentang fatwa-fatwa ulama

yang mendasarkannya pada Qur an dan Hadis.

Di dalam fikih, kaum Wahabi menentang

segala macam qiyas. Di dalam kehidupan sehari-

hari, mereka menentang pemujaan orang

keramat. Hukumnya disamakan dengan

menyembah berhala. Mereka menentang minum

khamar, memakai pakaian dari sutra dan

memakai perhiasan emas.

Sekembali dari Mekah, Haji Miskin melengkapi

gagasan-gagasan pembaruan untuk mesyarakat

Minangkabau dengan ajaran-ajaran Al Quran

sebagai sumber hukumnya. Ia pindah ke daerah

IV Koto yang berbatasan dengan Agam bagian

selatan, suatu desa makmur di lereng Gunung

Singgalang. Ia menerapkan tuntunan hidup

berlandaskan kaidah agama dalam setiap sikap

hidup.

H. Mas’oed Abidin58

Page 59: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Haji Miskin meninggalkan Pandai Sikek dan

pindah ke Koto Laweh, suatu desa yang bersih, di

lereng Gunung Singgalang( 1805). Di desa ini

tinggal Fakih Saghir. Bersama Haji Miskin, Fakih

Saghir menerapkan hukum syariat pendamping

adat Minangkabau.

Dari Koto Laweh, Haji Miskin datang ke Bukit

Kamang. Kemudian ia tinggal bersama Tuanku

Nan Renceh di Surau Bansa (1807).

Haji Miskin dan Tuanku Nan Renceh mulai

mengatur rencana pembaruan secara

menyeluruh untuk menerapkan hukum

perdagangan Islam dalam melengkapi hukum

adat Minangkabau.

Para pedagang dapat menerimanya, baik

yang tinggal di Kamang atau maupun yang

datang ke sana. Mereka berjanji saling

membantu dalam transaksi antar pedagang.

Selama berada di Surau Bansa, Kamang,

Datuk Bandaro dan Malin Mudo dari Alahan

Panjang mendengar langsung ide pembaruan

dari pencetusnya, Haji Miskin. Tidak lama

kemudian Malin Mudo kelak dilantik menjadi

Tuanku Imam Bonjol* (1807).

Daerah Tuanku Nan Salapan dibentuk

bersama Tuanku nan Renceh terdiri dari Kamang,

H.Mas’oed Abidin 59

Page 60: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Candung, Ampek Angkek, Kubu Sanang,

Banuhampu, Sungai Puar, dan Padang Laweh. Di

daerah ini memancarkan kesejahteraan

penduduknya. Kekerasan dan perkelahian yang

terjadi akibat pengembangan pembaruan untuk

mengembalikan desa-desa melaksanakan syariat

Islam.

Kemudian Haji Miskin berunding dengan

Tuanku Nan Salapan. Mereka sepakat menunjuk

Tuanku Nan Renceh sebagai pemimpin Gerakan

Pembaruan, dan mencari seorang yang

berpengaruh untuk melindungi usaha

pembaruan. Pilihan jatuh kepada guru mereka,

Tuanku Nan Tuo

Tuanku Nan Tuo menyetujui maksud mereka,

tetapi tidak menyetujui kekerasan yang

dilakukan dalam pelaksanaannya. Kalau

pekerjaan mulia dilakukan dengan kekerasan,

akan menimbulkan kekacauan.

Cara ini dianggap menyimpang dari roh

Muhammad yang bijaksana. Inilah ajaran yang

tertera dalam 'Taufah mursala ila ruhun nabi.'

Sedangkan Tuanku Nan Renceh ingin

menerapkan gagasan-gagasan pembaruan yang

berbeda dengan cara yang dilakukannya dahulu

bersama Tuanku Nan Tuo.

H. Mas’oed Abidin60

Page 61: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Haji Miskin melanjutkan usaha pembaruan di

Luhak Lima Puluh. Pada tahun 1811, ia

berangkat ke ranah ini untuk menggugah ulama

muda, Malin Putih di Air Tabik, untuk melakukan

pembaruan. Ia berhasil baik. AiaTabit, suatu

daerah subur di kaki Gunung Sago. Fakih Saghir

datang kedaerah ini membantu Malin Putih yang

kemudian bergelar Tuanku Nan Pahit. Mereka

mendirikan sebuah benteng Bukit Kawi. Haji.

Miskin pindah ke Mesjid Sungai Lundi di nagari

Aia Tabik. khutbahnya berhasil menjadi sebab

lahirnya rencana perubahan.

Pembaruan yang dilancarkan Haji Miskin di Aia

Tabik bergema ke Halaban. Seorang ulama yang

mengikuti ajaran baru ini ialah Tuanku Luak di

Halaban.

Haji Miskin penyebar cita-cita dan ide

pembaruan masyarakat Minangkabau yang

terhunjam kuat dalam hati setiap tuanku- tuanku

atau ulama Muda di Tanah Minangkabau.

Dalam suasana ribut Haji Miskin mati

terbunuh dan dikuburkan di atas Bukit Kawi.

(1830).

H.Mas’oed Abidin 61

Page 62: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

TUANKU

Dalam tradisi adat yang diadatkan di

Minangkabau, gelar Tuanku adalah, gelar

pemimpin agama yang diberikan kepada

seorang ulama terkemuka, yang telah

menguasai ilmu agama (Islam) paripurna.

Lazimnya dibelakang gelar itu diikuti dengan

surau tempat ia mengajar. Gelar tuanku sebagai

pemimpin surau diresmikan dalam suatu

upacara.

Sedangkan gelar Syekh* sebagai gelar

tertinggi seorang ulama di Minangkabau,

merupakan “guru gadang” yang masih langka

pada awal Gerakan Kembali ke Syariat. Gelar

syekh diberikan oleh guru kepada muridnya

secara beranting sebagai kepercayaan telah

diakui mempunyai ilmu agama paripurna, seperti

halnya Pono diberi gelar Syekh Burhanuddin

Ulakan oleh gurunya, Abdurauf al Singkli.

Penobatannya dilakukan dengan memberikan

pakaian (jubah) pemberian guru Abdurrauf di

Mekah. Dengan demikian secara berantai terjadi

hubungan guru-murid yang tidak putus-

putusnya.

H. Mas’oed Abidin62

Page 63: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Setingkat di bawah Tuanku ialah gelar Peto

dan Labai*, bila seseorang yang telah menguasai

fikih, tarikat dan ilmu hakekat. Gelar ini berasal

dari Turki. Seorang labai atau peto hanya diberi

hak memimpin jamaahnya, dan belum berhak

memimpin surau sendiri.

Tingkat ketiga, Malin, gelar seorang guru

bantu (guru tuo) yang dipercaya tuanku

memberikan bimbingan kepada murid-murid

pada suatu surau. Seorang malin (maulana atau

mu’allim)* telah memiliki pengetahuan agama

yang lebih luas dari murid-murid lainnya.

Setelah bertahun-tahun belajar pada seorang

ulama (surau), seorang murid yang telah

menguasai ilmu fikih dan sanggup membaca

do'a-doa, lalu diberi gelar Pakih. Sedangkan yang

sanggup membaca Al Qur’an, diberi gelar Kari.

TUANKU NAN TUO

H.Mas’oed Abidin 63

Page 64: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

(1750 - l830)

Tuanku Nan Tuo adalah seorang ulama

pembaru Islam di pedalaman Minangkabau yang

memimpin surau di Koto Tuo*, Ampek Angkek

pada pertengahan abad ke-18.

Murid-Murid yang belajar di surau Syattariah

terbuka untuk mempelajari seluruh rangkaian

pengetahuan Islam. Salah satu buku yang

dipelajari adalah karya Abdurrauf yang

memperlihatkan penghargaan yang tertinggi

terhadap "syariat". Ajaran ini dibawa Syekh

Burhanuddin Ulakan sekembalinya belajar pada

Syekh Abdurrauf al Singkli di Aceh. Beberapa

surau Syattariyah mempelajari cabang ilmu

agama, sehingga terjadi spesialisasi pengajaran

agama Islam di Minangkabau.

Masing-masing surau itu memperdalam salah

satu cabang ilmu agama, seperti: Surau Kamang

dalam ilmu alat (nahu sharaf dan tata bahasa

Arab), Koto Gadang dalam mantik ma'ani, Koto

Tuo dalam ilmu tafsir Quran, tarbiyah dan

hadith), Surau Sumanik dalam ilmu faraidh

(pewarisan) hadis; Surau di Talang dalam badi',

maani dan bayan (tata bahasa Arab ), Tuanku di

Sumanik dalam ilmu hadis, tafsir dan faraidh,

H. Mas’oed Abidin64

Page 65: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Tuanku di Talang dalam ilmu sharaf, sedangkan

Tuanku di Salayo dalam ilmu nahu nan tiga

(badi', maani dan bayan. Kedua ulama terakhir

mencapai derajat yang tinggi sebagai ulamiyah.

Dalam hal ini Tuanku Nan Tuo mempelajari

ilmu-ilmu itu dari tuanku-tuanku itu, akhirnya

lebih dikenal sebagai ulama yang kisyaf yang

mempunyai pengetahuan yang luas dalam

mantik, maani, hadis, tafsir, tarbiyah, danu

agama lainnya.

Pada akhir abad ke-18, surau Koto Tuo

memperkenalkan pembaruan berdasarkan

hukum Islam kepada masyarakat luas. Murid

surau Koto Tuo kira-kira seribu orang berasal dari

pelosok Minangkabau dan daerah rantau.

Ajaran Syattariah yang diperkenalkan

mengenai ilmu hakekat, ilmu pengetahuan

tentang tauhid dalam 'mencari Tuhan'. Murid dan

guru melibatkan diri dalam perdagangan yang

berasal dari langganan luar negeri, seperti

Amerika, Inggeris, Tamil dan Gujarat.

Tuanku Nan Tuo berfatwa tentang

perlindungan terhadap pedagang dan

menguraikan syariat Islam yang berhubungan

dengan keamanan pedagang. Fatwa ini dikenal

dengan nama gerakan kembali ke syariat. Ia

mengajarkan murid-muridnya cara menggalang

H.Mas’oed Abidin 65

Page 66: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

persatuan bagi masyarakat Minangkabau

menurut perintah Tuhan. Inti ajarannya ialah

ketaatan pada ajaran-ajaran Al Quran dalam

mengatur harta warisan, penceraian dan jual beli

barang. Semenjak itu Tuanku Nan Tuo terkenal

sebagai pelindung pedagang.

Tuanku Nan Tuo bersama Haji Miskin, sebelum

menunaikan ibadah haji ke Mekah, mencari

jawaban tentang pembagian harta warisan

menurut fikih.

Menurut Tuanku Nan Tuo harta dibagi atas

harta pusaka dan harta pencaharian. Harta

pusaka diwariskan menurut hukum adat

Minangkabau. Harta pencaharian jatuh ke tangan

anak, dengan perbandingan antara anak laki

dengan anak perempuan 2: 1.

Tuanku Nan Tuo melihat banyak hal yang

sesuai antara adat dengan syariat menurut

mazhab Syafei, terutama yang berhubungan

dengan harta pusaka.

Semenjak tahun 1784, hukum Islam menjadi

kajian yang penting dari surau Koto Tuo. Murid-

murid Tuanku Nan Tuo yang terbaik ditugaskan

melaksanakan dakwah ke luar Ampek Angkek,

terutama desa yang menghalangi usaha

perdagangan. Semenjak itu Tuanku Nan Tuo

H. Mas’oed Abidin66

Page 67: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU dikenal sebagai pelindung pedagang di

Minangkabau.

Jalaluddin gelar Fakih Saghir yang kemudian

mendirikan surau di Koto Laweh, gerbang jalan

ke Pariaman melalui Mudik Padang; Tuanku

Bandaro dari Alahan Panjang meneruskan

pembaruan di Bonjol bersama Tuanku Imam

Bonjol; Pakih Muhammad bergelar Tuanku Rao di

Rao Mandahiling, Saidi Muning bergelar Tuanku

Pasaman kemudian bergelar Tuanku Lintau di

Lintau.

Pendidikan lainnya di surau Tuanku Nan Tuo

ialah ilmu bela diri, silat dan pencak sehingga

setiap murid siaga serempak menjadi pemuda

trampil dan mampu menggunakan senjata di

medan laga.

. Menjelang tahun 1790 daerah Ampek

Angkek mengalami kemajuan besar atas usaha

Tuanku Nan Tuo. Pedagang lebih senang

membawa barang dagangannya melalui Agam

terus ke Koto Laweh, kemudian meneruskan

perjalanannya melalui bukit antara Gunung

Singgalang dan Gunung Tandikek menuju Mudik

Padang dan terus ke Pariaman. Mereka dapat

bergerak dengan leluasa, yang belum pernah

dialami sebelumnya.

H.Mas’oed Abidin 67

Page 68: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pembaruan Islam dilaksanakan di surau-surau

yang memajukan pendidikan surau dan

memajukan perdagangan.

Pusat-pusat perdagangan di pedalaman

Minangkabau dikuasai oleh surau-surau, seperti

Tuanku Damansiang di Pandai Sikek, Jalaluddin di

Koto Laweh, Tuanku Nan Renceh di

Kamang;Tuanku Nan Tuo di Ampek Angkek, dan

kemudian Tuanku Bandaro dan Tuanku Imam

Bonjol di lembah Alahan Panjang Panjang,

Tuanku Rao di Rao, Tuanku Barumun di Kota

Pinang dan Barumun..

Telah terjadi pratagoni di daerah Islam

berkembang dengan pembaruan dan perbaikan

moral masyarakatnya yang memancarkan

kemakmuran..

Pemerasan yang sering terjadi terhadap

pedagang dan pemungutan pajak pengawasan

pada jalan dagang tradisional dari Jaho

Tambangan ke Bukit Punggung Jawi terus ke

Kayu Tanam dan Lubuk Alung yang diawasi

dubalang Tuanku Gadang dari Batipuh.

Dengan adanya perubahan itu di pedalaman

Minangkabau berlaku pertanian pola rakyat,

menggantikan pola raja yang dikuasai kerajaan

Pagaruyung.

H. Mas’oed Abidin68

Page 69: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Belanda memasuki Minangkabau pada tahun

1821 dan ingin menguasai pusat perdagangan di

pedalaman Minangkabau. Kemudian Belanda

mendirikan benteng Gedung Batu di Koto Tuo.

Selama enam tahun hulubalang Tuanku Mudo,

pangka tuo (pemimpin ) hulubalang Tuanku

Imam Bonjol tinggal di daerah Ampek Angkek.

Peperangan tak terelakkan antara pro

golongan pembaruan dengan pengikut Tuanku

Nan Tuo. Tuanku Nan Tuo meninggal dunia pada

tahun 1830 berlumuran darah di surau yang

dibangunnya dengan Qur an tetap dipegangnya.

TUANKU LINTAU

( ± 1770 -1832 )

Tuanku Lintau seorang ulama di Tanah Datar.

Ia anak seorang penghulu bergelar Datuk Sinaro.

H.Mas’oed Abidin 69

Page 70: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Nama kecilnya Saidi Muning dan belajar di surau

Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo, melanjutkan

pelajarannya di Natal dan Pasaman. Kemudian

memimpin suraunya yang terletak di pantai di

Pasaman. Semenjak itu ia dipanggil orang

Tuanku Pasaman.

Pada tahun 1813, Tuanku Pasaman kembali ke

kampung halamannya di Lintau, di lembah

Sinamar. Ia berpendapat, misinya harus

diarahkan pada pembaruan tingkah laku

masyarakat di sekitar kerajaan Pagaruyung. Ia

sangat terkesan dengan pembaruan yang

dilakukan Tuanku Nan Renceh, di Kamang.

Muningsyah, Raja Pagaruyung, tidak

menentang gerakan pembaruan yang dilakukan

Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Pasaman di

Lintau untuk perbaikan moral masyarakat Tanah

Datar. Tetapi, kerajaan Pagaruyung dan beberapa

desa-desa sekitarnya, acuh tak acuh terhadap

kehidupan masyarakat. Mereka bahkan

menunjukkan permusuhan, sehingga timbul

pertentangan di tengah masyarakat.

Kerusuhan menjalar ke desa-desa sebelah

timur Tanah Datar.

Tuanku Pasaman memutuskan mengakhiri

sifat otonomi desa yang berlaku selama ini. Raja

Pagaruyung tidak mempunyai niat untuk

H. Mas’oed Abidin70

Page 71: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU melakukan pembaruan. Sesungguhnya

Pagaruyung telah lumpuh. Tuanku Pasaman

berkesimpulan, prasyarat berhasilnya

pelaksanaan idenya, ialah dengan jalan

melaksanakan administrasi pemerintahan yang

seragam di Tanah Datar. Tindakan yang akan

dilakukannya ialah menyingkirkan keluarga

kerajaan, dan menyerang desa-desa yang paling

erat dengan kerajaan Pagaruyung. Ia yakin

bahwa sistem kerajaan Pagaruyung menjadi

penghalang cita-citanya.

Pada tahun 1815, ia mengajak Raja Alam

beserta keluarga kerajaan lainnya untuk

bermusyawarah di Koto Tangah, antara Barulak

dengan Saruaso. Pada pertemuan itu tiba-tiba

Tuanku Pasaman menuduh Raja Alam kurop dan

tidak beragama. Ia memerintahkan menyerang

raja. Banyak anggota keluarga Pagaruyung mati

terbunuh dalam peristiwa itu, termasuk dua

orang anak Raja Alam Pagaruyung. Raja

Muningsyah bersama cucunya dapat meloloskan

diri ke Lubuk Jambi. setelah terjadi Peristiwa Koto

Tangah itu.

Tuanku Pasaman menyerang Lubuk Jambi

pada tahun 1823 untuk dapat menguasai kota

dagang di pantai timur melalui Sinamar. Tuanku

Pasaman berusaha memperkuat kedudukannya

H.Mas’oed Abidin 71

Page 72: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

di mata penduduk pusat kerajaan. Ia mengawini

anak Raja Ibadat terakhir yang meninggal pada

tahun 1817.

Kemudian ia memindahkan kedudukannya

dari Sumpur Kudus ke Lintau dan menyatakan

dirinya sebagai pemegang waris Raja Adat dan

Raja Ibadat. Semenjak itu pula ia lebih dikenal

dengan gelar Tuanku Lintau.

Tuanku Lintau dapat meluaskan sistem administrasi

Padri di daerahnya dengan dukungan hulubalang yang

berpakaian merah untuk membedakannya dengan

dubalang yang berwarna hitam. Di daerah bukit

sebelah timur Lintau, sistem Padri diterima dengan

baik. Penduduk Buo dan Kumanis menganut ajaran

Padri. Di sebelah utara Lintau, di lereng Gunung Sago,

berada di bawah hulubalang Tuanku Lintau yang

bernama Tuanku Halaban.

Sehubungan dengan serangan itu, dasar-dasar

ekonomi dan politik Kerajaan Pagaruyung lumpuh.

Keluarga kerajaan berusaha menyelamatkan diri dari

kehancuran dengan kembali kepada sekutu lama,

Belanda. Semua nagari yang terletak pada jalur Koto

Piliang ke pantai barat ikut menandatangani perjanjian

dengan Belanda pada tahun 1819. Nagari-nagari ini

diwakili dua beradik Sultan Saruaso dan Raja Alam

Bagagarsyah dari Pagaruyung dan Nagari Duo

Puluh Koto dan Batipuh. Mulai saat itu Gerakan

H. Mas’oed Abidin72

Page 73: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Pembaruan Padri berhadapan dengan Belanda

yang kemudian berubah menjadi Perang Padri.

Kawasan Lintau dipisahkan dengan pusat

Tanah Datar oleh punggung bukit barisan dengan

lembah-lembah yang dalam. Bukit pemisah ini

ialah Bukit Marapalam dipergunakan sebagai

benteng perlindungan yang sulit ditembus dari

arah Tanah Datar. Punggung bukit di sekitar

Lintau ditanam dengan kopi.

Kawasan ini merupakan pertemuan bukit yang

membentuk lereng-lereng yang mendaki. Di

sela-sela bukit ini mengalir mata air yang dapat

dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah yang

terletak di tengah kebun kopi, dikelilingi oleh

sawah yang subur, yang mendatangkan

kesejahteraan penduduknya.

Halaban dan Lintau semenjak lama

mempunyai hubungan dagang dengan pantai

timur, di hulu Kampar Kiri dan Kampar Kanan.

Pada tahun 1813, ia membenahi desanya,

Lintau. Semenjak tahun 1820 melakukan upaya

mengawasi lalu lintas perdagangan jalur

Indragiri. Sejak itu pula ia terkenal sebagai

Tuanku Lintau. Penduduk Lintau melakukan

penukaran kopi dengan barang-barang katun

dan garam. Terbukti bahwa terdapat hubungan

H.Mas’oed Abidin 73

Page 74: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

antara kemakmuran dengan diterimanya asas

pembaruan Islam (Protagoni).

Kedatangan serdadu Belanda ke Tanah Datar

dilaporkan kepada Tuanku Imam Bonjol oleh

Tuanku Kacik. Utusan itu menyatakan bahwa

pasukan Belanda dengan sekutunya akan

menyerang Lintau.

Pasukan Belanda menyerang Bukit Marapalam,

bergerak dari Pagaruyung dengan kekuatan 8

pucuk meriam. Pasukan ini dapat dipukul

mundur sampai ke desa Tanjung. Empat pucuk

meriam dapat dirampas hulubalang Lintau.

Empat hari kemudian, Belanda kembali mencoba

menyerang Bukit Marapalam dari arah desa

Tanjung. Peristiwa ini terjadi pada 13 April 1823.

Pasukan hulubalang Bonjol di bawah pimpinan

Tuanku Mudo yang sedang berada di Ampek

Angkek, mendengar serangan Belanda ke Bukit

Marapalam itu, segera bergerak ke lembah Bukit

Marapalam. Pasukan Bonjol menyerang dari arah

utara sehingga hulubalang Lintau dapat

menguasai medan pertempuran. Pasukan Lintau

dan hulubalang Bonjol dapat menguasai

lapangan pertempuran.

Kekalahan ketiga kalinya bagi pasukan

Belanda terjadi pada tanggal 16 April 1823 yang

dikenal sebagai Hari Keprajuritan Perlawanan

H. Mas’oed Abidin74

Page 75: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Lintau. Peristiwa serangan Belanda dan

perlawanan hulubalang Lintau tercantum pada

relief Museum Perjuangan Taman Mini Indonesia

Indah, Jakarta. Pada serangan itu Belanda

mendapat kekalahan tiga orang perwira, 45

serdadu Belanda mati, 9 perwira luka dan 178

prajurit menderita luka. Empat buah meriam

Belanda dapat dirampas.

Pertahanan Tuanku Lintau (1813-1830) baru

ditembus pasukan Belanda melalui

pengkhianatan yang dilakukan dalam malam

pekat ketika hujan turun dengan deras.

TUANKU NAN

RENCEH

( ± 1780 - 1832)

H.Mas’oed Abidin 75

Page 76: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Seorang ulama yang cerdas, murid Tuanku

Nan Tuo. Setelah menyelesaikan pendidikan di

Koto Tuo, ia kembali ke kampung halamannya, di

Bansa, Kamang. Tuanku Nan Renceh

mengundangkan jihad dari Surau Bansa,

Kamang.11

Walau sebagai seorang petani, ia mampu

memberikan pelajaran dengan semangat

perjuangan di suraunya. Ia melakukan

penyerangan terhadap nagari sekitarnya, seperti

Kamang, Tilatang, Padang Tarok, Ujung Guguk,

Candung, kemudian Matur dan Lima Puluh.

Dengan tubuhnya yang kurus tinggi dan

pandangan mata yang menyala ia memberi

contoh bagaimana ajaran agama ditegakkan

tanpa ditawar-tawar.

Masyarakat ingin ditegakkan adalah

masyarakat muslim yang tidak mengenal

menyabung ayam, minuman keras, menghisap

candu, makan sirih dan tidak meminta doa ke

kuburan dan melarang laki-laki memakai sutra

dan perhiasan emas. Siapa yang tidak taat

dihukumnya.. Ia ingin menegakkan agama di

tengah masyarakat, dan tampak pengaruh

Wahabi dalam tindakannya.

Tuanku nan Renceh dapat menundukkan

seluruh daerah Kamang. Kemudian Magek, Salo,

H. Mas’oed Abidin76

Page 77: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Koto Baru. Di nagari yang mengakuinya disusun

pemerintahan menurut Islam dikepalai oleh

seorang imam dibantu oleh seorang kadhi.

Berangsur-angsur Tuanku Nan Renceh

menaklukkan nagari yang keras menantangnya.

Nagari itu dibakar dan dibinasakan. Pembaruan

yang dicanangkan itu akhirnya disetujui surau-

surau di Agam, antaranya tuanku nan salapan.

Haji Miskin kemudian berunding dengan

Tuanku Nan Renceh dari Surau Bansa (1807).

Tuanku Nan Renceh bersama Haji Miskin mulai

mengatur rencana pembaruan secara

menyeluruh. Mereka menghapuskan kebiasaan

buruk yang dilarang agama Islam.

Gagasan kedua orang pembaru ini untuk

menerapkan hukum perdagangan Islam

melengkapi hukum adat Minangkabau yang

diterima baik oleh pedagang, baik yang tinggal

di kamang, maupun yang datang ke Kamang

Musyawarah dengan tuanku nan salapan,

Tuanku Kubu Sanang, Tuanku Kalung, Tuanku

Ladang Laweh, Tuanku Padang Luar, Tuanku

Kubu Ambalau, dan Tuanku Lubuk Aur,

menghasilkan kesepakatan menunjuk Tuanku

Nan Renceh sebagai pemimpin geralan

pembaruan dan mencari seorang yang

berpengaruh untuk melindungi usaha

H.Mas’oed Abidin 77

Page 78: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

pembaruan yang akan dilakukan. Pilihan jatuh

kepada guru mereka, Tuanku Nan Tuo.

Perbedaan pendapat antara Tuanku nan

Renceh dengan Tuanku nan Tuo, tidak dapat

dielakkan. Tindakan Tuanku Nan Renceh tidak

disetujui Tuanku nan Tuo Tuanku Nan Tuo

melarang Tuanku Nan Renceh dengan beribu-ribu

orang Kamang yang ingin menyerang Kurai.

Akhirnya Tuanku Nan Tuo memanggil Tuanku

Nan Renceh musyawarah menghentikan

pembakaran dan pembunuhan sesama orang

Islam. Tuanku Nan Renceh mengemukakan jihad

berdasarkan fikih. Orang yang tidak

menjalankan perintah agama dapat dirampas

harta dan jiwanya.

Tuanku Nan Tuo mendasarkan pikirannya pada

tarikat, Tindakan kekerasan hanya boleh dilakukan

terhadap orang yang terang terangan menentang

ajaran Islam. Akhirnya perbedaan pendapat

diselesaikan dengan sumpah disaksikan Quran.

Di beberapa nagari, seorang ulama

ditempatkan dalam pemerintahan adat. Wadah

lain hasil perjuangannya jabatan Imam, yang

pada mulanya pemimpin sembahyang

berjamaah, dan kemudian ikut memimpin

pertahanan nagari, dan Tuan Kadi, mengatur

H. Mas’oed Abidin78

Page 79: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU akad nikah, talak rujuk dan pengawasan hukum

dalam nagari.

