upaya keberatan dalam proses penyelesaian...

141
UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (studi kasus putusan No. 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Dian Bahtiar NIM: 11140480000041 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2018 M

Upload: duongmien

Post on 10-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN

PERKARA PERSAINGAN USAHA

(studi kasus putusan No. 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY

Perkara Persekongkolan Tender)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Dian Bahtiar

NIM: 11140480000041

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 2: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

i

UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN

PERKARA PERSAINGAN USAHA

(studi kasus putusan No. 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY

Perkara Persekongkolan Tender)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Dian Bahtiar

NIM: 11140480000041

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 3: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas
Page 4: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas
Page 5: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas
Page 6: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

v

ABSTRAK

Dian Bahtiar. NIM 11140480000041. UPAYA KEBERATAN DALAMPROSES PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (studi kasusputusan No. 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY perkara Persekongkolan Tender).Program Studi Ilmu Hukum, Kosentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah danHukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/ 2018 M. XIII+70 halaman+ 3 halaman Daftar Pustaka+ Lampiran.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses upayakeberatan terhadap putusan KPPU di pengadilan Negeri menurut Undang-undangNo 5 Tahun 1999 Tentang larangan Praktik Monopoli dan Persaingan UsahaTidak Sehat dan di hubungkan dengan Peraturan pelaksananya, yakni PeraturanKomisi No 1 Tahun 2010 Tentang tatacara dan Penanganan Perkara PersainganUsaha, dan Peraturan Mahkamah Agung No 3 Tahun 2005 Tentang Tata CaraPengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU, dengan dihubungnkan terhadap Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 225/ Pdt. G/2009/ PN. SBY perkara Persekongkolan Tender. Untuk dilihat apakahpenangan perkara ini telah sesuai peraturan perundang-undangan atau tidak?.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan libraryreasearch dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah dan jurnal, serta yang berkaitan dengan judulskripsi ini.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses upaya hukum berupa upayakeberatan terhadap putusan KPPU tidak semudah dilaksanakan sesuai peraturanperundang-undangan, karena selain penegak hukum yang membutuhkan kordinasidan kesepakatan yang baik dalam menangani perkara persaingan usaha, jugaterdapat casenorm (kecacatan norma), yakni yang terdapat dalam PeraturanMahkamah Agung No 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya HukumKeberatan Terhadap Putusan KPPU. Karena selain KPPU berwenang sebagailembaga yang memutus perkara juga sebagai pihak termohon ketika diajukannyaupaya hukum keberatan oleh pelaku usaha di Pengadilan Negeri, dan juga ketikadibutuhkannya fakta baru, maka Majelis Hakim melalui putusan selanyamemerintahkan KPPU untuk dilaksanakannya pemeriksaan tambahan denganbatas waktu yang singkat.

Kata kunci: upaya kebaratan, Pengadilan Negeri, Putusan Sela, KPPU.Pembimbing : Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA.Daftar Pustaka : Tahun 1979 Sampai Tahun 2017.

Page 7: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

vi

KATA PENGANTAR

یم ح الر ن م ح الر هللا م بس

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang hanya dengan

hidayah dan nikmat dari-Nya lah skripsi peneliti yang berjudul “UPAYA

KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN PERKARA

PERSAINGAN (studi kasus putusan No. 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY Perkara

Persekongkolan Tender)” dapat terselesaikan dengan baik . ini merupakan salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta

salam semoga selalu tercurahkan pada nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga,

sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Tidak mudah bagi peneliti untuk membuat karya seperti ini dikarenakan

berbagai keterbatasan yang dimiliki, namun hal ini peneliti jadikan motivasi

rangkaian pengalaman hidup yang berharga. Selesainya penelitian ini tidak

terlepas dari elaborasi keilmuan yang peneliti dapatkan dari kontribusi banyak

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin sampaikan setulus hati

ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr.Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Dosen Pembimbing Akademik yang selalu ramah dan terbuka

untuk Peneliti dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Hukum yang selalu membantu Peneliti untuk

kepentingan perkuliahan dan penelitian skripsi.

3. Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A. Dosen Pembimbing yang dengan sabar

telah memberikan bimbingan, arahan, kritik dan masukan serta persetujuan

terhadap skripsi ini dan dalam proses penyusunan skripsi ini. Terimaksih

banyak atas kesediaan meluangkan waktu, tenaga, dan perhatiannya kepada

Peneliti, semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau.

Page 8: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

vii

4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang telah bersedia memberikan

data dan juga wawancara untuk kepentingan penulisan skripsi ini.

5. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Pimpipinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan peneliti dalam mencari

informasi berupa buku-buku serta penelitian selama proses penulisan skripsi

ini.

6. Semua pihak yang membantu Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat Peneliti sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT

memberikan berkah serta karunia dan membalas kebaikan mereka, amiin yaa

raball allamin.

Akhirnya Peneliti mengucapkan terimakasih dan maaf yang sebesar-

besarnya apabila ada kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang membuat

tidak berkenan bagi pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Sekian

terimakasih.

Wassalamualaikum.wr.wb

Jakarta, 17 Juli 2018

Dian Bahtiar

Page 9: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI............................. iii

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. Vi

ABSTRAK........................................................................................................ V

KATA PENGANTAR...................................................................................... Vi

DAFTAR ISI..................................................................................................... Viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... Xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah........................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 9

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu.............................................. 9

E. Metode Penelitian…....................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan..................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA HUKUM ACARA PERSAINGAN

USAHA............................................................................................... 17

A. Upaya Hukum Terhadap Putusan KPPU.................................... 17

1. Pengertian Upaya Hukum..................................................... 17

2. Upaya Hukum dalam Penanganan Perkara Persaingan

Usaha..................................................................................... 17

B. Asas dan tujuan persaingan usaha................................................

C. Teori Kepastian Hukum...............................................................

D. Tugas dan Kewenangan KPPU dalam Penegakan Hukum

Persaingan Usaha di Indonesia......................................................

1. Pengertian KPPU............................................................

2. Kewenangan KPPU...........................................................

3. Tugas KPPU...................................................................

4. Proses Penanganan Perkara Persaingan Usaha Oleh

24

26

29

29

31

33

Page 10: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

ix

KPPU................................................................................ 35

BAB III PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU

DAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN............................................

A. Putusan KPPU Perkara Nomor: 45/ KPPU-L/ 2008....................

1. Posita dalam putusan KPPU................................................

2. Pokok perkara.......................................................................

3. Pertimbangan Majelis Komisi..............................................

44

44

44

45

45

B. Prosedur Pengajuan Upaya Keberatan Putusan KPPU di

Pengadilan Negeri....................................................................... 48

C. Upaya Keberatan Atas Putusan KPPU Tidak Melalui Proses

Mediasi...................................................................................... 49

D. Tugas Pengadilan Negeri Dalam Menangani Upaya Hukum Keberatan

Atas Putusan KPPU............................................................................... 51

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

SURABAYANo.225/ Pdt/ G/ 2009/ PN. SBY................................. 55

A. Posisi kasus............................................................................... 55

B. Analisis Penerapan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan

Neegeri...................................................................................... 56

1. Tentang pengajuan upaya keberatan di Pengadilan Negeri

Surabaya.............................................................................. 57

C. Analisis pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan

Negeri No. 225/Pdt.G/2009/ PN.SB......................................... 60

1. Tentang KPPU telah bertindak di luar ketentuan hukum

acara persaingan usaha........................................................ 60

2. Putusan KPPU No. 5/ KPPU-L/2009 tertanggal 12

Februari 2009 mengandung kekhilafan atau kekeliruan

yang nyata............................................................................ 61

3. Amar putusan KPPU yang memberikan sanksi kepada

Page 11: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

x

pemohon keberatan I, II dan III tidak beralasan hukum

dan bertentangan dengan nilai keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum.................................................................. 62

BAB V PENUTUP............................................................................................ 64

A. Kesimpulan............................................................................................. 64

B. Rekomendasi........................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 67

LAMPIRAN

Page 12: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Wawancara

2. Transkip wawancara

3. Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY

Tentang kasus persekongkolan tender pengadaan buku di Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.

4. Peraturan Mahkamah Agung No 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara

Pengajuan Upaya Keberatan Terhadap Putusan KPPU.

Page 13: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat menjadi langkah baru bagi Indonesia dalam hal

melakukan penyelesaian Peraturan Mahkamah Agung salahan di bidang

hukum, yang mana peraturan ini menjadi salah satu faktor yang sangat penting

untuk mengatur dan memajukan perekonomian Indonesia dalam hal kegiatan

usaha yang sehat dan terus berkembang.

Hukum responsif tak memberikan kesempatan sedikitpun kepada para

pembentuknya untuk berkomplot dengan sekelompok manusia yang

mementingkan dirinya sendiri atau kelompoknya. Hukum responsif

menciptakan ruang bagi setiap individu untuk mengejar kebaikan-kebaikan

hidupnya. Semnagat kompetisi yang dilembagakan dalam hukum model ini

adalah semangat saling hormat-menghormati, semangat saling mendukung.1

Undang-Undang ini merupakan suatu peraturan yang bersifat khusus baik

menyangkut hukum materiil maupun formil yang berkaitan dengan hukum

persaingan usaha.2 Dalam Undang-Undang ini diatur tentang tata cara

penanganan perkara, dan menciptakan proses acara baru dalam peradilan di

Indonesia yakni dalam bidang persaingan usaha. Undang-Undang ini

mencakup pengaturan seperti perjanjian yang dilarang yang meliputi oligopoli,

penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni,

imtegrasi vertikal, perjanjian tertutup dan perjanjian dengan pihak luar negeri.

Disamping itu juga mengenai kegiatan yang dilarang yang meliputi monopoli,

monopsoni, penguasaan pasar, persekongkolan, serta posisi dominan yang

1Margarito Kamis “konsolidasi Moralitas Hukum dan Kekuasaan di Panggung NegaraDemokrasi Konstitusional;apa, mengapa dan bagaimana mewujudkannya”, Jurnal SekretariatNegara RI, XV (Februari, 2010), h.48.

2Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia (Jakarta: SinarGrafika, 2013), h. 7.

Page 14: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

2

diatur dalam bab V yang meliputi hal umum, jabatan rangkap, pemilikan

saham, penggabungan, peleburan, pengambilalihan. Undang-Undang ini juga

mengatur hal formil dalam hal penyelesaian perkara di Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) serta memberikan kewenangan kepada KPPU untuk

melakukan pemeriksaan, penuntutan, konsultasi, mengadili dan memutus

perkara. Dalam proses hukum tersebut KPPU memegang kewenangan tribunal

yakni KPPU memengang peran sebagai investigator (Investigative function),

dan pemutus (adjudication function).3

Disamping itu KPPU adalah badan yang bertugas mengawasi

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan menjadikan KPPU

berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha, saksi, dan

pihak lain, baik karena adanya laporan, maupun melakukan pemeriksaan atas

dasar inisiatif dari KPPU, atau bahasa lainnya adalah KPPU memiliki dua

dua kewenangan, yakni kewenangan aktif dan pasif.4 Dalam melakukan

pemeriksaan atas dasar Pelaku usaha menolak putusan KPPU dan selanjutnya

mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri. Dalam hal ini pelaku usaha

yang tida inisiatif KPPU ataupun atas dasar laporan. Tata cara penanganan

perkara mulai bagaimana suatu kasus menjadi kasus persaingan usaha dan

diselidiki oleh KPPU sampai pada putusan KPPU. Hukum acara yang

dipergunakan untuk kasus persaingan usaha di KPPU ditentukan langsung

oleh KPPU berdasarkan wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 35 huruf f, yaitu peraturan KPPU atau peraturan

komisi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Tata cara penanganan perkara di

KPPU. Setelah KPPU mengeluarkan putusan, Undang-Undang juga

3Susanti Adi Nugroho, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha,” dalamLitigasi Persaingan Usaha (Tangerang: CFISEL, 2010), h. 178.

4Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha teori dan praktiknya diIndonesia(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h.278.

Page 15: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

3

memberikan alternative bagi pelaku usaha yang dikenakan putusan tersebut.

Terhadap keputusan tersebut terdapat tiga kemungkinan yakni:5

1. Pelaku usaha menerima putusan dari KPPU secara suka rela.

Pelaku usaha menerima keputusan KPPU dan secara suka rela

melaksanakan sanksi yang dijatuhkan oleh KPPU. Pelaku usaha dianggap

menerima putusan KPPU apabila tidak melakukan upaya hukum dalam

waktu yang telah diberikan oleh Undang-Undang untuk setuju terhadap

keputusan KPPU, maka pelaku usaha dapat mengajukan keberatan ke

pengadilan negeri dalam jangka waktu 14 hari setelah menerima

pemberitahuan tersebut.

2. Pelaku usaha menolak putusan KPPU

Pelaku usaha menolak putusan KPPU dan selanjutnya mengajukan

keberatan kepada Pengadilan Negeri dalam hal ini pelaku usaha yang tidak

setuju terhadap keputusan KPPU, maka pelaku usaha dapat mengajukan

keberatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu 14 hari setelah

menerima pemberitahuan tersebut.

3. Pelaku usaha tidak mengajukan keberatan, namun menolak

melaksanakan

Pelaku usaha tidak mengajukan keberatan dan menolak melaksanakan

putusan KPPU dalam jangka waktu 30 hari, KPPU menyerahkan putusan

tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, dalam hal ini putusan KPPU sebagai bukti

permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.

Hal ini upaya hukum keberatan atas putusan KPPU adalah salah satu

upaya hukum yang tersedia dapat diajukan oleh pelaku usaha, dan

merupakan hak dari setiap pelaku usaha yang tidak menerima keputusan

KPPU. Bila upaya hukum keberatan terhadap putusan KPPU melalui

pengadilan dapat dianalogikan sebagai “pengadilan banding”, maka tahapan

pemeriksaan keberatan atas putusan KPPU ini merupakan kesempatan bagi

5 Andi Fahmi Lubis, et. al., Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Jakarta:Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ), h. 417

Page 16: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

4

Pemohon Keberatan untuk menyatakan bahwa dirinya tidak melakukan

pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagaimana

diputuskan oleh KPPU sekaligus memohon untuk dilakukan keputusan

tambahan terhadap putusan KPPU dan berkas perkara. Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat secara sederhana mengatur pengajuan keberatan bagi

pelaku usaha yang tidak dapat menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

KPPU.

Upaya keberatan sendiri tidak ada dalam hukum acara di Indonesia.

Upaya hukum adalah upaya yang diberikan oleh Undang-Undang kepada

seseorang atau badan hukum dalam hal tertentu melawan putusan hakim.

Dalam hukum acara perdata yang berdasar pada pengaturan kitab Herzien

Inlandsch Reglement (H.I.R) dikenal dua macam upaya hukum, yakni upaya

hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Pada azasnya, upaya hukum ini

menangguhkan eksekusi. Pengecualiannya adalah, apabila putusan tersebut

dijatuhkan dengan ketentuan dapat dilaksanakan terlebih dahulu

(Uitvoerbaar bij voorraad ex. Pasal 180 (1) H.I.R), maka meskipun

diajukan upaya biasa, namun eksekusi akan berjalan terus. Berbeda dengan

upaya hukum luar biasa, mengenai hal ini pada azasnya tidak

menangguhkan eksekusi. Upaya hukum luar biasa ini meliputi perlawanan

pihak ketiga terhadap sita eksekutorial dan peninjauan kembali. Sehingga

dalam hukum acara yang berlaku di Indonesia tidak dikenal tentang upaya

keberatan6.

Tidak ada petunjuk dalam hal pelaksanaannya, bagaimana mekanisme

keberatan diajukan dan keterbatasan waktu seperti yang ditentukan dalam

Pasal 44 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka hal ini

pernah menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda antara pengadilan

negeri yang satu dengan pengadilan yang lain, padahal pokok perkara

6 Andi Fahmi lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Kontex(Jakarta: .Deutsche Gesellsohall for lechnischa Zusammenarbeul (GTZ), 2009) h. 334

Page 17: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

5

yang dihadapi sama dan semuanya berpangkal pada putusan KPPU yang

sama7.

Keberadaan KPPU untuk menegakkan hukum persaingan usaha di

Indonesia tidak hanya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

Keputusan Presiden (Kepres) Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1999

Tentang KPPU mengatur lebih lanjut mengenai keberadaan KPPU. Selain

itu peraturan yang berkaitan dengan KPPU adalah Peraturan Mahkamah

Agung (PERMA) Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata

cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU.8

Pada tanggal 18 Juli 2005 Mahkamah Agung Republik Indonesia

mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang

Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU

yang mana dalam Peraturan Mahkamah Agung ini mencabut Peraturan

Mahkamah Agung sebelumnya yang juga mengatur tentang tata cara

pengajuan upaya keberatan atas putusan KPPU juga yakni Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2003. Dalam Per ini juga turan

Mahkamah Agung ditegaskan bahwa dalam pemeriksaan Upaya

Keberatan dilakukan dengan menggunakan Hukum Acara Perdata kecuali

ditentukan lain oleh Peraturan Mahkamah Agung . Keberatan disini

didefinisikan dalam Pasal 1 Ayat (1) sebagai “upaya hukum bagi pelaku

usaha yang tidak menerima putusan KPPU”. Dalam pelaksanaan Upaya

hukum keberatan ini KPPU sebagai termohon keberatan kini diposisikan

sebagai salah satu pihak.

Dalam hal pemeriksaan tambahan dipandang perlu oleh majelis hakim,

maka majelis hakim mengeluarkan putusan sela yang memerintahkan

KPPU melakukan pemeriksaan tambahan. Putusan sela memberiksan

7Susanti Adi Nugroho, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha,” dalamAbdul Hakim G. Nusantara et al. ed., Litigasi Persaingan Usaha (Tangerang: CFISEL,2010), h. 178.

8 Stefino Anggara, “Usaha Dan Peradilan Khusus (Kedudukan Komisi PegawasPersaingan Usaha Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 Tentang KekuasaanKehakiman)”, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 1 (2009), h. 157.

Page 18: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

6

kesempatan bagi pelaku usaha terlapor untuk mengajukan pembelaan

diri. Dalam hal ini menjadi kesempatan bagi pelaku usaha terlapor

untuk memperkuat memperkuat argumentasi bahwa ia tidak melakukan

pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagaimana

yang diputuskan oleh KPPU. Untuk itu, jika pelaku usaha terlapor

berkeinginan agar forum pemeriksaan tambahan dapat diselenggarakan,

maka permohonan keberatan harus jelas menyampaikan permohonan

kepada pengadilan negeri mengenai hal apa yang dimohonkan terlapor

wajib untuk menyatakan alasan kuat untuk yang menjelaskan

pertimbangan atau alasan mengapa diperlukan pemeriksaan tambahan.

Apabila pengadilan negeri menilai permohonan penyelenggaraan

pemeriksaan tambahan memiliki urgensi dan argumentasi yang kuat, maka

pengadilan negeri dapat mengeluarkan putusan sela yang memerintahkan

KPPU untuk menyelenggarakan forum pemeriksaan tambahan.

Sebaliknya apabila pengadilan menilai bahwa permohonan pemeriksaan

tambahan tidak mempunyai landasan yang kuat, maka permohonan

pemeriksaaan tambahan akan ditolak oleh majelis hakim.

Pengadilan merupakan pihak yang perlu mendapat kejelasan atas

putusan KPPU dan berkas perkara. Karena itu seyogyanya pengadilan

negeri menyebutkan dengan jelas dan terperinci ,mengenai hal apa saja

yang masih belum jelas baginya dalam berkas perkara dan putusan KPPU.

untuk itu, dalam putusan sela yang ditujukan kepada KPPU, pengadilan

negeri harus mencantumkan materi apa saja yang harus ditinjau kembali,

bukti-bukti apa saja yang harus diperiksa kembali, atau argumentasi pelaku

usaha terlapor apa saja yang harus dipertimbangkan kembali berikut jangka

waktu pemeriksaan. Apabila pengadilan negeri mengeluarkan putusan sela

dengan tidak menyebutkan secara jelas hal apa yang perlu dilakukan

untuk dilakukan pemeriksaan ulang oleh KPPU.

Perlu dipahami disini bahwa dalam hal menurut hakim perlu dilakukan

pemeriksaan tambahan, maka hakim akan memerintahkan KPPU untuk

Page 19: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

7

melakukan pemeriksaan tambahan. Sementara KPPU dalam hal ini telah

berposisi sebagai salah satu pihak dalam upaya hukum keberatan yakni

sebagai termohon. Akan menjadi tanda tanya adalah apakah keadaan

dimana KPPU sebagai pelaku pemeriksa tambahan sudah sesuai dengan

asas “equality under the law” mengingat KPPU adalah salah satu pihak

yang berperkara dalam tingkat keberatan di pengadilan negeri.

Pengadilan Negeri berdasarkan Pasal 5 Ayat (4) Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum

Keberatan Terhadap Putusan Kppu Mahkamah Agung Republik Indonesia,

yang menyatakan bahwa “ pemeriksaan keberatan dilakukan hanya hanya

atas dasar putusan KPPU dan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2”. Maka dalam hal ini penanganan perkara hanya mengacu pada

putusan KPPU dan berkas lainnya, sehingga tidak ada lagi gelar perkara

untuk mencari fakta.

Permasalaahan ini sangat penting untuk dibahas dan diselesaikan,

walaupun dengan pembahasan akademik. sangat merugikan baik pihak pelaku

usaha lain maupun pemerintah itu sendiri maka Peneliti sangat termotivasi

untuk mengakaji, meneliti dan membahas permasalaahan ini dijadikan sebagai

obyek penelitian dalam penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Keberatan

dalam Proses Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha (Studi Kasus

Putusan No. 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. S PerkaraY Persekongkolan Tender)”.

