wahdatul wujud sesatkah

Upload: nitaq

Post on 12-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wujud

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    1/21

    KONTROVERSI TENTANG WAHDATUL WUJUD:

    (ANTARA KEBENARAN DAN KESESATAN)

    Bismillahir rohmanir rohim.

    Segala puji bagi Allah swt. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah keharibaan

    baginda Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam, para sahabat, dan

    keluarganya.

    Istilah "Wahdatul-Wujud" sering diperdebatkan oleh para cendekiawan muslim. Ia

    sering dikaitkan dengan golongan sufi / tasawwuf, bahkan golongan tawassuf

    dianggap sesat oleh sebagian orang karena masalah ini.

    Ada golongan yang menganggap sesat kaum sufi secara mutlak karena

    Wahdatul-wujuddan ada juga yang tersesat dengan kesalahpahaman terhadap makna

    dari Wahdatul-wujud. Namun, di antara kedua golongan tersebut, golongan yangbenar adalah golongan yang menghayati Wahdatul-wujud dengan makna yang

    sebenarnya.

    Adapun orang yang tidak tahu tentang makna yang benar dari kaum sufi dan

    para wali yang arif tentang wahdatul-wujud, bersikap menolak wahdatul-wujud secara

    mutlak, dengan memukul sama rata, antara pemahaman yang benar tentang wahdatul-

    wujud yang dimaksud oleh para sufi yang sebenarnya, dengan pemahaman yang

    keliru tentang wahdatul-wujud yang ditampilkan oleh orang-orang yang sesat, namun

    mengatas namakan sufi dan tasawwuf, padahal kaum sufi dan ahli tasawwuf yangsejati, berlepas diri dari mereka.

    FENOMENA MENGKRITIK KAUM SUFI ADALAH BUAH DARI

    KEBODOHAN SESEORANG TENTANG MEREKA (KAUM SUFI)

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    2/21

    Orang-orang yang mengkritik para sufi secara umum, baik dari kalanganawam maupun dari kalangan ulama', sebenarnya tidak mengkritik mereka melainkan

    hanya karena ketidaktahuan terhadap makna-makna yang coba disampaikan oleh parasufi tersebut. Mereka menuduh kaum sufi dengan berbagai tuduhan karena mereka

    tidak pernah berinteraksi langsung dengan para sufi dan meminta penjelasan terhadap

    perkataan para sufi tersebut.

    Namun, banyak dari kalangan ulama' yang pada awalnya mengkritik para sufi,

    namun setelah bersahabat dengan para sufi, maka mereka kembali mengakui

    kebenaran yang disampaikan oleh golongan sufi.

    Imam Ahmad bin Hanbal r.a., sebelum mengenal golongan sufi, melarang

    putranya bersahabat dengan mereka. Namun, setelah beliau mengenal lebih dekat

    dengan Syekh Abu Hamzah Al-Baghdadi r.a., seorang sufi, beliau berkata kepada

    anaknya: Wahai anakku. Hendaklah kamu duduk bersama-sama dengan kaum

    tersebut (sufi). Sesungguhnya ilmu mereka, muroqobah mereka, ketakutan mereka

    kepada Allah s.w.t., zuhud mereka dan semangat mereka, lebih banyak dari kita.

    (Tanwir Al-Qulub M/S: 405).

    Begitu juga dengan Sultanul-Ulama' Imam Izzuddin bin Abdul Salam r.a.,

    sebelum bertemu dengan Syekh Abil Hasan As-Syadzali r.a., beliau adalah orangyang paling lantang mengkritik kaum sufi dengan berkata:

    "Adakah jalan lain selain dari Al-Qur'an dan As-Sunnah?"

    Namun, setelah peristiwa yang terjadi di Mansurah, Mesir, di mana Syekh

    Izzuddin bin Abdul Salam r.a., Syekh Makinuddin Al-Asmar r.a. dan Syekh

    Taqiyuddin ibn Daqiq Al-'Id r.a. bertemu dengan Syekh Abul Hasan As-Syadzali r.a.,maka mereka (termasuklah Imam Izzuddin bin Abdul Salam) mengakui kebenaran

    kaum sufi. Peristiwa ini diceritakan sendiri oleh Syekh Makinuddin Al-Asmar yang

    dikemudian hari menjadi pendukung manhaj tarbiah Imam As-Syadzali r.a..

    Kisahnya, di mana suatu saat mereka berkumpul di Mansurah, lalu mereka

    membaca kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah. Setiap dari mereka mengulas kitab

    tersebut dalam majlis itu. Tanpa disangka-sangka, Imam Abul Hasan As-Syadzali r.a.

    berjalan melewati pondokan mereka, kemudian mereka memanggil Imam Abul Hasan

    As-Syadzali r.a. supaya mengulas kitab tersebut kepada mereka.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    3/21

    Imam Abul Hasan As-Syadzali r.a. lalu berkata:

    "Kalian adalah ulama-ulama besar. Kalian adalah penghulu-penghulu ilmu

    zaman ini. Bukankah kalian sudah mengulasnya? Maka, apakah masih layak untuk

    orang seperti saya ini mengulasnya untuk kalian?

    Namun, mereka membujuk Imam As-Syadzali r.a. agar bersedia mengulasnya,

    kemudian Imam As-Syadzali r.a. mengulasnya dengan ulasan sufi yang mendalam.Akhirnya, Imam Izzuddin Abdus Salam berlari keluar pondokan lalu menyeru:

    "Wahai sekalian manusia. Marilah bersama-sama kami. Marilah mendengar

    ulasan-ulasan yang memberi penawar bagi hati."(MuqoddimahbukuAnwar An-Nabi

    m/s 47 oleh Syekh Ahmad Farid Al-Mazidi)

    Begitu juga halnya yang terjadi pada Imam Ibn 'Atho'illah As-Sakandari r.a.,

    yang merupakan ulama' Al-Azhar di zaman beliau, yang pada awalnya menolak kaum

    sufi. Namun, setelah bertemu dengan Syekh Abul Abas Al-Mursi r.a. (murid ImamAbul Hasan As As-Syadzali r.a.), beliau akhirnya menjadi orang yang paling banyak

    berkhidmat dalam menyebarkan ilmu kaum sufi yang benar. ( Lato'if Al-Minanoleh

    Imam As-Sakandari r.a.)

    Imam As-Sya'rani juga mengingkari kaum sufi secara umum, sebelumbertemu dengan Syekh Ali Al-Khawwas r.a.. Setelah berguru dengan Syekh Al-

    Khawwas r.a., Imam As-Sya'rani r.a. juga menjadi ulama yang banyak berkhidmat

    dalam menyebarkan dan mempertahankan ajaran sufi yang benar.