Perjuangan para ulama dikoordinasi ke dalam

Tuanku nan Salapan yang terdiri dari :

1. Tuanku nan Renceh dari Kamang

2. Tuanku Kubu Sanang

3. Tuanku Ladang Laweh di Banuhampu

4. Tuanku Padang Luar

5. Tuanku Galung di Sungai Puar

6. Tuanku Koto Ambalau

7. Tuanku Lubuk Aur

8. Tuanku Pamansiangan nan Mudo di

Mansiangan

Munculnya kelompok militan bukan ide

pembaruan yang dikembangkan. Tatkala

kelompok ini ingin melaksanakan aksinya,

mereka menghadap orang arif di Koto Tuo lebih

dahulu. Pengaruhnya atas masyarakat luas

merupakan faktor penentu. Apalagi sebagian

besar para ulama itu pernah menjadi murid

ulama besar ini. Pada awal gerakan pembaruan

ini dibina atas hubungan pemimpin kharismatik

dengan pengikutnya. Inilah yang disebut

hubungan guru murid.

H.Mas’oed Abidin 79

Page 80: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Usulan Tuanku Nan Renceh beserta

kelompoknya untuk melaksanakan aksi gerakan

dengan kekerasan tidak dapat diterima Tuanku

nan Tuo. Beliau sependapat dengan gagasan

untuk terus menegakkan prinsip-prinsip ajaran

Islam yang murni.

Dalam segala hal, Tuanku nan Tuo

menyediakan diri dan mencurahkan tenaganya

guna pembaruan, seperti telah dilaksanakannya

jauh sebelumnya. Tetapi ia berbeda pendapat

mengenai cara mencapai tujuan.

Maka dinasehatkannya agar mereka

menempuh jalan yang lebih lunak untuk

menghindarkan kerugian yang tidak diperlukan.

Dalam pengambilan keputusan mereka

menemukan jalan bersimpang dua. Tuanku nan

Tuo beserta murid-muridnya yang setia, tetap

melaksanakan pembaruan dengan cara lunak.

Sedangkan Tuanku nan Renceh dengan

kelompoknya mengambil jalan kekerasan.

Ternyata, Tuanku nan Renceh pula yang memikul

beban langkah pertama untuk melaksanakan

perubahan itu. Ia memulai gerakan di kampung

halamannya.

Pergolakan-pergolakan umum segera

menyebar ke nagari-nagari di seluruh

Minangkabau. Tuanku nan Renceh

H. Mas’oed Abidin80

Page 81: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU mengemukakan jihad berdasarkan fikih. Orang

yang tidak menjalankan perintah agama dapat

dirampas jiwa dan hartanya.

Tuanku nan Tuo mendasarkan fikirannya

menurut ajaran tarikat. Tindakan kekerasan

hanya boleh dilakukan terhadap orang yang

terang terangan menentang ajaran Islam.

Akhirnya perbedaan pendapat diselesaikan

dengan sumpah disaksikan Quran. Namun

demikian kelompok Tuanku nan Renceh meminta

Tuanku Pamansiangan nan Mudo sebagai

penasihat mereka.

Serangan Belanda, untuk menguasai

perdagangan kopi dan kulit manis dari Kamang,

di Koto Baru dan Kapau mendapat perlawanan

yang gigih dari hulubalang Tuanku nan Renceh.

Banyak korban yang berjatuhan di pihak

Belanda sehingga dipaksa mundur ke

Bukittinggi. Beberapa pucuk meriam Belanda

dapat direbut di Kapau. Serangan-serangan

Belanda merupakan pengalaman baru rakyat

Minangkabau berhadapan dengan penguasa

bangsa asing. Perlawanan semesta dengan

menggunakan parit dan rintangan alam seperti

bukit, lembah dan gunung.

Sentot, seorang bekas pemimpin pasukan

Diponegoro yang dikirim Belanda ke

H.Mas’oed Abidin 81

Page 82: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Minangkabau bersama 300 orang

pasukannya.(1829). Pasukan Raden Noto

Prawiro dan T. Prawiro Sabiro menyerang

kedudukan Tuanku Nan Renceh. Dalam

pertempuran itu, Tuanku nan Renceh

menghembuskan nafas penghabisan (Juni 1832).

Namun Raden Noto Prawiro dan Sabiro

melihat masyarakat Kamang yang Islami dan

keberanian hulubalang Tuanku nan Renceh di

Kamang berjuang seperti dilakukannya bersama

Diponegoro dulunya.

H. Mas’oed Abidin82

Page 83: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Tuanku Imam

Bonjol

(1772 - 1854)

Seorang tokoh gerakan pembaru Islam, dan

seorang pemimpin Padri yang berhasil

mengembangkan perdagangan di pantai barat,

pantai timur sampai ke Tapanuli Selatan. Ia juga

seorang ahli benteng yang terkenal dengan

nama Bonjol di Minangkabau. Nama kecilnya

Muhammad Syahab. Keluarganya berasal dari

batas Rimbang, Agam.

Sebagai pendatang di Tanjung Bungo, Alahan

Panjang, dua orang bersaudara, Syekh Usman

dan Hamatun diterima sebagai anak kemenakan

dengan “mengisi adat” pada salah seorang Rajo

Ampek Selo Alahan Panjang, Datuk Sati, di

Ganggo Hilir.

Kaumnya diizinkan pula mengangkat Syekh

Usman sebagai penghulu kaum Koto, bergelar

Datuk Sajatinyo. Hamatun, adiknya dikawinkan

dengan Khatib Bayanuddin, seorang guru agama

H.Mas’oed Abidin 83

Page 84: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

berasal dari Kampung Batas Rimbang, Palupuh

Kabupaten Agam. Mereka menetap di Tanjung

Bungo.

Dari perkawinannya, mereka dikaruniai tiga

orang putri, Sinik, Santun dan Halimatun dan

seorang anak laki-laki bernama Muhammad

Sahab, yang kemudian terkenal dengan nama

Tuanku Imam Bonjol. Muhammad Sahab

dilahirkan di kampung Tanjung Bungo pada

tahun 1772.

Pada usia 7 tahun, ia belajar mengaji al

Quran di Kampung bakonya di Batas Rimbang,

Luhak Agam. Pada tahun 1792 -1800, belajar

pengetahuan agama di Surau Tuanku Bandaro di

Padang Laweh. Tuanku Bandaro adalah seorang

murid Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo, Ampek

Angkek. Semenjak tahun 1802, Muhammad

Syahab menjadi guru tuo (pembantu) di surau

gurunya dengan bergelar Malin Basa.

Pada tahun 1805, selama tiga bulan, Tuanku

Datuk Bandaro bersama Malin Basa belajar ke

Surau Bansa di Kamang. Mereka mengenal

langsung pembaruan agama Islam yang

dicetuskan oleh Tuanku Nan Renceh bersama

Tuanku Haji Miskin.

Dari Tuanku Nan Renceh, ia mendapat

pengetahuan memajukan kesejahteraan

H. Mas’oed Abidin84

Page 85: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU masyarakat dengan melindungi pedagang dan

mempergunakan bedil yang diperdapatnya dari

Tuanku Sumanik.

Dari Tuanku Haji Miskin, mereka mendapat

dasar pengetahuan fikih tentang hak warisan

dan hukum perdagangan.

Sebagai salah seorang murid Tuanku Nan Tuo,

Datuk Bandaro bersama Malin Basa

memperkenalkan pembaruan berdasarkan

hukum Islam yang mengatur hak masyarakat

dalam perdagangan dan warisan. Datuk Bandaro

mempergunakan wibawanya mengumpulkan

seluruh rakyatnya untuk melaksanakan

pembaruan itu. Semenjak itu, Malin Basa

bergelar Peto Syarif.

Pada tahun 1807, Peto Syarif dan

pengikutnya pindah dan mendirikan Koto di

bawah Bukik Tajadi yang kemudian bernama

Bonjol (1807). Ia diangkat oleh Nyiak Angku

menjadi Tuanku Imam. Bonjol dipimpin oleh

Tuanku nan Barampek yangdipimpin oleh Tuanku

Imam dan diresmikan oleh sebagai pemimpin

pembaruan Islam oleh rombongan dari Kamang

(1808).

Tuanku Nan Gapuk dan Tuanku Nan Hitam

ditugaskan belajar silat ke Tuanku Andaleh di

Palembayan. Keduanya menjadi pelatih

H.Mas’oed Abidin 85

Page 86: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

hulubalang Bonjol. Tuanku Nan Hitam sebagai

Tuanku Kadi memimpin hukum Islam. Hulubalang

dipimpin pangka tuo, di bawah pimpinan Tuanku

Mudo.

Tuanku Imam Bonjol berusaha mengamankan

jalan perdagangan di pantai barat dan pantai

timur Sumatra dengan bantuan hulubalang.

Pembaruan sejalan dengan perlindungan

pedagang dari Kumpulan terus ke Sasak dan

Tiagan.

Peto Magek, mantu Yang Dipertuan Parik

Batu, seorang pedagang kaya, memasok

keperluan Bonjol dengan meriam Inggeris.

Pembaruan Islam berlanjut ke Suliki, Mahek,

terus ke Kuok, Bangkinang dan Salo.

Di tiap-tiap nagari-nagari ditanam imam

khatib dan kadi. Tuanku Imam meresmikan Pakih

Muhammad menjadi Imam Besar bergelar

*Tuanku Rao berkedudukan di Padang Mattinggi,

Rao.

Bersama Tuanku Mudo, Tuanku Rao

mengamankan jalan dagang menuju Sosa dan

Barumun di pantai timur, dan mengangkat

menantu Tuanku Rao sebagai Tuanku Barumun.

Tuanku Gadubang dari Huta Na Godang

menyebarkan pembaruan Islam di Tapanuli

Selatan.

H. Mas’oed Abidin86

Page 87: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Bonjol menjadi pusat pembaruan Islam dan

perdagangan di Minangkabau. Banyak harta

rampasan dibawa ke Bonjol dan perilaku

hulubalang banyak yang tidak dsenangi

masyarakat. Tuanku Imam Bonjol berundang

dengan Tuanku Rao, Tuanku Barumum dan

Tuanku Kadi untuk mencari hukum ke sumber

asli, di Mekah dan di Madinah. Mereka sepakat

mengirim anak kemenakan dipimpin oleh Tuanku

Barumun.(1811).

Kembali dari Mekah, Tuanku Imam Bonjol

mengakui kesalahan dengan menyatakan bahwa

kesalahan harus diperbaiki. Penyelesaian adat

dikembalikan kepada Basa dan penghulu, dan

urusan agama diselesaikan oleh alim ulama.

Semenjak itu berlaku adat basandi syarak (1813)

dan berlaku di Minangkabau, Agam, Tanah Datar

dan Negeri Danau. Segala harta rampasan

(ghanimah) dikembalikan kepada pemiliknya.

Selama 25 tahun, Imam Bonjol menjadi basis

gerakan pembaruan berdasarkan ajaran adat

dan syarak. Selama itu pula perdagangan

Minangkabau berjalan dengan baik. Amerika dan

Inggeris menjadi langganan komoditi pertanian

Minangkabau, seperti kopi, lada, dan kulit manis.

H.Mas’oed Abidin 87

Page 88: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pada tahun 1820, Tuanku Nan Renceh

meninggal dunia dan kepemimpinan pindah

kepada Tuanku Imam Bonjol.

Pengaruh kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol

makin terasa di seluruh Minangkabau sampai ke

Tapanuli.

Ketika Belanda memasuki pedalaman

Minangkabau pada tahun 1821 berkali-kali

hulubalang Bonjol dibantu hulubalang Rao-

Mandahiling menyerang kedudukan Belanda di

Agam dan Tanah Datar.

Pandai Sikek direbut kembali (1825) dan

Tuanku Pamansiangan kembali dari Bonjol. Kurai

dibakar karena Belanda mendirikan Fort de Kock.

Ampek Angkek diduduki karena Belanda

mendirikan benteng di Gedung Batu, di Koto Tuo

Ampek. Serangan ke Lintau dapat dipatahkan

atas bantuan hulubalang Bonjol di bawah

pimpinan Tuanku Mudo (16 April 1823).

Tuanku Imam Bonjol mengungsi ke Lubuk

Sikaping, karena Rajo Ampek Selo, Datuk

Bandaro dengan Datuk Sati tidak sependapat

atas permintaan Belanda untuk menyerahkan

Bonjol (1832).

Alangkah tercengangnya Tuanku Imam Bonjol,

ketika Tuanku Nan Cadiak dari Nareh menjadi

H. Mas’oed Abidin88

Page 89: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU juru bicara perdamaian Belanda dengan Tuanku

Imam Bonjol. Kepemimpinan Bonjol

diserahkannya kepada Tuanku Mudo atas

permintaan Elout.

Serangan serentak atas kedudukan Belanda

(11 Januari 1833) di Minangkaau terjadi karena

Sikap Tuanku Imam yang mencintai persatuan

dan musyawarah, meyakinkan pemimpin-

pemimpin Minangkabau, seperti Sultan

Bagagarsyah, Sentot Prawirodirjo, Tuanku Nan

Cadiak dari Naras dan masyarakat Minangkabau.

Serangan balik Belanda dapat ditahan atas

kepercayaan Tuanku Imam, bahwa setiap nagari

mempertahankan nagarinya masing-masing.

Kepercaayaan itu masih tetap dipertahankan

oleh Tuanku Imam di saat perang mati-matian di

lembah Alahan Panjang (1835 -1837). Berbagai

bantuan mengalir dari seluruh Minangkabau,

seperti mensiu, bahan kain, dan tenaga perang.

Dengan dorongan agar teruskan melawan

Belanda.

Di tengah perang itulah datang surat Residen

Francis agar Tuanku Imam menyerah. Surat itu

dibicarakan dengan seluruh penghulu di Alahan

Panjang. Semua penghulu menolak dan

bertekad membantu Tuanku Imam. Tuanku Imam

bersama keluarganya diantarkan penghuku ke

H.Mas’oed Abidin 89

Page 90: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

pengungsiannya di Koto Marapak dan Bukit

Gadang. Atas musyawarah penghulu, Sultan

Caniago dan *Bagindo Tan Labih diutus sebagai

wakil Tuanku Imam berunding dengan Residen

Belanda, Arbacht, ke Bukit Tinggi. Setelah

berjuang selama 15 tahun, Tuanku Imam

ditangkap 28 Oktober 1837,Tuanku Imam

dengan alasan diajak berunding.

Ia diasingkan semula ke Cianjur (20 Januari

1938) bersama Bagindo Tan Labih, semenda dan

dubalang, Sutan Saidi anaknya dari Padang

Laweh, dan si Gelek, tukang meriam Sentot yang

setia padanya. Ia dipindahkan ke Manado, Koka,

dan terakhir di Lota Pineleng, 9 km dari Manado.

Imam Bonjol meninggalkan dunia pada 17

November 1854 di Lotak, dan baru disiarkan 10

tahun kemudian, sehingga kematiannya tercatat

pada tahun 1864. Sebelum meninggal dunia, ia

membeli sebidang tanah di Koka dari seorang

Bwlanda bernama Agisir.

Tanah itu diberikan untuk mahar perkawinan

Bagindo Tan Labih dengan Watok Pantaow.

Sampai sekarang, tanah kalekeran menjadi

simbol pemersatu keluarga Baginda di Sulawesi.

Tuanku Imam Bonjol diakui sebagai pahalawan

dalam perjuangan pembaruan masyarakat

berdasarkan syariat Islam dan menentang

H. Mas’oed Abidin90

Page 91: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU kolonialisme Belanda. Namanya terkenal sebagai

ahli pembangunan benteng dan strategi perang

rakyat semesta. Ia diangkat sebagai pahlawan

nasional dengan Surat keputusan Presiden No.

087/TK, 6 Novembember 1973.

Tuanku Rao ( ……- 1830)

Murid Tuanku Imam yang terkenal bergelar

Fakih Muhammad, seorang pemuda yang berasal

dari Padang Mattinggi, Rao (Naskah Tuanku

Imam Bonjol, tulisan Naali Sutan Caniago ).

Ayahnya berasal dari Huta na Godang.

Dalam tradisi Batak, Tuanku Rao adalah

kemenakan dari Singamaraja X yang menguasai

daerah Bangkara Toba. Nama kecilnya Pongki na

Ngolngolan Ia belajar di Koto Tuo sampai

mencapai gelar Fakih Muhammad. Kemudian ia

belajar di Bonjol dengan Tuanku Imam.

H.Mas’oed Abidin 91

Page 92: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Setelah menyelesaikan pengajiannya di

Bonjol, Fakih Muhammad diiringkan oleh Tuanku

Nan Barampek berangkat ke Rao. Kedatangan

rombongan mulanya disambut dengan perang.

Kemudian orang Rao dapat dikejar sampai ke

Langsek Kodok. Dalam peperangan ini Rajo

Dubalang Rao kena tembak, sehingga mereka

berdamai.

Yang Pituan Padang Unang berjanji akan

menjalankan hukum syarak di nagari Rao dan

akan menanam imam dan khatib. Tuanku nan

Barampek dijemput Datuk Manjunjung Alam dari

Padang Mattinggi untuk meresmikan Pakih

Muhammad menjadi Imam Besar di nagari Rao

dan bergelar Tuanku Rao yang disetujui Yang

Dipertuan Padang Nunang dan penghulu Nan

Lima Belas.

Semenjak itu Fakih Muhammad lebih dikenal

sebagai Tuanku Rao. Ia dibantu kemenakannya,

Bagindo Suman, sebagai kepala hulubalang.

Selama Perang Agama (1807 -1812) di Bonjol,

Tuanku Rao ikut membantu Tuanku Imam Bonjol

bersama Tuanku Mudo dan hulubalang

meluaskan pembaruan ke daerah sekitarnya Rao

sampai ke Rambah Kapanuhan dan ke Rokan,

sehingga jalan dagang terbuka melalui

Barumum.

H. Mas’oed Abidin92

Page 93: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Gerakan pembaruan ke kawasan Mandahiling

Julu dan Mandahiling Godang semenjak tahun

1820 dapat diawasi Tuanku Rao dibantu oleh

Raja Alam Pakantan dan Tuanku Natal. Daerah ini

menghasilkan emas dan penduduknya

berdagang melalui pelabuhan Natal.

Gerakan pembaruan ke timur menuju Rokan

dilanjutkan sampai ke Barumun, Rambah

Kapanuhan, Kota Pinang dan Tanah Tumbuh. oleh

Tuanku Tambusai, menantu Tuanku Rao,

sehingga kawasan Batang Barumun dan Sosa,

daerah penghasil emas dan jalur perdagang ke

Kota Pinang dan Pedir dapat diawasi oleh Tuanku

Tambusai.

Tuanku Rao bersama hulubalang Tuanku Imam

meluaskan pembaruan ke negeri Mahek, Kuok,

Bangkinang sampai Salo dan Air Tiris. Di tempat

itu disusun pemerintahan agama seperti

menanam imam, khatib dan kadhi.

Dua orang utusan Tuanku Natal, Tuanku Di

Danau Air dan Tuanku Diukur melaporkannya

kepada Tuanku Imam Bonjol. Untuk

menghadapinya, Tuanku Imam menugaskan Tuanku

Rao dan Bagindo Suman membantu Tuanku Natal

menyerang kedudukan Belanda. Pertempuran ini

mendapat bantuan kapal-kapal Trumon dari Aceh.

H.Mas’oed Abidin 93

Page 94: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pelabuhan Natal dikepung 10.000 orang pasukan

Rao Mandahiling selama 12 hari. Pasukan Rao

dipimpinan Bagindo Suman menarik diri setelah

perahu Saidi Marah kena tembakan kapal Nakhoda

Langkap, sekutu Belanda.

Ketika serangan ke Air Bangis, Tuanku Rao

meninggal dunia (1830).

TUANKU NAN CADIAK

(…..-1851)

Semenjak dahulu, Naras merupakan jalan

niaga dan jalan agama tradisional dalam

pengembangan surau di Minangkabau.. Tuanku

Nan Cadiak, Kampuang Dalam, dikenal sebagai

Bagindo Maganti. Tuanku Nan Cadiak sangat

H. Mas’oed Abidin94

Page 95: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU disenangi karena selalu melindungi rakyat yang

membuat garam di daerah pantai.

Di Kampung Dalam, di daerah Naras ia

dikenal bergelar Bagindo Maganti. Setelah

memimpin surau di Kampung Dalam, ia dipanggil

muridnya Tuanku Nan Cadiak. Di kalangan rakyat

Naras dan Tujuh Koto, ia seorang ulama yang

disegani, karena selalu menjadi pelindung rakyat

yang membuat garam di daerah pantai di

daerahnya.. Berkali-kali Belanda menyerang

rakyat Naras dan melarang membuat garam,

selalu dipertahankan Tuanku Nan Cadiak sebagai

pelindung pedagang di daerah pantai..

Pada tahun 1814, Raja Dihulu atau Rajo

Nando, mamak Tuanku Nan Cadiak, meninggal

dunia. Rajo Nando tidak mempunyai anak laki-

laki yang akan menggantikannya. Tuanku Dihilir

di Pariaman, Amar Bangso Dirajo, lebih senang

apabila Bagindo Molek diangkat menjadi Raja

manggung, daerah yang berbatasan dengan

Pariaman.

Rakyat Naras dan penduduk Agam yang

membawa barang melalui Malalak terus ke Agam

dan Pandai Sikek dan Koto Laweh. Ia juga

menjadi pelindung fakih dan malin yang belajar

di derah pantai, seperti Ampalu Tinggi dan

Ulakan. Naras semenjak dahulu merupakan jalan

H.Mas’oed Abidin 95

Page 96: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

niaga dan jalan agama tradisional dalam

pengembangan surau di Minangkabau.. Tuanku

Nan Cadiak adalah orang yang cerdas dan

berhasil mengembalikan daerah Manggung

menjadi pusat perdagangan dan pembaruan

agama di daerah pantai, sekitar Pariaman..

Elout, Residen Belanda untuk Sumatra's

Westkust, mengirim surat kepada Tuanku Nan

Cadiak, Tuanku Limo Koto Kampung Dalam dan

Tuanku Tujuh Koto, menganjurkan mereka

menyerah kepada Belanda, dengan perantaraan

In't Veld, seorang saudagar di Pariaman.

Dikatakannya, segala 'kesalahan'yang dilakukan

selama ini, akan dimaafkan.

Tuanku Nan Cadiak membalas surat Elout itu

yang bunyinya, dengan senang hati ia membaca

surat itu dan minta maaf ia tak bisa datang ke

Pariaman, karena terlalu sibuk mengerjakan

benteng.

Tuanku Nan Cadiak mengundang In"t Velt dan

akan menerima Veld di Naras sambil melihat-

lihat pertahanan kampung yang telah diperkuat

parit dan pertahanan meriam. Surat yang sama

yang dikirim kepada Tuanku Limo Koto. Tuanku

Limo Koto menjawab, bahwa ia akan menyerah,

bila Tuanku Nan Cadiak telah menyerah diri.

H. Mas’oed Abidin96

Page 97: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Jawaban yang keras datang dari Tuanku Tujuh

Koto menyatakan tidak akan datang kepada

Anda, tetapi apabila orang Eropah mau datang,

akan kami nanti karena kami merasa puas

dengan pemerintah dan pemimpin kami. Sawah

kami subur dan hasilnya mencukupi untuk

keperluan kami.

Sejak semula Belanda ingin menguasai

komoditi perdagangan dari Minangkabau. Untuk

itu, Belanda berusaha menguasai pelabuhan-

pelabuhan di pantai barat, seperti Naras, Tiagan

dan Air Bangis. Dengan menguasai ketiga

pelabuhan itu, Belanda beranggapan akan dapat

menguasai komoditi Sumatera Barat yang

sangat menguntungkannya. Usaha itu terlihat

dari beberapa kegiatan pasukan Belanda untuk

menguasai pelabuhan Naras, kunci jalan dagang

dari Agam melalui Malalak.

Tiagan dan Sasak di utara Tiku, suatu

pelabuhan yang dilindungi bukit-bukit sebagai

saluran komoditi dari daerah Kinali dan Bonjol.

Demikian juga halnya dengan Air Bangis, pintu

perdagangan dari Rao dan sekitarnya yang

kaya dengan komoditi emas.

Pasukan Bonjol bergerak ke pantai untuk

memutuskan hubungan antara pedalaman

dengan daerah pantai. Dua buah meriam yang

H.Mas’oed Abidin 97

Page 98: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

direbut di Air Bangis, diserahkan kepada Tuanku

Nan Cadiak. Bantuan itu menambah semangat

Tuanku Nan Cadiak menentang kekuasaan

Belanda.

Pertarungan hebat terjadi antara pasukan

Belanda yang menyerang kubu pertahanan

Tuanku Nan Cadiak yang terjadi selama bulan

Desember 1830. Pasukan Bonjol membantu

Tuanku Nan Cadiak setelah mengundurkan diri ke

Manggopoh.

Pada tahun 1831, pasukan Belanda mencoba

menyerang Naras dan Tujuh Koto di bawah

pimpinan Jendral Michiels. Naras, sebuah

kampung yang bagus terbakar oleh serangan

meriam Belanda. Tuanku Nan Cadiak dan

pengikutnya ingin mengungsi ke Bonjol melalui

Danau Maninjau. Pada waktu pasukan Belanda

mengejarnya rombongan Tuanku Nan Cadiak.

Ibu, isteri dan putri Tuanku Nan Cadiak mati

terbunuh. Kepala isterinya dipancung dan

dipertontonkan kepada rakyat di Pariaman.

Belanda mengumumkan akan memberi hadiah

kepada orang yang dapat menangkap Tuanku

Nan Cadiak. Dua orang putri Tuanku Nan Cadiak

disandra Elout sehingga memaksanya menyerah

kepada Belanda.

H. Mas’oed Abidin98

Page 99: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Setelah menyerah kepada Belanda, Tuanku

Nan Cadiak datang ke Bonjol sebagai juru bicara

Belanda pada tahun 1832. Tuanku Imam sangat

kecewa ketika Tuanku Nan Cadiak datang

sebagai juru bicara Belanda..

Beberapa bulan setelah Tuanku Imam Bonjol

menyerah pada akhir tahun 1832, Tuanku Imam

Bonjol berhasil mengadakan Kesepakatan

Tandikek, hanya beberapa ratus meter dari

pasukan Belanda di Bonjol.

Pertemuan itu merundingan untuk melakukan

serangan serentak kepada setiap pos Belanda di

seluruh Minangkabau. Tuanku Rao, Tuanku

Tambusai, Tuanku Pamansiangan dan penghulu

Lawang Tanah Duo Baleh (Palembayan), negeri

Danau (Maninjau), Lubuk Sikaping dan Sipisang

sepakat dengan orang Alahan Panjang

melancarkan serangan serentak terhadap setiap

pos Belanda pada tanggal 11 Januari 1833.

Tuanku Imam dapat pula mempertemukan

kedua pemimpin, Bagarsyah, raja Pagaruyung

dan Sentot Ali Basyah. Tuanku Imam

mengharapkan Sentot bersedia menjadi Sultan

di Minangkabau. Pada saat lebaran Sentot

bersama isterinya datang ke Pagaruyung.

Sebagai seorang Islam, dia ingin berlebaran dan

membayarkan zakat fitrahnya di Pagaruyung.

H.Mas’oed Abidin 99

Page 100: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Di saat lewat pada penjagaan pos Belanda di

benteng Fot van der Cappelen. Sentot

Prawirodirjo yang dipanggil masyarakat

Minangkabau dengan Sentot Alibasya mwenegur

mereka dengan sindiran, Bagagarsyah dan

semua penghulu di Pagaruyung berjanji di bawah

sumpah setia (bai'at) pada Sentot bahwa mereka

akan mempertahankan agama dan negeri dari

serangan Belanda.

Elout sebagai Residen Sumatra's West kust

melapor kepada atasannya Gubernur Jendral di

Batavia, bahwa Minangkabau telah aman dan

siap untuk melakukan tanaman paksa kopi.