B. Identifikasi , Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam peneletian tentang tindak pelanggaran persekongkolan

tender sebagaimana dalam kasus yang telah berkekuatan hukum tetap dalam

putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.225/Pdt.G/2009/ PN.SBY

mencakup permasalahan yang sangat kompleks. Yakni dapat Peneliti rinci

pokok permasalahannya:

a. Tentang afiliasi suatu perusahaan sebagai faktor utama terjadinya

persekongkolan tender.

b. Belum adanya prosedur hukum acara persaingan usaha yang jelas.

Page 20: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

8

c. Kurangnya kordinasi yang jelas tentang pemeriksaan tambahan oleh

KPPU atas perintah Pengadilan Negeri.

d. Ketika upaya keberatan telah di ajukan oleh Pelaku Usaha, maka KPPU

adalah menjadi pihak terlapor atas upaya keberatan tersebut, dan

menjadi permasalahan adalah pertimbangan hakim Pengadilan negeri

berdasarkan putusan KPPU, sehingga ketika adanya pemeriksaan

tambahan akan mempengaruhi subyektifitas KPPU atas hasil

pemeriksaan tambahan yang akan diberikan kepada Hakim Pengadilan

negeri.

Beberapa permasalahan yang dapat penulis rincikan, maka Peneliti

perlu adanya pemfokusan penelitian dengan fokus suatu permasalahan.

Sehingga adanya kejelasan dan tidak meluasnya pembahasan. Dan juga

akan lebih efektif waktu yang dibutuhkan untuk meneliti suatu

permalahan ini.

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, Peneliti

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasanya lebih jelas

dan terarah sesuai dengan yang diharapkan Peneliti.

Dari beberapa pokok permasalahan yang telah Peneliti sebutkan dalam

suatu identifikasi masalah, maka Peneliti terfokus untuk meneliti dan

membahas beberapa permasalahan yang akan di jadikan pokok pembahasan

dalam skripsi, yakni mengenai upaya keberatan oleh pelaku usaha terhadap

putusan KPPU, dan .pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh KPPU atas

perintah ketua Pengadilan negeri .

Jjuga Peneliti berfokus pada penelitian studi kasus persekongkolan tender

dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.225/Pdt.G/2009/ PN.SBY

yang menjadi putusan yang berkekuatan hukum tetap.

3. Rumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan pembatasan masalah

sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa

Page 21: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

9

pokok permasalahan penelitian ini adalah KPPU dijadikan sebagai pihak pada

proses keberatan yang di ajukan oleh pelaku usaha, yakni sebagai termohon.

Dan tidak adanya ketidakpastian pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh

KPPU atas perintah ketua Pengadilan Negeri, dengan dasar KPPU sebagai

pihak termohon, sebagaimana telah di atur dalam Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan

Terhadap Putusan Kppu. maka rumusan permasalahan yang dibahas dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Apa upaya hukum keberatan atas putusan KPPU menurut Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999?

b. Apa penerapan hukum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

terhadap putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 225/Pdt.G/2009/

PN.SBY?

c. Bagaimana Pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 225/Pdt.G/2009/

PN.SBY?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini dalam penulisan skripsi yakni:

a. untuk mengetahui penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dalam prosedur upaya keberatan di Pengadilan Negeri.

b. Untuk mengetahui penerapan hukum dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 terhadap putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor

225/Pdt.G/2009/ PN.SBY.

c. Untuk mencari kebenaran kesesuaian pertimbangan Hakim Pengadilan

Negeri dalam memutus upaya keberatan dari pihak pemohon

sebagaimana tercantum dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya

No.225/Pdt.G/2009/ PN.SBY.

2. Manfaat Penelitian ini yakni:

a. memberikan sumbangan pikiran bagi keilmuan khususnya bagi ilmu

hukum persaingan usaha.

Page 22: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

10

b. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

terhadap upaya-upaya penegakkan terhadap persaingan usaha yang baik

dan berkeadilan.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan pada penulisan skripsi ini dengan penelitian

tentang hukum perbankan dan hukum pajak lainnya, mka penulis melakukan

penelusuran terhadap beberapa penelitian terlebih dahulu, diantaranya

penelitian-penelitian tersebut yakni:

Penelitian yang terkait dengan skripsi ini berjudul “Disparitas Putusan

Sanski Denda Pada Persekongkolan Tender (Studi Putusan MA Perkara Nomor

118 K/ Pdt.Sus-KPPU/ 2013)”, yang disusun oleh Narenda Putra, mahasiswa

program studi ilmu hukum kosentrasi hukum bisnis UIN Jakarta. Skripsi

tersebut memberikan penjelasan mengenai kewenangan majlis Komisi

Pengawas Persaingan usaha (KPPU) sebagai lembaga pemerintah yang salah

satu kewenangannya adalah menghukum dan memberikan putusan terhadap

pelaku usaha yang telah melakukan persekongkolan tender. Dan putusannya

pun bersifat sanksi baik berupa denda maupun sanksi administratif, sehingga

kepastian dan kekuatan hukumnya pun belum dapat dieksekusi secara

baik.karena tidak ada lembaga eksekusi Putusan KPPU.

Buku yang berjudul “Hukum Acara Persaingan Usaha Di Indonesia”, yang

disusn oleh Rachmadi Usman, S.H., M.H, yang telah diterbitkan oleh Sinar

Grafika, tahun 2013. Buku ini terfokuskan pada pembahsan tentang tata cara

penanganan perkara persaingan usaha, dan memberikan penjelesan perbedaan

antara tata cara penanganan perkara di KPPU dengan di Pengadilan Negeri

pada umumnya.

Selain buku, penelitian yang memiliki kesamaan yakni Jurnal yang disusun

oleh praktisi KPPU, Erwin Syahril, yang berjudul “upaya mencegah

persekongkolan tender pada belanja barang dan modal pemerintarh”. Jurnal ini

dalam penelitiannnya menitikberatkan kepada dampak yang terjadi dari

Page 23: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

11

persekongkolan tender, yakni collusive tender berpotensi terjadi pada belanja

barang dan modal pemerintah.

Sebagai pertimbangan sekaligus pembeda, penelitian yang diangkat adalah

cakupan pembahasan skripsi yang lebih fokus pada sistematika upaya

keberatan putusan KPPU di Pengadilan Negeri oleh KPPU atas perintah ketua

Pengadilan Negeri tentang perkara persekongkolan tender.

E. Metode Penelitian

Peneliti memperhatikan metode penulisan penelitian dengan

berpedoman pada buku pedoman penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarifhidayatullah Jakarta 2017. Ada beberapa hal tentang

metode yang akan di paparkan, yakni:

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini yakni pendekatan normatif-doktriner, dengan

dasar penelitian norma-norma dasar peraturan perundang-undangan.

Untuk lebih tepat dan jelas dalam mengupas teori-teori terkait

dengan judul yang diangkat, maka peneliti memekai beberapa bentuk

pendekatan, diantaranya:

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach)

Dengan pendekatan perundang-undangan ini, penulis dapat

mengupas permasalahan dengan menggunakan berbagai peraturan

yang berlaku di Indonesia, yakni yang berkaitan dengan

persekongkolan tender, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

PERKOM Nomor 1 Tahun 2010 Tentang pedoman Pasal 22

Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Persekongkolan Tender, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3

Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan

Terhadap Putusan KPPU dsb.

b. Pendekatan kasus (case approach)

Dengan pendekatan kasus, penulis dapat mengetahui

penerapan peraturan yang berkaitan dengan larangan persekongkolan

Page 24: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

12

tender dalam suatu putusan pengadilan, dalam hal ini penulis

mengkaji pada putusan Pengadilan Negeri Surabaya

No.225/Pdt.G/2009/ PN.SBY. Yang telah memiliki kekuatan hukum

yang tetap atas upaya keberatan (banding) yang diajukan oleh pihak

pemohon agar dapat di analisis, baik pada posisi perkara,

pertimbangan hakim maupun isi putusannya.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif,

yang menjelaskan permasalahan hukum acara persaingan usaha di

Indonesia dengan dasar meneliti beberapa dokumen. Baik berupa

peraturan perundang-undangan maupun buku dan jurnal.

3.Data Penelitian

Mengenai sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah:

a. Data Primer

Data primer yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

data hasil wawancara dengan Ketua Komisiaris Komisi Pengawas

Persaingan Usaha, yang berkaitan dengan upaya keberatan dan

pemeriksaan tambahan atas putusan KPPU.

b. Data Sekunder

Menurut kekuatan mengikatnya, data sekunder dapat digolongkan,

menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Sumber bahan hukum primer

Sumber bahan hukum primer yang di pergunakan ini

dalam penulisan skripsi ini adalah bahan-bahan hukum yang

mengikat9. Seperti Undang undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman, PERKOM (Peraturan Komisi) Nomor 2 Tahun 2010

Tentang pedoman Pasal 22 Undang- Undang Nomor 5 Tahun

9 Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum (Jakarta: Prenada Media, 2012). h 14.

Page 25: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

13

1999 Tentang Larangan Persekongkolan Tender dan juga

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata

Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan

KPPU. serta peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan.

2) Sumber bahan hukum sekunder

Sumber bahan hukum sekunder yang di pergunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah bahan-bahan yang membahas atau

menjelaskan sumber bahan hukum primer yang berupa buku teks,

jurnal hukum, majalah hukum, pendapat para pakar serta berbagai

macam referensi yang berkaitan dengan persaingan usaha dan

kekuasaan kehakiman.

3) Sumber bahan hukum tersier

Sumebr bahan hukum tersier yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah bahan-bahan menunjang yang

menjelaskan dan memberikan informasi bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder , berupa kamus-kamus hukum, media

internet, buku petunjuk atau buku pegangan, ensiklopedia serta

buku mengenai istilah-istilah yang sering digunakan mengenai

tentang persaingan usaha dan kekuasaan kehakiman.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdapat dua sumber, yakni:

a. Sumber data primer

Sumber data yang peneliti peroleh dari ketua komisioner KPPU

yakni Saidah Sakwan, M.A.

b. Sumber data sekunder

Sumber data pendukung lainnya untuk mendukung dalam

penelitian ini, peneliti mencari data berupa dokumen perundang-

undangan, seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata

Page 26: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

14

Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan

KPPU, dan juga PERKOM (Peraturan Komisi) Nomor 2 Tahun

2010 Tentang Pedoman Pasal 22 Undang- Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Persekongkolan Tender.

5. Metode dan Teknik pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis alat pengumpulan

data , yaitu studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara atau

interview.10Peneliti mencoba menggabungkan kedua alat

pengumpulan data tersebut dalam menganalisis suatu kasus yang

hendak dilakukan penelitian. Studi dokumen merupakan suatu alat

pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan

menggunakan “content analisis”sedangkan wawancara digunakan

oleh Peneliti sebagai deskripsi tambahan yang mengeksplorasi dari

hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu ketua Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat.

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, bahan hukum tersier diuaraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa sehingga di tampilkan dalam penulisan yang lebih

sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Adapun setelah bahan hukum terkumpul, bahan hukum tersebut

dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dengan mempergunakan

“content analyisis”.

6. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian

Teknik pengolahan data yang sudah Peneliti peroleh maka

selanjutnya akan Peneliti olah untuk disusun-ulang dan akan

dikategorisasi tiap data yang sesuai dengan pokok permasalahan

penelitian, dalam hal ini mengenai upaya keberatan putusan KPPU

dan pemeriksaan tambahan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri

Surabaya.

10 Soerjono soekanto, pengantar penelitian hukum, (Jakarta: UI press, 1986).h,21.

Page 27: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

15

Penelitian ini berdasarkan jenis data kualitatif, sehingga proses

pengolahan data di mulai dengan melakukan pengkodean data, seperti

pengkodean tiap peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan persaingan usaha untuk selanjutnya dilakukan kategorisasi,

dan fragmentasi data. Pemilahan, pemilihan dan pemotongan data

dilakukan sesuai kebutuhan untuk penelitian yang berkaitan dengan

upaya keberatan putusan KPPU di Pengadilan Negeri dan

pemeriksaan tambahan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri.

7. Metode Analisis Data

Berdasarkan jenis data penelitian ini adalah data kualitatif, maka

model analisis yang Peneliti gunakan adalah model analisis

hermeneutik dan analisis wacana. Dengan berdasarkan dua aspek

penting, yaitu data dokumen peraturan perundang-undangan mengenai

persaingan usaha sesuai berdasarkan historis dan sosiologis di

berlakukakannya peraturan tersebut.

F. Sistematika penulisan

Adapun dalam penulisan proposal skripsi ini, peneliti membaginya

kedalam lima bab sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini terdiri dari uraian mengenai latar belakang

permasalahan, Identifikasi Masalah dan Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

(review) Kajian Studi Terdahulu, Kerangka Teori dan

Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Daftar

Pustaka Sementara.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA HUKUM ACARA PERSAINGA USAHA

Dalam bab 2 ini terdiri dari uraian yang menjelaskan kajian

konspetual yang merupakan dasar dari penjelasan tentang upaya

keberatan pelaku usaha terhadap putusan KPPU, dan mengenai

pemeriksaan tambahan oleh KPPU atas perintah pengadilan

negeri.

Page 28: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

16

BAB III: PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU

PERKARA NOMOR: 45/ KPPU-L/ 2008

Dalam bab 3 ini terdiri dari uraian mengenai asas kewenangan

pengadilan negeri yang menangani perkara karena upaya

keberatan atas putusan KPPU serta pengkordinasian yang baik

dalam pemeriksaan tambahan oleh KPPU atas perintah

pemgadilan negeri, dengan ditetapkannya putusan sela.

BAB IV: ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA

No.225/ Pdt/ G/ 2009/ PN. SBY

Dalam bab 4 ini terdiri dari uraian hasil analisis yang

dikembangkan serta berkaitan dengan teori pada Bab 2 dan Bab

3. Kemudian analisis atas putusan Pengadilan Negeri Surabaya

No.225/Pdt.G/2009/ PN.SBY. Dikaitkan dengan dasar

pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Surabaya dalam

menangani perkara perkara persekongkolan tender atas upaya

keberatan dari Putusan KPPU dan diadakannya pemeriksaan

tambahan.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab 5 ini Peneliti akan menyimpulkan materi karya

ilmiah dari pokok Permasalahan dan memberikan kesimpulan

dan rekomendasi yang berguna bagi negara Indonesia,

Lembaga atau instansi terkait serta masyarakat luas.

Page 29: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Hukum Terhadap Putusan KPPU

1. Pengertian Upaya Hukum

Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh Undang-

Undang kepada seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk

melawan putusan hakim sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas

dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang

diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga seorang

manusia yang dapat melakukan kesalaha/kekhilafan sehingga salah

memutuskan atau memihak salah satu pihak.11

2. Upaya Hukum dalam Penanganan Perkara Persaingan Usaha

upaya hukum dalam penanganan perkara persaingan usaha ada beberapa

tahapan yakni:

a. Banding atau Upaya keberatan

Dalam pemeriksaan perkara persaingan usaha diatur

mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha.

Pasal 44 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan pada

Ayat: (2) “Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada

Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari

setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut”1. Dan pada

Ayat (3) “Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan

sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (2) dianggap menerima

putusan komisi”.12

Dengan demikian pengaturan pada Ayat (2) merupakan

pengaturan mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan oleh

pelaku usaha yang tidak puas terhadap apa yang telah diputuskan

11 www.djkn.kemenkeu.go.id. Diakes pada tanggal 5 Juli 2018.

12 Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha (Jakarta:Rajawali Pers, 2004), h. 59

Page 30: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

18

oleh KPPU, dan pada Ayat (3) adalah pengaturan tentang waktu

putusan KPPU telah berkekuatan hukum tetap. Mengenai tata cara

pengajuan upaya hukum ini diatur dalam Peraturan Mahkamah

Agung (PERMA) Nomor 3 Tahun 2005. Disamping upaya hukum

ini, apabila para pihak merasa keberatan terhadap putusan

Pengadilan Negeri dapat mengajukan upaya hukum kasasi kepada

Mahkamah Agung. Apabila para pihak masih merasa keberatan

terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat

dilakukan upaya hukum luar biasa Peninjauan Kembali. Dasar

hukum upaya hukum luar biasa dapat kita temukan di Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan

Undang- Undang Nomor 14 Tahun1985 Tentang Mahkamah

Agung Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor14 Tahun 1985 Tentang

Mahkamah Agung.

Putusan KPPU tidak bersifat final dan mengikat (not final

and binding). Sehingga apabila, terlapor (pelaku usaha) yang tidak

puas terhadap putusan KPPU. mereka berhak untuk mengajukan

keberatan melalui pengadilan negeri. Pengadilan Negeri

merupakan lembaga negara yang berwenang dalam memeriksa

perkara persaingan usaha dalam upaya keberatan atas putusan

KPPU. Kewenangan ini baru didapatkan apabila suatu perkara

yang diterima terlapor (pelaku usaha) dirasa tidak adil dan

diajukan upaya hukum keberatan ke pengadilan negeri. Keberatan

terhadap putusan KPPU ini diajukan oleh terlapor (pelaku usaha)

di pengadilan negeri ditempat kedudukan hukum terlapor artinya

terlapor diberi hak untuk mengajukan upaya hukum dengan

mengajukan keberatan melalui pengadilan negeri di wilayah

Page 31: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

19

kedudukan hukum terlapor.13

Mahkmah Agung sebagai lembaga tertinggi dalam bidang

peradilan dijajarannya mengeluarkan peraturan suatu peraturan

mengenai tata cara pengajuan upaya hukum keberatan terhadap

putusan KPPU pada tanggal 12 Agustus 2003 yakni Peraturan

Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2003. Namun

pengaturan dalam peraturan tersebut dianggap sudah tidak

memadai sehingga diperbarui kembali melalui Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005

tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap

Putusan KPPU yang sekaligus mencabut keberlakuan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2003. Peraturan ini Berisikan

6 Bab dan terdiri dari 10 pasal. Peraturan Mahkamah Agung ini

dibuat dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan

menganai hal yang selama ini tidak mendapatkan penjelasan dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dengan demikian dengan

berlakunya Peraturan Mahkamah Agung ini diharapkan akan

dapat menyelesaikan beberapa masalah yang menyangkut proses

dalam proses beracara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Dalam melaksanakan tugasnya, pengadilan negeri mempunyai

waktu selama 30 hari untuk memberikan putusannya.

Pihak yang keberatan, baik komisi maupun terlapor dapat

menggunakan upaya akhir terhadap putusan pengadilan Negeri

dalam 14 hari untuk memutuskan mengajukan kasasi atau tidak.

Mahkamah agung disini mempunyai waktu selama 30 hari untuk

memutuskan putusan kasasinya.

Dalam hal diambilnya langkah mengajukan Upaya Hukum

Keberatan atas putusan KPPU, Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tidak menentukan hukum acara apa yang dipakai oleh

13 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: SinarGrafika, 2012). H. 172

Page 32: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

20

Pengadilan Negeri untuk memeriksa keberatan pelaku usaha.

Permasalahan ini lama tidak terjawab secara pasti sebelum

diberlakukannya Peraturan Mahkamah (PERMA) Agung Nomor 1

Tahun 2003.14 Setelah keberlakuan Peraturan Mahkamah Agung

ini, kekosongan hukum terhadap hal ini terisi. Pada Pasal 8

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2003 menentukan

bahwa hukum acara perdata yang diterapkan terhadap Pengadilan

Negeri, kecuali ditentukan lain didalam Peraturan Mahkamah

Agung 1 Tahun 2003. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1

Tahun 2003 diperbarui pengaturannya dalam Peraturan

Mahkamah Agung 3 Tahun 2005 sedangkan pengaturan hukum

acara perdata adalah yang digunakan dalam pemeriksaan di

Pengadilan Negeri masih dimuat dalam pengaturan Pasal 8.

Dalam pengaturan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 3 Tahun 1999 diatur bahwa putusan atau penetapan KPPU

mengenai Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

bukanlah termasuk sebagai keputusan Tata Usaha Negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Sebelum diberlakukannya Peraturan Mahkamah Agung 1

Tahun 2003 pernah terjadi dalam perkara No. 03/KPPU-I/2002,

para pelaku usaha terlapor berkeberatan terhadap putusan KPPU

sehingga menggugat KPPU ke Pengadilan Tata Usaha Negara dan

dalam gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara dijatuhkan

putusan yang membatalkan keputusan KPPU tersebut. Setelah

Peraturan Mahkamah Agung ini berlaku, ditegaskan dalam Pasal 3

14 Destiviano Wibowo, Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada:2005), h. 83.

Page 33: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

21

bahwa putusan KPPU tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan

Tata Usaha Negara. Upaya hukum mengenai putusan KPPU

hanya dapat diajukan ke Pengadilan Negeri. Mengenai pengaturan

tentang hal ini kembali ditegaskan dalam Pasal 3 Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 yang memperbarui

pengaturan Peraturan Mahkamah Agung 1 Tahun 2003.

b. Kasasi

Dalam hal para pihak baik KPPU ataupun pelaku usaha merasa

berkeberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri dalam upaya

keberatan atas putusan KPPU, maka pihaknya dapat mengajukan

upaya hukum kasasi. Upaya kasasi dapat diajukan ke Mahkamah

Agung dalam kurun waktu 14 hari semenjak diterimanya putusan

keberatan dari Pengadilan Negeri. Namun kasasi disini memiliki

sedikit perbedaan dengan kasasi yang dilakukan dalam hukum acara

perdata biasa yang harus melewati terlebih dahulu tahap pemeriksaan

banding di Pengadilan Tinggi. Mahkamah Agung mempunyai tugas

untuk menjatuhkan putusan terhadap permohonan kasasi tersebut

dalam kurun waktu 30 hari semenjak permohonan kasasi telah

diterima oleh Mahkamah Agung. Dalam pemeriksaan kasasi,

Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan atau penetapan

pengadilan dari semua lingkungan peradilan dengan alasan :

1) Tidak berwenang atau kewenangan yang melampaui batas.

