138256378-laporan-akhir
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
1/44
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. MITRA UTAMA
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
DAFTAR ISI
Hal
iii
iv
v
1
2
2
1.3. Lingkup Umum Kegiatan3
1.4. Pelaporan3
1.5. Sistematika Pembahasan5
Bab 2 Tinjauan Sistem Transportasi5
2.1. Umum9
2.2. Sedikit Tentang Perkembangan Jalan12
2.3. Panjang Jalan Kabupaten12
2.4. Sedikit Tentang Daerah Perencanaan 14
2.5. Sedikit Tentang Lokasi Perencanaan15
Bab 3 Kondisi Eksisting15
3.1. Kondisi Tanah atau Permukaan Tanah19
3.2. Kondisi Topografi20
Bab 4 Perencanaan Geometri Dan Perkerasan Jalan20
4.1. Perencanaan Geometri Jalan26
Bab 5 Perencanaan Turap dan Box Culvert 26
5.1. Perencanaan Box Culvert27
5.2. Perhitungan Box Culvert28
Bab 6 perencanaan Drainase28
6.1. Drainase Permukaan31
6.2. Perencanaan Drainase33
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
2/44
iiiiiiii
CV. MITRA UTAMA
Bab 7 Kesimpulan dan Rekomendasi 35
7.1. Kesimpulan 35
7.2. Rekomendasi 36
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
3/44
CV. MITRA UTAMA
ivivi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Skema Keterkaitan Sistem Kelembagaan 8
Gambar 2.2. Peta Kutai Barat 13
Gambar 3.1. Sebagian Ruas Jalan Yang Masih Berupa Tanah 15
Gambar 3.2. Sebagian Ruas Jalan Yang Masih Berupa Pasir 16
Gambar 3.3. Sebagian Ruas Jalan Yang Hanya dapat dilewati
kendaraan beroda dua 17
Gambar 3.4. Sebagian Ruas Jalan yang sudah diberi papan
untuk menghindari Becek 17
Gambar 3.5. Kondisi Sebagian Jembatan Ulin tang ada di
Lokasi 18
Gambar 4.1. Tipikal Melintang jalan pada daerah timbunan
dan galian 21
Gambar 4.2. Tipikal Melintang jalan pada daerah galian 21
Gambar 4.3. Tipikal Melintang jalan pada daerah Timbunan 21
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
4/44
v
CV. MITRA UTAMA
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1. Kecepatan Rencana Minimum 20
Tabel 4.2. Panjang bagian lurus maksimum 22
Tabel 4.3. Jari-jari minimum 22
Tabel 4.4. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan panjang
pencapaian superelevasi (Le) 23
Tabel 4.5. Landai maks. yang disarankan dan panjang 24
kritis
Tabel 4.6. Pelebaran perkerasan pada tikungan 25
Tabel 6.1. Kecepatan aliran air yang diizinkan
berdasarkan jenis material 29
Tabel 6.2. Hubungan kemiringan selokan samping (i)
dan jenis material 30
Tabel 6.3. Koefisien kekasaran dinding (n) untuk Rumus
Manning 30
Tabel 6.4. Koefisien aliran air permukaan (formula
rasional) 32
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
5/44
1
CV. Buana Engineering Consultant
CV. MITRA UTAMA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program pembangunan jalan dan jembatan
merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menunjang
sasaran Pembangunan Nasional yang terkait dengan usaha-
usaha pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya melalui
pengembangan prasarana jalan dan jembatan, pembuatan
jalan dan embatan baru dan peningkatan kondisi jalan dan
jembatan yang ada, sesuai dengan tuntunan laju
pertumbuhan lalu lintas yang diakibatkan oleh perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Sebelum pembangunan fisik dilaksanakan, maka
diperlukan suatu perencanaan teknis yang mencakup
penyelesaian perencanaan teknis dan penyusunan dokumen
tender guna mendukung pelaksanaan proyek tersebut.
Pembangunan sarana dan prasarana transportasi ini
sangatlah menunjang dalam pembangunan dan pengembangan
wilayah. Diharapkan setelah proyek ini dibangun dapat dapat
memperlancar arus lalu lintas kendaraan dan lalu
lintas perdagangan terutama mempercepat akses jalur lalulintas pada Jalan Muara Bengkal - Ngayau - Senambah; baik
lalu lintas koleksi maupun distribusi.