Ternyata seluruh Minangkabau melakukan

serangan serentak, sehingga Elout, Residen

Belanda, merasa dikhianati oleh Sentot. Belanda

menangkap para penghulu dan pejuang di

Guguk Sigandang. Kemudian Sentot Ali Basyah

dan membuangnya ke Benghulu, Bagagarsyah

Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung dibuang ke

Betawi dan meninggal dunia pada tahun 18…

dan dikuburkan di Mangga Dua.

Tuanku Nan Cadiak dari Naras dikirim ke

Batavia kemudian disekap dalam penjara di

bawah tanah di Taman Fatahilah. Kemudian

dibuang ke Cerebon dan meninggal dunia pada

tahun 1851.

H. Mas’oed Abidin100

Page 101: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Syekh Taher Djalaluddin

(1869-1956)

Seorang pembaru lainnya adalah Syekh

Taher Djalaluddin (1869-1956), pada masa

mudanya dipanggil Muhammad Taher bin Syekh

Muhamad, lahir di Ampek Angkek, Bukittinggi,

tahun 1869, anak dari Syekh Cangking, cucu dari

Faqih Saghir yang bergelar Syekh Djalaluddin

Ahmad Tuanku Sami’, pelopor kembali ke ajaran

syariat bersama Tuanku Nan Tuo.

H.Mas’oed Abidin 101

Page 102: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Syekh Taher Djalaluddin adalah saudara

sepupu dari Ahmad Khatib Al Minangkabawy,

karena ibunya adik beradik. Syekh Taher

Djalaluddin, berangkat ke Mekah 1880, dan

menuntut ilmu selama 15 tahun, kemudian

meneruskan ke Al Azhar, di Mesir (1895-1898),

dan kembali ke Mekah mengajar sampai tahun

1900.

Beliau sangat ahli di bidang ilmu falak, dan

tempat berguru Syekh Muhammad Djamil

Djambek. Mulai tahun 1900 itu, Syekh Taher

Djalaluddin menetap di Malaya, pernah diangkat

menjadi Mufti Kerajaan Perak. Eratnya hubungan

Syekh Taher Djalaluddin dengan perguruan tinggi

Al-Azhar di Kairo, dia tambahkan al-Azhari di

belakang namanya.

Syekh Taher Djalaluddin merupakan seorang

tertua sebagai pelopor dari ajaran Ahmad Khatib

di Minangkabau dan tanah Melayu. Bahkan ia

H. Mas’oed Abidin102

Page 103: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU juga dianggap sebagai guru oleh kalangan

pembaru di Minangkabau. Pengaruh Syekh Taher

Djalaluddin tersebar pada murid-muridnya

melalui majalah Al-Imam dan melalui sekolah

yang didirikannya di Singapura bersama Raja Ali

Haji bin Ahmad pada tahun 1908. Sekolah ini

bernama Al-Iqbal al-Islamiyah, yang menjadi

model Sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Haji

Abdullah Ahmad di Padang pada tahun 1908.

Majalah Bulanan Al-Imam memuat artikel

tentang pengetahuan popular, komentar

kejadian penting di dunia, terutama dunia Islam,

dan masalah-masalah agama, bahkan

mendorong umat Islam betapa pentingnya

memiliki sebuah Negara yang merdeka dan tidak

dijajah.

Majalah ini mendorong agar umat Islam

mencapai kemajuan dan berkompetisi dengan

dunia barat. Al-Iman sering mengutip pendapat

H.Mas’oed Abidin 103

Page 104: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dari Mohammad Abduh yang dikemukakan

majalah Al-Mannar di Mesir. Majalah ini memakai

bahasa Melayu dengan tulisan Arab Melayu atau

tulisan Jawi, dan disebarkan di Indonesia meliputi

tanah Jawa (Betawi, Jakarta, Cianjur, Semarang,

dan Surabaya), Kalimantan (di Pontianak dan

Sambas), Sulawesi (di Makassar).

Di Padang, Haji Abdullah Ahmad mencontoh

bentuk dan moto Al-Iman pada majalah yang

diterbitkannya di Padang bernama Al-Munir.

Banyak masalah yang dibicarakan pada Al-Iman

mendapat tempat pada Al-Munir.

Syekh Taher baru dapat pulang ke

Minangkabau pada tahun 1923 dan tahun 1927,

namun ketika itu dia ditangkap dan ditahan oleh

Pemerintah Belanda selama enam bulan, dituduh

memfitnah dan menentang penjajahan melalui

artikel-artikelnya di dalam majalah Al Iman itu.

Setelah bebas Syekh Taher meninggalkan

H. Mas’oed Abidin104

Page 105: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU kampung halamannya dan tidak pernah kembali

lagi ke daerah asalnya. Syekh Taher Djalaluddin

meninggal dunia pada tahun 1956 di Kuala

Kangsar, Perak, Malaya.

Gerakan pembaruaan di awal abad ini dapat

disebut sebagai gerakan pembaruan para ulama

zuama, yang sesungguhnya telah diwarisi

sambung bersambung dalam rantai sejarah yang

berkelanjutan semenjak dari dua gerakan Paderi

sebelumnya. Dapat pula dinyatakan bahwa

gerakan pembaruan ulama zuama di awal abad

20 di Minangkabau menjadi mata rantai dari

gerakan Paderi periode ketiga.

Gerakan Paderi periode pertama, di awal abad

kedelapan belas, dimulai pulangnya tiga

serangkai ulama Minang (1802), terdiri dari Haji

Miskin di Pandai Sikek, Luhak Agam, Haji Abdur

Rahman, di Piobang, Luhak Limopuluah, dan Haji

Muhammad Arief, di Sumanik, Luhak nan Tuo,

H.Mas’oed Abidin 105

Page 106: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Tanah Datar, yang juga dikenal bergelar Tuanku

Lintau, berawal dengan penyadaran semangat

beragama Islam di dalam kehidupan beradat di

Minangkabau.

Gerakan Paderi perode kedua dilanjutkan oleh

Tuanku nan Tuo, Tuanku nan Renceh, Tuanku

Kubu Sanang, Tuanku Koto Ambalau, Tuanku di

Lubuk Aur, Tuanku di Ladang Laweh dan Tuanku

Imam Bonjol yang berujung dengan perlawaanan

terhadap penjajahan Belanda (1821-1837), dan

lahirnya piagam Marapalam yang menyepakati

adaik basandi syarak, syarak basandi

Kitabullah di ranah Minangkabau.

Gerakan Kembali ke Syariat yang

dilaksanakan di bawah bimbingan Tuanku Nan

Tuo, yang kemudian berlanjut kepada Gerakan

Padri di bawah pimpinan Tuanku Nan Renceh,

yang kemudian sambung bersambung di bawah

pimpinan Tuanku Imam Bonjol, sesungguhnya

H. Mas’oed Abidin106

Page 107: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU tidak menentang hukum waris berdasarkan garis

ibu.

Gerakan pembaharuan yang dilaksanakan

sejak Tuanku nan Tuo, Tuanku nan Renceh, dan

Tuanku Imam Bonjol, lebih menguatkan harta

pusaka, yang dimaksud adalah pusaka tinggi itu,

dimanfaatkan untuk kesejahteraan kaum, dan

oleh karena itu, harta pusaka dimaksud

diturunkan kepada kemenakan, dan ditempatkan

pada pengawasan garis perempuan. Namun

mengenai harta pencaharian, kedua gerakan

itu sependapat harus diwariskan kepada anak.

Tuanku Imam Bonjol, sadar bahwa setelah

utusan anak kemenakannya mempelajari hukum

Islam ke tanah Mekah, menyatakan pembagian

tugas yang nyata antara adat dan syarak atau

agama. Bahwa masalah adat dikembalikan

kepada Basa dan Penghulu, sedangkan masalah

agama diserahkan kepada Tuanku atau malin.

H.Mas’oed Abidin 107

Page 108: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Inilah doktrin ajaran adat basandi syarak,

syarak basandi Kitabullah. Gerakan

pembaruan ulama zuama di awal abad ke 20 di

ranah Minangkabau ini, berawal dengan

kepulangan para penuntut ilmu dari Makkah el

Mukarramah, yang umumnya adalah murid dari

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawiy, telah

ikut memberikan sumbangan bagi pencerahan

pemahaman dan pengamalan syari’at Islam, dan

mendorong bagi munculnya perdebatan-

perdebatan umum yang diikuti para ulama,

kaum terpelajar, dan ahli-ahli adat, dan ikut pula

membukakan kesempatan bagi lahirnya berbagai

jenis perkumpulan yang bertujuan memperdalam

ilmu agama dan adat istiadat, serta mendorong

tumbuhnya pendidikan Islam, madrasah-

madrasah samapai ke nagari-nagari, dan berdiri

pula berjenis organisasi pergerakan, seperti

Tarbiyah Islamiyah, Adabiyyah, Muhammadiyah,

dan meluas sampai ke semenanjung Malaya,

H. Mas’oed Abidin108

Page 109: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU dibawa oleh Syekh Taher Jalaluddin yang lebih

banyak melaksanakan dakwahnya di tanah

semenjanjung itu.

Tak kurang penting timbulnya pergolakan-

pergolakan kecil di beberapa tempat, biasanya

membayangkan dinamika masyarakat adat dan

agama di dalam membangun masyarakat di

Minangkabau yang sedang mengalami

perubahan, menumbuhkan keinginan baru untuk

melakukan proses pemeriksaan kembali

terhadap nilai-nilai kultur yang dipunyai. Ketika

arah pembangunan dan perobahan sosial sedang

terjadi, menuju suasana merebut kemerdekaan

dan menjelang proklamasi kemerdekaan

Republik Indonesia, setelah berakhirnya

penindasan panjang 350 tahun dijajah Belanda,

dan beralihnya kekuasaan kepada Dai Nippon,

maka merebut kemerdekaan menjadi wajib.

H.Mas’oed Abidin 109

Page 110: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Fatwa para ulama dan zuama ikut membentuk

dinamika sejarah dan pemikiran Islam di ranah

Minangkabau bergerak cepat, sejak empat puluh

tahun sebelumnya juga telah digerakkan oleh

para ulama zuama dengan basis ilmu

pengetahuan agama dan adat istiadat, serta

bahasan-bahasan perkembangan politik di Mesir

dan Turki masa itu, ikut mendorong kepada

pencarian model yang sesuai dengan yang haq,

dan menuntut sikap beragama yang rasional,

serta menumbuh kembangkan semangat

kemerdekaan dalam berbangsa dan bernegara.

Pembaruan Islam di Minangkabau bukan

semata terbatas pada kegiatan serta pemikiran

saja, tetapi menemukan kembali ajaran atau

prinsip dasar Islam yang berlaku abadi yang

dapat mengatasi ruang dan waktu.

Sementara itu usaha-usaha pembaruan yang

praktis, baik dalam bentuk sekolah dan

H. Mas’oed Abidin110

Page 111: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU madrasah-madrasah atau pun kerajinan desa,

mulai bermunculan. Kaum pembaru pemikiran

Islam berusaha mengembalikan ajaran dasar

agama Islam dengan menghilangkan segala

macam tambahan yang datang kemudian dalam

din, agama, dan dengan melepaskan penganut

Islam dari jumud, kebekuan dalam masalah

dunia.

Mereka berusaha memecahkan tembok

tambahan dan jumud itu, agar dapat menemu

kembali isi dan inti ajaran Islam yang

sesungguhnya, yang menurut keyakinannya

menjadi cahaya yang dapat menyinari alam ini.

Kaum pembaru berkeyakinan bahwa bab al-

ijtihad, masih tetap terbuka; mereka menolak

taqlid. Ijtihad membawa kaum pembaru untuk

lebih memperhatikan pendapat. Keinginan untuk

keluar dari situasi yang dianggap tidak sesuai

dengan gagasan-gagasan yang ideal

H.Mas’oed Abidin 111

Page 112: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

menghadapkan Minangkabau pada pilihan-

pilihan yang kadang-kadang saling

bertentangan.

Model barat mungkin baik, tetapi dapat

berarti ancaman pada dasar-dasar agama dan

adat. Perubahan yang sesuai dengan ajaran

Islam yang ortodoks, memang merupakan

pemecahan.

Tetapi bagaimana pula dengan lembaga adat

yang telah mendarah daging dalam kehidupan

masyarakat Minangkabau? Dan, apa pula contoh

yang bisa diikuti? Tetapi parameter adat sangat

terbatas dan bias menutup jalan ke dunia maju

dan mungkin pula menghadapkan diri pada

masalah dosa dan tidak berdosa, soal batil dan

haq.

H. Mas’oed Abidin112

Page 113: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Syekh Muhammad

Djamil Djambek(1860 – 1947)

Syekh Muhammad Djamil Djambek

adalah ulama pelopor pembaruan Islam dari

Sumatra Barat awal abad ke-20, dilahirkan

pada tahun 1860 di Bukittinggi, terkenal

sebagai ahli ilmu falak terkemuka. Nama Syekh

Muhammad Djamil Djambek lebih dikenal

dengan sebutan Inyik Syekh Muhammad

Djamil Djambek atau Inyik Djambek,

dilahirkan dari keluarga bangsawan. Dia juga

merupakan keturunan penghulu. Ayahnya

bernama Saleh Datuk Maleka, seorang kepala

nagari Kurai, sedangkan ibunya berasal dari

Sunda.

Masa kecilnya tidak banyak sumber yang

menceritakan. Namun, yang jelas Muhammad

Djamil mendapatkan pendidikan dasarnya di

Sekolah Rendah yang khusus mempersiapkan

pelajar untuk masuk ke sekolah guru

(Kweekschool).

Sampai umur 22 tahun ia berada dalam

kehidupan parewa, satu golongan orang muda-

muda yang tidak mau mengganggu kehidupan

H.Mas’oed Abidin 113

Page 114: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

keluarga, pergaulan luas di antara kaum parewa

berlainan kampung dan saling harga

menghargai, walau ketika itu kehidupan parewa

masih senang berjudi, menyabung ayam, namun

mereka ahli dalam pencak dan silat.

Semenjak berumur 22 tahun, Mohammad

Djamil mulai tertarik pada pelajaran agama dan

bahasa Arab. Ia belajar pada surau di Koto

Mambang, Pariaman dan di Batipuh Baruh.

Ayahnya membawanya ke Mekah pada tahun

1896 dan bermukim di sana selama 9 tahun

lamanya mempelajari soal-soal agama. Guru-

gurunya di Mekah, antara lain,adalah Taher

Djalaluddin, Syekh Bafaddhal, Syekh Serawak

dan Syekh Ahmad Khatib. Ketika itu dia berguru

kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.

Semula Muhammad Djamil tertarik untuk

mempelajari ilmu sihir kepada seorang guru dari

Maroko, tapi dia disadarkan oleh gurunya.

Selama belajar di tanah suci, banyak ilmu

agama yang dia dapatkan. Antara lain yang

dipelajari secara intensif adalah tentang ilmu

tarekat serta memasuki suluk di Jabal Abu

Qubais.

Dengan pendalaman tersebut Syekh

Muhammad Djamil menjadi seorang ahli tarekat

dan bahkan memperoleh ijazah dari tarekat

H. Mas’oed Abidin114

Page 115: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Naqsabandiyyah-Khalidiyah. Di antara murid-

muridnya terdapat beberapa guru tarekat.

Lantaran itulah Syekh Muhammad Djamil

Djambek dihormati sebagai Syekh Tarekat.

Dari semua ilmu yang pernah didalami yang

pada akhirnya membuatnya terkenal adalah

tentang ilmu falak, dan belajar dengan Syekh

Taher Djalaluddin.

Di akhir masa studinya di Makkah, beliau

sempat mengajarkan ilmu falak, yang menjadi

bidang spesialisasi beliau, kepada masyarakat

Sumatera dan Jawi yang bermukim di Mekah.

Keahliannya di bidang ilmu falak mendapat

pengakuan luas di Mekah. Oleh sebab itu, ketika

masih berada di tanah suci, Syekh Muhammad

Djamil Djambek pun mengajarkan ilmunya itu

kepada para penuntut ilmu dari Minangkabau

yang belajar di Mekah. Seperti, Ibrahim Musa

Parabek (pendiri perguruan Tawalib Parabek)

serta Syekh Abdullah (pendiri perguruan Tawalib

Padang Panjang).

Pada tahun 1903, dia kembali ke tanah air.

Sekembalinya dari Mekah, Mohammad Djamil

mulai memberikan pelajaran agama secara

tradisional Karena beliau memelihara dengan

H.Mas’oed Abidin 115

Page 116: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

rapi dan teratur jambang dan jenggotnya, maka

muridnya mulai menyebutnya dengan Syekh

Muhammad Djamil Djambek, atau Inyik

Djambek.

Murid-muridnya kebanyakan terdiri dari para

kalipah tarekat. Setelah beberapa lama, Syekh

Muhammad Djambek berpikir melakukan

kegiatan alternatif. Hatinya memang lebih

condong untuk memberikan pengetahuannya,

walaupun tidak melalui lembaga atau organisasi.

Dia begitu tertarik pada usaha meningkatkan

keimanan seseorang.

Kemudian ia meninggalkan Bukittinggi dan

kembali menjalani kehidupan parewa di Kamang,

sebuah nagari pusat pembaruan Islam di bawah

Tuanku nan Renceh pada abad ke-19. Hingga

kemudian dia mendirikan dua buah surau, yakni

Surau Tengah Sawah dan Surau Kamang.

H. Mas’oed Abidin116

Page 117: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Keduanya dikenal sebagai Surau tempat mengaji

dengan Inyik Djambek.

Di Kamang pula ia mulai menyebarkan

pengetahuan agama untuk meningkatkan

iman.

Akhirnya, ia sampai pada pemikiran, bahwa

sebagian besar anak nagari tidak melaksanakan

ajaran agama dengan sempurna bukan karena

kurang keimanan dan ketaqwaannya, tetapi

karena pengetahuan mereka kurang tentang

ajaran Islam itu sendiri.

Ia mengecam masyarakat yang masih

gandrung pada ajaran tarekat. Ia mendekati

ninik mamak dan membicarakan berbagai

masalah masyarakat. Islam sesuai dengan

tuntutan zaman dan keadaan.

Islam juga berarti kemajuan, agama Islam

tidak menghambat usaha mencari ilmu

H.Mas’oed Abidin 117

Page 118: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

pengetahuan, perkembangan kehidupan dunia,

dan menghormati kedudukan perempuan.

Islam adalah agama universal, yang dasar

ajarannya telah diungkapkan oleh para nabi,

yang diutus kepada semua bangsa (QS. 10;47;2:

164; 35:24; 40:78). Tugas mereka diselesaikan

oleh Nabi Muhammad saw, rasul utusan terakhir

untuk seluruh umat manusia.

Cita-cita pikiran untuk memajukan umat

dengan agama Islam yang demikian, hanya

dapat dicapai melalui pengamalan syariat, yang

terbagi kepada tauhid dan ibadat. Dalam

ibadah, semuanya terlarang, kecuali yang

disuruh. Jadi cara-cara beribadah telah

diperintahkan. Di tradisi-tradisi baru yang tidak

ada perintahnya, maka tidak dapat diterima

sebagai ibadah, dan disebut bid’ah.

Di dalam kegiatan pemurnian agama, kaum

pembaru menentang berbagai bid’ah yang

H. Mas’oed Abidin118

Page 119: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU dibedakan atas dua jenis, yaitu bid’ah menurut

hukum (syar’iyah) dan dalam pemakaian

bahasa (lughawiyah).

Bid’ah syar’iyah tidak dapat dibiarkan

berlaku, karena itu perlu diteliti dalam segala

hal, apakah yang lazim dilakukan sehari-hari di

bidang agama, dengan menggunakan akal dan

berpegang kepada salah satu tiang hukum

(Quran, Sunnah, Ijma’, Qiyas). Di samping itu

ada pula bid’ah dalam soal kepercayaan (bid’ah

pada I’tikad), sebagaimana ada pula bid’ah pada

amalan, seperti mengucapkan niyah.

Di dalam bid’ah lughawiyah dimasukkan,

misalnya, mempelajari tatabahasa, mendirikan

sekolah-sekolah agama, pembangunan-

pembangunan menara, karena semuanya

dipandang sebagai alat bantu yang disesuaikan

dengan zaman untuk memenuhui perintah nabi,

seperti ‘carilah ilmu’.

H.Mas’oed Abidin 119

Page 120: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Islam pada masa kemajuan tidak harus

berkembang sejajar dengan perkembangan

inteletual, sebab ada hal yang dilarang dan

disuruh, dalam batas halal dan haram, serta

amat ma’ruf dan nahyun ‘anil munkar, sebagai

sifat asli dari agama Islam. Agama juga

mengatur hal yang bersangkutan dengan dunia.

Masalah ini ada yang mengandung ciri

‘ubudiyah, dalam arti berdasarkan perintah dan

bagian dari din Allah, sedangkan cara

mengamalkannya bersifat duniawi. Umpamanya

perintah memelihara anak yatim, menghormati

orang tua, membersihkan gigi, yang

pelaksanaannya sebagian besar terletak pada

pilihan individu.

Kemudian sampai pula kepada persoalan

yang lebih sensitif- sampai dimanakah

kebebasan yang dimiliki memilih alternatif?

Persoalan politik dan kemudian menyebarkan

nasionalisme anti kolonial menuju Indonesia

H. Mas’oed Abidin120

Page 121: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Raya tidak terlepas dari pergolakan intelektual

ini.

Tidak saja masalah fikh, tetapi juga masalah

tauhid harus dihadapi dengan pikiran yang

terbuka. Perbedaan yang fundamental antara

inovasi yang menyalahi hukum hakiki, yang

bersumber Quran dan Hadits, dan pembaruan

sebagai akibat dari peralihan zaman, harus

dibedakan dengan tegas.

Para pelopor pembaruan pemikiran Islam di

Minangkabau berasal dari segala bidang profesi,

di antaranya kalangan ulama (Haji Rasul),

kalangan pedagang (H. Abdullah Ahmad), dan

pada umumnya berhasil melepas dirinya dari

tradisi yang ada, seperti Syekh Djamil Djambek,

Haji Rasul, Haji Abdullah Ahmad dan Ibrahim

Musa Parabek, di masa hidupnya dipandang

sebagai ulama besar, tempat memulangkan

H.Mas’oed Abidin 121

Page 122: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

segala persoalan agama dan kemasyarakatan

pada umumnya.

Gerakan pembaruan pemikiran di bidang

agama yang paling banyak terdengar di Sumatra

Barat. Adakalanya mereka dinamakan kaum

modernist atau disebut juga kaum muda.

Salah seorang di antara kaum pembaru itu

adalah H.Abdullah Ahmad berkali-kali berkata,

bahwa di setiap bidang boleh mempergunakan

akal, yang sebenarnya adalah kurnia Tuhan,

kecuali bidang agama.

Jika kepercayaan tetap merupakan

penerimaan saja atas wibawa guru- atau taqlid,

maka kepercayaan itu tidak ada gunanya.

Orang berakal harus pujaannya Allah dan

untuk itu dipelajarinya akar-akar hukum (ushul

al-fiqh). Untuk mengenalkan semua inti ajaran

agama Islam ini kepada masyarakat luas

H. Mas’oed Abidin122

Page 123: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU diperlukan gerakan penyampaian berbentuk

tabligh.

Inyik Djambek memilih mengamalkan ilmunya

secara langsung kepada masyarakat, dan

mengajarkan ilmu tentang ketauhidan dan

mengaji dengan cara bertabligh, di Surau

Tangah Sawah Bukittinggi, dan menjadi Surau

Inyik Djambek, sampai sekarang.

Syekh Muhammad Djamil Djambek

berkesimpulan bahwa ajaran agama Islam itu

sebaiknya disampaikan melalui tabligh dan

ceramah-ceramah (wirid-wirid) yang dihadiri oleh

masyarakat banyak.

Perhatiannya ditujukan untuk meningkatkan

iman seseorang. Ia mendapat simpati dari

tokoh-tokoh ninik mamak dan kalangan guru

Kweekschool. Bahkan ia mengadakan dialog

dengan orang non Islam dan orang Cina.

H.Mas’oed Abidin 123

Page 124: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Sifatnya yang populer ialah ia bersahabat

dengan orang yang tidak menyetujui fahamnya,

sehingga pada tahun 1908 ia mendirikan pusat

kegiatan keagamaan untuk mempelajari agama

yang dikenal dengan nama Surau Inyiak

Djambek di Tengah Sawah, Bukttinggi.

Suraunya merupakan tempat pertemuan bagi

organisasi-organisasi Islam.

Kiprahnya mampu memberikan warna baru di

bidang kegiatan keagamaan di Sumatra Barat.

Mengutip Ensiklopedi Islam, Syekh Muhammad

Djambek juga dikenal sebagai ulama yang

pertama kali memperkenalkan cara bertablig di

muka umum. Barzanji (rawi) atau marhaban

(puji-pujian) yang biasanya dibacakan di

surau-surau saat peringatan Maulid Nabi

Muhammad SAW, digantinya dengan tablig

yang menceritakan riwayat lahir Nabi

Muhammad dalam bahasa Melayu. Demikian

pula kebiasaan membaca riwayat Isra Mi'raj Nabi

H. Mas’oed Abidin124

Page 125: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Muhammad dari kitab berbahasa Arab,

digantinya dengan tablig yang menceritakan

peristiwa tersebut dalam bahasa Melayu,

sehingga dimengerti oleh seluruh lapisan

masyarakat. Termasuk juga tradisi membaca

kitab, digantinya dengan membahas masalah

kehidupan sehari-hari, dalam satu tradisi ilmu.

Semua itu dilakukan karena agama

diperuntukkan bagi siapa saja yang dapat

memahaminya. Ia pun dikenal sebagai ulama

yang lebih bergiat di aktivitas tablig dan

ceramah, yang kemudian diikuti oleh para

pembaru lainnya di ranah Minangkabau.

Seiring perjalanan waktu, sikap dan

pandangannya terhadap tarekat mulai berubah,

dan Syekh Muhammad Djambek kini tidak lagi

tertarik pada tarekat. Pada awal tahun 1905,

ketika diadakan pertemuan ulama guna

membahas keabsahan tarekat yang berlangsung

H.Mas’oed Abidin 125

Page 126: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

di Bukit Surungan, Padang Panjang, Syekh

Muhammad berada di pihak yang menentang

tarekat. Dia "berhadapan" dengan Syekh Bayang

dan Haji Abbas yang membela tarekat.

Syekh Mohammad Djamil Djambek kemudian

menulis buku mengenai kritik terhadap tarekat

berjudul Penerangan Tentang Asal Usul

Thariqatu al-Naksyabandiyyah dan Segala yang

Berhubungan dengan Dia, terdiri atas dua jilid.

Salah satu penjelasan dalam buku itu, yakni

tarekat Naksyabandiyyah diciptakan oleh orang

dari Persia dan India.

Syekh Muhammad Djambek menyebut orang-

orang dari kedua negeri itu penuh takhayul dan

khurafat yang makin lama makin jauh dari ajaran

Islam.

Buku lain yang ditulisnya berjudul Memahami

Tasawuf dan Tarekat dimaksudkan sebagai

upaya mewujudkan pembaruan pemikiran Islam.

H. Mas’oed Abidin126

Page 127: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Akan tetapi secara umum dia bersikap tidak

ingin bermusuhan dengan adat istiadat

Minangkabau. Tahun 1929, Syekh Muhammad

Djambek mendirikan organisasi bernama

Persatuan Kebangsaan Minangkabau dengan

tujuan untuk memelihara, menghargai, dan

mencintai adat istiadat setempat.

