laporan praktikum ventilasi yanuar ( h1c108079)
DESCRIPTION
ventilasi tentang udara masuk dan keluar dari mulut tambang bawah tanahTRANSCRIPT
Laporan Ventilasi Tambang 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi
peningkatan produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Pada tambang
bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna memenuhi kebutuhan
pernapasan manusia (pekerja) dan juga untuk menetralkan gas-gas beracun,
mengurangi konsentrasi debu yang berada di dalam udara tambang dan untuk
mengatur temperatur udara tambang sehingga akan tercipta kondisi kerja yang
aman dan nyaman (Helmi, 2009).
Ventilasi tambang adalah segala bentuk pekerjaan pengaturan peredaran
udara pada jaringan jalan di tambang bawah tanah yang berhubungan dengan,
baik persoalan kuantitas maupun kualitas udaranya (E-book, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008).
Pada suatu tambang batubara bawah tanah (underground mine),
diasumsikan terjadi berbagai jenis kecelakaan yang sama sekali tidak
terbayangkan pada industri lain, dan ternyata pada masa lalu di Jepang juga
pernah banyak terjadi kecelakaan. Di antaranya yang paling mengerikan adalah
ledakan gas dan debu batubara. Sudah barang tentu, penyebabnya adalah
keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Pada tambang bawah tanah,
yang paling penting dari segi keselamatan adalah mengencerkan dan
menyingkirkan gas metan yang timbul dari lapisan batu bara, dengan ventilasi.
Oleh karena itu, perencanaan ventilasi merupakan masalah khas tambang batubara
bawah tanah yang perlu ditentukan paling hati-hati (Munaf, 2009).
Di antara tujuan di atas, sudah barang tentu menyediakan udara yang
diperlukan untuk pernapasan pekerja adalah hal yang penting, namun pengaturan
temperatur di dalam tambang bawah tanah juga hal yang penting dilihat dari segi
pelaksanaan pekerjaan. Akan tetapi, dengan melakukan ventilasi yang cukup
untuk menyingkirkan gas, tujuan tersebut biasanya dapat tercapai dengan
Yanuar CandraH1C108079
1
Laporan Ventilasi Tambang 2011
sendirinya. Oleh karena itu, perancangan ventilasi dan struktur tambang bawah
tanah, serta manajemen pada waktu pengoperasian sebenarnya, harus dilakukan
dengan meletakkan titik berat pada jaminan keselamatan, sambil
mempertimbangkan rencana ekstraksi dan rencana pengangkutan di masa depan.
Ventilasi yang mencapai keseluruhan tambang bawah tanah disebut
ventilasi utama, sedangkan ventilasi secara lokal di dalam tambang bawah tanah
disebut ventilasi lokal. Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal
yang saling berhubungan, yaitu;
1. Pengaturan atau pengendalian kualitas udara tambang. Dalam hal ini akan
dibahas permasalahan persyaratan udara segar yang diperlukan oleh para
pekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi kualitas udara (quality
control).
2. Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar yang diperlukan oleh
pekerja tambang bawah tanah. Dalam hal ini akan dibahas perhitungan untuk
jumlah aliran udara yang diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan jaringan
ventilasi tambang sampai perhitungan kapasitas dari kipas angin
3. Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat diperoleh
lingkungan kerja yang nyaman. Dalam hal ini akan dibahas mengenai
penggunaan ilmu yang mempelajari sifat-sifat udara atau psikometri
(psychrometry).
Dalam membahas pengaturan ventilasi tambang yang bersifat mekanis
perlu juga dipahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan adanya
aliran udara akibat ventilasi alami, yaitu antara aliran udara sebagai akibat
perbedaan temperatur yang timbul secara alami (Diktat Ventilasi Tambang UNP,
2004).
Dalam rangka penentuan rencana ventilasi, sebaiknya mempertimbangkan
persyaratan di bawah ini :
1. Konstruksinya dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan untuk
mengembangan tambang bawah tanah dapat dilakukan dengan paling
ekonomis, dan konstruksinya dibuat memiliki kelonggaran (kelebihan) udara
ventilasi secukupnya, untuk menghadapi perkembangan tambang bawah
tanah di kemudian hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul.
Yanuar CandraH1C108079
2
Laporan Ventilasi Tambang 2011
2. Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi adalah sistem diagonal pada
ventilasi utama (penjelasannya akan diberikan kemudian). Sedangkan
menyediakan sumuran tegak khusus untuk ventilasi tehadap penambangan
bagian dalam, adalah tindakan yang rasional. Di tempat yang sulit dilakukan
penggalian sumuran tegak (misalnya di tambang batubara dasar laut),
diharapkan memiliki sumuran miring khusus dengan penampang berbentuk
lingkaran. Selain itu, konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tahanan
ventilasi jalan udara (lorong ventilasi) utama menjadi sekecil mungkin, dan
memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak mungkin dari lorong
ini.
3. Dalam melaksanakan pengembangan tambang bawah tanah dan
penambangan, maka dilihat dari segi konstruksi tambang bawah tanah, adalah
penting untuk membuat ventilasi permuka kerja ekstraksi batubara dan
penggalian lubang bukaan menjadi independen secara sempurna, dan ventilasi
untuk zona yang luas diharapkan mempunyai sistem ventilasi, baik udara
masuk maupun udara buang, yang terpisah dari daerah lain (Munaf, 2009).
Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah,
berlaku prinsip aliran udara tambang, yaitu :
1. Aliran udara bergerak dari tekanan yang lebih tinggi ketekanan yang lebih
redah.
2. Udara akan mengalir dari tempat yang bertemperatur lebih rendah ke tempat
yang bertemperatur lebih tinggi.
3. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang embeikan
tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur yang bertahanan lebih
besar.
4. Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bila positif
(blowing) atau negatif (exhausting).
5. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara jumlah dan
tekanan, bila jumlah udara diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan empat
kali lipat dari jumlah udara yang dialirkan.
6. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu menjadi acuan dalam
perhitungan ventilasi tambang (Helmi, 2009).
Yanuar CandraH1C108079
3
Laporan Ventilasi Tambang 2011
BAB II
PENGENALAN ALAT VENTILASI TAMBANG
2.1. TUJUAN
Pengenalan alat-alat praktikum ventilasi tambang ini bertujuan agar
praktikan dapat mengenal berbagai jenis alat yang dipergunakan dalam
pekerjaan ventilasi tambang, mengetahui fungsi, komponen dan cara kerja
alat-alat tersebut dalam suatu rangkaian ventilasi tambang maupun dalam
pengukurannya.
2.2. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan pengenalan alat-alat praktikum (breafing) ventilasi
tambang dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 25 Mei 2011
Waktu : 16.00 – 18.00 wita
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Teknologi Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
2.3. DASAR TEORI
Di tambang batubara perlu dilakukan berbagai macam pengukuran
untuk memeriksa apakah disetiap tempat di dalam pit telah dilakukan
ventilasi udara yang cukup, dengan maksud tidak mendapatkan kesalahan
ventilasi, atau untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk
perencanaan ventilasi atau perbaikan ventilasi. Hal yang harus diukur antara
lain adalah temperatur udara, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin,
jumlah angin, penurunan tekanan, tekanan kipas angin, kadar gas,dan
jumlah debu. Disini akan dijelaskan mengenai pengukuran tekanan udara,
kecepatan angin, jumlah angin, penurunan tekanan dan tekanan kipas angin.Yanuar CandraH1C108079
4
Laporan Ventilasi Tambang 2011
A. Kecepatan Angin
1. Anemometer
Untuk mengukur kecepatan angin di dalam pit bawah tanah
biasanya menggunakan anemometer. Ini adalah kincir angin yang
sangat ringan dan gesekannya kecil, dimana baling-balingnya
terbuat dari pelat aluminium dan membentuk sudut 42-44o terhadap
arah poros. Untuk mengukur kecepatan angin, alat ini diletakkan di
dalam aliran udara untuk memutar baling-baling, dimana kecepatan
angin atau jarak tempuh aliran udara per satuan waktu dapat
diperoleh dari jumlah putaran dalam waktu tertentu. Daerah
kemampuan ukurnya adalah 0,5-10 m/s.
2. Tabung pitot
Pada tabung pitot terdapat lubang ukur tekanan total di
depan dan lubang ukur tekanan statis di samping. Perbedaan kedua
tekanan tersebut, yakni tekanan dinamis, diukur dengan manometer
tabung U, kemudian kecepatan angin diperoleh dari persamaan di
bawah.
P = w2/2g ………………………………………………… (2.1)
P = tekanan dinamis w = kecepatan angin
= berat jenis udara g = percepatan gravitasi
3. Pengukuran kecepatan angin rendah
Kecepatan angin di bawah 1 m/s sulit diukur. Untuk itu ada
anemometer kawat panas yang memanfaatkan pelepasan panas dari
kawat halus dan anemometer termistor yang memanfaatkan
koefisien temperatur tahanan semi konduktor.
Untuk mengukur kecepatan angin rendah secara sederhana,
maka pada dua titik berjaral 5-10 m di dalam lorong angin diberi
tanda titik start dan titik pengukuran. Kemudian dengan stopwatch
dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan oleh asap untuk
melewati dua tanda tersebut, hingga diperoleh kecepatan angin.
Yanuar CandraH1C108079
5
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Karena asap akan menyebar selama mengalir, maka bagian tengah
dari asap menyebar yang diukur.
B. Jumlah Angin
Jumlah angin adalah perkalian kecepatan angin rata-rata dan
luas penampang. Pada umumnya, kecepatan angin terbesar terjadi di
sekitar pusat penampang terowongan. Oleh karena itu, apabila
mengukur kecepatan angin dengan anemometer, maka anemometer
digerakkan sepanjang penampang dengan kecepatan konstan untuk
mengukur kecepatan angin rata-rata. Kemudian nilai tersebut dikalikan
dengan luas penampang terowongan yang diukur untuk menghitung
jumlah angin.
C. Perbedaan Tekanan
Apabila tabung gelas ditekuk membentuk huruf U dan ke
dalamnya dimasukkan air atau cairan lain hanya setengah bagiannya,
kemudian dua buah tekanan yang hendak diukur masing-masing
dihubungkan ke kedua ujung tabung gelas dengan pipa, maka
perbedaan tekanan dapat diukur sebagai perbedaan ketinggian cairan.
Apabila mau mengukur perbedaan tekanan yang kecil, cukup dengan
memiringkan tabung U. Dengan memiringkannya sebesar 0o,
sensitivitas akan meningkat 1/sin 0 kali.
D. Tekanan udara
1. Barometer air raksa
Mengetahui tekanan udara melalui pengukuran tinggi kolom
air raksa yang terangkat oleh tekanan udara. 1 atmosfir adalah 760
mmHg. Alat ini cocok untuk pengukuran di tempat tetap (diam),
tetapi tidak cocok digunakan dengan membawanya di dalam pit
bawah tanah.
2. Barometer aneloide
Wadah yang bagian dalamnya kedap dibuat dengan
menempelkan 2 lembar logam tipis berbentuk lingkaran
Yanuar CandraH1C108079
6
Laporan Ventilasi Tambang 2011
bergelombang. Dengan adanya perubahan tekanan, wadah tersebut
mengembang dan mengempis, dimana deformasi yang kecil
tersebut diperbesar secara mekanis untuk ditunjukkan dengan
jarum. Kurang memuaskan dari segi ketelitian, tetapi cocok untuk
dibawa.
E. Penurunan Tekanan
Melakukan pengukuran penurunan tekanan yang terjadi karena
mengalirnya udara di dalam lorong angin adalah hal yang sangat
penting. Apabila pada 2 titik pengukuran di dalam lorong angin
diletakkan tabung tekanan statis Pitot dan di tengah-tengahnya
diletakkan tabung U, kemudian dihubungkan dengan pipa (misalnya
pipa karet), maka perbedaan tekanan yang tampak pada tabung U
adalah penurunan tekanan. Apabila 2 titik yang hendak diukur
penurunan tekanannya berjarak jauh, selang jarak tersebut dibagi
menjadi beberapa bagian, kemudian penurunan tekanannya diukur dan
nilai penjumlahan untuk selang 2 titik tersebut boleh dianggap sebagai
penurunan tekanan. Pada waktu melakukan pengukuran mulai dari
mulut pit udara masuk kemudian mengelilingi pit dan sampai ke mulut
pit udara buang, maka nilai penjumlahan penurunan tekanan selama itu
setara dengan jumlah tekanan kipas angin dan tekanan ventilasi alami
(perhatikan gambar di bawah).
Melakukan pengukuran nilai mutlak tekanan udara dengan
menggunakan barometer aneloide, kemudian dari perbedaan tekanan
tersebut menghitung penurunan tekanannya.
Gambar 2.1 Metode Pengukuran Tekanan Ventilasi Antara 2 Titik di dalam Terowongan
Yanuar CandraH1C108079
7
Laporan Ventilasi Tambang 2011
(Diktat ventilasi UNP, 2004)
2.4. PERALATAN, FUNGSI ALAT DAN PENGGUNAANNYA DALAM
VENTILASI TAMBANG
Pada tambang bawah tanah perlu adanya sistem ventilasi yang dapat
mengatur kuantitas dan kualitas udara yang masuk maupun dikeluarkan dari
front penambangan, dimana peralatan yang digunakan dalam ventilasi
mekanis pada tambang bawah tanah adalah ventilation tube dan fan.
