laporan sistem terner pada sistem air

33
I. Judul : Sistem Terner Pada Sistem Air-Kloroform-Asam Asetat II. Tujuan : 1.Menggambarkan diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat 2.Menentukan garis dasi (tie line) pada sistem terner air- kloroform-asam asetat III.Dasar Teori Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zat dalam suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupa ion selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air). Apabila ke dalam air ditambahkan terus-menerus zat terlarut, lama kelamaan akan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air terpakai untuk menghidrasi partikel yang dilarutkan sehingga, larutan tidak mampu menerima zat yang akan ditambahkan, atau dapat dikatakan larutan itu telah jenuh. Zat cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainnya kelarutannya dapat dinaikkan dengan menambahkan zat cair lain. Bila zat cair ketiga ini hanya larut dalam suatu zat cair terdahulu, maka kelarutan dari kedua zat cair terdahulu menjadi lebih kecil. Akan tetapi bila zat cair ketiga larut dalam kedua zat cair terdahulu, maka kelarutan kedua zat cair terdahulu makin besar. Gejala ini terlihat pada sistem kloroform-asam asetat-air. Bila asam asetat ditambahkan kedalam campuran heterogen kloroform dan air pada suhu 1

Upload: dewa-ayu-prapti

Post on 24-Nov-2015

284 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

I. Judul : Sistem Terner Pada Sistem Air-Kloroform-Asam AsetatII. Tujuan:1. Menggambarkan diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat2. Menentukan garis dasi (tie line) pada sistem terner air-kloroform-asam asetatIII. Dasar TeoriKelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zat dalam suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupa ion selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air). Apabila ke dalam air ditambahkan terus-menerus zat terlarut, lama kelamaan akan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air terpakai untuk menghidrasi partikel yang dilarutkan sehingga, larutan tidak mampu menerima zat yang akan ditambahkan, atau dapat dikatakan larutan itu telah jenuh. Zat cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainnya kelarutannya dapat dinaikkan dengan menambahkan zat cair lain. Bila zat cair ketiga ini hanya larut dalam suatu zat cair terdahulu, maka kelarutan dari kedua zat cair terdahulu menjadi lebih kecil. Akan tetapi bila zat cair ketiga larut dalam kedua zat cair terdahulu, maka kelarutan kedua zat cair terdahulu makin besar. Gejala ini terlihat pada sistem kloroform-asam asetat-air. Bila asam asetat ditambahkan kedalam campuran heterogen kloroform dan air pada suhu tertentu, kelarutan kloroform dalam air bertambah, sehingga pada suatu ketika akan menjadi homogen (Murni,2012).Bentuk diagram fasa untuk campuran yang terdiri atas tiga komponen dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi pada suhu dan tekanan yang tetap. Aturan Gibbs yang digunakan untuk menentukan keadaan sistem adalah sebagai berikut.V = c p .......................................................................................................................1)Dengan V adalah derajat kebebasan, c adalah jumlah komponen, dan p adalah jumlah fasa dalam sistem. Untuk sistem terner ini, c bernilai tiga sehingga persamaan Gibbs menjadiV = 3 p .....................................................................................................................2)Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka V = 2, berarti untuk menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan,maka V = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Maka diagram fasa ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap sudut segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni. Prinsip penggambaran komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

XCXBXBXAFraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan XA + XB + Xc = 1.Titik pada sisi AB: campuran biner A dan BBC: campuran biner B dan CAC: campuran biner A dan C