Djamil Djambek tidak banyak menulis dalam

majalah Al-Munir. Djamil Djambek mempunyai

pengetahuan tentang ilmu falak, yang

memungkinkannya menyusun jadwal waktu

sembahyang serta untuk keperluan berpuasa di

dalam bulan Ramadhan. Jadwal ini diterbitkan

tiap tahun atas namanya mulai tahun 1911, dan

karena Inyik Djambek dikenal sebagai Bapak

Ilmu Falak, beliau menerbitkan Natijah

Durriyyah untuk masa 100 tahun. Walaupun

masalah ini sangat dipertikaikan dengan kaum

tradisionalis.

H.Mas’oed Abidin 127

Page 128: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Di samping kegiatan Inyik Djambek mengajar

dan menulis, beliaupun aktif dalam kegiatan

organisasi masyarakat. Pada tahun 1913, ia

mendirikan organisasi bersifat sosial di

Bukittinggi yang bernama Tsamaratul Ichwan

yang menerbitkan buku-buku kecil dan brosur

tentang pelajaran agama tanpa mencari

keuntungan. Beberapa tahun ia bergerak di

dalam organisasi ini sampai menjadi perusahaan

yang bersifat komersial. Ketika itu, ia tidak turut

lagi dalam perusahaan itu.

Syekh Djamil Djambek secara formal tidak

mengikat dirinya pada suatu organisasi tertentu,

seperti Muhammadiyah dan Thawalib. Tetapi ia

memberikan dorongan pada pembaruan

pemikiran Islam dengan membantu organisasi-

organisi tersebut.

H. Mas’oed Abidin128

Page 129: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Beliau tercatat sebagai pendiri dari

Persatuan Guru Agama Islam (PGAI), yang

didirikan pada 1919 di Padang, Sumbar.

Di samping juga untuk memelihara dan

mengusahakan agar Islam terhindar dari bahaya

yang dapat merusaknya. Selain itu, dia juga

turut menghadiri kongres pertama Majelis Tinggi

Kerapatan Adat Alam Minangkabau tahun 1939.

Yang tak kalah pentingnya dalam perjalanan

dakwahnya, pada masa pendudukan Jepang,

Syekh Muhammad Djambek mendirikan Majelis

Islam Tinggi (MIT) berpusat di Bukittinggi.

Pada 30 Desember 1947 (18 Shafar 1366 H),

Inyik Djambek wafat, meninggalkan pusaka

besar, wirid tsulasa (setiap hari Selasa), yang

tetap hidup sampai sekarang.

Beliau di makamkan di samping Surau Inyik

Djambek di Tengah Sawah Bukittinggi, dalam

usia 87 tahun.

H.Mas’oed Abidin 129

Page 130: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Beberapa bulan setelah itu, 26 Januari 1948

(14 Rabi’ul awal 1366 H), teman akrab Inyik

Djambek dalam berdakwah, yakni Inyik Syekh

Daud Rasyidy (terkenal dengan sebutan Inyik

Daud, ayah Buya Datuk Palimo Kayo), meninggal

dunia pula di Surau Inyik Djambek di Tangah

Sawah ini, ketika mengimami shalat maghrib,

dan besoknya dikuburkan di samping makamnya

Inyik Djambek. Itulah sebabnya sampai sekarang

ini, kita dapati makam kembar di samping surau

Inyik Djambek ini.

H. Mas’oed Abidin130

Page 131: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

SURAU INYIK DJAMBEKWARISAN GERAKAN PEMBARUAN

PEMIKIRAN ISLAM

MATA RANTAI GERAKAN PADERI DI

MINANGKABAU

Pada awal abad ke-20, di Sumatera Barat

ditandai dengan periode yang penuh pergolakan

sosial dan intelektual. Berpuluh-puluh buku

polemik, baik dalam bahasa Arab maupun

bahasa Melayu mulai banyak diterbitkan, dan

berbagai majalah, surat kabar yang mewartakan

hal-hal yang berupa pergolakan pemikiran, dan

aliran-aliran dalam pemahaman mazhab dalam

syari’at Islam, mulai banyak bermunculan, dan

pengamalan dalam adat sesuI panduan syarak,

agama Islam sangat ramai dibicarakan.

Salah seorang pelopor gerakan pembaruan

di Minangkabau yang menyebarkan pikiran-

pikirannya dari Mekah pada awal abad ke-20

adalah Syekh Ahmad Khatib EL

Minangkabawy (1855).12

H.Mas’oed Abidin 131

Page 132: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Syekh Ahmad Khatib adalah turunan dari

seorang hakim golongan Padri yang “benar-

benar” anti penjajahan Belanda. Ia dilahirkan di

Bukittinggi pada tahun 1855 oleh ibu bernama

Limbak Urai.

Limbak Urai adalah saudara dari

Muhammad Shaleh Datuk Bagindo, Laras, Kepala

Nagari Ampek Angkek yang berasal dari Koto

Tuo Balaigurah, Kecamatan Ampek Angkek

Candung. Ayahnya adalah Abdullatief Khatib

Nagari, saudara dari Datuk Rangkayo

Mangkuto, Laras, Kepala Nagari Kotogadang,

Kecamatan IV Koto, di seberang ngarai

Bukittinggi.

Baik dari pihak ibu ataupun pihak ayahnya,

Ahmad Khatib adalah anak terpandang, dari

kalangan keluarga yang mempunyai latar

belakang agama dan adat yang kuat, anak dan

kemenakan dari dua orang tuanku Laras dari

Ampek Koto dan Ampek Angkek. Ditenggarai,

bahwa ayah dan ibu Ahmad Khatib dipertemukan

dalam pernikahan berbeda nagari ini, karena

sama-sama memiliki kedudukan yang tinggi

dalam adat, dari keluarga tuanku laras, dan latar

belakang pejuang Paderi, dari keluarga Pakih

Saghir dan Tuanku nan Tuo.

H. Mas’oed Abidin132

Page 133: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Sejak kecilnya Ahmad Khatib mendapat

pendidikan pada sekolah rendah yang didirikan

Belanda di kota kelahirannya. Ia meninggalkan

kampung halamannya pergi ke Mekah pada

tahun 1871 dibawa oleh ayahnya. Sampai dia

menamatkan pendidikan, dan menikah pada

1879 dengan seorang putri Mekah Siti Khadijah,

anak dari Syekh Shaleh al-Kurdi, maka Syekh

Ahmad Khatib mulai mengajar dikediamannya di

Mekah tidak pernah kembali ke daerah asalnya.

Syekh Ahmad Khatib, mencapai derajat

kedudukan yang tertinggi dalam mengajarkan

agama sebagai imam dari Mazhab Syafei di

Masjidil Haram, di Mekah. Sebagai imam dari

Mazhab Syafe’i, ia tidak melarang murid-

muridnya untuk mempelajari tulisan Muhammad

Abduh, seorang pembaru dalam pemikiran Islam

di Mesir.

Syekh Ahmad Khatib sangat terkenal dalam

menolak dua macam kebiasaan di Minangkabau,

yakni peraturan-peraturan adat tentang warisan

dan tarekat Naqsyahbandiyah yang dipraktekkan

pada masa itu. Kedua masalah itu terus menerus

dibahasnya, diluruskan dan yang tidak sejalan

dengan syari’at Islam ditentangnya.

H.Mas’oed Abidin 133

Page 134: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pemahaman dan pendalaman dari Syekh

Ahmad Khatib el Minangkabawy ini, kemudian

dilanjutkan oleh gerakan pembaruan di

Minangkabau, melalui tabligh, diskusi, dan

muzakarah ulama dan zu’ama, penerbitan brosur

dan surat-kabar pergerakan, pendirian sekolah-

sekolah seperti madrasah-madrasah Sumatera

Thawalib, dan Diniyah Puteri, sampai ke nagari-

nagari di Minangkabau, sehingga menjadi

pelopor pergerakan merebut kemerdekaan

Republik Indonesia.

Dalam beberapa karya Ahmad Khatib

menunjukkan bahwa barang siapa masih

mematuhi lembaga-lembaga “kafir”, adalah kafir

dan akan masuk neraka. Kemudian, semua harta

benda yang diperoleh menurut hukum waris

kepada kemenakan, menurut pendapat Ahmad

Khatib harus dianggap sebagai harta rampasan.

Pemikiran-pemikiran yang disampaikan

Ahmad Khatib memicu pembaruan pemikiran

Islam di Minangkabau. Di pihak lain perlawanan

yang berarti terhadap pemikiran Ahmad Khatib

datang dari kalangan Islam tradisi yang

adakalanya disebut kaum tua.

H. Mas’oed Abidin134

Page 135: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Kecamannya mengenai tarekat, telah dijawab

oleh Syekh Muhamamad Saat bin Tanta’ dari

Mungkar dan Syekh Khatib Ali di Padang jang

menerbitkan beberapa tulisan tentang itu.

Kecamannya dalam harta warisan,

menumbuhkan kesadaran banyak orang

Minangkabau memahami, bahwa tidak dapat

disesuaikan hukum waris matrilineal dengan

hukum agama.

Di antara guru agama banyak juga yang tidak

dapat menyetujui pendirian Ahmad Khatib, yang

dianggap tidak kenal damai. Walaupun pikiran-

pikiran itu mendapat tantangan dari kaum adat,

maupun muridnya yang tidak menyetujui

pemikiran demikian, namun perbedaan pendapat

ini telah melahirkan hasrat untuk lebih

berkembang, menghidupkan kembali kesadaran

untuk pengenalan kembali diri sendiri, yaitu

kesadaran untuk meninggalkan keterbelakangan.

Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawy

menyebarkan pikiran-pikirannya dari Mekah

melalui tulisan-tulisannya di majalah atau buku-

buku agama Islam, dan melalui murid-murid

yang belajar kepadanya.

H.Mas’oed Abidin 135

Page 136: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Dengan cara itu, beliau memelihara

hubungan dengan daerah asalnya Minangkabau,

melalui murid-muridnya yang menunaikan

ibadah haji ke Mekah, dan yang belajar padanya.

Mereka inilah kemudian menjadi guru di daerah

asalnya masing-masing.

Ulama zuama bekas murid Ahmad Khatib,

mulai mengetengahkan pemikiran, manakala

Islam bermaksud tetap memuaskan pengikutnya,

maka harus terjadi suatu pembaruan. Setiap

periode dalam sejarah peradaban manusia,

melahirkan pembaruan pemikiran agama yang

bertujuan memperbaiki pola penghidupan

umatnya. Cita-cita itu ditemukan kembali dalam

agama.

Cara berpikir seorang beragama Islam

bertolak dari anggapan keyakinan, bahwa Islam

itu tidak mungkin memusuhi kebudayaan.

Dengan kemajuan cara berpikir orang berusaha

menemukan kembali cita-citanya dalam Islam.

Timbul pertanyaan, apakah di dalam Islam ada

unsur yang menyangkut kepada cita-cita

persamaan, kebangsaan, hasrat untuk maju dan

rasionalisme.

H. Mas’oed Abidin136

Page 137: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Keunggulan dari Syekh Ahmad Khatib dalam

memberikan pelajaran kepada muridnya, selalu

menghindari sikap taqlid. Salah seorang dari

muridnya, yakni H.Abdullah Ahmad, yang

kemudian menjadi salah seorang di antara para

ulama dan zuama, pemimpin kaum pembaru di

Minangkabau, pendiri Sumatera Thawalib, yang

berawal dari pengajian di Masjid Zuama,

Jembatan Besi, Padangpanjang, dan kemudian

mendirikan pula Persatuan Guru Agama Islam

(PGAI), di Jati, Padang, telah mengembangkan

ajaran gurunya melalui pendidikan dan

pencerahan tradisi ilmu dan mendorong pula

para muridnya untuk mempergunakan akal yang

sesungguhnya adalah kurnia Allah.

Jika kepercayaan hanya tumbuh semata-mata

karena penerimaan atas wibawa guru semata,

maka kepercayaan itu tidak ada harganya, dan

itulah yang membuka pintu taqlid. Peperangan

melawan penjajahan asing tidak semata-mata

dengan menggunakan senjata, bedil dan

kelewang, tetapi pencerdasan anak kemenakan

dengan memberikan senjata tradisi ilmu.

H.Mas’oed Abidin 137

Page 138: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Murid-muridnya kemudian menjadi penggerak

pembaruan pemikiran Islam di Minangkabau,

seperti Syekh Muhammad Djamil Djambek

(1860 – 1947)13, Haji Abdul Karim Amarullah

(1879-1945) 14, dan Haji Abdullah Ahmad

(1878 – 1933)15.

Haji Abdul Karim Amarullah .

Haji Abdul Karim Amarullah lebih dikenal

dengan nama Haji Rasul. Haji Rasul dilahirkan di

Sungai Batang Maninjau pada tahun 1879, anak seorang ulama bernama Syekh Muhammad Amarullah gelar Tuanku

Kisai. Ia mendapat pendidikan pada beberapa tempat di Minangkabau. Pada tahun 1894, ia pergi ke Mekah untuk

belajar selama 7 tahun. Sekembalinya dari Mekah, ia diberi gelar Tuanku Syekh Nan Mudo, sebagai pengakuan atas

ilmunya. Kemudian ia kembali ke Mekah untuk beberapa tahun sampai tahun 1906. Selama bermukim kedua di

Mekah ini, ia mulai memberi pelajaran. Murid-muridnya termasuk Ibrahim Musa dari Parabek, Bukittinggi yang

kemudian menjadi salah seorang pendukung yang terpenting dari pembaruan pemikiran Islam, di

Minangkabau. Ia meninggal di jakarta pada 2 Juni 1945

Haji Rasul mulai mengajar di kampungnya,

Sugai Batang Maninjau, kemudian mengunjungi

Padang Panjang, Matur dan Padang. Tablighnya

H. Mas’oed Abidin138

Page 139: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU bersifat keras, yang ditandai dengan serangan

terhadap perbuatan yang tidak disetujuinya

sampai soal-soal kecil sekali pun, seperti ia

mengecam baju kebaya dan terbukanya rambut

seorang perempuan di hadapan bukan

muhrimnya. Ketika ayahnya meninggal pada

tahun 1907, ia melarang diadakan kenduri yang

menyebabkan kekecewaan pada anggota

keluarganya. Sikapnya bermusuhan terhadap

adat dan kepada ninik mamak yang

membedakannya dari sahabatnya kaum

pembaru lainnya seperti Syekh Djamil Djambek

dan Haji Abdullah Ahmad yang ibu mereka

berasal dari luar Minangakabau.

Haji Rasul mengadakan perjalanan ke luar

daerah Minangkabau. Pada tahun 1915, ia

bepergian ke Malaya dan ke Jawa. Di Malaya, Haji

Rasul tidak disenangi oleh Sultan-Sultan serta

guru agama di Malaya, karena keterikatan guru-

guru agama dengan kebiasaan-kebiasaan

H.Mas’oed Abidin 139

Page 140: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

tradisional. Di Jawa, ia berhubungan dengan

pemimpin-pemimpin Sarekat Islam dan

Muhamma-diyah.

Haji Rasul sangat aktif dalam gerakan

pembaruan pemikiran Islam di Minangkabau.

Dialah yang memperkenalkan Muhammadiyah di

Minangkabau pada tahun 1925. Suraunya di

Padang Panjang tumbuh menjadi Sumatra

Thawalib yang kemudian melahirkan Persatuan

Muslimin Indonesia, suatu partai politik pada

permulaaan tahun 1930. Ia menjadi penasehat

Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) pada tahun

1920, dan memberikan bantuan mendirikan

Sekolah Normal Islam di Padang pada tahun

1931.

Ia menentang ajaran komunis dengan

sangat gigih pada tahun 1920-an dan

menyerang ‘’Ordonansi Guru’’ pada tahun

H. Mas’oed Abidin140

Page 141: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 1928 serta ‘’Ordonansi Sekolah Liar ‘ tahun

1932.

Dari tahun 1929 sampai tahun 1939, ia

sering bepergian ke seluruh daerah di Sumatra

untuk menyampaikan buah pikiran dan ajaran-

ajarannya. Pada tahun 1941, ia ditahan

Pemerintah Belanda dan dibuang ke Sukabumi

dengan alasan bahwa kewibawaan dan

kekuasaan pemerintah serta peraturan adat

tidak berfunghsi selama ia bertempat tinggal di

daerahnya. Haji Rasul meninggal dunia di Jakarta

pada tanggal 2 Juni 1945.

Haji Abdullah Ahmad (1878 –

1933)

Haji Abdullah Ahmad lahir di Padang

Panjang pada tahun 1878 sebagai anak dari Haji

Ahmad yang dikenal sebagai ulama dan juga

seorang pedagang kecil. Ibunya berasal dari

H.Mas’oed Abidin 141

Page 142: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Bengkulu. Setelah menyelesaikan pendidikan

dasarnya pada sebuah sekolah pemerintah, dan

mendapat pendidikan agama di rumah dengan

ayahnya. Pada tahun 1895, Abdullah Ahmad

pergi ke Mekah dan kembali ke Indonesia pada

tahun 1899.

Sekembalinya dari Mekah, ia segera

mengajar di kota Padang Panjang. Tindakannya

yang pertama dilakukannya adalah

memberantas bid’ah dan tarekat. Ia tertarik

pula untuk menyebarkan pemikiran pembaruan

melalui publikasi dengan jalan menjadi agen

dari berbagai majalah pembaruan, seperti Al-

Imam di Singapuran dan Al-Ittihad dari Cairo.

Pada tahun 1906 Haji Abdullah Ahmad

pindah ke Padang untuk menggantikan

pamannya yang meninggal dunia sebagai guru.

Dio Padang, ia mengadakan tabligh-tabligh dan

pertemuan-pertemuan tentang masalah agama

H. Mas’oed Abidin142

Page 143: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU dan mendirikan Jamaah Adabiyah beberapa

tahun kemudian. Pada mulanya jamaah ini

hanaya delapan orang yang menghadiri

cermahnya. Di samping itu ia memberikan

ceramah-ceraman pada orang dewasa.

Pengajiannya dilakukan dua kali seminggu

secara bergantian dari rumah ke rumah.

Kenyataannya tidak semua anak-anak

pedagang di Padang mendapat pendidikan yang

sistematis. Hal ini menyebabkan Haji Abdullah

Ahmad membuka Sekolah Adabiyah pada tahun

1909, dengan bantuan para pedagang ini setelah

ia mengunjungi sekolah Iqbal di Singapura.

Haji Abdullah Ahmad sangat aktif menulis,

malahan ia menjadi ketua persatuan wartawan di

Padang pada tahun 1914. Ia mempunyai

hubungan yang erat dengan pelajar-pelajar

sekolah menengah di Padang dan Sekolah Dokter

di Jakarta dan memberikan bantuan dalam

H.Mas’oed Abidin 143

Page 144: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

kegiatan Jong Sumatranen Bond. Ia menjadi

pendiri majalah Al-Munir yang terbit di Padang

tahunn 1911 sampai tahun 1916, majalah berita

Al-Akhbar tahun 1913, dan menjadi redaktur

dalam bidang agama dari majalah Al-Islam

tahun 1916 yang diterbitkan Sarekat Islam di

Surabaya. Majalah A l-Islam yang dicetak dengan

tulisan Arab Melayu (Jawi). Pananggungjawab Al-

Islam adalah Oemar Said Cokroaminoto.

Pengetahuannya tentang agama sangat

mendalam, yang diakui ulama-ulama Timur

Tengah pada suatu konperensi khilafat di Kairo

pada tahun 1926. Pengakuan itu dibuktikan

dengan pemberian gelar kehormatan dalam

bidang agama sebagai doktor fid- din. Haji

Abdullah Ahmad meninggal dunia di Padang

pada tahun 1933.

H. Mas’oed Abidin144

Page 145: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Syekh Ibrahim Musa (1882 –

19.. )16

Dua orang di antara murid bekas ulama-

ulama tersebut kemudian menjadi pelopor

pembaruan pemikiran Islam pula. Di antaranya

Syekh Ibrahim Musa dan Zainuddin Labai al-

Yunusi. Mereka menyebarkan peranannya

dalam mendirikan lembaga pendidikan Islam

yang bersifat modern.

Setelah belajar pada beberapa perguruan,

pada umur 18 tahun ia berangkat ke Mekah dan

belajar di negeri itu selama 8 tahun. Ia kembali

ke Minangkabau pada tahun 1909 dan mulai

mengajar pada tahun 1912. kemudian ia

berangkat lagi ke Mekah pada tahun berikutnya

dan kembali pada tahun 1915. Saat itu ia telah

mendapat gelar Syekh Ibrahim Musa atau Inyiak

Parabek sebagai pengakuan tentang agama.

H.Mas’oed Abidin 145

Page 146: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Syekh Ibrahim Musa tetap diterima oleh

golongan tradisi, walaupun ia membantu

gerakan pembaruan. Ia menjadi anggota dua

organisasi Kaum Muda dan kaum Tua, yaitu

Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) dan

Ittihadul Ulama.

Zainuddin Labai al-Yunusi

(1890- 1934).17

Zainuddin Labai adalah seorang auto-didact,

yang mempelajari ilmu dan agama dengan

tenaga sendiri. Ia tidak pernah menamatkan

pelajaran pada sekolah formal. Pengetahuannya

banyak diperolehnya dengan membaca sendiri

dan kemampuannya dalam bahasa-bahasa

Ingegeri, Belanda dan Arab sangat

membantunya. Koleksi bukunya meliputi buku-

buku bermacam bidang seperti aljabar, ilmu

bumi, kimia dan agama.

H. Mas’oed Abidin146

Page 147: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Enam tahun lamanya ia membantu Syekh

Haji Abbas, seorang ulama di Padang Japang,

Payakumbuh dalam bidang kegiatan praktis.

Dalam tahun 1913, Zainuddin memilih Padang

Panjang sebagai tempat tinggalnya. Ia memulai

mengajar di Surau Jembatan Besi, bersama Rasul

dan Haji Abdullah Ahmad.

Zainuddin Labai banyak menulis artikel

dalam majalah Al-Munir. Ia lebih tertarik pada

kehidupan dan kegiatan tokoh kebangsaan

seperti Mustafa Kamil, pendiri partai Hizb al

Wathan di Mesir, Muhammad Abduh dan Rashid

Redha yang lebih banyak memperhatikan sal-

soal agama. Zainuddin Labai termasuk seorang

yang mula-mula mempergunakan sistem kelas

dengan kurikulum teratur yang mencakup

pengetahun umum seperti bahasa, matematika,

sejarah, ilmu bumi di samping pelajaran agama.

Ia pun mengorganisir sebuah klub musik untuk

murid-muridnya, yang pada saat itu kurang

H.Mas’oed Abidin 147

Page 148: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

diminati oleh kalangan kaum agama. Ia seorang

yang produktif dalam menulis buku teks tentang

fikh dan tatabahasa Arab untuk sekolahnya.

Terjemahan Autobiografi Mustafa Kamil

diterbitkannya dalam bentuk serial artikel pada

majalah Al-Munir di Padang Panjang. Zainuddin

Labai adalah seorang termuda di antara tokoh

pembaru pemikiran Islam di Minangkabau dan

mempunyai harapan besar untuk perkembangan

selanjutnya. Ia termasuk seorang anggota

pengurus Thawalib dan mendirikan pula

perkumpulan Diniyah pada tahun 1922 dengan

tujuan bersama-sama membina kemajuan

sekolah itu.

Rupanya Allah cepat memanggilnya,. Ia

meninggal pada tahun 1934 dan kegiatannya

dilanjutkan oleh adiknya yang bernama Rahmah

al Yunusiyah, sebagai salah seorang pendidik

kaum wanita di Minangkabau.

H. Mas’oed Abidin148

Page 149: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Lembaga dan organisasi

kaum pembaru

Tanggal 19 Agustus 1928, dihadiri lebih

kurang 800 orang ulama dan wakil 115

organisasi. Rapat ini terjadi karena mereka risau

benar-benar, bahwa kemerdekaan beragama

yang telah tertanam dalam hati nuraninya akan

terganggu oleh peraturan Pemerintah Belanda.

Aapalagi mereka berhadapan dengan wakil

pemerintah yang mempunyai jabatan tinggi.

Pada umumnya para pembicara

mengemukakan pendapat disertai kata-kata

kasar terhadap maksud pemerintah Belanda

untuk memberlakukan peraturan di daerah

mereka

H.Mas’oed Abidin 149

Page 150: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Syekh Adam BB (1889-1953)

Pandeka yang Jadi Ulama

Syekh Adam BB, atas izin Allah, menghirup

udara dunia 1889 di Nagari Balai-balai

Padangpanjang. Tanggal dan bulan kelahirannya

persis sama dengan kelahiran Wihelmina, ratu

Negeri Belanda yang tiap ulang tahunnya

dirayakan dengan pesta rakyat di tanah jajahan

Hindia Belanda.

Selesai sekolah desa, Adam masuk

Gouvernement dan lulus dengan angka-angka

tinggi. Bagi Adam muda, itu saja cukuplah. Anak

keluarga terpandang ini kemudian memilih

mendalami silat. Dasar-dasar ilmu bela diri

tradisional itu memang sangat diminatinya sejak

kecil ketika di surau, di mana dulu ia tidur,

belajar membaca al-Quran dan ilmu agama.

Adam sebenarnya memperoleh kesempatan

pendidikan lebih tinggi daripada kebanyakan

H. Mas’oed Abidin150

Page 151: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU bumiputera. Karena dialah putra Sami'un Datuk

Bagindo, penghulu pucuk yang disegani dan

pemutus-kata pada tiap perundingan ninik

mamak. Tapi Adam menampik masuk Sekolah

Raja Bukittinggi. Tidak jelas benar alasannya.

Yang terucap pada ayahnya hanyalah: "Saya

takkan masuk Sekolah Raja, saya tak suka pakai

pentalon."

Sepanjang sepuluh tahun masa belianya,

hingga usia menjelang 25 tahun, Adam berguru

pada puluhan pandeka kenamaan dari berbagai

aliran dan sasaran silat. Itulah pilihan jiwa muda

dan jati dirinya. Dan puncaknya, Adam

mematahkan perlawanan harimau dalam suatu

perkelahian mencekam di tepi bukit kawasan

Agam.

Sejak itu tampillah Adam yang bertubuh

tinggi kekar sebagai parewa gadang.

Tempramennnya tinggi. Wataknya keras dan

pantang kelangkahan. Pemuda yang sehari-hari

berbaju gunting cina "cap kelapa" serta sarung

melilit bahu ini mencuat sebagai rajo cakak.

Kegemarannya main sepakbola dan musik.

Mandor Orang Rantai

Setelah merasa dewasa, ia pergi mencari

H.Mas’oed Abidin 151

Page 152: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

untung ke Sawahlunto. Di sana ia langsung

diterima bekerja di Tambang Batubara sebagai

mandor "orang rantai" --sebutan untuk buruh

tambang yang ditangkap kembali setelah

melarikan diri. Beberapa bulan bekerja di

tambang, Adam pulang membawa segepok uang

untuk diserahkan pada ibunda tercinta. "Bukan

ini yang kuharapkan darimu!," sergah sang ibu

sambil mencampakkan uang pemberian

anaknya.

Inilah anti-klimaks keparewaan seorang

Adam. Sebuah kenyataan yang memaksanya

mengartikan kembali perjalanan hidupnya.

Bahwa menjadi orang bagak dan bapitih

bukanlah segalanya; tidak suatu kebanggaan

bagi ibu, orangtua dan masyarakat pribumi yang

mengerti pahitnya hidup dijajah.

Kesadaran ini mencuat kembali dalam diri

Adam. Masa kecil di surau; mengaji dan belajar

silat agar menjadi orang pandai dan berilmu

adalah untuk melawan kemungkaran, membela

kebenaran, orang lemah dan tertindas. Ini

merupakan kesadaran kolektif masyarakat di

mana Adam hidup dan dibesarkan. Kesadaran

itulah yang membuat hardikan ibunya menjadi

cambuk yang menyebabkan Adam luluh.

