138256378-laporan-akhir

Upload: heri-kiswanto-karim

Post on 14-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    1/44

    ii

    LAPORAN PENDAHULUAN

    CV. MITRA UTAMA

    Kata Pengantar

    Daftar Isi

    Daftar Gambar

    Daftar Tabel

    Bab 1 Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang

    1.2. Maksud dan Tujuan

    DAFTAR ISI

    Hal

    iii

    iv

    v

    1

    2

    2

    1.3. Lingkup Umum Kegiatan3

    1.4. Pelaporan3

    1.5. Sistematika Pembahasan5

    Bab 2 Tinjauan Sistem Transportasi5

    2.1. Umum9

    2.2. Sedikit Tentang Perkembangan Jalan12

    2.3. Panjang Jalan Kabupaten12

    2.4. Sedikit Tentang Daerah Perencanaan 14

    2.5. Sedikit Tentang Lokasi Perencanaan15

    Bab 3 Kondisi Eksisting15

    3.1. Kondisi Tanah atau Permukaan Tanah19

    3.2. Kondisi Topografi20

    Bab 4 Perencanaan Geometri Dan Perkerasan Jalan20

    4.1. Perencanaan Geometri Jalan26

    Bab 5 Perencanaan Turap dan Box Culvert 26

    5.1. Perencanaan Box Culvert27

    5.2. Perhitungan Box Culvert28

    Bab 6 perencanaan Drainase28

    6.1. Drainase Permukaan31

    6.2. Perencanaan Drainase33

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    2/44

    iiiiiiii

    CV. MITRA UTAMA

    Bab 7 Kesimpulan dan Rekomendasi 35

    7.1. Kesimpulan 35

    7.2. Rekomendasi 36

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    3/44

    CV. MITRA UTAMA

    ivivi

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 2.1. Skema Keterkaitan Sistem Kelembagaan 8

    Gambar 2.2. Peta Kutai Barat 13

    Gambar 3.1. Sebagian Ruas Jalan Yang Masih Berupa Tanah 15

    Gambar 3.2. Sebagian Ruas Jalan Yang Masih Berupa Pasir 16

    Gambar 3.3. Sebagian Ruas Jalan Yang Hanya dapat dilewati

    kendaraan beroda dua 17

    Gambar 3.4. Sebagian Ruas Jalan yang sudah diberi papan

    untuk menghindari Becek 17

    Gambar 3.5. Kondisi Sebagian Jembatan Ulin tang ada di

    Lokasi 18

    Gambar 4.1. Tipikal Melintang jalan pada daerah timbunan

    dan galian 21

    Gambar 4.2. Tipikal Melintang jalan pada daerah galian 21

    Gambar 4.3. Tipikal Melintang jalan pada daerah Timbunan 21

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    4/44

    v

    CV. MITRA UTAMA

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 4.1. Kecepatan Rencana Minimum 20

    Tabel 4.2. Panjang bagian lurus maksimum 22

    Tabel 4.3. Jari-jari minimum 22

    Tabel 4.4. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan panjang

    pencapaian superelevasi (Le) 23

    Tabel 4.5. Landai maks. yang disarankan dan panjang 24

    kritis

    Tabel 4.6. Pelebaran perkerasan pada tikungan 25

    Tabel 6.1. Kecepatan aliran air yang diizinkan

    berdasarkan jenis material 29

    Tabel 6.2. Hubungan kemiringan selokan samping (i)

    dan jenis material 30

    Tabel 6.3. Koefisien kekasaran dinding (n) untuk Rumus

    Manning 30

    Tabel 6.4. Koefisien aliran air permukaan (formula

    rasional) 32

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    5/44

    1

    CV. Buana Engineering Consultant

    CV. MITRA UTAMA

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Program pembangunan jalan dan jembatan

    merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menunjang

    sasaran Pembangunan Nasional yang terkait dengan usaha-

    usaha pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya melalui

    pengembangan prasarana jalan dan jembatan, pembuatan

    jalan dan embatan baru dan peningkatan kondisi jalan dan

    jembatan yang ada, sesuai dengan tuntunan laju

    pertumbuhan lalu lintas yang diakibatkan oleh perkembangan

    dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

    Sebelum pembangunan fisik dilaksanakan, maka

    diperlukan suatu perencanaan teknis yang mencakup

    penyelesaian perencanaan teknis dan penyusunan dokumen

    tender guna mendukung pelaksanaan proyek tersebut.

    Pembangunan sarana dan prasarana transportasi ini

    sangatlah menunjang dalam pembangunan dan pengembangan

    wilayah. Diharapkan setelah proyek ini dibangun dapat dapat

    memperlancar arus lalu lintas kendaraan dan lalu

    lintas perdagangan terutama mempercepat akses jalur lalulintas pada Jalan Muara Bengkal - Ngayau - Senambah; baik

    lalu lintas koleksi maupun distribusi.