    Banyak para ulama' yang mengalami hal demikian, yang pada awalnyamengingkari para sufi secara umum, akhirnya mendukung kaum sufi, karena

    menemukan kebenaran yang disampaikan oleh kaum sufi tersebut.

    Oleh karena itu, jika seseorang tidak memahami istilah-istilah yang digunakan

    oleh para sufi, maka janganlah cepat latah dan tergesa-gesa menyalahkan dan

    menghukum sesat suatu perkara. Karena hal ini bisa membawa pada berburuk sangka.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    4/21

    Sekurang-kurangnya, kembalikan pada kaidah yang dijelaskan oleh Imam An-Nawawi r.a. dalam menghadapi hal-hal yang melibatkan kaum sufi dan para wali

    Allah s.w.t. Imam An-Nawawi r.a. berkata tentang hal yang sering dipermasalahkan

    oleh sebagian pihak terhadap para sufi:

    "Jika kamu mendengar ucapan-ucapan mereka (yang samar maknanya), makata'wilkanlah ia dengan tujuh puluh ta'wilan (untuk baik sangka kepada mereka)"

    (Syarh Al-Muhadzdzab)

    Imam Al-Mujtahid Tajuddin As-Subki r.a. berkata dalam kitab Ma'id An-Ni'am:

    "Ada dari kalangan fuqoha' yang walaupun secara lahiriyah menjaga syariat,mengamalkan perintah dan meninggalkan laranganNya, namun malangnya, mereka

    bersikap meremehkan fuqoro' (kaum sufi) dan ahli tasawwuf dengan menafikankebaikan pada mereka. Mereka mencela kaum sufi hanya karena mendengar perkara-

    perkara yang disebutkan tentang kaum sufi, padahal kabar dari pendengaran

    berbeda di kalangan manusia. Orang yang meremehkan kaum sufi sebenarnya tidak

    mengetahui tentang mereka. Wajib bagi kita untuk menyerahkan (tafwidl) keadaanmereka kepada mereka sendiri. Kita tidak boleh menyalahkan mereka semata-mata

    ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut para sufi, yang secara lahiriyah

    menyalahi. Jika boleh mentawil perkataan mereka, maka lakukanlah. Tawilkan

    dengan tawilan yang baik, terutama perkataan mereka yang diakui sebagaikepercayaan. Sesungguhnya, saya (Imam As-Subki r.a.) tidak menjumpai seorang

    faqih pun yang mengingkari kaum sufi dan mencela mereka, melainkan Allah s.w.t.membinasakannyaMerekalah ahli Allah s.w.t".

    Inilah perkataan Imam As-Subki r.a., (seperti yang dinukil oleh Imam As-Suyuti dalam ta'yiiad al-haqiqah al-aliyah)seorang ulama' fiqh madzhab Syafi'i, yang

    mana beliau bukanlah dari kalangan ahli sufi, tetapi tetap mengakui kebenaran dankemuliaan kaum sufi, karena adil dalam menilai kaum sufi secara menyeluruh.

    Pemahaman Yang Benar Tentang Wahdatul-WujudMenurut Kaum Sufi

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    5/21

    Di sini, saya coba menyentuh secara khusus berkaitan dengan masalah Wahdatul-wujud, secara adil dengan merujuk kitab-kitab para ulama', dalam mengurai

    kesalahpahaman tentang masalah ini.

    Pembahasan mengenai "Wahdatul-wujud" ini, ada dua golongan yangmemahaminya secara berbeda yaitu:

    Pertama:Pemahaman yang Salah Tentang Wahdatul-Wujud:

    Golongan yang memahami "Wahdatul-wujud" dengan makna: Allah danmakhluk adalah satu (manunggal). yaitu, makhluk bersatu dengan Allah. Mereka

    memahami Wahdatul-wujud sebagai mana hulul (Allah bergabung dalam makhluk)dan ittihad(Allah dan makhluk adalah menyatu dzatNya).

    Hasil dari kesalahpahaman berkenaan Wahdatul wujud ini, melahirkan dua

    golongan:

    a) Golongan yang menentang, lalu menghukum sesat orang-orang yang berpegang

    dengan Wahdatul-wujud. Para teolog, khususnya Ibnu Taymiyah dan ulama yangsepaham tentu mengkafirkan Al-Hallaj, dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Araby,

    dengan tuduhan keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau pantheisme.Padahal dalam seluruh pandangan Al-Hallaj dan para sufi lainnya, tak satu pun kata

    atau kalimat yang menggunakan Wahdatul Wujud dengan makna kesatuan wujud

    antara hamba dengan Khaliq. Wahdatul Wujud dengan makna pantheisme hanyalah

    penafsiran keliru secara filosofis atas wacana-wacana Al-Hallaj, Ibnu Araby, Syekh

    Siti Jenar dan para sufi lainnya. Yang benar adalah Wahdatul Wujud dengan makna

    Wahdatusy Syuhud (Kesatuan Penyaksian). Sebab yang manunggal itu adalahpenyaksiannya, bukan DzatNya dengan dzat makhluk.

    Golongan ini benar dari satu sudut pandang, tetapi salah dari sudut pandang yang lain.Mereka benar dari sudut pandang karena menolak Wahdatul-wujud dengan makna

    hulul dan ittihad , karena hulul dan ittihad adalah kesesatan yang nyata. Namun,

    mereka salah dari sudut memvonis sesat seluruh golongan yang berpegang pada

    Wahdatul-wujud, karena mayoritas para sufi dan ahli tasawwuf, yang membicarakantentang Wahdatul-wujud, tidak memahaminya dengan pemahaman yang keliru, yaitu

    dengan makna hululdan ittihad.

    b) Golongan yang berpegang pada Wahdatul-wujud dengan makna hulul dan

    ittihad, lalu mereka ini memproklamirkan ketuhanan pada diri mereka sendiri denganmengaku tuhan dan sebagainya. Mereka adalah golongan yang sesat lagi

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    6/21

    menyesatkan. Mereka lebih suka disebut sebagai golongan hakikat (ciri-ciri merekaadalah tidak mau menempuh syariat, seperti menjalankan sholat hanya dengan niat

    semata, tanpa melakukan gerakan sholat, berdiri, ruku, sujud dst). Dan sejatinya,golongan sufi dan ahli tasawwuf, yang bersandarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah,

    sangat menentang golongan ini. Di Jawa sendiri pemahaman seperti ini diadopsi oleh

    golongan yang menisbatkan dirinya kepada pengikut Syekh Siti Jenar denganajarannya Manunggaling Kawulo Gusti, mereka benar-benar meyakini Wahdatul

    wujud dengan makna hulul / ittihad (manunggal). Padahal Syekh Siti Jenar sendiri

    berlepas diri dari anggapan seperti itu. Seseorang yang mengambil pemahaman

    wahdatul wujud bukan dari kaum sufi, maka akan melahirkan kesalahpahaman seperti

    yang terjadi pada golongan ini.

    Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya yang memahami wahdatulwujud dengan makna hulul/ ittihad (manunggal), adalah orang-orang sesat yang tidak

    tahu makna sebenarnya akan tetapi mereka menisbatkan diri pada kaum sufi,sementara kaum sufi yang sebenarnya juga menentang pemahaman seperti ini, ikut

    kena getahnya dan mendapatkan vonis sesat.

    Kedua: Pemahaman yang Benar Tentang Wahdatul-Wujud

    Yaitu: Seluruh mahluk yang wujud (lebih tepatnya maujud), pada mulanya

    tidak wujud (adam). Mereka akhirnya wujud karena Allah s.w.t. mewujudkan

    mereka. Maka, seluruh makhluk pada hakikatnya wujud dengan sebab wujudnyaAllah s.w.t., karena tanpa wujudnya Allah s.w.t, tanpa izin Allah s.w.t., niscaya tiada

    satu mahluk pun yang wujud ataupun meneruskan ke-wujud-annya.

    Inilah maksud sebenarnya Wahdatul-wujud yang dihayati oleh orang-orang

    arif dari kalangan para sufi. Mereka menghayati dan merasakan (dzauq), ke-wujud-an

    mereka, bahkan seluruh ke-wujud-an makhluk Allah s.w.t., adalah dari Allah s.w.t.,

    yang telah menciptakan mereka dari tiada menjadi ada, dari tidak wujud (adam)menjadi wujud. Jadi, mereka tidak merasakan wujud mereka secara mandiri

    (mustaqil), tetapi ke-wujud-an mereka denganNya (dengan kekuasaan dan izinNya).

    Dengan pemahaman ini, tak seorang pun yang berakidah lurus, yang mampu

    menafikannya. Kalau ada orang yang menafikan Wahdatul-wujud dengan maknaseperti ini, maka pada hakikatnya dialah orang yang sesat, karena tak ada yang wujud

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    7/21

    secara mustaqil (tersendiri), kecuali Allah s.w.t dan hanya Dia saja yang bersifatdengan qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan dzatNya sendiri) sedangkan seluruh

    makhluk berdiri dengan Allah s.w.t. (dengan kuasa dan izin Allah s.w.t.).

    Orang-orang yang mengingkari bahkan menganggap sesat golongan arif billah/ para sufi (seperti Syekh Ibn 'Arabi, Syekh Al-Jili, Syekh Al-Hallaj, Syekh Siti Jenar

    dll) yang mengetengahkan Wahdatul-wujud, hanya karena tidak tahu dengan konsep

    Wahdatul-wujud di sisi para sufi itu sendiri, lalu salah paham dengan memahami

    Wahdatul-wujud sebagai hulul dan ittihad. Maka, mereka sebenarnya bermain-main

    dengan khayalan/anggapan mereka sendiri terhadap kaum sufi, padahal kaum sufi

    berlepas diri dari pengingkaran mereka dan khayalan orang-orang yang

    mengingkarinya.

    Hakikat Wahdatul-wujud ialah, apabila seseorang sudah menghayati rasa ke-

    wujud-an dirinya dan seluruh perbuatan dirinya serta semua yang terjadi dialam ini

    adalah dari Allah s.w.t. Maka, seluruh gerak-gerik makhluk, termasuk perbuatan

    manusia, sebenarnya dengan Allah s.w.t, ( dengan wujud, kekuasaan dan izin Allah

    s.w.t..) Kalau hal ini dianggap bukan aqidah Islam, lalu yang seperti apakah aqidahIslam itu? Apakah setiap makhluk punya kuasa terhadap dirinya sendiri secara

    mutlak? Tidak sama sekali!

    Maka, siapakah yang sesat wahai orang-orang yang menuduh sesat? Atau anda

    tidak paham apa yang anda sesatkan itu sendiri?Na'uzubillah!

    Wahdatul-wujud ialah suatu tingkat penyaksian dengan mata hati, dalam diriseseorang, yang merasakan diri mereka dan seluruh alam ini sebenarnya diatur oleh

    Allah s.w.t.. Manusia terutama diri mereka sendiri, bergerak dan beramal dengan izinAllah s.w.t, yang memberikan mereka kuasa untuk memilih, tetapi bukan dengan

    kuasa mutlak, cuma dengan kuasa majazi, yang pada hakikatnya atas izin Allah s.w.t.

    Tanpa izin Allah s.w.t., bagaimana manusia itu sendiri mampu memilih danberkehendak? Maka, kehendak dalam diri manusia juga dari kehendak Allah s.w.t.

    dan dengan izin Allah s.w.t pula.

    Apa yang salah dengan penyaksian ini? Inilah tauhid, demi Allah, Tuhan yang

    menurunkan Al-Qur'an sebagai bukti yang nyata.

    Seseorang yang lalai dengan dunia, dan bergelimang nafsu syahwat, pastitidak merasakan hal ini, karena perasaan dirinya sendirilah yang berkuasa dan

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    8/21

    berkehendak secara bebas/mutlak, dalam kehidupannya. Ini buah kelalain merekadengan diri mereka sendiri yang telah terhijab dari Allah s.w.t tatkala sibuk dengan

    menuruti hawa nafsu duniawiyah. Namun, dari sudut akal sendiri, Wahdatul-wujudsuatu perkara yang bersandarkan atas aqidah Islam yang kokoh.

    Wahdatul-Wujud : Proses Penghayatan Tauhid- (Afal)

    Jika kita pelajari kitab-kitab ahlus sunnah wal jamaah, sudah pasti kita akandapati, pembahasan tentang sifat-sifat yang wajib bagi Allah s.w.t, sifat-sifat yang

    mustahil bagi Allah s.w.t dan yang jaiz bagi Allah s.w.t. Dalam pembahasan sifat-sifatAllah swt, kita akan temukan tauhid af'aal, yaitu setiap perbuatan yang keluar dari

    makhluk, pada hakikatnya dari Allah s.w.t..

    Seluruh alam ini bergerak di bawah kekuasaan Allah s.w.t. Bahkan, seluruh

    makhluk wujud dengan penciptaan Allah s.w.t.. Semua makhluk meneruskan ke-wujud-an mereka dengan penjagaan Allah s.w.t. melalui nikmat imdaad(pertolongan

    Allah s.w.t.). Inilah hakikat yang tidak dapat dinafikan oleh setiap orang Islam. Maka,

    seluruh makhluk adalah dari perbuatan Allah s.w.t. yang mana perbuatan tersebut dari

    sifat qudrah Allah s.w.t. Penciptaan dan penjagaan Allah s.w.t, dikenali dengan af'al

    Allah s.w.t (perbuatan-perbuatan Allah s.w.t.).