H. Mas’oed Abidin152

Page 153: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Kembali ke Surau

Tapi perasaannya tak menentu. Ia pergi

meninggalkan Padangpanjang. Semula ia tetap

bermaksud ke Sawahlunto untuk bekerja lagi.

Hatinya berontak, tapi hardikan ibunya

terngiang-ngiang mengiringi langkah gontainya

menyusuri danau Singkarak. Penat berjalan,

Adam terduduk di surau kecil tepi danau di kam-

pung Sumpur. Di surau itu seorang anak surau

sedang membaca kitab. "Kenapa tulisan Arab tak

berbaris itu bisa kau baca?, Adam bertanya.

"Itulah gunanya mengaji," jawab anak itu lugas.

Adam tercenung. Lalu berlari, kembali ke

Padangpanjang. Ia ingin mengaji lagi, di Surau

Jembatan Besi, surau yang merupakan basis

ulama Minangkabau awal abad ke-20. Adam

diterima menjadi murid Syekh Abdul Karim

Amrullah.

Murid tertua dan bertubuh paling gedang ini

sering jadi bahan cemooh teman-temannya.

Inyiak Rasul, panggilan populer Syekh Abdul

Karim Amrullah, juga tak kasih ampun. Bila Adam

tak cepat menangkap kaji ia didamprat: "Segaek

ini lambat juga mengerti...." Adam terlecut.

'Jangan panggil aku Adam kalau tak dapat kaji,'

tekadnya. Dan memang, lepas mengaji di Surau

Jembatan Besi, Adam berguru pada Inyiak Daud.

H.Mas’oed Abidin 153

Page 154: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Syekh Daud Rasjidi baru saja pulang dari Mekah

dan membuka surau di kampungnya, Balingka.

Tapi tabiat parewa Adam masih sering

terlongsong walau telah mengaji dan tinggal di

Balingka. Salah-salah banyak orang kena

kakinya. Menghadapi perangai muridnya, Inyiak

Daud yang juga pandeka tahu persis. Di depan

orang banyak guru yang arif itu justru membela

Adam walaupun bersalah. Beberapa kali

peristiwa pembelaan serupa itu membuat Adam

malu dan ragu. Akhirnya ia menghadap gurunya.

Ia akui bahwa dialah yang menyebabkan cakak.

Pakk! Inyiak Daud menampar muridnya.

"Tahu bersalah kok tak mengaku sejak awal,"

katanya berang.

Pendekatan yang diambil Inyiak Daud dalam

mendidik muridnya menimbulkan hubungan

guru-murid yang akrab, dan kecintaan murid

yang dalam terhadap gurunya.

Surau Pasar Baru

Tahun 1914 Adam diantar Inyiak Daud

kembali ke Padangpanjang untuk belajar ke

Surau Inyiak Jaho, karena musibah galodo

memporak-porandakan surau Balingka hingga

semua murid pulang ke kampung

H. Mas’oed Abidin154

Page 155: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU masing-masing. Adamlah yang tetap setia

menemani gurunya.

Tidak sampai setahun belajar pada Syekh

Muhammad Jamil Jaho, Adam mulai merasa

cukup mantap untuk membuka surau sendiri.

Tahun 1916 Adam mulai merintis sebuah halaqah

sederhana di Kampung Pasar Baru

Padangpanjang. Di bawah pengawasan Syekh

Daud Rasjidi, 1920 halaqah itu kemudian

diresmikan menjadi sebuah surau, populer

disebut SPB --singkatan: Surau Pasar Baru. SPB

tidak lain dari obsesi keulamaan dan dan

kependekaran Adam. Orientasi Pendidikannya

ditekankan pada penanaman aqidah yang

didukung dengan ilmu-ilmu agama, pembinaan

fisik dan mental melalui latihan silat, dilengkapi

pula dengan pelajaran kesenian dan ketrampilan.

Lulusan ideal surau yang diinginkan Syekh Adam

BB ialah kombinasi ulama, pandeka dan jiwa seni

yang mandiri dan terampil, sepertitergambar

pada profil dirinya.

Tahun 1929 setelah masuknya sistem

pendidikan moderen, SPB dikembangkan

menjadi sistem klasikal, yang kemudian

dinamakan Madrasah Irsyadin Naas (MIN). MIN,

yang hingga kini tetap eksis, pada paruh awal

abad ke-20 merupakan satu dari empat

H.Mas’oed Abidin 155

Page 156: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

madrasah terkemuka di Padangpanjang.

Berdampingan dengan perguruan Diniyah

Puteri, Thawalib dan perguruan

Muhammadiyah.

Dakwah Ulama yang Pandeka

Semangat anti penjajah yang tertanam kuat

dalam diri Syekh Adam BB mempengaruhi

perjalanan madrasah yang dipimpinnya. Ketika

pemberlakuan Wilde Scholen Ordonantie oleh

Kolonial, guru MIN diintimidasi dan sebagian

ditangkap. Sewaktu Jepang masuk, Syekh Adam

BB langsung masuk daftar hitam. Beliau

dikejar-kejar tentara Jepang, hingga beliau

terpaksa tinggal di sebuah bukit kawasan Agam.

Ketika Agresi Belanda, Syekh Adam BB

menjadikan gedung MIN sebagai dapur umum

dan markas perlawanan. Di sana diatur taktik

untuk menghancurkan konvoi musuh.

Cara yang ditempuh Syekh Adam BB

mengajak orang ke jalan Islam menggambarkan

sifatnya yang konsisten, keras tapi lugas dan

sederhana. Suatu kali beliau menegur seorang

pemuda bagak. "Kenapa tidak shalat?," tanyanya

tajam.

H. Mas’oed Abidin156

Page 157: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU "Tidak punya kain sarung, Mak Adam,"

jawab sang pemuda.

"Ini sarung, shalatlah!," tukas Syekh Adam

BB sembari menyerahkan sarung yang melilit

bahunya.

Suatu kali beliau diberitahu Bung Hatta,

proklamator RI, bahwa banyak anak-anak dhuafa

di Mentawai yang dipengaruhi Missionaris. Syekh

Adam BB langsung berangkat ke kepulauan

masyarakat terbelakang itu, mengambil dan

membawa 18 orang anak ke Padangpanjang

untuk dijadikan anak asuh. Mereka bergabung

dengan anak-anak yatim dan miskin yang telah

beliau tampung sebelumnya. "Anak-anak itu

diberi makan oleh Allah," tukas Syekh Adam BB,

setiap kali orang bertanya bagaimana ia

memelihara anak-anak itu. Syekh Adam BB

memperlakukan anak-anak asuhnya

sebagaimana anak kandung sendiri. Sama

makan, tempat tinggal, jatah pakaian dan

keperluan lainnya.

Pada kali lain, merebak perjudian di

Padangpanjang. Syekh Adam BB minta bertemu

gubernur. "Tuan seorang gubernur, kenapa orang

berjudi saja Tuan tak bisa melarang?!" tanyanya.

Besoknya segala bentuk perjudian di

Padangpanjang digrebek atas perintah gubernur.

H.Mas’oed Abidin 157

Page 158: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pribadi yang Mandiri

Sebagai seorang ototidak, di samping terus

menambah wawasan pengetahuan, Syek Adam

BB rajin mempelajari dan memratekkan

macam-macam kerajinan industri kecil. Itu

adalah di antara cara hidup mandiri yang telah

mempribadi pada dirinya. Malah sampai usia

lanjut, beliau tetap produktif; berusaha tidak

meminta pada orang lain untuk menghidupi diri,

anak dan istri, serta anak-anak asuh yang

ditampungnya, bahkan untuk mengayuh

jalannnya madrasah.

Sampai akhir hayatnya, keberadaan Syek

Adam BB begitu berarti bagi masyarakat

Padangpanjang khususnya, dan Minangkabau

umumnya. Jiwa pendekarnya selaku ulama

ternyata sangat diperlukan dalam masyarakat

zamannya. Pada zaman penjajahan dan awal

kemerdekaan, di mana banyak orang melarat

sebanyak orang menindas, sebanyak perjuangan

menegakkan kebenaran sebanyak itu pula

kemungkaran.

Jejak-jejak Syekh Adam BB hingga kini

masih membekas jelas di Padangpanjang.

H. Mas’oed Abidin158

Page 159: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

HMD DT.PALIMO KAYO (1905 –

1985)

Buya Datuk, Profil Tokoh Ulama

dan Adat

Dalam kesejukan pagi, pada tanggal 17

Shafar 1321 H, bertepatan dengan tanggal 10

Maret 1905 di Pahambatan, Balingka, Kecamatan

IV Koto (Kabupaten Agam) lahirlah seorang putra

yang kemudian diberi nama Mansur. Orang tua

berbahagia yang menyambut kelahiran putranya

kala itu adalah Syekh Daud Rasyidi dan Siti

Rajab. Sebagai kepala keluarga, Syekh Daud

Rasyidi sudah mengarahkan anaknya supaya

taat beragama. Selain itu Syekh senantiasa beru-

paya agar semua anak-anaknya antara lain;

Anah, Mansur, Miramah, Sa'diah, Makmur dan

Afifah agar giat belajar.

Salah seorang putranya yaitu: Mansur Daud

kemudian tumbuh dalam kerangka kemungkinan

yang diberikan oleh latar belakang budaya serta

lingkungan keluarga di sekitarnya.

H.Mas’oed Abidin 159

Page 160: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Cikal Bakal Seorang Pemimpin Muslim

Pembentuk pribadi muslim yang

pengaruhnya langsung terhadap Mansur Daud

sudah diberikan oleh ayahnya, yang

pekerjaannya memang memberikan pengajian

dan ceramah-ceramah agama. Besarnya

perhatian dalam keluarga terhadap pendidikan

ini memacu semangat Mansur Daud untuk terus

menekuni Islam.

Walaupun waktunya juga dibagi untuk

kegiatan keseharian yang lainnya, tetapi, cikal

bakal dirinya sebagai seorang pemimpin Muslim

sudah mulai terlihat.

Usia tujuh tahun memasuki sekolah Desa di

Balingka pada tahun 1912. Pendidikan ini hanya

diikuti selama satu tahun. Selanjutnya, beliau

pindah ke Lubuk Sikaping dan melanjutkan ke

Gouvernment School sampai tahun 1915.

Mansur Daud meninggalkan Lubuk Sikaping,

kemudian mempelajari agama Islam secara

khusus di perguruan Sumatera Thawalib pada

tahun 1917. Beliau langsung mendapat

pendidikan dari ulama besar Haji Abdul Karim

Amrullah (HAKA), sementara tetap mempelajari

H. Mas’oed Abidin160

Page 161: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU mata pelajaran agama pada Perguruan Islam

Madrasah Diniyah di bawah asuhan Zainuddin

Labay El Yunusi. Hampir seluruh waktunya diisi

dengan mempelajari pendidikan agama Islam.

Ke Mekah dan Mengembara Semasa Muda

Usia Mansur Daud masih begitu muda ketika

naik haji pada tahun 1923. Dalam usia yang

belum cukup dua puluh tahun, beliau sudah

menginjak kota suci Mekah serta langsung

belajar agama Islam dengan Syekh Abdul Kadir

Al Mandily. Salah seorang Imam Masjidil Haram

itulah yang mendidik Mansur Daud selama lebih

kurang satu tahun. Tetapi, lantaran adanya

perang saudara di Mekah kala itu, Mansur Daud

terpaksa kembali pulang ke Indonesia.

Kepulangan itu mengantarkannya kembali

menuntut ilmu di perguruan Islam Sumatera

Thawalib, Parabek Bukittinggi.

Selama tahun 1924, Mansur Daud

mendalami agama di perguruan Islam yang

diasuh oleh Ibrahim Musa Parabek. Suasana

politik yang tak menentu, yakni menyebarnya

pengaruh komunis ke dalam perguruan

Sumatera Thawalib, membuat Mansur Daud

H.Mas’oed Abidin 161

Page 162: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

memutuskan untuk menghindarinya.

Tahun 1925, Mansur Daud berangkat ke

mancanegara, menuju India. Langkah ini

ditempuhnya guna menghindari pengaruh

komunis kala itu. Di Negeri itu Mansur Daud

kembali pada dunia yang dihadapinya selama ini.

Beliau belajar agama di Perguruan Islam Tinggi

(Jamiah Islamiyah), Locknow, India. Abdul Kalam

Azad sebagai Pemimpin perguruan tersebut

langsung jadi pengasuh sekaligus pengajarnya.

Selanjutnya, H. Mansur Daud melanjutkan

belajar agama pada Islamic College di

Heydrabad, India. Dua bersaudara yang

memimpin perguruan itu; Maulana Syaukat Ali

dan Maulana Muhammad Ali cukup dikenal,

sehingga mereka dijuluki Two Brother oleh

masyarakat. Serupa namanya, perguruan tinggi

agama Islam yang mereka pimpin juga cukup

dikenal oleh masyarakat, terbukti banyak murid

yang datang dari luar India. H. Mansur Daud

adalah salah seorang diantaranya.

Selama lebih kurang 5 (lima) tahun, H.

Mansur Daud mengembara, menuntut ilmu di

India. Pengembaraanya buat sementara ke

mancanegara usai. Beliau pulang dan sempat

singgah di Malaysia. Beliau langsung ke pulau

Jawa.

H. Mas’oed Abidin162

Page 163: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Periode Aktifitas Organisasi

Setiba di Jawa Haji Mansur Daud bertemu

dengan sejumlah tokoh pimpinan organisasi dan

politik antara lain: H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus

Salim, K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Fakhruddin.

Sejak bergabung dengan beberapa tokoh itu,

beliau terpacu untuk berkiprah dalam organisasi.

Aktifitas organisasi yang telah dimulainya

sekembali dari India sejak tahun 1930

diwujudkan dalam suatu kongres di Sumatera

Thawalib, Bukittinggi.

Kongres di Sumatera Thawalib itu

mewujudkan Persatuan Muslim Indonesia (PMI).

Peranan H. Mansur Daud dapat dikatakan

penting. Terbukti dari Jabatan Sekretaris umum

yang dipegangnya pada PMI sejak didirikan

tahun 1930. H. Mansur Daud kemudian

berperan dalam membentuk partai politik

Indonesia yaitu Persatuan Muslim Indonesia

(PERMI).

Periode penjajahan Jepang memperlihatkan

kemajuan aktifitas H. Mansur Daud. Salah satu

upayanya adalah membentuk badan koordinasi

alim ulama Minangkabau. Badan itu, Majlis Islam

H.Mas’oed Abidin 163

Page 164: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Tinggi (MIT), diketuai pertama kali oleh Sykeh

Sulaiman Ar Rasuli, yang lebih dikenal dengan

Inyiak Canduang.

Penjajahan Jepang membuat rakyat begitu

menderita. MIT seolah menjadi tempat mengadu

bagi rakyat.

Jepang yang berupaya menghapus

organisasi seperti Muhammadiyah dan Persatuan

Tarbiyah Islamiyah, seolah luput mewaspadai

Majlis Tinggi Islam. Tokoh-ulama yang duduk

dalam MIT sangat berpengaruh dalam sepak

terjang pejuang ketika berhadapan dengan pihak

Jepang kala itu.

Kiprah dalam Agama dan Adat

Sejalan dengan kekalahan tentara Jepang,

dan keberhasilan Bangsa Indonesia merebut

kemerdekaan membuat segenap warga ingin

mendarmabaktikan perjuangannya. H.Mansur

Daud menggiatkan kiprahnya di bidang agama

lewat dakwah dan ceramah di mesjid-mesjid.

Muncul sebagai mubalig dan seorang tokoh Islam

yang memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.

H. Mansur Daud, tetap eksis,terutama sejak

M.I.T difusikan ke Majlis Syura Muslimin

H. Mas’oed Abidin164

Page 165: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Indonesia (Masyumi) di Yogyakarta pada bulan

Februari 1946.

H.Mansur Daud cukup didengar dan dihargai

pendapatnya. Didahulukan selangkah,

ditinggikan seranting oleh anak kemenakan.

Diserahi posisi penting dalam adat sebagai

seorang ninik mamak. Gelar adat yang

kemudian dipangkunya adalah Datuk Palimo

Kayo.

Posisinya dalam raad (Dewan) Nagari

dimanfaatkannya untuk memusyawarahkan soal

harta pusaka bersama ninik mamak pada 2-4

Mei 1953 di Gedung Nasional Bukittinggi. Beliau

juga melakukan aktifitas lain dalam usaha

meningkatkan dan mensejahterakan masyarakat

khususnya di Minangkabau. Upaya yang

dilakukannya meliputi; pembangunan masjid,

mushalla maupun sekolah agama.

Hal terpenting, beliau sangat

memperhatikan soal persatuan khususnya

sesama alim ulama.

Semangat dan Pengabdian

Kegiatan di bidang politik semakin

membawa HMD Datuk Palimo Kayo menjadi

tokoh teras melalui semangat dan pengabdian

yang ia curahkan. Terbukti ketika dirinya

H.Mas’oed Abidin 165

Page 166: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dipercaya sebagai Ketua umum Masyumi wilayah

Sumatera Tengah.

Salah satunya karyanya adalah membentuk

markas Perjuangan Hizbullah guna mewaspadai

kembalinya penjajah, meskipun Bangsa Indone-

sia telah memproklamasikan kemerdekaannya

pada tahun 1945. Saat Masyumi mendapat

tempat dengan keikutsertaan pada pemilihan

umum pertama pada tahun 1955, HMD Datuk

Palimo Kayo duduk di parlemen selama setahun

sampai tahun 1956.

Karir politik HMD Datuk Palimo Kayo di

tataran negara semakin melesat ketika

pemerintah menunjuknya sebagai Duta Besar

(Dubes) Republik Indonesia (RI) untuk negara

Irak sampai tahun 1960.

Sekembali dari Irak, mengakhiri tugas

sebagai duta besar, ia menyaksikan partai politik

Islam Masyumi dibubarkan oleh Presiden

Soekarno. Antara tahun 1961-1967 HMD Datuk

Palimo Kayo aktif berdakwah dan menekankan

peningkatan kemakmuran umat. Dewan Dakwah

Islamiyah yang diketuai Mohammad Natsir juga

turut dirancang Buya Datuk sejak didirikan pada

tahun 1968.

Tanggal 3 Januari 1968, beliau turut

mendirikan Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI).

H. Mas’oed Abidin166

Page 167: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Upaya yang dilakukan melalui wadah sosial

serupa itu kemudian semakin melengkapi

pengabdian HMD Datuk Palimo Kayo dalam

memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Bidang pendidikan turut jadi perhatian

beliau. Bersama-sama guru agama Islam beliau

melangsungkan rapat pada 17 Desember 1978.

Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI)

berupaya mengembangkan dunia pendidikan

yang selama ini dipandang sangat strategis

melahirkan tokoh-tokoh besar.

Riwayat hidup HMD Datuk Palimo Kayo yang

begitu sarat dengan segala bentuk aktifitas

memang layak mendapat perhatian secara

ilmiah. Sejumlah kalangan yang dekat, baik dari

keluarga maupun sesama ulama sangat

menghargai keberadannya. Kalangan akademik

kemudian menjadikan sosoknya sebagai sumber

tulisan ilmiah sekaligus mencermati kiprahnya

sepanjang hayatnya. Pihak-pihak lain yang

memberikan semacam kerangka penilaian

tentang eksistensinya. Mengutip Sastrawan

sekaligus Budayawan AA Navis dalam tulisan

Marthias D. Pandoe tentang Buya HMD Datuk

Palimo Kayo, "sebagai seorang ulama yang

konsekuen dengan pendiriannya walau apapun

dihadangnya. Imannya kuat, tidak dapat dibeli

H.Mas’oed Abidin 167

Page 168: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dengan kedudukan maupun uang. Mungkin

riwayat hidupnya yang penuh pengalaman itu

menjadikannya tangguh", (Kompas, 26 Juli

1981).

Kelangkaan akan keberadaan ulama

sekaliber HMD Datuk Palimo Kayo kiranya jadi

titik tolak untuk mengenang tokoh ulama ini.

Sungguh layak riwayat hidup beliau ditulis di

tingkat perguruan tinggi seperti yang telah ada

berupa "Biografi", yang disusun Linda Fauzia

dalam tugas akhirnya untuk meraih sarjana,

dengan analisisnya; "Buya Haji Daud Datuk

Palimo Kayo: Profil Seorang Ulama dan Penghulu

di Minangkabau." (Fakultas Sastra Universitas

Andalas Padang, 1993).

Hingga akhir hayatnya, Buya HMD Datuk

Palimo Kayo senantiasa teguh dalam sikap

telitinya, meskipun terhadap hal sekecil seka-

lipun. Kenyataan tersebut diungkapkan oleh

seorang mubalig yang giat mensyiarkan Islam H.

Mas'oed Abidin. Tokoh ulama besar ini telah

meninggalkan kita buat selama-lamanya pada

tahun 1988. Namun selama hayatnya beliau

tetap memacu semangat dan militansi Islam

yang tak kunjung padam.

H. Mas’oed Abidin168

Page 169: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Syekh Haji Zainuddin Hamidy

(1907-1957)

H.Mas’oed Abidin 169

Page 170: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Ulama Diplomat Anti

Kekerasan

Syekh Haji Zainuddin Hamidy lahir pada 8

Februari 1907 di Koto Nan Ampek, Payakumbuh.

Ayahnya adalah Abdul Hamid yang dikenal

sebagai "orang bagak," yakni julukan yang

diberikan kepada pemuda Minangkabau yang

disegani karena keberanian dan ilmu beladirinya.

Kecintaan pada Ilmu Pengetahuan

Setelah menamatkan Gouvernement di

Payakumbuh, Zainuddin melanjutkan

pendidikannya ke Madarasah Thawalib Darul

Funun el Abbassiyah di Padang Japang. Kecintaan

Zainuddin muda kepada ilmu pengetahuan

tampak pada kegiatannya untuk senantiasa

menuntut ilmu kapan dan di mana saja. Jika

pulang kampung dalam masa libur di darul

Funun, misalnya, Zainuddin mendatangi Tuangku

Karuang di Batang Tabik untuk mengaji. Di

Batang Tabik ini Zainuddin berkenalan dengan H

Fachruddin HS, yang kemudian menjadi kawan

yang akarab dalam perjuangannya.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Darul

H. Mas’oed Abidin170

Page 171: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Funun, Zainuddin langsung diminta Syekh Abbas

Abdullah mengajar di madrasah itu. Namun tak

lama kemudian, karena merasa ilmunya belum

cukup, Zainuddin memilih melanjutkan

pendidikan ke Mekah. Tahun 1927 Zainuddin

berangkat ke Mekah dan belajar di Ma'had

Islamy. Di perguruan yang terkenal itu Zainuddin

belajar selama lima tahun.

Kembali ke Tanah Air pada 1932, Zainuddin

diminta mengajar di Diniyah School. Pada masa

itu Diniyah School adalah perguruan Islam

terkemuka di Payakumbuh yang didirikan Engku

Mudo Hamzah dan Engku Mudo Muhammad.

Kiprah di Dunia Pendidikan

Karena prestasi dan kepercayaan para

pendiri Diniyah School pada Syekh Zainuddin,

kepemimpinan perguruan itu kemudian

diamanahkan kepadanya. Sejalan dengan

idealisme keilmuan yang dituntutnya di Ma'had

Islamy Mekah, nama perguruan Diniyah School

diganti dengan Ma'had Islamy Payakumbuh.

Di bawah kepemimpinan Syekh Zainuddin

Hamidy, Ma'had Islamy Payakumbuh

berkembang dengan sangat pesat. Pada 1936

jumlah pelajar Ma'had lebih 700 orang. Melihat

H.Mas’oed Abidin 171

Page 172: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

perkembangan murid yang menggembirakan itu,

Zainuddin mengambil inisiatif untuk membangun

gedung belajar yang lebih besar. Di atas tanah

wakaf keluarga Dt Rajo Basa dan pembelian

Zainuddin sendiri, di Koto Nan Ampek

Payakumbuh, dibangunlah gedung Ma'had

Islamy yang tergolong megah untuk saat itu.

Malang tak dapat ditolak, begitu gedung hampir

rampung, angin topan yang sangat kencang

merobohkan gedung itu.

"Asa Rabbuna an-yubdilana khairan minha,"

ucap Syekh Zainuddin Hamidy dengan ikhlas,

semoga Allah memberi gantinya dengan yang

lebih baik.

Meski gedung porak-poranda namun

pendidikan jalan terus. Dalam masa yang sulit

itu tekanan dari pihak kolonial datang pula.

Belanda memasukkan coro (kakitangan) dengan

menyamar menjadi murid di Ma'had Islamy

untuk memata-matai guru-guru yang berbicara

menentang kolonial.

Semua cobaan itu dihadapi Zainuddin

Hamidy dengan sabar dan tawakal. Beliau

mencoba terus berbuat. Bersama Nashruddin

Thaha dan kawan lainnya, Zainuddin ikut

mempelopori berdirinya Training College

Payakumbuh.

H. Mas’oed Abidin172

Page 173: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Bidang pendidikan memang telah menjadi

fokus perhatian utama Syekh Zainuddin Hamidy

dalam perjuangannya. Selain mengajar dan

memimpin Ma'had Islamy, Syekh Zainuddin juga

mengajar di SMI, PGA dan SGHA Bukittinggi.

Beliau juga ikut mengasuh Training College.

Untuk meningkatkan pengetahuan agama

murid-muridnya, Syekh Zainuddin Hamidy

membuka pengajian halakah. Pengajian secara

berkala itu diikuti guru-guru dan murid-murid

kelas terakhir Ma'had Islamy. Pengajian ini

terutama berorientasi pada rangsangan dan

gairah berpikir.

Syekh Zainuddin Hamidy dikenal luas

sebagai ahli agama, hafidz, ahli hadits,

pengarang di samping sebagai tokoh pendidikan.

Sering pula beliau disebut sebagai politikus,

organisator, pemikir yang berpandangan jauh ke

depan dan berpikir jernih. Beliau orang yang

konsekuen, tegas dan ramah. Sebagai

pengarang beliau menerjemahkan dan menulis

beberapa buku, antara lain, terjemahan Al-Quran

Kariem, terjemahan Shahih Bukhari, terjemahan

Hadits Arbain, Musthalah Hadits dan Kitab

At-Tauhid.

Lima Sekawan

H.Mas’oed Abidin 173

Page 174: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pada tahun 1930-an di Payakumbuh muncul

Kelompok Lima Serangkai. Kelompok ini terdiri

dari tokoh-tokoh terkemuka yang secara rutin

bertemu dan berdiskusi tentang

masalah-masalah umat dan langkah-langkah

perjuangan. Kelompok lima itu tediri dari Syekh

Zainuddin Hamidy, Fachruddin HS Dt Majo Indo,

Arisun St Alamsyah, H Nasruddin Thaha dan H

Darwis Taram Dt Tumanggung. Lima sekawan

inilah kekuatan yang mengerjakan perlawanan

terhadap kaum penjajah. Dari lima orang tokoh

itu Syekh Zainuddin Hamidy lebih dituakan

dalam memutuskan masalah-masalah yang

pelik, karena ilmu beliau lebih dalam.

Bersama teman-temannya, Syekh Zainuddin

Hamidy mendirikan PERMI di daerah 50 Kota.

PERMI kemudian berubah menjadi MIT, dan ak-

hirnya menjadi MASYUMI hingga wafat beliau.

