makalah penyaliran tambang i

19
TUGAS MAKALAH AIR TANAH (Penyaliran Tambang) Oleh : Mohd Prieska H A M Ridho Firdayatullah 1204108010044 1204108010012 Dosen Pembimbing : Rizal Fahmi, S.T. PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015

Upload: yudakurniaawan

Post on 17-Nov-2015

340 views

Category:

Documents


65 download

DESCRIPTION

Penyaliran Tambang

TRANSCRIPT

  • TUGAS MAKALAH

    AIR TANAH

    (Penyaliran Tambang)

    Oleh :

    Mohd Prieska H A

    M Ridho Firdayatullah

    1204108010044

    1204108010012

    Dosen Pembimbing :

    Rizal Fahmi, S.T.

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    BANDA ACEH

    2015

  • DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................

    1.1 Latar Belakang...............................................................................................

    1.2 Tujuan............................................................................................................

    BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

    2.1 Konsep Pembentukan Air Tanah...................................................................

    2.2 Rembesan Air Tanah.....................................................................................

    2.3 Aquifer...........................................................................................................

    2.4 Tipe dan Jenis Aquifer...................................................................................

    2.5 Mata Air.........................................................................................................

    2.6 Sungai Bawah Tanah.....................................................................................

    2.6.1. Pengaruh Siklus Hidrologi dan Morfologi Terhadap Pembentukkan

    Sungai Bawah Tanah......................................................................................

    2.6.2. Pengaruh Penambangan Batu Gamping pada Sungai Bawah

    Tanah...............................................................................................................

    BAB III PENUTUP.......................................................................................................

    3.1 Kesimpulan....................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

    1

    1

    1

    2

    2

    4

    8

    9

    10

    11

    12

    14

    16

    16

    17

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu

    kehidupan umumnya berada di dekat air, yaitu sungai, mata air atau dabau. Namun

    dengan bertambahnya populasi dan kemajuan industri menyebabkan kebutuhan akan air

    bersih sangat meningkat. Bagi yang jauh dari sumber air, memerlukan banyak biaya

    untuk mengalirkan dari sumber ke tempatnya. Oleh karena itu di cari sumber air lain

    yang lebih dekat, yaitu air yang ada di bawah permukaan tanah atau air tanah.

    Dewasa ini, bertambahnya jumlah manusia seiring dengan meningkatnya

    kebutuhan akan air bersih yang berasal dari air tanah, oleh sebab itu untuk memenuhi

    kebutuhan tersebut di dalam makalah ini dijelaskan konsep asal air tersebut dan dimana

    saja keterdapatannya di bumi.

    1.2. Tujuan

    Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

    penyaliran tambang, serta diharapkan manfaat dari pembahasan ini agar dapat menambah

    wawasan mahasiswa lebih lanjut tentang konsep pembentukan, rembesan, dan

    sebagainya yang berhubungan dengan air tanah secara umum yang ada di bumi.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Konsep Pembentukan Air Tanah

    Yang dimaksud air tanah adalah semua air yang terdapat di dalam ruang batuan

    dasar atau regolith. Jumlahnya kurang dari 1% dari jumlah air yang terdapat di bumi,

    tetapi 40 kali lebih besar dibandingkan dengan air bersih yang terdapat di permukaan

    (sungai dan danau). Air tanah mengisi hampir semua pori (rongga).

    Kebanyakan air tanah berasal dari hujan (yang disebut juga air meteorik atau

    vadose). Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-

    lahan mengalir ke lat, atau akan mengalir langsung keedalam tanah atau di permukaan

    dan bergabung dengan aliran sungai. Banyaknya air yang meresap kedalam tanah

    bergantung pada selain ruang dan waktu, juga dipengaruhi kecuraman lereng, kondisi

    material permukaan tanah dan jenis serta banyaknya vegetasi dan tentunya curah hujan.