    Tak ada yang bergerak di dalam kerajaan Allah s.w.t, tanpa kehendakNya.

    Inilah hakikat sifat iradah dan qudrah Allah s.w.t.. Dari sinilah timbulnya tauhid

    af'al, di mana segala yang terjadi di alam ini,atas kehendak Allah s.w.t. dan dengan

    kekuasaanNya.

    Wahdatul-wujud pula yaitu, suatu penyaksian dalam lubuk hati terdalam

    manusia (sirr) terhadap tauhid af'al pada permulaannya (seterusnya kepada tauhidsifat dan tauhid zat), dan penghayatan kepada makna tersebut dalam seluruh

    kehidupannya. Hal ini hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang sudah meleburkan

    hawa nafsunya yang senantiasa mengajak kepada kejahatan, sehingga nafsu itu tenang

    dalam ketaatan kepadaNya, dan tenang dengan merasakan kebersamaanNya(maiyyah) dalam ketaatan tersebut (mutma'innah).

    Secara teori, seseorang yang lalai dari mengingat Allah s.w.t pun bisa

    menghafal sifat dua puluh yang wajib bagi Allah s.w.t tersebut seperti qudrah

    (kekuasaan), iradah (kehendak) dan sifat-sifat lain bagi Allah s.w.t, namun dia tidakmampu merasakan dalam bentuk penghayatan disetiap sendi kehidupannya. Oleh

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    9/21

    karena itulah, banyak kita jumpai dari kalangan orang-orang Islam itu sendiri, yangmenghafal sifat-sifat bagi Allah s.w.t., lalu mengetahui bahwasanya Allah s.w.t. itu

    wujud, Maha Berkuasa dan sebagainya, namun masih berani mendurhakaiNya?Bagaimanakah seseorang yang mengetahui Allah s.w.t. itu wujud dan Maha Berkuasa,

    pada saat yang sama berani durhaka kepada Allah s.w.t.? Bagaimana mungkin

    seseorang masih berani durhaka kepada Allah s.w.t. sedangkan dia tahu bahwaseluruh kehidupan dan energinya dari Allah s.w.t.? Bagaimana seseorang sanggup

    mengunakan energi dan upayanya untuk mendurhakai Allah s.w.t. sedangkan dia tahu

    bahwa semua energi, jiwa, raga dan segalanya adalah dari Allah s.w.t.?

    Persoalan ini kembali kepada penghayatan seseorang, terhadap sifat-sifat

    Allah s.w.t. Hal ini (ketaatan mutlak kepadaNya) tidak akan bisa dicapai hanya

    dengan cara menghafal sifat-sifat Allah s.w.t. semata, akan tetapi perlu prosesperjuangan melawan hawa nafsu (mujahadah An-Nafs).

    Proses menuju penghayatan terhadap ke-wujud-an Allah s.w.t. dalam

    kehidupan seseorang manusia, dimulai dengan proses mujahadah an-nafs (memerangi

    hawa nafsu) dengan melakukan ketaatan kepadaNya dan menjauhi laranganNya,kemudian diiringi dengan proses dzikir yang terus menerus (mudawamah) sehingga

    asma-asma Allah s.w.t tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk penghayatan dalamhati hamba tersebut.

    Proses mengukir nama Allah s.w.t dalam hati seseorang melalui dzikir yang

    diambil secara talqin (baiat thoriqoh) dari seorang mursyid yang kamil, yang

    bersambung sanadnya kepada Rasulullah s.a.w., merupakan suatu proses perjalanankerohanian ke arah menghayati ke-wujud-an Allah s.w.t. di balik semua kehidupan

    hamba tersebut.

    Dengan dzikir sirri secara terus-menerus dalam hati-dengan izin Allah s.w.t.-,

    seseorang akan lebur dari merasakan wujud dirinya sendiri. Hal ini dikenali sebagaifana' (lebur), yaitu penyaksian hati yang tenggelam dalam menyaksikan ke-wujud-an Allah s.w.t. sehingga tidak menyadari lagi keadaan dirinya sendiri. Ini suatu

    keadaan di mana seseorang sibuk dalam menyaksikan ke-wujud-an Allah swtsehingga tidak menyadari lagi kewujudan dirinya. Dia tenggelam dalam musyahadah

    Allah s.w.t.dan tidak lagi diliputi apapun melainkan Allah s.w.t.. Hatinya selalu fokuskepada Allah s.w.t..

    Ada sebagian kalangan dari mereka yang fana' ini terus dikekalkan dalam

    keadaan fana' oleh Allah s.w.t. dan ada pula yang dikembalikan kesadarannyasehingga dia menyadari kembali wujud dirinya pada saat yang sama menyaksikan

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    10/21

    kewujudan Allah s.w.t yang Maha Esa dalam bentuk penghayatan yang mudawam/kontinyu.

    Namun, mereka yang dikembalikan pada kesadaran diri disaat yang samamenyaksikan ke-wujud-an Allah s.w.t di balik wujudnya alam ini, lalumenghayati bahwa seluruh alam ini, termasuk dirinya sendiri, merupakan ke-wujud-

    an dengan Allah s.w.t. Yaitu, dia menghayati dan menyaksikan dengan mata hatinya,

    secara tahqiq, bahwa seluruh makhluk wujud dengan pengaturan, kekuasaan dan izin

    Allah s.w.t.. Disaat seperti ini, hamba tersebut baqo'(kekal) dengan keabadian Allah

    s.w.t. karena selalu menyaksikan ke-wujud-an Allah s.w.t. yang Maha Kekal dalam

    mata hatinya.

    Hatinya kekal dalam penyaksian kepada Allah s.w.t. dan jasadnya bersama

    dengan makhluk. Hatinya bersama dengan Allah s.w.t. dan menyaksikan ke-tuhanan

    Allah s.w.t, pada saat yang sama, jasadnya dalam kehambaan kepadaNya, dengan

    melaksanakan seluruh syariatNya.

    Penyaksian terhadap hakikat bahwa segala makhluk wujud dengan kekuasaan

    Allah s.w.t. dan terus wujud dalam kekuasaanNya inilah, yang dikenali di sisi kaum

    sufi sebagai Wahdatul-wujud(kesatuan-wujud), bukan seperti prasangka orang-orang

    yang mengingkarinya. Hakikatnya, Wahdatul-wujuddalam arti kata yang sebenarnyaadalah wihdatus-syuhud, yaitu menyaksikan hanya Allah s.w.t. saja yang wujud

    secara mustaqil (mandiri) dan hakiki, adapun selain dariNya, wujud dengan Allah

    s.w.t. (dengan kekuasaan dan izin Allah swt) bukan dengan diri mereka sendiri!

