ventilasi tambang

23
17 BAB III AKTIVITAS KERJA PRAKTEK Kerja praktek ini dilakukan di tambang Ciguha Level 600 PT. Antam, Tbk UBPE Pongkor selama 7 minggu dimulai dari 1 Januari-22 Februari 2013. Selama dua minggu pertama dilakukan orientasi lapangan. Pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 mulai dilakukan pengambilan data, minggu ke-6 sampai minggu ke-7 adalah pengolahan data dan persiapan presentasi. 3.1. Ventilasi Tambang Sistem ventilasi tambang diperlukan untuk membantu sirkulasi udara di dalam tambang bawah tanah. Sistem ventilasi ini direncanakan secara optimal berdasarkan desain bukaan tambang dengan mempertimbangkan keperluan udara segar bagi pernapasan para pekerja (quantity control) dan kualitas udara di dalam tambang (quality control). Perencanaan ventilasi secara optimal dapat membantu pengaturan panas dan kelembaban udara di dalam tambang, sehingga dapat diperoleh suasana kerja yang nyaman dan aman bagi para pekerja di lokasi penambangan. 3.1.1. Istilah–Istilah Tambang Bawah Tanah 1. Shaft adalah suatu lubang bukaan vertikal atau miring yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan, alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi, penirisan dan lain-lain. 2. Tunnel (terowongan) adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus ke dua kaki bukit 3. Adit (terowongan buntu) adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan hanya menembus di salah satu kaki bukit saja.

Upload: alfajrin-achmad

Post on 21-Oct-2015

499 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mining ventilation

TRANSCRIPT

Page 1: ventilasi tambang

17

BAB III

AKTIVITAS KERJA PRAKTEK

Kerja praktek ini dilakukan di tambang Ciguha Level 600 PT. Antam, Tbk UBPE

Pongkor selama 7 minggu dimulai dari 1 Januari-22 Februari 2013. Selama dua minggu

pertama dilakukan orientasi lapangan. Pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 mulai

dilakukan pengambilan data, minggu ke-6 sampai minggu ke-7 adalah pengolahan

data dan persiapan presentasi.

3.1. Ventilasi Tambang

Sistem ventilasi tambang diperlukan untuk membantu sirkulasi udara di dalam

tambang bawah tanah. Sistem ventilasi ini direncanakan secara optimal berdasarkan

desain bukaan tambang dengan mempertimbangkan keperluan udara segar bagi

pernapasan para pekerja (quantity control) dan kualitas udara di dalam tambang

(quality control). Perencanaan ventilasi secara optimal dapat membantu pengaturan

panas dan kelembaban udara di dalam tambang, sehingga dapat diperoleh suasana

kerja yang nyaman dan aman bagi para pekerja di lokasi penambangan.

3.1.1. Istilah–Istilah Tambang Bawah Tanah

1. Shaft adalah suatu lubang bukaan vertikal atau miring yang menghubungkan

tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan

pengangkutan karyawan, alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi, penirisan dan

lain-lain.

2. Tunnel (terowongan) adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir

mendatar yang menembus ke dua kaki bukit

3. Adit (terowongan buntu) adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir

mendatar menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan

hanya menembus di salah satu kaki bukit saja.

Page 2: ventilasi tambang

18

4. Drift adalah suatu lubang bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan

bijih dan arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan

bijihnya.

5. Cross cut adalah suatu lubang bukaan mendatar yang menyilang/memotong jurus

endapan bijih.

6. Level adalah drift atau cross cut atau adit yang dibuat dengan jarak-jarak yang

teratur kearah vertikal biasanya diberi nomor-nomor urut secara teratur menurut

ketinggiannya dari permukaan laut atau menurut kedalamannya dari permukaan

bumi.

7. Raise adalah suatu lubang bukaan vertikal atau agak miring yang dibuat dari level

bawah ke level yang diatasnya.

8. Winze adalah lubang bukaan vertikal atau agak miring yang dibuat dari level atas

ke level yang di bawahnya.

9. Blind shaft adalah suatu raise atau winze yang berfungsi sebagai shaft tetapi tidak

menembus sampai ke dalam permukaan.

10. Stope (lombong) adalah suatu tempat atau ruangan pada tambang bawah tanah

yang terjadi proses pengambilan bijih.

11. Sump adalah suatu sumur dangkal untuk menampung air yang kemudian di

pompakan ke permukaan bumi.

3.1.2. Prinsip – Prinsip Dasar Ventilasi

Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku hukum

alam bahwa:

1. Udara mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur tinggi.

2. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang memberikan

tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan yang lebih besar.

3. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diterapkan dalam perhitungan ventilasi

tambang.

Page 3: ventilasi tambang

19

3.1.3. Sistem Ventilasi

Berdasarkan sumber pasokan udara, sistem ventilasi dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Sistem ventilasi alamiah, Sistem ini terbentuk secara alami seiring dengan

terbentuknya bukaan/penggalian tunnel pada tambang bawah tanah. Keterdapatan

lubang bukaan memungkinkan udara mengalir secara otomatis melalui lubang

bukaan tersebut.