    Meskipun curah hujan besar tetapi lerengnya curam, ditutupi material impermeabel,

    persentase air yang mengalir dipermukaan (run off) akan lebih banyak dari pada meresap

    ke bawah. Sedangkan pada curah hujan sedang, pada lereng yang landai dan

    permukaannya permeabel, persentase air yang meresap akan lebih banyak. Sebgian air

    yang meresap tidak bergerak jauh karena tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai

    lapisan pada butiran-butiran tanah. Sebagian menguap lagi ke atmosfir dan sisanya

    merupakan cadangan bagi tumbuhan selama belum ada hujan. Air yang tidak tertahan

    dekat permukaan menerobos ke bawah sampai zona dimana seluruh ruang terbuka pada

    sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air yang terdapat dalam zona saturasi (zone of

    saturation) ini dinamakan air tanah (ground water). Batas atas zona ini disebut muka air

    tanah (water table). Lapisan tanah, sedimen atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air

    disebut zona aerasi (zones of aeration), Gambar 2.1.

  • Gambar 2.1. Diagram yang memperlihatkan posisi relatif beberapa bagian (features) yang

    berhubungan dengan air bawah permukaan

    Muka air tanah umumnya tidak horizontal seperti pemukaan laut atau danau, tetapi

    lebih kurang mengikuti permukaan topografi diatasnya. Di bawah bukit lebih tinggi dan

    menurun kearah lembah, Gambar 2.1. Perbedaan elevasi antara bagian-bagian antara

    muka air tanah disebut hydraulic head. Di daerah rawa-rawa, muka air tanah sama

    dengan permukaan rawa, sedangkan aliran sungai dan danau permukaannya lebih rendah

    dari permukaan air tanah. Muka air tanah yang tidak mengikuti hukum fisika ini

    disebabkan oleh aliran air tanah sangat lambat (percolation), berkisar dari 1 meter per

    hari sampai 1 meter per tahun, seperti spons yang jenuh air ditekan perlahan-lahan.

    Apabila tidak ada hujan maka muka air tanah di bawah bukit akan menurun perlahan-

    lahan sampai sejajar dengan lembah. Namun hal ini tidak pernah terjadi, karena hujan

    akan mengisi (recharge) lagi. Daerah dimana air huja meresap ke bawah (precipitation)

    sampai ke zona saturasi dinamakan daerah rembesan (recharge area). Dan daerah dimana

    air tanah keluar dinamakan discharge area. Gambar 2.1. Natural discharge (mata air)

    terjadi apabila permukaan air di aquifer memotong (intersects) permukaan tanah.

    Selain dari air hujan dapat juga air tanah berasal dari air yang dilepaskan magma

    pada saat mendingin, disebut air juvenile. Biasanya keluar ke permukaan sebagai mata

    air panas atau juvenile spring.

    Sedangkan yang bersal dari air yang terperangkap dalam sedimen saat

    pengendapan dan terawetkan karena tertutup oleh lapisan impermeabel yang diendapkan

    kemudian, dinamakan air connate. Air tawar terperangkap dalam endapan laut pada

    umumnya asis atau payau. Air connate yang terakhir umumnya di jumpai bersama

    dengan minyak bumi. Merupakan lapisan di bawah minyak bumi.

  • Secara hidrologis air dibawah tanah dibedakan menjadi :

    1. air pada daerah tak jenuh : air pada bagia teratas dari lapisan tanah, cirinya :

    gabungan antara material padatan, air dalam bentuk adsorpsi, air kapiler dan air

    infiltrasi serta gas/udara. Daerah ini dipisahkan oleh jaringan kapiler.

    2. air pada daerah jenuh : air yang ada di daerah jenuh disebut air tanah.

    Perbedaan diatas dipisahkan oleh jaringan kapiler.

