1.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOIDA
(Ekstrak Piper nigrum L.)
Disusun oleh:
Kelompok : 3
Kelas : Farmasi C
Dinny Aprilia H. (201210410311095)
Kartika Puspa Dewi (201210410311097)
Rawina Nurmarianita (201210410311098)
Yudha Sasmita Rachman (201210410311102)
Mohammad Rasyidin (201210410311
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
1. Judul
Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloida (Ekstrak Piper nigrum L.)
2. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam
tanaman.
3. Tinjauan Pustaka
Lada Hitam (Piper nigrum L.)
1. Klasifikasi Lada Hitam
Menurut Tjitrosoepomo (2007),
klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.
2. Morfologi Tanaman
Lada merupakan tanaman tahunan yang memanjat dari keluarga Piperaceae
(Balittri, 2007).
Akar : tunggang dengan akar utama dapat menembus tanah sampai
kedalaman 1-2 m.
Batang : tanaman lada berbuku-buku dan berbentuk sulur yang dapat
dikelompokkan menjadi empat macam sulur, yaitu sulur gantung,
sulur panjat, sulur buah, dan sulur tanah.
Daun : daun tunggal dengan duduk daun berseling dan tumbuh pada setiap
buku. Warna daun hijau muda pada waktu muda dan daun tua
berwarna hijau mengkilat pada permukaan atas. Pertulangan daun
melengkung dengan tepi daun 9 bergelombang atau rata.
Bunga : bunga terdapat pada cabang plagiotrophic (horizontal) yang tersusun
dalam bulir (spica) atau untai (amentum).
Buah : termasuk buah buni berbentuk bulat berwarna hijau dan pada waktu
masak berwarna merah.
Biji : berwarna putih cokelat dengan permukaan licin.
Tanaman lada merupakan tanaman tahunan yang tingginya dapat mencapai 10
m dan diameter tajuk dapat mencapai 1,5 m bila dibudidayakan dengan baik (Wahid,
1996). Sulur panjat tumbuh lebih baik dalam lingkungan kurang cahaya (fototropisme
negatif) sedangkan sulur buah dalam keadaan cukup cahaya (fototropime positif).
Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar antara 50% sampai 75%. Lada dapat
tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang
paling baik untuk tanaman lada adalah 2000 – 3000 mm/tahun dengan hari hujan 110-
170 hari, dan musim kemarau 2-3 bulan/tahun. Kelembaban udara yang sesuai adalah
sekitar 70% sampai 90% dengan kisaran suhu 25-35oC. Tanaman lada dapat tumbuh
pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara yang
cukup serta pH tanah yang sesuai berkisar antara 5-6,5 (Balittri, 2007).
3. Kandungan Kimia dan Manfaat Buah Lada
Buah lada hitam mengandung bahan aktif seperti amida fenolat, asam fenolat,
dan flavonoid yang bersifat antioksidan sangat kuat. Selain mengandung bahan-bahan
antioksidan, lada hitam juga mengandung piperin yang diketahui berkhasiat sebagai
obat analgesik, antipiretik, anti inflamasi, serta memperlancar proses pencernaan
(Meghwal dan Goswami, 2012).
Kandungan lada hitam sangat beranekaragam dan piperin merupakan
kandungan utama (Gambar 2) serta kavisin yang merupakan isomer dari piperin.
Piperin adalah senyawa alkaloid (Evan, 1997) yang paling banyak terkandung dalam
lada hitam dan semua tanaman yang termasuk dalam famili Piperaceae. Senyawa
amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak
berasa, lama-kelamaan pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzena, dan kloroform
(Amaliana, 2008). Piperin memiliki manfaat sebagai anti-inflamasi, antiarthritik
(Bang et al., 2009; Sudjarwo, 2005), analgesik (Sudjarwo, 2005), depresan sistem
safaf pusat dan anticonvulsan (Deepthi et al., 2012). Kombinasi zat-zat yang
terkandung mengakibatkan lada hitam memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik.
Kandungan zat yang memberikan warna, bau dan aroma dalam lada hitam adalah α-
terpinol, acetophenone, hexonal, nerol, nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol, citral, α-
pinene dan piperolnol (Murthy dan Bhattacharya, 2008). .Piperin memiliki banyak
efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor,
antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel. Piperin mampu melindungi sel
dari kanker dengan mengikat protein di mitokondria sehingga memicu apoptosis tanpa
merusak sel-sel yang normal melalui peningkatan aktivitas enzim antioksidan seperti
superoxide dismutase, catalase dan glutathione peroxidase (Selvendiran et al., 2003).
Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare, dan insektisida (Namara,
2005). Lada hitam juga mengandung alkaloid, flavonoid, dan komposisi aromatik, dan
senyawa amida (Agbor et al., 2006).