CH3COOHCHCl3H2O1 fasa2 fasaPQKKBentuk diagram sistem kloroform-air-asam asetat pada suhu dan tekanan tertentu dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Diagram fasa kloroform-air-asam asetatKurva yang terdapat dalam segitiga merupakan kelarutan antara ketiga zat. Dalam kurva terdiri dari campuran sistem yang memiliki 2 fasa cair-cair yaitu asam asetat dengan kloroform yang larut dalam air dan asam asetat dengan air yang larut dalam kloroform. Garis PQ merupakan garis penentu komposisi sistem yang letaknya tidak sejajar dengan H2O CHCl3 disebut garis dasi (tie line).Misalnya suatu sistem dimulai dari komposisi K, berdasarkan aturan Lever sistem ini memiliki jumlah air yang lebih banyak daripada kloroform. Sistem ini merupakan sistem dua fasa (jika dikocok akan terlihat keruh). Dengan mentitrasi campuran dengan asam asetat, maka komposisi sistem akan berjalan sepanjang garis KK menuju titik 100% asam asetat. Dengan pengocokan secara berhati-hati selama titrasi akan diperoleh tetesan terakhir ketika kekeruhan tepat hilang, yaitu K. IV. Alat dan BahanNama AlatJumlahNama BahanJumlah

Buret 25 mL4 buahAquades 50 mL

Labu erlenmeyer bertutup7 buahKloroform 10 mL

Piknometer 1 buahLarutan NaOH50 mL

Pipet volume 5 mL1 buahAsam asetat50 mL

Corong pisah 1 buah

Gelas kimia 500 mL1 buah

Pipet tetes4 buah

Gelas kimia 100 mL4 buah

Statif dan klem1 buah

Batang pengaduk 1 buah

Kaca arloji 1 buah

Spatula1buah

V. Prosedur Kerja dan Hasil PengamatanNoProsedur KerjaHasil Pengamatan

Standarisasi NaOH dengan larutan H2C2O4 0,1 M

1.Sebanyak 5 mL larutan H2C2O4 pada labu Erlenmeyer ditambahkan 3 tetes indikator PP selanjutnya larutan dititrasi dengan NaOH sampai menunjukkan perubahan warna menjadi merah muda. Volume NaOH yang digunakan dicatat.

Warna larutan NaOH dan H2C2O4 adalah tidak berwarna. Indikator PP tidak berwarna. Selanjutnya larutan H2C2O4 ditetesi dengan indikator PP tetap tidak berwarna, setelah dititrasi dengan larutan NaOH sampai titik eqivalen terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali, maka volume NaOH yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah.Titrasi ke- Volume NaOH 1 M (mL)Volume H2C2O4 0,05 M (mL)

I9,15

II9,25

III9,45

Rata-rata9,23 5

Gambar 1 Larutan Asam Oksalat

Gambar 2 Proses Titrasi Asam Oksalat dengan NaOH

Gambar 3 Hasil Titrasi Standarisasi NaOH

2.Sebanyak tiga buah buret disediakan yang masing-masing berisi aquades, kloroform, dan asam asetat.Aquades berupa cairan bening tak berwarnaKloroform berupa cairan bening tak berwarnaAsam asetat berupa cairan bening tak berwarnaBuret telah diisi dengan aquades, kloroform dan asam asetat.

3.Massa jenis aquades ditentukan menggunakan piknometer. Massa jenis kloroform dan asam asetat dicari dari hand book atau tabel botolnya.Gambar 4 PiknometerMassa piknometer kosong = 20,5374 gramMassa piknometer + air = 45,9168 gram.Massa air := (Massa piknometer + air) - massa piknometer kosong= (45,9168 20,5374) gram= 25,3794 gramVolume air = 25,183 mL

kloroform = 1,47 g/mL CH3COOH = 1,06 g/mL

4.Disediakan 4 buah Erlenmeyer dan masing-masing diberi tanda I, II, III, IV.

Labu erlenmeyer disiapkan sebanyak empat buah

Gambar 5 Empat Buah Erlenmeyer

5.Kedalam labu erlenmeyer tadi dibuat empat macam komposisi air-kloroform sebagai berikut:Labu I : 4 g aquades + 1 g kloroformLabu II : 3 g aquades + 2 g kloroformLabu III : 2 g aquades + 3 g kloroformLabu IV : 1 g aquades + 4 g kloroformMassa jenis air = 1,00778 g/mLMassa jenis kloroform = 1,47 g/mLEmpat buah labu erlenmeyer diberi label I, II, III dan IV.Komposisi air-kloroform yang ditambahkan pada masing-masing labu dapat dilihat pada tabel dibawah iniVolume aquades (mL)Volume kloroform (mL)

3,960,68

2,971,36

1,982,04

0,992,72

6.Masing-masing campuran dalam Labu erlenmeyer tersebut dititrasi dengan asam asetat sampai tidak keruh. Volume asam asetat yang digunakan dicatat. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali pengulangan.