2. Sistem ventilasi buatan (artificial), Sistem ventilasi ini digerakkan dengan bantuan

listrik, dan menggunakan fan untuk memasok udara. Fan pada sistem ini bertugas

sebagai pengatur sirkulasi udara sehingga setiap front kerja pada tambang tersebut

akan mendapatkan pasokan udara yang cukup. Sistem ventilasi buatan tersebut

umum digunakan pada tambang bawah tanah. Artificial ventilation sistem adalah

sistem ventilasi buatan yang memberikan intake udara bersih yang dihasilkan dari

blower fans dan mengeluarkan udara kotor melalui sistem exhaust fans.

Sistem ventilasi dibagi menjadi 3 berdasarkan penggunaan fann, yaitu:

1. Forcing Sistem (Sistem Hembus)

Sistem hembus akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke

front kerja dengan aliran udara yang bertekanan lebih besar dibanding udara di

atmosfer. Udara ini dialirkan melalui pipa saluran ventilasi yang menghubungkan

fan dengan front kerja sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Dalam sistem ini,

udara bersih dihembuskan ke front.

Gambar 3.1 Forcing sistem ventilation

2. Exhausting Sistem (Sistem Hisap)

Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan

dengan forcing sistem sebagaimana terlihat pada Gambar 3.2, yaitu bertekanan

Page 4: ventilasi tambang

20

negatif ke front kerja. Tekanan negatif ini adalah tekanan yang dihasilkan oleh

proses penghisapan udara. Pada sistem exhausting, fan diletakkan dekat dengan

front kerja, sehingga memudahkan dalam menghisap udara dari front kerja

tersebut. Udara yang dihisap adalah udara kotor atau gas yang tidak diinginkan.

Gambar 3.2 Exhausting Sistem Ventilation

3. Overlap Sistem

Sistem overlap merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing.

Sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain yakni

sebagai pemasok udara ke front (intake fan) dan sebagai penghisap udara dari front

(exhaust fan). Exhaust fan dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front

penambangan, sedangkan duct akhir dari intake fan dipasang lebih dekat dengan

front penambangan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.3. Pemasangan fan seperti

ini untuk mencegah agara udara yang dipaok tidak terhisap oleh exhaust fan

sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front penambangan.

Gambar 3.3 Overlaping Sistem Ventilation

Page 5: ventilasi tambang

21

3.1.4. Kualitas Udara

Kualitas udara yang baik sangat dibutuhkan oleh pekerja di dalam tambang

bawah tanah, kualitas udara tersebut meliputi kandungan oksigen dan gas-gas yang

lainnya.

1. Kebutuhan Oksigen

Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada

kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh,

serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat

termasuk atlet lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian

juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya

membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan

memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada

seorang vegetarian.

Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24

jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan

volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat

konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya

konsentrasi hemoglobin darah berkurang.

Apabila kualitas kebutuhan udara normal di dalam tambang bawah tanah tidak

dapat terpenuhi maka akan timbul gejala-gejala penyakit para pekerja akibat

kekurangan asupan kualitas udara bersih (oksigen) di dalam tambang bawah tanah.

Begitu pentingnya oksigen bagi kehidupan manusia, untuk itu kebutuhan

oksigen harus diutamakan dalam aktivitas ventilasi. Batas minimal oksigen yang

diperlukan manusia adalah 19,5%. Pada konsentrasi di bawah nilai ini, sebaiknya

aktivitas dihentikan dan dipindahkan ke lokasi yang aman.

2. Gas-gas Pengotor

Seperti diketahui bahwa di dalam tambang sebagai hasil dari aktivitas

pernafasan manusia dan alat-alat berat yang beroperasi, akan dihasilkan berbagai gas

pengotor. Gas pengotor ini umumnya didominasi oleh emisi dari alat berat diesel, gas

hasil peledakan maupun gas yang muncul secara alami dari material maupun batuan

tambang seperti methan maupun sulfur dioksida. Kandungan gas-gas pengotor ini

Page 6: ventilasi tambang

22

akan menganggu kesetimbangan gas yang ada di udara bersih sehingga gas pengotor

ini perlu dikeluarkan dari dalam tambang.

Gas-gas pengotor tersebut pada konsentrasi tertentu bersifat racun dan

membahayakan kesehatan manusia. Bahkan dalam konsentrasi rendah, gas tertentu

dapat menyebabkan keracunan, kematian dan ledakan. Beberapa contoh gas pengotor

dan beracun yang kerap ditemui di dalam tambang antara lain:

1. Karbondioksida (CO2)

2. Methan (CH4)

3. Karbon Monoksida (CO)

4. Hidrogen Sulfida (H2S)

5. Sulfur Dioksida (SO2)

6. Nitrogen Oksida (NO2)

3. Pengandalian Gas-Gas Tambang

Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan terhadap pengotor gas pada

tambang bawah tanah:

1. Pencegahan (Prevention)

a. Menerapkan prosedur peledakan yang benar

b. Perawatan dari motor-motor bakar yang baik

c. Pencegahan terhadap adanya api

2. Pemindahan (Removal)

a. Penyaliran (drainage) gas sebelum penambangan

b. Penggunaan ventilasi isap lokal dengan kipas

3. Absorpsi (Absorption)

a. Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar dari mesin

b. Pelarutan dengan percikan air terhadap gas hasil peledakan

4. Isolasi (Isolation)

a. Memberi batas sekat terhadap daerah kerja yang terbakar

b. Penggunaan waktu-waktu peledakan pada saat pergantian gilir

5. Pelarutan

a. Pelarutan lokal dengan menggunakan ventilasi lokal

b. Pelarutan dengan aliran udara utama

Page 7: ventilasi tambang

23

3.1.5. Kuantitas Udara

Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,

perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Pengendalian kuantitas

udara tambang baik secara kimia atau fisik, mamerlukan pasokan udara dan

pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab harus dikeluarkan sistem

ventilasi. Kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah kadang-kadang lebih

besar daripada 200 cfm/orang atau bahkan mencapai 2.000 cfm/orang.

1. Perhitungan Keperluan Udara Segar

Jenis kegiatan manusia dapat dibedakan menjadi :

a. Dalam keadaan istirahat

b. Dalam melakukan kegiatan kerja yang moderat, misalnya kerja kantor

c. Dalam melakukan kegiatan kerja keras, misalnya olah raga atau kerja di

tambang.

Berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan, diperlukan udara dalam jumlah

yang berlainan. Dalam suatu pernafasan terjadi kegiatan menghirup udara segar dan

menghembuskan udara hasil pernafasan. Laju pernafasan per menit didefinisikan

sebagai banyaknya udara dihirup dan dihembuskan per satuan waktu satu menit.

Laju pernafasan akan berlainan bagi setiap kegiatan manusia yang berbeda,

makin keras kerja yang dilakukan makin besar angka laju pernafasannya.

Selain laju pernafasan, terdapat juga angka bagi atau nisbah pernafasan

(respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara jumlah karbondioksida

yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang dihirup pada suatu proses

pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka bagi pernafasan (respiratori

quotient) bernilai sama dengan satu, yang berarti bahwa jumlah CO2 yang

dihembuskan sama dengan jumlah O2 yang dihirup pada pernafasannya. Tabel 3.1

memberikan gambaran mengenai keperluan oksigen pada pernafasan pada tiga jenis

kegiatan manusia secara umum.

Tabel 3.1 Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)

Kegiatan kerja Laju Pernafasan per

menit

Udara terhirup per menit dalam

in3/menit (10-4-m3/detik)

Oksigen terkonsumsi cfm (10-5m3/detik)

Angka bagi pernafasan

Istrahat 12 sd 18 300-800 (0,82 -

2,18 ) 0.01 (0,47 0,75

Kerja Moderat 30 2800-3600 (7,64-

9,83) 0,07 (3,3) 0,9

Kerja keras 40 6000(16,4) 0,1 (4,7) 1

Page 8: ventilasi tambang

24

Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang

diperlukan perorang untuk pernafasan, yakni;

1. Atas dasar kebutuhan O2 minimum, yaitu 19,5 %. Jumlah udara yang dibutuhkan =

Q cfm

Pada pernafasan, jumlah oksigen akan berkurang sebanyak 0,1 cfm

sehingga akan dihasilkan persamaan untuk jumlah oksigen sebagai berikut:

0,2Q - 0,1 = 0,195

(Kandungan O 2) - (Jumlah O2 pernafasan)

= (Kandungan O2 minimum)

Q = (0,1/ (0,21 – 0,195))

= 6,7 cfm

= (3,2 x 10-3 m3/detik)

2. Atas dasar kandungan CO2 maksimum, yaitu 0,5 %.

Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 maka jumlah CO2 pada

pernafasan akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm.

Dengan demikian akan didapat persamaan:

0,0003 + 0,1 = 0,005

(Kandungan CO2 dlm udara normal)

– (Jumlah CO2

- hasil pernafasan)

= ( kandungan CO2 maksimum dalam udara)

Q = (0,1/(0,005 – 0,0003))

= 21,3 cfm

= 0,01 m3/detik

Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen minimum

19,5% dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum karbon dioksida sebesar

0,5% dalam udara untuk pernafasan, diperoleh angka kebutuhan udara segar bagi

pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Tentunya angka 21,3 cfm

tersebut yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang untuk pernafasan.

Dalam merancang kebutuhan udara untuk ventilasi tambang digunakan

angka kurang lebih sepuluh kali lebih besar, yaitu 200 cfm per orang (= 0,1

m3/detik per orang).

Page 9: ventilasi tambang

25

2. Kandungan Oksigen Dalam Udara

Oksigen merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk kehidupan manusia.

Manusia akan menghirup oksigen, yang kemudian bereaksi dengan butir darah

(haemoglobine) menjadi oksihaemoglobin yang akan mendukung kehidupan. Dalam

udara normal, kandungan oksigen adalah 21% dan udara dianggap layak untuk

suatu pernafasan apabila kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 19,5%.

