04_pengantar sistem respirasihipercci
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
1/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
59
PENGANTAR SISTEM RESPIRASI
(Dody Setyawan, Suhartini)
HIPERCCI JATENG/ PSIK FK UNDIP
Pernapasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen (O2) ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung
karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi). Sistem respirasi sangat berperan dalam
proses oksigenasi dalam tubuh manusia. Menurut Muttaqin (2008) bahwa proses bernapas
berlangsung dalam beberapa langkah dan berlangsung dengan dukungan sistem saraf pusat dan
sistem kardiovaskuler. Proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru. Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmis dari dalam untuk bernapas dan
secara reflex merangsang otot diafragma dan otot dada yang akan memberikan tenaga pendorong
bagi gerakan udara
Proses pergerakan gas ke dalam dan luar paru dipengaruhi oleh tekanan dan volume.
Ketika rongga dada naik/lebih besar, tekanan intrapleural negative dan udara dapat mengalir
kedalam paru. Sedangkan ketika otot-otot napas relaksasi, maka volume rongga dada mengecil
dan tekanan intrapleura menjadi positif sehingga udara dalam rongga paru terdorong keluar.
Proses mekanismenya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar Proses Inspirasi dan Ekspirasi Pernapasan Dada
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
2/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
60
Selain pernapasan dada/thorax, pernapasan juga bisa terjadi dengan pernapasan
abdominal. Pernapasan abdominal juga terjadi inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi terjadi jika otot
diafragma kontraksi, maka diafragma mendatar, volume rongga dada membesar dan tekanan
intrapleural negative sehingga udara masuk ke dalam paru. Sedangkan ekspirasi terjadi jika otot
diafragma relaksasi, otot abdomen kontraksi, diafragma melengkung ke rongga dada, volume
rongga dada mengecil dan tekanan intrapleural positif sehingga udara terdorong keluar dari paru
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2008).
Gambar Proses Inspirasi dan Ekspirasi Pernapasan Dada
Udara yang mengandung oskigen setelah masuk kedalam saluran pernapasan dan sampai
alveoli maka akan terjadi pernapasan luar yaitu pertukaran gas antara alveoli dengan kapiler
darah. O2 dalam alveoli akan bertukar dengan CO2 dalam kapiler melalui proses difusi. CO2
akan dikeluarkan dari tubuh dan O2 akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk pernapasan dalam
yaitu pertukaran gas antara kapiler dengan sel yaitu O2 dari kapiler masuk ke sel untuk oksidasi
dan CO2 dari sel hasil oksidasi masuk ke kapiler untuk dikeluarkan melalui proses ekspirasi
(Smeltzer et al., 2008).
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
3/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
61
Gambar Pernapasan Dalam Gambar Pernapasan Luar
SALURAN NAPAS
Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri atas serangkaian saluran pernapasan yang
menghantarkan udara luar yaitu terdiri dari saluran atas dan saluran bawah (Schwartzstein, R.M
& Parker, M.J, 2007; Smeltzer et al., 2008).
Gambar Saluran Napas
Saluran Napas Atas
1. Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
4/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
62
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di
dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang
masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap (Ignativicius & Workman,
2012).
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
3. Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara
melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring
berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya
makanan dan cairan.
Saluran Napas Bawah
1.
TrakeaTrakea berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian
di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-
benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
2. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur
lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
5/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
63
Gambar Bronkus dan Percabangannya
3. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan costae dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekstra) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinistra) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan
pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Bronkiolus memiliki dinding
yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung
udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang
salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena
alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan
terjadinya difusi gas pernapasan (Ignativicius & Workman, 2012).
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
6/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
64
Gambar Paru Kanan dan Kiri
OTOT-OTOT YANG BERPERAN DALAM SISTEM RESPIRASI
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
7/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
65
PROSES PENGATURAN OKSIGENASI SISTEM RESPIRASI
1. Ventilasi
Istilah ventilasi menyangkut volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung
atau mulut pada proses bernapas. Ventilasi per menit, VE ( Minute Ventilation) adalah volume
udara yang keluar dari paru dalam satu menit diukur dalam liter.