    2.2 Rembesan Air Tanah

    Tanah adalah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling

    berhubungan satu sama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai

    energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah. Studi mengenai aliran

    air melalui pori-pori tanah diperlukan dalam mekanika hal ini sangat berguna didalam

    menganalisa kestabilan dari suatu bendungan tanah dan konstruksi dinding penahan

    tanah yang terkena gaya rembesan.

    Secara umum tanah dapat didefinisikan sebagai suatu tubuh alam di permukaan

    bumi yang terjadi akibat bekerjanya gaya-gaya alami terhadapa bahan alami (Wesley,

    1977). Rembesan air dalam tanah hampir selalu berjalan secara linier, yaitu jalan atau

    garis yang ditempuh merupakan garis dengan bentuk yang teratur (smooth curva). Dalam

    hal ini kecepatan perembesan adalah menurut suatu hukum yang disebut hukum Darcy

    (Darcys law). Prinsip hukum ini dapat dilihat pada Gambar

    Gambar 2.2. Rembesan air dalam tanah akibat gradien hidrolis

  • Pada Gambar diperlihatkan rembesan air pada suatu contoh tanah akibat adanya

    perbedaan tegangan air pada kedua ujung tersebut. Ketinggian air pada pipa ini disebut

    hidrolis head (h). Air akan mengalir dari kiri ke kanan jika terdapat hidrolis head. Darcy

    dalam eksperimennya menemukan hubungan proporsional antara kecepatan perembesan

    (v) dengan gradien hidrolis head (i =dh/dl) yang dapat dituliskan sebagai berikut :

    v = Ki

    Dimana,

    v = kecepatan perembesan

    i = gradien hidrolik

    K = konstanta konduktivitas hidrolik

    1. Gradien Hidrolik

    Menurut persamaan Bernaoulli, tinggi energi total pada suatu titik didalam air yang

    mengalir dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari tinggi tekanan, tinggi kecepatan,

    dan tinggi elevasi.

    Zg

    v

    w

    ph

    2

    2

    dimana :

    h = tinggi energi total

    p = tekanan

    v = kecepatan

    g = percepatan disebabkan oleh gravitasi

    w = berat volume air

    Karena kecepatan rembesan air di dalam tanah adalah sangat kecil, maka bagian

    dari persamaan yang mengandung tinggi kecepatan dapat diabaikan.

    Zw

    ph

  • Gambar 2.3. Tekanan, elevasi, dan tinnggi enegi total energy untuk aliran di dalam tanah

    Kehilangan energi antara dua titik A dan B

    Gambar diatas menunjukkan hubungan antara pressure head, elevation head, dan

    total head aliran air didalam tanah. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa Piezometer

    dipasang di titik A dan B. Ketinggian air didalam piezometer dinamakan : Piezometer

    Level. Pressure head disuatu titik adalah sama dengan tinggi air yang naik dalam

    Piezometer yang dipasang pada titik yang bersangkutan. Sedangkan Elevation Head

    disuatu titik adalah merupakan jarak vertikal yang diukur dari suatu bidang horisontal

    yang diambil sembarang (dinamakan DATUM) ke titik yang bersangkutan. Jadi

    kehilangan energi antara titik A dan B adalah :

    B

    BA Z

    w

    pZ

    w

    pAhBhAh

    Gradien Hidraulik L

    hi

    2. Penentuan Harga Koefisien Rembesan (k)

    Untuk uji laboratorium, biasanya dilakukan dengan 2 metode pengujian yaitu :

    a. Constant Head Test (uji tinggi konstan)

    b. Falling Head Test (uji tinggi jatuh)

  • A. Constant Head Test

    Untuk test dengan cara constant head test banyaknya air yang mengalir lewat

    contoh tanah ditampung dalam gelas ukur. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan

    air tersebut di catat. Perlu diingat bahwa pada constant head test, tinggi muka air diatas

    contoh tanah di USAHAKAN tetap (constant). Apabila volume air yang dikumpulkan

    dalam gelas ukur adalah = Q, dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan adalah t,

    maka :