    Dalil Wahdatul-Wujud Dalam Al-Qur'an:

    Firman Allah s.w.t.:

    "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi

    Maha Mengalahkan. (Surah Ghafir/Mu'min: 16)

    Maksudnya, seluruh yang wujud di bawah kekuasaanNya. Segala yang wujud

    tidak akan wujud tanpa izinNya. Maka, wujud yang hakiki, yang berdiri dengan

    mandiri hanyalah Allah s.w.t. Adapun selain dari Allah s.w.t., pada hakikatnya tidak

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    11/21

    wujud ('adam). Mereka hanya wujud setelah Allah s.w.t. menciptakan mereka. Maka,kewujudan mereka sebenarnya dengan qudrat dan iradah Allah s.w.t..

    Kesatuan penyaksian ini juga sebagaimana dalam firman Allah s.w.t.:

    Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di

    situlah wajh (zat) Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha

    Mengetahui.(Surah Al-Baqarah :115)

    Dalil Wahdatul-Wujud dalam hadith:

    Rasulullah s.a.w. bersabda:

    "Sesungguhnya Allah s.w.t. itu wujud, dan tiada yang wujud bersamaNya.

    Allah s.w.t. itu wujud dalam keesaan, tanpa bersama dengan selainNya" (Hadithriwayat Al-Bukhari).

    Sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud:

    "Sebenar-benar perkataan yang pernah diucapkan oleh sya'ir Arab adalah

    perkataan Labid iaitu:

    Ketahuilah sesungguhnya semua hal selain Allah ialah batil"(Hadith riwayat

    Al-Bukhari dan Muslim).

    Maksudnya, setiap sesuatu selain Allah s.w.t. pada hakikatnya tidak ada.

    Semua makhluk wujud dengan kekuasaan dan pertolongan Allah s.w.t..

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    12/21

    Penjelasan Ulama'-ulama' Sufi tentang Wahdatul-Wujud:

    Imam Abdul Ghani An-Nablusi r.a. (1143 H) berkata dalam kitabnya Idhoul

    Maqsud, min ma'na wihdatil-wujud:

    "Sesungguhnya, yang dimaksud Wahdatul-wujud bukanlah sesuatu yang

    bertentangan dengan perkataan para ulama' Islam, bahkan maksud sebenarnya dari

    Wahdatul-wujud, pada hakikatnya disepakati oleh seluruh orang-orang khawas danawam. Ia juga sesuatu yang perlu diketahui oleh setiap muslim, dan tidak boleh

    diingkari oleh setiap orang yang beriman. Tak dapat digambarkan bahwa, ada orangyang berakal bisa mengingkari Wahdatul-wujud dengan makna ini.

    "Sesungguhnya, seluruh alam ini, walaupun berbeda jenis, sifat, bentuk dan

    rupanya, sebenarnya wujud dari ketiadaannya ('adam) dengan ke-wujud-an Allah

    s.w.t., bukan dengan diri mereka sendiri. Bahkan, seluruh makhluk yang wujud, terusterpelihara wujudnya dengan ke-wujud-an Allah s.w.t., bukan dengan diri mereka

    sendiri."

    Imam Mustofa Al-Bakri berkata dalam kitab beliauAl-Maurid Al-Azb:

    "(Wahdatul-wujud ialah:) dengan wujud Allah s.w.t. itulah, seluruh yang

    wujud terus wujud. Dengan sentiasa menyaksikanNyalah, ahli syuhud terusmeningkat. Bahwasanya Dialah yang mendirikan langit dan bumi, sedangkan seluruh

    makhluk berdiri denganNya (dengan kekuasaanNya) secara hakikinya."

    Jelaslah bahwasanya, Wahdatul-wujud di sisi kaum sufi dan arif biLlah,merupakan suatu penghayatan dan penyaksian terhadap ke-wujud-an Allah s.w.t. yangwajibul-wujud (wajib wujudNya), dan seluruh makhluk yang wujud, tidak akan wujud

    kecuali denganNya (izinNya).

    Allah lah yang menciptakan segala makhluk dari tiada, ke-wujud-an makhluk

    yang mana mereka wujud dengan hal itu, tidak datang dari diri mereka sendiri, pada

    hakikatnya merupakan dari ke-wujud-an Allah s.w.t. jua. Penyaksian hati terhadap hal

    demikianlah yang dikenal dengan Wahdatul-wujudatau wahdatus-syuhud.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    13/21

    Seluruh para sufi yang kamil memahami Wahdatul-wujud dengan maknawahdatus-syuhud, bukan dengan makna yang disalahpahami oleh orang-orang yang

    sesat seperti hulul dan ittihad, yang diingkari pula oleh orang-orang yang bodohdengan makna yang sebenarnya Wahdatul-wujud ini, atas seluruh kaum sufi.

    Syekh Ahmad Farid Al-Mazidi dalam muqoddimah Anwar An-Nabi

    menegaskan:

    "Maknanya (makna wahdatul-wujud): Bahwasanya, wujud pada hakikatnya

    satu saja, yaitu bagi Allah s.w.t. semata-mata dan tiada sekutu denganNya dalamhakikat wujud (qadim) tersebut. Maka, Dialah yang wujud secara mutlak (wajibul-

    wujud). Adapun ke-wujud-an seluruh makhluk adalah karena bersandar kepadaNya

    (kepada kekuasaanNya) dan kelangsungan ke-wujud-an makhluk tersebut karena

    pemeliharaanNyaMaka, ke-wujud-an makhluk itu bersandarkan pada ke-wujud-an

    yang hanya milik Allah s.w.t., bukan ke-wujud-an lain, karena tiada yang wujud

    dengan sendirinya (qiyamuhu binafsihi) melainkan Allah s.w.t. Sesungguhnya, wujud

    makhluk bukan dari dzat mereka sendiri, dan tidak dapat digambarkan bahwa

    seluruh makhluk berdiri dengan diri mereka sendiri"

    Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali r.a. sendiri berbicara tentang maksud

    wahdatul-wujud ini walaupun tanpa menggunakan lafal tersebut, takkalamensyarahkan perkataan Labid dalam hadits dengan berkata dalam kitab (Al-Ihya'

    kitabu At-Tauhid):

    "Yaitu, setiap makhluk tidak berdiri dengan dirinya sendiri. Ia berdiri denganlainnya (yaitu berdiri dengan kekuasaan Allah s.w.t.). Ia (makhluk) dari sudut

    pandang dirinya sendiri adalah batil. Karena, hakikatnya (hakikat makhluk) itu,dengan selainnya (yaitu dengan hakikat Allah s.w.t.),bukan dengan dirinya sendiri.