Ventilasi alveolar, VA adalah volume udara inspirasi yang dapat mencapai alveoli dan dapat
mengalami pertukaran gas dengan darah.
Dead Space Venti lation , VD adalah volume udara inspirasi yang tidak mengalami pertukaran
gas dengan darah.
Atau
Kapasitas paru-paru dan udara pernapasan manusia antara lain terdiri dari:
Kapasitas Vital, merupakan volume keseluruhan udara yang dapat bergerak di dalam paru-
paru.
Volume Tidal, merupakan volume pernapasan biasa (udara yang dihisap atau dihembuskan)
oleh paru-paru setiap sekali bernapas (350-500 ml)
Kapasitas Inspirasi Maksimum (Udara Komplementer), merupakan volume udara yang
dapat dihisap sesudah inspirasi normal dengan suatu daya inspirasi maksimum termasuk
udara tidal (2000-3500 ml)
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
8/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
66
Volume Cadangan/Ekspirasi Maksimum (Udara Suplementer), merupakan volume
terbesar dari udara yang dapat diekspirasikan sesudah suatu ekspirasi normal ( 1500 ml )
Udara Residu, merupakan volume udara yang tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi
maksimum ( 1200 – 1500 ml )
(Schwartzstein, R.M & Parker, M.J, 2007)
Diagram Udara Pernapasan
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru. b. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal
interkosa, otot abdominal.
2. Distribusi
Setelah proses ventilasi, udara yang telah memasuki saluran napas di distribusikan ke
seluruh paru, kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara volume tidal yang bseranya sekitar
500 ml dibagi menjadi volume kecil-kecil sebanyak alveoli yang ada yaitu kira-kira 300 juta
alveoli. Udara ini tidak terbagi rata ke semua alveoli. Distribusi yang tidak merata ini
mengakibatkan nilai ventilasi di puncak paru lebih besar dibandingkan nilai ventilasi di basis
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
9/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
67
paru. Distribusi volume udara yang diinspirasi dinyatakan sebagai fungsi langsung dari
resistance (R) serta Compliance (C) yang disebut sebagai RC time constant . Pada bronkiolus
yang menyempit, nilai R nya lebih tinggi daripada dalam keadaan normal sedangkan pada
alveoli yang kaku nilai R nya juga tinggi. Alveoli yang nilai R dan C nya tinggi mendapat
distribusi udara yang lebih kecil sehingga underventilated (Schwartzstein, R.M & Parker,
M.J, 2007; Djojodibroto, 2009)
3. Perfusi Paru
Merupakan sirkulasi darah didalam pembuluh kapiler paru. Aliran darah didalam paru
mempunyai tekanan lebih rendah (15 mmHg) jika dibandingkan dengan tekanan darah
sistemik yang saat diastole 80 mmHg dan tekanan di kapiler paru kira-kira seperlimanya.
Dalam keadaan istirahat, ketika cardiac output 6 liter/menit, hanya 25% dari pembuluh darah
paru yang dialiri oleh darah. Sirkulasi darah didalam paru mendapat tahanan, terutama
tahanan pada jala kapiler paru (capillary bed ). Distribusi aliran darah di paru tidak sama rata.
Karena rendahnya tekanan darah di kapiler paru, aliran darah di paru sangat terpengaruh oleh
gravitasi bumi sehingga perfusi di bagian dasar paru lebih besar dibandingkan perfusi di
bagian apex. Hal ini akan mengakibatkan rasio V/Q di basis paru dan di puncak paru
berbeda. Adanya perbedaan perfusi menimbulkan gagasan untuk membagi paru kedalam 3
zona yaitu zona 1, zona 2, dan zona 3 berdasarkan hubungan antara tekanan di arteri (Pa),
alveolus (PA), dan Vena (PV).Jika saluran napas normal (terbuka), tekanan udara alveoli akan sama besarnya di
seluruh paru. Pada paru normal, terdapat hubungan antara tekanan udara alveoli dan tekanan
darah di kapiler paru, hubungan ini akan menentukan derasnya arus darah di kapiler paru.