Namun secara khusus pembangunan jalan sangatlah besar
manfaatnya bagi masyarakat, baik dari segi kelancaran
sarana transportasi maupun dari sisi perkembangan
perekonomian masyarakat sekitarnya. Keberadaan jalan
yang akan dibuat ini
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
6/44
CV. MITRA UTAMA
2
CV. Buana Engineering Consultant
turut menstimulasi perkembangan ekonomi untuk lebih
meningkat.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan proyek ini adalah memberikan
masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur dalam
menetapkan kebijakan serta strategi investasi untuk
Proyek
Perencanaan Teknis Jalan Muara Bengkal - Ngayau - Senambah
yang dilanjutkan dengan perencanaan teknis jalan secara
lengkap sehingga tercapai penyesuaian tehadap tingkat
optimum dari investasi dan perencanaan teknis jalan untuk
menunjang kelancaran pelayanan lalu lintas.
1.3. Lingkup Umum Kegiatan
Lingkup pekerjaan jasa layanan konsultasi untuk
pekerjaan perencanaan teknis jalan ini adalah:
Melaksanakan survey lapangan yang terdiri dari
survey pendahuluan, survey topografi, dan survey
penyelidikan tanah.
Membuat gambar rencana, perhitungan biaya proyek
dan dokumen tender untuk setiap jembatan dan ruas
jalan yang bersangkutan.
Membuat usulan dan saran mengenai tahapanpekerjaan konstruksi sesuai dengan alokasi dana
yang tersedia dengan memperhatikan kemantapan
dan aspek fungsional ruas jalan dan jembatan yang
direncanakan.
Bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam
pekerjaanjasa konsultasi ini antara lain:
Survai Lapangan:
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
7/44
3
CV. Buana Engineering Consultant
o Pengenalan Lapangan (Site Visit/Site Reconnaissance)
o Survey Jalan danJembatan
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
8/44
CV. MITRA UTAMA
4
CV. Buana Engineering Consultant
o SurveyTopografi dan survey penyelidikan tanah
Perencanaan Teknis
o DesainJalan
Analisa Biaya Konstruksi
o Hitungan Volume untuk setiap pekerjaan
o Analisa Harga Satuan
o Perkiraan Biaya Konstruksi
Penyusunan Dokumen Tender
Pembuatan Laporan
1.4. Pelaporan
Laporan yang diserahkan oleh konsultan dalam
rangka pekerjaan konsultasi teknis ini terdiri dari:
o Laporan Laporan Pendahuluan
o Laporan Survey Penyalidikan Tanah
o Laporan Survey Topografi
o Laporan Gambar Copy
o Dokumen Lelang
o Laporan Gambar Detail Designo Laporan Gambar Copy
o Dokumen Lelang
1.5. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan Laporan Perencanaan ini
adalah sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan; berisi uraian pendahuluan,
maksud dan tujuan pekerjaan konsultasi, ruang lingkup
perencanaan,pelaporan dan sistematika pembahasan.
Bab II. Tinjauan Sistem Transportasi; berisi uraian
yang berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Kalimantan Timur yang berhubungan dengan
konsep dasar sistem transportasi nasional dan
Propinsi Kalimantan
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
9/44
CV. MITRA UTAMA
5
CV. Buana Engineering Consultant
Timur; tinjauan pola sistem jaringan jalan dan
kondisi umum daerah perencanaan merujuk kepada
data-data sekunder yang berhasil diperoleh oleh
konsultan maupun kunjungan konsultan lapangan.
Bab III. Kondisi Eksisting; berisi uraian kondisi
eksisting geometri jalan (vertikal dan horisontal),
kondisi tanah atau permukaan tanah, kondisi jembatan,
serta tata guna lahan.
Bab IV. Perencanaan Geometri dan Perkerasan Jalan;
berisi uraian perencanaan teknis jalan meliputi data
perencanaan, kriteria desain, perencanaan geometrik,
tebal perkerasan dan lain-lainnya.
Bab V. Perencanaan Box Culvert; berisi
uraian perencanaan turap dan jembatan box culvert
meliputi data perencanaan, desain perencanaan,
perhitungan dan desain struktur.
Bab VI. Perencanaan Drainase; berisi uraian data
desain drainase jalan dan hasil perencanaan drainase
jalan.