Campuran aquades dengan kloroform terdapat dua lapisan selanjutnya dititrasi dengan asam asetat sampai tidak berwana.

Gambar 6 Hasil Titrasi campuran Kloroform+ air dengan asam asetat yang menghasilkan larutan bening tak berwarnaLabuVolume 1CH3COOH (mL)Volume 2CH3COOH (mL)

I4,33,4

II4,95,0

III4,54,8

IV3,33,3

7.Sebanyak 2,5 gram aquades dan 2,5 gram kloroform ditempatkan pada corong pisah, kemudian ditambahkan 1 gram asam asetat lalu campuran tersebut dikocok hingga diperoleh campuran yang merata.Sebelum dilakukan pencampuran larutan (aquades, kloroform, dan asam asetat), terlebih dahulu dihitung volume aquades, kloroform, dan asam asetat yang akan diambil, yaitu aquades (2,48 mL), kloroform (1,7 mL), dan asam asetat (0,95 mL). Ketiga larutan tersebut dicampur dalam corong pisah.

Sebelum dikocok, campuran aquades + kloroform + asam asetat membentuk tiga lapisan dimana pada lapisan bawah merupakan kloroform, lapisan tengah adalah asam asetat dan lapisan atas adalah aquades dengan warna bening-keruh-bening.

Gambar 7 Campuran Kloroform, Air dan Asam Asetat sebelum dikocokSetelah itu campuran dikocok hingga diperoleh campuran yang merata. Dimana lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah berwarna bening.

Gambar 8 Campuran Kloroform, Air dan Asam Asetat setelah dikocok

8.Campuran tersebut didiamkan beberapa saat sampai didapat kembali dua lapisan (L1 dan L2). Sementara itu, dua buah labu Erlenmeyer yang bersih dan kering disiapkan dan ditimbang keduanya dengan teliti.Campuran didiamkan beberapa saat dan terbentuk dua lapisan dalam corong pisah.Lapisan atas (L2) keruh tidak berwarna, sedangkan lapisan bawah bening tidak berwarna (L1).Lapisan atas adalah asam asetat dalam aquades dan lapisan bawah adalah asam asetat dalam kloroform.

Gambar 9 Gambar dua lapisan yang terbentuk setelah didiamkanMassa labu kosong L1 adalah 40,192 gramMassa labu kosong L2 adalah 39,153 gram

Gambar 10 Penimbangan Labu L1

Gambar 11 Penimbangan Labu L2

9.Lapisan yang diperoleh pada langkah 7 selanjutnya dipisahkan. Masing-masing lapisan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (masing-masing diberi tanda L1 dan L2) yang telah diketahui massanya. Kemudian kedua Erlenmeyer ditimbang.Setelah dipisahkan, maka terdapat dua lapisan yang ditempatkan pada labu erlenmeyer.Massa erlenmeyer I + lapisan bawah = 42,648 g, Massa erlenmeyer II + lapisan atas = 42,787 g.

Gambar 12 Massa Erlenmeyer I + Lapisan bawah

Gambar 13 Massa Erlenmeyer II + Lapisan atasMassa L1 = 42,648 g 40,192 g = 2,456 gramMassa L2 = 42, 787 g 39,153 g = 3,634 gramVolume L1 (lapisan bawah) sebanyak 1,7 mLVolume L2 (lapisan atas) sebanyak 3,2 mLLarutan L1 dan L2 masing-masing diambil sebanyak 1mL, kemudian diencerkan dengan aquades sampai volume 5mL.Setelah diencerkan larutan L1 dan L2 menjadi larutan bening tidak berwarna.

Gambar 14 Pengenceran lapisan L1 dan L2

10.Kedua cairan tersebut (L1 dan L2) dititrasi dengan NaOH. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali pengulangan.