    Namun secara khusus pembangunan jalan sangatlah besar

    manfaatnya bagi masyarakat, baik dari segi kelancaran

    sarana transportasi maupun dari sisi perkembangan

    perekonomian masyarakat sekitarnya. Keberadaan jalan

    yang akan dibuat ini

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    6/44

    CV. MITRA UTAMA

    2

    CV. Buana Engineering Consultant

    turut menstimulasi perkembangan ekonomi untuk lebih

    meningkat.

    1.2. Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan proyek ini adalah memberikan

    masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur dalam

    menetapkan kebijakan serta strategi investasi untuk

    Proyek

    Perencanaan Teknis Jalan Muara Bengkal - Ngayau - Senambah

    yang dilanjutkan dengan perencanaan teknis jalan secara

    lengkap sehingga tercapai penyesuaian tehadap tingkat

    optimum dari investasi dan perencanaan teknis jalan untuk

    menunjang kelancaran pelayanan lalu lintas.

    1.3. Lingkup Umum Kegiatan

    Lingkup pekerjaan jasa layanan konsultasi untuk

    pekerjaan perencanaan teknis jalan ini adalah:

    Melaksanakan survey lapangan yang terdiri dari

    survey pendahuluan, survey topografi, dan survey

    penyelidikan tanah.

    Membuat gambar rencana, perhitungan biaya proyek

    dan dokumen tender untuk setiap jembatan dan ruas

    jalan yang bersangkutan.

    Membuat usulan dan saran mengenai tahapanpekerjaan konstruksi sesuai dengan alokasi dana

    yang tersedia dengan memperhatikan kemantapan

    dan aspek fungsional ruas jalan dan jembatan yang

    direncanakan.

    Bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam

    pekerjaanjasa konsultasi ini antara lain:

    Survai Lapangan:

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    7/44

    3

    CV. Buana Engineering Consultant

    o Pengenalan Lapangan (Site Visit/Site Reconnaissance)

    o Survey Jalan danJembatan

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    8/44

    CV. MITRA UTAMA

    4

    CV. Buana Engineering Consultant

    o SurveyTopografi dan survey penyelidikan tanah

    Perencanaan Teknis

    o DesainJalan

    Analisa Biaya Konstruksi

    o Hitungan Volume untuk setiap pekerjaan

    o Analisa Harga Satuan

    o Perkiraan Biaya Konstruksi

    Penyusunan Dokumen Tender

    Pembuatan Laporan

    1.4. Pelaporan

    Laporan yang diserahkan oleh konsultan dalam

    rangka pekerjaan konsultasi teknis ini terdiri dari:

    o Laporan Laporan Pendahuluan

    o Laporan Survey Penyalidikan Tanah

    o Laporan Survey Topografi

    o Laporan Gambar Copy

    o Dokumen Lelang

    o Laporan Gambar Detail Designo Laporan Gambar Copy

    o Dokumen Lelang

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Sistematika pembahasan Laporan Perencanaan ini

    adalah sebagai berikut:

    Bab I. Pendahuluan; berisi uraian pendahuluan,

    maksud dan tujuan pekerjaan konsultasi, ruang lingkup

    perencanaan,pelaporan dan sistematika pembahasan.

    Bab II. Tinjauan Sistem Transportasi; berisi uraian

    yang berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

    Propinsi Kalimantan Timur yang berhubungan dengan

    konsep dasar sistem transportasi nasional dan

    Propinsi Kalimantan

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    9/44

    CV. MITRA UTAMA

    5

    CV. Buana Engineering Consultant

    Timur; tinjauan pola sistem jaringan jalan dan

    kondisi umum daerah perencanaan merujuk kepada

    data-data sekunder yang berhasil diperoleh oleh

    konsultan maupun kunjungan konsultan lapangan.

    Bab III. Kondisi Eksisting; berisi uraian kondisi

    eksisting geometri jalan (vertikal dan horisontal),

    kondisi tanah atau permukaan tanah, kondisi jembatan,

    serta tata guna lahan.

    Bab IV. Perencanaan Geometri dan Perkerasan Jalan;

    berisi uraian perencanaan teknis jalan meliputi data

    perencanaan, kriteria desain, perencanaan geometrik,

    tebal perkerasan dan lain-lainnya.

    Bab V. Perencanaan Box Culvert; berisi

    uraian perencanaan turap dan jembatan box culvert

    meliputi data perencanaan, desain perencanaan,

    perhitungan dan desain struktur.

    Bab VI. Perencanaan Drainase; berisi uraian data

    desain drainase jalan dan hasil perencanaan drainase

    jalan.