    Gambar 2.4. Skema uji Constant Head Test

    Dimana :

    Q = Volume Air Yang Dikumpulkan

    A = Luas Penampang Melintang Tanah

    t = waktu yang digunakan untuk mengumpulkan air

    B. Falling Head Test

    Untuk test Falling Head, air didalam pipa yang dipasang diatas contoh tanah

    dibiarkan turun. Volume air yang melewati contoh tanah adalah sama dengan volume air

    yang hilang di dalam pipa :

    k. (h/L). A. dt = a. dh

  • Gambar 2.5. Falling Head Test

    Dimana :

    A = luas penampang contoh tanah

    a = luas penampang pipa (tabung buret)

    dt = waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir

    dh = tinggi air didalam pipa yang hilang

    2.3. Aquifer

    Akuifer atau aquifer berasal dari bahasa latin yang berarti pembawa air. Sebagai

    pembawa air maka terialnya haruslah mempunyai porositas dan permeabilitas yang

    tinggi. Dan didefenisikan sebagai:

    Tubuh batuan atau regolith yang mempunyai permebilitas tinggi dan terletak dalam

    zona saturasi dengan ronggo-rongga pelarutan yang terjadi akibat adanya aktivitas

    pelarutan.

    Batuan yang permebilitasnya rendah adalah serpih, granit masif (unfractured),

    kuartzitm dan batuan metamorf kristalin dan pejal (dense). Batuan yang mempunyai

    porositas tinggi tetapi permebilitas rendah, kurang baik sebagai akuifer, karena kurang

    atau tidak dapat mengalirkan air. Lapisan batuan yang mampu menampung banyak air

    tetapi tidak atau kurang dapat meloloskannya disebut aquiclude, misalnya lempung. Air

  • yang terperangkap dalam lempung terikat disekitar butiran lempung sehingga tidak dapat

    mengalir.

    Akuifer yang permukaan atasnya berimpit dengan permukaan air dan berhubungan

    langsung dengan atmosfir dinamakan unconfined aquifer, atau akuifer yang tidak

    mempunyai batas. Dan akuifer yang dibatasi oleh aquicludes disebut confined aquifer,

    terlihat dalam Gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Penampang memperlihatkan aquifer cinfine dan unconfine, sistem artesis dan

    permukaan piezometrik (Allan Ludman & Nicholas K. Coch, 1982)

    2.4. Tipe dan Jenis Aquifer

    Tiga tipe aquifer :

    1. aquifer pori : kelolosan disebabkan oleh pori-pori diantara butiran-butiran

    padatan, umumnya lapisan sedimen.

    2. aquifer rekahan : kelolosan dipengaruhi oleh rekahan-rekahan pada lapisan

    batuan, misalnya batuan beku.

    3. karst aquifer yang merupakan lapisan batu gamping karst.

    Jenis-jenis aquifer pori :

    i). Aquifer tertekan (confined aquifer) : merupakan lapisan permeabel yang

    sepenuhnya jenuh air dan dibatasi oleh lapisan-lapisan impermeabel (confifing

    beds). Aquifer tersebut berada alam kondisi tertekan sehingga jika terdapat sumur

    yang menembus aquifer tersebut akan lebih tinggi dari atas aquifer. Bila air sumur

    tersebut lebih tinggi dari pada permukaan tanah, disebut aquifer yang artesis.

  • ii). Akuifer setengah tertekan (semi confined akuifer) : disebut juga leakcy aquifer.

    Lapisan jenuh air, diatas dibatasi oleh lapisan yang semi permeabel dan bagian

    bawah di batasi impermeabel atau semi impermeabel.

    ii). Akuifer setengah bebas : lapisan semi permeabel yang berada diatas akuifer

    memiliki permeabilitas yang cukup besar sehingga aliran horizontal pada lapisan

    tersebut tidak dapat diabaikan.

    iv). Akuifer bebas : pada akuifer ini hanya sebagian dari ketebalan lapisan

    pemeabel yang terisi oleh air atau jenuh air. Lapisan tersebut dibawahnya dibatasi

    oleh lapisan impermeabel.