Bab VII. Kesimpulan dan Rekomendasi; berisi uraian
kesimpulan dan rekomendasi yang disampaikan setelah
melalui tahap-tahap pelaksanaan studi yang
direncanakan.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
10/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
BAB 2
TINJAUAN SISTEM TRANSPORTASI
2.1 Umum
Pemerintah telah menetapkan UU No. 38 Tahun
2004 tentang Jalan sebagai pengganti UU No. 13 Tahun 1980
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1980 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3186). Pertimbangan utama penggantian UU tersebut
paling tidak didasari oleh 5(lima) alasan, yaitu :
1. Bahwa jalan sebagai salah satu prasarana
transportasi merupakan unsur penting dalam
pengembangan kehidupan ber-bangsa dan bernegara,
dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah
negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi
nasional mempunyai peranan penting terutama dalam
mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta
lingkungan dan dikembang-kan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antardaerah, membentuk
dan memperkukuh kesatuan nasional untuk
memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta
mem-bentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan
sasaran pembangunan nasional;
3. Bahwa untuk terpenuhinya peranan jalan
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
11/44
sebagaimana mestinya, pemerintah mempunyai hak dan
kewajiban menyelenggarakanjalan;
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
12/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
4. Bahwa agar penyelenggaraan jalan dapat dilaksanakan
secara berdaya guna dan berhasil guna diperlukan
keterlibatan masyarakat;
5. Bahwa dengan adanya perkembangan otonomi
daerah, tantangan persaingan global, dan tuntutan
peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
jalan.
Secara sederhana jalan sebagai bagian dari prasarana
transportasi berfungsi untuk menghubungkan dan atau
membawa barang / penumpang dari satu tempat dengan
tempat lainnya1. Sedangkan menurut Pasal 1 (4) UU No. 38
tahun 2004, adalah :
..Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputisegala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yangberada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaanair, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan yang dimaksud pada Pasal 1 (4) di atas, diperluas
lagi menjadi dua, yaitu jalan umum (public facility) jalan
khusus (private facility). Jalan yang disebut pertama diadakan
oleh pemerintah sebagai prasarana fungsi sosial dan menjadi
bagian dari public services. Sementara jalan kedua biasanya
diadakan oleh instansi swasta, badan usaha, perseorangan,
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Lebih lanjut Pasal 1 ayat (12), (13) dan (14),
menambahkan sebagai berikut :
(12) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman danpenganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaankonstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan;
(13) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untukmewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan
pembangunan jalan;(14) Penyelenggara jalan adalah pihak yangmelakukan
pengaturan, pembinaan, pembangunan, danpengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya;
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
13/44
1Salim, Abbas, HA., (2006), Manajemen Transportasi Ed-1, ISBN 979-421-369-1,
PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, p.2
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
14/44
7
LAPORAN AKHIR - BAB II TINJAUAN SISTEM TRANSPO
CV. MITRA UTAMA
RTASI
Perencanaan jalan dewasa ini pertimbangan
utamanya bukan lagi menjadi domain disiplin teknik sipil
semata-mata, namun lebih jauh dari itu aspek manusia dan
kemanusiaan sudah merupakan kemutlakan yang tidak bisa
dilepaskan dari perencanaan itu sendiri. Konsekwensi dari
penyertaan manusia kedalam akan menyertakan aspek
sosial, lingkungan hidup, tata guna lahan, disparitas
pendapatan ekonomi dan lain-lain.
Human centered developmentyang telah merajai sistem
perencanaan pembangunan saat ini merupakan harga mati
karena semua pembangunan akan ditujukan dan difungsikan
untuk sebesar-besar bagi kemakmuran masyarakat,
demikian pula halnya untuk pembangunan jalan.
Wawasan pembangunan tersebut itupun sesuai
dengan Pasal 5(1) UU No. 38 Tahun 2004 dimana
disebutkan bahwa : Jalan sebagai bagian prasarana
transportasi mempunyai peran penting dalam bidangekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan
dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Dalam perencanaan transportasi di banyak negara, ada
beberapa priode waktu yang dijadikan rujukan, yaitu :
skala panjang (umur rencana sampai 25 tahun), skala menengah
(um
ur rencana 10 25 tahun) dan skala pendek (umur rencana
5 10 tahun) serta untuk skala sangat pendek umur
rencananya maksimum 5 tahun2.
Untuk kasus-kasus perencanaan jalan di Indonesia
umur disain jalan diambil selama 10(sepuluh) tahun. Ini
merupakan baku biaya yang dapat diterima dan dipakai untuk
pekerjaan rekonstruksi jalan dan didasarkan pada
keperluan untuk
pemeliharaan yang sesuai dan yang harus dilaksanakan. Di
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
15/44
8
LAPORAN AKHIR - BAB II TINJAUAN SISTEM TRANSPO
2Tamin, Ofyar Z., (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Ke -2, ISBN 979-9299-10-1, Institut Teknologi Bandung, Bandung, p.25
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
16/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
9
LAPORAN AKHIR - BAB II TINJAUAN SISTEM TRANSPO
samping itu juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi
praktis bahwa kebanyakan pekerjaan jalan kabupaten saat ini
umur pakai nya sangat pendek (1-3 tahun) yang
mengakibatkan kebutuhan untuk rehabilitasi besar secara
berulang-ulang dengan biaya yang relatif tinggi3.