2) Penerapan hukum yang salah atau melanggar hukum yang berlaku.

Lalai dalam pemenuhan syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu

dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

Karena pada dasarnya objek kasasi dalam peraturan perundang-

undangan umumnya, menyatakan bahwa hanya putusan pengadilan

yang bisa dimintakan kasasi. Ini merjuk pada putusan dari pengadilan

Page 34: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

22

negeri.15

c. Peninjauan Kembali

Peninjauan Kembali adalah suatu upaya untuk memeriksa atau

mementahkan kembali suatu putusan (baik dalam tingkat Pengadilan

Negeri, Pengadilan Tinggi, Maupun Mahkamah Agung) yang telah

berkekuatan hukum tetap (Inkracht).16 Dasar untuk mengajukan upaya

hukum ini dapat kita temukan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung. Undang- Undang 14 Tahun

1985 telah dilakukan perubahan sebanyak dua kali melalui oleh

pengaturan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah

Agung dan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

Tentang Mahkamah Agung. Didalam Pasal 67 menyebutkan syarat-

syarat untuk dilakukan peninjauan kembali antara lain:

1) Putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat

pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau

didasarkan pada bukti-bukti yang ternyata palsu;

2) Ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada

waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;

3) Telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari

pada yang dituntut;

4) Bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-

15 Sebastiaan Pompe, Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung. (Jakarta: Lembaga Kajian danAdvokasi untuk Independensi Peradilan. 2012), h. 325.

16 Darwan Prints, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, (Bandung: CitraAditya Bakti, 2002), h.142.

Page 35: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

23

sebabnya;

5) Pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar

yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah

diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;

6) Dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu

kekeliruan yang nyata.

d. Pelaksanaan Putusan

Terdapat dua golongan putusan yakni, putusan sela dan putusan

akhir.38 Dalam hal ini yang akan dibahas dalam penulisan adalah tentang

putusan akhir. Putusan menurut sifatnya dikenal tiga macam putusan,

yaitu:17

1) Putusan Declaratoir.

Putusan Declaratoir adalah putusan yang bersifat hanya menerangkan,

menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata. Misalnya, bahwa A

adalah anak angkat yag sah dari X dan Y, atau bahwa A, B,dan C

adalah ahli waris dari almarhum Z.

2) Putusan Constitutif.

Putusan Constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan

hukum atau menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. Contohnya

adalah putusan perceraian, putusan yang menyatakan seseorang jatuh

pailit.

3) Putusan Condemnatoir.

Putusan Condemnatoir adalah putusan yang berisikan penghukuman.

Misalnya, dimana pihak tergugat dihukum untuk menyerahkan

sebidang tanah berikut bangunan rumahnya. Atau tergugat dihukum

untuk membayar hutangnya. Sedangkan Putusan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri dalam Upaya Hukum Keberatan atas putusan

17 Sukarmi, Pelaksanaan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Jurnal PersainganUsaha Komisi Pengawas Persaingan Usaha.ed 7-Tahun 2012, h. 2

Page 36: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

24

KPPU dapat berupa:

a) Menguatkan Putusan KPPU.

Pengadilan Negeri dalam memeriksa Upaya Keberatan atas

Putusan KPPU berpendapat bahwa majelis KPPU telah benar

dalam memeriksa perkara, baik berkenaan dengan fakta maupun

penerapan hukumnya sehingga majelis hakim Pengadilan Negeri

sependapat dengan putusan majelis KPPU. Putusan Pengadilan

Negeri yang menguatkan putusan majelis KPPU tidak merubah

terhadap apa yang telah diputuskan oleh KPPU.

b) Membatalkan Putusan KPPU.

Apabila PengadilanNegeri berpendapat bahwa Majelis KPPU

telah salah dalam memeriksa perkara, atau pelaku usaha tidak

terbukti melakukan pelanggaran terhadap pengaturan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Pengadilan Negeri dapat

membatalkan putusan majelis komisi. Dalam hal ini maka putusan

yang telah dijatuhakn oleh majelis KPPU dianggap tidak pernah

ada.

c) Membuat Putusan Sendiri.

Pengadilan Negeri mempunyai kewenangan untuk membuat

putusan sendiri dalam menangani pekara keberatan. Putusan

Pegadilan negeri dapat berupa menguatkan sebagian putusan

KPPU, sedangkan isi putusan yang selebihnya dibatalkan.

B. Asas dan Tujuan Hukum Persaingan Usaha

Guna memahami makna suatu aturan perundang-undangan, perlu

disimak terlebih dahulu apa asas dan tujuan dibuatnya suatu aturan. Asas

dan tujuan akan memberi refleksi bagi bentuk pengaturan dan norma-

norma yang dikandung dalam aturan tersebut. Selanjutnya pemahaman

terhadap norma-norma aturan hukum tersebut akan memberi arahan dan

mempengaruhi pelaksanaan dan cara-cara penegakan hukum yang akan

dilakukan.

Page 37: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

25

Asas dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 sebagaimana diatur

pada Pasal 2 bahwa: “Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan

kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan

keseimbangan antar kepentingan pelaku usaha dan Asas demokrasi

ekonomi tersebut merupakan penjabaran Pasal 33 UUD 1945 dan ruang

lingkup pengertian demokrasi ekonomi yang dimaksud dahulu dapat

ditemukan dalam penjelasan atas Pasal 33 UUD 1945. Demokrasi

ekonomi pada dasarnya dapat dipahami dari sistem ekonominya

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Risalah

Sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945 di Gedung Pejambon Jakarta

dapat diketahui bahwa Supomo selaku ketua Panitia Perancang UUD

menolak paham individualisme dan menggunakan semangat kekeluargaan

yang terdapat dalam masyarakat pedesaan Indonesia. Di sini ia mengikuti

ajaran filsafat idealisme kekeluargaan dari Hegel, Adam Muller, dan

Spinoza. Adam Muller adalah penganut aliran Neo- Romantisisme Jerman,

aliran yang timbul sebagai reaksi terhadap ekses-ekses individualisme

Revolusi Perancis.18

Adapun tujuan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

sebagaimana diatur pada Pasal 3 adalah untuk:

1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

2. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan

pelaku usaha kecil;

3. mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

4. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

18 Lihat Risalah Sidang BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)tanggal 29 Mei 1945 – 19 Agustus 1945, Tim Penyunting: Saafroedin Sabar dkk., diterbitkan olehSekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1992, dalam Johnny Ibrahim, Hukum PersainganUsaha: Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Bayumedia, Malang, Cetakankedua, 2007, h. 192.

Page 38: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

26

Dua hal yang menjadi unsur penting bagi penentuan kebijakan

(policy objectives) yang ideal dalam pengaturan persaingan di negara-

negara yang memiliki undang-undang persaingan adalah kepentingan

umum (public interest) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency).

Ternyata dua unsur penting tersebut (Pasal 3 (a)) juga merupakan bagian

dari tujuan diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Pasal 2 dan 3 tersebut di atas menyebutkan asas dan tujuan-tujuan

utama Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Diharapkan bahwa

peraturan mengenai persaingan akan membantu dalam mewujudkan

demokrasi ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Ayat 1 UUD

1945 Pasal 2 dan menjamin sistem persaingan usaha yang bebas dan adil

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menciptakan sistem

perekonomian yang efisien Pasal 3.

Mereka mengambil bagian pembukaan UUD 1945 yang sesuai

dengan Pasal 3 huruf a dan b Udang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dari

struktur ekonomi untuk tujuan perealisasian kesejahteraan nasional

menurut UUD 1945 dan demokrasi ekonomi, dan yang menuju pada

sistem persaingan bebas dan adil dalam Pasal 3 huruf a dan b Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. Hal ini menandakan adanya pemberian

kesempatan yang sama kepada setiap pelaku usaha dan ketiadaan

pembatasan persaingan usaha, khususnya penyalahgunaan wewenang di

sektor ekonomi.

Selaku asas dan tujuan, Pasal 2 dan 3 tidak memiliki relevansi

langsung terhadap pelaku usaha, karena kedua pasal tersebut tidak

menjatuhkan tuntutan konkrit terhadap perilaku pelaku usaha. Walaupun

demikian, kedua pasal tersebut harus digunakan dalam interpretasi dan

penerapan setiap ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Peraturan persaingan usaha agar diinterpretasikan sedemikian rupa

sehingga tujuan-tujuan yang termuat dalam Pasal 2 dan 3 tersebut dapat

dilaksanakan seefisien mungkin. Misalnya, sehubungan dengan

penerimaan dan jangkauan dari rule of reason dalam rangka ketentuan

Page 39: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

27

tentang perjanjian yang dilarang (Pasal 4-16), harus diperhatikan bahwa

Pasal 2 dan 3 tidak menetapkan tujuan-tujuan yang dilaksanakan dalam

bidang sumber daya manusia, kebijakan struktural dan perindustrian.19

C. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau

ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai

pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus

menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil

dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya.

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologi.20

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma

adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen,

dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus

dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang

deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat

umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam

bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun

dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi

batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan

terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut

menimbulkan kepastian hukum.21

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan

dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan

logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir)

dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan

19 Andi Fahmi Lubis, dkk. Hukum Persaingan Usaha, buku teks KPPU . edisi kedua(Jakarta: KPPU, 2017)h. 35.

20 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,(Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010), h.59

21 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Kencana, Jakarta, 2008), h.158.

Page 40: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

28

norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas,

tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan

keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual

mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil

bukan sekedar hukum yang buruk.22

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian,

yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu

mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan

kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan

pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu

dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

Negara terhadap individu.23

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik

yang didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang

cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri,

karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan

aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar

menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu

diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu

aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum

membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan

atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.24

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang

22 Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit,Kamus Istilah Hukum, (Jakarta, 2009), h. 385.

23 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, ( Citra Aditya Bakti,Bandung,1999), h.23

24 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (TokoGunung Agung, Jakarta), 2002, h. 82-83

Page 41: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

29

berisi keadilan. Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-

sungguh berfungsi sebagi peraturan yang ditaati. Menurut Gustav

Radbruch keadilan dan kepastian hukum merupakan bagian-bagian yang

tetap dari hukum. Beliau berpendapat bahwa keadilan dan kepastian

hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan

dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati.

Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu

nilai keadilan dan kebahagiaan.25

Jika dikaitkan teori kepastian hukum dalam suatu perjanjian

sesuai pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta hak dan

kewajiban dalam perjanjian sewa menyewa, menekankan pada penafsiran

dan sanksi yang jelas agar suatu perjanjian/ kontrak dapat memberikan

kedudukan yang sama antarsubjek hukum yang terlibat (para pihak yang

melakukan perjanjian sewa menyewa). Kepastian memberikan kejelasan

dalam melakukan perbuatan hukum saat pelaksanaan suatu

perjanjian/kontrak sewa b menyewa, dalam bentuk prestasi bahkan saat

perjanjian tersebut wanprestasi atau salah satu pihak ada yang dirugikan

maka sanksi dalam suatu perjanjian/kontrak tersebut harus dijalankan

sesuai kesepakatan para pihak baik pihak penyewa maupun pihak yang

menyewakan.

D. Tugas dan Kewenangan KPPU dalam Penegakan Hukum Persaingan

Usaha di Indonesia

1. Pengertian KPPU

Definisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dijelaskan

dalam Pasal 1 butir 18 Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut :

“Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah Komisi yang dibentuk

untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya

agar tidak melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat Pengaturan pasal ini menjadi penegasan tujuan dari

dibentuknya KPPU sebagaimana hal ini diatur dalam Pasal 30 Ayat (2)

Page 42: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

30

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa KPPU sebagai

lembaga independen yang terlepas dari pengaruh serta kekuasaan

pemerintah serta pihak lain.26

Sedangkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 75 Tahun 1999

Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha memperjelas definisi

KPPU pada Pasal 1 Ayat (2) yakni: “Lembaga independen (non

struktural) yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan Undang-

Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta

pihak lain.

Penegasan secara formal tentang pemerintah untuk tindak

mempengaruhi KPPU dalam menjalankan amanat yang diberikan oleh

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menunjukan bahwa kebebasan

komisi yang dalam hal ini diakui oleh pemerintah dan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sangat penting.

KPPU mempunyai wewenang yang meliputi menyusun peraturan

pelaksanaan dan memeriksa berbagai pihak yang diduga melanggar

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 serta membuat putusan yang

bersifat mengikat dan menjatuhkan hukuman atau saknsi terhadap para

pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap undang- undang

ini. Tugas dan wewenang KPPU diatur dalam Pasal 35 dan 36 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. KPPU bertugas melakukan penilaian

terhadap segala bentuk perjanjian dan/atau bentuk usaha yang

mengarah pada pelanggaran pasal-pasal pada pengaturan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. Disamping itu KPPU juga bertugas

untuk memberikan pertimbangan dan saran terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli atau persaingan

usaha tidak sehat baik dengan cara diminta ataupun secara pro-aktif.

26 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha terori dan praktiknya diIndonesia.(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 276.

Page 43: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

31

a. KPPU Bukan Satu-satunya Lembaga Yang Berwenang Menangani

Perkara Persaingan Usaha27

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menunjuk langsung KPPU

sebagai lembaga independen yang memegang kewenangan untuk

melakukan penanganan terhadap perkara persaingan usaha. Namun

terdapat institusi lain yang juga membantu KPPU dalam

menegakkan hukum persaingan usaha, karena dalam Pasal 45

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga menunjuk pengadilan

negeri dan mahkamah agung sebagai lembaga yang berwenang

menangani perkara persaingan usaha. Disamping itu KPPU

bukanlah lembaga yang bisa berdiri sendiri akan tetapi KPPU

adalah lembaga yang tidak berdaya tanpa adanya lembaga lain yang

membantu KPPU. Dalam hal KPPU melakukan pemeriksaan

terhadap pelaku usaha atau pihak lain, pihak yang diperiksa dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 diwajibkan untuk

menyerahkan alat bukti yang diperlukan. Namun ketika pihak yang

diperiksa ini menolak untuk menyerahkan alat bukti tersebut, maka

KPPU disini tidak mempunyai upaya untuk melakukan upaya paksa

untuk mendapatkan alat bukti yang diperlukan tersebut. Dalam hal

seperti ini maka KPPU tidak akan dapat melakukannya sendiri dan

butuh bantuan penyidik untuk mendapatkan alat bukti tersebut.

KPPU juga diberikan wewenang dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 untuk menjatuhkan putusan terbukti atau

tidaknya seorang pelaku usaha melakukan pelanggaran terhadap

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Namun apabila pelaku

usaha disini merasa keberatan dengan putusan KPPU maka dapat

mengajukan upaya keberatan atas putusan KPPU ke pengadilan

negeri dengan cara sebagaimana yang diatur dalam Undang-

27 Herber Sauter, Law Concerning Prohibition of Monopolistic Praktice and UnfairBusiness Competititon, Undang-undang larangan praktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat. (Jakarta: Penerbit Katalis,2003), Cet 2, h. 369.

Page 44: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

32

Undang Nomor 5 Tahun 1999. Apabila para pihak baik KPPU

ataupun pelaku usaha pada tahap ini masih tidak puas dengan

putusan pengadilan negeri maka terhadap putusan pengadilan

negeri disini dapat diajukan upaya hukum kasasi. Tata cara

pengajuan kasasi juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Putusan Mahkamah Agung adalah putusan final dan

tidak dapat diajukan upaya hukum apapun. Sehingga para pihak

wajib menjalankan putusan Mahkamah Agung ini.

2. Kewenangan KPPU

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

75 Tahun 1999, KPPU dibentuk dengan tujuan untuk mengawasi

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan hal tersebut

kembali ditegaskan dalam Pasal 30 Undang- Undang Nomor 5 Tahun

1999 yang menyatakan:

“Untuk megawasi pelaksanaan Undang-Undang ini dibentuk

Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut

Komisi”.

Dalam melakukan pengawasan serta penegakan segala hal yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU memiliki

kewenangan yang diatur dalam Pasal 36. Kewenangan tersebut

meliputi:

a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

adanya dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat, melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan

usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan/atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

Page 45: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

33

dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha.

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau pemeriksaan tentang ada

atau tidak adanya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehat.

e. Menghadirkan pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan dan pengaturan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999.

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, ahli, atau setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang

ini.

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e,dan huruf , yang

tidak bersedia memenuhi panggilan dari KPPU.

h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini.

i.. Mendapatkan, meneliti, dan/atau menilai surat, dokumen atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan.

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

pelaku usaha lain atau masyarakat.

k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

l.. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha

yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

perundang- undangan ini.

m. Kewenangan KPPU untuk menjatuhkan sanksi administratif ini

dipertegas dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Hal

ini berarti bahwa KPPU dapat menetapkan ganti rugi bagi pihak yang

dirugikan dalam suatu kasus persaingan usaha. Namun demikian,

apabila KPPU tidak menetapkan atau memutuskan adanya suatu ganti

rugi maka berarti KPPU menilai hal tersebut tidak diperlukan.

Page 46: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

34

Sehubungan dengan kewenangan KPPU menetapkan kerugian berikut

adalah beberapa permalasahan hukum yang terkait28.

3. Tugas KPPU

KPPU adalah lembaga quasi judicial yang mempunyai wewenang

eksekutorial terkait kasus-kasus persaingan usaha. Menurut ketentual

Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktik Monopili dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang

dimaksud dengan Komisi Persaingan Usaha adalah “ Komisi yang

dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan

usahanya agar tidak sehat.29

Atas dasar kewenangan yang besar tersebut maka dalam hal in KPPU

mempunyai amanat tugas yang meliputi:30

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau tindakan

pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya

penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

d. Mengambil tindakan sesuai dengan kewenangan Komisi.

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat.

28 Wahyuni Bahar, et.all, “ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 – Refleksi danRekomendasi”., pada Litigasi Persaingan Usaha (Competition Litigation) Tangerang : Centrefor Finace, Investment and Securities Law (CFISEL), h. 42.

29 Susanti Adi Nugraha, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, dala m teori danpraktek serta penerapan hukumnya (Jakarta: Kencana, 2012), h. 544.

30 Rai Mantili, Problematika Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam RangkaMenciptakan Kepastian Hukum. Pjih Volume 3 Nomor 1 Tahun 2016, h.8

Page 47: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

35

f. Menyusun pedoman dan/ atau publikasi yang berkaitan dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada

presiden dan dewan perwakilan rakyat.

h. Melihat kewenangan serta tugas KPPU tersebut, maka akan terlihat

bahwa KPPU Indonesia memiliki tugas yang hampir sama dengan

“KPPU” yang ada di negara lain. KPPU diberikan tugas yang

sangat besar karena tugas tersebut meliputi kewenangan eksekutif,

yudikatif, legislatif, serta konsultatif. Sehingga dengan demikian

KPPU mempunyai multifungsi karena wewenangnya tersebut

KPPU bertindak sebagai Investigator,penyidik, pemeriksa,

penuntut, dan pemutus, serta konsultan. Akan tetapi, sebagaimana

dengan karakter yang khas dalam hukum persaingan maka KPPU

dikatakan sebagai lembaga quasi judicial yang artinya lembaga

penegak hukum yang mengawasi persaingan usaha.

Kewenangan KPPU sebagai konsultan adalah kewenangan

yang strategis karena KPPU juga turut andil dalam hal memberikan

saran dan pertimbangan kepada pemerintah berkaitan dengan

keputusan suatu lembaga yang menyangkut kebijakan ekonomi.

Maka KPPU disini cukup berperan untuk menentukan kebijakan

pemerintah yang dapat dikatakan mengganggu jalannya proses

persaingan sebagaimana yang diamanatkan oleh 5 Tahun 1999.

Oleh sebab itu, pada kenyataannya KPPU menjadi badan

Independen yang memutus perkara persaingan walaupun KPPU

merupakan suatu lembaga yang memiliki kewenangan sedemikian

besar, serta melekat pada suatu lembaga hukum, KPPU mempunyai

kewajiban untuk menjunjung tinggi asas-asas yang hidup dalam

peradilan yakni:

1. Asas praduga tak bersalah (presumption of Innocence)

Asas ini sangat dijunjung tinggi dalam hukum acara pidana dan

harus dihormati oleh semua penegak hukum, termasuk KPPU.

Page 48: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

36

2. Prinsip kerahasiaan informasi

KPPU sendiri sebenarnya sudah mempunyai peraturan

mengenai prinsip kerahasiaan informasi atas perkara yang sedang

ditangani. Hal ini diatur dalam Keputusan KPPU Nomor

06/KPPU/KEP/XI/2000 tentang kode etik dan mekanisme kerja

KPPU (“Kode Etik KPPU”). Pada bagian V butir 4 kode etik

KPPU secara tegas dinyatakan bahwa anggota KPPU secara

tegas dinyatakan bahwa anggota KPPU dilarang untuk

memberikan berbagai informasi kepada publik yang dapat

mempengaruhi keputusan komisi atas suatu perkara yang sedang

ditanganinya. Dalam konteks ini, berbagai pernyataan atau

informasi KPPU kepada publik mengenai

Asas Audi Et Alteram Partem merupakan asas yang wajib

juga dijunjung tinggi oleh semua penegak hukum dalam

menjalankan kewenangannya. Karena pentingnya asas ini, maka

diatur tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

Tentang Kekuasaan Kehakiman. Dalam pemeriksaan sidang,

kedua belah pihak wajib didengar secara seimbang. Kesempatan

untuk didengar wajib diberikan oleh pengadilan atau majelis

yang memimpin pemeriksaan tersebut sesuai dengan acuan

sebagaimana berikut:

Mendapatkan kesempatan untuk mengajukan pembelaan,

merupakan hak yang diberiksan hukum kepada para pihak. Oleh

karena kesempatan mengajukan pembelaan kepentingan dalam

proses pemeriksaan adalah hak, pengadilan tidak boleh

mengesampingkannya. Secara proporsional kedua belah pihak

wajib didengar jika hal tersebut mereka minta.