Beberapa proses alam dapat menyebabkan pengurangan kandungan oksigen

dalam udara; terutama untuk udara tambang bawah tanah. Peristiwa oksidasi,

pembakaran pada mesin bakar dan pernafasan oleh manusia merupakan contoh dari

proses kandungan pengurangan oksigen. Kandungan oksigen dalam udara juga akan

berkurang pada keadaan ketinggian (altitude) yang makin tinggi. Oksigen yang

digunakan bagi pernafasan akan berpengaruh terhadap keadaan fisiologi manusia.

3.1.6. Dasar-dasar Peraturan Untuk Ventilasi Tambang

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum didasarkan

kepada SK Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Pertambangan Umum, Teori Jurani (1992) dan Mark (1991) serta patokan

kebiasaan (Rules of Thumb) yang sering digunakan dalam perhitungan untuk ventilasi

tambang.

Bagian Kedelapan Ventilasi Pasal 369 Mengenai Ketentuan Umum pada

tambang bawah tanah menyatakan bahwa:

Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara bersih yang cukup

untuk semua tempat kerja dengan ketentuan volume oksigennya tidak kurang dari

19,5 % dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0,5 %.

a. Pekerja/Orang. Menurut SK. Mentamben, dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63

cfm) per orang, sedangkan menurut tempat kerja yang ada asap dan debu nya

sesuai standar OSHA (Occupational Safety and Health Administration) manusia

memerlukan udara segar 0,1 m3/s per orang atau 211 cfm, PT. Antam, Tbk UBPE

Pongkor menggunakan standart 200 cfm/orang.

b. Peralatan. Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106 cfm) untuk

setiap HP diesel yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan

dibutuhkan antara 100 sampai dengan 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang

dioperasikan.

Page 10: ventilasi tambang

26

c. Temperatur udara. Temperatur dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan

antara 18o C sampai dengan 24o dengan kelembaban relatif maksimum 85%.

d. Kondisi ventilasi di tempat kerja harus:

1. Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005%;

2. Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001% dan

3. Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04%

e. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-kurangnya

7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan

setelah peledakan kecepatan.

f. Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration) kehilangan udara dari

sistem ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan minimum udara

segar yang diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan

memperhatikan pembatasan pada jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan

berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang diijinkan dalam udara.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PERMENKES

No.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Suhu Basah

dan Bola di Tempat Kerja pada bab I terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Pengaturan waktu kerja setiap jam (%)

ISBB

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75-100 31 28

50-75 31 29 27

25-50 32 30 29

0-25 32 31 30

3.2. Orientasi Lapangan

Tambang Ciguha L. 500 adalah salah satu lokasi penambangan di UBPE

Pongkor yang terletak paling dekat dengan portal L. 500. Lokasi tambang ini terdiri dari

beberapa bagian seperti Ciguha Utama, Ramp Up, dan Ramp Down. Berdasarkan area

kerjanya kegiatan pada Tambang Ciguha dibagi dalam dua jenis yakni produksi dan

Page 11: ventilasi tambang

27

development. Terdapat banyak kegiatan pada lokasi ini, maka dibutuhkan suatu

jaringan ventilasi yang baik.

Tambang Ciguha memiliki 4 intake yang akan dibuang melalui satu exhaust.

Tambang Ciguha masih mengalami beberapa kendala yang dapat mengakibatkan

berkurangnya efekivitas kegiatan kerja, walaupun sudah terdapat sistem intake dan

exhaust.

3.2.1. Lokasi Tambang Ciguha

Berdasarkan lokasinya Tambang Ciguha dibagi menjadi 5 daerah yaitu:

1. Ramp Down Ciguha

Ramp Down merupakan akses yang dibuat menurun untuk mengambil ore pada

vein Ciguha Timur dan Ciguha Barat. Front terendah saat ini berada pada level 475 (XC

457 RD CGT). Lokasi ini memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi karena memiliki

banyak sump. Di lokasi ini terdapat 3 front yang sedang dikerjakan. Semua front pada

lokasi ini dikerjakan oleh kontraktor MCG.

2. Ramp Up Ciguha

Ramp Up merupakan jalan yang dibuat menanjak untuk mengambil ore pada

vein Ciguha Timur dan Vein Gudang Handak Selatan. Front terjauh pada Ramp Up

tambang Ciguha lv 500 memiliki ketinggian 525 Mdpl. Pada lokasi ini terdapat 3 front

yang sedang dikerjakan. Semua front pada lokasi Ramp Up dikerjakan oleh kontraktor

DSI

3. Vein tengah

Ketika dilakukan penelitian lokasi ini sedang terjadi ambrukan. Kegiatan untuk

sementara pada lokasi ini hanya penanganan ambrukan. Lokasi ini dikerjakan oleh

kontraktor DSI.