    2.5. Mata Air

    Mata air (spring) adalah aliran air tanah secara alamiah dipermukaan bumi. Jenis

    yang paling sederhana adalah tempat dimana muka air tanha bertemu atau berpotongan

    dengan permukaan bumi, Gambar 2.1. Mata air yang kecil-kecil dapat terjadi pada semua

    batuan, tetapi yang besar umumnya di jumpai pada lava, batu gamping atau kerakal

    (gravel). Mata air yang dijumpai pada lava karena lava merupakan hamparan batuan

    yang impermeabel, sehingga air tanah tertahan diatasnya. Pada batu gamping air relatif

    mudah melarutkan sehingga terjadi rongga-rongga pelarutan. Dan kerakal sangat

    permeabel karena rongga antar butirnya besar dan berhubungan.

    Umumnya mata air terjadi karena perubahan permeabilitas batuan secara vertikal

    atau horizontal. Jika lapisan pasir berada diatas lempung yang relatif impermeabel, air

    yang merembes ke bawah akan mengalir secara lateral, setelah sampai di permukaan

    lempungnya. Dan akan mengalir keluar apabila, kontak stratigrafi kedua satuan ini

    bertemu dengan permukaan tanah. Beberapa jenis mata air lainnya dapat terjadi seperti

    terlihat pada Gambar 2.7. Selain kontak stratigrafi mata air biasanya dijumpai juga apda

    jalur sesar, dimana banyak terdapat rekahan-rekahan. Juga akibat gesekan, sesar yang

    menghasilkan hancuran berukuran lempung (mylonite) yang sifatnya impermeabel.

  • Gambar 2.7. Beberapa contoh mata air akibat kondisi geologi. A) Mata air yang keluar kontak

    antara batu gamping porous dan lanau impermeabel dibawahnya. B) Mata air terdapat pada kontak satuan

    pasir dan lempung. C) Mata air sepanjang kontak aliran lava sepanjang pertemuan sesar dengan permukaan

    tanah (Skinner, 1992)

    2.6. Sungai Bawah Tanah

    Sungai bawah tanah adalah sungai yang mengalir sebagian atau seluruhnya di

    bawah tanah, dengan kata lain permukaan air dan tepi sungai tidak terekspos cahaya

    matahari. Sungai bawah tanah tidak sama dengan air tanah dan akuifer di mana air

    mengalir namun tidak seperti sungai melainkan melalui retakan kecil bebatuan dan pori-

    pori tanah. Sungai bawah tanah dapat dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup seperti

    ikan Amblyopsidae dan organisme troglobite yang telah beradaptasi dengan kegelapan

    total. Sungai bawah tanah dapat terbentuk secara alami maupun buatan. Sungai bawah

    tanah buatan dapat merupakan hasil dari penutupan permukaan sungai atau pengalihan

    aliran sungai, yang biasanya merupakan bagian dari pembangunan kawasan urban.

    Sungai di bawah tanah biasanya sering dijumpai di daerah kapur. Sungai di bawah

    tanah mengalirkan air hujan yang meresap ke dalam tanah kapur. Karena kapur mudah

    larut dalam air, terbentuklah terowongan-terowongan hingga air mencapai lapisan yang

    kedap air dan akhimya menjadi sungai di bawah tanah. Aliran sungai bawah tanah

    umumnya berada di kawasan pegunungan karst (batu gamping) yang tandus.

  • Terbentuknya aliran sungai bawah tanah di daerah karst terkait dengan sistem hidrologi

    di daerah tersebut.

    2.6.1. Pengaruh Siklus Hidrologi dan Morfologi Terhadap Pembentukan Sungai Bawah

    Tanah.

    Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 Milyard km3 air yang terdiri dari 97,5

    % air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air

    danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di udara. Air di bumi ini

    mengulangi terus menerus sirkulasi penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar

    (outflow). Air menguapke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan

    sesudah melalui beberapaproses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke

    permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung

    menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan

    yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh

    tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau

    mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.

    Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah

    (infiltrasi). Bagian yang lain merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk

    permukaantanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-

    sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut,

    dalam perjalanan kelaut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air

    yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (interflow). Tetapi

    sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit

    demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang

    rendah (ground water run off).

    Jadi, sungai itu mengumpulkan tiga jenis limpasan, yakni limpasan permukaan

    (surface run off), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater run off)

    yang akhirnya akan mengalir ke laut.

    Sirkulasi yang kontinu antara air laut dan air daratan berlangsung terus. Sirkulasi

    air ini disebut siklus hidrologi (hydrological cycle). Sirkulasi air ini dipengaruhi oleh

    kondisi meteorologi (suhu, tekanan, atmosfer, angin, dan lain lain) dan kondisi topografi,

    tetapi kondisi meteorologi adalah faktor-faktor yang menentukan.

  • Sebagian komponen utama pembentuk air tanah adalah air hujan yang meresap

    kedalam recharge area dan sebagian tersimpan di daerah resapan air serta sebagian lagi

    keluar secara alamiah di daerah discharge area. Batuan secara umum dapat dibedakan

    secara hidrologi menjadi material lepas dan material kompak yang mempunyai porositas

    dan permeabilitas yang berbedabeda serta memiliki sifatsifat ke airan yang berbeda

    pula.

    Gambar 2.8. Siklus Hidrologi dan Morfologi Terhadap Pembentukan Sungai Bawah Tanah

    Air bawah tanah didaerah karst (batu gamping), mempunyai sistim hidrologi yang

    berbeda dengan daerah non karstik. Hal ini berhubungan dengan sifat fisik-kimia batu

    gamping. Batu gamping bersifat porous, dan langsung meluluskan air hujan yang jatuh

    dipermukaan tanah melewati rekahan-rekahan pelapisan batuan vertikal dan horisontal.

    Sehingga tidak memungkinkan terdapatnya air di permukaan. Kemudian air yang

    mengalir dibawah permukaan akan terakumulasi dalam suatu pola aliran tertentu

    sebagaimana layaknya sungai permukaan, dengan melewati lorong-lorong gua menjadi

    sungai bawah tanah. Dan setiap musim kemarau tiba, timbul masalah kekurangan air

    karena hilangnya sungai permukaan melalui rekahan-rekahan berupa gua yang tersebar

    diseluruh kawasan. Karena sifat batuan karbonat yang mempunyai banyak rongga

    percelahan dan mudah larut dalam air, maka sistem drainase permukaan tidak

    berkembang dan lebih di dominasi oleh sistem drainase bawah permukaan. Sebagai

    contoh adalah sistem pergoaan yang kadang-kadang berair dan dikenal sebagai sungai

    bawah tanah.

  • Secara definitif, air pada sungai bawah tanah di daerah karst boleh disebut sebagai

    air tanah merujuk definisi air tanah oleh Todd (1980) bahwa air tanah merupakan air

    yang mengisi celah atau pori-pori/rongga antar batuan dan bersifat dinamis. Sedangkan,

    air bawah tanah karst juga merupakan air yang mengisi batuan/percelahan yang banyak

    terdapat pada kawasan ini, walaupun karakteristiknya sangat berbeda dibandingkan

    dengan karakteristik air tanah pada kawasan lain.