Pada masa penjajahan Jepang, Syekh

Zainuddin menjadi Gyu Gun Ko En Bu. Di zaman

awal kemerdekaan Syekh Zainuddin menjadi

ketua Komite Nasional Indonesia Kab. 50 Kota, di

samping aktif dalam Panitia Dana Emas

Perjuangan. Dalam perjuangan fisik, Syekh

Zainuddin Hamidy juga mengambil peranan

penting. Beliau menggelorakan semangat jihad

para lasykar pejuang yang dikirim ke fron

H. Mas’oed Abidin174

Page 175: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU pertempuran. Ketika Agresi Belanda II Syekh

Zainuddin Hamidy ikut perang gerilya. Saat itu

Ma'had Islamy ditutup.

Diutus Menghadap Soekarno

Pada tahun 1950, Syekh Zainuddin Hamidy

kembali membuka Ma'had Islamy. Ketika itu

terjadi ketegangan dan konflik antara pemerin-

tah daerah dengan Pemerintah Pusat. Dalam hal

ini Syekh Zainuddin berperan dalam upaya

penyelesaian. Di sini tampaklah bahwa bahwa

beliau orang yang moderat dan anti kekerasan.

Tahun 1957 Syekh Zainuddin Hamidy diutus

Pemerintah Daerah untuk berunding dengan

Presiden Soekarno di Istana Negara, Jakarta.

Kembali dari perundingan itu, suatu kali beliau

berkata pada isterinya:

"Usul awak kurang dapat perhatian Presiden

Soekarno, barangkali akan terjadi perang

saudara. Tapi awak jangan melihat hendaknya."

Pagi hari Jumat tanggal 29 Maret 1957,

Syekh Haji Zainuddin Hamidy meninggal dunia,

berpulang ke Rahmatullah. Kepergian beliau

begitu tiba-tiba, tanpa menderita sakit. Bahkan

pada malamnya beliau masih menghadiri

pertemuan bersama Kol M Simbolon dan

H.Mas’oed Abidin 175

Page 176: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

tokoh-tokoh lain di Gedung Pertemuan

Payakumbuh.

Masyarakat kehilangan seorang ulama

modern, pembaharu, serta seorang idealis yang

hidup sederhana. Hamka bertutur:"...Ustadz

Syekh Haji Zainuddin Hamidy adalah seorang

yang sederhana. Percakapan dari mulutnya

hanya satu-satu, tidak banyak. Bila orang

bercakap tentang yang tidak berfaedah, ia hanya

diam. Jika orang bertanya, dijawabnya dengan

senyum. Senyum yang mengandung seribu satu

arti..."

Hamka

H. Mas’oed Abidin176

Page 177: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Biografi

HamkaHAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama

sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau

adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia

yang amat terkenal di alam Nusantara. Beliau lahir pada 17

Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat,

Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh Abdul Karim bin Amrullah

atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan

Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah

pada tahun 1906.

Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar

Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA

mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera

Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari

agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah

mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang

H.Mas’oed Abidin 177

Page 178: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa,

Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto

dan Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada

tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru

agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka

kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam,

Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang

dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau

diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan

Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951

hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi

Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan

jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara

menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis

Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai

bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah,

sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan

kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat

menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur

Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad,

Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa

Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris

dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund

Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan

Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar

pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS

H. Mas’oed Abidin178

Page 179: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar

Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah

bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui

organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian

Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat,

bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang.

Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah

di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan

pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun

kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di

Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis

Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh

Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan

Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali

pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di

Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat

pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri

Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka

sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau

kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena

nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925

ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam.

Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha

kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato

dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan.

H.Mas’oed Abidin 179

Page 180: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan

Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota

Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam

Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya

diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960.

Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan

oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa

dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar

yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar

dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan

Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis

Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga

Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka

merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit.

Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa

buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang

Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau

menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun

1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-

Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor

majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema

Islam.

Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan

karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah

terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-

novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi

buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah

H. Mas’oed Abidin180

Page 181: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan

Kaabah dan Merantau ke Deli.

Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada

peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah

kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar,

1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan

Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran

Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981,

namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini

dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja

diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di

negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam

Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut

dihargai.

Daftar Karya Buya Hamka

1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.

2. Si Sabariah. (1928)

3. Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar

Shiddiq),1929.

4. Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).

5. Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).

6. Kepentingan melakukan tabligh (1929).

7. Hikmat Isra' dan Mikraj.

8. Arkanul Islam (1932) di Makassar.

H.Mas’oed Abidin 181

Page 182: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

9. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.

10. Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.

11. Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.

12. Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi)

1934.

13. Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman

Masyarakat,Balai Pustaka.

14. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman

Masyarakat, Balai Pustaka.

15. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman

Masyarakat, Balai Pustaka.

16. Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko

Buku Syarkawi.

17. Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.

18. Tuan Direktur 1939.

19. Dijemput mamaknya,1939.

20. Keadilan Ilahy 1939.

21. Tashawwuf Modern 1939.

22. Falsafah Hidup 1939.

23. Lembaga Hidup 1940.

24. Lembaga Budi 1940.

25. Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepun 1943).

H. Mas’oed Abidin182

Page 183: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 26. Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang),

sesudah revolusi 1946.

27. Negara Islam (1946).

28. Islam dan Demokrasi,1946.

29. Revolusi Pikiran,1946.

30. Revolusi Agama,1946.

31. Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.

32. Dibantingkan ombak masyarakat,1946.

33. Didalam Lembah cita-cita,1946.

34. Sesudah naskah Renville,1947.

35. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.

36. Menunggu Beduk berbunyi,1949 di

Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.

37. Ayahku,1950 di Jakarta.

38. Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.

39. Mengembara Dilembah Nyl. 1950.

40. Ditepi Sungai Dajlah. 1950.

41. Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir

1908 sampai pd tahun 1950.

42. Kenangan-kenangan hidup 2.

43. Kenangan-kenangan hidup 3.

44. Kenangan-kenangan hidup 4.

H.Mas’oed Abidin 183

Page 184: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

45. Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938

diangsur sampai 1950.

46. Sejarah Ummat Islam Jilid 2.

47. Sejarah Ummat Islam Jilid 3.

48. Sejarah Ummat Islam Jilid 4.

49. Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan

ke 2 tahun 1950.

50. Pribadi,1950.

51. Agama dan perempuan,1939.

52. Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang

Panjang.

53. 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman

Masyarakat, dibukukan 1950).

54. Pelajaran Agama Islam,1956.

55. Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.

56. Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.

57. Empat bulan di Amerika Jilid 2.

58. Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia

(Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.

59. Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan

Majalah GEMA ISLAM.

H. Mas’oed Abidin184

Page 185: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 60. Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M.

Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas,

Jakarta.

61. Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.

62. Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.

63. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.

64. Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.

65. Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan

Bintang.

66. Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.

67. Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).

68. Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr

Mekkah).

69. Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah

umum) di Universiti Keristan 1970.

70. Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.

71. Himpunan Khutbah-khutbah.

72. Urat Tunggang Pancasila.

73. Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.

74. Sejarah Islam di Sumatera.

75. Bohong di Dunia.

76. Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut

Kongres Muhammadiyah di Padang).

H.Mas’oed Abidin 185

Page 186: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

77. Pandangan Hidup Muslim,1960.

78. Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.

79. [Tafsir Al-Azhar][1] Juzu' 1-30, ditulis pada masa

beliau dipenjara oleh Sukarno.

Aktivitas lainnya

• Memimpin Majalah Pedoman Masyarakat, 1936-1942

• Memimpin Majalah Panji Masyarakat dari tahun 1956

• Memimpin Majalah Mimbar Agama (Departemen

Agama), 1950-1953

• Tafsir Al-Azhar Online

Rujukan

• Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, terbitan

Yayasan Nurul Islam, cetakan kedua 1979.

Pranala luar1819

• (id) Ceramah Buya Hamka

• (id) Info lain tentang Hamka

• (id) Tafsir Hamka Online

HAMKA (1908-1981),

adalah akronim kepada nama

sebenar Haji Abdul Malik bin

Abdul Karim Amrullah. Beliau

H. Mas’oed Abidin186

Page 187: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis

Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara.

Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di kampung

Molek, Meninjau, Sumatera Barat,

HAMKA (1908-1981), adalah akronim

kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul

Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama,

aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat

terkenal di alam Nusantara. Beliau lahir pada 17

Februari 1908 di kampung Molek, Meninjau,

Sumatera Barat, Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh

Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai

Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah(tajdid)

di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada

tahun 1906.

HAMKA mendapat pendidikan rendah di

Sekolah Dasar Meninjau sehingga Darjah Dua.

Ketika usia HAMKA mencecah 10 tahun, ayahnya

telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang

Panjang. Di situ HAMKA telah mempelajari

agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA

juga pernah mengikuti pengajaran agama di

surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal

seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad

Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki

Bagus Hadikusumo.

H.Mas’oed Abidin 187

Page 188: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Kerjaya HAMKA bermula sebagai guru

agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing

Tinggi, Medan dan guru agama di Padang

Panjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian

dilantik sebagai pensyarah di Universitas Islam,

Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang

Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.

Setelah itu, beliau dilantik sebagai Rektor

Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor

Universitas Mustapo, Jakarta. Dari tahun 1951

hingga tahun 1960, beliau dilantik sebagai

Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama

Indonesia, tetapi meletakkan jawatan apabila

Sukarno memberi kata dua sama ada menjadi

pegawai kerajaan atau bergiat dalam politik

Majlis Syura Muslim Indonesia (Masyumi).

HAMKA lebih banyak belajar sendiri dan

melakukan penyelidikan meliputi pelbagai

bidang ilmu pengetahuan seperti falsafah,

kesusasteraan, sejarah, sosiologi dan politik,

sama ada Islam ataupun Barat. Dengan

kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau

dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga

besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji

Zaidan, Abbas al-'Aqqad, Mustafa al-Manfaluti

dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga,

beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggeris

dan Jerman seperti Albert Camus, William James,

H. Mas’oed Abidin188

Page 189: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Freud, Toynbee, Jean Sartre, Karl Marx dan Pierre

Loti. HAMKA juga rajin membaca dan bertukar-

tukar fikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta

seperti HOS Chokroaminoto, Raden Mas

Surjoparonoto, Haji Fakrudin, Ar Sutan Mansur

dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah

bakatnya sehingga menjadi seorang pemidato

yang handal.

HAMKA juga aktif dalam gerakan Islam

melalui pertubuhan Muhammadiyah. Beliau

menyertai pertubuhan itu mulai tahu 1925 bagi

menentang khurafat, bidaah, tarekat dan

kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun

1928, beliau mengetuai cawangan

Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun

1929, HAMKAmendirikan pusat latihan

pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun

kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah

di Makasar. Kemudian beliau terpilih menjadi

ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di

Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah,

menggantikan S. Y. Sutan Mangkuto pada tahun

1946. Beliau menyusun kembali pembangunan

dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di

Jogjakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1953,

HAMKA dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat

Muhammadiah. Pada 26 Julai 1957, Menteri

Agama Indonesia iaitu Mukti Ali melantik HAMKA

H.Mas’oed Abidin 189

Page 190: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia

tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada

tahun 1981 kerana nasihatnya diketepikan oleh

kerajaan Indonesia.

Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun

1925 apabila beliau menjadi anggota parti politik

Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau

membantu menentang kemaraan kembali

penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato

dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di

Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik

sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional,

Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante

Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam

Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya

diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada

tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966,

HAMKA telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno

kerana dituduh pro-Malaysia.

Karena dipenjarakanlah maka beliau mula

menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya

ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara,

HAMKA dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah

Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis

Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga

Kebudayaan Nasional, Indonesia.

H. Mas’oed Abidin190

Page 191: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Selain aktif dalam soal keagamaan dan

politik, HAMKA merupakan seorang wartawan,

penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-

an lagi, HAMKA menjadi wartawan beberapa

buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan

Islam, Bintang Islam dan Seruan

Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau

menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat.

Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan

menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar.

HAMKA juga pernah menjadi editor majalah

Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan

Gema Islam.

HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah

Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen.

Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5

jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat

perhatian umum dan menjadi buku teks sastera

di Malaysia dan Singapura termasuklah

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah

Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.

HAMKA pernah menerima beberapa

anugerah pada peringkat nasional dan

antarabangsa seperti anugerah kehormat Doktor

Honoris Causa, Universiti al-Azhar, 1958; Doktor

Honoris Causa, Universiti Kebangsaan Malaysia,

H.Mas’oed Abidin 191

Page 192: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran

Wiroguno daripada kerajaan Indonesia.

HAMKA telah pulang ke rahmatullah pada 24

Julai 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih

terasa sehingga kini dalam memartabatkan

agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima

sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di

negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh

alam Nusantara, termasuk Malaysia dan

Singapura, turut dihargai.

Dr. H. Mohammad Natsir (1908 – 199).

Bumi Minangkabau, tepatnya Kampung

Jambatan Baukia Alahan Panjang, negeri dingin

di balik Gunung Talang Solok menjadi saksi

kelahiran Pembawa Hati Nurani Ummat, tokoh

yang kemudian mendunia, pemikir dan

pemimpin politik , Mohammad Natsir, pada 17

Juli 1908. Putra Sutan Sari Pado dan Khadijah

yang kemudian menjadi tokoh nasional bahkan

aset internasional dari berbagai segi: agama,

H. Mas’oed Abidin192

Page 193: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU politik, sosial budaya, ilmu pengetahuan,

keteladanan, pemikiran, bahkan menjadi mata

air kajian ilmiah dalam berbagai seminar,

simposium, untuk skripsi, thesis serta disertasi

para doktor berbagai disiplin ilmu.20

Masa kanak-kanak beliau lalui di tengah

pergolakan pemikiran para tokoh besar

pembaharu dari Ranah Minang. Belajar di

pendidikan dasar Sekolah Belanda, Natsir kecil

dengan tekun mengikuti gebrakan para tokoh

besar di negerinya. Dari usia delapan tahun

(1916) sampai 15 tahun (1923) Natsir remaja

menggali kekayaan para ulama itu di HIS

Adabiyah Padang dan Madrasah Diniyah Solok.

Natsir aktif dalam Jong Islamiten Bond

Padang sewaktu melanjutkan pendidikan ke

MULO Padang tahun 1923. Masih dalam jalur

pendidikan Belanda, beliau melanjutkan

pendidikan ke AMS (A2) di Bandung. Kesempatan

tersebut membawa beliau berkenalan dengan

ustaz A. Hassan, tokoh PERSIS (Persatuan Islam)

garis keras, yang membimbing beliau melakukan

studi tentang Islam. Dengan ustaz ini beliau

mengelola majalah "Pembela Islam" sampai

tahun 1932.

Natsir secara formal mengikuti pendidikan

barat di sekolah-sekolah Belanda. Beliau

H.Mas’oed Abidin 193

Page 194: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

selesaikan pendidikan Al-Gemene Middel School

di Bandung dalam kajian Kesusastraan Barat

Klasik.

Sebenarnya beliau punya kesempatan

memperoleh besiswa untuk melanjutkan

sekolahnya ke Leiden pada pendidikan yang

lebih tinggi. Namun beliau memilih mendalami

kajian keagamaan melalui ustaz A. Hassan yang

dikenal dengan ulama yang berpaham radikal

dan jadi sesepuh organisasi sosial- keagamaan.

Beliaupun menolak tawaran bekerja sebagai

pegawai negeri pemerintah Hindia Belanda dan

lebih tertarik menekuni dunia pendidikan. Obsesi

itu membuat ia mendirikan Yayasan Pendidikan

Islam di Bandung sekaligus menjabat Direktur

dari tahun 1932-1942.

Keluasan wawasannya mencuat

kepermukaan setelah dapat menguasai

beberapa bahasa asing sebagai alat untuk

menggali buku-buku tokoh kelas dunia. M. Natsir

mulai berkecimpung dalam dunia politik setelah

beliau menjadi anggota PII (Partai Islam

Indonesia) pada awal tahun 40 an, memimpin

organisasi yang terkenal radikal untuk bumi

pancasila. Majelis Al Islam A'la Indunisiya (MIAI)

semakin berkiprah setelah kepemimpinannya.

Bahkan dalam masa penjajahan Jepang

H. Mas’oed Abidin194

Page 195: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU ( 1942-1945) sesepuh dari berbagai kalangan ini

masih sempat jadi kepala bagian kodya Bandung

sekaligus merangkap sekretaris Sekolah Tinggi

Islam (STI) Jakarta. Di samping itu dalam masa

Pemerintah Jepang terbentuklah Masyumi

(Majelis Syura Muslimin Indonesia) di bawah

kepemimpinannya. Kiprah politiknya semakin

menanjak semenjak beliau tampil jadi anggota

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada

tahun 1945-1946 dan menjabat anggota DPR

sementara di tahun 1948 menjabat sebagai

Menteri Penerangan. Karier politiknya sampai ke

puncak ketika ia dilantik menjadi Menteri

Penerangan Republik Indonesia. Peranan beliau

amat menentukan dalam penyelamatan Republik

Proklamasi di tahun 50 an. Mosi Integrasinya

adalah manuver politik yang mengantarkan dia

menjadi Perdana Menteri pada usia 42 tahun.

Ibarat roda, kariernya sebagai politikus

mengalami pasang surut setelah bergesekan

dengan dinding kekuasaan yang waktu itu bera-

tribut Demokrasi Terpimpin yang menjadikan

angin segar bagi Komunis untuk menyibakkan

sayapnya di persada ini. Di tengah gelombang

politik yang semakin mengempas ia terdampar

di pantai oposan yang digerakkan oleh para

Panglima militer di berbagai daerah dengan

wujud PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik

H.Mas’oed Abidin 195

Page 196: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Indonesia). Dengan hadirnya beliau di barisan

oposisi ini, komplik semakin merebak hingga

agresi fisik dan bentrokan senjata tidak bisa

dihindari.

Dengan tuduhan subversif, Natsir terpaksa

meringkuk di belakang terali besi selama 7

tahun, tanpa proses peradilan. Setelah

mengalami karantina politik di Batu Malang Jawa

Timur, dengan perpanjangan tahanan politik

berakhir tahun 1966 di Rumah Tahanan Militer

(RTM), Jakarta. Natsir menghirup udara

kebebasan setelah Presiden Soekarno jatuh dari

kursi kepresidenannya.

Sebagai seorang da'i, panutan umat ini

tampil meyuarakan nurani umat kendatipun

kadang-kadang dengan mempergunakan nama

samaran.

A. Moechlis adalah nama samaran yang

sangat produktif di majalah "Pembela Islam"

awal tahun 1930-an. Ia tampil meneriakkan

berbagai masalah umat dalam berbagai forum

yang berkaitan dengan hubungan inter dan

antara umat beragam, politik, kebudayaan,

ekonomi dan berbagai dilema yang tersentuh

oleh realitas yang kadang-kadang sempat

menyentuh hal-hal sensitif sehingga ia harus

H. Mas’oed Abidin196

Page 197: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU berhadapan dengan pemegang kekuasaan.

Di samping sebagai Ketua Dewan Dakwah

Islam Indonesia (DDII) sejak tahun 1967 sampai

akhir hayatnya, kepiawaiannya sebagai seorang

pemikir dan aktivis dakwah tidak hanya di negeri

tercinta ini akan tetapi cendikiawan kawakan ini

juga mempunyai reputasi dalam harokah

(pergerakan) Islam International. Aktif sebagai

anggota Muslim League Makkah (1969-1993),

berkiprah di Majlis A'la Al Alamy li Masjid di

Makkah kemudian menjabat wakil presiden

World Moeslim Congress (Muktamar Alam Islami)

Karachi di Pakistan (1967-1993). Iapun ikut

membidani The International Islam Charitable

Foundation, Kuwait dan Oxford Center For Islamic

Studies di Inggris.

Menyoroti pola pikirya yang multi-dimensi

menyebabkan ia harus dilihat dari perspektif

yang setaraf dengan beberapa pemikir Islam

terkemuka di abad ini seperti Hasan Al-Banna,

Said Hawa, Said Quth Al-Maududi dan tokoh

reformis lainnya.

Sebelum melambaikan tangan selamat

tinggal pada 6 Februari 1993 di Jakarta, tokoh

kawakan ini masih sempat meninggalkan jejak

perjuangan berupa khazanah intlektual dan

buku-buku yang bernuansa dakwah seperti

H.Mas’oed Abidin 197

Page 198: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Fiqhud Dakwah, Islam dan Akal Merdeka, Fungsi

Dakwah Perjuangan, Tugas Ulama, Kapita Selecta

dan masih banyak lainnya.

Di Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII)

beliau juga meninggalkan aset kekayaan ilmiah

dan ruhiyah yaitu dengan hadirnya majalah

Serial Media Dakwah, Suara Mesjid, Serial

Khutbah Jum'at, majalah "Sahabat" untuk

anak-anak serta Bulletin Dakwah sebagai

penyiram hati umat yang gersang dengan

siraman rohani.

Tokoh yang tidak pernah absen dalam

sejarah ini telah memberi warna tersendiri dalam

dunia perpolitikan di negara iklim tropis ini

sehingga ia jadi tempat bertanya dari berbagai

kalangan. Pak Natsir memang punya peran

khusus yang tidak bisa dilupakan oleh sejarah,

umat Islam, bangsa dan negara. Selamat jalan

Pak Natsir semoga sepak terjangmu mampu

membangkitkan ghirah pemuda negeri ini hingga

mampu berdiri menantang dan menyuarakan

suara kebenaran. Di sini telah menunggu para

natsir-natsir muda untuk melanjutkan

perjuanganmu yang harum semerbak.

H. Mas’oed Abidin198

Page 199: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Pesan Terakhir Mohd. Natsir Untuk

Masyarakat Sumatera Barat.

MENINGKATKAN TARAF HIDUP MEMULAI

DARI BAWAH

Tanggal 19 September 1992 di Simpang

Empat Pasaman di resmikan pemakaian gedung

RSI Ibnu Sina dan Masjid Assyifa'. Bapak M.

Natsir selaku Ketua Dewan Dakwah Pusat

memberikan kata sambutan yang tidak bisa

disampaikan beliau secara langsung karena

beliau tengah dirawat di RSCM Jakarta. Dan

pidato tersebut dibacakan oleh: Bapak H. Buchari

Tamam Sekjend DDII Pusat. Mengingat sangat

relevannya pidato dimaksud dalam menghadapi

kesiapan generasi muda untuk menatap masa

depan yang penuh tantangan dan persaingan di

Era Globalisasi, redaksi mengganggap penting

mengetengahkan kembali pokok-pokok pikiran

Pak Natsir yang selengkapnya sebagai berikut

(Redaksi):

Tadinya saya berharap akan dapat turut

hadir dalam pertemuan yang berbahagia ini,

tetapi kesehatan saya jualah yang menghalan-

ginya.Tiga setengah dasawarsa yang lalu, saya

H.Mas’oed Abidin 199

Page 200: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

mendapat kesempatan menjelajahi daerah

Pasaman ini dari timur sampai ke barat, dari

selatan ke utara, memasuki desa-desa.

Saya sempat melihat secara langsung

bagaimana potensialnya daerah ini. Tanahnya

yang subur, lautnya yang kaya ikan dan padang

rumputnya yang luas untuk peternakan. Begitu

juga perut buminya yang kabarnya juga

mengandung bahan-bahan tambang berharga.

Dalam pembicaraan waktu itu demngan

pemuka-pemuka masyarakatnya yang ramah

tamah, saya mendapat kesan, bahwa mereka

walaupun mengetahui kekayaan alamnya yang

demikian, belum melihat bagaimana jalan

memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf

hidup mereka dari kehidupan yang masih serba

tradisional selama ini, yang pada hakikatnya

masih dalam taraf dibawah garis kemiskinan.

Hal ini terbayang dalam ungkapan rasa hati

mereka yang dirangkum dalam seuntai pantum

populer yang pernah saya dengar di daerah ini.

Kalau saya tak salah, berbunyi: "Simpang Ampek

kampuang sabalah sasimpang jalan ka Kinali

Buah labek tangkoinyo lamah dijambo ta'

sampai jari". Memang begitulah.

Buah lambek tangkainyo lamah, gambaran

dari kekayaan alam Pasaman. Sedangkan di

H. Mas’oed Abidin200

Page 201: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU jambo ta' sampai jari, usaha dan upaya untuk

meraih kekayaan itu, bukan tidak ada tapi

kesanggupan dan alatnya belum mencukupi.

Upaya ini sebenarnya sudah terjawab.

Dari awal Dewan Dakwah sudah

berkeinginan untuk ikut membekali masyarakat

Pasaman dengan manusia yang berkualitas fisik

dan mental, lahir dan batinnya.

Demikianlah, pada awal 1975, berangkatlah

serombongan Dewan Dakwah Sumbar atas

anjuran Dewan Dakwah Pusat, diantaranya

almarhum Mazni Salam dan kawan-kawan. Lalu

merundingkan dengan yang Mulia Syekh Haji

Mohammad Yunus Tuanku Sasak (almarhum),

juga dengan pemuka-pemuka masyarakat dan

pemerintah setempat yang kesemuanya

memberikan sambutan positif.

Waktu itu lah Inyiek Sasak beserta Ummi,

mewakafkan langsung sebidang tanah beliau di

Kampar yang terletak di samping sekolah PGA

dan surau beliau sendiri, di tempat mana telah

didirikan sebuah poliklinik Ibnu Sina. Dan

sesudah itu menyusul pula didirikan poliklinik

Ibnu Sina di Panti. Seiring dengan pembangunan

poliklinik-poliklinik itu, beberapa masjid sebagai

laboratorium dakwah telah pula dibangun di

daerah-daerah transmigrasi dan perkampungan

H.Mas’oed Abidin 201

Page 202: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

penduduk asli seperti di Kinali, Rambah. Sungai

Baramas dan lain-lain.

Sekarang ini tujuh belas tahun pula telah

berlalu pengalaman-pengalaman yang di dapat

dari perkembangan masyarakat selama ini, biar

yang terjadi di daerah akibat pembauran

penduduk asli dengan pendatang-pendatang,

atau pelajaran dan pengalaman yang didapat di

luar daerah; agaknya telah lebih mematangkan

kita untuk menyabut era pembangunan bagi

meningkatkan taraf hidup kita, terutama di

desa-desa.

Kita garap dari bawah. Pertama,

mempersiapkan rakyat yang sehat fisik

mentalnya, sebagai disabdakan Rasulullah yang

artinya: Orang mukmin yang kuat, lebih baik dari

pada orang mukmin yang lemah. (Hadist Riwayat

Ibnu Majah). Kedua, membekali masyarakat,

terutama generasi mudanya dengan ilmu dan

keterampilan, sains dan teknologi, kata orang

sekarang yang belajar dari bawah.

Selanjutnya, membangun masjid daan

rumah sakit untuk pembinaan rohani dan fisik

masyarakat dan merintiskan pendidikan

keterampilan bagi generasi muda.

Ini adalah kelanjutan dari rintisan-rintisan

sebelum ini sebagaimana dikatakan tadi.

H. Mas’oed Abidin202

Page 203: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Satu hal yang perlu kita ingat pula, bahwa

setiap usaha-usaha kemasyarakatan seperti

yang kita lakukan ini, akan berjalan lancar dan

berhasil baik dan merata kalau didukung seluruh

rakyat bersama-sama pemerintah di bawah

bimbingan pemuka-pemuka masyarakat yang di

daerah ini disebut Tungku Tigo Sajarangan: ninik

mamak, alim ulama dan cadiek pandai.

Kalaulah hal yang demikian dapat kita

wujudkan, apa yang kita cita-citakan berupa

kemakmuran lahir bathin yang merata di daerah

kita ini, akan cepat menjadi kenyataan.

Insya Allah.