    Oleh karena itu, tiada yang hak (benar) pada hakikatnya kecuali Allah s.w.t. yang

    Maha Hidup lagi Maha Mengatur, yang tiada menyerupai sesuatu. Dialah yangberdiri dengan dzatNya sendiri, sedangkan selain dariNya, berdiri dengan

    kekuasaanNya. Maka, Dialah Al-Haq dan selain daripadaNya adalah batil (pada

    hakikatnya)."

    Imam Al-Ghazali r.a. berkata lagi tentang penyaksian wahdatul-wujuddalam

    pandangan para sufi (Al-Ihya'kitabuAs-Syauq):

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    14/21

    "Barang siapa yang tajam pandangan mata hatinya, maka keadaannya akanmenjadi seimbang, di mana dia tidak lagi melihat selain Allah s.w.t. Dia tidak lagi

    mengenal selain Allah s.w.t. (tidak terfokus kepada yang lain - fana'). Maka, ketikadia mengetahui (bukan dengan pengetahuan akal semata-mata, tapi dengan

    penghayatan) bahwa tiada yang wujud kecuali Allah s.w.t.. (Dia mengetahui)

    perbuatan dirinya merupakan kesan (atsar) dari kekuasanNya, yang wujud dariNya.Maka, tiada wujud bagi perbuatan-perbuatannya kalau tanpaNya. Sesungguhnya

    wujud itu milik Allah s.w.t. semata-mata, yang denganNya lah, semua makhluk itu

    wujud. Barang siapa yang dalam keadaan ini, tidak akan melihat satupun perbuatan,

    melainkan dia melihat Penciptanya yang hakiki (yaitu Allah s.w.t.)".

    (harap dibaca berulang-ulang biar paham, saya sendiri agak pusing juga

    menerjemahkannya. Penulis-red)

    Seseorang akan lenyap (fana) dalam menyaksikan keagungan ke-wujud-an Allah

    s.w.t. sehingga tidak lagi menyaksikan ke-wujud-an diri sendiri dan ke-wujud-an

    sekalian makhluk, dalam penyaksian terhadap ke-wujud-an Allah s.w.t. tersebut.

    Demikianlah musyahadah para shiddiiqin yang dinamakan sebagai fana' dalam tauhid.

    Inilah pemahaman para penghulu sufi dan ahli tasawwuf yang benar, berkenaandengan wahdatul-wujud.Siapakah yang merasa dirinya lebih berilmu dari Hujjatul-

    IslamImam Al-Ghazali r.a. takkala berani menyesatkan kaum sufi hanya karena tidak

    mampu memahami maknanya dengan benar?

    Golongan Sufi yang Menetapkan Wahdatul-Wujud, Juga Menolak Hulul dan

    Ittihad

    Tidak dapat dipungkiri bahwa, ada sebagian kalangan manusia yangmemahami makna Wahdatul-wujud ini dengan makna yang keliru dan sesat, yaitu

    dengan makna hulul (Tuhan menempati makhluk) dan Ittihad (Tuhan bergabung

    dengan makhluk).

    Akhirnya, mereka mengakui sudah (wushul) sampai kepada Allah s.w.t. dan

    mencapai derajat makrifat, bahkan ada yang mengklaim dirinya sebagai tuhan, karena

    tuhan wujud dalam setiap makhluk. Hasil dari pengakuan ini, mereka merasa diri

    mereka tidak perlu lagi melakukan syariat dan ketaatan karena mereka adalah tuhan,

    atau tuhan wujud dalam diri mereka, atau sudah sampai kehadirat tuhan. Ini suatukesesatan yang nyata, yang diingkari sendiri oleh para sufi.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    15/21

    Para ulama' sufi seperti Imam Ibn 'Arabi r.a., Imam Abdul Karim Al-Jili r.a.,Syekh Ibn Al-Faridhi r.a., Syekh Ali ibn Wafa dan sebagainya, berlepas diri dari

    pemahaman yang sesat ini, bahkan turut membantah kesesatan ini secara keras.

    Imam Ibn 'Arabi berkata dalamAl-Futuhatpada babAl-Isra':

    "Barang siapa yang mengaku hulul, berarti dia telah sesat. Ini karena, orang

    yang berkata tentang hulul itu mengidap penyakit yang tidak dapat diobati. Barangsiapa yang membedakan antara diri kamu dengan dzatNya, maka kamu telah

    menetapkan dirimu dan dzatNya. Tidakkah kamu mendengar sabda Nabi s.a.w. yangberbunyi: "Maka Aku jadi pendengarannya yang Dia mendengar dengannya". Dia

    menetapkan dirimu dengan menunjukkan dirimu dalam hadits tersebut. Barang siapa

    yang mengaku ittihad, berarti orang yang athies, seperti yang mendakwa hulul juga,

    merupakan orang yang dungu dan melampaui batas. Ini karena dia menisbahkan hal

    yang mustahil. Barang siapa yang membedakan dirinya dengan Allah s.w.t., maka

    dialah yang benar."

    Imam Ibn 'Arabi r.a. juga berkata lagi dalam kitabAqidah Al-Wusto:

    "Maha Suci Allah s.w.t. dari menempati sesuatu yang baru, atau sesuatu yangbaru tersebut menempatiNya"

    Imam Al-Ghazali r.a. juga menolak keras pemahaman Hulul dan Ittihad ini

    dengan berkata:

    "Hukuman pancung pada seorang dari mereka (yang mengaku hulul dan

    ittihad) lebih baik daripada membunuh seratus orang kafir karena madhorotnya lebihberbahaya kepada agama. "

    Imam An-Nablusi r.a. berkata dalam kitabIdhohul Maqsud:

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    16/21

    "Adapun orang-orang jahil, zindiq dan mulhid (athies) yang memahamiwahdatul-wujud dengan makna bahwa wujud mereka yang baru pada hakikatnya

    merupakan wujudnya Allah s.w.t., dan dzat mereka pada hakikatnya adalah dzatAllah s.w.t., sehingga mengaku gugurlah hukum-hukum syariat dari mereka, maka

    menganggap sesat mereka adalah suatu tindakan yang benar.

    "Para fuqoha mendapat pahala dari Allah s.w.t. dalam menganggap sesat golongan

    tersebut, dan para arif biLLah dan kaum sufi juga bersama mereka dalam

    menghukum sesat golongan tersebut, tanpa perselisihan lagi."

    Imam As-Suyuti r.a. sendiri menulis dua pasal dalam menolak kesesatan hulul

    dan ittihaddalam kitab beliau, Ta'yiid Al-Haqiqah Al-'Aliyah.