Titik tolak awal bergeraknya perencanaan transportasi
yang menyeluruh harus akomodatif terhadap (1) sistem
pergerakan, (2) sistem jaringan dan (3) sistem kegiatan.
Ketiga sistem ini akan mempengaruhi satu dengan lainnya
dalam keberhasilan perencanaan (preliminary design sampai
detail engineering design) dan ketika jalan tersebut
dimanfaatkan nanti oleh penggunanya.
Sistem pergerakan akan melibatkan DLLAJ, Organda,
Polisi Lalu Lintas dan masyarakat pengguna. Sistem jaringan
akan ada Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum
dalam hal ini Bina Marga. Sedangkan sistem kegiatan akan
membawa Bappeda,Legislatif dan Dinas-dinas berkenaan pada PemerintahDaerah.
Sistem PergerakanDLLAJ, Organda,
Polantas danMasyarakat
Sistem KegiatanBappeda, Legislatif
dan PemerintahDaerah
Sistem JaringanDinas Perhubungandan Dinas Pekerjaan
Umum
Gambar 1.1 :Skema Keterkaitan Sistem
KelembagaanSumber : Modified dari Tamin
(2000:28)
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
17/44
10
3Martakim, Suharsono, (1995), Petunjuk Teknik Survei danPerencanaan Teknik Jalan Kabupaten, No. : 013/T/Bt/ 1995, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, p 2-1
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
18/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
Jabaran ketiga sistem kelembagaan tersebut akan
memfokuskan diri pada sasaran umum perencanaan
transportasi. Rinciannya, sebagai berikut :
(1) Sistem Kegiatan : Rencana tata guna lahan yang baik
dapat menciptakan interaksi positif antara lahan
perumahan, sekolah dan lain-lain penggunaan lahan yang
ada pada daerah perencanaan;
(2) Sistem Jaringan : Upaya peningkatan kapasitas
pelayanan, misalnya dengan memperlebar, menambah
jaringan simpang dan atau prediksi pembangunan jalur
baru pada jalur yang akan direncanakan;
(3) Sistem Pergerakan : Pengaturan teknik dan manajemen
lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum
yang lebih baik (jangka pendek dan menengah) dan lain-
lain.
2.2 Sedikit Tentang Perkembangan Jalan
Modernitas membawa konsekwensi khusus tentang
jarak jika dihubungkan dengan waktu. Di era cyber
sekarang ini dimensi jarak tidak diukur lagi dengan memakai
satuan panjang seperti yang kita kenal beberapa dasawarsa
sebelumnya, seperti misalnya meter (m), mil (M) dan lain-lain.
Karena jarak adalah fungsi waktu, maka manusia saat
ini lebih cenderung untuk menghitung jarak satu benda
tertentu dengan skala waktu, misalnya detik, menit,
atau jam. Pola perhitungan seperti ini akan selalu
memasukkan kecepatan (velocity) sebagai komponen utama.
Oleh sebab itu, maka pameo lama time is money sungguh
merupakan pertimbangan pertama dalam konteks waktu. Rugi
waktu bermakna kehilangan uang.
Persamaan berikut ini akan menggambarkan secara jelas
masalah yang dibahas di atas.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
19/44
1010
CV. MITRA UTAMA
RTASI
Dimana :
X = V xT
X = Jarak dalam meter (m)V = Kecepatan dalam meter per detik(m/s)T = Waktu tempuh dalam detik (s)
Untuk menggambarkan berapa jarak antara Tenggarong
dan Samarinda dengan kondisi jalan saat ini, serta merta
seseorang akan menjawab sekitar 30 menit. Jawaban tersebut
tidak lagi mengetengahkan unsur kecepatan, karena kecepatan
rata-rata kendaraan yang melewati jalur tersebut diasumsikan
sekitar 19.44 m/s ~ 22.22 m/s (70-80 km/jam).
Perkembangan jalan diawali dengan sejarah manusia
itu sendiri yang mobile guna kebutuhan hidup dan
berkomunikasi dengan sesama. Tapak kaki manusia pra-sejarah
akan berfungsi sebagai marking territorial untuk menandai
wilayah jelajahnya. Jalan setapak inilah yang akan menjadi
cikal bakal dari road trace di jaman modern ini.
Indonesia pernah mencatat pembangunan jalan yang
cukup panjang lebih kurang 1.000 km yang dibangun dari
Anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi JawaTimur.
Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada
akhir abad 18 atas perintah Daendels (Alamsyah, 2006:1)4.
Belanda selaku penjajah telah memperhitungkan
manfaat pembangunan jalan tersebut, yaitu untuk
kepentingan strategi dan untuk memudahkan pengangkutan
hasil bumi. Kepentingan strategi adalah kecepatan responsif
dalam hal memobilisasi artileri dan pasukan. Ini bermuara
pada pentingnya waktu yang singkat.
Sedangkan kemudahan pengangkutan hasil bumi pun bermuara
4Alamsyah, Alik Ansyori, (2006), Rekayasa Jalan Raya, Cetakan Kedua Edisi Revisi, ISBN
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
20/44
1111
979-3021-83-7, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, p.1
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
21/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
pada pentingnya memperpendek waktu tempuh atau dengan
kata lain mempersingkatjumlah waktu perjalanan.
Meski belum memanfaatkan teknik perencanaan seperti
sekarang ini (tinjauan geometrik dan jenis perkerasan),
namun paling tidak Daendels telah menerapkan pola
pembangunan jalan dengan melibatkan pekerja yang banyak
(kendati dengan kerja paksa) dan menjadi tonggak awal dari
sejarah perkembangan jalan di Indonesia.
Konstruksi batu belah (Telford) dan konstruksi
MacAdam merupakan konstruksi perkerasan jalan raya
pertama yang diterapkan Indonesia. Konstruksi Telford
diciptakan oleh Thomas Telford (1757-1834), sedangkan
Macadam oleh Jhon London Mac Adam (1756-1836).
Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun
625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang sampai
ditemukan kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler danKarl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920 sampai
sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat.
Di Indonesia perkembangan perkerasan aspal diawali
oleh pemberian lapis aus pada permukaan Telford dan
MacAdam yang kemudian berkembang menjadi lapisan
penetrasi (LapisanBu
rtu, Burda, Buras). Tahun 1980
diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan
Butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal Butas
terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang
kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi
beton mastic. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal
panas (hot mix) mulai berkembang di Indonesia pada
tahun 1975, kemudian disusul oleh Asphalt Concrete (AC)
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
22/44
dan lain-lain.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
23/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
2.3 Panjang Jalan Kabupaten
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Kutai Barat, pada tahun 2009 panjang jalan
propinsi di Kabupaten Kutai Barat tercatat sebesar 508 Km.
Dimana 198
Km merupakan jalan aspal dan 19 km jalan yang terbuat
dari kerikil dan 291 Km jalan yang masih tanah5.
2.4 Sedikit Tentang Daerah Perencanaan
Kabupaten Kutai Timur memiliki luas wilayah 31.628,70 km2
atau kurang lebih 15 persen dari luas Propinsi Kalimantan
Timur yang secara geografis terletak antara 113O4849 BT
116O3243 BT dan 1O3105 LU 1O0933LS dengan
batas administratifsebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau dan
Negara Sarawak (Malaysia Timur) ;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Kartanegara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser
Utara;
Sebelah Barat berbatasan dengan dengan Propinsi Kalimantan
Tengah serta Propinsi Kalimantan Barat.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
24/44
5-----, (2010), Kutai Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Timur,
p.185
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
25/44
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
26/44
rendah
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
27/44
CV. MITRA UTAMA
RTASI
pada umumnya dijumpai di kawasan danau dan
kawasan sepanjang sungai (DAS). Sedangkan daerah perbukitan
dan pegunungan memiliki ketinggian rata-rata lebih dari
1.000 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 30
persen terdapat di bagian barat laut yang berbatasan langsung
dengan wilayah Malaysia.
2.5 Sedikit Tentang LokasiPerencanaan
Lokasi perencanaan yang dilaksanakan berada pada
kecamatan Damai. Secara geografis Kecamatan Damai
terletak pada 115o1516-115o4654 dan 0o18LS-
0o52LS. Batas administratifKecamatan Damai, adalah sebagai
berikut6:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Long
Iram, Barong Tongkok, dan Lingang Bingung;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Muara Lawadan
Bentian Besar;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito
Utara, Kalimantan Tengah;
Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Barito Utara,Kalimantan
Tengah.
Kecamatan Damai merupakan sebuah kecamatan
yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan
Timur. Kecamatan Damai memiliki luas wilayah mencapai
1.750,43 km2 yang dibagi dalam 14 (Empat Belas) kelurahan.