    Bab VII. Kesimpulan dan Rekomendasi; berisi uraian

    kesimpulan dan rekomendasi yang disampaikan setelah

    melalui tahap-tahap pelaksanaan studi yang

    direncanakan.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    10/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    BAB 2

    TINJAUAN SISTEM TRANSPORTASI

    2.1 Umum

    Pemerintah telah menetapkan UU No. 38 Tahun

    2004 tentang Jalan sebagai pengganti UU No. 13 Tahun 1980

    tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    1980 Nomor

    83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    3186). Pertimbangan utama penggantian UU tersebut

    paling tidak didasari oleh 5(lima) alasan, yaitu :

    1. Bahwa jalan sebagai salah satu prasarana

    transportasi merupakan unsur penting dalam

    pengembangan kehidupan ber-bangsa dan bernegara,

    dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah

    negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan

    kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam

    Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945;

    2. Bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

    nasional mempunyai peranan penting terutama dalam

    mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta

    lingkungan dan dikembang-kan melalui pendekatan

    pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan

    pemerataan pembangunan antardaerah, membentuk

    dan memperkukuh kesatuan nasional untuk

    memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta

    mem-bentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan

    sasaran pembangunan nasional;

    3. Bahwa untuk terpenuhinya peranan jalan

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    11/44

    sebagaimana mestinya, pemerintah mempunyai hak dan

    kewajiban menyelenggarakanjalan;

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    12/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    4. Bahwa agar penyelenggaraan jalan dapat dilaksanakan

    secara berdaya guna dan berhasil guna diperlukan

    keterlibatan masyarakat;

    5. Bahwa dengan adanya perkembangan otonomi

    daerah, tantangan persaingan global, dan tuntutan

    peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan

    jalan.

    Secara sederhana jalan sebagai bagian dari prasarana

    transportasi berfungsi untuk menghubungkan dan atau

    membawa barang / penumpang dari satu tempat dengan

    tempat lainnya1. Sedangkan menurut Pasal 1 (4) UU No. 38

    tahun 2004, adalah :

    ..Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputisegala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

    perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yangberada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaanair, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

    Jalan yang dimaksud pada Pasal 1 (4) di atas, diperluas

    lagi menjadi dua, yaitu jalan umum (public facility) jalan

    khusus (private facility). Jalan yang disebut pertama diadakan

    oleh pemerintah sebagai prasarana fungsi sosial dan menjadi

    bagian dari public services. Sementara jalan kedua biasanya

    diadakan oleh instansi swasta, badan usaha, perseorangan,

    atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

    Lebih lanjut Pasal 1 ayat (12), (13) dan (14),

    menambahkan sebagai berikut :

    (12) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman danpenganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaankonstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan;

    (13) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untukmewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan

    pembangunan jalan;(14) Penyelenggara jalan adalah pihak yangmelakukan

    pengaturan, pembinaan, pembangunan, danpengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya;

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    13/44

    1Salim, Abbas, HA., (2006), Manajemen Transportasi Ed-1, ISBN 979-421-369-1,

    PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, p.2

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    14/44

    7

    LAPORAN AKHIR - BAB II TINJAUAN SISTEM TRANSPO

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    Perencanaan jalan dewasa ini pertimbangan

    utamanya bukan lagi menjadi domain disiplin teknik sipil

    semata-mata, namun lebih jauh dari itu aspek manusia dan

    kemanusiaan sudah merupakan kemutlakan yang tidak bisa

    dilepaskan dari perencanaan itu sendiri. Konsekwensi dari

    penyertaan manusia kedalam akan menyertakan aspek

    sosial, lingkungan hidup, tata guna lahan, disparitas

    pendapatan ekonomi dan lain-lain.

    Human centered developmentyang telah merajai sistem

    perencanaan pembangunan saat ini merupakan harga mati

    karena semua pembangunan akan ditujukan dan difungsikan

    untuk sebesar-besar bagi kemakmuran masyarakat,

    demikian pula halnya untuk pembangunan jalan.

    Wawasan pembangunan tersebut itupun sesuai

    dengan Pasal 5(1) UU No. 38 Tahun 2004 dimana

    disebutkan bahwa : Jalan sebagai bagian prasarana

    transportasi mempunyai peran penting dalam bidangekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan

    dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar

    kemakmuran rakyat.

    Dalam perencanaan transportasi di banyak negara, ada

    beberapa priode waktu yang dijadikan rujukan, yaitu :

    skala panjang (umur rencana sampai 25 tahun), skala menengah

    (um

    ur rencana 10 25 tahun) dan skala pendek (umur rencana

    5 10 tahun) serta untuk skala sangat pendek umur

    rencananya maksimum 5 tahun2.

    Untuk kasus-kasus perencanaan jalan di Indonesia

    umur disain jalan diambil selama 10(sepuluh) tahun. Ini

    merupakan baku biaya yang dapat diterima dan dipakai untuk

    pekerjaan rekonstruksi jalan dan didasarkan pada

    keperluan untuk

    pemeliharaan yang sesuai dan yang harus dilaksanakan. Di

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    15/44

    8

    LAPORAN AKHIR - BAB II TINJAUAN SISTEM TRANSPO

    2Tamin, Ofyar Z., (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Ke -2, ISBN 979-9299-10-1, Institut Teknologi Bandung, Bandung, p.25

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    16/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    9

    LAPORAN AKHIR - BAB II TINJAUAN SISTEM TRANSPO

    samping itu juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi

    praktis bahwa kebanyakan pekerjaan jalan kabupaten saat ini

    umur pakai nya sangat pendek (1-3 tahun) yang

    mengakibatkan kebutuhan untuk rehabilitasi besar secara

    berulang-ulang dengan biaya yang relatif tinggi3.