4. Sill Drift CGT (Ciguha Timur) 3

Sill Drift merupakan jalan sejajar ore pada vein Ciguha Tmur lokasi ini

merupakan salah satu front produksi pada Tambang Ciguha. Kegiatan yang dilakukan

pada lokasi ini adalah pengambilan ore ke arah atas. Front ini di kerjakan oleh

kontraktor APP

Page 12: ventilasi tambang

28

5. Cross Cut RM (Raise Manual) Ramp Down CGT (Ciguha Timur) 3

Lokasi ini memiliki Raise (lubang bukaan ke atas) yang akan menembus lokasi

Ramp Up CGT 3. Raise pada lokasi ini nantinya dapat digunakan sebagai jalur

ventilasi pada daerah Ramp Up CGT 3 Loaksi ini dikerjakan oleh kontraktor APP.

3.2.2. Front Penambangan

Front penambangan terbagi atas dua yaitu: produksi dan development. Front

produksi adalah front yang sudah terjadi proses penambangan, sedangkan front

development adalah front yang belum menembus ore atau sengaja dibuat untuk

penembusan/jalan ke lokasi tertentu.

1. Front produksi

Pada Tambang Ciguha lv 500 terdapat 2 front produksi yakni Sill Drift CGT 3

yang dikerjakan oleh kontraktor APP dan Sill Drift Vein Tengah yang dikerjakan oleh

DSI.

2. Front development

Pada Tambang Ciguha lv 500 terdapat 7 front development yakni : Sill Drift

CGA 475, CGT III, Sill Drift CGT selatan yang dikerjakan oleh kontraktor MCG, front

GHS utara, GHS selatan, Ramp Up, yang dikerjakan oleh kontraktor DSI, dan Cross Cut

Ramp Down CGT III yang dikerjakan oleh kontraktor APP.

3.2.3. Jaringan ventilasi Tambang Ciguha

Tambang Ciguha memiliki jaringan intake dan outtake yang terpisah. Jaringan

intake adalah jalur udara bersih masuk, sedangkan jaringan outtake adalah jalur keluar

udara kotor.

a. Intake udara bersih

Tambang Ciguha memiliki intake udara bersih dari 4 lokasi yaitu:

Portal Ciguha utama yang memberikan pasokan udara bersih untuk lokasi Vein tengah

dan acces Ciguha, RM 1 yang memberikan pasokan ke lokasi Ramp Down, CGRB III

yang memberi pasokan ke Sill Drift CGT Selatan, dan shrinkage yang memberi pasokan

ke Ramp Up dan RM Cross Cut Ramp Down CGT III.

Page 13: ventilasi tambang

29

b. Outake udara kotor

Udara kotor dibawa keluar dari lokasi Tambang Ciguha dengan menggunakan satu

exhaust utama yakni CGRB III.

3.2.4. Kendala Ventilasi Tambang Ciguha

Pada lokasi tambang Ciguha terdapat beberapa kendala-kendala yang

menyangkut ventilasi tambang yang dapat mengurangi efektivitas kerja. Kendala-

kendala tersebut meliputi tingginya temperatur udara di GHS Selatan dan GHS Utara,

Shrinkage, dan Ramp Up.

3.3. Metode Pengambilan Data

Terdapat dua metode yang digunakan dalam pengambilan data ini yakni equal

area method dan smoke method. Pengambilan data ini menggunakan alat

Anemometer.

1. Equal area method,Metode ini digunakan untuk penampang persegi empat, dalam

metode ini luas penampang dibagi menjadi beberapa daerah yang sama, metode ini

cocok untuk lubang bukaan yang besar. Pengukuran dilakukan pada masing-masing

daerah yang telah ditentukan dan hasil pengukuran dirata-ratakan seperti pada

Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Equal area method

Page 14: ventilasi tambang

30

2. Smoke method, adalah metode pengukuran udara dengan menggunakan asap

rokok sebagai alat bantu pengkuran udara. Mtode ini dilakukan dengan cara adalah

menghitung waktu tempuh asap rokok sampai jarak tertentu. Pengambilan data

dilakukan minimal tiga kali untuk memperoleh hasil yang tepat.

3.4. Perlengkapan dan Peralatan

Beberapa perlengkapan dan peralatan yang diguakan dalam kerja praktek ini adalah

sebagai berikut:

1. Fan

Fan (Gambar 3.5) merupakan peralatan sejenis pompa udara yang digunakan

untuk menimbulkan perbedaan tekanan udara, sehingga udara akan bergerak dari

tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.

Gambar 3.5 Fan

2. Flexible duct

Flexible duct (Gambar 3.6) merupakan pipa angin yang mempunyai hambatan

dan kebocoran yang cukup besar, dan bersifat fleksibel. Flexible duct berfungsi sebagai

media untuk menghembuskan ataupun mengisap udara dalam jaringan ventilasi.

Page 15: ventilasi tambang

31

Gambar 3.6 Flexible duct

3. Distometer

Pengukuran luas penampang di lapangan menggunakan alat distometer

(Gambar 3.7). Pengukuran luas lubang bukaan dilakukan dengan cara mengukur

dimensi lebar dan tinggi dari lubang tersebut.

Pengukuran lebar dan tinggi penampang masing-masing dilakukan sebanyak

tiga kali dengan posisi yang berbeda dan kemudian hasilnya dirata-ratakan agar

diperoleh hasil yang akurat dan mendekati luas lubang bukaan yang sebenarnya. Luas

lubang bukaan dapat dihitung dengan mengansumsikan bahwa lubang bukaan

tersebut berbentuk persegi.