Pekerjaan ventilasi tambang akan lebih terjamin keamanannya apabila
didukung oleh alat pengukur kuatitas udara dan pendeteksi kualitas udara
dan debu, sehingga alat-alat tersebut merupakan sebuah kebutuhan mutlak
dalam suatu jaringan ventilasi tambang. Berikut penjelasan singkat tentang
peralatan yang dipergunakan dalam ventilasi tambang :
A. Fan
Merupakan pompa udara yang menimbulkan adanya perbedaan
tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerakan dari
tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Dalam rangkaian ventilasi tambang ada 2 fungsi kipas angin yang
dipergunakan, yaitu ventilasi kipas angin hembus dan ventilasi kipas
angin sedot.
Ventilasi kipas angin tiup adalah metode ventilasi yang
membangkitkan tekanan di mulut intake yang lebih tinggi (tekanan
positif) dari pada tekanan atmosfir, untuk meniup masuk udara dalam
pit. Apabila kipas angin utama dijalankan dengan metode ini gas metan
akan terperangkap di dalam gob atau dinding batubara, sehingga
seadainya kipas angin berhenti beroperasi, ada bahaya gas tersebut
mengalir ke dalam terowongan atau lokasi kerja dalam waktu
bersamaan. Selain itu, pada sistem ini pintu ventilasi harus dibuat di
mulut pit intake, sehingga menjadikannya sebagai terowongan
transportasi akan merepotkan, dan juga banyak kebocoran angin. Untuk
meniadakan kelemahan ini, memang return airway bisa dijadikan
Yanuar CandraH1C108079
8
Laporan Ventilasi Tambang 2011
sebagai terowongan transportasi, namun ditinjau dari segi keamanan
terhadap fasilitas transportasi sebaiknya dihindari.
Kebalikan dari sistem tiup, maka pada sistem sedot, kipas
angin ditenpatkan di mulut pit outtake, membangkitkan tekanan yang
lebih rendah (tekanan negatif) dari pada tekanan atmosfir, untuk
menyedot keluar udara dari dalam pit. Karena tidak ada kelemahan
seperti ventilasi tiup yang ditulis di depan maka saat ini ventilasi di
tambang batubara menggunakan metode ini.
Gambar 2.2 Fungsi Kipas Angin Tambang (a. Ventilasi Kipas Hembus; b. Ventilasi Kipas Tiup)
(Diktat ventilasi UNP, 2004)
B. Ventilation Tube
Ada dua jenis ventilation tube yang dipergunakan dalam
jaringan ventilasi tambang, yaitu :
1. Wire flexible
Pipa angin jenis ini mempunyai hambatan dan kebocoran
yang cukup besar, fleksibel, dapat digunakan untuk pipa hermbus
maupun pipa hisap.
Yanuar CandraH1C108079
9
a. Ventilasi Kipas Hembus b. Ventilasi Kipas Sedot
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 2.3 Wire flexible
2. Flatlay
Pipa jenis ini mempunyai hambatan dan kebocoran yang
kecil, pemakainan fleksibel, prkaktis dan mudah dalam hal
transportasi dan pemasangan, hanya dapat digunakan untuk pipa
hembus serta pemakaian pada belokan sangat sulit.
Gambar 2.4 Flatlay(www.flexadux.co.uk)
C. Gas Detektor
Keberadaan gas-gas dalam tambang bawah tanah baik yang
beracun maupun yang mudah terbakar berkaitan dengan keselamatan
tambang sehingga kadar gas-gas tersebut harus selalu dikontrol agar
tidak membahayakan. Pengontrolan kadar gas dalam tambang
memerlukan alat-alat deteksi dengan akurasi tinggi.
Yanuar CandraH1C108079
10
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 2.5 Gas Metana Detektor (www.catalog16p004.co.id)
Beberapa macam alat deteksi gas-gas tambang yang biasa
digunakan antara lain :
1. Gas detektor < CO2>
Bagian-bagiannnya antara lain :
a. Tabung penghisap
b. Katub pembaca ukuran
c. Tombol cahaya
d. Tombol penyetel
e. Tabung filter gas yang berisi CaCl2
f. Pipa pengambilan conto
2. Gas detektor <CH4>
Riken gas detector untuk mendeteksi gas metan konsentrasi
maksimum sampai 10% sehingga apabila kadar metannya melebihi
10% parameter tidak akan menunjukkan angka apapun.
Bagian-bagian alat :
a. Tabung penghisap
b. Katub pembaca ukuran
c. Tombol cahaya dan tombol penyetel
d. Tabung filter yang berisi sodalime dan CaCl2
e. Pipa pengambil sampel gas
3. Gas detektor digital type <CO2 dan O2>
Riken gas detector berguna untuk mendeteksi gas CO2 dan
O2 yang terdiri dari 2 perangkat untuk masing-masing detektor
dalam kondisi lingkungan hampa metan.
a. Detektor O2
Cara kerja :
Oksigen detektor terdiri dari sensor, display parameter,
tombol.
Yanuar CandraH1C108079
11
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Untuk mengaktifkan kerja detektor tekan tombol disamping
alat.
Jika ada gas O2 maka sensor akan menangkap.
Persentase O2 dapat dilihat pada display parameter.
b. Detektor CO2
Cara kerja
Selang dimasukkan langsung ke CaCl2.
Selang diarahkan keatas.
CO2 akan masuk ke CaCl2.
Persentase CO2 dapat dilihat pada parameter
4. Gas detektor kitagawa
Dapat digunakan untuk mendeteksi gas CO2,H2, propilen,
asetilen dengan tingkat persentase yang berbeda.
Gas detektor ini terdiri atas :
a. Tabung gelas filter yang berisi material pendeteksi
b. Tabung suntikan penghisap gas
c. Katub penghisap pengatur volume gas
5. Gas detektor model alarm
Digunakan untuk mendeteksi gas metan pada tingkat
maksimum yang kita inginkan.
6. Handheld gas detektor
Digunakan untuk mengukur konsentrasi gas CO2. H2 dan O2
dengan komponen sebagi berikut :
a. Sensor H2S, CO2, dan O2
b. Tombol power
c. Tombol display
d. Tombol pengatur ke nilai standar O2 di udara bebas
D. Pengukur Debu
Ada 2 macam alat pengukur debu yang biasa digunakan, yaitu
alat ukur konsentrasi relative dengan sistem pembauran sinar infra
merah dan alat ukur konsentrasi massa.
Yanuar CandraH1C108079
12
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Prinsip kerja dari alat ukur konsentrasi relative adalah udara
yang disedot masuk disinari dan apabila udara tersebut mengandung
debu, maka terjadi pembauran sinar yang besarnya sebanding dengan
jumlah debu. Sehingga konsentrasi debu dapat diketahui dengan
mengukur jumlah pembauran sinar tersebut.
Sedangkan pada alat ukur konsentarsi massa, untuk mengukur
debu yang dapat terhisap melalui peralatan grain, respirable dust
dikumpulkan diatas kertas filter. Konsetrasi massa dihitung dengan cara
massa debu yang telah ditimbang dibagi dengan jumlah udara material
percobaan yang telah diserap.
E. Anemometer
Anemometer merupakan alat yang dapat dipergunakan dalam
mengukur kecepatan aliran udara, volume udara, dan suhu di dalam
tambang. Alat ini memiliki kincir angin yang sangat ringan dan
gesekannya kecil, dimana baling-balingnya terbuat dari pelat aluminium
dan membentuk sudut 42-44o terhadap arah poros. Untuk mengukur
kecepatan angin, alat ini diletakkan di dalam aliran udara untuk
memutar baling-baling, dimana kecepatan angin atau jarak tempuh
aliran udara per satuan waktu dapat diperoleh dari jumlah putaran
dalam waktu tertentu. Daerah kemampuan ukurnya adalah 0,5-10 m/s.
Gambar 2.6 Anemometer
Kecepatan aliran udara di dalam tamabng merupakan salah satu
parameter dalam perhitungan kuantitas udara. Untuk mengukur
Yanuar CandraH1C108079
13
Laporan Ventilasi Tambang 2011
kecepatan aliran udara di dalam tambang dapat dipergunakan metode
continous traversing, metode ini merupakan metode yang paling umum
dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran udara pengukuran
dilakukan secara konsisten pada arah horisontal maupun vertikal, dari
atas atau bawah, pada ujung satu ke ujung yang lain pada penampang
lubang bukaan dengan jalur yang teratur sehigga seluruh penampang
lubang bukaan terukur.
F. Sling Psycometric
Temperatur udara di dalam tambang dapat di ukur menggunakan
sling psychometer. Pada alat tersebut terdapat dua buah termometer
dalam skala derajat Celsius (oC) yang diletakkan berdampingan dengan
bingkai kayu. Fungsinya untuk mengukur temperature cembung kering
(dry bulb tempereture) yang menunjukan panas sebenarnya dan
temperatur cembung basah (wet bulb temperature) yang mnunjukkan
temperatur pada saat terjadi penguapan air. Pengukuran temperatur
dilakukan pada stasiun yang sama pada saat pengukuran kecepatan
aliran udara.
Gambar 2.7 Sling Psycometric
Yanuar CandraH1C108079
14
Laporan Ventilasi Tambang 2011
BAB III
PENGUKURAN VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
3.1. TUJUAN
Kegiatan praktikum pengukuran ventilasi tambang bawah tanah
memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1. Praktikan dapat merangkai pengukuran yang dipergunakan dalam
pekerjaan ventilasi tambang bawah tanah.
2. Praktikan dapat melakukan berbagai kegiatan pengukuran dalam ventilasi
tambang bawah tanah yang meliputi : pengukuran kualitas udara,
pengukuran kecepatan aliran udara, pengukuran luas penampang jalur
udara, pengukuran temperatur udara, dan pengukuran tekanan udara.
3. Praktikan mampu melakukan perhitungan dari hasil kegiatan pengukuran
ventilasi tambang bawah tanah dan menganalisa hasil perhitungan
tersebut.
3.2. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan pengukuran Ventilasi Tambang Bawah Tanah dilaksanakan
pada :
Hari/tanggal : Kamis, 2 Juni 2011
Waktu : 14.00 wita – 15.00 wita
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Teknologi Pertambangan, Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Yanuar CandraH1C108079
15
Laporan Ventilasi Tambang 2011
3.3. DASAR TEORI
Pengendalian kuantitas udara berkaitan dengan beberapa masalah
seperti, perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam
pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara
segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab
harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa
faktor tersebut di atas, maka kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah
kadang-kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau bahkan hingga
2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini sudah banyak yang
menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara segar per ton
mineral tertambang.
Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak
(steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi
waktu. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah
penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi, yang keduanya dihitung
berdasarkan perbedaan energi. Hukum konservasi energi menyatakan bahwa
energi total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Gambar 3.1 Sistem Aliran Fluida(Diktat ventilasi UNP, 2004)
A. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang
1. Head Loss
Yanuar CandraH1C108079
16
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan
untuk mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk
menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran
(HL). Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen,
yaitu : ‘friction loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’. Dengan demikian
head loss adalah:
HL = Hf + Hx ………………………………………………………………………… (3.1)
Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang
linear melalui saluran dengan luas penampang yang tetap.
Sedangkan shock loss adalah kehilangan head yang dihasilkan dari
perubahan aliran atau luas penampang dari saluran, juga dapat terjadi
pada inlet atau titik keluaran dari sistem, belokan atau percabangan,
dan halangan-halangan yang terdapat pada saluran.
2. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus
disediakan untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan
menghasilkan aliran yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari
semua kehilangan energi aliran.
Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin
dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut ‘mine
head’, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk
menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.
a. Mine statik head (mine Hs)
Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi
untuk mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah
termasuk semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara
titik masuk dan keluaran sistem dan diberikan dalam bentuk
persamaan:
Mine Hs = HL = (Hf + Hx) . ………………………….. (3.2)
b. Mine velocity head (mine Hv)
Yanuar CandraH1C108079
17
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran
sistem. Velocity head akan berubah dengan adanya luas
penampang dan jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari
bobot isi udara dan kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan
suatu head loss kumulatif, namun untuk suatu sistem merupakan
kehilangan, karena energi kinetik dari udara dilepaskan ke
atmosfer.
c. Mine total head (mine HT)
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam
sistem ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine
statik (Hs) dan velocity head (Hv), yaitu :
Mine HT = mine Hs + mine Hv ………………………… (3.3)
B. Gradien Tekanan (Gradien Hidrolic)
Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum
energi secara grafis dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 3.2
menunjukkan gradien tekanan untuk suatu sistem aliran udara
sederhana. Tampak dari gambar tersebut bahwa ada 3 gradien yang
jelas, yaitu : elevasi, statik + elevasi (termasuk tekanan atmosfer) dan
head total. Dalam ventilasi tambang, hanya gradien tekanan statik dan
total yang di plot. Efek elevasi dapat diabaikan dan datum yang
digunakan paralel dengan garis tekanan barometrik.
Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling) dilakukan
dengan meletakkan sumber penekan udara di lubang masuk dan
menaikkan tekanan udara tambang hingga diatas tekanan atmosfer (lihat
gambar 3.3). Pada gambar 3.3 tampak bahwa perubahan tekanan
ditunjukkan oleh head kecepatan (Hv), head gesek (Hf), subskrip a, b,
c, menggambarkan posisi saluran, sedangkan subskrip d, e, dan f
masing-masing mewakili kondisi shock losses akibat pengembangan,
penyempitan, dan pengeluaran. Perlu diperhatikan bahwa pada sistem
ini semua head positif kecuali pada bagian masuk.