4. Proses Penanganan Perkara Persaingan Usaha Oleh KPPU

Hukum Acara di KPPU telah diberlakukan sejak KPPU berdiri.

Hukum acara ini telah mengalami sekali perubahan dari SK Nomor

Page 49: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

37

05/KPPU/KEP/IX/2000 tentang tata cara penyampaian laporan dan

penanganan dugaan penyelenggaraan Terhadap Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 menjadi Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun

2006 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU yang telah

berlaku efektif sejak tahun 2006. Terhadap peraturan tersebut kini

telah kembali diperbarui dengan Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun

2010 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU.31

Pada prinsipnya dalam penanganan perkara hukum

persaingan usaha, terdapat tiga aspek hukum yang berkaitan yakni

perdata, administrasi negara, dan pidana. Mengenai aspek perdata

dan administrasi negara, diatur dalam pengaturan Pasal Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. Sedangkan dalam aspek pidana,

dalam penerapannya berdasar pada KUHAP. KUHAP menjadi

rujukan dalam hal fungsi penyelidikan dan pemeriksaan tidak

dikenal dalam hukum acara perdata, dan disamping itu yang ingin

dicari oleh KPPU adalah kebenaran materiil, sementara dalam

hukum acara perdata adalah kebenaran formil. Pada dasarnya dalam

hukum acara KPPU mengatur tentang penanganan perkara

pelanggaran persaingan usaha. Namun tidak diatur mengenai tindak

pidana persaingan usaha, sehingga berlaku KUHAP. Dalam usaha

mencari kebenaran materiil, diperlukan keyakinan KPPU bahwa

pelaku usaha melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang

menyebabkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha

tidak sehat. Dalam penulisan ini yang akan dibahas adalah

mengenai penegakan hukum persaingan usaha yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Wewenang KPPU antara lain menangani dugaan pelanggaran

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berdasarkan laporan

masyarakat yang dirugikan atau inisiatif setelah mengetahui adanya

31 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia (Jakarta: Kencana,2009), h 96.

Page 50: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

38

pelanggaran undang-undang persaingan usaha. Dalam hal

mendapatkan keyakinan, maka KPPU harus memastikan tentang

ada atau tidaknya perbuatan yang menyebabkan terjadinya praktek

monopoli atau persaingan usaha. KPPU dalam hal ini mempunyai

wewenang untuk memanggil pelaku usaha yang setelah dilakukan

penyelidikan komisi menduga telah melakukan pelanggaran. Pelaku

usaha memiliki hak untuk mengemukakan pendapatnya sebagai

upaya pembelaan terhadap tuduhan yang diberikan oleh KPPU.

Selanjutnya demi mendapatkan kebenaran materiil, maka komisi

dapat melakukan pembuktian dengan cara memanggil saksi, saksi

ahli dan setiap orang dianggap mengetahui pelanggaran. Keputusan

yang nanti dijatuhkan oleh KPPU berupa ada atau tidaknya

pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang diperiksa serta

ada atau tidaknya kerugian di pihak pelaku usaha lain sebagai

akibat dari pelanggaran tersebut.32

Sudah menjadi tugas dari majelis komisi untuk melakukan

penyelidikan apakah suatu hubungan hukum yang menjadi dasar

dari laporan dugaan mengenai ada atau tidaknya pelanggaran yang

dilakukan terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Pemeriksaan atas dasar laporan adalah pemeriksaan yang dilakukan

karena adanya laporan dari masyarakat yang dirugikan atau atas

dasar laporan dari pelaku usaha yang dirugikan oleh tindakan

pelaku usaha yang dilaporkan. Apabila seorang pelapor tidak dapat

membuktikan dalilnya yang menjadi dasar laporannya, hal ini

menjadikan laporannya akan ditolak atau tidak akan dilanjutkan ke

tahap pemeriksaan. Sedangkan apabila dalil tersebut berhasil

dibuktikan oleh pelapor, maka laporan tersebut akan dikabulkan

oleh majelis komisi untuk dilanjutkan ke tahap pemeriksaan.

Disamping itu Majelis komisi memegang kewenangan untuk

32 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia dalam teori dan praktikpenerapan hukumnya (Jakarta: Kencana, 2012), h 557.

Page 51: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

39

menentukan siapa diantara pihak-pihak yang berpekara yang

diwajibkan untuk memberikan bukti, apakah pihak pelapor atau

pihak terlapor. Penyampaian laporan berdasarkan pengaduan atau

laporan haruslah disertai dengan identitas diri yang jelas guna

menghindari adanya laporan yang berbentuk “surat kaleng” yang

tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan ilmiah, atau

asumsi bahwa kinerja yang dilakukan oleh KPPU tidak credible.33

Sedangkan dalam hal pemeriksaan tersebut dilakukan atas

dasar inisiatif KPPU sendiri telah diatur dalam Pasal 48 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dalam pasal ini dinyatakan:

1. Komisi dapat melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha

apabila ada dugaan terjadi pelanggaran undang-undang ini

walaupun tanpa adanya laporan.

2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal 1 dilaksanakan

sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Pasal 39.

Dalam pemeriksaan atas inisiatif, KPPU pertama-tama akan

membentuk suatu majelis komisi untuk melakukan pemeriksaaan

terhadap pelaku usaha dan saksi. Dalam menjalankan tugas ini,

majelis komisi dibantu oleh staf komisi. Selanjutnya majelis komisi

menetapkan jadwal dimulainya pemeriksaan pendahuluan.

Klarifikasi dan penelitian dalam proses hukum acara di

KPPU dilakukan sendiri oleh KPPU melalui kesekretariatan dengan

tujuan mendapatkan kejelasan dan kelengkapan dari laporan.

Dalam tahap ini KPPU melakukan pemeriksaan dan mempelajari

dokumen laporan, serta mengklarifikasi data ke pelapor dan

sumber- sumber yang lainnya. Pemeriksaan disini dilakukan pada

kebenaran lokasi alamat pelapor, memeriksa kebenaran alamat

saksi, memeriksa kesesuaian dugaan pelanggaran undang-undang

33 Najib A. Gisymar, S.H, M.Hum., “Komisi Pengawas Persaingan Usaha (CatatanPeluang Masalah Terhadap Penegakan Hukum Undang-Undang. Nomor 5 Tahun 1999)”, JurnalHukum Bisnis Volume 19 (2002), h. 29

Page 52: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

40

persaingan, serta menilai kompetensi absolut terhadap laporan.

Hasil dari laporan ini akan dituangkan dalam resume laporan

dugaan pelanggaran. Apabila laporan tersebut belum memenuhi

syarat yang telah disebutkan diatas, maka laporan tersebut

dikembalikan kepada pelapor, dan dikembalikan paling lama 10

hari sejak diterimanya laporan. Apabila pelapor mengembalikan

laporan tersebut lebih dari jangka waktu 10 hari, maka laporan

tersebut dinyatakan tidak lengkap dan penanganannya dihentikan.

Pelapor dapat mengajukan laporan baru. apabila menemukan bukti

baru yang lengkap. Waktu yang diberikan untuk melakukan

klarifikasi dan penelitian dan klarifikasi adalah 60 hari dan dapat

diperpanjang selama 30 hari.

Setelah proses klarifikasi selesai dilakukan, langkah

penanganan selanjutnya adalah pemberkasan. Pemberkasan disini

dilakukan melalui kesekretariatan KPPU dan tim pemberkasan. Hal

ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai layak atau tidaknya

perkara tersebut dilanjutkan ke gelar laporan. Hasil ini dari

pemberkasan dituangkan dalam laporan dugaan pelanggaran.

Adapun isi laporan dugaan pelanggaran meliputi:

a. Identitas pelaku usaha yang diduga melakukan pelangaran Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999.

b. Perjanjian dan/atau kegiatan yang diduga melanggar.

c. Cara perjanjian dan /atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak

perjanjian dan /atau kerugian yang ditimbulkan.

d. Ketentuan undang-undang yang diduga dilanggar.

e. Rekomendasi : dilakukan gelar laporan atau diperbaiki.

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemberkasan

adalah 30 hari. Setelah dilakukan pemberkasan, segera sekretariat

komisi melakukan gelar laporan dalam rapat gelar laporan yang

dihadiri oleh pimpinan KPPU dan sejumlah anggota KPPU yang

memenuhi kuorum. Tujuan dilakukannya gelar laporan adalah

Page 53: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

41

memperoleh penilaian mengenai layak atau tidaknya suatu laporan

untuk dilakukan pemeriksaan pendahuluan. Suatu laporan

dikatakan telah layak untuk memasuki tahap pemeriksaan

pendahuluan apabila dalam laporan dugaan pelanggaran sekurang-

kurangnya telah berisi hal-hal sebagai berikut:

a. Identitas pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran

b. Perjanjian dan/atau kegiatan yang diduga melanggar.

c. Cara perjanjian dan /atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak

perjanjian dan /atau kegiatan terhadap persaingan, kepentingan

umum atau konsumen dan/atau kerugian yang ditimbulkan sebagai

akibat dari terjadinya pelanggaran.

d. Ketentuan undang-undang yang diduga dilanggar.

e. Rekomendasi tentang perlu atau tidak dilakukan pemeriksaan.

f. Laporan telah didukung oleh bukti awal adanya pelanggaran.

Langkah KPPU selanjutnya setelah melakukan gelar perkara

adalah melakukan pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan

pendahuluan dapat dimulai setelah KPPU mengeluarkan surat

penetapan atau keputusan tentang dapat dimulainya pemeriksaan

pendahuluan. Pasal 39 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 menentukan bahwa jangka waktu pemeriksaan pendahuluan

adalah tiga puluh hari sejak tanggal surat penetapan dimulainya

suatu pemeriksaan pendahuluan. Untuk pemeriksaan berdasarkan

inisiatif, jangka waktu pemeriksaan pendahuluan dihitung sejak

tanggal surat penetapan Majelis Komisi untuk memulai

pemeriksaan pendahuluan. Sedangkan untuk pemeriksaan

berdasarkan laporan, KPPU terlebih dahulu wajib melakukan

penelitian terhadap kejelasan laporan. Apabila laporan telah

lengkap, KPPU akan mengeluarkan penetapan yang berisi tentang

dimulainya waktu pemeriksaan pendahuluan. Jangka waktu

pemeriksaan dihitung sejak tanggal surat

Page 54: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

42

Penetapan Komisi. Tim pemeriksa pendahuluan terdiri dari

sekurang-kurangnya 3 orang anggota komisi. Dalam melakukan

pemeriksaan pendahuluan, tim pemeriksa disini dibantu oleh

sekretariat komisi. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan pendahuluan

adalah mendapatkan pengakuan terlapor dan atau bukti awal yang

cukup tentang terjadinya pelanggaran. Hasil dari pemeriksaan

pendahuluan akan sekurang- kurangnya berisi:

a. Identitas pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran

b. Perjanjian dan/atau kegiatan yang diduga melanggar.

c. Cara perjanjian dan /atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak

perjanjian dan /atau kegiatan terhadap persaingan, kepentingan

umum atau konsumen dan/atau kerugian yang ditimbulkan sebagai

akibat dari terjadinya pelanggaran.

d. Ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilanggar,

atau rekomendasi perlu diteruskan ke pemeriksaan lanjutan.

e. Apabila terlapor bersedia untuk menerima hasil pemeriksaan

pendahuluan dan mengakhiri perjanjian dan atau kegiatan

usahanya, maka hal tersebut akan dicantumkan dalam dokumen

hasil pemeriksaan tambahan.

f. Hasil pemeriksaan akan disampaikan ke Komisi untuk ditetapkan

tindakan selanjutnya.

Apabila terlapor bersedia untuk melakukan perubahan

perilaku dengan mengakhiri perjanjian dan atau kegiatan usaha

yang diduga melanggar dan atau membayar ganti rugi, untuk itu

komisi dapat menetapkan untuk tidak dilakukan tindak lanjut

pemeriksaan pendahuluan. Bukti perubahan perilaku harus

disampaikan kepada KPPU paling lama 60 hari terhitung sejak

berakhirnya pemeriksaan

Pendahuluan dan dapat diperpanjang oleh komisi apabila

terdapat alasan yang kuat. Untuk menilai perubahan perilaku dari

Page 55: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

43

pelaku usaha disini dilakukan monitoring yang dilakukan oleh

sekretariat atau tim monitoring. Hasil dalam monitoring ini akan

dikumpulkan dalam laporan pelaksanaan yang memuat pernyataan

kesediaan terlapor untuk merubah perilakunya dalam bukti-bukti

perubahan tersebut.

Tahap berikutnya setelah tahap pemeriksaan pendahuluan

adalah tahap pemeriksaan lanjutan. Sebelum dilakukan

pemeriksaan lanjutan, KPPU mengeluarkan surat keputusan untuk

dimulainya pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan dilakukan

oleh KPPU bila telah ditemukan adanya indikasi praktek monopoli

atau persaingan usaha tidak sehat, atau apabila KPPU memerlukan

waktu yang lebih lama untuk melakukan penyelidikan dan

pemeriksaan secara lebih mendalam mengenai kasus yang ada.

Pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 bahwa jangka

waktu pemeriksaan lanjutan adalah 60 hari sejak berakhirnya

pemeriksaan pendahuluan, dan dapat diperpanjang paling lama 30

hari. Pelaku usaha yang sedang diperiksa oleh KPPU mempunyai

status hukum yang berbeda tergantung jenis perkaranya apakah

laporan atau inisiatif. Apabila pemeriksaan perkara berdasarkan

adanya laporan, maka pelaku usaha yang diperiksa disebut sebagai

“terlapor.” Sedangkan untuk perkara yang berdasar inisiatif, pelaku

usaha yang diperiksa disebut “saksi.”

Pada Pasal 43 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 dikatakan bahwa Komisi wajib memutuskan telah terjadi atau

tidak terjadi pelanggaran undang- undang persaingan selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak selesainya

pemeriksaan lanjutan. Dalam penjelasan Pasal 43 Ayat (3) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebutkan bahwa pengambilan

keputusan itu diambil dalam suatu sidang Majelis yang

beranggotakan sekurang kurangnya 3 orang anggota Komisi.

Page 56: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

44

Putusan komisi tersebut harus dibacakan dalam sidang yang

terbuka untuk umum dan segera diberitahukan kepada pelaku

usaha (Pasal 43 Ayat (4) Undang-Undang No 5 \ Tahun 1999).

Berdasarkan penjelasan Pasal 43 Ayat (4) Undang-Undang ini yang

dimaksudkan dengan pemberitahuan kepada pelaku usaha tersebut

adalah penyampaian petikan putusan komisi kepada pelaku usaha

atau kuasa hukumnya. Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tidak

menyebutkan secara rinci apakah petikan putusan tersebut harus

disampaikan secara langsung kepada pelaku usaha (in person) atau

dapat dilakukan dengan metode lain.

Dengan berpegang pada asas efisiensi serta keterbukaan,

maka pada asasnya Komisi harus berusaha memberitahukan

putusannya pada pelaku usaha yang bersangkutan pada hari yang

sama dengan hari pembacaan putusan yang terbuka untuk umum.

Dengan mengingat pada pendeknya waktu (yakni 14 hari) yang

dimiliki oleh pelaku usaha untuk mengajukan upaya hukum

keberatan terhadap putusan Komisi, maka selayaknyalah

pemberitahuan putusan tidak harus dilakukan dengan in person

melainkan dapat dilakukan dengan bantuan sarana komunikasi yang

modern seperti e-mail atau fax.

Namun apabila pelaku usaha tidak puas dengan hasil dari

pemeriksaan serta putusan dari KPPU maka pelaku usaha tersebut

masih bisa untuk melakukan upaya hukum keberatan atas putusan

KPPU.

Page 57: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

45

BAB III

PENGAJUAN KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU PERKARA

NOMOR: 45/ KPPU-L/ 2008

A. Putusan KPPU Perkara Nomor: 45/ KPPU-L/ 2008

1. Posita dalam putusan KPPU

Perkara ini berawal KPPU menerima laporan terjadinya

persekongkolan tender dari salah satu pelaku usaha yang menjadi

bagian dalam kepesertaan penawaran tender pengadaan buku

Pengadaan Modul Paket A, B, C dan Keaksaraan Fungsional Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi JawaTimur Tahun Anggaran

2007.

Pihak terlapor yang mengikuti tender pengadaan tersebut yakni:

a. CV Fajar Jaya, sebagai Terlapor I

b. PT Damata Sentra Niaga, sebagai Terlapor II

c. CV. Eka Jaya, sebagai Terlapor III

d. UD. Melati Indah, sebagai Terlapor IV

e. UD Media Alas Dayu, sebagai Terlapor V

f. CV Surya Eka Dwi, Sebagai Terlapor VI

g. Panitia Tender Pengadaan Modul dan/atau Buku Paket A

dan B, Paket C dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan

Tahun 2007.

Kronologis singkat, ketika KPPU mendapatkan laporan tersbut,

selanjutnya sekretariat Komisi melakukan penelitian dan klarifikasi.

Setelah dinyatakan laporan telah lengkap dan jelas, maka proses

dilanjutkan kepada tahapan pemeriksaan pendahuluan, dalam proses

terbeut dilakukan pemeriksaan para pihak baik pelapor maupun

terlapor, baik keterangan saksi maupun pemeriksaan alat bukt

lainnya. Setelah proses pemeriksaan pendahuluan dilalui, selanjutnya

dilakukan pemeriksaan lanjutan, dimana KPPU menerbitkan

Page 58: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

46

keputusan pihak yang dinyatakan bersalah, yang melanggar Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Persekongkolan Tender.

2. Pokok perkara

Adanya persekongkolan tender dalam proses lelang Pengadaan

Modul Paket A, B, C dan Keaksaraan Fungsional Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007,

sehingga dapat diduga melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999, dalam bentuk:

a. Persekongkolan horizontal antara PT. Damata Sentra dengan CV

Fajar Jaya dan CV Eka Jaya dalam mengatur dan atau menentukan

PT Damata Sentra Niaga sebagai Pemenang Paket BAPK dan CV

Fajar jaya sebagai Pemenang Paket A dan B;

b. Persekongkolan horizontal antara UD Media Alas Dayu dengan CV

Surya Eka Dwi dalam mengatur dan atau menentukan peserta UD

Media Alas Dayu sebagai pemenang Paket C.

c. Persekongkolan vertikal yang dilakukan Panitia yang memfasilitasi

PT Damata Sentra Niaga dan UD Media Alas Dayu sebagai

pemenang.

3. Pertimbangan Majelis Komisi

Dari beberapa pokok perkara yang telah di jelaskan di atas majelis

komisi Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dan

dikaitkan dengan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi menilai

pemenuhan unsur-unsur pasal sebagai berikut

a. Bahwa ketentuan Pasal 22 Undang-Undang No 5 Tahun 1999

menyatakan:

“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk

mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

b. Menimbang bahwa Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

Page 59: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

47

1) Pelaku Usaha

yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan

atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan

badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,

menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi.

2) Pihak lain

Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pihak lain adalah

para pihak (vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam proses

tender yan melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha

sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang

terkait dengan tender tersebut.

3) Bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang

tender

Yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan

Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan

pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam

upaya memenangkan peserta tender tertentu sebelum

memtuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal di

bawah ini:

Bahwa Majelis Komisi menilai perbuatan atau tindakan

persekongkolan untuk mengatur pemenang tender merupakan

salah satu kegiatan yang dilarang dalam Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 karena dapat menghambat persaingan usaha dan

merugikan kepentingan umum, sehingga Majelis Komisi

berwenang menyatakan perbuatan atau tindakan persekongkolan

Page 60: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

48

antar pelaku usaha untuk menentukan pemenang tender

merupakan perbuatan yang melanggar Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999.

Bahwa Majelis Komisi menilai tindakan Terlapor VII

dalam pelaksanaan Tender Pengadaan dan Pengiriman

modul/buku Paket A dan B serta Paket modul/buku Bahan Ajar

Pendidikan Keaksaraan merupakan suatu bentuk kelalaian yang

dilakukan Terlapor VII selaku Panitia Tender.