Sebanyak 1mL (L1 dan L2) diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditetesi 2 tetes indikator PP, selanjutnya dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda.

TitrasiVolume NaOH (I)Volume NaOH (II)

L1 (1mL)0,7 mL1,4 mL

L2 (1mL)5mL5,1 mL

Gambar 15 Hasil Titrasi L1 dan L2

VI. Analisis Data dan PembahasanHasil Pengamatan:Massa jenis CH3COOH = 1,06 gr/mLMassa jenis CHCl3 = 1,47 gr/mLMassa jenis aquades = 1,00778 gr/mLMassa labu (L1) kosong = 40,192 gMassa labu (L2) kosong = 39,153 gMassa labu (L1) + lapisan bawah = 42,648 gMassa labu (L2) +lapisan atas= 42,787 gMassa lapisan bawah= 2,456 gMassa lapisan atas = 3,3634 gVolume larutan lapisan 1 = 1,7 mLVolume larutan lapisan 2 = 3,2 mLPada masing-masing larutan L1 dan L2 diencerkan sebanyak 5xTabel 1. Titrasi untuk L1 dan L2LabuVolume NaOH (I) (mL)Volume NaOH (II) (mL)

L1 (1mL)0,7 mL1,4 mL

L2 (1mL)5mL5,1 mL

Volume asam asetat yang digunakan pada saat titrasi untuk tiap labu:Tabel 2. Volume asam asetat yang diperlukan untuk titrasi tiap labuLabuVaquades (mL)Vkloroform (mL)Vasam asetat (I) (mL)Vasam asetat (II) (mL)

I3,960,684,33,4

II2,971,364,95,0

III1,982,044,54,8

IV0,992,723,33,3

Perhitungan Massa jenis aquades

Perhitungan volume kloroform dan aquades (air) pada masing-masing perbandinganUntuk membuat variasi komposisi (massa) aquades-kloroform seperti pada tabel 2 maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan volume aquades dan kloroform yang diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Volume aquades = Volume kloroform = Volume kloroform dan air pada perbandingan (1:4) gram- Aquades massa = 4 gram = 1,00778g/mL

- kloroform massa = 1 gram = 1,47 g/mL

Volume kloroform dan air pada perbandingan (2:3) gram- Aquades massa = 3 gram = 1,00778g/mL

- kloroform massa = 2 gram = 1,47 g/mL

Volume kloroform dan air pada perbandingan (3:2) gram- Aquades massa = 2 gram = 1,00778 g/mL

- kloroform massa = 3 gram = 1,47 g/mL

Volume kloroform dan air pada perbandingan (4:1) gram- Aquades massa = 1 gram = 1,00778 g/mL

- kloroform massa = 4 gram = 1,47 g/mL

Ketika aquades ditambahkan kloroform, maka terbentuk dua fasa cair dimana air dan kloroform ini tidak saling melarutkan seperti yang diamati pada labu I, II, III, dan IV sehingga larutan yang dihasilkan keruh. Adanya keadaan antara air dan kloroform tidak saling melarutkan disebabkan adanya perbedaan kepolaran dari kedua senyawa tersebut, dimana air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar. Selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan asam asetat glasial dan titrasi dihentikan ketika warna keruh pada campuran hilang ditandai dengan terbentuknya larutan bening tidak berwarna. Secara teoritis penambahan asam asetat menyebabkan campuran aquades-kloroform menjadi tidak keruh dikarenakan kloroform yang kelarutannya sangat kecil dalam air, apabila ditambahkan asam asetat, maka kelarutannya akan bertambah besar. Hal ini disebabkan oleh asam asetat mudah larut dalam air dan asam asetat dapat larut dalam kloroform dalam berbagai perbandingan. Hilangnya kekeruhan campuran tersebut dapat diasumsikan sebagai suatu keadaan dimana campuran yang terbentuk sudah satu (satu fasa). Volume asam asetat yang digunakan dalam titrasi dapat dilihat pada tabel berikut.