    Beliau berkata dalam bab fil Ittihad:

    "Seorang makhluk pun tidak ada yang dapat bergabung atau bersatu dengan

    dzat makhluk yang lain, bagaimana dia mampu bersatu dengan dzat Allah s.w.t.? Inisuatu kemustahilan dan kesesatan yang nyata!"

    Syekh Musthafa Al-Bakri juga berkata dalam risalah beliauAl-Maurid Al-Azb:

    "Ketahuilah bahwa telah lahir suatu golongan yang mengaku diri mereka

    sebagai ahli makrifat, namun mereka adalah golongan yang sesat, takkala mereka

    mengaku, wujud mereka yang baru, berukuran dan terbatas itu, merupakan hakikat

    wujudnya Allah s.w.t. itu sendiri yang qadim. Mereka juga mengaku bahwa, dzat

    mereka yang baru pada hakikatnya adalah dzat Allah s.w.t. yang qadim. Tujuanmereka menetapkan demikian adalah untuk menggugurkan ketetapan hukum syariatatas diri mereka, dan menolak taklif dari diri mereka, maka merekalah yang wajib

    dihukum keluar dari agama (murtad) atas diri mereka. Merekalah golongan athies

    yang durjana. Mereka sesat lagi menyesatkan, karena mengingkari penciptaan Allah

    s.w.t. atas diri mereka yang baru, yang jelas menurut syara, dan menolak syariat

    Islam itu sendiri.

    "Ini suatu perkataan yang tidak pernah diucapkan oleh sembarang orang

    bodoh, apalagi diucapkan oleh orang alim maupun orang arif.Demi Allah,hendaklah kamu jauhi mereka"

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    17/21

    Wahdatul-Wujud Tidak Menafikan Syariat

    Penghayatan wahdatul-wujud dengan makna yang benar oleh kaum sufi tidak

    membuat para sufi kemudian tergelincir dalam klaim bahwa, syariat tidak lagi perlu

    dilaksanakan. Ini suatu kesesatan yang nyata.

    Wahdatul-wujud justru dihayati dalam melaksanakan tanggungjawab yang

    murni, sebagai seorang hamba kepada Allah s.w.t., dengan merasakan dan mengakuike-wujud-an diri sebagai hamba Allah s.w.t, sementara pada saat yang sama

    menyaksikan bahwa, ke-wujud-an dirinya yang baru, dari kekuasaan Allah s.w.t.,sehingga dari itu lahir rasa syukur kepada Allah s.w.t. yang telah menciptakannya dan

    telah menggerakkannya dalam ketaatan kepadaNya.

    Imam An-Nablusi r.a. berkata dalamKhamratul Khan:

    "Orang yang sempurna adalah orang yang menyadari dua bagian wujud. Dia

    menyaksikan secara terus menerus, akan ke-wujud-an Allah s.w.t. yang azali danabadi, yang berdiri (berkuasa) dengan dzatNya sendiri, lalu mengagungkan

    ketuhananNya, dalam saat yang sama menyaksikan ke-wujud-an diri yang baru, yang

    berdiri dengan (kekuasaan) Allah s.w.t. lalu menunaikan tanggungjawab kehambaankepadaNya."

    Jadi, jika seseorang memahami wahdatul-wujud dengan makna wahdatus-

    syuhud, yaitu seseorang menyaksikan bahwa dirinya wujud dengan kekuasaan Allah

    s.w.t., pasti tidak akan meninggalkan syariat, sebaliknya melaksanakan syariat dan

    pada saat yang sama, bersyukur kepada Allah s.w.t. karena mengizinkannya untukmengamalkan syariatNya. Hal ini seterusnya menghindarkan rasa ujub dalam diri

    seseorang tersebut.

    Seseorang yang mengaku menghayati wahdatul-wujud tetapi meninggalkan

    syariat, ketahuilah bahwa dia telah tersesat dalam memahami wahdatul-wujud

    tersebut dengan pemahaman yang benar, dan telah berdusta dalam pengakuannya.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    18/21

    Wahdatul-Wujud Tidak Menafikan Wujud Makhluk yang Baru

    Banyak orang yang menuduh sesat pemahaman wahdatul-wujud ini karena

    ketidak tahuan, mereka menyatakan bahwa, wahdatul-wujud menafikan ithnaniyat al-wujud (dua jenis ke-wujud-an yaitu ke-wujud-an Allah s.w.t. yang qadim dan ke-wujud-an makhluk yang baru).

    Sebenarnya,wahdatul-wujud menurut kaum sufi tidak pernah menafikan duajenis ke-wujud-an, yaitu: wujud qadim (ke-wujud-an Allah s.w.t.) dan wujud baru,

    yaitu ke-wujud-an makhluk. Namun, wahdatul-wujudmenegaskan bahwa, ke-wujud-an makhluk yang baru tersebut merupakan kesan (atsar) yang terlahir dari ke-wujud-

    an Allah s.w.t juga karena wujud makhluk tersebut bukanlah dengan diri mereka

    sendiri dan bukan pula dari diri mereka sendiri. Namun, wujud makhluk yang terbatas

    dan baru bukanlah wujud Allah s.w.t. yang qadim, cuma ke-wujud-an mereka dari

    ke-wujud-an Allah swt dan penciptaanNya. Ke-wujud-an makhluk tidak mutlak,

    tidak mustaqil (mandiri) dan makhluk tidak berdiri dengan diri mereka sendiri,

    sebaliknya bersandar kepada kekuasaan Allah s.w.t..

    Hal ini samalah seperti kekuasaan makhluk, di mana, kekuasaan makhluk

    yang terbatas dari kekuasaan Allah swt juga, tetapi kekuasaan makhluk bukanlah

    seperti kekuasaan Allah s.w.t. Begitu juga sifat-sifat yang lain.

    Dua jenis ke-wujud-an tidak pernah menafikan bahwa, wujud yang baru itu

    pada hakikatnya dari wujud Allah s.w.t yang qadim, tetapi bukanlah wujud yang baru

    itu, adalah wujud yang qadim secara dzatnya. Kalau bukan dari Allah s.w.t., makadari siapa lagi wujud yang baru itu? Mustahil dari dzat-dzat makhluk itu sendiri

    karena para makhluk tidak berdiri dengan diri mereka sendiri.

    Wahdatul-Wujud Tidak Membawa Kepada pemahamanJabbariyah

    Jabbariyah adalah suatu pemahaman yang menafikan secara mutlak, usaha

    bagi makhluk, sehingga akhirnya menyeret seseorang kepada meninggalkan amalan

    perintah Allah. Ada orang yang mengatakan bahwa, wahdatul-wujud membawa

    seseorang kepada pemahaman Jabbariah (seperti yang dikatakan juga oleh

    Abdulfatah Haron -hadahuLLah- dalam kitab sanggahan beliau ), padahal tidak

    demikian.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    19/21

    Dalam aqidah ahlus-sunnah wal-jamaah, manusia juga diberi peluang untukberusaha, sesuai dengan izin Allah s.w.t, bukan seperti pemahamanjabbariyahyang

    menafikan usaha secara mutlak. Golongan sufi yang berkata tentang wahdatul-wujudjuga menetapkan usaha kepada makhluk, seperti aqidah ahlus-sunnah wal-jamaah.