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi

wabarakatuh

Jakarta, 19 September 1992

Wassalam

ttd

Mohammad Natsir

Ket.

DR. Mohammad Natsir, putra Sumatera

Barat, yang lahir di Alahan Panjang Jembatan

H.Mas’oed Abidin 203

Page 204: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Berukir, beliau adalah seorang pemikir, negara-

wan, ulama besar, dan tokoh Islam yang punya

reputasi dunia, tokoh yang pernah memainkan

peranan yang sangat penting dalam panggung

politik Indonesia, berpulang kerahmatullah pada

hari Sabtu 6 Februari 1993 pukul 12.10 Wib di RS

Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia 85

tahun.

Riwayat Hidup Ringkas

Dr Mohammad Natsir

17 Juli 1908, lahir di kampung Jambatan

Baukia, Alahan Panjang, Sumatera Barat.

Pendidikan:

1916-1923 Holland Inlandsche School di

Solok/Padang, Madrasah Diniyah di Solok

1923-1927 melanjutkan ke Mulo Padang

1927-1930 Algemene Middelbare School,

Westers Klasieke Afdeling (AMS A2) Bandung

H. Mas’oed Abidin204

Page 205: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 1927-1932 Meneruskan studi tentang Islam

pada Persatuan Islam Bandung

1931-1932 Kursus guru diploma LO

Kemasyarakatan dan Pemerintahan:

1928-1932 Ketua Jong Islamiten Bond

Bandung

1932-1942 Direktur Pendidikan Islam

Bandung

1940-1942 Anggota Dewan Kabupaten

Bandung

1942-1945 Kepala Biro Pendidikan

Kotamadya Bandung (Bandung Syiakusyo)

1945-1946 Anggota KNIP

1946-1949 Menteri Penerangan RI

1949-1958 Ketua Umum Partai Masyumi,

Selaku Ketua Fraksi Masyumi dalam DPR-RIS.

Pada waktu itu mengajukan mosi untuk kembali

ke Negara Kesatuan RI yang kemudian dikenal

dengan mosi Integral Natsir dan kawan-kawan,

yang diterima secara aklamasi oleh DPR-RIS

1950-1951 Perdana Menteri RI

1950-1958 Anggota Parlemen RI

H.Mas’oed Abidin 205

Page 206: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

1956-1958 Anggota Konstituante RI

1958-1960 Anggota PRRI

1960-1962 Dikarantina di Batu (Jawa Timur)

1962-1966 Ditahan di RTM/Keagungan

Jakarta

1967 Vice President World Muslim

Congress (Markas di Karachi)

1969 Ketua Yayasan Dewan Da'wah

Islamiyah, Jakarta

1969 Anggota Muslim World League

(Rabithah Alam Islamy) Mekkah

1976 Anggota Majlis A'la Al-Alamy lil

Masajid (Dewan Mesjid Sedunia) bermarkas di

Mekkah

1980 Menerima Penghargaan di bidang

pengkhidmatan kepada Islam dari "King Feisal

Foundation", Riyadh

5-5-1980 Menandatangani Petisi 50

1985 Anggota Dewan Pendiri The

International Islamic Kharitable Foundation,

Kuwait

1986 Anggota Dewan Pendiri The Oxford

Center for Islamic Studies, London, Inggris,

Anggota Majelis Umana' International Islamic

H. Mas’oed Abidin206

Page 207: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU University Islamabad, Pakistan

17-8-1989 Bersama K H Masykur mendirikan

Forum Ukhuwah Islamiyah

PPEMIMPINEMIMPIN D DUNIAUNIA T TERKEJUTERKEJUT

erita wafatnya Bapak DR. Mohamad

Natsir cukup mengejutkan. Tidak hanya

dirasakan oleh para da’i di lapangan

dakwah, juga oleh para politisi dan para

pemimpin dunia. Takeo Fukuda,

Mantan Perdana Menteri Jepang,

beralamat di 4 - 4 - 3 Shimbashi Minato Ku Tokyo,

mengirimkan ucapan belasungkawa dari Tokyo

bertanggal 8 Pebruari 1993 sebagai berikut,

Kepada

Yang Mulia

Keluarga besar Dr. Muhamad Natsir

di Jakarta,

Kata Belasungkawa,

Dengan sedih kami menerima berita kehilangan

besar dengan meninggal dunianya DR. MOHAMAD

NATSIR.

Ketika menerima berita duka tersebut terasa

lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hiroshima,

H.Mas’oed Abidin 207

BB

Page 208: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

karena kita kehilangan pemimpin dunia, dan

pemimpin besar dunia Islam.

Peranan beliau masih sangat diperlukan dalam

mengkordinasikan dunia yang stabil.

Saya banyak belajar dari beliau ketika beliau

berkunjung ke Jepang disaat saya menjabat Menteri

Keuangan. Beliaulah yang meyakinkan kami di

Jepang tentang perjuangan masa depan

pemerintahan orde baru di Indonesia yang bersih dan

sejahtera, bersamaan dengan cita-cita beliau untuk

menciptakan dunia Islam yang stabil, adil sejahtera

dengan kerjasama Jepang.

Kini beliau sudah tiada. Walaupun keberadaan

beliau masih sangat kita perlukan, tetapi Tuhan telah

mengambil kembali beliau untuk beristirahat.

Dengan penuh kesedihan izinkan saya atas

nama kawan-kawan beliau di Jepang menyampaikan

Kata Belasungkawa atas kepergian teman kami

pemimpin dunia yang disegani, Doktor Muhamad

Natsir.

Kami yakin kepergian beliau dengan

ketenangan karena telah banyak murid-murid beliau

yang setia diharapkan meneruskan perjuangan suci

beliau.

Kami yang berduka cita,

Takeo Fukuda.

H. Mas’oed Abidin208

Page 209: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Bersama-sama tokoh ummat yang secita-cita

Mohamad Natsir mendirikan Dewan Da’wah

Islamiyah Indonesia, Pebruari 1967. Pengabdian di

bidang dakwah ini bukan semata dalam makna

simbol tetapi secara substantif dan komprehensif

baik lisan, tulisan dan amaliah sosial bil hal

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Mohamad Natsir ditengah-tengah Ibu Badan

Penyantun Rumah Sakit Ibnu Sina Yarsi Sumbar di Padang, ketika kunjungan ke Sumbar. Mohamad Natsir

menyempatkan melihat perkembangan Rumah Yatim Budi Mulia di Ranah Padang. Beliau memang menjadi

pemimpin tempat bertanya dari berbagai kalangan.

H.Mas’oed Abidin 209

Page 210: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Memang Dewan Da’wah banyak menghidupkan

dakwah Islam pada masyarakat suku terasing dan

daerah terisolir serta di pemukiman transmigrasi.

Untuk keperluan pergerakan dakwah ini, Mohamad

Natsir tidak pernah lelah untuk menggembeleng

kader-kader Islam dengan sangat ikhlas, agar selalu

berjuang untuk kemulian dan ketinggian Islam.

Mohamad Natsir mengganggap kader

pemimpim tak bisa dicetak hanya dalam satu

malam.

Pemimpin tidak bisa dicetak oleh kursus, tidak

ada universitas pemimpin, dan tidak pula ada ijazah

pemimpin. Pemimpin tidak bisa di SK kan. Pemimpin

tumbuh di lapangan, setelah berinteraksi dengan

tantangan di dalam masyarakat. Pemimpin harus

lahir dari kandungan ummat itu sendiri. Lahir dari

lapangan. Mohamad Natsir percaya bahwa kader

ummat dalam jumlah yang terbatas tetap ada. Para

pemimpin umat lebih banyak hadir tanpa dibesar-

besarkan dan gembar gembor. Pemimpin itu harus

berakar ke bawah dan berpucuk ke atas. Inilah

pemimpin yang diidamkan masyarakat. Proses itu

lahir sendiri dalam suatu perjalanan sejarah.

H. Mas’oed Abidin210

Page 211: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Mohamad Natsir dengan para du’at yang melanjutkan gerakan dakwah di bidang kesehatan dan

pendidikan di Sumbar dan Riau

Calon-calon pemimpin diuji oleh keadaan dan

tantangan dalam masyarakatnya. Ujian itu ada yang

baik dan ada yang buruk. Ujian atas kebaikan

misalnya mendapat kesenangan harta dan pangkat.

Bila seorang pemimpin lulus dari berbagai ujian

kehidupan akan punya berlipat kekuatan dan

berdampak poisitif yang tinggi. Sebaliknya bila gagal,

maka yang menanggung derita adalah diri, keluarga

dan masyarakat. Inilah arti sebuah ujian, bertalian

H.Mas’oed Abidin 211

Page 212: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

keistiqahaman seorang pemimpin atau pendakwah di

medan dakwah.

Sebaliknya, ketika ada ujian terhadap keburukan

misalnya penderitaan atau kekurangan harta, mesti

harus dapat dihadapi dengan keteguhan hati dan

tidak pernah sesaatpun lepas dari naungan dan

ma’unah dari Allah SWT.

Maka, yang akan beruntung adalah diri sendiri,

disamping itu keluarga dan juga umat ikut

berbahagia. Bila seorang pemimpin gagal

menghadapi segala penderitaan, dan sempat

menggadaikan diri demi secuil kesenangan, maka

yang akan menderita pertama sekali adalah diri

yang akan ditinggalkan umatnya dan tidak terlalu

mengganggu keluarga dan lingkungan. Hal itu

disampaikannya pada acara syukuran 80 tahun

Natsir yang dilaksanakan rekan dan sahabat pada 17

Juli 1988.21

Mohamad Natsir yang pernah diberi gelar

penghormatan Doktor Kehormatan oleh salah satu

Univeristas di Malaysia tak pernah sepi dari

perjuangan kepentingan bangsa Indonesia dan izzul

Islam wal Muslimuun diseluruh dunia. Beliau

mendapat julukan dari umat sebagai, «hati nurani

dan pemandu ummat».

Sepanjang hanyatnya Mohamad Natsir telah

menghasilkan karya tulis di dalam berbagai aspek

pemikiran. Karya tulisnya yang sudah diterbitkan

sebanyak 60 buah, diantaranya ;

H. Mas’oed Abidin212

Page 213: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 1. Fiqhud Dakwah, (Jakarta: DDII, t.t.) Cet. IV.

2. Surat-surat Mohamad Natsir dari tanggal 17 Juli-

15 Agustus 1958. (T.T. : T.P., t.t.)

3. Bahaya Takut, Jakarta : Media Dakwah, 1991.

4. Capita Selecta I, dihimpunkan oleh D.P. Sati

Alimin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), Cet. III.

5. Capita Selecta II, dihimpunkan oleh D.P. Sati

Alimin, (Jakarta: Pustaka Pendis, 1957).

6. Capita Selecta III, (Naskah Belum Diterbitkan).

7. Fiqhud Dakwah, Djedjak Risalah dan Dasar-

Dasar Dakwah, Malaysia : Polygraphic Press,

1981.

8. Selamatkan Demokrasi Berdasarkan Jiwa

Proklamasi dan UUD 1945, (T.T.: Forum

Silaturrahmi 45, 1984).

9. Islam dan Akal Merdeka, (Jakarta: Media Dakwah,

1988), Cet. III.

10.Azaz Keyakinan Kami. (T.T.).

11.Islam sebagai Dasar Negara, (T.T. : Pimpinan

Fraksi Masyumi dalam Konstituante, 1957).

12.Revolusi Indonesia, (Bandung: Pustaka Jihad,

T.T.). 13. Demokrasi di Bawah Hukum, (Jakarta:

Media Dakwah, 1407/1987), Cet. I.

H.Mas’oed Abidin 213

Page 214: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

13.Pendidikan, Pengorbanan Kepemimpinan,

Primordialisme, dan Nostalgia, (Jakarta: Media

Dakwah, 1987), Cet. I.

14.Normalisasi Konstitusional, (Jakarta: Yayasan

Kesadaran Berkonstitusi, 1990).

15.Islam di Persimpangan Jalan, T.T.

16.Tempatkan Kembali Pancasila pada

Kedudukannya yang Konstitusioanl, T.T.

17.Mempersatukan Umat, (Jakarta: CV Samudra,

1983), Cet. III.

18.Dunia Islam dari Masa ke Masa, (Jakrta: Panji

Masyarakat, 1982).

19.Islam sebagai Ideologi, (Jakarta: Penyiaran Ilmu,

T.T.).

20.Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah,

(Jakarta: Girimukti Pusaka, 1988).

21.Percakapan antara Generasi, Pesanan

Perjuangan Seorang Bapak, (Malaysia: Dewan

Pustaka Islam, 1991).

22.Agama dan Negara, Falsafah Perjuangan Islam,

(Medan:T. P, 1951).

23.Some Observations Concerning the Role of Islam

in National and International Affairs, (Ithaca New

York : Departement of Far Eastern Studies,

Cornell University, 1954), Penerbitan XVI.

H. Mas’oed Abidin214

Page 215: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 24.The Role of Islam in the Promotion of National

Resilience, (Jakarta: T.P., 1976).

25.Membangun di Antara Tumpukan Puing dan

Pertumbuhan, (Djakarta : Kementerian

Penerangan RI, 1951).

26.Marilah Shalat, Jakarta : Media Dakwah, 1981.

27.Mencari Modus Vivendi antara Umat Beragama

di Indonesia, (Jarta: Media Dakwah, 1983).

28.Asas Keyakinan Agama Kami,(Jakarta: Dewan

Da’wah Islamiyah, 1984).

29.Bahaya Takut, (Jakarta: Media Dakwah, 1991).

30.Kumpulan Khutbah Idul Fithri/Adhha, (Jakarta:

Media Dakwah,1978).

31.Kumpulan Khutbah Hari Raya, (Jakarta : Media

Dakwah, 1975).

32.The New Morality, (Surabaya: Perwakilan DDII,

1969).

33.Tinjauan Hidup, Widjaja, Djakarta, 1957.

34.Kom Tot Het Gebed (Marilah Shalat), (Jakarta:

Media Dakwah, 1981).

35.Keragaman Hidup Antar Agama, Djakarta :

Hudaya, 1970.

36.Hidupkan Kembali Idealisme dan Semangat

Pengorbanan, Djakarta : Bulan Bintang, 1970.

H.Mas’oed Abidin 215

Page 216: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

37.Gubahlah Dunia dengan Amalmu, Sinarilah

Zaman dengan Imanmu, Djakarta : Hudaya,

1970.

38.Kubu Pertahanan Mental dari Abad ke

Abad,(Surabaya: T.P., 1969).

39.Tauhid untuk Persaudaraan Universal, (Jakarta:

Suara Masjid, 1991).

40.Hendak ke mana Anak-anak Kita Dibawa oleh

PMP,(Jakarta: Panji Masyarakat, 1402 H.).

41.Islam dan Akal Merdeka,(Tasikmalaja: Persatoen

Islam bg. Penjiaran, 1947).

42.Islam Mempunyai Sifat-sifat yang Sempurna

untuk Dasar Nega ra, (Jakarta: T.P., 1957).

43.Pandai-pandailah Bersyukur Nikmat, (Jakarta:

Bulan bintang, 1980).

44.Dakwah dan Pembangunan,(Bangil: Al-Muslimun,

1974).

45.Tolong Dengarkan Pula Suara Kami,(Jakarta: Panji

Masyarakat, 1982).

46.Buku PMP dan Mutiara yang Hilang,(Jakrta: Panji

Masyarakat, 1982).

47.Di Bawah Naungan Risalah, (Jakarta: Sinar

Hudaya, 1971).

48.Ikhtaru Ihdas Sabilain, Addinu wa la al-Dinu,

(Jeddah: Al-dar al-Saudiyah, 1392 H.).

H. Mas’oed Abidin216

Page 217: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU 49.Islam sebagai Ideologi, ( Jakarta : Penyiaran

Ilmu, t.t.).

50.Islam dan Kristen di Indonesia, (Bandung: Pelajar

Bulan Sabit, 1969).

51.Pancasila akan Hidup Subur Sekali dalam

Pangkuan Islam, (Bangil: T.P., 1982).

52.Cultur Islam, (Bandung: T.P., 1936).

53.Dari Masa ke Masa,(Jakarta: Yayasan Fajar

Shadiq, 1975).

54.Pandai-pandailah Bersyukur Nikmat,(Jakarta:

Bulan Bintang, 1980).

55.Bersama H.A.M.K. Amarullah, Islam Sumbergia

Bahagia, (Bandung: Jajasan Djaja, 1953).

56.Dengan nama samaran A. Moechlis, Dengan

Islam ke Indonesia Moelia, (Bandung: Persatuan

Islam, Madjlis Penjiaran, 1940).

57.Agama dan Negara dalam Persfektif Islam

(Kumpulan Karangan), Penyunting, H. Endang

Saifuddin Anshari dan LIPPM (Jakarta: 1409-1989,

belum diterbitkan /masih monograph).

58.Asas Keyakinan Agama Kami, (Jakarta: DDII,

1982).

59.Tempatkan Kembali Pancasila pada

Kedudukannya yang Konstitusional, (Jakarta: TP,

1985).

H.Mas’oed Abidin 217

Page 218: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

60.World of Islam Festival dalam Persepektif sejarah

(Jakarta : Yayasan Idayu, 1976).

Bertimbang terima dengan generasi yang akan menerima tongkat patah tumbuh

hilang berganti, untuk melanjutkan usaha pembangunan Rumah Sakit Islam Ibnu

Sina Yarsi Sumbar dalam Musyawarah di Padang.

Di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia,

Mohamad Natsir juga meninggalkan asset kekayaan

ilmiah dengan hadirnya majalah Serial Media

Dakwah, Suara Mesjid, Serial Khutbah Jum'at,

majalah Sahabat untuk anak-anak serta Bulletin

H. Mas’oed Abidin218

Page 219: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Dakwah sebagai penyiram hati umat yang sedang

gersang rohani.

Pemikiran beliau masih tetap hidup ditengah

umat, dibaca dan ditelaah oleh setiap generasi

secara sambung bersambung. Bapak Mohamad

Natsir telah meninggalkan pesan-pesan dakwah yang

tidak akan kering menyirami setiap insan pendakwah

di medan dakwah sepanjang masa. Berpuluh

khazanah intelektual dan ratusan artikel yang

bernuansa dakwah telah ditulis beliau. Belum sempat

diterbitkan. Sungguhpun kini beliau telah

dipanggil kehadirat Allah, namun pemikiran

beliau masih tetap hidup ditengah umat, dibaca

dan ditela'ah oleh setiap generasi secara

sambung bersambung "Harimau mati

meninggalkan belang, manusia pergi

meninggalkan amal yang baik juga".

Sebagai insan beliau telah dipanggil kehadirat

Allah, pada hari Sabtu tanggal 6 Pebruari 1993 pukul

12.10 WIB bertepatan dengan 14 Sya'ban 1413 H di

Ruang ICCU RSCM Jakarta. Dimakamkan di TPU Karet

7 Pebruari 1993 siang, dibawah deraian air mata dan

siraman air hujan.

Selamat jalan Bapak Mohamad Natsir.

Dibelakang bapak telah menunggu Natsir muda

melanjutkan perjuanganmu yang harum semerbak.

"Harimau mati meninggalkan belang, manusia pergi

meninggalkan amal yang baik juga".

H.Mas’oed Abidin 219

Page 220: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Beberapa Rangkuman

Bila kita mengamati dari perkembangan

budaya di Minangkabau, sesungguhnya gerakan

pembaruan pemikiran syarak dan adat di ranah

Minang, terlihat bahwa peredaran masa sejarah

social budaya Minangkabau, selalu mengalami

perubahan dalam kurun waktu 50 hingga 100

tahun, dengan orientasi membangun nagari, dan

ranah.

1. Setiap muncul perubahan atau

gerakan reformasi, sering

sekali berakibat kepada makin

berkurangnya peran penghulu

adat, dan melemahnya pagar-

pagar adat, termasuk ulama

zuama, alim ulama cerdik

pandai suluh bendang di

nagari.

2. Sampai akhir penjajah

Belanda, masyarakat adat

tampaknya berorientasi pada

tiga pola sosial budaya.

Tradisional adat, Islam dan

barat. Namun traidisi adat

kian menciut sehubungan

H. Mas’oed Abidin220

Page 221: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU golongan Islam modernis lebih

menyesuaikan diri pada pola

budaya barat seperti yang

telah berlaku pada beberapa

daerah belahan dunia, seperti

di Mesir dan Timur Tengah

saat ini.

3. Mulai pendudukan Jepang

golongan orientasi barat mulai

kehilangan arah ketika mereka

melihat bahwa bangsa timur

ternyata tidak kalah hebat

dari barat. Sebagai bangsa

mereka kembali menoleh ke

pusaka nenek moyangnya,

adat kebiasaan dan kekuatan

nilai-nilai luhur yang

ditinggalkan.

4. Pada awal kemerdekaan, dan

bahkan pada masa reformasi

kini, ada kecenderungan

untuk tugas dan kewajiban

penjagaan dan pengamalan

syarak (agama Islam) kepada

umumnya dikembalikan

kepada pemerintahan negara

melalui penerbitan perda-

H.Mas’oed Abidin 221

Page 222: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

perda tentang adat, sehingga

kelihatan bahwa masyarakat

adat kehilangan kearifan dan

kewenangan di dalam

menetapkan tindakan sesuai

dengan hak konstutusional

adat mereka. Dengan

demikian berakibat pada

peran elit golongan ulama dan

pemuka adat yang selama ini

sangat penting mengangkat

harkat bangsa mulai

mengendor.

5. Reaksi terhadap kebijaksaan

pemerintah pusat yang

sentralistik, sungguh telah

menyadarkan seluruh

komponen elit politik

Minangkabau di kampung dan

di rantau untuk menampilkan

identis dirinya yang

Minangkabau, dengan

melahirkan pemikiran-

pemikiran baru, pentingnya

kompilasi adat dan syarak di

Minangkabau, di masa ini dan

masa datang.

H. Mas’oed Abidin222

Page 223: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

Padang, 5 Pebruari 2008 M/ 27 Muharram 1429

H

DAFTAR BACAAN DAN SUMBER

INFORMASI

1. AA Navis. “Bukit Marapalam”. Padang: Universitas

Andalas, 1991.

2. Andi Asoka. “Sumpah Satie Bukit Marapalam, Antara

Mitos dan Realitas” (merupakan bab IV dari laporan

Penelitian “Sejarah Perpaduan Antara Adat dan Syarak

di Sumatera Barat, kerjasama Fakultas Sastra Unand

dengan Pemda Tingkat I Sumatera Barat, 1991).

3. Andi Asoka, Zulqaiyim, Sabar. “Stratifikasi Sosial

Minangkabau Pra Kolonial”. Padang: Pusat Penelitian

Universitas Andalas, 1991/1992.

4. Azwar Datuk Mangiang. “Piagam sumpah satie Bukik

Marapalam”. Makalah Seminar. Arsip pribadi

tertanggal 16 Juli 1991.

5. Christine Dobbin. Kebangkitan Islam dalam Ekonomi

Petani yang Sedang Berubah, Sumatera Tengah 1784-

1847. Jakarta: INIS, 1992.

6. Damsar. “Implementasi Kritis Adat Basandi Syara`,

Syara` Basandi Kitabullah di Tengah Masyarakat

Majemuk di Sumatera Barat: Suatu Tinjauan

Sosiologis”.

7. Hamka. Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1984.

H.Mas’oed Abidin 223

Page 224: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

8. H.B.M. Letter. “Proses Bersenyawanya Adat dan

Syarak di Minangkabau”. Padang, Universitas Andalas,

1991.

9. Mochtar Naim. Merantau, Pola Migrasi Suku

Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 1984.

10.Muhammad Radjab. Sistem Kekerabatan di

Minangkabau. Padang: Center for Minangkabau

Studies Press, 1969.

11.Ratno Lukito. Pergumulan Antara Hukum Islam dan

Adat di Indonesia. Jakarta: INIS, 1998.

12. Syafnir Abu Nain. ”Sumpah Satie di Bukit Marapalam,

Perpaduan Antara Adat dengan Syarak”. Padang:

Universitas Andalas, 1991.

13. Syaifullah SA.”Implementasi Kritis Adat Basandi

Syara`, Syara` Basandi Kitabullah di Tengah

Masyarakat Majemuk di Sumatera Barat (Tinjauan

Sosial Budaya)”.

14.Makalah Seminar dan Lokakarya Agama dan Civil

Society oleh PUSAKA Padang tanggal 21 Juni 2003.

15.Zaiyardam Zubir. “Sumpah Satie Bukit Marapalam:

Tinjauan Terhadap Pengetahuan Sejarah Masyarakat”,

Makalah pada Seminar Sehari Sumpah Satie Bukit

Marapalam dan Perpaduan Adat dengan Agama di

Minangkabau. Padang: Universitas Andalas, 31 Juli

1991.

DI MANA TERSIMPANNYA ASLI NASKAH

TIB

H. Mas’oed Abidin224

Page 225: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Oleh, Suryadi

Raba'a, 04 Oktober 2006 / Al-Arba'a, 11 Ramadan 1427 H

Sampai sekarang sudah banyak publikasi

ilmiah mengenai Perang Paderi, misalnya studi

Muhammad Radjab (1958), Christine Dobbin

(1983), dan Rusli Amran (1981, 1985), belum lagi

puluhan artikel yang terbit di berbagai jurnal

ilmiah terbitan dalam dan luar negeri. Studi-studi

tersebut banyak merujuk kepada sumber-sumber

primer yang kebanyakan ditulis oleh pemimpin-

pemimpin militer, komandan-komandan

lapangan, dan juga pegawai swasta kolonial

Belanda yang, langsung atau tidak, pernah

terlibat dalam Perang Paderi. Ini dapat dikesan,

misalnya, dalam publikasi terbaru mengenai

Perang Paderi oleh sejarawan militer G. Teitler

dalam bukunya Het Einde van de Padrie-oorlog

Het beleg en de vermeestering van Bonjol, 1834-

1837; Een Bronnenpublicatie [Akhir Perang

Paderi. Pengepungan dan Perampasan Bonjol

1834-1837; sebuah publikasi sumber]

(Amsterdam: De Bataafsche Leeuw, 2004) yang

mengungkapkan 4 sumber primer mengenai

perang tersebut, yaitu: "De Luitenant Generaal,

Kommissaris Generaal van Nederlandsche-Indië

J. van den Bosch aan den Luitentant Kolonel

Adjudant J.H.C. Bauer bij aankomst te Padang,

H.Mas’oed Abidin 225

Page 226: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

den 13 October 1833, no.354" (hlm.23-25);

"Over het attaqueren van versterkte linien en

kampongs" (hlm.27-39); "Rapport omtrent den

staat van zaken ter Westkust van Sumatra in

Januari 1836 ingediend door de 1e Luitenant

Adjudant Steinmetz, hem opgedragen bij besluit

van den kommandant van het leger, 13

november 1835 no.4" (hlm.41-56), dan; "Journaal

van de expeditie naar Padang onder de

Generaal-Majoor Cochius in 1837 Gehouden door

de Majoor Sous-Chief van den Generaal-Staf

Jonkher C.P.A. de Salis" (hlm.59-183).

Minggu, 24 Juni 2007

Tuanku Imam Bonjol

Nama aslinya adalah Muhammad Sahab

yang dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol.

Ia lahir di Tanjung Bunga Sumatera Barat di

tahun 1772.

Ia banyak belajar soal agama dari orang-

orang ulama di Sumatera Barat dan akhirnya ia

menjadi seorang guru agama di Bonjol. Sebagai

tokoh ia cukup disegani. Disini ia menyebarkan

paham Paderi.