LabuVolume 1CH3COOH (mL)Volume 2CH3COOH (mL)Volume rata-rata CH3COOH (mL)

I4,33,43,85

II4,95,04,95

III4,54,84,65

IV3,33,33,3

Penentuan Massa Asam Asetat yang DiperlukanBerdasarkan data hasil titrasi pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa volume asam asetat yang digunakan untuk titrasi berbeda-beda antara labu I, II, III, dan IV. Dalam titrasi ini digunakan asam asetat glasial dan kloroform dengan persentase 100%. Titrasi dilakukan dengan pengulangan sebanyak 2 kali ( duplo). Volume asam asetat yang digunakan untuk mentitrasi setiap campuran air dan kloroform pada setiap perbandingan konsentrasi dapat dipakai untuk mencari masa asam asetat setiap titrasi. Perhitungan massa asam asetat yang digunakan yaitu sebagai berikut:Diketahui:

CH3COOH = 1,06 gram/mL Di labu 1 digunakan rata-rata asam asetat sebanyak 3,85 mLmassa asam asetat = x V = 1,06 g/mL x 3,85 mL = 4,081 g Di labu 2 digunakan rata-rata asam asetat sebanyak 4,95 mLmassa asam asetat = x V = 1,06 g/mL x 4,95 mL = 5,274 g Di labu 3 digunakan rata-rata asam asetat sebanyak 4,65 mLmassa asam asetat = x V = 1,06 g/mL x 4,65 mL = 4,929 g Di labu 4 digunakan rata-rata asam asetat sebanyak 3,3 mLmassa asam asetat = x V = 1,06 g/mL x 3,3 mL = 3,498 g Perhitungan persentase komposisi asam asetat, kloroform, dan aquades pada masing-masing perbandinganSetelah diperoleh massa asam asetat yang diperlukan untuk masing-masing labu, maka selanjutnya dapat ditentukan persentase dari tiap-tiap komponen dalam campuran. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.1) Labu IMassa campuran = massa H2O + massa CHCl3 + massa CH3COOH = 4 gram + 1 gram + 4,081 gram = 9,081 gram % H2O =

= % CHCl3 =

= % CH3COOH =

= 2) Labu IIMassa campuran = massa H2O + massa CHCl3 + massa CH3COOH = 3 gram + 2 gram + 5,274 gram = 10,274 gram % H2O =

= % CHCl3 =

= % CH3COOH =

= 3) Labu IIIMassa campuran = massa H2O + massa CHCl3 + massa CH3COOH = 2 gram + 3 gram + 4,929 gram = 9,929 gram % H2O =

= % CHCl3 =

= % CH3COOH =

= 4) Labu IVMassa campuran = massa H2O + massa CHCl3 + massa CH3COOH = 1 gram + 4 gram + 3,498 gram = 8,498 gram % H2O =

= % CHCl3 =

= % CH3COOH =

= .Tabel 3. Persentase massa H2O, CHCl3, dan CH3COOH dalam CampuranLabu%H2O%CHCl3%CH3COOH

I44,0511,0144,94

II29,2019,4751,33

III20,1430,2149,65

IV11,7747,0741,16

Standarisasi Larutan NaOHDalam praktikum ini diperlukan larutan NaOH sebagai titran dalam prosedur penentuan garis dasi (tie line). Maka dibuat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL. Adapun padatan NaOH yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut.

Konsentrasi NaOH (M) =

0,1 molL-1 =

0,1 molL-1 = Massa NaOH = 0,4gramLarutan NaOH bersifat tidak stabil maka perlu dilakukan standarisasi dengan menggunakan larutan H2C2O4 untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH yang sesungguhnya. Larutan H2C2O4 dibuat dengan konsentrasi 0,1 M sebanyak 50 mL, dengan massa H2C2O4 yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut.