Menimbang sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud

dalam Pasal 35 huruf e Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk

memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan langsung

dan/atau pejabat yang berwenang agar menjatuhkan sanksi

administratif kepada Terlapor VII (Panitia Pengadaan

Barang/Jasa) sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang

berlaku;

Meminta kepada Menteri Pendidikan Nasional untuk

memberikan pengawasan yang lebih ketat terkait dengan

penggunaan APBN dalam pengadaan barang dan jasa di bidang

pendidikan;

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan di atas, maka mengingat Pasal 43 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi

memutuskan sebagai berikut:

1.. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III terbukti

secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat:

2. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan

Terlapor VII tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-

Page 61: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

49

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Melarang Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk

mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak

Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

B. Prosedur Pengajuan Upaya Keberatan Putusan KPPU di Pengadilan Negeri

Pelaku usaha dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak

diterimanya ppemberitahuan putusan KPPU, kepadanya diberikan

kesempatan untuk mengajukan keberatan atas putusan KPPU itu kepada

Pengadilan Negeri. Apabila dalam tenggang waktu tersebut pelaku usaha

tidak mengajukan keberatan, maka konsekuensinya pelaku usaha dianggap

menerima putusan KPPU dan dengan sendirinya putusan KPPU dimaksud

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Tenyata Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak memberikan

penjelasan mengani pengertian yuridis “keberatan”. Hanya saja ketentuan

dalam Pasal 44 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

menegaskan, bahwa pelaku usaha yang tidak menerima putusan KPPU,

dapat mengajukan “ keberatan” kepada Pengadilan Negeri dalam tenggang

waktu yang ditetapkan. Disini tidak dijelaskan, apakahk “keberatan”

tersebut merupakan salah satu bentuk upaya hukum dalam konteks hukum

acara persaingan usaha berdsarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

atau tidak.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 3 Tahun 2005 disebutkan, bahwa:

“keberatan adalah upaya hukum bagi pelaku usaha yang menerima putusan

KPPU.” Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung diatas maka, dalam

konteks hukum persaingan usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999, upaya “keberatan” merupakan salah satu dari upaya hukum

Page 62: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

50

yag dapat ditempuh pelaku usaha yang tidak menerima putusan KPPU dan

upaya keberatan itu hanya diajukan kepada Pengadilan Negeri.34

Prosedur pengajuan upaya keberatan diatur dalam Peraturan

Mahkamah Agung Nomor. 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan

Keberatan Terhadap Putusan KPPU. Sebelum perma tersebut diberlakukan,

tidak ada hukum acara yang rinci dengan tegas yang mengatur tentang

pengajuan upaya hukum keberatan.

Hukum acara yang digunakan dalam menyelesaikan perkara

keberatan terhadap putusan KPPU adalah prosedur gugatan perdata. Hal ini

di tentukan dalam Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3

Tahun 2005 yang selengkapnya menyatakan sebagai berikut “ keberatan

diajukan melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri yang bersangkutan sesuai

dengan prosedur pendaftaran perkara perdata dengan memberikan salinan

keberatan kepada KPPU.” Dengan demikian sumber hukum acara yang

digunakan dalam pengajuan keberatan adalah HIR kecuali ditentukan lain.

Setelah keberatan didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan

Negeri, Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun

2005 menentukan bahwa pelaku usaha yang mengajukan keberatan harus

memeberikan salinan keberatan kepada KPPU. Ketentuan ini bertujuan

memberikan kesempatan kepada KPPU untuk mempelajari hal hal yang

menjadi keberatan pelaku usaha tersebut, sehingga ketika di persidangan

KPPU sudah menyiapkan jawaban dan bukti yang diperlukan sehingga

persidangan diharapkan dapat dilakukan dengan cepat dan efesien.

Selanjutnya ketua Pengadilan Negeri menunjuk majelis hakim yang

akan memeriksa keberatan terhadap putusan KPPU. Mengenai penunjukan

majelis hakim ini Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3

Tahun 2005 menentukan agar ketua Pengadilan Negeri sedapat mungkin

menunjuk hakim-hakim yang mempunyai pengetahuan yang cukup di

bidang hukum persaingan usaha. Namun demikian, tidak ada penjelasan

34 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: SinarGrafika, 2012). H.171.

Page 63: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

51

lebih lanjut mengenai ukuran cukup pada kalimat “ hakim yang

mempunyai pengetahuan yang cukup dibidang hukum persaingan usaha”

tersebut serta bagaimana bila dalam suatu Pengadilan Negeri tidak ada

hakim yang mempunyai pengetahuan tersebut, maka ini menjadi salah satu

permasalahan.

Menurut komisioner KPPU, ibu Saidah Sakwan, M.A. menjelaskan

bahwa dalam menanggulangi permasalahan pengetahuan Hukum

Persaingan Usaha, para hakim Pengadilan Negeri di berikan pelatihan oleh

Komisi Pengawas Persaingan Usaha., berupa ilmu-ilmu persaingan usaha.

C. Upaya Keberatan Atas Putusan KPPU Tidak Melalui Proses Mediasi.

Setelah permohonan keberatan diterima oleh pengadilan negeri,

maka ketua Pengadilan Negeri berkewajiban untuk segera menunjuk

majelis hakim yang memiliki pengetahuan cukup untuk memeriksa

keberatan ini. Disamping itu, KPPU juga berkewajiban untuk

menyerahkan putusan dan berkas-berkas yang lainnya ke pengadilan

negeri yang memeriksa perkara keberatan pada hari persidangan pertama.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan, pada prinsipnya setiap perkara gugatan

yang diajukan melalui Pengadilan Negeri, sebelum memeriksa perkara,

Hakim wajib untuk memberi kesempatan bagi para pihak yang

berperkara untuk menempuh upaya mediasi. Ini artinya hampir semua

perkara perdata melalui prosedur mediasi. Mengenai hal ini diatur dalam

Pasal 7 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016.

Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 merupakan pelanggaran

terhadap Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan

putusan batal demi hukum. Yang dikecualikan atau yang tidak wajib

adalah perkara- perkara tertentu. Perkara-perkara yang dikecualikan dari

proses mediasi (tidak melalui proses mediasi) adalah perkara melalui

prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan

atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas

Page 64: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

52

putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Binoto Nadapdap berpendapat bahwa dilihat dari kedudukan

KPPU sebagai lembaga pemutus terhadap dugaan pelanggaran terhadap

Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999, peniadaan lembaga mediasi ini

sudah tepat. Sebab dilihat dari segi tenggang waktu, dimana batas waktu

untuk memeriksa untuk memeriksa perkara keberatan terhadap putusan

KPPU adalah 30 hari sejak dimulainya pemeriksaan. Sedangkan waktu

untuk mediasi menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

2008 adalah 40 hari. Waktu mediasi ini juga masih dapat diperpanjang

selama 14 hari. Dilihat dari ketentuan ini terlihat dengan jelas bahwa

proses mediasi sendiri sudah lebih lama dari waktu untuk memeriksa dan

menutus perkara keberatan terhadap putusan KPPU. Apabila dilakukan

usaha perdamaian, maka akan ditemui suatu hal yang rumit mengingat

KPPU bukanlah pihak yang bersengketa, melainkan pihak yang

melaksanakan fungsi yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman di

bidang penyelenggaraan hukum larangan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, dengan tugas.

Selain itu, oleh karena KPPU adalah komisi yang dibentuk untuk

mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan agar pelaku usaha

tidak melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat,

maka tidak pada tempatnya lagi diberikan kepada pelaku usaha terlapor

untuk menegosiasikan apa yang sudah diputuskan oleh KPPU, hal itu

sama saja dengan memandulkan apa yang sudah diputuskan oleh KPPU.

Proses mediasi atau negosiasi adalah lebih tepat apabila ditempuh oleh

pelaku usaha pada saat atau ketika KPPU belum sempat menjatuhkan

putusan. Kesempatan untuk berdamai antara KPPU dengan pelaku usaha

bukanlah pada saat KPPU telah menjatuhkan putusan, namun pada saat

KPPU belum menjatuhkan putusan.

Page 65: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

53

D. Tugas Pengadilan Negeri Dalam Menangani Upaya Hukum Keberatan

Atas Putusan KPPU.

Tugas pengadilan negeri dalam memeriksa masalah keberatan

adalah menilai kembali keputusan KPPU, dengan mempertimbangkan

fakta dan penerapan hukumnya. Kedudukan pengadilan negeri disini

menyerupai kedudukan Pengadilan Tinggi dalam menangani masalah

banding yang memeriksa kembali perkara dari awal baik mengenai fakta

maupun penerapan hukumnya Keberadaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 yang berbeda dengan sistem hukum di Indonesia tersebut

diikuti dengan aturan-aturan tentang proses penegakan Undang-Undang

tersebut secara rinci dan jelas, sehingga dalam prakteknya banyak

menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Tugas Pengadilan Negeri

dalam proses keberatan atas putusan KPPU tidak diatur dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. 35

Berbeda halnya dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang secara

tegas dan rinci mengatur upaya pembatalan putusan Arbitrase ke

Pengadilan Negeri, dimana diatur kemungkinan bagi hakim untuk

membatalkan putusan Arbitrase, dalam hal terjadi penipuan dan

pemalsuan. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 hanya

mengatur mengenai tenggang waktu pemeriksaan keberatan maksimal 14

hari sejak diterimanya keberatan dan jangka waktu penjatuhan putusan

maksimal 30 hari sejak dimulainya pemeriksaan. Dengan berlakunya

Peraturan Mahkamah Agung ini, diharapkan terciptanya keseragaman

pendapat sekaligus memberikan solusi kearah tata cara penangan perkara

persaingan usaha, terkhusus dalam hal badan peradilan yang lebih

sempurna.36

35 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia dalam teori dan praktikpenerapan hukumnya (Jakarta: Kencana, 2012), h 623.

36 Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha (Jakarta:Rajawali Pers, 2005), h 83.

Page 66: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

54

Sifat Putusan Pengadilan Negeri Didalam Upaya Hukum

Keberatan atas putusan KPPU, ditinjau dari sifatnya putusan yang

dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri ditinjau dari sifatnya dapat berupa:37

a. Putusan Declaratoir.

Menetapkan suatu keadaan misalnya pembatalan perjanjian. Bila

Pengadilan Negeri menyatakan perjanjian yang dibuat pelaku usaha

batal, maka dalam hal ini tidak diperlukan tindakan hukum apapun

untuk mengeksekusinya.

b. Putusan Condemnatoir.

Putusan Pengadilan ini menghukum pelaku usaha membayar ganti rugi

atau denda. Dalam hal ini, apabila pelaku usaha tidak mau melaksanakan

putusan tersebut maka diperlukan tindakan hukum berupa eksekusi.

Dalam perkara monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, tidak semua

putusan dapat dilakukan eksekusi. Putusan Pengadilan Negeri dan

Mahkamah Agung yang mengabulkan keberatan dan kasasi pelaku

usaha tidak dapat dieksekusi karena putusan itu hanya bersifat

constitutive Putusan tersebut hanya menyatakan bahwa putusan KPPU

yang menyatakan pelaku usaha melanggar pengaturan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat batal dan dengan demikian timbul

keadaan hukum baru. Dengan demikian, putusan KPPU yang berupa

pembatalan perjanjian, ataupun sanksi administratif lainnya tidak jadi

dilaksanakan terhadap pelaku usaha.

Dalam setiap putusan hakim selalu mengandung amar declaratoir

apabila gugatan dikabulkan. Hal ini terlihat dari pernyataan bahwa

tergugat terbukti bersalah. Sebenarnya sangat tipis perbedaan antara

putusan deklaratif dan constitutif karena pada dasarnya amar yang berisi

37 www.hukumonline.com/.../ketua-ma-tandatangani-perma-persainganusaha. Diakses pada tanggal 7 April 2018.

Page 67: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

55

putusan constitutif mempunyai sifat yang deklaratif. Putusan perkara

monopoli dan persaingan usaha yang dapat dieksekusi adalah putusan

condemnatoir yang menyatakan bahwa pelaku usaha melanggar

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan karenanya dijatuhi sanksi.

Sanksi yang dapat dijatuhkan oleh Komisi hanyalah sanksi administratif

dan pengenaan denda, sedangkan Pengadilan Negeri dan Mahkamah

Agung dapat menjatuhkan sanksi pidana maupun ganti rugi dan pidana

denda. Dalam waktu 30 hari sejak menerima pemberitahuan putusan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, pelaku usaha yang

dikenai sanksi harus menjalankannya dan melaporkan pelaksanaan

putusan tersebut kepada KPPU.

Page 68: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

56

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA

No.225/ Pdt/ G/ 2009/ PN. SBY

A. Posisi kasus

pada hari Kamis tanggal 12 Februari 2009 Majelis komisi memutus

perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 Tentang Pelanggaran Terhadap Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang para terlapornya terdiri:

terlapor I: CV Fajar Jaya, terlapor II: PT Damata Sentra Niaga, terlapoor III:

CV. Eka Jaya, terlapor IV: UD. Melati Indah, Terlapor V: UD Media Alas

Dayu, terlapor VI: CV Surya Eka Dwi, terlapor VII: Panitia Tender

Pengadaan Modul dan/atau Buku Paket A dan B, Paket C dan Bahan Ajar

Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007.

KPPU telah memutus perkara tersebut yang memutuskan terlapor I,

terlapor II, dan terlapor III telah terbukti secara sah melanggar Pasal 22

Undang-Undang No 5 Tahun 1999.dan terlapor IV, terlapor V, terlapor VI,

terlapor VII tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang No 5 Tahun

1999.

Kasus ini berawal dari Komisi menerima laporan mengenai adanya

dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 pada proses

lelang Pengadaan Modul Paket A,B, C dan Keaksaraan Fungsional Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007

dengan peregu untuk paket A setara SD IV. V dan paket B setara SMP kelas

1, 2, dan 3 sebesar Rp. 2. 895. 800.000 dan pagu untuk paket C setara SMA

kelas 1, 2 dan 3 sebesar Rp. 953. 400.000.

Para terlapor yang terbukti telah melanggar Pasal 22 Undang-Undang No

5 Tahun 1999, yakni terapor I, terlapor II, dan terlapor III.

KPPU mengadili para terlapor dengan isi putusannya Nomor:

45/KPPU-L/2008 yakni:

1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah

dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

Page 69: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

57

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

2. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI dan Terlapor VII

tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

3. Malanggar Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti

tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa

Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan

hukum tetap.

Setelah putusan tersebut di bacakan dan diterima oleh para pihak

Terlapor lalu pihak Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III

mengajukan upaya keberatan kepada Pengadilan Negeri yang di

register dengan perkara No.225/Pdt.G/2009 . para pihak merasa

bahwa putusan KPPU Nomor: 45/KPPU-L/2008 tidak berasaskan

keadilan, karena atas dasar telah bertindak diluar ketentuan hukum

acara yang berlaku atau tidak mendasarkan pada hukum acara yang

ada. Dan juga bagi terlapor I atau pemohon keberatan I mengajukan

upaya keberatan tersebut atas dasar termohon atau KPPU telah

memeriksa dan memutus perkara Nomor: 45/KPPU-L/ yang

keabsahan perkara a quo masih menjadi obyek sengketa di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat sebagaimana dalam register perkara Nomor.

333/Pdt.G/2008/PN.JKT.PST tentang perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh termohon keberatan, perkara mana (Nomor.

333/Pdt.G/2008/PN.JKT.PST) sampai dengan upaya hukum keberatan

ini diajukan belum adanya putusan yang mempunyai kekuatan hukum

yang tetap dan mengikat. Hal ini sangat berkaitan dengan asas due

proces of law karena terjadinya dua perkara yang berkaitan satu sama

lainnya.

Page 70: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

58

B. Analisis Penerapan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Neegeri

Berdasarkan penjelasan teori kepastian hukum yang berasal dari ajaran

Yuridis-Dogmatik pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang

cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri,

karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan.

Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin

terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum

dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat

umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum

tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan

semata-mata untuk kepastian. Sehingga dalam ketentuan di berlakukan nya

hak pengajuan upaya keberatan di Pengadilan Negeri untuk menjamin

tercapainya kepastian hukum dalam persaingan usaha. Dalam hal ini

beberapa aspek di dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya, yakni:

1. Tentang pengajuan upaya keberatan di Pengadilan Negeri Surabaya

Setelah para terlapor mendapatkan salinan putusan oleh KPPU,

terlapor I, II dan III mengajukan upaya keberatan atas tidak menerimanya

putusan KPPU di Pengadilan Negeri Surabaya, karena ada beberapa yang

tidak di terima oleh para pemohon keberatan. Hal-hal yang dijadikan

sebagai dasar permohonan keberatan yakni:

a. KPPU telah bertindak diluar ketentuan hukum acara yang berlaku.

Para pemohon keberatan menilai langkah yang dilakukan oleh

KPPU dalam menangani perkara ini tidak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan Mahkamah

Agung salahan utama adalah perdebatan pengertian hari yang

menjadikan problem batas pemeriksaan oleh KPPU.

Dalam permohonan keberatan ini disebutkan bahwa putusan KPPU

No 45/ KPPU-L/ 2008 tertanggal 12 Februari 2009 telah diberitahu

kepada para pemohon keberatan I, II dan III pada tanggal 12 Maret

2009. Sedangkan permohonan keberatan ini telah di ajukan

kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal 31 Maret

Page 71: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

59

2009. Dengan demikian, mengingat pengertian “hari” sebagaimana

diatur dalam Pasal 1 Ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor

3 Tahun 2005 adalah “hari kerja” , maka sesuai dengan perhitungan

kalender pada bulan maret 2009, permohonan keberatam ini telah

diajukan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan dalam Pasal 4

Ayat (1) tersebut. Maka permohonan keberatan ini dapat diperiksa di

persidangan Pengadilan Negeri.

b. Putusan KPPU No 45/ KPPU-L/ tertanggal 12 Februari 2009

mengandung kekhilafan atau kekeliruan yang nyata.

Bahwa menurut para pemohon keberatan, putusan KPPU yang

menyatakan pemohon keberatan I, II,dan III telah melanggar Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak didasarkan pada alat bukt

saksi tapi hanya berdasarkan bukti surat dan dokumen. Sehingga

kesimpulan KPPU tentang adanya fakta persekongkolan tender yang

telah dilakukan oleh para pemohon keberatan I, II dan III dalam

mengikuti tender pengadaan buku dan modul tersebut tidak terpenuhi.

Menurut Ari Firmansyah, bahwa putusan KPPU ketika di periksa oleh

Pengadilan Negeri dalam pemeriksaan upaya keberatan telah

mencapai 80% (delapan puluh persen) telah dimenangkan dan di

kuatkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri.38 Ini membuktikan

bahwa putusan KPPU sangat diakui kualitas penerapan hukumnya.

sesuai dasar yang jadikan oleh para pemohon keberatan karena

KPPU dinilai melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,

karena dalam memeriksa alat bukti, alat bukti saksi tidak di gunakan

sebagai alat bukti.

Maka berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

menyatakan Alat-alat bukti pemeriksaan Komisi berupa:

1) keterangan saksi,

38 Wawancara dengan Ari Firmansyah, Hubungan Masyarakat KPPU di Komisi PengawasPersaingan Usaha, 12 Juli 2018

Page 72: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

60

2) keterangan ahli,

3) surat dan atau dokumen,

4) petunjuk,

5) keterangan pelaku usaha

Walaupun keterangan saksi pada urutan pertama dalam alat-alat

bukti yang mesti ada, karena pada prinsipnya adalah dalam tahapan

pemeriksaan dan penyelidikan oleh KPPU terpenuhinya dua alat

bukti, maka dapat dilanjutkan tahapan penanganan perkara ini.

Sehingga ketika para pemohon keberatan memohon kepada Majelis

Hakim untuk diadakan nya pemeriksaan saksi akan di tolak. Karena

kewenangan Pengadilan Negeri dalam menangani uapaya keberatan

ini adalah berdasarkan pemeriksaan putusan KPPU dan dokumen

lainnya. Walaupun adanya pemeriksaan tambahan, namun atas dasar

pengajuan majelis hakim kepada KPPU melalui putusan selanya.39

Karena berkaitan dengan menggali kebenaran yang tempus

(waktunya) bisa tidak terhingga lamanya, bukan hanya dalam

hitungan hari atau bulan tetapi bahkan dalam hitungan tahun. Hal lain

yang memengaruhi rumitnya pembuktian perkara perdata adalah

sebagaimana disampaikan oleh Yahya Harahap, yaitu:40

1) Faktor sistem Adversarial, yaitu sistem yang mengharus

memberikan hak yang sama kepada para pihak yang berperkara

untuk saling mengajukan kebenaran masing-masing serta

mempunyai hak untuk saling membantah kebenaran yang

diajukan pihak lawan sesuai dengan proses adversarial.

2) Pada prinsipnya kedudukan hakim dalam proses pembuktian sesuai

dengan sistem adversarial adalah lemah dan pasif, dalam arti

39 Wawancara dengan Ari Firmansyah, Hubungan Masyarakat KPPU di Komisi PengawasPersaingan Usaha, 12 Juli 2018

40 Santhos Wachjoe “ penggunaan Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik SebagaiAlat Bukti”, Varia Peradilan Majalah Hukum Tahun XXXI No. 360 (November, 2015),h.31.

Page 73: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

61

tidak aktif mancari dan menemukan kebenaran diluar yang

diajukan dan disampaikan para pihak dalam persidangan.

c. Amar putusan KPPU yang memberikan sanksi kepada pemohon

keberatan I, II dan III tidak beralasan hukum dan bertentangan

dengan nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Isi putusan KPPU pada No 45/ KPPU-L menyatakan Terlapor I,

Terlapor II dan Terlapor III terbukti melanggar Pasal 22 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Melanggar Persekongkolan

Tender dan menghukum para pihak untuk tidak mengikuti tender di

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur

selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

Berdasarkan Pasal 47 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 bahwa Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan

administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan

Undang-Undang ini. Dapat dipahami bahwa putusan KPPU sangat

sesuai dengan ketentuan tersebut, karena hakikatnya sanksi tidak

diperbolehkannya mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun

sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap, sangat menjunjung

keadilan dan kemanfaatan karena hanya dilingkungan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan itu saja yang tidak diperbolehkan selama

2 (tahun). Dan para pihak bisa mengikuti tender di tempat lainnya.

C. Analisis pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Negeri No.

225/Pdt.G/2009/ PN.SBY

1. Tentang KPPU telah bertindak di luar ketentuan hukum acara persaingan

usaha

Bahwa para pemohon keberatan berpendapat KPPU telah bertindak

diluar ketentuan hukum acara yang berlaku karena pemeriksaan atas diri

para pemohon keberatan I, II, dan III harusnya ditunda sampai ada

putusan yang berkekuatan hukum tetap atas gugatan perdata yang

Page 74: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

62

diajukan oleh pemohon keberatan I, terhadap KPPU yang tengah berjalan

pemeriksaannya di Pengadilan Ngeri Jakarta Pusat dibawah Nomor

Register perkara 333/ Pdt. G/ 2008/ PN/ Jkt. Pst:

Sehubungan alasan keberatan pemohon keberatan tentang hal ini.