    Titik tolak awal bergeraknya perencanaan transportasi

    yang menyeluruh harus akomodatif terhadap (1) sistem

    pergerakan, (2) sistem jaringan dan (3) sistem kegiatan.

    Ketiga sistem ini akan mempengaruhi satu dengan lainnya

    dalam keberhasilan perencanaan (preliminary design sampai

    detail engineering design) dan ketika jalan tersebut

    dimanfaatkan nanti oleh penggunanya.

    Sistem pergerakan akan melibatkan DLLAJ, Organda,

    Polisi Lalu Lintas dan masyarakat pengguna. Sistem jaringan

    akan ada Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum

    dalam hal ini Bina Marga. Sedangkan sistem kegiatan akan

    membawa Bappeda,Legislatif dan Dinas-dinas berkenaan pada PemerintahDaerah.

    Sistem PergerakanDLLAJ, Organda,

    Polantas danMasyarakat

    Sistem KegiatanBappeda, Legislatif

    dan PemerintahDaerah

    Sistem JaringanDinas Perhubungandan Dinas Pekerjaan

    Umum

    Gambar 1.1 :Skema Keterkaitan Sistem

    KelembagaanSumber : Modified dari Tamin

    (2000:28)

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    17/44

    10

    3Martakim, Suharsono, (1995), Petunjuk Teknik Survei danPerencanaan Teknik Jalan Kabupaten, No. : 013/T/Bt/ 1995, Direktorat

    Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, p 2-1

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    18/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    Jabaran ketiga sistem kelembagaan tersebut akan

    memfokuskan diri pada sasaran umum perencanaan

    transportasi. Rinciannya, sebagai berikut :

    (1) Sistem Kegiatan : Rencana tata guna lahan yang baik

    dapat menciptakan interaksi positif antara lahan

    perumahan, sekolah dan lain-lain penggunaan lahan yang

    ada pada daerah perencanaan;

    (2) Sistem Jaringan : Upaya peningkatan kapasitas

    pelayanan, misalnya dengan memperlebar, menambah

    jaringan simpang dan atau prediksi pembangunan jalur

    baru pada jalur yang akan direncanakan;

    (3) Sistem Pergerakan : Pengaturan teknik dan manajemen

    lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum

    yang lebih baik (jangka pendek dan menengah) dan lain-

    lain.

    2.2 Sedikit Tentang Perkembangan Jalan

    Modernitas membawa konsekwensi khusus tentang

    jarak jika dihubungkan dengan waktu. Di era cyber

    sekarang ini dimensi jarak tidak diukur lagi dengan memakai

    satuan panjang seperti yang kita kenal beberapa dasawarsa

    sebelumnya, seperti misalnya meter (m), mil (M) dan lain-lain.

    Karena jarak adalah fungsi waktu, maka manusia saat

    ini lebih cenderung untuk menghitung jarak satu benda

    tertentu dengan skala waktu, misalnya detik, menit,

    atau jam. Pola perhitungan seperti ini akan selalu

    memasukkan kecepatan (velocity) sebagai komponen utama.

    Oleh sebab itu, maka pameo lama time is money sungguh

    merupakan pertimbangan pertama dalam konteks waktu. Rugi

    waktu bermakna kehilangan uang.

    Persamaan berikut ini akan menggambarkan secara jelas

    masalah yang dibahas di atas.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    19/44

    1010

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    Dimana :

    X = V xT

    X = Jarak dalam meter (m)V = Kecepatan dalam meter per detik(m/s)T = Waktu tempuh dalam detik (s)

    Untuk menggambarkan berapa jarak antara Tenggarong

    dan Samarinda dengan kondisi jalan saat ini, serta merta

    seseorang akan menjawab sekitar 30 menit. Jawaban tersebut

    tidak lagi mengetengahkan unsur kecepatan, karena kecepatan

    rata-rata kendaraan yang melewati jalur tersebut diasumsikan

    sekitar 19.44 m/s ~ 22.22 m/s (70-80 km/jam).

    Perkembangan jalan diawali dengan sejarah manusia

    itu sendiri yang mobile guna kebutuhan hidup dan

    berkomunikasi dengan sesama. Tapak kaki manusia pra-sejarah

    akan berfungsi sebagai marking territorial untuk menandai

    wilayah jelajahnya. Jalan setapak inilah yang akan menjadi

    cikal bakal dari road trace di jaman modern ini.

    Indonesia pernah mencatat pembangunan jalan yang

    cukup panjang lebih kurang 1.000 km yang dibangun dari

    Anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi JawaTimur.

    Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada

    akhir abad 18 atas perintah Daendels (Alamsyah, 2006:1)4.

    Belanda selaku penjajah telah memperhitungkan

    manfaat pembangunan jalan tersebut, yaitu untuk

    kepentingan strategi dan untuk memudahkan pengangkutan

    hasil bumi. Kepentingan strategi adalah kecepatan responsif

    dalam hal memobilisasi artileri dan pasukan. Ini bermuara

    pada pentingnya waktu yang singkat.

    Sedangkan kemudahan pengangkutan hasil bumi pun bermuara

    4Alamsyah, Alik Ansyori, (2006), Rekayasa Jalan Raya, Cetakan Kedua Edisi Revisi, ISBN

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    20/44

    1111

    979-3021-83-7, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, p.1

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    21/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    pada pentingnya memperpendek waktu tempuh atau dengan

    kata lain mempersingkatjumlah waktu perjalanan.

    Meski belum memanfaatkan teknik perencanaan seperti

    sekarang ini (tinjauan geometrik dan jenis perkerasan),

    namun paling tidak Daendels telah menerapkan pola

    pembangunan jalan dengan melibatkan pekerja yang banyak

    (kendati dengan kerja paksa) dan menjadi tonggak awal dari

    sejarah perkembangan jalan di Indonesia.

    Konstruksi batu belah (Telford) dan konstruksi

    MacAdam merupakan konstruksi perkerasan jalan raya

    pertama yang diterapkan Indonesia. Konstruksi Telford

    diciptakan oleh Thomas Telford (1757-1834), sedangkan

    Macadam oleh Jhon London Mac Adam (1756-1836).

    Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai

    bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun

    625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang sampai

    ditemukan kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler danKarl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920 sampai

    sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan

    menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat.

    Di Indonesia perkembangan perkerasan aspal diawali

    oleh pemberian lapis aus pada permukaan Telford dan

    MacAdam yang kemudian berkembang menjadi lapisan

    penetrasi (LapisanBu

    rtu, Burda, Buras). Tahun 1980

    diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan

    Butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal Butas

    terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang

    kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi

    beton mastic. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal

    panas (hot mix) mulai berkembang di Indonesia pada

    tahun 1975, kemudian disusul oleh Asphalt Concrete (AC)

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    22/44

    dan lain-lain.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    23/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    2.3 Panjang Jalan Kabupaten

    Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan

    Umum Kabupaten Kutai Barat, pada tahun 2009 panjang jalan

    propinsi di Kabupaten Kutai Barat tercatat sebesar 508 Km.

    Dimana 198

    Km merupakan jalan aspal dan 19 km jalan yang terbuat

    dari kerikil dan 291 Km jalan yang masih tanah5.

    2.4 Sedikit Tentang Daerah Perencanaan

    Kabupaten Kutai Timur memiliki luas wilayah 31.628,70 km2

    atau kurang lebih 15 persen dari luas Propinsi Kalimantan

    Timur yang secara geografis terletak antara 113O4849 BT

    116O3243 BT dan 1O3105 LU 1O0933LS dengan

    batas administratifsebagai berikut:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau dan

    Negara Sarawak (Malaysia Timur) ;

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai

    Kartanegara;

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser

    Utara;

    Sebelah Barat berbatasan dengan dengan Propinsi Kalimantan

    Tengah serta Propinsi Kalimantan Barat.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    24/44

    5-----, (2010), Kutai Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Timur,

    p.185

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    25/44

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    26/44

    rendah

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    27/44

    CV. MITRA UTAMA

    RTASI

    pada umumnya dijumpai di kawasan danau dan

    kawasan sepanjang sungai (DAS). Sedangkan daerah perbukitan

    dan pegunungan memiliki ketinggian rata-rata lebih dari

    1.000 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 30

    persen terdapat di bagian barat laut yang berbatasan langsung

    dengan wilayah Malaysia.

    2.5 Sedikit Tentang LokasiPerencanaan

    Lokasi perencanaan yang dilaksanakan berada pada

    kecamatan Damai. Secara geografis Kecamatan Damai

    terletak pada 115o1516-115o4654 dan 0o18LS-

    0o52LS. Batas administratifKecamatan Damai, adalah sebagai

    berikut6:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Long

    Iram, Barong Tongkok, dan Lingang Bingung;

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Muara Lawadan

    Bentian Besar;

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito

    Utara, Kalimantan Tengah;

    Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Barito Utara,Kalimantan

    Tengah.

    Kecamatan Damai merupakan sebuah kecamatan

    yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan

    Timur. Kecamatan Damai memiliki luas wilayah mencapai

    1.750,43 km2 yang dibagi dalam 14 (Empat Belas) kelurahan.