Gambar 3.7 Distometer

4. Sling Physicometric

Temperatur udara di dalam tambang dapat diukur menggunakan sling

physicometric (Gambar 3.8). Pada alat tersebut terdapat dua buah termometer dalam

Page 16: ventilasi tambang

32

skala derajat Celsius (oC) yang diletakkan berdampingan dengan bingkai kayu.

Fungsinya untuk mengukur temperatur cembung kering (dry bulb temperature) yang

menunjukan panas sebenarnya dan temperatur cembung basah (wet bulb

temperature) yang mnunjukkan temperatur pada saat terjadi penguapan air.

Pengukuran temperatur dilakukan pada stasiun yang sama pada saat pengukuran

kecepatan aliran udara.

5. Anemometer

Anemometer (Gambar 3.9) merupakan alat yang dapat dipergunakan dalam

mengukur kecepatan aliran udara, volume udara, dan temperatur di dalam tambang.

Anemometer memiliki kincir angin yang sangat ringan dan gesekannya kecil, dimana

baling-balingnya terbuat dari pelat aluminium dan membentuk sudut 42-44o terhadap

arah poros. Untuk mengukur kecepatan angin, alat ini diletakkan di dalam aliran udara

untuk memutar baling-baling, dimana kecepatan angin atau jarak tempuh aliran udara

per satuan waktu dapat diperoleh dari jumlah putaran dalam waktu tertentu. Daerah

kemampuan ukurnya adalah 0,5-10 m/s.

Kecepatan aliran udara di dalam tambang merupakan salah satu parameter

dalam perhitungan kuantitas udara. Untuk mengukur kecepatan aliran udara di dalam

tambang dapat dipergunakan metode continous traversing, metode ini meupakan

metode yang paling umum dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran udara

pengukuran dilakukan secara konsisten pada arah horizontal maupun vertikal dari atas

atau bawah, dari ujung satu ke ujung yang lain pada penampang lubang bukaan

dengan jalur yang teratur sehigga seluruh penampang lubang bukaan terukur.

Gambar 3.8 Sling Physicometric

Page 17: ventilasi tambang

33

Gambar 3.9 Anemometer

3.5. Pengolahan data

3.5.1. Sistem Jaringan Ventilasi

Sistem Jaringan ventilasi di L.500 Ciguha memanfaatkan gabungan sistem

ventilasi alami dengan buatan untuk mendukung kecukupan udara pada front kerja

yang jauh dari lokasi MHL. Sistem ventilasi yang digunakan di l.500 Ciguha pada tiap

front tidak semuanya sama, ada beberapa yang menggunakan sistem overlap, forcing,

dan exhausting.

Intake berasal dari MHL L. 500 Ciguha, RM1, Shrinkage, CGRB II yang bergerak

melalui Ciguha Utama. Udara yang melewati Ciguha Utama akan terhisap oleh fan 37

KW yang berada sebelum Vein Tengah, tetapi banyak juga yang terhisap oleh CGRB III

yang memiliki exhaust 110 KW.

1. Jaringan Ventilasi Ramp Down

Ramp Down Ciguha mendapat pasokan udara bersih dari RM 1 yang tembus ke

MHL lv 500. pasokan udara dari RM1 sebesar 14,1 m3/s yang dimanfaatkan untuk front

development Sill Drift Ramp Down 475 dan dihisap kembali dengan blower 37 KW

menuju front CGB dan Sill Dift CGB Selatan tetapi sebelum sampai di kedua lokasi

tersebut udaranya melewati booster 37 KW.

Pada Ramp Down, exhaust terdapat di front CGB Selatan. Udara kotor pada

front CGB Selatan akan dikeluarkan di dekat muckbay ventilasi Ramp Down kemudian

akan dihisap kembali oleh exhaust utama CGRB III.

Page 18: ventilasi tambang

34

2. Jaringan Ventilasi Ramp Up Ciguha

Ramp Up Ciguha mendapat pasokan udara dari shrinkage yang memiliki blow

37 KW dengan pasokan awal sebesar 10,57 m3/s udara ini dibawa ke front GHS Utara

dan Selatan. Front Ramp Up CGT tidak terdapat pasokan udara tambahan karena

hanya memiliki exhaust.

3. Jaringan Ventilasi Vein Tengah

Front Vein Tengah Ciguha mendapat pasokan udara bersih dari MHL Ciguha dan

membuang udara kotor melalui flexible duct di dekat exhaust CGRB III, sehingga

langsung terisap oleh fan 110 KW.

4. Jaringan Ventilasi Sill Drift CGT 3

Front Sill Drift CGT 3 mendapatkan pasokan udara bersih dari CGRB 2 yang dibawa

oleh blower 37 KW dengan Pasokan awal sebesa 8,8 m3/s. udara kotor dari front ini

akan terhisap oleh exhaust CGRB III.