Konsentrasi H2C2O4.2H2O (M) =

0,1 molL-1 =

0,1 molL-1 = Massa H2C2O4= 0,6305 gramStandarisasi dilakukan dengan larutan H2C2O4 0,1 M sebagai titrat dan larutan NaOH 0,1 M sebagai titran serta digunakan indikator PP (larutan bening tak berwarna) yang ditambahkan dalam larutan H2C2O4 0,1 M sebanyak 2 tetes pada masing-masing labu. Dalam hal ini, dilakukan 3 kali standarisasi dimana setelah dilakukan penambahan indikator PP larutan titrat tetap tidak berwarna dan titrasi dihentikan ketika larutan tepat berubah menjadi merah muda. Adapun volume larutan NaOH yang diperlukan untuk standarisasi dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel. Volume NaOH yang Digunakan untuk TitrasiTitrasi ke-Volume NaOH (mL)Volume H2C2O4 0,05M (mL)

19,15

29,25

39,45

rata-rata9,235

Berdasarkan data hasil standarisasi pada tabel di atas maka dapat ditentukan konsentrasi larutan NaOH yang sesungguhnya dengan perhitungan sebagai berikut. VNaOH x NNaOH = Voksalat x NoksalatVNaOH x n x MNaOH = Voksalat x n x Moksalat 9,23 mL x 1 x MNaOH = 5 mL x 2 x 0,1M MNaOH = 0,108 MDengan demikian, konsentrasi larutan NaOH yang telah distandarisasi adalah 0,108 M. Mencari garis dasiUntuk mencari garis dasi pada kurva, dapat dicari melalui langkah 7 pada prosedur kerja. Komposisi masing-masing komponen sebelum pencampuran telah ditentukan dan untuk volume masing-masing komponen yang digunakan adalah sebagai berikut.- volume aquades massa = 2,5 gram = 1,00776 g/mL

- volume kloroform massa = 2,5 gram = 1,47 g/mL

- volume asam asetat massa = 1 gram = 1,05 g/mL

Campuran aquades, kloroform, dan asam asetat dibiarkan beberapa saat sampai didapat kembali 2 lapisan (L1 dan L2). Lapisan atas (L2) diamati keruh yang merupakan asam asetat dalam aquades sedangkan lapisan bawah (L1) diamati bening tidak berwarna yang merupakan asam asetat dalam kloroform. Dari hasil perhitungan diperoleh massa L1 dan L2 sebagai berikut.Massa labu I= 40,192 gram.Massa labu I + larutan L1= 42,648 gramMassa L1 = (Massa labu I + larutan L1) (Massa labu I) = 2,456 gramMassa labu II = 39,153 gramMassa labu II + larutan L2 = 42,787 gramMassa L2 = (Massa labu II + larutan L2) (Massa labu II) = 3,634 gram

Larutan L1 dan L2 masing-masing diambil sebanyak 1 mL, kemudian kedua larutan tersebut masing-masing diencerkan dengan aquades sampai volume 5 mL. Selanjutnya, kedua larutan L1 dan L2 yang sudah diencerkan dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Dalam titrasi ini dilakukan 2 kali pengulangan dengan volume NaOH yang dihabiskan untuk titrasi dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14.Tabel 13. Titrasi L1 dengan NaOHVolume L1 (mL)Volume NaOH (mL)

10,7

11,4

Rata-rata1,05

Tabel 14. Titrasi L2 dengan NaOHVolume L2 (mL)Volume NaOH (mL)

15

15,1

Rata-rata5,05

Jumlah total asam asetat pada L1 dan L2 tidak 100% karena asam asetat adalah asam lemah yang terionisasi sebagian, dimana di dalam kedua larutan tersebut masih terdapat asam asetat yang berada dalam bentuk molekulnya, sedangkan yang dititrasi oleh NaOH adalah asam asetat yang telah terionisasi. Hal ini menyebabkan mol NaOH tidak tepat equivalen dengan mol total asam asetat, dimana dapat dilihat pada Ka dari asam asetat yaitu 1,8 x 10-5. Dengan adanya Ka membuktikan bahwa asam asetat adalah asam lemah yang tidak terionisasi sempurna.Berdasarkan data hasil pengukuran yang diperoleh maka dapat ditentukan persentase asam asetat dalam L1 dan L2. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut. Untuk L1 (Lapisan bawah)Konsentrasi L1 (asam asetat) setelah pengenceranVL1 x NL1 = VNaOH x NNaOH1 mL x ML1 = 1,05 mL x 0,108 M ML1 = 0,1134 MKonsentrasi L1 (asam asetat) sebelum pengenceranVL1(awal) x NL1(awal) = VL1(akhir) x NL1(akhir)1 mL x ML1(awal) = 5 mL x 0,1134 M ML1(awal) = 0,567 MMol asam asetat = Masam asetat x Vasam asetat = 0,567 M x 1 mL = 0,567 mmol = 0,567 x 10-3 molMassa asam asetat = mol asam asetat x massa molar asam asetat= 0,567 x 10-3 mol x 60 gr/mol= 0,03402 gram