Yanuar CandraH1C108079
18
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.2. Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Gambar 3.3. Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Untuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu
memperhatikan beberapa hal berikut :
Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi
positif dan sama dengan head kecepatan di bagian keluar.
Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head
kecepatan pada bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar.
Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik
berikutnya yang sama dengan pengurangan head total terhadap head
kecepatan.
Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian
keluar disebut sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan
sama dengan sistem tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap
sebagai titik mula (lihat gambar 3.4).
Yanuar CandraH1C108079
19
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Pada sistem ‘booster’, sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan
antara bagian masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima
udara di bawah tekanan atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan
atmosfer (lihat gambar 3.5).
Gambar 3.4. Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Gambar 3.5. Gradien Tekanan Pada Sistem ‘Booster’(Diktat ventilasi UNP, 2004)
C. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan
Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran :
laminer, intermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk
menentukan keadaan aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan Yanuar CandraH1C108079
20
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Reynold untuk aliran laminer adalah 2000 dan untuk turbulen di atas
4000.
NRe = ( D V )/( ) = ( D V ) / () ……………………………. (3.4)
Dimana:
= rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)
= viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik)
= viskositas absolut (= ; lb detik/ft2 atau a.detik)
D = diameter saluran fluida (ft atau m)
V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)
Untuk udara pada temperatur normal = 1.6 x 10-4 ft2/detik
atau 14.8 x 10-6 m2/detik.
Maka: NRe = 6.250 DV atau NRe = 67.280 DV untuk SI
Dengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulen
dinyatakan dengan NRe = 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu
dimensi saluran fluida dapat ditentukan dengan :
Vc = (60 NRe)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm) atau
kira-kira Vc 40 / D
Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan
tambang bawah tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1
ft jarang dipakai di tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm
selalu menghasilkan aliran turbulen.
Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu
saluran bulat ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6. Distribusi Kecepatan Aliran di dalam Lubang Bulat
Yanuar CandraH1C108079
21
Laporan Ventilasi Tambang 2011
(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan
Reynoldnya berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah
kecepatan rata-rata, karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu
saja tidak cukup. Karena bilangan Reynold di dalam suatu sistem
ventilasi tambang biasanya lebih besar dari pada 10.000, kecepatan
rata-rata seringnya dapat dinyatakan sebagai berikut : V = 0.8 Vmax.
D. Perhitungan Head Loss
Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan
(Hv), gesekan (Hf) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran
(Hx). Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head loss dapat
disederhanakan sebagai berikut :
Hs = HL
= (Hf + Hx)
Hv = Hv pada keluaran, dan
Ht = Hs + Hv
1. Velocity head
Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis
dapat dianggap suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi
dari kecepatan aliran udara, yakni:
Hv = (V2)/(2g) ………………………………………………… (3.5)
Dimana:
Hv = velocity head
V = kecepatam aliran (fps)
G = percepatan gravitasi (ft/dt2)
Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :
Hv = ((w V2)/(5,2)(64,4)(60)2) = w ((V)/ (1.098))2
Atau :
Yanuar CandraH1C108079
22
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Hv = ((V)/(4.000))2
Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran
sebesar 400 fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi.
Untuk mempermudah perhitungan konversi dari kecepatan dan head
kecepatan dapat menggunakan nomogram yang ditunjukkan pada
gambar 3.7.
2. Friction Loss
Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara
melalui lubang bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga
90 % dari total kehilangan (head loss). Friction loss merupakan
fungsi dari kecepatan aliran udara, kekasaran muka lubang bukaan,
konfigurasi yang ada di dalam lubang bukaan, karakteristik lubang
bukaan dan dimensi lubang bukaan.
Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran
berbentuk lingkaran adalah:
HL = f (L/D)(V2/2g) …………………………………………… (3.6)
Dimana:
L = panjang saluran
D = diameter saluran (ft)
V = kecepatan (fpm)
F = koefisien gesekan
Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam
bentuk saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss dalam
bentuk radius hidrolik (hydroulic radius) RH, yaitu perbandingan
antara luas penampang A terhadap perimeter atau keliling P dari
saluran. Untuk saluran berbentuk lingkaran, RH adalah:
RH = A/P = (1/4. D2)/.D = D/4 …………………………. (3.7)
Dengan demikian maka diperoleh persamaan :
HL = f (L/4 RH)(V2/2g) ……………………………………… (3.8)
Yanuar CandraH1C108079
23
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai
rumus Atkinson) didapat sebagai berikut :
Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2)
= (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A) …………………. (3.9)
karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;
Hf = (KPLQ2) / (5,2 A3) …………………………………….. (3.10)
Dimana :
Hf = friction loss (inch water)
V = kecepatan aliran
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)
A = luas penampang saluran (ft2)
S = rubbing surface (ft2) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)
Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang
berhubungan dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida.
Untuk bobot isi udara standard :
K (800)(10)-10 f
Sebenarnya di dalam aliran turbulen nilai f berubah sesuai
dengan NRe. Tetapi pada ventilasi tambang K dianggap konstan dan
besarnya untuk berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah
tanah bukan batubara dapat dilihat pada tabel 3.1.
Yanuar CandraH1C108079
24
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Yanuar CandraH1C108079
25
Laporan Ventilasi Tambang 2011
3. Shock Loss
Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah
aliran dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan
merupakan tambahan terhadap friction losses. Walaupun besarnya
hanya sekitar 10 % - 30 % dari head loss total di dalam ventilasi
tambang, tetapi tetap harus diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada
dasarnya berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan
atau berbanding lurus dengan velocity head. Perhitungan shock loss
dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut :
Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari
velocity head, yakni
Hx = X Hv …………………………………………………... (3.11)
Dimana :
Hx = shock loss
X = faktor shock loss
Tabel 3.2. Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss
Sumber LengthFeet Meter
Bend, acute, roundBend, acute, sharpBend, right, roundBend, right, sharpBend, obtuse, roundBend, obtuse, sharpDoorwayOvercastInletDischargeContraction, gradualContraction, abruptExpansion, abruptSplitting, straight branchSplitting, straight branch (90o)
3150170115706520651102030200
1451201520206201361060
Yanuar CandraH1C108079
26
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Junction, straight branchJunction, deflected branch (90o)Mine car or skip (20 % of airway area)Mine car or skip (40 % of airway area)
6030100500
201030150
4. Kombinasi Friction dan Shock Loss
Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss,
maka ;
HL = Hf + Hx
= (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3 ………………………………. (3.12)
dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)
E. Air Horsepower
Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam
aliran udara disebut air horsepower (Pa) :
Pa = pQ = 5,2 HQ lb ft/menit
Pa = 5,2 HQ / 33.000 = (HQ / 6.346) HP ………………………
(3.13)
F. Teori Perhitungan Jaringan Ventilasi
1. Hubungan Antara Head dan Kuantitas
Seperti sudah diketahui dari persamaan Atkinson bahwa head
merupakan fungsi kuantitas aliran udara
HL ~ Q2
HS ~ Q2
HV ~ Q2
HT ~ Q2
Oleh karenanya persamaan head loss untuk ventilasi tambang
ditulis sebagai berikut :
Yanuar CandraH1C108079
27
Laporan Ventilasi Tambang 2011
H ~ Q2
Dalam upaya menanggulangi masalah ventilasi perlu
diketahui karakteristik ventilasi tambang dengan cara membuat
grafik antara head dan kuantitas aliran udara dari suatu sistem. Yang
dimaksud dengan sistem disini adalah sebagian dari tambang atau
keseluruhan tambang jika digunakan hanya 1 fan. Grafik ini disebut
kurva karakteristik tambang.
Dalam pembuatan kurva, kuantitas diasumsikan dahulu,
kemudian head ditentukan dengan persamaan :
H1/H2 = (Q1/Q2)2 , atau
H2 = H1 (Q2/Q1)2
2. Tahanan Saluran Udara Tambang (Airway Resistance)
Hubungan dasar antara head dengan kuantitas aliran udata
dinyatakan pada persamaan Atkinson yang dapat dituliskan sebagai
berikut :
HL = R Q2 …………………………………………………… (3.14)
Dimana , R = konstanta proporsionalitas.
R = KP (L + Le) / 5,2 A3
Untuk sistem ventilasi tambang, R kemudian disebut tahanan
ekuivalen. Tahanan ekuivalen serupa dengan sistem aliran listrik
yang mengikuti hukum Ohm.
Hukum Kirchoff
Ada dua dasar aturan dalam mempelajari sistem aliran
listrik, yang dapat digunakan pada sistem jaringan ventilasi.
Hukum Kirchoff 1
Bila ada aliran-aliran udara yang masuk melalui sutau titik
atau disebut juga Junction dan keluar lagi ke percabangan, maka
udara keluar harus sama dengan udara masuk (lihat gambar 3.7)
Q1 + Q2 = Q3 + Q4 = 0
Yanuar CandraH1C108079
28
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Bila aliran udara keluar persimpangan dinyatakan positif
dan yang masuk dinyatakan negatif, maka;
Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0
Atau ;
Q = 0
Gambar 3.7. Aplikasi Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchoff 2
Penjumlahan kehilangan tekanan pada jalur tertutup sama
dengan nol;
HL = 0
Menurut gambar 4-12 jelas bahwa head loss jaringannya
menjadi;
HL = Hla + HLb + HLc - HLd = 0
Hla , HLb dan HLc adalah positif karena aliran udara Q1 bergerak
melalui a, b, dan c dengan arah yang sama, sedangkan HLd adalah
negatif karena udara Q2 mengalir dengan arah berlawanan
terhadap aliran lainnya.
Yanuar CandraH1C108079
29
Q4
Q3Q1
Q2
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.8. Aplikasi Hukum Kirchoff 2(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Menurut Atkinson, persamaan tersebut di atas dapat dibentuk
menjadi ;
HL = RaQ1Q1 + RbQ1Q1 + RcQ1Q1 – Rd Q2Q2 = 0
3. Jaringan Seri
Dalam sistem ventilasi ada dua kemungkinan jaringan Seri
dan Paralel (lihat gambar 3.9)
Gambar 3.9. Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Rangkaian jaringan ventilasi seri seperti tampat pada gambar
3.10.a dapat disederhanakan dalam bentuk jaringan ventilasi seri
seperti ditunjukkan pada gambar 3.10.b.
Yanuar CandraH1C108079
30
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.10. Saluran Aliran Udaraa) Hubungan Seri b) Saluran Ekuivalen
(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Jumlah aliran udara yang mengalir melalui masing-masing
saluran adalah sama:
Q = Q1 = Q2 = Q3 dan HL1 + HL2 + HL3 - Hm = 0
Dimana; Hm = head loss (head statik)
Maka persamaan head loss dapat ditulis sebagai berikut :
HL = R1Q2 + R2Q2 + R3Q2
Atau;
HL = (R1 + R2 + R3 + .. ) Q2 = Req.Q2. ……………………. (3.15)
Tahanan equivalen hubungan seri saluran adalah : Req. = HL / Q2.
4. Jaringan Paralel
Bila jaringan ventilasi dihubungkan secara paralel, maka
aliran udara dibagi menurut jumlah cabang paralel, yang besarnya
masing-masing tergantung kepada tahanan salurannya. Di dalam
ventilasi tambang, percabangan paralel ini disebut sebagai ‘splitting’
sedangkan cabangnya sendiri disebut ‘split’. Kalau jumlah aliran
udara dibagi ke percabangan paralel menurut karakteristik
alamiahnya tanpa peraturan, hal ini disebut ‘natural splitting’
Yanuar CandraH1C108079
31
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Sedangkan splitting terkendali berlaku bila pembagian
jumlah aliran udara diatur dengan memasang beberapa penyekat
(regulator) di dalam saluran udara yang dikehendaki.
Menurut hukum Kirchoff 1;
Q = Q1 + Q2 + Q3 + …
Maka bila aliran udara didalurkan kepercabangannya paralel maka
jumlah total aliran udara merupakan penjumlahan jumlah aliran
udara setiap saluran. Demikian juga halnya dengan head loss.
Menurut hukum Kirchoff 2 ;
HL = HL1 = HL2 = HL3 = …
Tahanan ekuivalen saluran hubungan paralel ditunjukkan
pada gambar 3.12. Pada gambar ini tampak bahwa aliran udara Q
dibagi menjadi Q1, Q2, dan Q3 yang masing-masing melalui tahanan
saluran R1, R2, dan R3. Bila tahanan saluran masing-masing
dinyatakan dalam satu nilai atau didapat tahanan ekuivalen yang
perhitungannya sesuai dengan cara yang dilakukan pada masalah
listrik, maka persamaan Atkinson untuk Junction A adalah;
Q = HL/R1 + HL/R2 + HL/R3
Atau;
Q = HL ( 1/R1 + 1/R2 + 1/R3) = HL (1/Req.) ………(3.16)
Sedangkan : 1/Req. = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …
Yanuar CandraH1C108079
32
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.11. Saluran Aliran Udara Paralel dan Saluran Ekuivalen(Diktat ventilasi UNP, 2004)
5. Analisis Jaringan Kompleks
Suatu jaringan disebut komleks jika sirkuit-sirkuit paralel
saling tumpang tindih dan terkait. Pemisahan sirkuit-sirkuit tersebut
tidak dapat dilakukan atau dengan kata lain jaringan tersebut tidak
dapat disederhanakan menjadi saluran ekuivalen.