Termohon keberatan pada pokoknya mengakui adanya gugatan perdata

yang diajukan oleh pemohon keberatan I (semula sebagai terlapor –I)

namun menurut termohon keberatan penundaan suatu pemeriksaan

perkara yang diduga telah melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tanpa alasan yang jelas justru menimbulkan ketidakpastian hukum

yang berdampak pada kepercayaan publik atas tugas dan wewenang

KPPU dalam memeriksa dan memutus perkara persaingan usaha:

Maka dengan dalil keberaratan para pemohon kebaratan tentang

adanya gugatan perdata yang tengah berlangsung antara pemohon

keberatan I lawan KPPU tersebut, Majelis Hakim telah mempelajari

bukti-bukti, terutama P-1 dan P-3 yang di ajukan oleh para pemohon

keberatan. Bukti P-1 dan P-3 tersebut adalah berupa photocopy surat

kuasa. Untuk membayar (SKUM) dan gugatan perkara perdata No. 333/

Pdt. G/ 2008 atas Alfie Rahman lawan KPPU yang dikeluarkan oleh

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 24 September 2008.

Demikian pula majelis hakim telah mempelajari dokumen berkas C20

yang merupakan gugatan perkara No. 333/ Pdt.G/ 2008 berikut surat

kuasa untuk membayar (SKUM). Bukti C20 ini ternyata serupa dengan

bukti P-1 dan P-3. Oleh karena itu, bukti P-1 yang diajukan

dipersidangan ini tidak dapat dikategorikan sebagai bukti yang baru.

Hal ini menurut Penulis sangat tidak relevan dasar yang dijadikan

untuk bukti baru, karena sangat memungkinkan gugatan yang dilakukan

oleh pemohon keberatan I atas dasar mengelak untuk melakukan upaya

agar bebas dari jeratan hukum KPPU, maka dilkukannya gugatan ke

Pengadilan Pusat. Sebagaimana berdasarkan Berdasarkan Pasal 5 angka 4

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan bahwa

pemeriksan keberatan dilakukan atas dasar putusan KPPU dan berkas

Page 75: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

63

perkara. Sehingga pertimbangan Majelis Hakim sangat sesuai untuk

menolak argumen pemeohon kebaratan I ini.

2. Putusan KPPU Nomor 5/ KPPU-L/2009 tertanggal 12 Februari 2009

mengandung kekhilafan atau kekeliruan yang nyata:

Bahwa menurut para pemohon keberatan, putusan KPPU yang

menyatakan pemohon keberatan I, II,dan III telah melanggar Pasal 22

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak didasarkan pada alat bukti

saksi tapi hanya berdasarkan bukti surat dan dokumen. Sehingga

kesimpulan KPPU tentang adanya fakta persekongkolan tender yang

telah dilakukan oleh para pemohon keberatan I, II dan III dalam

mengikuti tender pengadaan buku dan modul tersebut tidak terpenuhi.

Hal ini menurut Majelis Hakim telah menyangkut pada penilaian fakta

yang telah diperiksa oleh KPPU tentang perbuatan para pemohon

keberatan I, II dan III. Setelah Majelis Hakim mempelajari bukti salinan

putusan KPPU No. 45/ KPPU-L/ 2008 tersebut didapati bahwa dalam

melakukan penilaian adanya fakta persekongkolan tender telah terjadi

antara para pemohon keberatan. KPPU berpedoman pada dokumen-

dokumen pemerisaan pendahuluan dan dokumen pemeriksaan lanjutan

yang dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penilaian KPPU akan

adanya fakta bahwa para pemohon keberatan I, II dan III telah melanggar

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang disimpulkan tanpa

adanya keterangan saksi tidak mengakibatkan putusan KPPU tersebut

mangandung suatu kekhilafan atau kesalahan nyata. Selain berpedoman

pada prinsip kesesuaian dari sedikitnya dua alat bukti yang tersebut,

pemeriksaan adanya pelanggaran atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 juga dilakukan berdasarkan doktrin per seillegal dan rule of reason.

3. Amar putusan KPPU yang memberikan sanksi kepada pemohon

keberatan I, II dan III tidak beralasan hukum dan bertentangan dengan

nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum:

Page 76: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

64

Sanksi yang diberikan oleh KPPU kepada para pemohon keberatan

I, II dan III adalah berupa larangan mengikuti tender di Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan di Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak

putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap. dalam hal ini sesuai

ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU

berwenang penuh untk menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif

yang secara alternatif telah ditentukan dalam 47 Ayat (2) huruf a sampai

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Oleh karena itu keberatan para

pemohon keberatan tentang hal ini di tolak oleh Majelis Hakim.

Berdasarkan Pasal 47 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 bahwa Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan

administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-

Undang ini. Dapat dipahami bahwa putusan KPPU sangat sesuai dengan

ketentuan tersebut, karena hakikatnya sanksi tidak diperbolehkannya

mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah

Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki

kekuatan hukum tetap, sangat menjunjung keadilan dan kemanfaatan

karena hanya dilingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan itu saja

yang tidak diperbolehkan selama 2 (tahun). Para pihak bisa mengikuti

tender di tempat lainnya.

Maka dari semua pertimbangan hakim yang tertera di atas Penulis

sangat setuju atas argumen yang dibangun oleh Majelis Hakim, selain

mempertimbangkan atas dasar fakta-fakta dan peraturan perundang-

undangan, juga menjunjung tinggi kehati-hatian dalam memberikan

putusan. Dimana isi putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya

yakni:

a. Menolak pemohonan keberatan dari pemohon keberatan I,

Pemohon keberatan II dan pemohon keberatan III dengan

memperbaiki amar putusan KPPU No. 45/ KPPU-L/ 2008

tertanggal 12 Februari 2009 sepanjang untuk lamanya sanksi

administratif.

Page 77: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

65

b. Melarang Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk

mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 9 (sembilan) bulan

sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

c. Membebankan biaya permohonan kebaratan ini pada

pemohon I, II dan III secara bersama-sama sebesar Rp.

41.000 (empat puluh satu ribu rupiah).

Page 78: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran yang telah di buat dari bab-bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa:

1. Upaya hukum keberatan yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha

terhadap putusan KPPU yakni mengajukan keberatan sebagai

pengganti dari banding kepada Pengadilan Negeri melalui Penitera,

berdasarkan Pasal 44 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

bahwa pelaku usaha dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan

Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima

pemberitahuan putusan tersebut. Dan juga di perjelas dalam BAB II

Pasal 65 yakni selain terdapat adanya batasan waktu juga upaya hukum

kebearatan harus di ajukan ke Pengadilan Negeri ditempat kedudukan

hukum usaha pelaku usaha yang menjadi terlapor. Di pertegas dalam

Peraturan Mahkahamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata

Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU.

2. Dasar pengajuan upaya hukum keberatan dan proses pemeriksaan

tambahan telah di atur secara detail dalam peraturan perundang-

undangan, baik Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 maupun juga peraturan pelaksanya, yakni Peraturan

Komisi Nomor 1 Tahun 2010 dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor

3 Tahun 2005. Sehingga dalam pelaksanaannya di Pengadilan Negeri

hanya mengikuti ketentuan yang berlaku. Sebagaimana dalam putusan

Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 225/Pdt.G/2009/ PN.SBY

menurut peneliti KPPU dan Majelis Hakim sudah sesuai melaksanakan

peraturan perundang-undangan.

3. Sebagaimana yang telah peneiliti jelaskan bahwa Majelis Hakim

sangat mengedepankan pertimbangan hukumnya sesuai peraturan

perundang-undangan, sehingga menurut hemat peneliti pertimbangan-

Page 79: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

67

pertimbangan hukumnya sudah sesuai peraturan perundang-undang,

baik dalam teknis menerima prosedur Upaya keberatan yang diajukan

oleh pelaku usaha, maupun dalam hal substansi hukum-hukum yang di

perdebatkan oleh para pihak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka Peneliti akan mengemukakan

beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Terhadap pemerintah dan DPR selaku lembaga legislatif agar

memberikan perhatian lebih tentang penanganan perkara persaingan

usaha ini, karena faktor terpuruknya suatu bangsa selain korupsi adalah

pertumbuhan perekonomian yang di kuasai oleh kalangan tertentu,

karena akan berdampak kepada masyarakat secara langsung. Dan juga

pada tahun 2017 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini telah

masuk prolegnas untuk di lakukannya revisi undang-undang, sehingga

peneliti berharap dapat dilakukan secara maksimal dan berprinsip

keadilan kepada masyarakat.

2. Dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 terdapat

beberapa ketentuan yang mesti ada pembicaraan tindak lanjut oleh

Mahkamah Agung, karena akan menjadikan problem kedepannya,

yakni dalam Pasal 2 Ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3

Tahun 2005 yang berbunyi “dalam hal diajukan keberatan, KPPU

merupakan pihak” dan dalam Pasal 6 Ayat (1) berbunyai “Dalam hal

Majelis Hakim berpendapat perlu pemeriksaan tambahan, maka

melalui putusan sela memerintahkan kepada KPPU untuk dilakukan

pemeriksaan tambahan. Dengan dua ketentuan ini terdapat

bertentangan, karena selain KPPU sebagai pihak dalam pemeriksaan

upaya keberatan di Pengadilan Negeri, namun dalam pemeriksaan

tambahan dilakukan oleh KPPU juga atas dasar perintah Majelis

Hakim, sehingga akan terjadi kerancuan hukum dan ketidaknetralan

KPPU.

Page 80: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

68

3. Perlu adanya mekanisme dan kordinasi yang jelas antara Majelis

Hakim dengan KPPU dalam pelaksanaan pemeriksaan tambahan,

sehingga terdapat kejelasan hal baru yang akan di periksa sebagai fakta

baru dan juga kejelasan batas waktu yang diperlukan oleh KPPU.

4. Perlu dilakukan nota kesepahaman (MoU) antara KPPU dengan

Mahkamah Agung dalam rangka penyamaan perspektif dalam melihat

aspek persaingan usaha di Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar

terjadi kesepahaman atau keseragaman dalam rangka manangani dan

mengawal proses penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia.

Page 81: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Anggar, Stefino, “Usaha Dan Peradilan Khusus (Kedudukan Komisi Pegawas

Persaingan Usaha Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 Tentang

Kekuasaan Kehakiman)”, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 1 (2009).

Andi Fahmi Lubis, dkk. Hukum Persaingan Usaha, buku teks KPPU . edisi kedua

Jakarta: KPPU, 2017

, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Kontex

Jakarta: Deutsche Gesellsohall for lechnischa Zusammenarbeul (GTZ),

2009

Destivano, Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha.

Jakarta: Rajawali Pers, 2005.

, Hukum Acara Persaingan Usaha

.Jakarta: Rajawali Pers, 2004.

, Hukum Acara Persaingan Usaha,

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada:2005.

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Jakarta:

Kencana, 2009.

Herber, Sauter, Law Concerning Prohibition of Monopolistic Praktice and Unfair

Business Competititon, Undang-Undang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. (Jakarta: Penerbit Katalis,2003

Page 82: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

70

Kamal, Rokan Mustafa, Hukum Persaingan Usaha teori dan praktiknya di

Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012

Lubis, Andi Fahmi, et. al., Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,

Jakarta: Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit

Marzzuki, Peter Mahmud , penelitian hukum , Jakarta: Prenada Media, 2012

Nugroho, Susanti Adi, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha,” dalam

Litigasi Persaingan Usaha, Tangerang: CFISEL, 2010

, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha,” dalam

Abdul Hakim G. Nusantara et al. ed., Litigasi Persaingan Usaha,

Tangerang: CFISEL, 2010

, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia dalam teori dan

praktik penerapan hukumnya. Jakarta: Kencana,2012

Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, dala m teori

dan praktek serta penerapan hukumnya, Jakarta: Kencana, 2012.

Prints, Darwan, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2002.

Pompe, Sebastiaan , Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung. Jakarta: Lembaga

Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan. 2012.

Page 83: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

71

Rato, Dominikus, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,

Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010.

Soekanto, Soerjono, pengantar penelitian hukum, cet ke-3, Jarakta: Unversitas

Indonesia press, 1986.

, peranan dan penggunaan kepustakaan di dalam penelitian

hukum, Jakarta: Pusat Dokumentasi Universtitas Indonesia, 1979

, pengantar penelitian hukum, Jakarta: UI press, 1986

Usman, Rachmadi Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta: Sinar

Grafika, 2012.

Jurnal:

Bahar, Wahyuni, et.all, “ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 – Refleksi dan

Rekomendasi”., pada Litigasi Persaingan Usaha (Competition Litigation)

Tangerang : Centre for Finace, Investment and Securities Law (CFISEL)

Gisymar, Najib A., S.H, M.Hum., “Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Catatan

Peluang Masalah Terhadap Penegakan Hukum Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999)”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 19. 2002

Rai Mantili, Problematika Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Rangka

Menciptakan Kepastian Hukum. Pjih Volume 3 Nomor 1 Tahun 2016.

Sukarmi, Pelaksanaan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Jurnal

Persaingan Usaha Komisi Pengawas Persaingan Usaha.ed 7-Tahun 2012.

Website:

Page 84: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

72

www.hukumonline.com/.../ketua-ma-tandatangani-perma-persaingan usaha. Di

akses pada tanggal 7 April 2018.

Peraturan Perundang-undangan:

Republik Indonesia.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Penanganan Perkara Persaingan Usaha.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang

Pengajuan Upaya Keberatan Terhadap Putusan KPPU.

Putusan Pengadilan:

Putusan KPPU Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 tentang kasus persekongkolan

tender pengadaan buku di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa

Timur.

Putusan Pengadilan Negeri Nomor 225/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY tentang upaya

keberatan terhadap Putusan KPPU Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008.

Page 85: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas
Page 86: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

TRANSKIP WAWANCARA

Judul Skripsi : Upaaya Keberatan dan Pemeriksaan Tambahan di dalam Proses

Pneyelesaian Perkara Persaingan Usaha Menurut Undang-undang No 5

Tahun 1999 Tentang larangan Preaktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat (studi kasus putusan No. 225/ Pdt.G/ 2009/ PN. Perkara

Persekongkolan Tender).

Abstrak

Pada penelitian ini membahas mengenai prosedur tata cara pengajuan upaya

keberatan dan pemeriksaan tambahan dalam perkara persaingan usaha. Dalam Bab VII

Undang-undang No 5 Tahun 1999 telah mengatur tentang tata cara penanganan perkara

dan di perjelas dalam Peraturan Komisi No 1 Tahun 2010 Tentang tata cara penanganan

perkara, serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara

Pengajuan Upaya Keberatan Terhadap Putusan KPPU.

Menurut hemat penulis, bahwa dalam pengajuan upaya keberatan di Pengadilan

Negeri adalah upaya hukum banding yang menggantikan kedudukan Pengadilan Negeri.

Karena pada tingkat pertama telah diberikan kewenangan oleh KPPU. Namun dalam BAB

III PERMA No 3 Tahun 2005 menjelaskan tentang tatacara pemeriksaan keberatan hanya

atas dasar dokumen putusan KPPU dan permohoanan keberatan, sehingga tidak adalagi

pemeriksaan fakta. Selain itu juga KPPU dijadikan sebagai pihak dalam pemeriksaan di

Pengadilan Negeri.

Maka berdasarkan pertimbangan tersebut, Penulis ingin mengajukan beberapa

pertanyaan yang terkait dengan isu yang Penulis sedang teliti.baik yang terkait langsung

ataupun tidak langsung dengan penanganan perkara yang dilakukan oleh KPPU. Dalam

penelitian ini Penulis menggunakan Putusan Pengadilan Negeri No. 225/ Pdt. G/ 2009/

PN. SBY perkara Persekongkolan Tender yang menurut Penulis telah sesuai dan

disetujui oleh Dosen penguji Proposal dan Pembimbing Penulis di Universitas Islam

Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.

Page 87: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Nama : Saidah Sakwan

Jabatan : Komisioner KPPU priode 2013-2018

Instansi : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Waktu dan Tempat : Kamis, 6 Juli 2018 di Gedung Pusat KPPU RI JL. Ir. Juanda No. 36.

Jakarta 10120- Indonesia.

1. Bagaimana KPPU menangani Perkara Persaingan usaha?

Pada prinsipnya KPPU sangat menjunjung tinggi peraturan perundang-

undangan untuk manangani perkara persaingan usaha. Dimana dasar KPPU

manangani perkara persaingan usaha ada 2 (dua) yakni:

a. menerima adanya laporan baik dari masyarakat maupun pihak yang dirugikan.

b. KPPU sendiri yang melakukan pengkajian adanya pelanggaran yang dilakukan oleh

Pelaku Uaha.

2. Bagaiaman proses penanganan perkara persaingan usaha oleh KPPU?

Hampir sama dengan jawaban pertama, tapi setelah di yakini adanya

pelanggaran terhadap Undang-undang No 5 Tahun 1999 selanjutnya diadakan

pemeriksaan pendahuluan oleh tim dari KPPU, lalu diadakannya penyeledikian

hingga sampai pemeriksaan lanjutan dan putusan oleh Majelis Komisioner.

3. Ketika pelaku usaha mengajukan upaya keberatan, bagaimana sikap KPPU dalam

proses pemeriksaan keberatan di Pengadilan Negeri?

Karena upaya keberatan adalah hak untuk pihak Pelaku usaha, maka kami

sebagai pihak yang mewakili KPPU sangat menerima terhadap keputusan Pelaku

usaha tersebut. Tapi terkadang dasar upaya keberatan pihak “kabur atau tidak jelas”.

4. Ketika pelaku usaha mengajukan upaya keberatan di Pengadilan Negeri, bagaimana

Pengadilan Negeri berkordinasi dengan KPPU untuk memberikan dokumen putusan

yang di butuhkan oleh Majelis Hakim?

Ketika Panitera Pengadilan Negeri menerima permohonan keberatan dari

pihak Pelaku usaha, selanjutnya Panitera mengirimkan surat kepada KPPU dengan

perihal untuk menghadiri persidangan dan membawa dokumen putusan yang

dijadikan sengketa oleh Pemohon keberatan.

Page 88: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

5. Apa yang sering menjadi kendala ketika Majelis Hakim memohon kepada KPPU

untuk dilakukan pemeriksaan tambahan?

Biasanya yang selalu jadi kendala ketika Majelis Hakim memohon

pemeriksaan tambahan kepada Kppu dengan dasar putusan sela. Tapi terkadang tidak

jelas apa yang harus diperiksa oleh KPPU dan juga terdesak dengan batasan waktu

pemeriksaan.

6. Apakah ada selama ini Pengadilan Negeri ketika menerima keberatan oleh Pelaku

usaha, melakukan pemeriksaan dengan sendiri di Pengadilan Negeri?

selama ini sih belum ada, karena dasar pemerksaan oleh Pengadilan hanya atas

dasar pemeriksaan putusan KPPU dan dasar permohonan keberatan pelaku usaha. Jadi

tidak bisa memeriksa ulang yang sudah jelas diperiksa oleh KPPU.

7. Apa yang dijadikan dasar untuk dilakukan pemeriksaan tambahan oleh Majelis

Hakim?

Dasarnya adalah adanya hal yang mesti perlu adanya pemeriksaan tambahan,

dimana belum pernah di periksa oleh KPPU.

Page 89: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

TRANSKIP WAWANCARA

Judul Skripsi : Upaaya Keberatan dan Pemeriksaan Tambahan di dalam Proses

Pneyelesaian Perkara Persaingan Usaha Menurut Undang-undang No 5

Tahun 1999 Tentang larangan Preaktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat (studi kasus putusan No. 225/ Pdt.G/ 2009/ PN. Perkara

Persekongkolan Tender).

Abstrak

Pada penelitian ini membahas mengenai prosedur tata cara pengajuan upaya

keberatan dan pemeriksaan tambahan dalam perkara persaingan usaha. Dalam Bab VII

Undang-undang No 5 Tahun 1999 telah mengatur tentang tata cara penanganan perkara

dan di perjelas dalam Peraturan Komisi No 1 Tahun 2010 Tentang tata cara penanganan

perkara, serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara

Pengajuan Upaya Keberatan Terhadap Putusan KPPU.

Menurut hemat penulis, bahwa dalam pengajuan upaya keberatan di Pengadilan

Negeri adalah upaya hukum banding yang menggantikan kedudukan Pengadilan Negeri.

Karena pada tingkat pertama telah diberikan kewenangan oleh KPPU. Namun dalam BAB

III PERMA No 3 Tahun 2005 menjelaskan tentang tatacara pemeriksaan keberatan hanya

atas dasar dokumen putusan KPPU dan permohoanan keberatan, sehingga tidak adalagi

pemeriksaan fakta. Selain itu juga KPPU dijadikan sebagai pihak dalam pemeriksaan di

Pengadilan Negeri.

Maka berdasarkan pertimbangan tersebut, Penulis ingin mengajukan beberapa

pertanyaan yang terkait dengan isu yang Penulis sedang teliti.baik yang terkait langsung

ataupun tidak langsung dengan penanganan perkara yang dilakukan oleh KPPU. Dalam

penelitian ini Penulis menggunakan Putusan Pengadilan Negeri No. 225/ Pdt. G/ 2009/

PN. SBY perkara Persekongkolan Tender yang menurut Penulis telah sesuai dan

disetujui oleh Dosen penguji Proposal dan Pembimbing Penulis di Universitas Islam

Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.