Dalam zona 1, tekanan udara di alveolar dapat melebihi baik tekanan arteri maupun tekanan
vena sehingga dapat menghambat perfusi. Saat shock, di arteri paru tekanan darahnya jauh
dibawah tekanan udara alveoli. Pasien dengan ventilator, tekanan udara alveoli dapat jauh
diatas tekanan darah di kapiler paru. Keadaan seperti ini di alveoli ada ventilasi tetapi tanpa
ada perfusi ( physiologic dead space) atau alveolar dead space. Zona 2, tekanan arteri
melebihi tekanan alveolar tetapi tekanan alveolar tetap lebih tinggi dibandingkan tekanan di
vena. Darah dapat mengalir karena tekanan arteri lebih tinggi daripada tekanan alveolar. Di
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
10/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
68
zona 3, tekanan vena melebihi tekanan alveolar. Aliran darah di zona 3 sebanding dengan
perbedaan antara tekanan arteri dengan tekanan vena (Djojodibroto, 2009).
4. Difusi Gas O2 dan CO2
Merupakan peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang konsentrasi
molekulnya tinggi ke yang rendah. Peristiwa difusi yang terjadi didalam paru adalah
perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrane kapiler alveolar.
Peristiwa difusi yang terjadi didalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga
alveoli melintasi membrane kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, kemudian
menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai
berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan
molekul CO2 dari darah ke udara alveolus. O2 dan CO2 menembus dinding alveolus dan
kapiler pembuluh darah dengan cara difusi (Djojodibroto, 2009).
VENTILASI-PERFUSI PARU
Difusi gas yang normal memerlukan keseimbangan yang tepat dalam ventilasi
(perpindahan gas ke dalam alveoli) alveolus dan perfusi paru (aliran darah melalui kapiler paru).Ketika ketidakseimbangan dalam hubungan ventilasi - perfusi ini berkembang, pertukaran gas
normal tidak bisa terjadi di area ini. Dengan alasan ini, penting untuk mencapai hubungan yang
jelas antara ventilasi (V) dan perfusi (Q). Hubungan ini ditunjukkan dengan suatu rasio ventilasi
paru terhadap perfusi kapiler paru (V/Q ratio) (Djojodibroto, 2009).
Pertukaran gas yang ideal terjadi , diharapkan setiap liter udara bersih yang masuk ke
alveoli, 1 L darah akan mengalir melewati ini, menimbulkan perbandingan atau rasio ventilasi –
perfusi 1 : 1. Pada kenyataannya, untuk sekitar 4 L udara yang masuk ke alveoli, sekitar 5 L
darah yang melewati (sekitar 4:5, atau 0,8) (gambar 1 a-b). Keseimbangan V/Q sangat besar
disebabkan oleh PaO2 dan PaCO2. Keseimbangan ini bergantung pada kemampuan difusi
oksigen dan karbon dioksida yang melewati membran kapiler alveoli, dan pergerakan masuk
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
11/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
69
oksigen ke dalam alveoli dan karbon dioksida keluar dari alveoli (Guyton, 1991 & Wagner,
2001).
Gambar Hubungan Ventilasi terhadap Perfusi pada Kondisi Normal dan Gangguan Paru
Nilai normal diberikan untuk PaO2 100 mm Hg and PaCO2 40 mmHg, nilai ini hanya
menunjukkan rata-rata. Tekanan parsial oksigen dan karbondioksida bervariasi melalui paru,
sejak ventilasi tidak terjadi. Tanda klinis yang signifikan pada keseimbangan ventilasi dan
perfusi menjadi jelas terlihat ketika mempertimbangkan implikasinya dalam pasien dengan
ketinggian atau tekanan yang tajam. Ketika pasien dengan kondisi tekanan tinggi ditempatkan di
tempat tidur, dia harus tetap dijaga dalam kondisi lurus horizontal. Sejak perfusi bergantung pada
gravitasi, ini akan berubah dari basis paru ke area paru lain tergantung pada posisi (Guyton, 1991
& Wagner, 2001).