Di tahun 1821 Belanda dengan bala

bantuannya menyerang kaum Paderi untuk

H. Mas’oed Abidin226

Page 227: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU menguasa daerah Sumatera Barat. Tuanku Imam

Bonjol memimpin pertarungan ini dan akhirnya

Belanda kewalahan dan terpaksa mengadakan

perjanjian Masang tahun 1824 yang mengakui

bahwa Tuanku Imam Bonjol sebagai penguasa

daerah Alahan Panjang. Namun perjanjian ini

dilanggar oleh Belanda dan peperangan kembali

berkobar.

Sebagian demi bagian daerah tersebut jatuh

ke tangan Belanda. Daeran Tuanku Imam Bonjol

bertambah sempit dan terkurung oleh daerah-

daerah Belanda. Tahun 1832 Bonjol berhasil

diduduki oleh Belanda, tetapi beberapa bulan

kemudian Paderi direbut kembali. Belanda

menyerang Tuanku Imam Bonjol berkali-kali tapi

selalu gagal. Lalu Belanda mengadakan

perdamaian namun Tuanku Imam Bonjol

mencurigainya.

Kurang lebih tiga tahun kemudian Belanda

mengepung dan Bonjol kembali direbut tangan

Belanda. Tanggal 16 Agustus 1837. Tuanku Imam

Bonjol berhasil meloloskan diri dan berjuang

ditempat lain.

Tahun 1837 Tuanku Imam Bonjol diundang

untuk perundingan, namun taktik licik Belanda

ini berhasil menangkap Tuanku Imam Bonjol dan

dibuang ke Cianjur Jawa Barat, lalu ke Ambon

H.Mas’oed Abidin 227

Page 228: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

dan berakhir di Lotan dekat Manado. Ditempat

inilah Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada

tanggal 8 Nopember 1864 dan dimakamkan

disana. (jag)

TUANKU TAMBUSAI PEJUANG MELAYU

RIAU

NAMA beliau turut disentuh dalam kertas

kerja saya pada seminar oleh keluarga Rao atau

Rawa di Raub, Pahang dan artikel Syeikh

Muhammad Murid Rawa, disiarkan Utusan

Malaysia, bertarikh 19 Mac 2007.

Tidak ramai memahami bahawa ulama dan

pahlawan ini telah menyemaikan benih anti

penjajah. Beliau ikut dalam peperangan Imam

Bonjol di Sumatera Barat. Akhirnya terpaksa

hijrah ke Negeri Sembilan dan meninggal dunia

di situ. Wujud persamaan dengan Raja Haji

berperang melawan Belanda bermula di Riau

melalui Linggi, Rembau dan lain-lain di beberapa

tempat dalam Negeri Sembilan akhirnya tewas di

Melaka sebagai seorang syahid fi sabilillah. Oleh

kerana Tuanku Tambusai meninggal dunia di

Negeri Sembilan sedikit sebanyak tentu beliau

telah menyemaikan benih berjuang kepada

H. Mas’oed Abidin228

Page 229: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU bangsa Melayu di Negeri Sembilan khususnya

dan Semenanjung umumnya yang dijajah oleh

Inggeris pada zaman itu.

Sejarah adalah penting perlu kita kaji dan

perkenalkan kepada masyarakat luas. Ketika

saya menghadiri seminar yang diadakan oleh

keluarga Rao atau Rawa di Raub, Pahang, Ahad,

18 Mac 2007 M/28 Safar 1428 H yang lalu, di luar

acara rasmi Tuan Mohd. Said bin Haji Mohd. Razi,

Pengerusi dan Ketua Projek, Persatuan Sejarah

Malaysia Cawangan Selangor menghadiahkan

kepada saya sebuah buku berjudul, Sejarah

Negeri Selangor, Dari Zaman Prasejarah Hingga

Kemerdekaan, diterbitkan tahun 2005.

Manakala saya baca Perutusan Menteri

Besar Selangor dan Kata Pengantar Persatuan

Sejarah Malaysia Cawangan Selangor, saya

simpulkan bahawa Kerajaan Negeri Selangor

telah mengeluarkan dana yang besar untuk

melakukan penyelidikan. Termasuk beberapa

orang panel penulis ke tempat-tempat di

Indonesia yang ada hubungan dengan Selangor.

Saya berkesimpulan bahawa hampir semua

tokoh, sama ada di Malaysia atau sebaliknya

Indonesia termasuk Tuanku Tambusai, dan lain-

lain mempunyai hubungan yang sangat erat.

H.Mas’oed Abidin 229

Page 230: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Bahkan sejak lama serumpun Melayu

sejagat selalu bekerjasama dalam gerakan

dakwah Islam, politik, ekonomi, budaya, dan lain-

lain. Jadi tidak hairanlah Tuanku Tambusai

berkemungkinan sebab-sebab tertentu terpaksa

berpindah dari Sumatera (beliau beroperasi di

Minangkabau dan Riau) ke Negeri Sembilan.

PENDIDIKAN

Bermacam-macam ramalan sewaktu

anaknya yang dinamakan Muhammad Shalih

dilahirkan kerana pada waktu itu terjadi hujan

ribut disambut kilat, guruh-petir sabung-

menyabung. Tetapi kerana Imam Maulana Qadhi

seorang alim yang terpelajar, yang faham akidah

Islam beliau tolak sekalian ramalan yang

bercorak khurafat secara bijaksana.

Bayi tersebut dipersembahkan kepada Duli

Yang Dipertuan Besar Raja, Permaisuri Duli Yang

Dipertuan Besar Raja berkata, “Kita doakan

apabila dia alim nanti menjadi suluh dalam

negeri. Kalau dia seorang berani menjadi

pahlawan. Sekiranya dia kaya menjadi penutup

malu. Sekiranya dia menjadi cerdik bijaksana

adalah penyambung lidah untuk kebenaran dan

keadilan." (Rokan Tuanku Tambusai Berjuang, H. Mahidin

Said, cetakan kedua, hlm. 30).

H. Mas’oed Abidin230

Page 231: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Oleh sebab ayahnya seorang Imam

Tambusai dan seorang alim sudah pasti

Muhammad Shalih mendapat pendidikan awal

dan asas daripada ayahnya sendiri. Sungguhpun

ketika Muhammad Shalih meningkat dewasa

beliau dihantar keRao yang lokasinya berdekatan

dengan Tambusai. Setelah mendapat pendidikan

Islam di Rao dan Bonjol beliau lebih dikenali

dengan nama “Faqih Shalih”.

Menurut tradisi di daerah, apabila seseorang

itu menguasai ilmu fikah maka dia digelar

dengan “Faqih”. Ini bererti Muhammad Shalih

sejak muda lagi telah diakui oleh masyarakat

sebagai seorang yang alim dalam bidang ilmu

fikah. Sudah menjadi lumrah dalam dunia dari

dulu hingga kini ada saja raja atau umara

(pemerintah) yang sepakat dengan ulama. Yang

inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w. Ada

pula antara umara yang tidak sepakat dengan

ulama. Ulama yang masih muda bernama Faqih

Shalih yang tersebut diriwayat memang

bertentang dengan raja yang memerintah ketika

itu.

Walau bagaimanapun Faqih Shalih meminta

nasihat kepada dua orang ulama. Yang pertama

ialah Tuanku Imam Bonjol (nama yang

sebenarnya ialah Peto Syarif). Yang kedua ialah

H.Mas’oed Abidin 231

Page 232: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Tuanku Rao (nama yang sebenarnya dipertikai

pendapat). Kedua-duanya menasihatkan supaya

Faqih Shalih pergi haji ke Mekah. Sewaktu di

Mekah, Faqih Shalih sempat memdalami ilmu di

sana. Di antara ulama yang sedaerah dengannya

(yang saya maksudkan berasal dari persekitaran

Minangkabau, Tapanuli dan Riau) di antaranya

ialah Syeikh Ismail bin Abdullah al-Khalidi an-

Naqsyabandi dan lain-lain. Beliau ini termasuk

murid Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani.

Dipercayai Faqih Shalih selama berada di Mekah

sempat belajar kepada ulama yang berasal dari

Patani itu.

Sebagaimana tulisan saya dalam kertas

kerja seminar di Raub, Pahang bahawa sukar

menjejaki yang bernama Muhammad Shalih itu,

dalam zaman yang sama ada Muhammad Shalih

bin Muhammad Murid Rawa dan ada pula Faqih

Shalih sedang Tuanku Rao tidak diketahui nama

sebenarnya. Ada pendapat bahawa Tuanku Rao

seorang guru pada Faqih Shalih. Ada

kemungkinan Tuanku Rao adalah orang tua (ayah

Faqih Shalih).

Setelah kembali dari Mekah, Faqih Shalih

lebih dikenali "Haji Muhammad Shalih". Dan

selanjutnya dalam Perang Imam Bonjol atau

Perang Paderi, beliau lebih dikenali sebagai

H. Mas’oed Abidin232

Page 233: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU "Tuanku Tambusai" selanjutnya digunakan nama

ini. Sudah menjadi sejarah perkembangan dunia

bahawa sama ada disukai atau pun tidak,

peperangan bila-bila masa boleh terjadi. Agama

Islam bukanlah agama yang menganjurkan

peperangan tetapi jika ada usaha-usaha agama

selainnya menodai Islam maka konsep jihad

memang sudah menjiwai hampir seluruh individu

Muslim. Hal ini adalah hampir sama dengan jiwa

kebangsaan individu sesuatu negara atau

sesuatu bangsa bahawa hampir setiap individu

dalam sesuatu negara adalah tidak suka

negaranya dijajah.

Memperjuangkan sesuatu negara atau

bangsa telah menjiwai setiap penduduk dunia

sama ada yang beragama Islam dan agama-

agama lainnya termasuk orang yang tidak

beragama sekalipun. Oleh sebab Belanda telah

menjajah Minangkabau, Sumatera Barat, maka

adalah wajar rakyat bertindak melawan penjajah

itu apatah lagi yang datang menjajah itu tidak

seagama pula.

Tuanku Tambusai dan kawan-kawan

bersamanya bergabung dalam satu wadah yang

dinamakan "Kaum Paderi" yang dipimpin oleh

Peto Syarif yang kemudian terkenal dengan

sebutan Tuanku Imam Bonjol. Menurut buku, 101

H.Mas’oed Abidin 233

Page 234: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

Pahlawan Nasional, Departemen Sosial Republik

Indonesia bahawa "Tuanku Imam Bonjol, Tuanku

Rao dan Tuanku Tambusai bekerjasama dalam

perjuangan tetapi tidak bererti yang satu

membawahi yang lain kerana mereka

merupakan tokoh-tokoh yang otonom." (hlm.

517).

PERANG PADERI

Bunga api Perang Paderi mulai bertaburan

pada tahun 1803 yang dihidupkan oleh Haji

Miskin dari Pandai Sikat, Haji Sumanik dari Tiga

Belas Koto dan Haji Piobang dari Tanah Datar.

Kemunculan Tuanku Tambusai dengan

pasukannya di bahagian utara terutama sekitar

daerah Hulu Sungai Rokan menyebabkan Tuanku

Imam Bonjol dapat bertahan dari serangan

Belanda lebih lama kerana pasukan Tuanku

Imam Bonjol posisinya di bahagian tengah. Taktik

dan strategi perang diatur dua bahagian oleh

Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai. Tuanku Rao

melalui Padangsidempana dan Tuanku Tambusai

melalui Padanglawas, Gunung Tua, Bilah Panai

berhimpun di Sipiruk. Pada mulanya Belanda

telah menguasai Bonjol pada bulan September

1832 akhirnya terpaksa keluar pada Januari 1833

akibat serangan Kaum Paderi yang diperanani

oleh Tuanku Tambusai.

H. Mas’oed Abidin234

Page 235: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Dalam perang melawan penjajah Belanda

itu di antara jasa besar Tuanku Tambusai, beliau

dapat menyatupadukan tiga etnik iaitu

Minangkabau/Rao, Melayu dan Mandailing.

Bahawa mereka bersatu tekad dan semangat

bumi pusaka bukan milik bangsa penjajah. Bumi

ini adalah kepunyaan bangsa kita yang

beragama Islam. Membela agama Islam dan

tanahair adalah wajib. Menang dalam

peperangan bererti mencapai kemerdekaan. Jika

mati dalam perjuangan adalah mati syahid.

Menang bererti beruntung. Jika mati pun

beruntung juga. Orang yang tidak mengenal

bangsa, tanahair dan Islam agamanya, yang

tiada perjuangan itulah yang sebenar-benar rugi

pada hakikatnya. Apabila kita menoleh zaman

lampau etnik yang tersebut mendiami daerah

yang sangat luas, yang pada masa ini terbahagi

dalam tiga daerah iaitu; daerah Sumatera Barat

majoriti penduduknya ialah Minangkabau,

daerah Riau Daratan majoriti penduduknya ialah

Melayu dan daerah Sumatera Utara majoriti

penduduknya ialah Batak dan yang beragama

Islam mempunyai nama tersendiri iaitu

Mandailing.

Daripada rakaman ini kita dapat

membayangkan bahawa Tuanku Tambusai

mempunyai kehebatan atau kekuatan yang

H.Mas’oed Abidin 235

Page 236: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

tersendiri sehingga beliau dapat

menyatupadukan etnik dalam bumi yang

demikian luas itu. Setelah banyak mengapai

kemenangan dan keberhasilan perjuangan,

Tuanku Tambusai menjadikan pusat perjuangan,

pentadbiran dan pertahanan di Dalu-Dalu

(sekarang dalam daerah Riau Daratan). Bertahan

sampai tahun 1838 Tuanku Tambusai masih

tetap bertahan sehingga Belanda tidak dapat

masuk ke Inderagiri Hulu (Riau Daratan). Tuanku

Tambusai adalah seorang ulama dan pahlawan

yang berpendirian keras tidak mahu berunding

dengan pihak penjajah Belanda. Beliau faham

benar bahawa berunding dengan pihak penjajah

Belanda bererti menyerah diri atau terperangkap

dengan umpan lazat yang disediakan pemburu.

Sudah banyak contoh yang beliau

bandingkan seumpama Tuanku Imam Bonjol

sendiri terkorban bukan sebagai syahid di medan

peperangan tetapi adalah tertipu kelicikan pihak

penjajah Belanda. Tuanku Tambusai berpendirian

terus berjuang sekiranya tidak berhasil hijrah ke

Negeri Sembilan beliau memilih jalan terakhir

iaitu mati sebagi syahid lebih utama daripada

berunding apatah lagi menyerah kepada pihak

musuh.

H. Mas’oed Abidin236

Page 237: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU Pendirian keras Tuanku Tambusai seperti

tersebut itu ada orang yang tidak menyetujui

dan ramai pula yang menyetujuinya. Jika kita

teliti sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara keseluruhan pendirian Tuanku Tambusai

itu ada benarnya. Kerana hampir semua

pemimpin yang mahu berunding dengan

penjajah Belanda adalah merugikan pemimpin

pejuang. Yang untung adalah pihak Belanda

sendiri. Semua pemimpin yang menerima

perundingan ditangkap akhirnya dibuang keluar

dari negeri asalnya. Peristiwa Tuanku Tambusai

dapat kita bandingkan dengan peristiwa dunia

antarabangsa sekarang ini, ada negara yang

tidak menerima perundingan dengan Amerika

seperti Iran tentang isu nuklear. Ada negara

menerima perundingan tetapi tidak mudah

menerima tipu helah Amerika seperti Korea

Utara. Iraq akhirnya menerima perundingan. Apa

jadinya? Hanyalah merugikan Iraq sendiri

menjadi negara yang dijajah oleh Amerika dan

sekutu-sekutunya.

Pengorbanan tenaga, harta dan pemikiran

Tuanku Tambusai adalah besar, kecuali jiwa dan

raganya saja dapat berhijrah ke Negeri Sembilan.

Peristiwa beliau hampir serupa dengan gurunya

Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani dalam

perang Patani melawan pencerobohan Siam

H.Mas’oed Abidin 237

Page 238: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

bahawa beliau hijrah ke Pulau Duyung Kecil,

Terengganu. Hijrah seseorang tokoh atau ulama

bukan bererti lari tetapi bertujuan menyusun

taktik dan strategi untuk mencapai kemenangan

yang diredai Allah di dunia dan akhirat.

Dengan tidak menafikan perjuangan Tuanku

Tambusai beliau telah diberi gelaran, ‘Pahlawan

Nasional Republik Indonesia’ dengan SK. No.

071/TK/Tahun 1995, Tanggal 7 Ogos 1995.

H. Mas’oed Abidin238

Page 239: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU

H.Mas’oed Abidin 239

Page 240: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

اللهم إني أعوذ بنور قدسك و عظمة طهارتك و بركة جللك من كل عافة وعاهة و من طوارق الليل و النهار إل طارقا يطرق بخير يا رحمان

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung

dengan cahaya kesucian-Mu dan

keagungan-Mu dari segala kebencian dan

gangguan serta dari segala kejahatan yang

datang baik di waktu malam maupun di

waktu siang, kecuali yang datang dengan

kebaikan wahai Yang Maha Pengasih.

أنت غياثي فبك أغوث و أنت ملذي فبك ألــوذ و أنـت عياذي فبكأعوذ.

Engkau Maha Penolong, maka kepada-Mu

lah aku memohon pertolongan, Engkau

tempat berlindung, maka kepada-Mu lah

aku berlindung, Engkau lah yang

menemani, maka dengan Mu lah aku

berteman.

ـت له رقاب الجبابرة و خضعت له أعناق الفراعنة، أعوذبك من يا من ذلخزيك و كشف سترك و النصراف عن شكرك.

Wahai Yang Maha Kuasa, yang telah

menghinakan hamba yang sombong, dan

yang telah menaklukkan hamba yang

angkuh, aku berlindung kepada-Mu dari

menghinakan-Mu, dan membuka-buka

H. Mas’oed Abidin240

Page 241: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU rahasia-Mu serta berpaling dari

mensyukuri nikmat-Mu.

أنا في حرزك ليلي و نهاري و نومي و قراري و ظعني و أشفاري.

Aku dalam tempat-Mu yang kokoh pada

waktu malam-Ku, siang-Ku, pada waktu

tidur-Ku, waktu diam-Ku, waktu pagi-Ku

dan perjalanan-Ku.

ذكرك شعاري وثنائك دثاري

Mengingat-Mu adalah pakaianku dan

menyanjung-Mu adalah selimut-Ku.

لإله إل أنت، تعظيما لوجهك، و تكريما لسبحانك، أجرنى من خزيك و من شر عبادك، واضرب علي سرادقات حفظك، و أدخلنى برحمتك في حفظ

عنايتك، و عدلي بخير ياأرحم الرحمين.

Tiada Tuhan selain engkau, karena

mengagungkan wajah-Mu dan memuliakan

kesucian-Mu, jauhkanlah aku dari kehinaan

dan menjadi hamba-Mu yang buruk.

Berikanlah kepadaku naungan dan

perlindungan-Mu, dan masukkanlah aku

dengan rahmat-Mu dalam lindungan-Mu,

dan berikanlah kepadaku sebaik-baik

kebaikan, wahai zat Yang Maha Pengasih

lagi penyayang.

ربنا اغفرلنا ذنوبنا و اسرافنا فى أمرنا و ثبت أقدامنا و انصرنا على القومالكافرين.

H.Mas’oed Abidin 241

Page 242: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

SSURAUURAU DANDAN P PENDIDIKANENDIDIKAN A ANAKNAK N NAGARIAGARI

“Ya Allah, Ampunilah dosa kami, ampunilah

keteledoran kami, dan tetapkanlah

pendirian kami, dan tolonglah kami

menghadapi kaum kafir”.

اللهم ل تمكن العداء فينا ول تسلطهم علينا بذنوبنا ول تسلط علينا من ل يخافك ول يرحمنا

“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau beri

kemungkinan musuh berkuasa terhadap

kami janganlah Engkau berikan

kemungkinan mereka memerintah kami,

walaupun kami mempunyai dosa.

Janganlah Engkau jadikan yang

memerintah kami, orang yang tidak takut

kepada-Mu, dan tidak mempunyai kasih

sayang terhadap kami”.

اللهم أهلك الكفرة الذي يصدون عن سبيلك و يكذبون رسلك و يقاتلون أوليائك

“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah orang-

orang yang selalu menutup jalan Engkau,

yang tidak memberikan kebebasan kepada

agama-Mu, dan mereka-mereka yang

mendustakan Rasul-Rasul Engkau,dan

mereka yang memerangi orang-orang yang

Engkau kasihi”.

اللهم فرق جمعهم و شتت شملهم و أنزل بهم بأسك الذي ل تروده عن القومالمجرمين.

H. Mas’oed Abidin242

Page 243: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

PPERGERAKANERGERAKAN P PEMIKIRANEMIKIRAN I ISLAMSLAM DIDI M MINANGKABAUINANGKABAU “Wahai Tuhan kami, hancurkanlah kesatuan

mereka, dan pecah belah barisan mereka.

Turunkan kepada mereka ‘azab sengsara-

Mu, yang selalu Engkau timpakan kepada

golongan-golongan yang selalu berbuat

dosa”.

اللهم أعز السلم و المسلمين و اخذل الكفرة و المشركين

“Wahai Tuhan kami, berilah kemuliaan

kepada Islam dan kaum Muslimin,

rendahkanlah orang-orang yang kafir dan

orang musyrik”.

اللهم اغفر للمؤمنين و المؤمنات و المسلمين و المسلمات، الحياء منهم و الموات. اللهم اجعل يومنا خيرا من أمسنا، و اجعل غدنا خيرا من يومنا، و

احسن عاقبتنا في المور كلها، و أجرنا من خزي الدنيا و عذاب الخرة، اللهم ربنا آتنا فى الدنياإنا نسألك العفو و العافية في ديننا و دنيانا و أهلينا و أموالنا،

حسنة و فى الخرة حسنة و قنا عذاب النار. ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم. سبحان ربك رب العزة عما يصفون

و سلم على المرسلين و الحمد ل رب العالمين.

H.Mas’oed Abidin 243

Page 244: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

1 Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau (1984)2 L.C. Westenenk dalam Opstellen over Minangkabau3 J.C. van Vanleur dalam bukunya Indonesian Trade & Socety (1955) menyatakan bahwa

pada permulaan tahun 674 AD Pantai Barat Sumatera telah dihuni koloni Arab, dan ketika itu Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang telah menyebarkan agama Hindu ke Nusantara dari abad ke-7 hingga ke-13 M.

4 Sumber: Drs. Zakaria Ahmad, Sekitar Kerajaan Aceh dalam tahun 1520-1675, Penerbit Monora, Medan 1972

5 Syekh Abdur Rauf adalah seorang ulama dan mubaligh besar di Aceh abad ke-17 pada masa pemerintahan Sulthanat Syafiatuddin (1641 - 1675). Nama lengkapnya adalah Syekh Abdur Rauf bin Ali al Jawi al Singkli. Lahir pada tahun 1620 di Singkil Aceh Selatan. Pada tahun 1642 beliau berangkat ke Mekah melanjutkan studinya di bidang agama Islam. Selama 19 tahun di tanah Arab menuntut ilmu kepada Molla Ibrahim, pengikut Syekh Ahmad Kosasi, seorang ulama yang terkenal di dunia Islam waktu itu dan pemimpin tharekat Syattariah.

6 Sebagai kenang-kenangan untuknya, Universitas di Aceh mengambil namanya sebagai nama, yaitu Universitas Syiah Kuala, disingkat Unsyiah.

7 Kebesaran Syekh Abdurauf telah menjadi studi para sarjana, seperti D.A.Rinkers yang menulis Syekh Abdurauf van Singkel; P.Voorhove dalam majallah TBG tahun 1952 No.87 membahas karyanya yang berjudul Bayan Tajalli. Beberapa pokok pendiriannya yang dikutib dari berbagai karyanya telah disusunnya dalam Encyclopaedia of Islam, volume I tahun 1960. S. Kayser, Snouck Horgronye, Winstedt, Archer telah menulis tentang pribadinya.

8 Faham wihdatulwujud mengatakan bahwa alam adalah ciptaan dari bahagian ketuhanan sendiri, laksana buih pada puncak ombak. Alam zahir ini, bahagian dari pada ketuhanan besar. Teori ini merupakan monisma (serba esa) atau pantheisme (serba dewa). Menurut ahli tasauf ini, dunia ini hanyalah emanasi atau pancaran intisari tidak tercipta. Penganut faham wihdatulwujud yang terkenal ialah Ibnu Arabi dan Al Halaj. Di zaman Iskandar Muda adalah Hamzah Fansuri yang ditantang oleh Abdurrauf.

9 Semasa Sulthan Iskandar Tsani memberantas ajaran Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al Sumatrani yang dianggap sebagai ajaran sesat. Buku-buku Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al Sumatrani dibakar dan dimusnahkan dan rakyat Aceh dilarang ajaran kedua ulama itu sebagai ajaran sesat.

10 Sumber; Sjafnir Aboe nain, drs, Tuanku Imam Bonjol, Sejarah Intelektual Islam (1784-1832), Penerbit Esa,Padang, 1988

11 Sjafnir Aboe Nain, drs, Naskah Tuanku Imam Bonjol-Naali Sutan Caniago, alih tulis, revisi 2003

12 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942,Jakarta, LP3ES, 1980, hal.38

13 Syekh Djamil Djambek dilahirkan di Bukittinggi pada tahun 1860 , anak dari Muhammad Saleh

Datuk Maleka, Kepala Nagari Kurai. Ibunya berasal dari Betawi. Syekh Djamil Djambek

meninggal tahun 1947 di Bukittinggi.

14 Haji Rasul lahir di Sungai Batang, Maninjau, tahun 1879, anak seorang ulama Syekh Muhammad Amarullah gelar Tuanku Kisai. Pada 1894, pergi ke Mekah, belajar selama 7 tahun.

Page 245: 3398084 Gerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau

Sekembali dari Mekah, diberi gelar Tuanku Syekh Nan Mudo. Kemudian kembali bermukim di Mekah sampai tahun 1906, memberi pelajaran di Mekah, di antara murid-muridnya termasuk Ibrahim Musa dari Parabek, yang menjadi seorang pendukung terpenting dari pembaruan pemikiran Islam di Minangkabau. Haji Rasul meninggal di jakarta 2 Juni 1945

15 Haji Abdullah Ahmad lahir di Padang Panjang pada tahun 1878, anak dari Haji Ahmad, seorang ulama dan pedagang. Ibunya berasal dari Bengkulu, masih trah dari pengikut pejuang Sentot Ali Basyah.

16 Syekh Ibrahim Musa dilahirkan di Parabek, Bukittinggi pada tahun 1882.17 Zainuddin Labai al-Yunusi lahir di Bukit Surungan Padang Panjang pada tahun 1890. Ayahnya

bernama Syekh Muhammad Yunus.18

19 Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah" Kategori: Kelahiran 1908 | Kematian 1981 | Sastrawan Indonesia | Tokoh Islam Indonesia | Pahlawan nasional Indonesia

20 Tulisan ini, misalnya, sangat terbantu dengan adanya skripsi sarjana IAIN, Wirda Yati, SAg: Dinamika Dakwah Islam di Indonesia, Telaah Terhadap Pemikiran Mohammad Natsir.

21 Dalam bagian pada wawancara dengan Panji Masyarakat Juli 1988 itu, Natsir mengibaratkan kader pempimpin itu adalah seperti harapan Nabi Zakaria yang mendambakanm keturuan yang akhairnya Allah mmemberikan keturuan Nabi Yahya. Natsir optimis lahirnya Yahya-Yahaya baru. Terutama menurutnya adalah dari Kampus dan dari LSM serta kelompok-kelompok pengajian dan pesantren. Yang penting menutut Natsir pada akhir 80-an itu, tercipta situasi yang kondusip yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat atau kebebasan beribicara.