    Sementara jumlah penduduk kecamatan ini mencapai 8.538

    jiwa (2010) dengan

    tingkat kepadatan 4,8

    jiwa/km2.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    28/44

    6-----, (2010), Kutai Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Timur, p.5

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    29/44

    1515

    CV. MITRA UTAMA

    BAB 3

    KONDISI EKSISTING3.1 Kondisi Perkerasan DanJembatan

    Kondisi eksisting jalan pada lokasi rencana jalan yang

    akan dibangun, sebagian masih berupa perkerasan tanah

    dan sebagian jalan berpasir. Jalan ini sudah biasa dilewati

    oleh penduduk Kecamatan Damai tetapi hanya hanya

    kendaraan roda dua karena lebar jalan berkisar antara0,5m sampai

    4,0 m. seperti pada gambarberikut.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    30/44

    CV. MITRA UTAMA

    1616

    Gambar 3.1. Sebagian Ruas Jalan Yang Masih BerupaTanah

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    31/44

    CV. MITRA UTAMA

    1717

    Gambar 3.2. Sebagian Ruas Jalan yang masih berupaPasir

    Gambar 3.3. Sebagian Ruas Jalan yang hanya dapatdilewati kendaraan beroda dua

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    32/44

    CV. MITRA UTAMA

    1818

    Gambar 3.4. Sebagian Ruas Jalan Yang Sudah diberi papanuntuk menghindari becek

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    33/44

    CV. MITRA UTAMA

    1919

    Gambar 3.5. Kondisi Sebagian Jembatan Ulin Yang Ada Di Lokasi

    3 Kondisi Topografi

    Berdasarkan Suvey Pendahuluan yang telah dilaksanakan,

    menunjukkan lokasi perencanaan cukup layak dijadikan

    Jalan, mengingat telah adanya existing jalan. Adapun kondisi

    topografijalan menunjukkan tidak terdapatnya lereng yang

    cukup terjal. Hal tersebut akan sangat membantu dalam

    pemilihan lokasi penempatan lokasi struktur Jalan.

    Acuan elevasi Jalan akan mengacu pada elevasi jalan

    existing disamping beberapa faktor lainnya, sehingga

    diupayakan kemiringan lantai Jalan dengan jalan pendekat

    tidak terlalu curam. Kondisi lahan di sekitar lokasi

    perencanaan yaitu pada umumnya

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    34/44

    2020

    CV. MITRA UTAMA

    RASAN JALAN

    BAB 4

    PERENCANAAN GEOMETRI DANPERKERASAN JALAN

    4.1. Perencanaan Geometri Jalan

    Perencanaan jalan direncanakan berdasarkan pada buku

    Petunjuk Teknik Survai dan Perencanaan Teknik Jalan

    Kabupaten No. 013/T/Bt/1995" dan Tata Cara Perencanaan

    Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 yang

    dikeluarkan oleh oleh Bina Marga, dengan kecepatan rencana

    40 km/jam. Standar Geometris yang dimaksud meliputi standar

    penentuan parameter-parameter alinyemen horisontal,

    vertikal, maupun jalan yang akan dipakai dalam perencanaan

    teknis.

    Berikut tabel kriteria perencanaan untuk jalan luar

    kota, yang ditetapkan pada pekerjaan perencanaan teknis

    jalan sebagai berikut:

    4.1.1. Kecepatan Rencana

    Tabel 4.1. Kecepatan Rencana Minimum

    Kelas Jalan Datar Bukit Pegunungan

    IIIA 50 40 30

    IIIB1 40 30 30

    IIIB1 40 30 30

    IIIC 30 30 20

    4.1.2. Dimensi Melintang Jalan

    Standar Desain Geometrik untuk untuk lebar

    perkerasan, lebar bahu jalan, kemiringan melintang dan

    daerah milik jalan (damija) dapat dilihat pada tabel dibawah

    ini.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    35/44

    CV. MITRA UTAMA

    RASAN JALAN

    2121

    Gambar 4.1. Tipikal melintang jalan pada daerahtimbunan

    dan galian

    Gambar 4.2. Tipikal melintang jalan pada daerah galian

    Gambar 4.3. Tipikal melintang jalan pada daerah timbunan

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    36/44

    CV. MITRA UTAMA

    RASAN JALAN

    2222

    4.1.3. Alinyemen Horisontal

    4.1.3.1. Panjang Bagan Lurus

    Untuk panjang bagian lurus, dengan pertimbangan

    faktor keselamatan, dan kelelahan pengemudi maka panjang

    maksimum bagian jalan yang lurus (terutama jalan antar kota)

    ditempuh tidak lebih dari 2,5 menit, sesuai dengan

    kecepatan rencana , atau sesuai dengan tabel berikut :

    Tabel 4.3. Panjang bagian lurus maksimum

    FungsiPanjang bagian lurus maksimum (m)

    Datar Bukit Pegunungan

    Arteri 3000 2500 2000

    Kolektor 2000 1750 1500

    Sumber : Tata Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota, departemen PU,