5. Jaringan Ventilasi RM Ramp Down CGT 3

Front RM Ramp Down CGT 3 mendapatkan pasokan udara Bersih dari Shrinkage yang

memiliki blower sebesar 37 KW yang memiliki pasokan awal sebesar 9,77 m3/s. Udara

kotor dari front ini akan terhisap oleh exhaust CGRB III

3.5.2. Kualitas Udara

Pada laporan ini kualitas udara yang diamati hanya temperatur dan RH untuk kualitas

udara tiap front dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kualitas Udara Tambang Ciguha

NO LOKASI TEMPERATUR (oC) RH(%)

1 Sill Drift Ramp Down 475 27 98

2 CGB 28 100

3 CGB Selatan 30 97

4 GHS Utara 29,5 100

5 GHS Selatan 30 100

6 Ramp Up 32,5 98

7 RM Ramp Down CGT 3 30 100

8 Sill Drift CGT 3 30 100

9 Vein Tengah 29 99

Rata –rata 29,88 99,11

Page 19: ventilasi tambang

35

Berdasarkan tabel pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PERMENKES No.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Iklim

Kerja Suhu Basah dan Bola di Tempat Kerja pada bab I, terlihat pada Tabel 3.2. bisa

ditentukan waktu kerja yang optimal berdasarkan temperatur dan jenis pekerjaan pada

tiap front.

1. Sill Drift Ramp Down 475

Untuk front ini dengan Temperatur 27o C pekerjaan ringan, sedang dan berat

sampai dengan 75%-100% dari tiap jam waktu kerja.

2. CGB

Untuk front ini dengan Temperatur 28o C dapat dilakukan pekerjaan ringan dan

sedang sampai dengan 75%-100%, dan pekerjaan berat 50%-75% waktu kerja tiap

jamnya.

3. CGB Selatan

Untuk front ini dengan temperatur 30o C dapat dilakukan pekerjaan ringan

sampai dengan 75%-100%, sedang dan berat 25%-50% waktu kerja tiap jamnya.

4. GHS Utara

Untuk front ini dengan temperatur 29.5o C dapat dilakukan pekerjaan ringan

sampai dengan 75%-100%, sedang 50% - 75% dan pekerjaan berat 25%-50% waktu

kerja tiap jamnya.

5. GHS Selatan

Untuk front ini dengan temperatur 30o C dapat dilakukan pekerjaan ringan

sampai dengan 75%-100%, sedang 25% - 50% dan pekerjaan berat 50%-75% waktu

kerja tiap jamnya.

6. Ramp Up CGT 3

Untuk front ini dengan temperatur yang cukup tinggi yaitu 32.5o C dapat

dilakukan pekerjaan ringan sampai dengan 75%-100%, sedang 25% - 50% dan

pekerjaan berat 50%-75% waktu kerja tiap jamnya.

7. Ramp Down CGT 3

Untuk front ini dengan temperatur 30o C dapat dilakukan pekerjaan ringan

sampai dengan 75%-100%, sedang 25% - 50% dan pekerjaan berat 50%-75% waktu

kerja tiap jamnya.

8. Sill Drift CGT 3

Untuk front ini dengan temperatur 30o C dapat dilakukan pekerjaan ringan

sampai dengan 75%-100%, sedang 25% - 50% dan pekerjaan berat 50%-75% waktu

kerja tiap jamnya.

Page 20: ventilasi tambang

36

9. Vein Tengah

Untuk front ini dengan temperatur 29o C dapat dilakukan pekerjaan ringan

sampai dengan 75%-100%, sedang 50% - 75% dan pekerjaan berat 25%-50% waktu

kerja tiap jamnya.

3.5.3. Hubungan Pasokan Udara dan Temperatur

Gambar 3.10 menunjukkan bahwa semakin tinggi pasokan udara maka semakin

rendah temperatur pada front tersebut.

Gambar 3.10 Grafik Hubungan Pasokan dan Temperatur

3.5.4. Kebutuhan Udara

Kebutuhan udara pada lokasi tambang Ciguha lv 500 dipengaruhi oleh

kebutuhan dari jumlah karyawan dan alat berat (yang menggunakan disel) pada

tambang Ciguha terdapat 9 front yang sedang dikerjakan, dengan rata-rata jumlah

pekerja tiga orang. Jumlah loader yang dimiliki adalah empat unit. Satu unit milik

kontraktor MCG, satu unit milik Kontraktor DSI, satu unit milik Development ANTAM,

dan satu unit milik Produksi ANTAM.

Sesuai dengan Menurut SK. Mentamben, dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63

cfm) per orang sedangkan kebutuhan alat mencapai 3 m3/menit tiap HPnya.