Sementara jumlah penduduk kecamatan ini mencapai 8.538
jiwa (2010) dengan
tingkat kepadatan 4,8
jiwa/km2.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
28/44
6-----, (2010), Kutai Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Timur, p.5
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
29/44
1515
CV. MITRA UTAMA
BAB 3
KONDISI EKSISTING3.1 Kondisi Perkerasan DanJembatan
Kondisi eksisting jalan pada lokasi rencana jalan yang
akan dibangun, sebagian masih berupa perkerasan tanah
dan sebagian jalan berpasir. Jalan ini sudah biasa dilewati
oleh penduduk Kecamatan Damai tetapi hanya hanya
kendaraan roda dua karena lebar jalan berkisar antara0,5m sampai
4,0 m. seperti pada gambarberikut.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
30/44
CV. MITRA UTAMA
1616
Gambar 3.1. Sebagian Ruas Jalan Yang Masih BerupaTanah
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
31/44
CV. MITRA UTAMA
1717
Gambar 3.2. Sebagian Ruas Jalan yang masih berupaPasir
Gambar 3.3. Sebagian Ruas Jalan yang hanya dapatdilewati kendaraan beroda dua
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
32/44
CV. MITRA UTAMA
1818
Gambar 3.4. Sebagian Ruas Jalan Yang Sudah diberi papanuntuk menghindari becek
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
33/44
CV. MITRA UTAMA
1919
Gambar 3.5. Kondisi Sebagian Jembatan Ulin Yang Ada Di Lokasi
3 Kondisi Topografi
Berdasarkan Suvey Pendahuluan yang telah dilaksanakan,
menunjukkan lokasi perencanaan cukup layak dijadikan
Jalan, mengingat telah adanya existing jalan. Adapun kondisi
topografijalan menunjukkan tidak terdapatnya lereng yang
cukup terjal. Hal tersebut akan sangat membantu dalam
pemilihan lokasi penempatan lokasi struktur Jalan.
Acuan elevasi Jalan akan mengacu pada elevasi jalan
existing disamping beberapa faktor lainnya, sehingga
diupayakan kemiringan lantai Jalan dengan jalan pendekat
tidak terlalu curam. Kondisi lahan di sekitar lokasi
perencanaan yaitu pada umumnya
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
34/44
2020
CV. MITRA UTAMA
RASAN JALAN
BAB 4
PERENCANAAN GEOMETRI DANPERKERASAN JALAN
4.1. Perencanaan Geometri Jalan
Perencanaan jalan direncanakan berdasarkan pada buku
Petunjuk Teknik Survai dan Perencanaan Teknik Jalan
Kabupaten No. 013/T/Bt/1995" dan Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 yang
dikeluarkan oleh oleh Bina Marga, dengan kecepatan rencana
40 km/jam. Standar Geometris yang dimaksud meliputi standar
penentuan parameter-parameter alinyemen horisontal,
vertikal, maupun jalan yang akan dipakai dalam perencanaan
teknis.
Berikut tabel kriteria perencanaan untuk jalan luar
kota, yang ditetapkan pada pekerjaan perencanaan teknis
jalan sebagai berikut:
4.1.1. Kecepatan Rencana
Tabel 4.1. Kecepatan Rencana Minimum
Kelas Jalan Datar Bukit Pegunungan
IIIA 50 40 30
IIIB1 40 30 30
IIIB1 40 30 30
IIIC 30 30 20
4.1.2. Dimensi Melintang Jalan
Standar Desain Geometrik untuk untuk lebar
perkerasan, lebar bahu jalan, kemiringan melintang dan
daerah milik jalan (damija) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
35/44
CV. MITRA UTAMA
RASAN JALAN
2121
Gambar 4.1. Tipikal melintang jalan pada daerahtimbunan
dan galian
Gambar 4.2. Tipikal melintang jalan pada daerah galian
Gambar 4.3. Tipikal melintang jalan pada daerah timbunan
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
36/44
CV. MITRA UTAMA
RASAN JALAN
2222
4.1.3. Alinyemen Horisontal
4.1.3.1. Panjang Bagan Lurus
Untuk panjang bagian lurus, dengan pertimbangan
faktor keselamatan, dan kelelahan pengemudi maka panjang
maksimum bagian jalan yang lurus (terutama jalan antar kota)
ditempuh tidak lebih dari 2,5 menit, sesuai dengan
kecepatan rencana , atau sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 4.3. Panjang bagian lurus maksimum
FungsiPanjang bagian lurus maksimum (m)
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500
Sumber : Tata Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota, departemen PU,
Ditjen Bina Marga, 1997
4.1.3.2. Jari Jari Minimum
Tabel 4.4. Jari-jari minumum
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari-jari minimum
Rmin(m)600 370 210 110 80 50 30 15
Jari-jari minimum
tanpa
lengkung
2500 1500 900 500 350 250 130 60
Jari-jari minimum
tanpa superelevasi5000 2000 1250 700 - - - -
Sumber : Tata Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota, departemen PU
,Ditjen Bina Marga, 1997
4.1.3.3. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan
panjang pencapaian superelevasi (Le)
Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan panjang
pencapaian superelevasi (Le) untuk jalan 2 lajur 2 arah
dapat ditetapkan dengan menggunakan Tabel 4.5.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
37/44
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
38/44
CV. MITRA UTAMA
RASAN JALAN
2424
Tabel 4.6. Landai maks. yang disarankan dan panjang kritis
Kecepatan Kendaraan
(Km/jam)
80 70 60 50 40 30 25 20
Landai Maksimum
Disain % 4 4 5 6 7 8 10 12
Absolut % 7 8 9 10 11 12 14 16
Panjang Maksimum
(kritis) dalam m500 410 350 275 225 140 100 100
Kriteria : Landai maksimum berdasar pada standard Bina
Marga kecuali pada 20 km/jam dimana batas ekstrim
diberikan.