% asam asetat =

= = 1,385% Untuk L2 (Lapisan atas)Konsentrasi L2 (asam asetat) setelah pengenceranVL2 x NL2 = VNaOH x NNaOH1 mL x ML2 = 5,05 mL x 0,108 M ML2 = 0,5454 MKonsentrasi L2 (asam asetat) sebelum pengenceranVL2(awal) x NL2(awal)= VL2(akhir) x NL2(akhir)1 mL x ML2(awal) = 5 mL x 0,5454 M ML2(awal) = 2,727 MMol asam asetat = Masam asetat x Vasam asetat = 2,727 M x 1 mL = 2,727 mmol = 2,727 x 10-3 molMassa asam asetat = mol asam asetat x massa molar asam asetat= 2,727 x 10-3 mol x 60 gr/mol= 0,16362 gram

% asam asetat =

= = 4,50 %Berdasarkan persentase massa masing-masing komponen yang diperoleh dari perhitungan di atas, maka dapat dibuat gambar diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat serta garis dasi dibuat dengan menghubungkan persentase asam asetat pada L1 dan L2. Adapun gambar diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat adalah sebagai berikut:

Gambar 16 Diagram Sistem Terner Air-Kloroform-Asam Asetat

Gambar diagram di atas menunjukkan ketika dua cairan bercampur dapat membentuk daerah fasa tunggal. Sistem air-kloroform mempunyai daerah dua fasa pada komposisi intermediet. Sisi bawah segitiga berhubungan dengan salah satu dari garis mendatar yang ada dalam komponen dua fasa. Berdasarkan aturan Lever jika suatu sistem dimulai dari komposisi a1 maka sistem ini memiliki jumlah air yang lebih banyak daripada kloroform. Sistem ini merupakan sistem dua fasa (keruh). Dengan mentitrasi campuran air: kloroform oleh asam asetat, maka komposisi sistem akan berjalan sepanjang garis a1 menuju titik 100% asam asetat, sehingga sistem ini berada pada daerah satu fasa (bening). Perlu diketahui bahwa diagram fasa tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak asam asetat dalam fasa yang kaya dengan air daripada dengan fasa lainnya (a2 lebih dekat daripada a2 ke ujung asam asetat). Pada a3, dua fasa terbentuk tetapi lapisan yang kaya dengan kloroform hanya muncul sebagai jejak. Penambahan asam berikutnya membawa sistem ke arah a4 dan pada daerah ini hanya satu fasa terbentuk.VII. SIMPULANBerdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.1. Diagram fasa sistem terner dibuat dengan menggunakan segitiga sama sisi. Dimana daerah pada diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat akan terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah satu fasa dan daerah dua fasa. Adapun gambar diagramnya adalah sebagai berikut.

2. Garis dasi (tie line) pada sistem terner air-kloroform-asam asetat ditentukan melalui pengukuran persentase asam asetat pada lapisan bawah (L1) yaitu 1,385% dan lapisan atas (L2) yaitu 4,50 %. Persentase L1 dihubungkan dengan persentase L2 sehingga diperoleh suatu garis.

Daftar Pustaka

Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga Murni, U. 2012. Diagram Terner. Http://murniserba.blogspot.com/.Diakses tanggal 22 April 2014.Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: IKIP N Singaraja.

12