Gambar 3.12. Penyelesaian Grafis Jaringan Ventilasi Sederhana(Diktat ventilasi UNP, 2004)
6. Pencabangan Terkendali
Yanuar CandraH1C108079
33
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Jika saluran udara diatur secara paralel dan jumlah udara
yang mengalir ke setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan
percabangan terkendali (controlled splitting). Pengendalian tersebut
umumya dilakukan dengan cara membuat tahanan buatan pada salah
satu cabang. Cabang yang tidak diberi tahanan buatan disebut ‘free
split’. Tahanan buatan merupakan shock loss yang timbul oleh alat
yang disebut ‘regulator’.
Dengan cara ini jumlah aliran udara ke permuka kerja atau
tempat-tempat lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Namun
dengan cara ini head total serta kebutuhan daya secara
keseluruhanakan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan
biaya.
a. Penentuan Ukuran Regulator
Untuk menentukan ukuran regulator pertama-tama harus
ditentukan besarnya shock loss yang harus ditimbulkan, hal ini
ditentukan dengan menghitung head loss untuk setiap cabang.
Cabang dengan head loss tertinggi adalah ‘free split’. Menurut
hukum Kirchoff 2, pada saluran udara paralel head loss sama.
Dengan demikian besarnya shock loss pada setiap cabang sama
dengan selisih antara head loss pada free split dengan head loss
cabang yang bersangkutan.
Tabel 3.3. Besar Shock Loss pada Percabangan Jaringan
SaluranUdara
Q (cfm) Rx 1010
HL (in)
Mx (in)
1
2
3
4
20.000
15.000
35.000
30.000
23,50
1,35
3,12
3,55
0,940
0,030
0,382
0,320
Free split
0,940-0,030 = 0,910
0,940-0,382 = 0,559
0,940-0,320 = 0,620
Sumber : Diktat ventilasi UNP, 2004
Penentuan ukuran i diturunkan dari rumus shock loss teoritis
untuk suatu saluran bulat dan simetris.
Yanuar CandraH1C108079
34
Laporan Ventilasi Tambang 2011
X = (((1/Cc) – N)/N)2 ………………………………………(3.17)
Dimana X = faktor shock loss, N = nisbah luas regulator/ luas
lubang bukaan dan Cc = koefisien kontraksi.
Cc = 1 / ( X + (2x+Z)) …………………………………(3.18)
Dimana Z = faktor kontraksi
X = Hx / Hv ………………………………………………(3.19)
Dimana Hx = shock loss yang harus ditimbulkan oleh regulator
dan Hv = head kecepatan.
Nilai Z dapat dilihat pada tabel. Dan untuk regulator, nilai Z = 2,5
adalah nilai yang umum di tambang bawah tanah.
Tabel 3.4. Koefisien Kontraksi (berdasarkan saluran pojok siku,
t = 2,50)
N 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Cc 0.63 0.64 0.65 0.67 0.69 0.71 0.75 0.81 0.88 1.0
X 217.9 46.38 17.03 7.61 3.67 1.78 0.81 0.30 0.07 0
Sumber : Diktat ventilasi UNP, 2004
Tabel 3.5. Faktor Konstraksi
Edge Z
FormedRoundedSmoothSquareSharp
1.051.502.002.503.80
Source : McElroy, 1935
Tabel 3.6. Koefisien Saluran Masuk
Yanuar CandraH1C108079
35
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Edge Z Cc X
FormedRoundSquare
1.051.502.50
0.9750.7850.630
0.00060.050.34
Source : McElroy, 1935.
G. Psikometri Udara Tambang
Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan
mengalami beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan,
pemanasan atau pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban.
Oleh karena itu maka volume, tekanan, kandungan energi panas dan
kandungan airnya juga akan mengalami perubahan. Ilmu yang
mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara seperti temperatur dan
kelembaban disebut psikometri.
1. Sumber-sumber Panas
Ventilasi digunakan untuk memenuhi persyaratan
kenyamanan kerja di tambang bawah tanah yang kelanjutannya
dapat meningkatkan efisiensi dan produksi. Panas dan kelembaban
mempengaruhi manusia dalam beberapa hal antara lain :
Menurunkan efisiensi
Mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan
Menyebabkan sakit dan kematian.
Setelah temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan
kehilangan efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi maka dia
akan megalami gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki
keterbatasan dalam menerima panas sebelum sistem metabolismenya
berhenti.
Efisiensi kerja seseorang bergantung langsung kepada
temperatur ambient dan akan berkurang/menurun bila temperaturnya
berada diluar rentang 68–72oF. hubungan antara efisiensi kerja
dengan temperatur efektif dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut.
Yanuar CandraH1C108079
36
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah mengeluarkan
hawa panas dan uap air dengan laju yang sesuai, sehingga temperatur
dan kelembaban udara yang dikondisikan memungkinkan pekerja
juga melepaskan panas tubuhnya saat bekerja. Kedua faktor tersebut
(panas dan kelembaban) harus dikondisikan secara bersamaan.
Gambar 3.13. Hubungan antara Efisiensi Kerja dan Temperatur Efektif
(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Tubuh manusia bereaksi terhadap panas dan selalau mencoba
untuk mempertahankan suhunya sekitar 37 oC dengan cara
mengeluarkan panas melalui cara konveksi, radiasi dan evaporasi.
Namun demikian tubuh manusia akan menerima panas kembali
begitu produksi metabolismenya naik, atau menyerap panas dari
lingkungannya, dan bisa juga kombinasi kedua faktor tersebut.
Sistem syaraf sentral akan selalu bereaksi untuk menjalankan
mekanisme pendinginan secara alamiah.
Akan tetapi, bila syaraf sentral tidak dapat bekerja karena
satu sebab dan lainnya, maka hal ini hal ini akan dapat menyebabkan
sakit dan kematian (lihat gambar 3.14 berikut);
Yanuar CandraH1C108079
37
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.14. Reaksi Fisiologis Terhadap Panas(Diktat ventilasi UNP, 2004)
Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi
udara jenuh, maka batas kemampuannya untuk beradaptasi hanya
akan mencapai temperatur 90o F (32o C). namun bila ruangan tersebut
dialiri udara dengan kecepatan 200 fpm maka batas temperaturnya
dapat naik hingga 95o F (35o C). Sedangkan temperatur normal untuk
seseorang dapat bekerja dengan nyaman adalah 26 – 27o C.
Perbedaan antara temperatur cembung kering dan cembung
basah menyatakan faktor kenyamanan di dalam udara lembab. Agar
seseorang dapat bekerja dengan nyaman di lingkungan udara dengan
kelembaban relatif 80 % diperlukan perbedaan td-tw sebesar 5o F (2,8o
C).
Kecepatan aliran udara merupakan faktor utama dalam
mengatur kenyamanan lingkungan kerja. Kecepatan aliran udara
sebesar 150–500 fpm ( 0,8 – 2,5 m/detik) dapat memperbaiki tingkat
kenyamanan ruang kerja yang panas dan lembab. Dalam menduga
temperatur efektif dari suatu kondisi td-tw serta kecepatan aliran
udara tertentu dapat menggunakan grafik yang ditunjukkan pada
gambar 3.15 berikut:
Yanuar CandraH1C108079
38
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.15. Grafik Temperatur Efektif(Diktat ventilasi UNP, 2004)
a. Kompresi Adiabatik
Bila kolom udara menurun di dalam suatu vertikal shaft,
tekanannya akan menaik sesuai dengan beratnya. Hal ini akan
menyebabkan temperatur udara menaik dan prosesnya dianggap
adibiatik bila kandungan uap air tetap, aliran udara tidak akan
mengalami gesekan, dan tidak ada perpindahan panas antara
udara dengan lingkungannya (batuan). Sudah barang tentu hal ini
tidak pernah terjadi di alam. Kenaikan panas akibat
‘autocompression’ sangat besar, sebagai contoh suatu tambang
emas di Afrika Selatan yang bekerja pada kedalaman 8.000 ft
(2438,8 m) menimbulkan autokompresi sebesar 1 juta Btu/menit
(17.550 kw) atau memerlukan refrigerasi sebanyak 5.000 ton/hari.
Yanuar CandraH1C108079
39
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Secara teoritik, bila udara standard sebanyak 100.000 cfm (47,19
m3/det) dimasukkan kedalam tambang bawah tanah sedalam
1.000 feet (304,8 m), maka banyaknya refrigerasi yang
dibutuhkan adalah:
………… (3.20)
9.637 Btu/menit = 48,2 ton refrigerasi/hari (169,5 kw)
Begitu udara mengalir ke bawah vertical shaft, tanpa ada
perpindahan panas antara vertical shaft dengan udara luar dan
tidak ada penguapan, udara sebetulnya ditekan seperti bila
kompresor menekan udara. Temperatur udara kering naik 5,4 oF
(3,02 oC) setiap perubahan kolom udara 1.000 feet.
Setiap penurunan elevasi sebesar 778 feet, ekuivalen
dengan penambahan panas sebesar 1 Btu (0,252 kcal). Dan untuk
udara kering, perubahan temperatur cembung kering adalah :
1/(0,24 x 778) = 0,00535oF/ft (0,00983 oC/m) atau sama dengan 1 oF/187 ft (1 oC/102 m).
Aliran udara kebawah shaft akan menaikan temperatur
dan bobot isinya sesuai dengan kedalaman. Maka kebutuhan
ventilasi akan meningkat dengan semakin dalamnya aktivitas
penambangan. Faktor lainnya dari kompresi adiabatik adalah
kenaikan temperatur cembung kering udara begitu mengalir
melalui fan. Besarnya kurang lebih 0,45 oF (0,25 oC) per 1 inchi
air head statik. Fan yang biasa dipakai di tambang bawah tanah
mampu menekan hingga 10 inchi air head statik.
b. Peralatan Listrik Mekanik
Jumlah panas total yang dikeluarkan oleh peralatan listrik
mekanik ke udara tambang bawah tanah tergantung dari besarnya
daya yang dipakai dan bentuk kerja yang dilakukan. Peralatan
yang banyak dipakai di tambang bawah tanah adalah listrik,
diesel, dan tekanan udara. Kesemua jenis peralatan tersebut
Yanuar CandraH1C108079
40
Laporan Ventilasi Tambang 2011
banyak menggunakan dayanya untuk mengatasi masalah beban
gesek dan rugi-rugi listrik yang akhirnya dikonversikan menjadi
bentuk panas.
Panas yang dihasilkan oleh peralatan diesel tambang
bawah tanah ekuivalen dengan sekitar 90% dari nilai kalor bahan
bakar yang dikonsumsi. Angka ini relatif sama untuk berbagai
kondisi kerja mesin, baik dalam keadaan tidak berbeban maupun
berbeban. Nilai kalor bahan bakar solar adalah 140.200
Btu/gallon (9.334 kcal/liter). Untuk kepentingan praktis nilai
kalor solar sebesar 125.000 Btu/gallon (8.322 kcal/liter) sering
dipakai.
Peralatan listrik, seperti substation atau trafo merupakan
sumber panas yang cukup berarti. Sekitar 4 % energinya keluar
sebagai panas. Pompa non-submersibel bisa mengeluarkan panas
sebanyak 15 % dari energi inputnya.
c. Aliran Panas Dinding Batu
Persamaan umum aliran panas melalui dinding dapat
ditulis sebagai berikut:
Q = kA.dt/dL ………………………………………………(3.21)
Dimana :
Q = panas yang dialirkan, Btu/jam
A = luas daerah dinding yang mengeluarkan panas ft2
K = konduktivitas panas, biasanya relatif tetap untuk satu
jenis batuan. Angkanya berbeda menurut kandungan
air dan susunan perlapisan, Btu-in/ft2jamoF
dt = perbedaan temperatur, oF
dL = ketebalan batuan yang mengeluarkan panas, inchi
Karena aliran panas dari dinding merupakan satu-satunya sumber
panas yang masuk ke tambang, maka penentuan laju pengeluaran
panasnya secara vertikal dan horisontal tidak dapat ditentukan
secara teliti. Dalam penentuan temperatur batuan biasanya batas
Yanuar CandraH1C108079
41
Laporan Ventilasi Tambang 2011
kedalaman minimum 50 feet dianggap sebagai awal
perhitungannya. Tabel 3.7 berikut memberikan gambaran
temperatur maksimum batuan induk pada berbagai tambang
dalam.
Tabel 3.7. Temperatur Maksimum Batuan Induk
Tambang
Kedalaman Temperatur
(ft) (m) (oF) (oC)
Kolar Gold Field India
South Africa
Morro velho, Brazil
Nort Broken Hill,Australia
Great Britain
Bralorne.B.C. Canada
Kirkland Lake, Ont.
Falconebridge Mine, Ont
Lockerby Mine, Ont.
Levark Borehild (Inco),Ont
Garson Mine, Ont.
Lake Shore Mine, Ont.
Holinger Mine, Ont.
Creighton Mine, Ont.
Superior, Arizona
San Manuel, Arizona
Butte, Montana
Ambrosia Lake, NM
Brunswick Ni.12 New.