Page 90: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Nama : Ratmawan Ari

Jabatan : Humas KPPU

Instansi : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Waktu dan Tempat : Kamis, 12 Juli 2018 di Gedung Pusat KPPU RI JL. Ir. Juanda No.

36. Jakarta 10120- Indonesia.

1. Secara praktik bagaimana KPPU menangani perkara persaingan usaha?

Jawab: sumber perkara ada dua pertama inisiatif hasil penelitian KPPU sendiri dan

yang kedua laporan masyarakat dari masyarakat. Dari laporan itu nanti kita ada

klarifikasi sebenarnya ini menggunakan PERKOM lama 2016, kalo sekarang kan

tahun 2010. Kalau yang sekarang kita melakukan klarifikasi memanggil baik pelapor

maupun terlapor untuk mengklarifikasi duduk perkara yang diserahkan oleh pelapor.

Selain itu kita juga mendalami beberapa alat bukti terkait. Klasifikasinya berupa

alamat, nama perusaahaan, status perusahaan seperti apa. Setelah dilakukan klarifikasi

maka selanjutnya dilakukan penyelidikan. Di penyelidikan itu kita 60 hari kerja dan

bisa diperpanjang setelah kita menemukan paling tidak dua alat bukti kita bisa

memasukkan ini ke mana? Sebenernya disini ada bagian pemberkasan, kalau di luar

itu semacam jaksa. Meneliti alat bukti itu sudah lengkap atau belum. Kalau belum kita

p21 atau p19. Kalau p19 kita serahkan lagi ke penyelidik untuk melengkapkan alat

bukti. Ketika sudah lengkap dipemberkasan gelar laporan dirapat komisi. Setelah

selesai rapat komisi dan disetujui maka masuk ke sidang. Disidang juga ada beberapa

tahapan, tahapan pertama pemeriksaan pendahuluan itu cuma serah terima laporan

dan pelanggaran maupun tanggapan dugaan pelanggaran dari terlapor. Setelah itu 30

hari kerja majelis komisi menyatakan ini lanjut atau tidak ke pemeriksaan lanjutan.

Setelah pemeriksaan lanjutan diperiksa selama 60 hari kerja dan dapat diperpanjang

selama 30 hari kerja. Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan dilakukan musyawarah

majelis komisi 30 hari kerja sampai adanya putusan. Ketika ada keberatan dari pelaku

usaha dapat mengajukan ke pengadilan negeri setelah itu kasasi di Mahkamah Agung.

Kalau di pengadilan negeri itu majelis hakim dapat memerintahkan pemeriksaan

tambahan adapun isi pemeriksaan tambahan itu beberapa hal yang belum ada dalam

putusan atau pemeriksaan selama persidangan KPPU dan itu cuma beberapa

Page 91: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

pertanyaan yang sudah disusun oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri. Setelah itu

kita di beri surat oleh pengadilan negeri terus kita menjadwalkan rapat itu.

2. Apakah ada perbedaan diantara perkom 2006 dengan PERKOM 1 tahun 2010 dalam

menganalisis perkara di tahun 2008?

Jawab: kalau PERMA nya sebenernya engga, tetap sama. Kalau PERKOM 2010 itu

hanya mengatur beracara di KPPU. PERMA nya inikan masih no. 3 tahun 2005

berati ketika dia sudah sampai keberatan di pengadilan masih sama rentetan dari

putusan itu masih sama dan tidak menjadi masalah. Kalau yang diteliti itu putusan

mahkamah dan putusan pengadilan itu tidak masalah cuma berbeda di penanganan

perkara di KPPU saja yang berbeda.

3. Ketika dalam proses pemeriksaan di KPPU terdapart dua alat bukti tanpa adanya

pemeriksaan saksi maka apakah boleh dapat dijadikan dasar untuk diajukan keberatan

di pengadilan negeri?

Jawab: kalau kita lihat di kitab undang-undang hukum pidana dua alat bukti cukup

dalam pasal 184 dijadikan sebagai dasar dan kebiasaan dalam naungan perkara.

4. Dalam PERMA no. 3 tahun 2005 KPPU sebagai pihak dalam proses pemeriksaan

upaya keberatan. Maka ketika KPPU mendapatkan perintah untuk memeriksa

tambahan, apakah akan terjadinya subjektivitas oleh KPPU?

Jawab: ketika di Pengadilan Negeri KPPU sebagai termohon, Majelis Hakim ketika

menilai adanya kekurangan dalam pemeriksaan ini hanya sebagai klarifikasi saja.

Maka prosesnyapun seperti persidangan biasa, KPPU sebagai investigator terlapor ya

tetap terlapor.

5. Apakah secara praktek Pengadilan Negeri pernah melakukan pemeriksaan dengan

sendirinya dalam proses pemeriksaan tambahan?

Jawaban: Secara praktek tidak boleh dan tidak pernah terjadi pemeriksaan oleh

Majelis Hakim sendiri.

6. Berapakah presentase putusan KPPU ketika diajukan keberatan dapat diperkuat oleh

putusan pengadilan negeri?

Jawaban: Hampir 80% putusan KPPU dimenangkan terhadap pemohonan pelaku

usaha.

Page 92: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

No.225/Pdt.G/2009/PN.SBY.

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Surabaya yang memeriksa dan mengadili perkara – perkara perdata pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam permohonan keberatan dari :

1. ALFIE RAHMAN, baik atas nama diri sendiri atau sebagai Direktur CV. Fajar Jaya, berkedudukan hukum di Jl. Kertajaya IX-C/26 Surabaya-Jawa Timur, selanjutnya disebut sebagai …………………………..PEMOHON KEBERATAN I ;

2. KHOLIFATUR ROSIDAH, baik atas nama diri sendiri atau sebagai Direktur PT. Damata Sentra Niaga, berkedudukan hukum di Jl. Ngagel Jaya Selatan (Komplek RMI Blok E-22) Surabaya-Jawa Timur, selanjutnya disebut sebagai ………………………….PEMOHON KEBERATAN II ;

3. L U C I A N A, baik atas nama diri sendiri atau sebagai Direktur CV. Eka Jaya, berkedudukan hukum di Jl. Dharmawangsa VIII/30 Surabaya, selanjutnya disebut sebagai …………………..…….PEMOHON KEBERATAN III ;

Dalam hal ini memberikan Kuasa kepada : MASHUBIN, SH dan FIRMAN WAHYUDIEN, SH., Para Advokat, pada Firma Hukum “MSB LAW FIRM AND PARTNERS” berkedudukan hukum di Jalan Raya Sengkaling No.194 Malang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 13 Maret 2009, selanjutnya disebut juga sebagai….…… PARA PEMOHON KEBERATAN ;

TERHADAP PUTUSAN DARI :

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) RI DI JAKARTA, berkedudukan Hukum di Jl. Ir. H. Juanda No.36 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai …………………………..TERMOHON KEBERATAN ;

Pengadilan Negeri tersebut ;

Telah membaca surat-surat dalam berkas perkara ;

1

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 93: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Telah memeriksa dan meneliti bukti-bukti surat yang diajukan oleh Penggugat ;

Telah mendengar keterangan para pihak dipersidangan ;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa Para Pemohon Keberatan dengan Surat Permohonan Keberatan tertanggal 23 Maret 2009, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal 31 Maret 2009 dibawah register No.225/Pdt.G/2009/PN.Sby, telah mengajukan Keberatannya atas Putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008, sebagai berikut :

I. Bahwa, termohon keberatan melalui putusan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, tanggal 12 Februari 2009 telah memberikan putusan dengan amar putusannya berbunyi sebagai berikut :

MEMUTUSKAN1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 Undang – undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 2. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI dan Terlapor VII tidak terbukti melanggar pasal 22 Undang – undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 3. Melanggar Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ;

Bahwa, putusan Termohon Keberatan atas perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, tanggal 12 Februari 2009 tersebut telah diberitahukan kepada Pemohon Keberatan I pada tanggal 12 Maret 2009, pemohon keberatan II pada tanggal 12 Maret 2009 dan pemohon keberatan III pada tanggal 12 Maret 2009 yang karena itu permohonan keberatan upaya keberatan ini telah diajukan dalam tenggang waktu yang diatur dalam Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU ; I. Bahwa, terhadap Putusan termohon dalam perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, tanggal 12 Februari 2009 haruslah diadakan pemeriksaan kembali melalui upaya Hukum Keberatan pada Pengadilan Negeri Surabaya, sehubungan dengan alasan – alasan sebagai berikut : 1. Bahwa, termohon keberatan dalam memeriksa dan mengadili perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 telah bertindak diluar ketentuan hukum acara yang berlaku atau tidak mendasarkan pada hukum acara yang ada. Tindakan mana adalah jelas-jelas tidak patut serta melanggar asas-asas hukum acara dan prinsip peradilan yang baik ; 1. Bawah, termohon keberatan telah memeriksa dan mengadili perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 yang keabsahan perkara a quo masih menjadi obyek sengketa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagaimana dalam register perkara Nomor. 333/Pdt.G/2008/PN.JKT.PST tentang perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh termohon keberatan, perkara mana (Nomor. 333/Pdt.G/2008/PN.JKT.PST)

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 94: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sampai dengan upaya hukum keberatan ini diajukan belum adanya putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan mengikat (incracht van gewijs) ; 2. Bahwa, termohon keberatan dalam pertimbangan hukumnya halaman 33 point 1.3.10 menyatakan, “Bahwa terkait permintaan terlapor I, terlapor II, terlapor III dan terlapor IV untuk menghentikan atau menunda pemeriksaan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, Majelis Komisi telah memberikan kesempatan kepada terlapor I untuk meminta putusan sela dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait perkara a quo” ;

3. Bahwa, dalam pertimbangan hukumnya halaman 33 point 1.3.11 menyatakan

“bahwa sampai dengan putusan ini dibacakan, putusan sela dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat belum atau tyidak diterima oleh Majelis Komisi ;

4. Bahwa karena itu termohon keberatan dalam 2 (dua) pertimbangan hukum diatas pada hakekatnya telah mengakui kalau perkara yang sedang diperiksa dan diadilinya adalah masih menjadi obyek sengketa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan belum ada keputusan, baik putusan sela atau putusan akhir maka demi menciptakan kepastian hukum seharusnya termohon keberatan tidak menjatuhkan putusannya terlebih dahulu ;

5. Bahwa, premis / dalil dalam pertimbangan hukum termohon keberatan dalam halaman 33 point 1.3.10 dan halaman 33 point 1.3.11 diatas menjadi “kontradiktif” dengan pertimbangan hukumnya yang lain i.c pertimbangan hukumnya halaman 34 point 1.3.13 ;

6. Bahwa, dalam pertimbangan hukumnya halaman 34 point 1.3.13 menyatakan “Bahwa penghentian atau penundaan suatu pemeriksaan perkata yang diduga telah melanggar Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tanpa alasan yang jelas justru menimbulkan ketidakpastian hukum yang berdampak pada kepercayaan public atas tugas dan wewenang KPPU dalam memeriksa dan memutus perkara persaingan usaha” ;

7. Bahwa, adanya gugatan / sengketa yang masih berjalan di Pengadilan negeri Jakarta Pusat dalam Register Perkara Nomor. 333/Pdt.G/2008/PN.JKT.PST adalah sebagai bukti dan alasan yang jelas untuk menciptakan kepastian hukum, bukankah itu juga sudah diakui sendiri oleh termohon keberatan dalam pertimbangan hukumnya diatas. Akan tetapi kemudian persidangan perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat a qo dikatakan tanpa alasan yang jelas dan justru menimbulkan ketidakpastian hukum sebagaimana dalam pertimbangan hukum termohon keberatan dalam halaman 34 pint 1.3.13 diatas ;

8. Bahwa, logika dan penafsiran hukum yang dipakai dan / atau dipergunakan oleh termohon keberatan dalam mengkonstantiring, mengkualifisir dan mengkonstituring in casu menjadi salah dan tidak tepat ;

3

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 95: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

9. Bahwa, karena itu jelas – jelas putusan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, tanggal 12 Februari 2009 yang telah dijatuhkan oleh termohon keberatan kepada para pemohon keberatan adalah keputusan yang cacat secara formil dan materiil dan tidak sah, karena itu harus dibatalkan ;

1. Bahwa, adanya suatu kekhilafan dan / atau suatu kekeliruan yang nyata dalam membuat keputusan dimaksud oleh Termohon yang selengkapnya diuraiakan sebagai berikut : 1. Bahwa termohon keberatan dalam pertimbangan hukumnya dalam halaman 39 point 2.2.3.4. dan point 2.2.3.5. menyatakan terdapat persekongkolan horizontal antara terlapor I, terlapor II, dan terlapor III pada tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket A dan B dalam bentuk : 1. Bahwa terdapat persesuaian dokumen antara terlapor I, terlapor II, dan terlapor III sebagaimana diuraiakn dalam butir 16.3.3.1.1 bagian tentang duduk perkara ; 2. Bahwa terdapat kesamaan alamat direktur antara terlapor I, terlapor II dan terlapor III sebagaimana diuraiakan dalam butir 16.3.3.1.2 bagian tentang duduk perkara ; 3. Bahwa terdapat kepemilikan silang saham serta jabatan rangkap dari para direksi, komisaris maupun pengurus dari terlapor I, terlapor II, dan terlapor III sebagaimana diuraiakan dalam butir 16.3.3.1.3. bagian tentang duduk perkara ; Bahwa dengan demikian unsure bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket A dan B terpenuhi ; 2. Bahwa atas pertimbangan hukum diatas, termohon telah melakukan kekhilafan dan / atau kekeliruan yang nyata dalam membuat keputusan karena salah dalam menafsirkan unsur dan perbuatan “mengatur dan atau menentukan pemenang tender” sebagaimana diatur dalam pasal 2 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 jo pedoman Pasal 22 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 ; 1. Bahwa sampai dengan putusan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 dijatuhkan oleh termohon keberatan, para pemphon keberatan “belumlah bersedia membeerikan keterangan” dihadapan termohon keberatan terkait erat dengan dugaan persekongkolan tender karena menunggu adanya Putusan dari pengadilan Negeri Jakarta Pusat ; 2. Bahwa, bahwa apabila demikian, maka perbuatan bersekongkolan perbuatan mengatur dan menentukan pemenang tender seharusnya belum bias dielaborsi kedalam terpenuhinya unsur – unsur pasal 22 Undang – undang Nomor 5 tahun 1999 diatas, karena belum atau tidak adanya perbuatan yang dilakukan oleh para pemohon yang menjadi dasar pelanggaran persekongkolan ataupun menentukan dan atau memenangkan tender dimaksud yang dilakukan oleh para pemohon keberatan ; 3. Bahwa sehinga dasar pertimbangan hukum termohon keberatan dalam halamn 39 point 2.2.3.4 dan point 2.2.3.5 adalah jelas – jelas salah dan keliru karena hanya mendasarkan kepada alat bukti “surat dan atau dokumen” kepemlikan silang sham serta jabatan rangkap dari direksi, komisaris maupun pengurus sedangkan perbuatan atau alat bukti berupa keterangan “saksi” belum – belum pernah ada ; 4. Bahwa unsur mengatur dan atau pemenang peserta tender dalam pedoman pasal 22 Undang – undang Nomor 5 tahun 1999 yaitu : suatu

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 96: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan atau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara Pengaturan dan / atau penentuan pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan criteria pemenang ; 5. Bahwa tidak ada alat bukti berupa KETERANGAN SAKSI yang membuktikan kalau ada peristiwa hukum dan tindakan hukum dari para pemohon keberadaan yang bertujuan untuk mengatur dan atau menentkan pemenang tender ; 6. bahwa dengan demikian termohon keberatan belumlah memiliki buki yang cukup dan kuat untuk menjatuhkan putusan dalam perkara a quo ; 7. Bahwa dalam melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku usaha atau para pemohon keberatan ini, maka termohon keberatan haruslah tetap mengacu kepada hukum pembuktian secara umum, menilai alat bukti yang ada dan menempatkan keterpenuhan unsur dan perbuatan secara komprehensif atau dalam prisnip pembuktian haruslah dilakukan kualifisir, konstantiring pembuktian secara tepat dan cermat dengan mendasarkan alat – alat bukti yang diatur dalam Undang – undang Nomor 5 tahun 1999, pasal 42 menyebutkan alat – alat bukti pemeriksaan komisi berupa : 1. Keterangan saksi ; 2. Keterangan ahli ; 3. Surat dan atau dokumen ; 4. Petunjuk ; 5. Keterangan pelkaku usaha ; 8. Bahwa dengan demikian unsur bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket A dan B “tidak terpenuhi” ; 2. Bahwa, Amar Dalam Keputusan Termohon yang berbunyi Melarang Terlapor I,Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap, adalah tidak berdasarkan hukum, bertentangan dengan nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum ; 1. Bahwa, amar ke – 3 (tiga) dalam putusan termohon perkara nomor : 45/KPPU-L/2008, tanggal 12 Februari 2008 berbunyi : melarang Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ; 2. Bahwa, mencermati bunyi amar sebagaimana diatas dikaitkan dengan kewenangan termohon untuk menjatuhkan sanksi, baik berupa tindakan administrative maupun pidana sebagaimana di atur dalam Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999, maka akan nampak bahwa sanksi berupa larangan bagi para termohon keberatan untuk tidak mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap adalah sangat tidak berdasarkan hukum, tidak mencerminkan nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum karena : 2.1. Bahwa peserta tender dan yang mengikuti rapat penjelasan hanya berjumlah kurang lebih 30 peserta untuk pake A, B dan KF ;

5

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 97: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2.2. Bahwa pada saat rapat penjelasan terjadi pemaksaan kehendak oleh beberapa kelompok rekanan yang hanya bermodalkan dokumen – dokumen ijin usaha akan tetapi mempunyai pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya dengan tujuan agar mendapatkan fee dari peserta yang menang ;

2.3. Bahwa pemohon II atau PT. Damata Sentra Niaga sebagai pemenang dengan tanpa melakukan mark up, barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta karena barang tersebut harganya lebih rendah dari daftar

harga / price list ;

2.4. Bahwa barang yang ditawarkan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Tim Independen penelaah buku ;

2.5. Bahwa jangka waktu pengiriman tidak melebihi waktu yang ditentukan, tidak ada permasalahan setelah dilakukan pemeriksaan oleh BPKP, Irjen Depdiknas dan Pemeriksaan lainnya ;

2.6. Bahwa adanya keterkejutan budaya dalam tender setelah adanya Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 yang diimbangi dengan sosialisasi yang merata dikalangan pelaku usaha oleh termohon sehingga tidak adanya pemahaman dan tertib hukum yang baik terhadap Undang – undang Nomor 5 tahun 1999 ;

Bahwa sehubungan dengan hal – hal sebagaimana diuraikan diatas, para pemohon keberatan memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Surabaya c.q Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk menerima dan mengabulkan permohonan upaya hukum keberatan ini dan selanjutnya memberikan putusan sebagai berikut :

3. Menerima dan mengabulkan permohonan keberatan yang diajukan pemohon I, pemohon II dan pemohon III atau para pemohon untuk seluruhnya ; 1. Membatalkan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI atau termohon dalam perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, Tanggal 12 Februari 2009 ; 2. Menyatakan pemohon I, pemohon II dan pemohon III atau para pemohon tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 3. Membebankan biaya sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku ; Atau : Apabila Pengadilan Negeri Surabaya c.q Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini berpendapat lain, mohon putusan seadil – adilnya ;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan, Para Pihak

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 98: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pemohon datang menghadap kuasanya tersebut diatas dan untuk Pihak Termohon datang menghadap Kuasanya Yaitu :

II. MANAEK SM PASARIBU, SH ; 1. LANTIKO HIKMA SUYATAMA, SH ; 2. LINA MARDIANA, SH ; Berdasarkan Surat Tugas No.62/KPPU/K/ST/IV/2009, tertanggal 16 April 2009 ; Menimbang, bahwa sesuai dengan PERMA No.3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan KPPU, Permohonan Keberatan atas Putusan KPPU yang diperiksa di Pengadilan Negeri tidak tunduk pada Ketentuan Mediasi, sebagaimana diatur dalam Perma No.1 Tahun 2008, dalam Surat Keberatannya, pemeriksaan atas keberatan ini dapat dilanjutkan ;

Menimbang, bahwa atas Permohonan Keberatan Para Pemohon tersebut, Termohon menyatakan telah mengerti akan maksud dan isinya, dan dipersidangan Termohon telah mengajukan Penjelasan secara tertulis tertanggal 24 April 2009, yang isinya sebagai berikut :

1. URAIAN SINGKAT PUTUSAN KPPU : Bahwa perkara a qua bermula dari laporan dari masyarakat atau pihak yang mengetahui telah terjadinya pelanggaran Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Pesaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No. 5 Tahun 1999”), dalam Tender Pengadaan Modul Paket A, B, C dan Keaksaraan Fungsional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007 ; Bahwa dalam Tender a qua terdapat 7 (tujuh) Terlapor yaitu :

1. Pemohon Keberatan I ; 2. Pemohon Keberatan II ; 3. Pemohon Keberatan III ; 4. UD. Melati Indah yang beralambat kantor di Jalan Kertajaya IX-C Surabaya, selanjutnya disebut “Terlapor IV” ; 5. UD Media Alas Dayu yang beralamat kantor di Jalan Makam Peneleh 37 Surabaya,selanjutnya disebut “Terlapor V” ; 6. CV Surya Eka Dwi yang beralamat di Jalan Kebonsari IV / 17 Surabaya, selanjutnya disebut “Terlapor IV” ;

7

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 99: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