    Begitu juga dalam penghayatan wahdatul-wujud, di mana seseorang hamba

    dalam keadaan melihat dirinya ada ruang untuk berusaha, namun pada saat yang

    sama, melihat ruang untuk berusaha tersebut merupakan anugerah dari Allah s.w.t.

    Lalu, mereka sibuk (istighol) melihat pertolongan Allah s.w.t dalam ketaatan mereka,

    tanpa menisbahkan ketaatan tersebut kepada diri mereka, dalam rangka menjauhi ujub

    dan takabbur, disaat yang sama, menjalankan syukur kepadaNya.

    Imam Al-Qunawi r.a. berkata (seperti yang dinukilkan oleh Imam As-Suyuti

    dalam Ta'yiid al-Haqiqah al-'Aliyah:

    "Maksud pernyataan para sufi, tidak melihat amal pada diri sendiri, yaitu, tidak

    menisbatkan bahwa usaha ketaatan tersebut dari diri mereka, karena sibuk dalam

    menyaksikan bahwa ketaatan tersebut merupakan anugerah dari Allah s.w.t. kepada

    mereka."

    Mereka menisbahkan seluruh kebaikan kepada Allah s.w.t. dalam ruang

    lingkup penghayatan wahdatus-syuhud dan menisbahkan keburukan kepada diri

    mereka melalui penghayatan ubudiyyah dalam diri mereka. Inilah aqidah ahlus-

    sunnah wal jamaah.

    Kesimpulan:

    Maka, jelaslah bahwa, pemahaman yang benar tentang wahdatul-wujud

    menurut kaum sufi adalah suatu pemahaman yang murni dan sesuai dengan aqidahIslam yaitu, melihat seluruh wujud (keberadaan) makhluk, tidak wujud dengan diri

    mereka sendiri, tetapi wujud dengan Allah s.w.t. (dengan pertolongan dan

    kekuasaanNya).

    Adapun orang-orang yang jahil yang menganggap sesat kaum sufi dalam

    masalah ini, sebenarnya tidak memahami wahdatul-wujud dengan makna yangsebenarnya menurut pandangan kaum sufi.

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    20/21

    Begitu juga, golongan orang-orang yang sesat dalam pemahaman wahdatul-wujud dengan mendakwa ketuhanan pada diri, mengaku hulul dan ittihad

    (pantheisme), merupakan golongan yang tertolak di sisi kaum sufi itu sendiri.

    Pemahaman mereka bukanlah pemahaman kaum sufi terhadap wahdatul-wujudsebagaimana kaum sufi memahaminya dengan makna wahdatus-syuhud, bukan

    dengan makna hulul dan ittihad.

    Dalam masalah wahdatul-wujud, orang yang sesat hanyalah orang yang inginmemahaminya dengan makna falsafah, bukan dengan makna penghayatan kaum sufi

    itu sendiri.

    Maraji:

    Al-Qur'an Al-Karim

    Tafsir Al-Baidhowi

    Tafsir Ar-Razi

    Tafsir Pimpinan Ar-Rahman

    Kitab-kitab Hadits (terutama Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim)

    Al-Washoyaoleh Imam Ibn 'Arabi r.a. Al-Futuhatoleh Imam Ibn 'Arabi r.a.

    Ihya' Ulumiddinoleh Imam Al-Ghazali r.a.

    Lafo'iful Minanoleh Imam As-Sakandari r.a.

    Ta'yiid Al-Haqiqah Al-'Aliyaholeh Imam As-Suyuti r.a.

    Syarah Hikam Ibn Roslanoleh Imam Zakaria Al-Ansari r.a.

    Syarah Al-Muhazzaboleh Imam An-Nawawi r.a.

    Idhohul Maqsud fi ma'na wahdatul-wujudoleh Imam An-Nablusi r.a.

    Khomrotul Khanoleh Imam An-Nablusi r.a.

    Al-Maurid Al-Azb oleh Sheikh Mustofa Al-Bakri r.a.

    Muqoddimah buku Anwar An-Nabi s.a.w. oleh Sheikh Ahmad Farid Al-

    Mazidi Tahdzib Syarah Al-Aqidah At-Tohawiyaholeh Dr. Umar Abdullah Kamil

    Tahdzib Syarah As-Sanusiyaholeh Sheikh Sa'id Fudah

    Ahmad Mukhlis Ar-Razi

    Dan lain-lain.

    Tasybih dan Tanzih

    Print to PDFwithout this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/
  • 5/21/2018 WAHDATUL WUJUD SESATKAH

    21/21

    Permasalahan Tasybih dan Tanzih juga merupakan polemik dari dahulu hinggasekarang. Dalam hal ini Ibn Arabi berpendapat bahwa dalam mengenal Allah manusia

    harus melihat TanzihNya (Kesucian Allah dari segala sifat yang baru) padaTasybihNya (KeserupaanNya dengan yang baru) dan tasybihNya pada tanzihNya.

    Artinya untuk mengenal Allah harus menggabungkan dua aspek tadi sekaligus. Ibn

    Arabi sering mengutip perkataan Abu Said Al-Kharraj: Aku mengenal Allahdengan menggabungkan dua hal yang bertentangan. Menurutnya apabila seseorang

    mengenal Allah hanya dengan aspek tanzih berarti dia telah membatasi

    kemutlakanNya. Karena tanzih berarti menafikan segala sifat bagi Allah seperti yang

    dilakukan oleh kalangan Mutazilah yang melucuti Tuhan dari segala sifat, hingga

    Allah menjadi suatu yang tak bisa dikenal dan dijangkau. Hal ini mengakibatkanterputusnya hubungan Tuhan dengan manusia. Kemudian jika hanya mengenal Allah

    dalam aspek tasybih saja seperti yang dilakukan kalangan al_mujassimah makamengakibatkan keserupaan Tuhan dengan yang baru.

    Wallahu a'lam...

    Kebenaran hanya milik Allah swt, jika anda mendapati kebenaran pada tulisan ini,semata-mata hanya anugerah dari Allah swt, namun jika terdapat kesalahan itu karena

    kebodohan saya (penulis)

    Al-Abd Al-Faqir ila Rabbihi Al-Jalil

    Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www novapdf com/)

    http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/http://www.novapdf.com/