Menjaga prinsip dari rasio V/Q, membuat anda mengerti akibat dari posisi pasien terhadap
hubungan ventilasi dan perfusi. Jika pasien berbaring posisi kanan, maksimal perfusi kapiler
berada di sisi kanan. Pneumonia berkaitan dengan sekresi dan factor lain yang mengakibatkan
obstruksi aliran udara ke alveoli paru kanan. Oleh karena itu, sejak aliran udara mengikuti
pertahanan paru, ini akan menurunkan penyakit ke area paru kanan. Kombinasi dari penurunan
yang signifikan pada ventilasi ini terjadi secara normal terhadap peningkatan perfusi yang
menyebabkan ketidakcocokan ventilasi terhadap perfusi, mengakibatkan V/Q yang rendah. Jika
ketidakcocokan terjadi, PaO2 dan tingkat saturasi oksigen oksigen dapat turun secara signifikan.
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
12/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
70
Posisi pasien pada sisi ditoleransi lebih baik, kecocokan V/Q akan meningkat. Kemudian, salah
satu alasan mengapa posisi tinggi mentolerasi yang berbeda dari sisi satu dengan sisi lain
(Wagenr, 2001).
Rasio V/Q tinggi Rasio V/Q rendah
Normal untuk meningkatkan alveolar,
ventilasi berkaitan dengan penurunan
perfusi
Penurunan alveolar, ventilasi berkaitan
dengan peningkatan perfusi
Akibat udara alveolar
Meningkatkan cardiac output
Menurunkan alveolar CO1
Kondisi normal pada paru atas
Akibat udara alveolar
Penurunan oksigen pada alveoli
Peningkatan karbondioksida
Kondisi normal pada paru bawah (basis)
Ketidaknormalan terjadi
Penurunan cardiac output
Emboli paru
Pneumothorax
Hambatan kapiler paru
Ketidaknormalan terjadi
Hipoventilasi
Obstruksi penyakit paru
Restriksi penyakit paru
Akibat pada analisa gas darah
Peningkatan PaO2
Penurunan PaCO2 Peningkatan pH
Akibat pada analisa gas darah
Penurunan PaO2
Peningkatan PaCO2 Penurunan pH
Tabel Perbandingan tinggi dan rendah rasio V/Q
PENGATURAN VENTILASI
Pengaturan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolic dilakukan dengan mengupayakan
keseimbangan antara volume tidal dan frekuensi pernapasan. Pengaturan ini dilakukan melalui 3
komponen sistem pengontrol pernapasan, yaitu pusat control pernapasan, efektor pernapasan dan
sensor pernapasan.
1. Pusat Kontrol Pernapasan
Sel saraf pengontrol pernapasan terletak berpencar di beberapa level, yaitu di batang
otak (pons dan medulla oblongata) serta di korteks. Medulla oblongata mengatur pernapasan
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
13/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
71
spontan. Sentrum pernapasan yang terdapat pada pons berupa apneustic center dan
pneumotaxic center . Apneustic center bekerja melalui mekanisme penghambatan inspirasi
sedangkan pneumotaxic center mengatur pola pernapasan berdasarkan stimulasi hipoksia,
stimuli hioperkapnea, dan stimuli inflasi paru. Sentrum pernapasan yang terdapat di korteks
berperan untuk pernapasan yang voluntary (disadari) disebut juga sebagai behavior related
control of breathing . Pusat pernapasan yang disebut terakhir ini penting untuk mengatur
pernapasan selagi bicara, menyanyi, dan mengedan (Djojodibroto, 2009).