Belle Isle Salt Mine,LA
11000
10000
8000
3530
4000
4100
4000-6000
4000-6000
3000-4000
7000-10000
2000-5000
6000
4000
2000-10000
4000
4500
5200
4000
3700
1400
3353
3048
2438
1076
1219
1250
1219-1829
1219-1829
914-1219
2134-3048
610-1524
1829
1219
610-3048
1219
1372
1585
1219
1128
427
152
125-130
130
112
114
112.5
66-81
70-84
67-96
99-128
54-78
73
58
60-138
140
118
145-150
140
73
88
66.7
51.7-54.4
54.4
44.4
45.6
50.3
18.9-27.2
21.1-28.9
19.4-35.6
37.2-53.3
12.1-25.6
22.8
14.4
15.6-58.9
60.0
47.8
60.8-65.6
60.0
22.8
31.1
d. Panas Dari Peledakan
Panas peledakan merupakan panas singkat yang akibatnya
bisa membuat lingkungan udara di front kerja menjadi relatif
lebih panas dari pada tempat sekitarnya. Oleh karena itu aliran
udara dapat berbalik kembali ke front kerja, tempat dimana
peledakan baru saja terjadi. Konsekuensinya debu akibat
bongkaran batuan tidak terbawa keluar.
Yanuar CandraH1C108079
42
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Hal lain yang mungkin juga terjadi dari aktivitas
peledakan adalah meningkatnya uap air di sekitar front kerja
tersebut. Pada tabel 3.8 berikut ditunjukkan nilai-nilai kalor dari
berbagai macam bahan peledak:
Tabel 3.8. Potensi Panas Dari Berbagai Jenis Bahan Peladak
Bahan Peledak Btu/lb Q (kJ/kg) Q (kal/gram)
Nitroglycerin
60 % Straight Dynamite
40 % Straight Dynamite
100 % Straight Gelatin
75 % Straight Gelatin
40 % Straight Gelatin
75 % Amonia Gelatin
40 % Amonia Gelatin
Semi Gelatin
AN-I-o 94.5/5.5
AN-FO 94.3/5.7
AN-AL-Water
2555
1781
1673
5219
2069
1475
1781
1439
1691
1601
1668
2069
5943
4143
3891
5859
4812
3431
4142
3347
3933
3724
3880
4813
1420
990
930
1400
1150
820
990
800
940
890
927
1150
2. Sumber-sumber Panas
Penentuan sifat psikometri suatu udara pada kondisi tertentu
disebut titik keadaan (state point) dapat ditentukan ditemperatur
cembung kering dan cembung basah pada kondisi tekanan atmosfir
tertentu. Perhitungan sifat-sifat psikometri udara dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan hitungan tekanan uap jenuh
berikut:
a. Tekanan uap jenuh pada td, Ps
……………... (3.22)
Yanuar CandraH1C108079
43
Laporan Ventilasi Tambang 2011
b. Menentukan semua parameter pada titik keadaan (state point)
1) Tekanan uap
…………… (3.23)
2) Kelembaban relatif
………………………………………. (3.24)
3) Kelembaban spesifik
lb/lb (kg/kg) udara kering ………. (3.25)
4) Derajat kejenuhan
………………………………………... (3.26)
5) Volume spesifik
ft3/lb(m3/kg) udara kering …………………. (3.27)
6) Bobot isi udara (udara basah)
…………………. (3.28)
7) Entalpi
… (3.29)
Yanuar CandraH1C108079
44
Laporan Ventilasi Tambang 2011
3.4. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam praktikum instrument ventilasi
tambang, antara lain :
1. Mesin angin (fan), berfungsi sebagai alat penghebus maupun penghisap
udara.
Gambar 3.16. Mesin Angin(Laboratorium Teknologi Pertambangan)
2. Wire Fleksible beserta rangkaiannya, berfungsi sebagai media
penghembusan maupun pengisapan udara dalam jaringan ventilasi.
Gambar 3.17. Wire Fleksible(www.rocvent_files.com)
3. Anemometer, berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara, volume
udara, dan suhu di dalam tambang.
Yanuar CandraH1C108079
45
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 3.18. Anemometer(www.diytrade_files.com)
4. Sling Psycometric, dipergunakan untuk mengukur kelembaban udara di
dalam tambang.
Gambar 3.19. Sling Psycometric(www.redirect.php)
3.5. LANGKAH KERJA
Prosedur kegiatan praktikum instrument ventilasi tambang adalah
sebagai berikut :
1. Menyiapkan seluruh peralatan yang akan dipergunakan.
2. Merangkai jaringan ventilasi tambang dengan menghubungkan antara
fan dengan wire flexible.
3. Mengukur kelembaban relative, temperatur kering dan temperatur basah
di sekitar jaringan vetilasi tambang dengan mengunakan sling
psycometry setiap jarak yang ditentukan
4. Mencatat data yang ditunjukkan oleh alat ukur sling psycometry.
5. Menghidupkan fan, kemudian melakukan pengukuran kecepatan aliran
udara yang dihembuskan pada penampang terowongan atau hose (atas,
tengah dan bawah) disetiap jarak yang ditentukan menggunakan
anemometer.
6. Mencatat data yang ditunjukkan oleh alat ukur anemometer.
7. Mematikan fan, setelah seluruh kegiatan pengukuran telah dilakukan.
Yanuar CandraH1C108079
46
Laporan Ventilasi Tambang 2011
3.6. DATA HASIL KEGIATAN
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa data
antara lain :
Tabel 3.9. Pengambilan Data Kuantitas Udara
Point Jarak (m)
V 2/3 H (m/s)
V 1/2 H (m/s) Vrata-rata
(m/s)A
(m2)
Q (m3/s)
Max Min Rerata Max Min Rerata1 0 10.96 10.02 10.490 0.000 0.000 0.000 5.245 14.278 74.8902 0,5 9.361 8.657 9.009 0.000 0.000 0.000 4.505 14.278 64.3173 1,0 8.743 6.823 7.783 1.067 0.598 0.833 4.308 14.278 61.5084 1,5 5.775 3.852 4.814 2.16 1.869 2.015 3.414 14.278 48.7465 2,0 3.987 1.934 2.961 2.032 1.411 1.722 2.341 14.278 33.4266 2,5 2.887 0.845 1.866 1.744 0.676 1.210 1.538 14.278 21.9607 3,0 2.009 1.149 1.579 1.92 1.149 1.535 1.557 14.278 22.2288 3,5 1.92 0.655 1.288 1.229 0.751 0.990 1.139 14.278 16.2609 4,0 2.444 2.028 2.236 2.983 2.387 2.685 2.461 14.278 35.132
10 4,5 1.115 0.851 0.983 0.991 0.303 0.647 0.815 14.278 11.63711 5,0 1.018 0.624 0.821 0.598 0.39 0.494 0.658 14.278 9.38812 5,5 0.654 0.579 0.617 0.401 0.155 0.278 0.447 14.278 6.38613 6,0 0.878 0.489 0.684 0.717 0.308 0.513 0.598 14.278 8.53814 6,5 0.652 0.452 0.552 0.393 0.335 0.364 0.458 14.278 6.54015 1 2.323 0.976 1.650 2.537 0.948 1.743 1.696 9.090 15.41616 1,5 3.103 1.954 2.529 2.896 2.269 2.583 2.556 9.090 23.22817 2 2.248 1.776 2.012 2.43 2.347 2.389 2.200 9.090 19.99918 2,5 1.648 1.271 1.460 2.153 1.503 1.828 1.644 9.090 14.94119 3 1.369 0.596 0.983 1.521 0.733 1.127 1.055 9.090 9.58720 3,5 1.356 1.081 1.219 1.193 0.472 0.833 1.026 9.090 9.321
Yanuar CandraH1C108079
47
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar. 3.20. Grafik Hubungan Vrata-rata terhadap Jarak pada Tunnel 1
Yanuar CandraH1C108079
48
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar. 3.21. Grafik Hubungan Debit terhadap Jarak pada Tunnel 1
Gambar. 3.22. Grafik Hubungan Vrata-rata terhadap Jarak pada Tunnel 2
Yanuar CandraH1C108079
49
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar. 3.23. Grafik Hubungan Debit terhadap Jarak pada Tunnel 2
Tabel 3.10. Pengambilan Data Temperatur Efektif
Point Jarak td(0C)
Tw(0C)
Vrata-rata
(m/s)1 0 30 28 5.2452 1 30 27.5 4.3083 2 30 27.5 2.3414 3 30 28 1.5575 4 30 28 2.4616 5 30 28 0.6587 6 30 28 0.5988 7 30 28 0.4589 1 30 28 1.696
10 2 30 27.5 2.20011 3 30 27.5 1.055
Tabel 3.11. Pengambilan Data Sifat Psikometri Udara
Point td(0C)
tw(0C)
Φ(%)
Keterangan
1 30 27.5 82 Tengah Tunnel 12 30 27 78 Belakang Tunnel 13 29 27 93 Adit Tunnel 14 30 28 86 Tengah Tunnel25 30 28 86 Adit Tunnel 2
Yanuar CandraH1C108079
50
Laporan Ventilasi Tambang 2011
3.7. PENGOLAHAN DATA
Data luas terowongan pada tabel 3.9. Pengambilan Data Kuantitas
Udara di dapatkan melalui perhitungan dengan data sebagai berikut :
1. Tunnel 1
- Lebar = 3,88 m
- Tinggi = 3,68 m
- Luas = Lebar x Tinggi
= 3,88 m x 3,68 m
= 14,278 m2
2. Tunnel 2
- Lebar = 3,68 m
- Tinggi = 2,47 m
- Luas = Lebar x Tinggi
= 2,47 m x 3,68 m
= 9,09 m2
3. Perhitungan konversi (oC) menjadi (oF)
Setiap perhitungan konversi suhu dari Celcius menjadi
Fahrenheit dilakukan dengan melakukan cara :
n o C =
Contoh perhitungan konversi :
td (oC) = 31
td (oF) =
= 87,8 o F
Demikian seterusnya berlaku juga untuk tw
Yanuar CandraH1C108079
51
3,88 m
3,68 m
2.47 m
3,68 m
Laporan Ventilasi Tambang 2011
4. Perhitungan konversi kecepatan (Velocity / V ) dari satuan (m/s) menjadi
(feet/m)
5. Setiap perhitungan konversi kecepatan dari satuan (m/s) menjadi (feet/m)
dilakukan dengan cara :
1 (m/s) = 196,8503937 (feet/m)
Contoh perhitungan konversi :
v (m/s) = 1,198 m/s
v (feet/mnt) = 1,198 x 196,8503937
= 235,8268 (feet/mnt)
Begitu seterusnya dilakukan perhitungan konversi
Tabel 3.12. Pengolahan Data Temperatur Efektif
Point Jarak td(0C)
tw(0C)
td(0F)
tw(0F)
Vrata-rata
(m/s)Vrata-rata
(ft/s)1 0 30 28 86 82.4 5.245 1032.4682 1 30 27.5 86 81.5 4.308 847.9723 2 30 27.5 86 81.5 2.341 460.8214 3 30 28 86 82.4 1.557 306.4435 4 30 28 86 82.4 2.461 484.3456 5 30 28 86 82.4 0.658 129.4287 6 30 28 86 82.4 0.598 117.7158 7 30 28 86 82.4 0.458 90.1569 1 30 28 86 82.4 1.696 333.854
10 2 30 27.5 86 81.5 2.200 433.11511 3 30 27.5 86 81.5 1.055 207.625
Tabel 3.13. Pengolahan Data Sifat Psikometri Udara
Point td(0C)
tw(0C)
Φ(%)
td(0F)
td(0F)
tw(0F)
tw(0F)
Keterangan
1 30 27.5 82 86 86 81.5 82 Tengah Tunnel 12 30 27 78 86 86 80.6 81 Belakang Tunnel 13 29 27 93 84.2 84 80.6 81 Adit Tunnel 14 30 28 86 86 86 82.4 82 Tengah Tunnel25 30 28 86 86 86 82.4 82 Adit Tunnel 2
Yanuar CandraH1C108079
52
Laporan Ventilasi Tambang 2011
6. Perhitungan Psikometri
Contoh perhitungan Psikometri :
Diketahui :
td (oF) = 86
tw (oF) = 82
Pb = 29,92 inHg
Ps = 1,253 inHg
Ps` = 1,1017 inHg
R = 190,6 grains/lb
Ditanya :
a. Tekanan Uap (Pv)
b. Kelembapan Relatif (Φ)
c. Kelembapan Spesifik (Ws)
d. Derajat Kejenuhan (μ)
e. Volume Spesifik (v)
f. Bobot Isi Udara (udara basah) (w)
g. Entalpi (h)
Jawab :
a. Tekanan Uap
Pv
= 1,0589 inHg
b. Kelembaban Relatif
Ø
Yanuar CandraH1C108079
53
Laporan Ventilasi Tambang 2011
c. Kelembaban Spesifik
W
lb/lb
d. Derajat Kejenuhan
Perhitungan konversi kelembaban spesifik dari satuan
(grain/lb) menjadi (kg/kg). Setiap perhitungan konversi kelembaban
spesifik dari satuan (grain/lb) menjadi (kg/kg) dilakukan dengan cara :
1 kg = 15.432 grain, 1 grain = 6,48 x 10-5 kg
1 lb = 0,4536 kg
Jadi, 1
= 0,0001428 (kg/kg )/(lb/lb)
Contoh perhitungan konversi :
Ws (grain/lb) = 190,6 (pembacaan tabel data psikometrik untuk
campuran udara – air dan uap)
Ws = 190,6 x 0,0001428
= 0,02722 lb/lb
Sehingga derajat kejenuhan :
μ
Yanuar CandraH1C108079
54
Laporan Ventilasi Tambang 2011
= 83,85 %
e. Volume Spesifik
Pa = Pb – Pv
= 29,92 inHg – 1,0589 inHg
= 28,861 inHg
v
= 14,28 ft3/lb
f. Bobot Isi Udara
w
g. Entalpi
h
= 53,66 Btu/lb
Tabel 3.14. Pengolahan Data Perhitungan Psikometri
Notd
(0F)tw
(0F)Ps
(inHg)Ps'
(inHg)Pb
(inHg)Pv
(inHg)Pa
(inHg)Φ
(%)W
(lb/lb)Ws
(grain/lb)µ
(%)V
(ft3/lb)w
(lb/ft3)h
(Btu/lb)
Yanuar CandraH1C108079
55
Laporan Ventilasi Tambang 2011
1 86 82 1.253 1.1017 29.92 1.0589 28.861 84.51 0.023 190.6 83.85 14.28 0.072 53.66
2 86 81 1.253 1.0665 29.92 1.0130 28.907 80.84 0.022 190.6 80.08 14.26 0.072 52.18
3 84 81 1.1752 1.0665 29.92 1.0344 28.886 88.02 0.022 178.3 87.48 14.22 0.072 52.19
4 86 82 1.253 1.1017 29.92 1.0589 28.861 84.51 0.023 190.6 83.85 14.28 0.072 53.66
5 86 82 1.1752 1.1017 29.92 1.0589 28.861 90.10 0.023 190.6 83.85 14.28 0.072 53.66
3.8. PEMBAHASAN
Dari hasil kegiatan praktikum yang telah dilakukan di dapatkan
beberapa data antara lain data sifat psikometri, data temperatur efektif, data
kuantitas udara. Ketiganya merupakan data-data yang diperlukan untuk
mengetahui bagaimana kondisi udara dalam suatu tambang bawah tanah
apakah sudah memenuhi syarat atau sudah dapat dikategorikan ke dalam
sistem ventilasi yang baik atau belum.