    Ditjen Bina Marga, 1997

    4.1.3.2. Jari Jari Minimum

    Tabel 4.4. Jari-jari minumum

    VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

    Jari-jari minimum

    Rmin(m)600 370 210 110 80 50 30 15

    Jari-jari minimum

    tanpa

    lengkung

    2500 1500 900 500 350 250 130 60

    Jari-jari minimum

    tanpa superelevasi5000 2000 1250 700 - - - -

    Sumber : Tata Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota, departemen PU

    ,Ditjen Bina Marga, 1997

    4.1.3.3. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan

    panjang pencapaian superelevasi (Le)

    Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan panjang

    pencapaian superelevasi (Le) untuk jalan 2 lajur 2 arah

    dapat ditetapkan dengan menggunakan Tabel 4.5.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    37/44

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    38/44

    CV. MITRA UTAMA

    RASAN JALAN

    2424

    Tabel 4.6. Landai maks. yang disarankan dan panjang kritis

    Kecepatan Kendaraan

    (Km/jam)

    80 70 60 50 40 30 25 20

    Landai Maksimum

    Disain % 4 4 5 6 7 8 10 12

    Absolut % 7 8 9 10 11 12 14 16

    Panjang Maksimum

    (kritis) dalam m500 410 350 275 225 140 100 100

    Kriteria : Landai maksimum berdasar pada standard Bina

    Marga kecuali pada 20 km/jam dimana batas ekstrim

    diberikan.

    Panjang kritis berdasar pada rumus jalan Kabupaten NAASRA

    4.1.5. Hasil Perencanaan

    4.1.5.1. Perencanaan Alinyemen Horisontal

    Rekapitulasi hasil perhitungan alinyemen horisontal

    untuk semua tikungan dapat dilihat pada Lampiran I.

    4.1.5.2. Perencanaan Alinyemen Vertikal

    Rekapitulasi hasil perhitungan alinyemen vertikal

    untuk semua landai dapat dilihat pada Lampiran II.

    4.1.5.2. Pelebaran Lebar Perkerasan

    Lapis perkerasan harus diperlebar pada lengkung yang

    radiusnya lebih kecil dari 120 m untuk menjaga agar

    pandangan bebas kearah samping (lateral) antara kendaraan-

    kendaraan sama dengan jarak pandangan bebas yang ada pada

    bagian jalan yang lurus. Alasannya ialah:

    Kendaraan yang berjalan pada suatu lengkung

    menempati lebar lapis perkerasan yang lebih besar daripada

    kendaraan yang berjalan pada jalan yang lurus karena roda-

    roda belakang pada lintasan jalan dengan kecepatan rendah

    disebelah dalam bagian depan, dan tonjolan depan

    mengurangi kebebasan antara kendaraan-kendaran yang

    menyiap dan melewatinya. Juga

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    39/44

    CV. MITRA UTAMA

    RASAN JALAN

    2525

    putaran kendaraan pada suatu jalur pada suatu tikungan

    lebih besar daripada putaran kendaraan pada jalan yang lurus.

    Tabel 4.7. Pelebaran perkerasan pada tikungan

    Jari-Jari

    Lengkung

    Lebar Lapis Perkerasan

    6,0 m 4,5 m

    160

    120

    90

    60

    45

    30

    0,50

    0,75

    0,75

    1,00

    1,25

    1,50

    0,75

    0,75

    1,00

    1,25

    1,50

    1,75

    Sumber : Standar Geometri B.M.

    Catatan : tidak perlu pelebaran

    apabila kecepatan rencana < 30

    km/jam

    Rekapitulasi hasil perhitungan pelebaran perkerasan

    pada tikungan dapat dilihat pada Lampiran III.

    4.1.5.3. Volume Galian dan Timbunan Tanah

    Pada konstruksi jalan, volume galian dan timbunan

    dalam pekerjaan tanah merupakan salah satu faktor

    yang sangat penting. Jumlah galian dan timbunan akan

    menentukan harga pekerjaan pembangunan jalan secara

    keseluruhan. Sehingga pekerjaan galian dan timbunan harus

    dilaksanakan seoptimal mungkin.

    Volume galian sangat dipengaruhi oleh kelandaian

    vertikal yang di syaratkan, kemiringan melintang jalan,

    kemiringan galian. Hasil (volume) timbunan dan galian pada

    perencanaan ini dapat dilihat pada Lampiran IV.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    40/44

    2626

    CV. MITRA UTAMA

    ERT

    BAB 5

    PERENCANAAN BOXCU

    LVERT

    5.1. Perencanaan Box Culvert

    5.1.1. Dasar Perencanaan

    5.1.1.1. DataTeknis/Perencanaan

    +42,10 +42,05

    A B = 8 m

    MAB : + 41.05 B

    + 39.55

    C

    b = 7 m

    Bentang box = double box (4,0 x 8,0

    Lebar lantai kendaraan = 7,4 m

    Tinggi tiang sandaran = 1,0 m

    Diameter pipa sandaran = 3 inci (76,2 mm)

    Beton Bertulang

    Berdasarkan kuat tekan karakteristik beton pada umur

    28 hari sesuai dengan K-250 .