Gambar Kontrol Pernapasan
2. Efektor Pernapasan
Transmisi impuls dari pusat pernapasan ke otot pernapasan berjalan melalui nervus
frenikus yang menuju diafragma, nervus intercostalis yang menginervasi muskulus
intercostalis dan muskulus abdominalis, nervus aksesoris yang menuju ke muskulus
sternokleidomastoideus, serta nervus servikalis inferior yang ke muskulus skalens (Wagner,
2001 & Djojodibroto, 2009)
3. Sensor Pernapasan
Sensor pernapasan terdiri dari kemoreseptor sentral, kemoreseptor perifer, reseptor
sensoris di dinding dada, serta reseptor sensoris di dalam paru. Kemoreseptor sentral yang
terletak pada permukaan ventral medulla oblongata merespon dengan cepat setiap
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
14/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
72
peningkatan konsentrasi CO2 ataupun peningkatan konsentrasi ion hydrogen dengan
menambah ventilasi. Perlu ditekankan bahwa hipoksia tidak berperan sebagai stimulant
terhadap kemoreseptor sentral (pusat pernapasan), melainkan menekan kemoreseptor ini.
Sebaliknya, kemoreseptor perifer yang terletak di bifurkasio arteri karotis dan sepanjang
arkus aorta diaktifkan oleh hipoksia dan oleh CO2 dan ion hydrogen. Pada suasana normal,
reseptor ini sangat peka dan menjaga PaCO2 tetap konstan walaupun ada perubahan produksi
CO2. Sensor pernapasan juga peka terhadap penurunan tekanan darah seperti yang didapati
pada renjatan ( shock ) yang mengakibatkan terjadinya hiperventilasi. Kemoreseptor sentral
berespon linier terhadap PaO2, sedangkan kemoreseptor perifer hanya menyebabkan
kenaikan ventilasi sampai nantinya ada hipoksemia yang signifikan (< 60 mmHg).
Mekanoreseptor pada dinding dada bereaksi terhadap penegangan otot interkostal yang
secara reflex mengatur irama pernapasan dan dalamnya tarikan napas (Djojodibroto, 2009).
Kesimpulan:
Sistem respirasi sangat penting dalam tubuh manusia sebagai salah satu sistem yang
berperan utama dalam proses oksigenasi. Respirasi bertujuan untuk mendapatkan Oksigen dari
luar untuk diambil sel tubuh untuk proses oksidasi, sedangkan hasil oksidasi berupa CO2 dengan
mekanisme respirasi (ekspirasi) maka CO2 tersebut dapat terdorong keluar dari saluran napas
dikembalikan ke atmosfer. Dalam proses respirasi dapat terjadi pernapasan luar yaitu pertukaranO2 dari alveoli masuk ke kapiler darah dan Co2 dari kapiler darah menuju ke alveoli untuk
dikeluarkan. Selain itu juga terdapat pernapasan dalam yaitu pertukaran O2 dari kapiler darah
masuk ke sel dan Co2 dari sel hasil oksidadi menuju ke kapiler untuk diedarkan ke pulmo dan
dikeluarkan melalui alveolus.
-
8/17/2019 04_pengantar Sistem Respirasihipercci
15/15
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
73
REFERENSI:
Djojodibroto, D. (2009). Respirologi (respiratory medicine). Editor: Teuku Istia Muda Perdan,
Diana Susanto. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. (1991). Textbook of medical physiology. Philadelphia: W.B. Saunders
Ignativicius, D ., & Workman, L. (2012). Medical-surgical nursing: patient centered
collaborative Care. Elsevier Health Sciences
Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Schwartzstein, R.M., & Parker, M.J. 2007. Respiratory physiology: a clinical approach.
Philadelphia: Lippincott & Wilkins
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2008). Textbook of medical – surgical
nursing . (12th ed). Philadelpia: Lippincott William & Wilkins
Wagner, K. D. (2001). Respiratory process. In P. S. Kidd & K. D. Wagner (Eds.), High Acuity
Nursing (3rd ed., pp. 114-124). New Jersey: Prentice -Hall Inc.