Kebutuhan udara alat berdasarkan front kerja perlu dihitung karena lokasi kerja

masing-masing alat tidak tetap.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5

Sup

ly U

dar

a (m

3/s

)

temperatur (oC)

HUBUNGAN PASOKAN DAN TEMPERATUR

Page 21: ventilasi tambang

37

1. Kebutuhan Udara Ramp Down

Pada wilayah Ramp Down terdapat tiga front yang sedang dikerjakan. Pada

lokasi itu terdapat satu unit loader development dan satu unit loader kontraktor MCG,

dengan jumlah pekerja pada tiga front adalah sembilan orang. Kebutuhan udara pada

lokasi Ramp down terlihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kebutuhan Udara Ramp Down

Kebutuhan udara alat

No Nama alat Jumlah Power Konversi

hp Kebutuhan / hp

Kebutuhan total (m3/min)

1 Wheel loader 2 45 1,34 3 361,8

Kebutuhan udara karyawan

No Jumlah karyawan Kebutuhan udara/org (m3/min) Kebutuhan total (m3/min)

1 9 2 18

Total

Alat 361,8

Karyawan 18

Total (m3/min) 379,8

M3/s 6,33

2. Kebutuhan Udara Ramp Up

Pada wilayah Ramp Up terdapat tiga front yang sedang dikerjakan. Pada lokasi

itu terdapat satu unit loader development dan satu unit loader kontraktor DSI, dengan

jumlah pekerja pada front adalah sembilan orang. Kebutuhan udara pada lokasi Ramp

Up terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kebutuhan Udara Ramp Up

Kebutuhan udara alat

No Nama alat Jumlah Power Konversi

hp Kebutuhan / hp

Kebutuhan total (m3/min)

1 Wheel loader

2 45 1,34 3 361,8

Kebutuhan udara karyawan

No Jumlah karyawan Kebutuhan udara/org (m3/min) Kebutuhan total (m3/min)

1 9 2 18

Total

Alat 361,8

Karyawan 18

Total (m3/min) 379,8

M3/s 6,33

Page 22: ventilasi tambang

38

3. Kebutuhan Udara Vein Tengah

Pada front Vein Tengah terdapat satu unit loader produksi dan satu unit loader

kontraktor DSI, dengan jumlah pekerja pada front tersebut adalah tiga orang.

Kebutuhan udara pada lokasi Vein Tengah terlihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kebutuhan Udara Vein Tengah

Kebutuhan udara alat

No Nama alat Jumlah Power Konversi

hp Kebutuhan / hp Kebutuhan total (m3/min)

1 Wheel loader 2 45 1,34 3 361,8

Kebutuhan udara karyawan

No Jumlah karyawan Kebutuhan udara/org (m3/min) Kebutuhan total (m3/min)

1 3 2 6

Total

Alat 361,8

Karyawan 6

Total (m3/min) 367,8

M3/s 6,13

4. Kebutuhan Udara Sill Drift CGT 3

Pada front Sill Drift CGT 3 terdapat satu unit loader produksi, dengan jumlah

pekerja pada front tersebut adalah tiga orang. Kebutuhan udara pada lokasi Sill Drift

CGT 3 terlihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kebutuhan Udara Sill Drift CGT 3

Kebutuhan udara alat

No Nama alat Jumlah Power Konversi

hp Kebutuhan /

hp Kebutuhan total (m3/min)

1 Wheel loader

1 45 1,34 3 180,9

Kebutuhan udara karyawan

No Jumlah karyawan Kebutuhan udara/org (m3/min) Kebutuhan total (m3/min)

1 3 2 6

Total

Alat 180,9

Karyawan 6

Total (m3/min) 186,9

M3/s 3,115

Page 23: ventilasi tambang

39

5. Kebutuhan Udara Ramp Down CGT 3

Pada front Ramp Down CGT 3 terdapat satu unit loader produksi, dengan

jumlah pekerja pada front tersebut adalah tiga orang. Kebutuhan udara pada lokasi

Ramp Down CGT 3 terlihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kebutuhan Udara Ramp Down CGT 3

Kebutuhan udara alat

No Nama alat Jumlah Power Konversi

hp Kebutuhan /

hp Kebutuhan total (m3/min)

1 Wheel loader

1 45 1,34 3 180,9

Kebutuhan udara karyawan

No Jumlah karyawan Kebutuhan udara/org (m3/min) Kebutuhan total (m3/min)

1 3 2 6

Total

Alat 180,9

Karyawan 6

Total (m3/min) 186,9

M3/s 3,115

3.5.5. Evaluasi Kecukupan Udara

Perbandingan kuantitas dan kebutuhan udara dapat menentukan bagaimana

kecukupan udara pada masing-masing front kerja, bila udara yang masuk lebih banyak

daripada udara yang dibutukan maka kebutuhan udara tercukupi. Untuk lokasi dengan

pasokan udara yang kurang, harus dilakukan perbaikan jaringan ventilasi. Kecukupan

udara pada masing-masing blok bisa dilihat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kecukupan Udara Tambang Ciguha

No Lokasi Pasokan udara m3/s Kebutuhan m3/s

1 Ramp Down Ciguha 14,1 6,33

2 Ramp Up 10,57 6,33

3 RM Ramp Down CGT 3 9,77 3,15

4 Sill Drift CGT 3 8,8 3,15

5 Vein Tengah 9 6,13

Dari tabel 3.9 diketahui bahwa semua lokasi pada Tambang Ciguha sudah

mendapatkan pasokan udara yang cukup.