Dalam beberapa hal, pengambilan data sudah cukup mewakili
simulasi sistem ventilasi tambang bawah tanah. Pada tabel 3.9. Pengambilan
data kuantitas udara, nilai debit (Q) memiliki nilai yang bervariasi. Pada
dasarnya, semakin jauh alat pengukur udara (anemometer) dari fan, maka
debit udara yang didapat semakin kecil. Sedangkan dari data yang didapat
pada tunnel 1, terlihat pada jarak 3 meter (22,228 m3/s), 4 meter (35,132
m3/s) dan 6 meter (8,538 m3/s) nilai debitnya justru lebih besar dari jarak
sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang pengetahuan
penggunaan alat yang baik dan benar, dan mungkin karena posisi fan
menyimpang atau tidak lurus, jadi udara yang dihembuskan terpantul
dinding pada rib. Begitu pula pada tunnel 2, pada jarak 1,5 m dan 2 m debit
Yanuar CandraH1C108079
56
Laporan Ventilasi Tambang 2011
yang didapat lebih besar daripada jarak sebelumnya yang posisinya berada
dekat dengan fan, hal tersebut dikarenakan pantulan udara pada dinding rib
sebab pengambilan data pada jarak ini dilakukan di dinding rib.
Sedangkan untuk data pengukuran sifat psikometri udara dan
temperatur efektif dilakukan dengan menggunakan alat sling. Dari
pengukuran ini akan didapatkan dua buah data temperatur, yaitu data
temperatur basah dan data temperatur kering pada beberapa titik dengan
jarak yang telah ditentukan di dalam simulasi terowongan tambang bawah
tanah. Data didapatkan setelah dilakukan pemutaran alat secara teratur
selama 1 menit non-stop (200 putaran) dan langsung dilakukan pembacaan
baik pada termometer basahnya untuk temperatur basah maupun termometer
kering untuk pembacaan temperatur kering. Biasanya akan didapatkan data
temperatur kering jauh lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan
temperatur basah. Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan untuk
mengetahui sifat psikometri dari udara tersebut.
3.9. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum instrumen
ventilasi tambang sebagai berikut :
1. Anemometer merupakan suatu alat yang digunakan pada sistem
ventilasi tambang bawah tanah yang digunakan untuk mengukur
kecepatan aliran udara dari suatu titik dalam terowongan tambang
bawah tanah.
2. Anemometer sangat rentan terhadap adanya gangguan aliran udara
lain, yang mana ini bisa menyebabkan data yang didapatkan akan
kurang akurat.
3. Sling merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
temperatur kering dan temperatur basah dari suatu titik dalam suatu
tambang bawah tanah.
4. Semakin jauh jarak pengukuran atau area yang akan di supply udara,
maka debit udara semakin kecil.Yanuar CandraH1C108079
57
Laporan Ventilasi Tambang 2011
5. Berdasarkan hasil perhitungan psikometri udara di dalam tambang
diketahui besar tekanan uap = 1,0589 inHg, kelembaban relatif =
84,51 %, kelembaban spesifik = 0,023 lb/lb, derajat kejenuhan =
83,85 %, volume spesifik = 14,28 ft3/lb, bobot isi udara = 0,072
lb/ft3, dan entalpi = 53,66 Btu/lb.
B. Saran
Adapun saran yang dapat praktikan berikan diberikan untuk
pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya praktikum ini diawali dengan pemasangan atau
penempatan instrument ventilasi tambang agar dapat
mengkondisikan tempat yang akan di-supply udara.
BAB IV
PROGRAM KAZEMARU
4.1. TUJUAN
Kegiatan praktikum program kazemaru memiliki beberapa tujuan,
yaitu :
1. Praktikan dapat mengenal dan menggunakan software kazemaru dalam
desain grafis jaringan vetilasi tambang.
2. Praktikan mampu menganalisis distribusi aliran udara normal dan pada
kondisi kebakaran.
4.2. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Jum’at, 3 Juni 2010
Waktu : 08.00 wita – 09.00 wita
Yanuar CandraH1C108079
58
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Teknologi Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
4.3. DASAR TEORI
A. Karakteristik Sistem
Pekerjaan analisa jaringan ventilasi udara pada pertambangan
yang sesungguhnya tidak hanya dilakukan perhitungan saja.
Perhitungan tersebut terdiri dari kombinasi beberapa pekerjaan berikut :
1. Pembuatan data jaringan ventilasi.
2. Melaksanakan analisa volume udara.
3. Menampilkan hasil analisa, pada saat menampilkannya, sangat
penting sekali untuk penampilan yang mudah dipahami, dan
penampilan dengan gambar adalah yang paling efektif.
4. Melaksanakan kajian terhadap analisa , dan apabila diperlukan dapat
dilakukan perubahan data jaringan ventilasi udara yang dimuai
kembali dari prosedur pertama.
Sistem analisa ventilasi udara KAZEMARU adalah sistem
komprehensif yang telah dikembangkan agar pekerjaaan analisa
jaringan ventilasi udara dapat dikerjakan oleh siapa pun dan dapat
dilaksanakan dengan mudah. Sistem ini telah diterapkan di semua
tambang utama di Jepang yang memiliki karakter sebagai berikut :
1. Sistem yang dikembangkan untuk dipergunakan pada komputer/ PC
(minimal Pentium 233 Mhz) pengoprasiannya mudah
2. Pembuatan perubahan data dapat dilakukan sembari melihat gambar
jaringan ventilasi udara yang ditampilkan pada monitor. Program
secara konstan melakukan pengecekkan sehinga kesalahan
pengisisan dapat dicegah.
3. Titik maksimum dari jaringan ventilasi udara yang dapat dilakukan
analisa adalah 1.000 titik, jumlah lorong maksimum 2.000 buah
lorong.
Yanuar CandraH1C108079
59
Laporan Ventilasi Tambang 2011
4. Lama waktu perhitungan untuk jaringan ventilasi udara yang
memiliki sekitar 1000 titik dan 200 buah lorong, pada umumnya
membutuhkan waktu kurag dari 2 menit.
5. Selain dari tahanan udara, sistem ini dapat mempertimbangkan
tekanan ventilasi udara alami grafik karekteristik fan, lorong dengan
volume udara tetap, dan seperti halnya pintu angin, dapat juga
dipertimbangkan tahanan udara yang berbeda berdasarkan arah dari
ventilasi udara. Dapat melakukan analisa jaringan ventilasi udara
pada saat terjadi kebakaran.
6. Dapat menampilkan gambar distribusi volume udara, tekanan udara
melalui monitor, plotter atau printer.
7. Pada saat melakukan analisa kebakaran, dapat ditampilkan gas
kebakaran, suhu, konsentrasi. Juga dapat ditampilkan pergerakan
kebakaran sesuai pergerakan waktu.
8. Memiliki fungsi sebagai data base, sehinga memungkinkan untuk
melakukan pengecekan data, perbandingan hasil, dan pencarian data.
Selain itu, dapat melakukan perhitungan tahanan ventilasi udara
dengan berdasarkan jenis data, panjang lorong, luas lorong,dan
koefisien gesek.
B. Pengenalan dan Fungsi Tool
Program KAZEMARU pada dasarnya adalah pekerjaan
mengedit data jaringan ventilasi dengan cara grafis yang interaktif atau
pekerjaan menganalisis jaringan ventilasi pada saat distribusi aliran
udara normal dan pada saat terjadi kebakaran.
Yanuar CandraH1C108079
60
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.1. Desain Grafis Ventilasi Tambang
Menu yang tampak pada halaman sebelumnya akan timbul pada
display ketika program KAZEMARU iAvwin.exe diaktifkan dari menu.
Batasan sistem (nilai-nilai batas ini dapat jauh lebih besar jika
dibutuhkan)
Node : 800
Nomor node : 1000
Jalan-jalan : 1000
Mesin angin : 50
Node-node/ titik-titik dipermukaan : 50
Nomor lokasi-lokasi jalan : 1000
Syarat- syarat yang dibutuhkan :
Banyaknya jalan-jalan yang dihubungkan dengan sebuah
node/titik dibawah tanah harus lebih dari 2
Banyaknya jalan-jalan yang dihubungkan dengan sebuah node
permukaan atau node mesin angin harus lebih dari 1
Elevasi node dari 2 sisi mesin angin harus sama
Tidak boleh membuat jalan yang kedua ujungnya pada node yang
sama
Tidak boleh membuat rangkaian jalan yang kedua ujungnya pada
Yanuar CandraH1C108079
61
Laporan Ventilasi Tambang 2011
titik/node yang sama dan tidak memiliki jalan ke node yang lain
Pemasangan dua node harus terhubung dengan hanya satu jalan
(tak ada masalah untuk perhitungan aliran udara akan tetapi akan
menjadi masalah untuk membedakan jalan udara/ angin)
Gambar 4.2. Syarat-syarat Pembuatan Jaringan Ventilasi Tambang(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
1. Istilah dan Tools
Berikut ini adalah istilah yang biasa dipakai pada program
ini :
Road : Lorong ventilasi tempat aliran udara.
(branch, airway) : ditentukan oleh nomor-nomor dikedua
ujungnya yang ditunjukan sebagai garis
antara 2 lingkaran
Fixed ainlow roadway : ditunjukan sebagai garis putus-putus
Node : Persimpangan jalan atau bagian jalan
yang dipermukaan.
Underground node : ditunjukan dengan lingkaran tunggal
Surface node : ditunjukan dengan lingkaran ganda
Fan : ditunjukan dengan lingkaran ganda
dengan segitiga.
Menu-menu utama pada tool bar adalah sebagai berikut
<file> Membuka atau menyimpan file-file, print, keluar
sistem dan lain-lain.
Yanuar CandraH1C108079
62
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.3. Menu File
<edit> Membuat, mengubah, dan menghapus node-node,
jalan tambang,dan kipas angin / mesin angin.
Gambar 4.4. Menu Edit
<analysis> Menghitung distribusi-distribusi aliran udara.
Gambar 4.5. Menu Analysis
<display> Merubah settingan dari ukuran figure (gambar)
ukuran tulisan, warna garis dan data tampilan.
Yanuar CandraH1C108079
63
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.6. Menu Display
Data node-node jalan-jalan tambang dan kipas-kipas
diperlukan untuk analisa jaringan ventilasi, datanya disebut sebagai
(data jaringan fundamental/pokok)
Berikut ini adalah menu untuk mengedit data yang sudah
dibuat pada program kazemaru ini :
Membuat data jaringan baru
Membuka data jaringan
Menyimpan data jaringan
Mencetak/print
Flow standar : Analisa distribusi udara dalam
jaringan kondisi mesin angin akan
nampak ketika tombol (display data)
ditandai.
Parameter : Merubah parameter - parameter yang
dibutuhkan untuk proses analisa.
Update : Menggambar kembali figure jaringan,
perintah ini digunakan untuk
menampilkan hasil perhitungan baru.
Display setting : Perintah mengubah ukuran
gambar, ukuran huruf, sudut tampilan,
nilai-nilai dasar atas dan dibawah jalan,
nilai yang ditampilkan diatas dibawah
dipilih dari list pada dialog. Data
penyertanya dapat dapat ditampilkan
dengan programnya.
Fit to window : Memilih ukuran gambar (figure)
secara otomatis untuk window yang
aktif
Yanuar CandraH1C108079
64
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Zoom in and out : Mengubah ukuran gambar menjadi
200%-50%
Left or right turn : Mengatur gambar searah/
berlawanan jarum jam sebesar 45o
setiap penekanan tombol.
Zoom in with mouse : Menampilkan ukuran gambar
dengan tekanan (drag) mouse.
2. Unit Sistem Data
Sistem ini dapat menggunakan semua satuan untuk
kecepatan aliran udara. tekanan dan tahanan, informasi ini
diberikan pada file <UNIT.SDT>. Satuan-satuan berikut digunakan
dalam sistem : Aliran udara : [m3/min], Tekan : [mmAq]=[Kgwm2],
Tahanan : [weisbach].