Gambar 2. Struktur senyawa piperin (Epstein, 1993)
Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang terbesar dalam dunia
tumbuhan dan termasuk golongan polifenol. Senyawa flavonoid adalah senyawa
polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzena yang
dihubungkan menjadi satu oleh rantai yang terdiri dari 3 atom karbon yang juga dapat
ditulis sebagai sistem C6 – C3 – C6. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan
cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam,
berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam
bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et al.,1954). Adapun kerangka dasar
flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka dasar flavonoid (White dan Xing, 1954)
Sebuah studi mengenai analisis struktur persenyawaan genus Piperaceae, telah
diidentifikasi 5 amida fenolat dari Piper nigrum, 7 senyawa dari P. retrofractum dan 2
senyawa dari P. baccatum. Semua senyawa amida fenolat tersebut memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih efektif daripada antioksidan alami yaitu α− tokoferol. Satu
senyawa amida fenolat yakni feruperine memiliki aktivitas antioksidan yang sama
tingginya dengan antioksidan sintetik butil hidroksi anisol (BHA) dan butil hidroksi
toluena (BHT). Contoh senyawa amida fenolat antara lain acetyl coumaperine, N-
Trans-feruloyl piperidine, N-Trans-feruloyl tyramine,dan piperic acid.
Gambar 4. Struktur senyawa piperic acid (Nakatani et al.,1986)
Asam fenolat merupakan salah satu jenis metabolit sekunder yang banyak
ditemukan dalam berbagai jenis tumbuhan. Turunan asam hidroksibenzoat dan asam
hidroksisinamat adalah jenis asam fenolat yang banyak terdapat pada tumbuhan.
Contoh senyawa asam fenolat adalah asam p-kumarat (Gambar 5). Seperti senyawa
flavonoid, asam fenolat menetralkan radikal bebas dengan melepaskan proton (atom
hidrogen) (Mattila dan Helstrom, 2006).
Gambar 5. Asam p−kumarat (Mattila dan Helstrom, 2006).
Kandungan kimia lain dalam lada hitam adalah saponin, minyak atsiri, kavisin,
resin, zat putih telur, amilum, piperilin, piperolein, poperanin, piperonal,
dihidrokarveol, kanyofillene oksida, kariptone, trans piocarrol, dan minyak lada. Lada
hitam banyak dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dan obat. Lada juga memiliki
manfaat untuk kesehatan, antara lain melancarkan pencernaan dengan meningkatkan
sekresi asam lambung (Zeladmin, 2012), melonggarkan saluran pernapasan,dan
melancarkan aliran darah di sekitar kepala. Lada hitam termasuk bahan alami yang
berpotensi sebagai afrodisiak. Hal ini disebabkan kandungan piperin yang
meningkatkan gairah seks (Yunita, 2010).
4. Senyawa Alkaloida
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang
berasal dari hewan). Ciri khas alkaloid adalah semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom N yang bersifat basa dan pada umumnya merupakan bagian dari
cincin keton siklik (batasan ini tidak terlalu tepat karena banyak senyawa heterosiklik
nitrogen larut yang ditemukan di alam yang bukan golongan alkaloid).
Sifat umum alkaloid tidak larut atau sukar larut dalam air, tetapi alkaloida
yang berada dalam bentuk garam biasanya larut dalam eter, CHCl3, atau pelarut
organik lainnya tetapi garamnya tidak larut. Sifat kelarutan ini digunakan sebagai
dasar untuk isolasi dan pemurnian alkaloid. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal
padat, beberapa bentuk amorf. Alkaloid yang berbentuk cair tidak mempunyai atom O
dalam molekulnya. Garam alkaloid tidak sama bentuk kristalnya dan bentuk kristal ini
berguna untuk identifikasi secara mikroskopik. Alkaloid umumnya mempunyai
sepasang elektron sunyi yang dapat mengikat proton secara kovalen sehingga
membentuk garamnya yang umumnya larut dalam air.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
spesies aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna
merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik
meskipun beberapa pseudo alkaloid dan proto alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid
quartener sangat larut dalam air. Sifat kimia alkaloid yang bersifat basa tergantung
oleh adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan
dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron. Kebasaan alkaloid menyebabkan
senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan
sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida.
Dekomposisi alkaloid selama atau setelah kolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan
garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi, itulah
sebabnya dalam perdagangan alkaloida lazim berada dalam bentuk garamnya.
Tinjauan Mengidentifikasi Senyawa
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Teknik KLT merupakan suatu cara pemisahan komponen senyawa kimia antara dua
fase, yaitu fase gerak dan fase diam. Teknik standar dalam melaksanakan pemisahan dengan
KLT diawali dengan pembuatan lapisan tipis adsorben pada permukaan plat kaca. Waktu
rata-rata untuk mengerjakan KLT 20-30 menit (tergantung sifat fase gerak). Adsorben yang
paling umum digunakan adalah silica gel. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar di
kerjakan dengan kromatografi kertas. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Data yang diperoleh KLT adalah nilai Rf atau
HRf (Rf x 100) yang berguna untuk identifikasi senyawa. Berikut merupakan rumus
menghitung Rf.