    2.6.2. Pengaruh penambangan batu gamping pada sungai bawah tanah.

    Merujuk pada teori hidrologi karst dan kenyataan lapangan tentang banyaknya

    penambangan pada daerah tangkapan sistem sungai bawah tanah seperti contohnya pada

    daerah Bribin, maka akan dapat terjadi kemungkinankemungkinan sebagai berikut:

    a. Akan terjadi degradasi jumlah air yang tersimpan sebagai komponen sungai Bribin

    karena hilangnya bukit karst. Sebagai suatu akuifer yang sangat berpotensi,

    bukitbukit karst (conical hills) pada zone epikarst berperan sangat penting sebagai

    reservoir utama kawasan ini. Sungai bawah tanah dengan sistemnya hanya berperan

    sebagai media pengumpul dan pengatus (drainage) yang menerima tetesan dan

    rembesan air dari simpanan air zon epikarst melalui rekahan (cavities). Dapat

    dibayangkan, berapa jumlah kehilangan simpanan air yang akan timbul jika 1 (satu)

    buah bukit karst sebagai suatu media penyimpan utama air ditebas untuk keperluan

    penambangan.

    b. Akan terjadi perubahan perilaku waktu tunda terhadap hujan puncak pada puncak

    debit mata air maupun sungai bawah tanah. Air yang tertampung di bukit karst pada

    zone epikarst akan teratus perlahanlahan melalui celahcelah vadose, rekahan, dan

    selanjutnya mengisi aliran bawah tanah yang terus berkembang menjadi sungai bawah

    tanah. Oleh karena itu, mata air ataupun sungai bawah akan mempunyai waktu tunda

    setelah kejadian hujan selama beberapa saat dengan kualitas kimia air yang relatif

    baik. Berkurangnya zona epikarst pada permukaan bukit gamping akan merubah

    perilaku pengisian komponen diffuse yang menjadi komponen air andalan pada saat

    musim kemarau. Sebaliknya, waktu tunda puncak banjir bisa menjadi lebih cepat

    setelah kejadian hujan karena rusaknya fungsi regulator pada permukaan bukitkarst.

    c. Akan ada perubahan komposisi aliran dasar (diffuse flow) dibanding aliran total. Jika

    permukaan bukit karst ditambang, maka proporsi aliran dasar terhadap aliran total

  • sungai otomatis akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan agresivitas air tanah

    terutama pada saat musim hujan, sehingga proses pelarutan akan menjadi semakin

    cepat, perkembangan loronglorong pada akuifer karst akan semakin cepat, dan

    pelebaran lorong sungai bawah tanah akan semakin cepat. Akibatnya, fungsi akuifer

    karst sebagai penahan air sebelum dilepaskan menuju sungai bawah tanah akan

    berkurang, sehingga akan lebih sulit mempertahankan jumlah debit andalan saat

    musim kemarau (Adji, 2005). Berdasarkan teori epikarst, penambangan bukit

    gamping akan mengurangi jumlah simpanan air diffuse, dan sebaliknya akan

    meningkatkan aliran conduit saat banjir. Dampak yang sangat tidak diharapkan

    adalah bertambahnya persentese aliran conduit saat musim hujan (banjir) tetapi

    berkurangnya persentase aliran diffuse saat musim kemarau.

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Dari penjelasan mengenai air tanah di dalam diperoleh informasi mengenai proses

    terbentuknya air tanah, media penyimpanan air tanah di dalam bumi dan beberapa

    kemungkinan tempat yang dapat menjadi mata air bagi air tanah. Konsep rembesan air

    tanah juga menjelaskan bahwa air tersebut dapat mengalir disebabkan oleh pori-pori

    batuan dan tanah dan dikuatkan oleh hukum fisika Darcy.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hendratmoko, Ibnu. 2006. Diktat Kuliah Sistem Penirisan Tambang Jurusan Teknik

    Pertambangan Faklutas Teknologi Kebumian Dan Energi. Jakarta.

    Sapiie, Benyamin, dkk. 2009. Catatan Kuliah Geologi Dasar Program Studi KK Geologi Dan

    Paleontologi Institut Teknologi Bandung. Bandung. ITB.