Contoh konversi satuan dari satuan jepang kesatuan
internasional.
Satuan aliran udara : [m3/min] dikonversi ke [m3/s] : coeff. =
0.01666667.
Satuan tekanan : [mmAq] dikonversi ke [kgw/m2] : coeff = 1.0
Satuan tahanan : [morgue] dikonversi ke weisbach : coeff = 0.001
Konversi-konversi ini ditulis pada kisaran <--coef.-->
Karakter unitnya juga dalam kisaran <--unit-->, lalu karakter-
karakter tersebut akan ditampilkan jika diperlukan
Parameter-parameter lain :
Qel_f ; Kesalahan alaran akhir
Hbl f : Tekanan terakhir untuk ditambahkan untuk stabilitas
Qel_i : Kesalahan aliran awal
Hbl_i : Tekanan awal untuk menambah stabilitas
Acc : Koefisien akselerasi
Avpc : Koefisien perubahan tekanan rata-rata
Nfast : Jumlah pengulangan internal
Moe_sw : Display flag (1: display/0:no display)
Yanuar CandraH1C108079
65
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Ncalmax : Jumlah pengulangan maksimal.
C. Prosedur Pembuatan Jaringan Ventilasi
Gambar 4.7. Contoh Jaringan Pembuatan Jaringan Ventilasi
Jaringan ventilasi sederhana diatas akan dianalisa sebagai
contoh. Di dunia ada beberapa sistem unit yang berbeda untuk aliran
udara, tekanan dan tahan. Sebagai contoh sistem jepang (mmin) untuk
kecepatan aliran udara, (mmAq) untuk tekanan, (kgw s2m8) untuk
tahanan, sedangkan untuk satuan internasional SI [m3/s], untuk
kecepatan aliran udara, [Pa] untuk tekanan, [Ns2/M8] untuk tahan dalam
pharensis. Kazemaru dapat memakai semua sistem pada contoh ini data
akan akan ditunjukan dengan sistem jepang dahulu kemudian dengan
sistem SI. Data jaringan ventilasi ditunjukan dengan sistem SI. Data
jaringan ventilasi ditunjukan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Jaringan Ventilasi
Yanuar CandraH1C108079
66
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Sumber : Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Aliran Udara Terhadap Tekanan yang diberikan
(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
Pertama-tama satuan atau unit kazemaru harus diperiksa dialog
yang menunjukkan sistem unit yang sedang dipakai akan timbul pada
saat menu help (about) pada kazemaru dipilih . Jika sistem unit satuan
berbeda dengan yang ingin anda pakai, ubah file <unit std> dalam
sebuah folder yang termasuk program kazemaru. Di dalamnya berdasar
pada perintah dalam manual berikut (tentang sistem unit/sistem satuan)
Yanuar CandraH1C108079
67
16,7
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.9. Dialog Box Satuan Unit Kazemaru
1. Membuat node permukaan 1 dan 2
Pertama masukkan node 1 dan 2 dengan mengklik <new
node>. Gerakkan kursor untuk menentukan node yang kita
inginkan untuk node 1 dan klik kiri, kemudian lingkaran dan dialog
box akan timbul dilayar. Klik tombol surface dan masukkan angka
1 untuk node number dan untuk elevation node. Lingkaran ganda
untul nomer satu akan timbul ketika mengklik tombol <ok> pada
dialog box tersebut
Gambar 4.10. Dialog Box Pembuatan NodeJangan lupa untuk mengklik tombol surface jika tidak anda
tidak akan mendapat jawaban/hasil yang benar. Kemudian input
data untuk node 2 dengan cara yang sama.
2. Membuat node bawah tanah 3, 4, 5, 6 dan 7
Selanjutnya masukkan data node /titik 3, 4, 5, 6 dan 7
(underground). Masukkan posisi node/titik dan data-datanya
dengan cara yang sama seperti node-node dipermukaan. Jangan
lupa pilih dengan cara mengklik tombol underground dan
masukkan data elevasi pada dialog/jendela <make new node>.
Yanuar CandraH1C108079
68
Laporan Ventilasi Tambang 2011
3. Temperatur Permukaan
Selanjutnya masukkan data temperatur permukaan.
Pilih <Analysis><Parameter>. Menu parameter akan
tampil. Masukkan 20 pada kotak untuk, temperatur surface.
Gambar 4.11. Dialog Box Temperatur Permukaan
4. Pembuatan Jalan
Sebuah jalan ditentukan dengan menempatkan dua nomor node
pada masing-masing ujungnya. Pertama akan dimasukkan
jalan (1-4). Klik <new road>, kemudian dialog box akan
muncul pada layar. Masukkan 100 murgue 100 (murgue) (atau
0,98 [NS2/M8] dan 20 [C] untuk tahanan dan temperatur berturut-
turut. Gambar jalan dan nilai resistance akan muncul pada layar
pada saat mengklik tombol<Ok>. Bagian wilayah, panjang
dan daya hantar panas tidak diperlukan untuk analisis
biasa dan kosongkan saja jangan diisi. Data-data tersebut
diperlukan untuk simulasi kebakaran tambang batubara dan
panas lingkungan.
Yanuar CandraH1C108079
69
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.12. Dialog Box Membuat Jalan Ventilasi
5. Membuat Mesin Angin
Sebuah mesin angin ditentukan dengan mambagi dua node
pada kedua ujung mesin angin seperti halnya jalan. Arah aliran
ventilasi yang melewati mesin angin ditetapkan dari node yang
ditentukan pertama ke node yang ditentukan berikutnya. Klik
<New fan)\>
Gambar 4.13. Dialog Box Membuat Mesin Angin
Yanuar CandraH1C108079
70
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Klik node 3 kemudian klik node 2 setelah itu akan timbul
di layar dialog box untuk mesin angin <New fan>. 1000
[ma/min] atau 16,7 [m3/s] untuk satuan aliran udara, 5 untuk
data kurva karakteristik, dan 100 [mmAq] atau 980 [Pa]
untuk data tekanan pertama. Masukkan semua data tekanan
<pressure> 90,70,40 dan 0 (882,686,392 dan 0) ke dalam
tabel dengan mengklik tombol <next>. Kipas akan timbu!
setelah mengklik tombol <OK>. Sekarang semua data yang
diperlukan untuk analisa jaringan ventilasi sudah
disiapkan, ini berarti <data jaringan utama> sudah
terpenuhi
6. Menyimpan Data
Dianjurkan menyimpan (save) data sebelum
meneruskan ke analisis. Klik <File>, kemudian simpan/
save data seperti cara pada aplikasi-aplikasi lain.
7. Analisis Pengolahan Data
a. Pilih <Analysis><airflow><standar analysis>
b. Dialog box untuk <Analysis> muncul klik <start> Perhitungan
mulai dan selesai dalam beberapa saat jika datanya benar.
c. Klik <Close>d. Pilih <Disp><Update>
e. Sebuah gambar yang terlihat sebagai berikut akan
muncul di layar. Yang kanan untuk sistem jepang dan
yang kiri untuk sistem internasional.
Gambar 4.14. Analisis Pengolahan Data(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
8. Editing
Yanuar CandraH1C108079
71
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Setelah pembuatan jaringan ventilasi selesai, kita
dapat mengubah jalan, node ataupun fan sesuai dengan yang
kita inginkan. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dilakukan
untuk proses edit ini.
a. Mengubah node
Tool ini dapat digunakan untuk :
1) Mengganti elevasi node
2) Mengganti lokasi node yang salah.
Dialog box dibawah ini akan muncul ketika
mengklik dua kali node yang akan diubah setelah terlebih
dahulu mengklik <Chn Node>. Elevasi node bisa diubah
oleh dialog box tersebut. Posisi node tersebut dapat diganti
dengan memindahkan / mendrag lingkaran node tersebut.
Gambar 4.15. Dialog Box mengubah node
b. Menghapus node
Klik icon <Del Node> kemudian klik double pada
node, setelah itu dialog disamping akan muncul. Pilih
<yes> untuk menghapus node.
Gambar 4.16. Dialog Box Menghapus Node
Yanuar CandraH1C108079
72
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Beberapa kondisi yang tidak memungkinkan menghapus
node ditunjukkan pada gambar berikut. Oleh sebab itu pertama-
tama hilangkan kondisi yang tidak memungkinkan, kemudian
hapus nodenya lagi.
Gambar 4.17. Syarat Menghapus Node(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
c. Mengubah jalan
Dapat dipergunakan untuk :
1) Mengubah tahanan (resistance), kecepatan aliran udara dan
sebagainya. Untuk mengubah tahanan pilih icon <Chn Road>
kemudian pilih kedua node dari jalan yang akan dirubah.
Setelah itu akan muncul dialog box dibawah (change normal
road data). Gantilah data yang ingin diubah sesuai keinginan.
Gambar 4.18. Dialog Box Mengubah Jalan
2) Mengubah arah jalan pilih icon <Chn Road> kemudian pilih
kedua node yang akan diubah. Setelah itu akan muncul
dialog box seperti point sebelumnya, klik icon <Change a
Yanuar CandraH1C108079
73
Laporan Ventilasi Tambang 2011
location> pilihan merubah lokasi memungkinkan mengubah
garis jalan dengan menggunakan mouse. Klik kiri mebuat
garis berhenti pada titik yang diinginkan kemudian klik pada
node lain berarti proses pengubahan berakhir.
3) Menambah pintu-pintu angin, sama dengan prosedur 2),
tetapi kalau prosedur no 2) dilakukan klik kiri pada
pertengahan jalan yang akan diubah, maka untuk
menambahkan pintu-pintu angin. Klik kanan pada lokasi
yang akan ditambahkan pintu angin. Dialog box seperti
gambar dibawah ini akan muncul. Pilihlah pintu yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Gambar 4.19. Dialog Box Menambahkan Pintu Angin
d. Menghapus jalan
Apabila kita ingin menghapus sebuah jalan yang telah
dibuat, langkahnya sebagai berikut. Klik icon <Del Road>
kemudian klik kedua ujung node dari jalan yang akan dihapus.
Menu berikut akan muncul dilayar dan pilih <yes> untuk
menghapus.
Gambar 4.20. Dialog Box Menghapus Jalan
e. Mengubah fan
Yanuar CandraH1C108079
74
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Untuk mengubah data yang telah kita masukkan
sebelumnya. Klik icon <Chn Fan> kemudian klik node yang
menghubungkan mesin angin sehingga dialog box di bawah
muncul. Lakukan perubahan yang diinginkan.
Gambar 4.21. Dialog Box Mengubah Fan
f. Menghapus fan
Untuk menghapus dan mengganti fan yang telah kita
buat. Klik icon <Del Fan> kemudian klik node yang akan
menghubungkan fan sampai dialog box berikutnya. Pilih <yes>
untuk menghapus fan yang diinginkan.
Gambar 4.22. Dialog Box Menghapus Fan
D. Simulasi Desain Ventilasi
Pemasukan data jaringan ventilasi ke dalam program Kazemaru
ini selain memerlukan data yang telah disebutkan pada prosedur
pembuatan jaringan ventilasi terdahulu juga membutuhkan layout dari
tambang yang akan dianalisis. Berikut ini adalah contoh simulasi
jaringan ventilasi tambang dengan layout suatu tambang.
Yanuar CandraH1C108079
75
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.23. Simulasi Desain Ventilasi(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
Gambar 4.24. Nomor Node Simulasi Desain Ventilasi(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
E. Simulasi Kebakaran Tambang
Data-data berikut dibutuhkan untuk simulasi kebakaran
tambang di bawah tanah sebagai tambahan dari data normal
analisa jaringan :
Panjang, wilayah, daya hantar panas sekitar jalan.
Informasi kebakaran tambang (nomor node dan temperatur
kebakaran)
Jika “fire analysis finish time” (waktu berhenti analisis
kebakaran) ditentukan lebih dari nol, program akan
mengkalkulasikan distribusi aliran udara pada kondisi kebakaran.
Jangan memakai elemen aliran udara pada jaringan untuk simulasi
kebakaran tambang.
Yanuar CandraH1C108079
76
Laporan Ventilasi Tambang 2011
1. Metode perhitungan
a. Air flow calculation
Cara menjalankan program ini akan dijelaskan
sebagai berikut. Program ini menggunakan "Node
Potential Mode" untuk menghitung tegangan node-
nodenya. Pertama-tama nilai perkiraan diberikan pada
semua node. Kemudian tekanannya akan diperiksa
untuk mencocokan persamaan mengenai tekanan secara
berturut-turut. Proses ini akan diulang-ulang sampai
keakuratan yang diinginkan tercapai, untuk mengecek
keakuratan perhitungan ; "node flow error" = jumlah aliran
udara ke/ dari node dihitung kemudian, "average node flow
error" = rata-rata dari nilai absolute, "node flow error"
dihitung, "average node flow error" menjadi kecil
sewaktu perhitungan aliran udara diulang.
Nilai ini idealnya harus nol tapi pada
prakteknya 0,5-1,0 m 3/min sudah cukup. Jika nilai
ini menjadi lebih kecil dari batasnya, hal ini disebut
bahwa perhitungan berhasil (converges). Perhitungan
diatas disebut "Pressure Calculation Procces'
kemudian aliran-aliran udara dihitung menggunakan
nilai tekanan. Analisa dalam kondisi normal pada tahap
ini dianggap selesai.
b. Koefisien akselerasi
Perhitungan aliran udara dilakukan berulang-ulang.