Rf = Jarak yang ditempuh solut
Jarak yang ditempuh solven
I.IV Prosedur Kerja
a. Preparasi Sampel
1. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut, ditambah 5 ml HCL 2N,
dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
3. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai larutan
1A, 1B, dan 1C.
b. Reaksi Pengendapan
1. Larutan 1A ditambah pereaksi Mayer, larutan 1B ditambah dengan pereaksi
Wagner, dan larutan 1C dipakai sebagai blanko.
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.
c. Kromatografi Lapis Tipis
1. Larutan 1C ditambah NH4OH pekat 28% sampai larutan menjadi basa, kemudian
diekstraksi dengan 5 ml kloroform (dalam tabung reaksi).
2. Filtrat (fase CHCl3) diuapkan sampai kering (jenuh), kemudian dilarutkan dalam
metanol (1 ml) dan siap untuk pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Kiesel Gel GF 254
Fase gerak : CHCl3 – Etil Asetat (1:1)
Penampak noda : Pereaksi Dragendorf
3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak.
5. Hasil
6. Pembahasan
Pada praktikum identifikasi golongan alkaloida ini dilakukan uji identifikasi secara
kimiawi dan kromatografi. Identifikasi umum dilakukan 2 macam percobaan, yaitu reaksi
warna dan pengendapan. Untuk reaksi warna mula-mula ekstrak Piper nigrum dilarutkan
dalam etanol yang bertujuan untuk melarutkan ekstrak lalu ditambahkan 5 ml HCl 2N
bertujuan untuk menarik senyawa alkaloid dari dalam simplisia. Alkaloid bersifat basa
sehingga dengan penambahan asam seperti HCl akan terbentuk garam. Setelah itu, panaskan
diatas penangas air selama 2-3 menit. Pemanasan bertujuan untuk memecah ikatan antara
alkaloida dengan asam klorida sehingga diperoleh alkaloid bukan dalam bentuk garamnya.
Kemudian didinginkan ditambah NaCl lalu aduk rata dan disaring. Kemudian ambil
filtratnya, filtrat ditambahkan 5 ml HCl 2N lalu dibagi menjadi 3 bagian sama banyak
(Larutan 1A, 1B, 1C). Larutan yang terbentuk berwarna orange, namun pada kelompok kami
terbentuk warna larutan coklat keruh.
Reaksi pengendapan. Pada larutan 1A ditambahkan pereaksi Mayer dan larutan 1B
ditambahkan pereaksi Wagner, sedangkan larutan 1C digunakan sebagai blanko. Larutan
diatas (pereaksi) akan bereaksi dengan senyawa alkaloid dalam bentuk garam yang mana bila
dicampurkan akan membentuk endapan. Pada percobaan kelompok kami pada larutan 1A dan
1B tidak terbentuk adanya endapan.
Identifikasi senyawa dengan KLT. Kromatografi merupakan metode pemisahan
secara fisika kimia yang dimana prinsip kerjanya melawan gradien gravitasi bumi yang
menyebabkan larutan asam bergerak dari fase diamnya, Pada percobaan yang kami lakukan,
fase diam yang digunakan adalah silica gel of 254 dan fase geraknya CHCl3 : Etil asetat (1:1)
dan untuk penampak noda digunakan pereaksi dragendorf. Pertama-tama larutan 1C
ditambahkan NH4OH pekat 28% untuk membuat suasana basa pada larutan sehingga
memudahkan alkaloid untuk disaring. Selanjutnya di ekstraksi dengan kloroform dan
dikocok. Penambahan kloroform bertujuan untuk menarik zat-zat pengotor. Filtratnya
diuapkan sampai agak mengering (tertinggal 1/3 larutan)pada cawan porselin. Ditambahkan
metanol 1 ml sebagai pelarut. Dan siap ditotolkan pada plat KLT yang sudah dipersiapkan,
ditotolkan dengan menggunakan pipet kapiler pada plat. Pipet kapiler digunakan untuk
memperkecil luas penotolan sehingga elusi yang terjadi dapat lebih sempurna, setelah itu
dilakukan uji KLT.
7. Perhitungan Rf
Jarak garis bawah sampai garis atas = 8 cm
Jarak garis bawah sampai noda 1 = 2,9 cm
Jarak garis bawah sampai noda 2 = 4,2 cm
Rf = Jarak garis bawah sampai titik noda
Jarak garis bawah sampai garis atas
Rf 1 = 2,9 cm
8,0 cm
= 0,36 cm
Rf 2 = 4,2 cm
8,0 cm
= 0,53 cm
8. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kami tidak didapatkan hasil pengendapan namun dari identifikasi
senyawa dengan KLT membuktikan adanya senyawa alkaloid dengan timbulnya warna
jingga pada plat KLT setelah disemprot dengan pereaksi dragendorf. Adapun hasil
pengendapan yang didapatkan oleh kelompok kami tidak sesuai dengan teori karena
kesalahan oleh praktikan dalam proses pengerjaan dan juga oleh karena bahan pelarut yang
digunakan untuk praktikum telah kadaluarsa (rusak).