Panjang kritis berdasar pada rumus jalan Kabupaten NAASRA
4.1.5. Hasil Perencanaan
4.1.5.1. Perencanaan Alinyemen Horisontal
Rekapitulasi hasil perhitungan alinyemen horisontal
untuk semua tikungan dapat dilihat pada Lampiran I.
4.1.5.2. Perencanaan Alinyemen Vertikal
Rekapitulasi hasil perhitungan alinyemen vertikal
untuk semua landai dapat dilihat pada Lampiran II.
4.1.5.2. Pelebaran Lebar Perkerasan
Lapis perkerasan harus diperlebar pada lengkung yang
radiusnya lebih kecil dari 120 m untuk menjaga agar
pandangan bebas kearah samping (lateral) antara kendaraan-
kendaraan sama dengan jarak pandangan bebas yang ada pada
bagian jalan yang lurus. Alasannya ialah:
Kendaraan yang berjalan pada suatu lengkung
menempati lebar lapis perkerasan yang lebih besar daripada
kendaraan yang berjalan pada jalan yang lurus karena roda-
roda belakang pada lintasan jalan dengan kecepatan rendah
disebelah dalam bagian depan, dan tonjolan depan
mengurangi kebebasan antara kendaraan-kendaran yang
menyiap dan melewatinya. Juga
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
39/44
CV. MITRA UTAMA
RASAN JALAN
2525
putaran kendaraan pada suatu jalur pada suatu tikungan
lebih besar daripada putaran kendaraan pada jalan yang lurus.
Tabel 4.7. Pelebaran perkerasan pada tikungan
Jari-Jari
Lengkung
Lebar Lapis Perkerasan
6,0 m 4,5 m
160
120
90
60
45
30
0,50
0,75
0,75
1,00
1,25
1,50
0,75
0,75
1,00
1,25
1,50
1,75
Sumber : Standar Geometri B.M.
Catatan : tidak perlu pelebaran
apabila kecepatan rencana < 30
km/jam
Rekapitulasi hasil perhitungan pelebaran perkerasan
pada tikungan dapat dilihat pada Lampiran III.
4.1.5.3. Volume Galian dan Timbunan Tanah
Pada konstruksi jalan, volume galian dan timbunan
dalam pekerjaan tanah merupakan salah satu faktor
yang sangat penting. Jumlah galian dan timbunan akan
menentukan harga pekerjaan pembangunan jalan secara
keseluruhan. Sehingga pekerjaan galian dan timbunan harus
dilaksanakan seoptimal mungkin.
Volume galian sangat dipengaruhi oleh kelandaian
vertikal yang di syaratkan, kemiringan melintang jalan,
kemiringan galian. Hasil (volume) timbunan dan galian pada
perencanaan ini dapat dilihat pada Lampiran IV.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
40/44
2626
CV. MITRA UTAMA
ERT
BAB 5
PERENCANAAN BOXCU
LVERT
5.1. Perencanaan Box Culvert
5.1.1. Dasar Perencanaan
5.1.1.1. DataTeknis/Perencanaan
+42,10 +42,05
A B = 8 m
MAB : + 41.05 B
+ 39.55
C
b = 7 m
Bentang box = double box (4,0 x 8,0
Lebar lantai kendaraan = 7,4 m
Tinggi tiang sandaran = 1,0 m
Diameter pipa sandaran = 3 inci (76,2 mm)
Beton Bertulang
Berdasarkan kuat tekan karakteristik beton pada umur
28 hari sesuai dengan K-250 .