Pertama-tama nilai-nilai tekanan awal yang cocok
diberikan kesamaan node bawah dalam jaringan.
Kemudian tekanan yang diberikan diperbaiki satu
demi satu untuk mendekati nilai akhir yang benar. Jika
tekanan node ditentukan dengan P(Z) for n =
pengulangan, peningkatan tekanan berikutnya P (n + 1)
Yanuar CandraH1C108079
77
Laporan Ventilasi Tambang 2011
dihitung dengan persamaan sebagai berikut secara
umum.
P (n + 1) = P (n) + dP (n) ……………………………... (4.1)
Dimana, dP (n) adalah koreksi untuk (Pn).
Sudah diketahui bahwa peningkatan akan bertambah
jika digunakan modifikasi rumus berikut penganti rumus
diatas.
P (n + 1)b = P (n) + Acc - dP (n) …………………(4.2)
@(Acc>l) Acc = koefisien percepatan
Gambar 4.25. Grafik Koefisien Akselerasi(Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, 2006)
c. Kondisi kebakaran
Analisis kondisi kebakaran antara lain sebagai
berikut. Pertama-tama proses penghitungan tekanan
dilakukan dan didapat distribusi aliran udara, tahap
ini dikenal sebagai " fire time 0". Kebakaran
diasumsikan terjadi pada saat ini (api mulai
berkobar). Api depan seperti kepala gas dan asap
berada pada node yang mulai terbakar. Kemudian
penyebaran dari 0 muka api (s) dan temperatur udara
akan dihitung setelah beberapa saat berlalu, ( fire time
steep/tahap ke saat kebakaran) dari waktu kebakaran
(fire time) 0 menggunakan distribusi aliran udara ini
disebut proses penghitungan temperatur (Temperatur
Calculation Procces).
Temperatur udara dihitung dengan rumus Yanuar CandraH1C108079
78
Laporan Ventilasi Tambang 2011
sederhana yang menggunakan koefisien yang disebut
dengan K-val. Ini menentukan derajat penurunan
temperatur sepanjang jalan. Ventilasi alam berubah
sesuai dengan berubahnya temperatur udara. Akibatnya
akan diperhitungkan, kemudian Proses Perhitungan Tekanan
(Pressure Calculation Procces) dilakukan lagi. Pada saat
setelah api terbakar satu tahap kecepatan kebakaran dan
aliran udara yang baru dihitung.
2. Tindakan untuk mengatasi masalah dalam perhitungan aliran
udara
a. Perbedaan dalam perhitungan tekanan
"Average node flow error" (kesalahan aliran
udara node rata-rata) adalah indikator perbedaan di
perhitungan. Jika perhitungannya normal pada
beberapa kasus nilai-nilai ini bertambah besar dan
perhitungan berhenti secara tidak normal. Masalah
ini mengenai terlalu besarnya nilai koefisien
percepatan. Pada kasus nilainya dikurangi (dengan
0,1 s/d 0,2) oleh sebab itu perhitungan kasus dimulai
lagi. Mungkin ada alasan lain untuk membedakan cara
pengkalkulasiannya. Periksa parameter-parameter
untuk proses perhitungan.
b. Waktu perhitungan yang terlalu lama
Lama atau sebentarnya waktu perhitungan
ditentukan oleh jumlah pengulangan untuk mendapatkan
hasil. Jumlahnya ditampilkan selama dan sesudah
perhitungan. Standar pengulangan untuk mendapatkan
hasil antara kira-kira 3 kali jumlah total node, jika
pengulangan untuk mendapatkan solusi lebih dari 6 kali
node dalam jaringan sepertinya ada beberapa alasan
berikut untuk membuat perhitungan lebih lambat dari
seharusnya ;
Yanuar CandraH1C108079
79
Laporan Ventilasi Tambang 2011
1) Terlalu banyak mesin angin atau perubahan yang tiba-
tiba dari karakteristik mesin angin, dalam kasus ini
tidak ada metode yang cocok untuk meningkatkan
perumusan nilai-nilai tekanan tidak memusatkan dengan
cepat dan berkisar pada variasi jarak. Hal ini sifat nyata
analisis jaringan, bagaimanapun jika jarak kisarannya
cukup kecil, perhitungannya dapat dihentikan
sebelum mencapai kondisi pengumpan yang sangat
cepat. Pada prakteknya aliran udara yang didapat
cukup akurat.
2) Data tekanan yang salah, gunakan data yang benar
4.4. PERALATAN
Alat yang dipergunakan dalam praktikum Program Kazemaru adalah
Komputer atau Laptop yang telah terinstal software/ aplikasi Kazemaru.
Yanuar CandraH1C108079
80
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.26. Display Monitor Program Kazemaru
4.5. LANGKAH KERJA
Prosedur kegiatan praktikum Program Kazemaru adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan komputer atau laptop yang sudah terinstal Program
Kazemaru.
2. Membuka aplikasi Kazemaru iAvwin.exe kemudian merancang jaringan
ventilasi tambang secara 2 dimensi berdasarkan data node, elevasi, total
resistance, panjang jaringan, tekanan, besar aliran udara dan
konduktivitas panas.
3. Menampilkan rancangan jaringan ventilasi tambang dari 2 dimensi
menjadi 3 dimensi.
4. Menganalisa dan menampilkan layout fan characteristic display,
koefisien akselerasi, dan kondisi kebakaran.
4.6. HASIL KEGIATAN
Yanuar CandraH1C108079
81
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.27. Layout 2 Dimensi Sistem Ventilasi
Jaringan sistem ventilasi ini memiliki tingkat error sebesar
0,015339m3/s, dengan jumlah aliran udara masuk dan udara keluar sebesar
49,9 m3/s.
Gambar 4.28. Layout 3 Dimensi Rangkaian Sistem Ventilasi Tampak Samping (Rotate sumbu Y)
Yanuar CandraH1C108079
82
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.29. Layout 3 Dimensi Rangkaian Sistem Ventilasi Tampak Atas (Rotate sumbu X)
Gambar 4.30. Layout 3 Dimensi Rangkaian Sistem Ventilasi Tampak
Samping (Rotate sumbu Z)
Yanuar CandraH1C108079
83
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.31. Analisa Fan Characteristic Display System Ventilasi
Gambar 4.32. Analisa Terbakar di Node 5 disertai Nilai Analisa
Yanuar CandraH1C108079
84
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.33. Analisa Terbakar di Node 5 Disertai Parameter yang Digunakan
Gambar 4.34. Analisa Terbakar di Node 21 Disertai Nilai Analisa
Yanuar CandraH1C108079
85
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Gambar 4.35. Analisa Terbakar di Node 21 Disertai Parameter yang Digunakan
4.7. PEMBAHASAN
Pengaplikasian simulasi sistem ventilasi tambang bawah tanah dapat
dilakukan pada software Kazemaru. Dalam mengolah data pada software
Kazemaru dibutuhkan data total resistensi, suhu ruangan, panjang tunel,
luas area tunel dan panas ruangan. Nilai eror yang berhasil didapatkan
ketika memilih menu analisa aliran udara dengan metode standar yaitu
sebesar 0,015339 m3/s yang masih termasuk dalam kategori baik atau
normal ( error dibawah 0,5 ). Error dapat terjadi mungkin disebabkan oleh
kesalahan memasukkan data sehingga hasilnya bertolak belakang dan tidak
terbaca oleh sistem, penempatan atau pembuatan ‘Road’ yang tidak begitu
rata atau pun peletakannnya yang tidak pas pada bagian tengah ‘Node’
ataupun kesalahan-kesalahan lainnya. Sistem Ventilasi ini baik karena
memiliki jumlah aliran udara masuk dan keluar yang seimbang sebesar
49,91 m3/s sesuai dengan hukum Kirchoff dimana kuantitas (jumlah) udara
yang meninggalkan junction harus setara dengan kuantitas udara yang
masuk ke junction. Untuk detail tekanan atau pressure antara fan 57 dan
100diketahui sebesar 751,100 Pa.
Sedangkan dari hasil analisa kebakaran dengan batas waktu (finish
time) sebesar 22 menit berawal dari node 5 dan berakhir antara node node
11dan node 57, didapatkan gambaran (dari gambar 4.32 dan gambar 4.33)
seberapa jauh api dapat bergerak dalam tempo waktu tersebut. Dan hasil
analisa kebakaran berawal pada node 21, berakhir antara node 52 dengan
Yanuar CandraH1C108079
86
Laporan Ventilasi Tambang 2011
batas waktu (finish time) sebesar 18 menit terlihat pada gambar 4.34 dan
gambar 4.35 seberapa jauh api dapat bergerak dalam tempo waktu tersebut.
4.8. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum program
Kazemaru, sebagai berikut ;
1. Suatu simulasi sistem ventilasi yang pengolahan datanya dilakukan
dengan menggunakan software Kazemaru dapat dikatakan baik atau
bagus jika memiliki nilai error kurang dari 0.5 dan pada pengolahan
data didapatkan nilai eror sebesar 0,015339 m3/s.
2. Nilai kuantitas (jumlah) volume udara yang masuk dan keluar
junction adalah setara dengan nilai sebesar 49,91 m3/s sedangkan nilai
tekanan ketika diberi fan sebesar 751,100 Pa.
3. Analisa kebakaran dengan batas waktu (finish time) sebesar 22 menit
berawal dari node 5 dan berakhir antara node 11 dan node 57.
Kemudian Analisa kebakaran dengan batas waktu (finish time)
sebesar 18 menit berawal dari node 21 dan berakhir antara node 52.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum program
Kazemaru ini adalah :
1. Hendaknya pengolahan data analisa kebakaran dapat diperjelas
pelatihannya agar praktikan jauh lebih mengerti tentang maksud dari
setiap parameter yang ada maupun hasil analisa yang diperoleh.
2. Diharapkan data yang disimulasikan dan studi kasusnya lebih
bervariasi agar pengetahuan praktikan lebih luas.
3. Hendaknya tanggal dimulainya praktikum tidak mendekati jadwal
ujian akhir agar pengerjaan dan pemahaman untuk Kazemaru lebih
lama.
Yanuar CandraH1C108079
87
Laporan Ventilasi Tambang 2011
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Yanuar CandraH1C108079
88
Laporan Ventilasi Tambang 2011
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ventilasi tambang
ini, atara lain :
1. Ventilasi tambang adalah segala bentuk pekerjaan pengaturan peredaran
udara pada jaringan jalan di tambang bawah tanah yang berhubungan
dengan, baik persoalan kuantitas maupun kualitas udaranya.
2. Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi
peningkatan produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Pada
tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna
memenuhi kebutuhan pernapasan manusia (pekerja) dan juga untuk
mendilusi gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di
dalam udara tambang dan untuk mengatur temperatur udara tambang
sehingga akan tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman.
3. Pengukuran dengan menggunakan alat anemometer sangat rentan
terhadap gangguan angin dari udara terbuka, sehingga sedikit saja terjadi
kesalahan maka data yang di dapatkan akan terganggu dan tidak
semestinya.
4. Alat ventilasi sling digunakan untuk mengukur temperature kering dan
basah dari suatu titik dalam suatu tambang bawah tanah.
5. Alat ventilasi Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan udara
dari suatu titik dalam terowongan tambang bawah tanah.
6. Berdasarkan hasil perhitungan psikometri udara di dalam tambang
diketahui besar tekanan uap = 1,0589 inHg, kelembaban relatif = 84,51
%, kelembaban spesifik = 0,023 lb/lb, derajat kejenuhan = 83,85 %,
volume spesifik = 14,28 ft3/lb, bobot isi udara = 0,072 lb/ft3, dan entalpi
= 53,66 Btu/lb.
7. Suatu simulasi sistem ventilasi yang pengolahan datanya dilakukan
dengan menggunakan software Kazemaru dapat dikatakan baik atau
bagus jika memiliki nilai error kurang dari 0,5 dan pada pengolahan data
di dapatkan nilai error sebesar 0,015339 m3/s.
8. Nilai kuantitas (jumlah) volume udara yang masuk dan keluar junction
adalah setara dengan nilai sebesar 49,91 m3/s sedangkan nilai detail
tekanan ketika tunel diberi fan sebesar 751,100 Pa.
Yanuar CandraH1C108079
89
Laporan Ventilasi Tambang 2011
9. Analisa kebakaran dengan batas waktu (finish time) sebesar 22 menit
berawal dari node 5 dan berakhir antara node 11 dan node 57. Kemudian
Analisa kebakaran dengan batas waktu (finish time) sebesar 18 menit
berawal dari node 21 dan berakhir antara node 52.
5.2. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dalam praktikum ventilasi
tambang, sebagai berikut :
1. Diharapkan praktikum pengukuran simulasi system ventilasi tambang
bawah tanah dapat dilakukan pada lokasi yang lebih tertutup sehingga
data yang diperoleh pun dapat mendekati semestinya, tidak terganggu
oleh adanya angin dari udara terbuka seperti pada kondisi sebenarnya
pada tambang bawah tanah
2. Jumlah variasi alat yang digunakan dapat di tambah sehingga data yang
didapatkan dapat lebih bervariasi tidak hanya pada pengukuran kuantitas
udara, temperature efektif dan sifat psikometri saja.
3. Hendaknya pengolahan data analisa kebakaran dapat diperjelas
pelatihannya agar praktikan jauh lebih mengerti tentang maksud dari
setiap parameter yang ada maupun hasil analisa yang diperoleh.
Yanuar CandraH1C108079
90