    Density (kepadatan) beton sebesar (( beton) : 2.500 kg/m3

    Poison Ratio : 0,2.

    BesiTulangan

    Mutu baja tulangan BJ-24 (fy = 2.080 kg/cm2).

    Kuat leleh tulangan *au untuk baja polos dan ulir

    dari kelas BJ-24, *au = 240 MPa.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    41/44

    CV. MITRA UTAMA

    ERT

    2727

    Modulus elastisitas Es = 2 x 105 MPa.

    5.1.1.2. Dasar Pembebanan

    Standar pembebanan yang digunakan sebagai kriteria

    perencanaan, adalah:

    Pedoman perencanaan pembebanan gorong-gorong persegi

    Pembebanan Jembatan dan Jalan Raya (SKBI

    1.3.28.1987 dan UDC : 624.042 : 624.21

    5.1.1.2. Analisa Pembebanan

    Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak

    yang umumnya disebut highly compressible, dengan

    mengambil hasil pembebanan terbesar/maksimum dari

    kombinasi pembebanan sebagai berikut :

    Berat sendiri gorong-gorong persegi beton bertulang

    Beban roda ganda (dual wheel load) 10 ton atau

    muatan rencana sumbu 20 ton.

    Beban kendaraan di atas konstruksi gorong-gorong persegi

    ini diperhitungkan secara dengan muatan tanah setinggi

    60 cm.

    Tekanan tanah aktif

    Tekanan air dari luar

    Tekanan hydrostatic (qa).

    5.2. Perhitungan Box Culvert

    Hitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

    VII Lampiran VIIA PERHITUNGAN BOX 4,0 X 8,0

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    42/44

    LAPORAN AKHIR PERENCANAANPERENCANAAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN SEMENISASI SEPANJANG 23 KM DI DESA

    SANTAN TENGAH KECAMATAN MARANG KAYU

    3535

    PT. ASRI SEMESTA BANGUN

    NDASI

    BAB 7

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    7.1 Kesimpulan

    Dari hasil perencanaan Pembangunan Jalan dan

    JembatanJalan Lumpat Dahuq Semptn Jalan Poros Damai

    Kutai Barat dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

    1. Panjang total jalan setelah perencanaan adalah 10.375 m

    yang terbagi atas dua seksi yaitu stasioning 0 + 000 s/d 9 +

    533 dan stasioning 0 +000 s/d 0 + 842.

    2. Kecepatan rencana yang digunakan adalah 50 km/jam

    (sesuai standar perencanaan kabupaten untuk daerah

    bukit atau gunung) dengan landai vertikal maksimum 10%.

    3. Volume total galian pada perencanaan ini adalah 20.059,94

    m3 dan 10.417,33 m3 (galian saluran), 37.087,63 m3

    untuk timbunan.

    4. Tiang pancang besi triangle yang direncanakan dengan dimensi

    32/32/32 dengan panjang 6 m (panjang total 522 m).

    5. Dua buah double box culver di rencanakan dengan ukuran

    4,0m x 8,0m.

    6. Perkerasan jalan menggunakan lapis perkerasan bawah setebal

    20 cm, lapis perkerasan atas setebal 15 cm, dan lapis

    aspal setebal 5 cm dengan panjang total 5.900 m.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    43/44

    PT. ASRI SEMESTA BANGUN

    NDASI

    3636

    LAPORAN AKHIR PERENCANAANPERENCANAAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN SEMENISASI SEPANJANG 23 KM DI DESA

    SANTAN TENGAH KECAMATAN MARANG KAYU

    7.2 Rekomendasi

    Rekomendasi yang dapat kami sampaikan berkenaan

    Perencanaan Teknis Jalan Lumpat Dahuq Sempan Jalan

    Poros Damai yaitu:

    1. Jika pemilik kerja dalam hal ini pemerintah

    Kabubaten Kutai Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum

    memandang harus mengaspal lapis ausnta, maka

    CV. Mitra Utama lebih merekomendasi pengaspalan

    pada tahap awal dengan Lapis Penetrasi (LAPEN),

    baru dua atau tiga tahun sekali kemudian

    dilapisi dengan ATB atau langsung dengan AC

    WC.

    2. Untuk mencegah banyaknya dana APBD yang

    terserap pada ruas ini maka pemerintah melalui Dinas

    Pekerjaan Umum sebaiknya melaksanakan proyek ini

    dengan pola tahun jamak selama 2 (dua) tahun

    anggaran, bukan 3 (tiga) tahun anggaran;

    3. Perencanaan Bangunan pelengkap (box culvert)juga

    dilaskanakan pada awal tahun a nggaran 2012, agar

    pelaksanaan pelelangan phisik dapat diupayakan

    pada akhir Maret 2012.

  • 7/27/2019 138256378-Laporan-Akhir

    44/44

    L A M P I R A N