Density (kepadatan) beton sebesar (( beton) : 2.500 kg/m3
Poison Ratio : 0,2.
BesiTulangan
Mutu baja tulangan BJ-24 (fy = 2.080 kg/cm2).
Kuat leleh tulangan *au untuk baja polos dan ulir
dari kelas BJ-24, *au = 240 MPa.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
41/44
CV. MITRA UTAMA
ERT
2727
Modulus elastisitas Es = 2 x 105 MPa.
5.1.1.2. Dasar Pembebanan
Standar pembebanan yang digunakan sebagai kriteria
perencanaan, adalah:
Pedoman perencanaan pembebanan gorong-gorong persegi
Pembebanan Jembatan dan Jalan Raya (SKBI
1.3.28.1987 dan UDC : 624.042 : 624.21
5.1.1.2. Analisa Pembebanan
Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak
yang umumnya disebut highly compressible, dengan
mengambil hasil pembebanan terbesar/maksimum dari
kombinasi pembebanan sebagai berikut :
Berat sendiri gorong-gorong persegi beton bertulang
Beban roda ganda (dual wheel load) 10 ton atau
muatan rencana sumbu 20 ton.
Beban kendaraan di atas konstruksi gorong-gorong persegi
ini diperhitungkan secara dengan muatan tanah setinggi
60 cm.
Tekanan tanah aktif
Tekanan air dari luar
Tekanan hydrostatic (qa).
5.2. Perhitungan Box Culvert
Hitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
VII Lampiran VIIA PERHITUNGAN BOX 4,0 X 8,0
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
42/44
LAPORAN AKHIR PERENCANAANPERENCANAAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN SEMENISASI SEPANJANG 23 KM DI DESA
SANTAN TENGAH KECAMATAN MARANG KAYU
3535
PT. ASRI SEMESTA BANGUN
NDASI
BAB 7
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan Pembangunan Jalan dan
JembatanJalan Lumpat Dahuq Semptn Jalan Poros Damai
Kutai Barat dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Panjang total jalan setelah perencanaan adalah 10.375 m
yang terbagi atas dua seksi yaitu stasioning 0 + 000 s/d 9 +
533 dan stasioning 0 +000 s/d 0 + 842.
2. Kecepatan rencana yang digunakan adalah 50 km/jam
(sesuai standar perencanaan kabupaten untuk daerah
bukit atau gunung) dengan landai vertikal maksimum 10%.
3. Volume total galian pada perencanaan ini adalah 20.059,94
m3 dan 10.417,33 m3 (galian saluran), 37.087,63 m3
untuk timbunan.
4. Tiang pancang besi triangle yang direncanakan dengan dimensi
32/32/32 dengan panjang 6 m (panjang total 522 m).
5. Dua buah double box culver di rencanakan dengan ukuran
4,0m x 8,0m.
6. Perkerasan jalan menggunakan lapis perkerasan bawah setebal
20 cm, lapis perkerasan atas setebal 15 cm, dan lapis
aspal setebal 5 cm dengan panjang total 5.900 m.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
43/44
PT. ASRI SEMESTA BANGUN
NDASI
3636
LAPORAN AKHIR PERENCANAANPERENCANAAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN SEMENISASI SEPANJANG 23 KM DI DESA
SANTAN TENGAH KECAMATAN MARANG KAYU
7.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat kami sampaikan berkenaan
Perencanaan Teknis Jalan Lumpat Dahuq Sempan Jalan
Poros Damai yaitu:
1. Jika pemilik kerja dalam hal ini pemerintah
Kabubaten Kutai Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum
memandang harus mengaspal lapis ausnta, maka
CV. Mitra Utama lebih merekomendasi pengaspalan
pada tahap awal dengan Lapis Penetrasi (LAPEN),
baru dua atau tiga tahun sekali kemudian
dilapisi dengan ATB atau langsung dengan AC
WC.
2. Untuk mencegah banyaknya dana APBD yang
terserap pada ruas ini maka pemerintah melalui Dinas
Pekerjaan Umum sebaiknya melaksanakan proyek ini
dengan pola tahun jamak selama 2 (dua) tahun
anggaran, bukan 3 (tiga) tahun anggaran;
3. Perencanaan Bangunan pelengkap (box culvert)juga
dilaskanakan pada awal tahun a nggaran 2012, agar
pelaksanaan pelelangan phisik dapat diupayakan
pada akhir Maret 2012.
-
7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir
44/44
L A M P I R A N