7. Panitia Tender Pengadaan Modul dan / atau Buku Paket A dan B, Paket C dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 beralamat kantor di Kontar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Jalan Gentengkali No. 33 Surabaya, selanjutnya disebut “Terlapor VII” ; Bahwa dalam Putusan KPPU, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII Dinyatakan tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, sedangkan Para Pemohon Keberatan terbukti melakukan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang terdapat kami kutip bunyinya sebagai berikut : “ Pelaku Usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat” ;

dan penjelasannya sebagai berikut :

“ tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau menyediakan jasa” :

Bahwa dengan demikian yang dimaksud dengan mengatur dan atau menentukan pemenang tender berdasarkan Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 adalah suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan / atau bertujuan memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara ;

Bahwa secara ringkas perkara a qua dimulai dengan adanya Tender Pengadaan Modul Paket A, B, C dan Keaksaraan Fungsional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007 dengan Pagu untuk Paket A Setara SD Kelas IV, V dan VI dan Paket B Setara SMP Kelas 1, 2, dan 3 Sebesar Rp. 2.895.800.000,- dan Pagu untuk Paket C Setara SMA Kelas 1, 2, dan 3 Sebesar Rp. 953.400.000,- ;

Bahwa dalam Tender a qua telah terjadi persekongkolan yang dilakukan oleh Para

Pemohon Keberatan untuk mengatur dan / atau menentukan pemenang Tender a qua dalam bentuk persekongkolan horizontal antara Pemohon Keberatan I, Pemohon Keberatan II dan Pemohon Keberatan III pada Tender Pengadaan dan Pengiriman modul / buku Paket A dan B dan dalam Tender Paket modul / buku Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan yang dibuktikan dengan adanya :

1. Persesuaian dokumen antara Para Pemohon Keberatan ; 2. Kesamaan alamat Direktur antara Para Pemohon Keberatan ; 3. Kepemilikan silang saham serta jabatan rangkap dari para direksi, komisaris maupun pengurus dara Para Pemohon Keberatan ;

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 100: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Tindakan Para Pemohon Keberatan yang dengan sengaja secara bersama-sama telah ikut serta sebagai peserta dalam paket Tender a quo kemudian mengatur harga penawaran secara bersama-sama untuk menentukan pemenang dalam Tender a quo (vide Putusan KPPU butir 2.2.3.4. sampai dengan butir 2.2.3.8 pada halaman 39) ; Bahwa dengan demikian, maka Majelis Komisi Termohon Keberatan memutuskan dalam Putusan KPPU yang dimohonkan keberatan oleh Para Pemohon Keberatan, yang bunyi amarnya dapat kami kutip sebagai berikut :

M E M U T U S K A N

2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III, terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 1. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 2. Melarang Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ; Bahwa untuk berikutnya sebelum kami menjelaskan mengenai Putusan KPPU terkaitformil dan materiil Permohonan Keberatan dari Para Pemohon Keberatan dari Para Pemohon Keberatan, maka kami ingin menyampaikan hal-hal berikut :

1. TATA CARA UPAYA HUKUM KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU : 1. Dalam Pemeriksaan Perkara Keberatan Tidak Dimungkinkan Lagi Pengajuan Bukti dan atau Bukti Tambahan : 4. Sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan terhadap Putusan KPPU (selanjutnya disebut “Perma 03 Tahun 2005”) dalam Pasal 5 ayat (4), yang dapat kami kutip sebagai berikut : “Pemeriksaan keberatan dilakukan hanya atas dasar putusan KPPU dan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)” ;

1. Penerapan Pasal 5 ayat (4) Perma 03 Tahun 1005 tersebut telah dibenarkan dan dikuatkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam Putusannya No. 04 K / KPPU / 2005 tanggal 29 November 2005 dalam Perkara antara KPPU melawan PT Pertamina (Persero) terkait dengan Putusan KPPU No. 07 / KPPU-L / 2004 tentang Penjualan 2 (dua) unit Kapal Tanker VLCC milik Pertamina. Dalam pertimbangan hukumnya pada halaman 354 secara jelas dan tegas menyatakan : “ Menimbang, bahwa pertimbangan judex factie yang

9

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 101: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menyatakan bahwa dalam perkara a quo dapat diterima bukti-bukti baru dari para pihak, karena penerimaan bukti-bukti tersebut merupakan kelengkapan untuk mendukung dalil-dalil keberatan masing-masing pihak dan tidak termasuk sebagai pemeriksaan tambahan ; Bahwa pertimbangan judex factie tersebut tidak dapat dibenarkan karena Pasal 5 ayat 4 Perma No. 3 Tahun 2005 telah ditentukan bahwa pemeriksaan keberatan hanya dilakukan atas dasar Putusan KPPU dan berkas perkaranya. Dengan demikian dalam proses pemeriksaan keberatan ini tidak dimungkinkan lagi untuk memeriksa bukti-bukti tambahan, dengan demikian maka bukti-bukti baru yang telah diajukan oleh para Pemohon Keberatan tersebut haruslah dikesampingkan.” ;

1. Dengan demikian telah jelas bahwa kaidah hukum yang berlaku telah mengatur Pengadilan Negeri sebagai Judex Factie dalam memeriksa perkara keberatan a quo tidak diperkenankan lagi untuk menerima bukti-bukti baru dan atau saksi-saksi dari Pemohon Keberatan dengan alas an apapun ; 2. Putusan Sela Dan Pemeriksaan Tambahan ; Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara Keberatan, setelah mempelajari putusan Termohon Keberatan, dan berkas perkaranya dapat memerintahkan Termohon Keberatan untuk melakukan pemeriksaan tambahan melalui Putusan Sela. Hal itu didasarkan atas alasan hukum, sebagaimana telah diatur dalam :

2.1. Pasal 6 ayat (1) Perma 03 Tahun 2005 :

“Dalam hal Majelis Hakim berpendapat perlu pemeriksaan tambahan, maka melalui Putusan Sela memerintahkan kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan” ;

2.2. Pasal 6 ayat (2) Perma 03 Tahun 2005 :

“Perintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat hal-hal yang harus diperiksa dengan alasan-alasan yang jelas dan jangka waktu pemeriksaan tambahan yang diperlukan” ;

1. Bahwa penerapan Pasal 6 ayat (1) dan (2) Perma 03 Tahun 2005 / dahulu Pasal 6 ayat (1) Perma 1 Tahun 2003) telah dibenarkan dan dikuatkan secara jelas dan tegas oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam Putusan Perkara Nomor. 01 K/KPPU/2004 tanggal 5 September 2005. sesuai dalam pertimbangan hukumannya pada halaman 62 yang dapat kami kutip sebagai berikut : 2. Bahwa dalam hal Majelis Hakim berpendapat perlu pemeriksaan tambahan,setelah memperlajari Putusan KPPU dan berkas perkaranya, maka melalui Putusan

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 102: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sela perkara dikembalikan kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan (Pasal 6 ayat (1) PERMA Nomor. 1 tahun 2003) ; 3. Bahwa oleh karena itu pemeriksaan tambahan yang dimaksukan oleh PERMA Nomor. 01 Tahun 2003 adalah demi jelasnya permasalahan menurut pendapat Majelis Hakim setelah mempelajari Putusan dan berkas perkara dari KPPU tersebut, dan bukannya untuk pengajuan bukti - bukti baru atas permintaan pemohon ; 4. Bahwa dengan demikian Putusan Sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 23 September 2003 Nomor. 001/KPPU/2003/PN.JKT.PST, yang memerintahkan KPPU agar melakukan pemeriksaan tambahan dengan menerima alat - alat bukti lain yang diajukan oleh pemohon adalah bertentangan dengan Pasal 41 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dimana pemohon sebagai pelaku usaha yang diperiksa oleh KPPU diwajibkan untuk menyerahkan alat bukti yang diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan ; 5. Dengan demikian, apabila -quad non- Putusan Sela dalam perkara a quo ditetapkan dan atau dikeluarkan oleh Majelis Hakim Judex Factie, maka hal itu semata - mata karena atas dasar kebutuhan Majelis Hakim Judex Factie setelah mempelajari Putusan KPPU dan berkas perkaranya. Sehingga bukan dikarenakan permintaan / tuntutan dari pemohon Keberatan ; 2. Pemeriksaan Perkara Di KPPU : 3.1. Tata cara penanganan perkara di KPPU secara umum telah diatur oleh Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999, khususnya dalam BAB VII ; 3.2. Sebagai pedoman tata cara penangan perkara, Termohon Keberatan diberikan kewenangan oleh Undang-undang untuk membuat dan menyusun tata cara penyampaian laporan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 38 ayat (4)

Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 yang berbunyi :

“Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Komisi” ;

3.3. Atas dasar kewenangan tersebut, dan dalam rangka menjalankan tugas dan kewenangannya, Termohon Keberatan telah mengeluarkan Keputusan Nomor. 05/KPPU/Kep/IX/2000 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan Pelanggaran terhadap Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 ;

3.4. Dalam rangka peningkatan transparansi dan efektifitas penanganan perkara di KPPU, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan Keputusan Komisi Nomor. 05/KPPU/Kep/IX/2000. untuk itu Termohon Keberatan telah mengeluarkan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU (Selanjunya disebut “Perkom 1 Tahun 2006”). Dengan demikian Perkom 1 Tahun 2006 telah menjadi dasar dan pedoman dalam penangan dan pemeriksaan perkara di KPPU ;

11

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 103: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1. Jaminan Adanya Prinsip “Due Process Of Law” ; 4.1. Dalam setiap proses pemeriksaan perkara, Termohon Keberatan Selalu berpegang dan berpedoman pada kaidah - kaidah dasar hukum acara, yaitu meliputi : 4.1.1. Membacakan hak - hak terperiksa sebelu pemeriksaan dimulai ;

4.1.2. Memberikan kesempatan kepada semua pihak yang diperiksa, (in casu termasuk para pemohon Keberatan) untuk didamping penasehat hukum ;

4.1.3. Menanyakan kesehatan dan kesediaan terperiksa untuk diperiksa ;

4.1.4. Menanyakan ada tidaknya tekanan yang dialami terperiksa Selama dilakukan pemeriksaan ;

4.1.5. Memberikan kesempatan kepada terperiksa untuk menyampaiakan hal - hal yang dianggap perlu termasuk yang bersifat pembelaan, memeriksa dan mengkoreksi Berita Acara Pemeriksaan sebelum ditandatangani ;

Bahwa untuk Selanjutnya, kami, Termohon Keberatan akan menguraikan mengenai penjelasan terhadap Formil Permohonan Keberatan para pemohon Keberatan dan Metriil Keberatan para pemohonan Keberatan, sebagai berikut :

C. PENJELASAN TERHADAP FORMIL PERMOHONAN KEBERATAN PARA PEMOHON KEBERATAN :

Para Pemohon Keberatan tidak jelas (Obscuur libel) :

5.1. Bahwa dalam memori Keberatan para pemohon Keberatan tertulis Bahwa pemohon Keberatan adalah sebagai berikut :

1. Aldie Rahman, baik atas nama diri sendiri atau sebagai Direktur CV Fajar Jaya…” ;

2. Kholifatur Rosidah, baik atas nama diri sendiri atau sebagai Direktur PT. Damata Sentra Niaga…” ;

3. Luciana, baik atas nama diri sendiri atau sebagai Direktur CV Eka Karya Jaya…” ;

5.2. Bahwa sikap para Pemohon Keberatan yang bertindak atas nama diri sendiri atau Direktur merupakan hal yang sangat tidak jelas (Undang - undang), karena siapakah yang sebenarnya yang mengajukan Keberatan terhadap Putusan KPPU ? apakah Aldie Rahman sebagai ia sendiri ataukah ia sebagai Direktur CV Fajar Jaya ? apakah Kholifatur Rosidah sebagai sendiri ataukah ia sebagai Direktur PT. Damata Sentra Niaga ? apakah Luciana, sebagai ia sendiri atau sebagai Direktur CV Eka Karya Jaya ? ;

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 104: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

5.3 Bahwa terlebih lagi Undang - undang Nomor. 40 Tahun 2007 telah mengatur adanya pemisahan antara pemilik perusahaan dengan direktur perusahaan, oleh karena itu menjadi semakin tidak jelas, apakah Kholifatur Rosidah sebagai sendiri ataukah ia sebagai Direktur PT Damata Sentra Niaga pada saat ia mengajukan Keberatan terhadap Putusan KPPU ? ;

5.4. Bahwa dengan demikian, maka haruslah ditolak atau setidak - tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima permohonan Keberatan yang diajukan oleh para pemohon Keberatan karena tidak jelas (Undang - undang) siapakah yang mengajukan Keberatan terhadap Putusan KPPU ? ;

D. PENJELASAN TERHADAP MATERI PERMOHONAN KEBERATAN :

Adapun penjelasan Termohon Keberatan terhadap Putusan PPU a quo terkait dengan pokok - pokok Keberatan dari para pemohon Keberatan adalah sebagai berikut :

1. Termohon Keberatan Memiliki Kewenangan untuk Memeriksa dan Memutus Perkara a quo : 2. Bahwa Pasal 35 Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 telah jelas mengatur tugas Termohon Keberatan, yang secara lengkap dapat Termohon Keberatan kutip sebagai berikut : 3. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 ; 4. melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24 ; 5. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominant yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28 ; 6. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ; 7. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 8. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang – undang ini ; 9. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat ; 10. Sedangkan Pasal 36 Undang - Undang Nomor. 5 Tahun 1999 dengan tegas mengatur wewenang Termohon Keberatan, yang secara lengkap dapat Termohon Keberatan kutip sebagai berikut : 11. Menerima laporan dari masyarakat dan atau pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat ;

13

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 105: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

12. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 13. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya ; 14. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat15. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang – undang ini ; 16. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang ini ; 17. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yangtidak bersedia memenuhi panggilan Komisi ; 18. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang – undang ini ; 19. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan ; 20. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat ; 21. Memberitahukan Putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 22. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang – undang ini ; 23. Bahwa Keputusan Presiden Nomor. 80 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (untuk Selanjutnya disebuat sebagai “Keppres Nomor. 80”) merupakan acuan / pedoman dalam pelaksanaan bagi tiap kegiatan pengadaan barang / jasa yang dilakukan disetiap instansi pemerintah termasuk dalam perkara a quo ; 24. Bahwa Keppres Nomor. 80 pun menyebutkan perlu diperhatikannya prinsip persaingan usaha sehat dalam melakukan kegiatan pengadaan, sebagaimana terdapat dalam konsideran huruf a ; “…pengadaan barang / jasa pemeriantah yang dibiayai APBN / APBD dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya…” ; 25. Perlu kami tegaskan Bahwa pemenuhan terhadap seluruh persyaratan tender sebagaimana diatur dalam ketentuan – ketentuan dalam Kepres Nomor. 80 tidak berarti Bahwa telah memenuhi seluruh ketentuan perundang – undangan. Sangat dimungkinkan pemenuhan terhadap Keppres Nomor. 80 justru buah hasil dari persekongkolan tender yang nyata – nyata merupakan pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 ;

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 106: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

26. Berdasarkan uraian diatas, telah jelas Bahwa Termohon Keberatan memiliki tugas dan kewenangan dalam menilai, memeriksa, memutus, dan menjatuhkan sanksi terhadap setiap pelanggaran Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999. sehingga tidak tepat hal – hal yang diuraikan oleh para pemohon Keberatan dan oleh karenanya beralasan hukum untuk menolak dalil para pemohon Keberatan;27. Putusan KPPU didasarkan pada Analisa Yuridis dan Pertimbangan Hukum Yang Tepat dan Benar : 2.1. Bahwa dalil para pemohon Keberatan yang menyampaikan Termohon Keberatan tidak mendasarkan hukum acara yang berlaku adalah tidak benar karena dalam setiap proses pemeriksaan perkara, Termohon Keberatan Selalu berpegang dan berpedoman pada kaidah – kaidah dasar hukum, yang meliputi Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 dan Perkom Nomor. 1 Tahun 2006 ; 2.2. Bahwa peraturan – peraturan tersebut telah menjadi dasar dan pedoman dalam penanganan dan pemeriksaan perkara di KPPU ;

2.3. Bahwa dengan demikian berdasarkan fakta hukum telah jelas Bahwa setiap penangan perkara di KPPU Selalu berpegang pada kaidah – kaidah hukum dan prinsip deu process of law, sehingga beralasan hukum untuk menolak dalil pata pemohon Keberatan ;

2.4. Bahwa alat – alat bukti pemeriksaan di KPPU diatur dalam Pasal 42 Undang – undang Nomor. 5 Tahun 1999 yang dapat kami kutip :

“Alat – alat bukti pemeriksaan Komisi berupa” ;

a. Keterangan saksi ;

b. Keterangan ahli ;

c. Surat dan atau dokumen ;

d. Petunjuk ;

e. Keterangan pelaku usaha ;

2.5. Bahwa bukti – bukti terjadinya persengkokolan horizontal ditunjukkan dengan adanya keterangan pelaku usaha yaitu para Terlapor (termasuk para pemohon Keberatan) yang keterangannya telah dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang telah dibaca, dimengerti, diakui dan ditandatangani oleh yang bersangkutan, saksi – saksi yang keterangannya diambil di bawah sumpah yang dimuat dalam BAP yang juga telah dibaca, dimengerti, diakui dan ditandatangani oleh yang bersangkutan, surat, dokumen terkait Tender a quo, dan bukti petunjuk ;

2.6. Bahwa bukti – bukti yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan Putusan perkara a quo tidak hanya didasarkan pada keterangan pelaku usaha saja namun dalam berkas yang telah disampaikan pemohon Keberatan yang tercatat dalam berkas Putusan KPPU dengan kode

15

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 107: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dokumen A berupa surat Selama proses pemeriksaan, Dokumen B berupa Berita Acara Pemeriksaan Terlapor dan Saksi, dan Dokumen C berupa dokumen – dokumen terkait Tender a quo telah menunjukkan bukti – bukti kuat yang dijadikan dasar untuk memutus perkara a quo ;

2.7. Sehingga dengan demikian dalil – dalil dari para pemohon Keberatan sangat tidak berdasarkan dan oleh karena itu beralasan hukum untuk menolak dalil para pemohon Keberatan ;

1. Pertimbangan dan Uraian Putusan KPPU merupakan Satu Kesatuan yang Selaras, Tidak Saling Bertentangan dan Tidak Saling Kontradiktif : 3.1. Bahwa pertimbangan Termohon Keberatan tidak saling kontradiktif antara butir 1.3.10 dan butir 1.3.11 pada halaman 33 dengan butir 1.3.13 pada halaman 34, yang dapat kami kutip sebagai berikut : 1.3.10 Bawah terkait permintaan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan

Terlapor IV untuk menghentikan atau menunda pemeriksaan perkara Nomormor : 45/KPPU-L/2008, Majelis Komisi telah memberikan kesempatan kepada Terlapor I untuk meminta Putusan Sela dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait perkara a quo ;

1.3.11 Bahwa sampai dengan Putusan ini dibacakan, Putusan Sela dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat belum atau tidak diterima oleh Majelis Komisi ;

1.3.13 Bahwa penghentian atau penundaan suatu pemeriksaan perkara yang diduga telah melangga Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tanpa alasan yang jelas justru menimbulkan ketidakpastian hukum yang berdampak pada kepercayaan public atas tugas dan wewenang KPPU dalam memeriksa dan memutus perkara persaingan usaha ;

3.2. Bahwa sikap Majelis Komisi Termohon Keberatan sebagaimana termuat dalam butir 1.3.10 dan butir 1.3.11 pada halaman 33 adalah menanggapi dan mengabulkan permintaan dari para pemohon Keberatan dan Terlapor IV ;

3.3. Bahwa sikap Majelis Termohon Keberatan justru sebagai bentuk due process of law yang memberikan kesempatan kepada para pemohon Keberatan dan Terlapor IV, untuk mempergunakan seluruh ksempatan yang ada untuk melakukan pembelaan diri ;

3.4. Bahwa sikap Majelis Komisi Termohon Keberatan sebagaimana termuat dalam butir 1.3.10 dan butir 1.3.11 pada halaman 33 bukanlah mengabulkan permohonan penundaan pemeriksaan, namun memberikan kesempatan kepada para Termohon Keberatan dan Terlapor IV untuk memberikan dokumen – dokumen pendukung permohonannya ;

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 108: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3.5. Bahwa uraian yang termuat dalam butir 1.3.13 pada halaman 34 adalah merupakan penilaian Majelis Komisi Termohon Keberatan terhadap permohonan dari para pemohon Keberatan dan Terlapor IV ;

3.6. Bahwa dengan demikian, sikap Majelis Komisi Termohon keberatan sebagaimana termuat dalam butir 1.3.10 dan butir 1.3.11 pada halaman 33 dan butir 1.3.13 pada halaman 34 merupakan dua hal yang berbeda, namun tetap selaras dan tidak kontradiktif ;

3.7. Sehingga dengan demikian dalil – dalil dari para pemohon Keberatan sangat tidak berdasar dan oleh karena itu beralasan hukum untuk menolak dalil pemohon Keberatan.

1. Pemeriksaan di KPPU Tidak dapat Dihentikan Karena Adanya Gugatan Kepada KPPU : 4.1. Bahwa penghentian atau penundaan suatu Pemeriksaan perkara yang diduga telah melanggar Undang – undang Nomor. 5 Tahun 1999 tanpa alasan yang jelas justru menimbulkan ketidakpastian hukum yang berdampak pada kepercayaan public atas tugas dan wewenang KPPU dalam memeriksa dan memutus perkara persaingan usaha ; 4.2. Dengan demikian Termohon Keberatan menyimpulkan Pemeriksaan Perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 tidak dapat dihentikan atau ditunda ;

4.3. Bahwa gugatan yang in casu hanya diajukan oleh pemohon keberatan I dengan register No. 333/PDT.G/2008/PN.JKT.PST dalam hal ini Alfie Rahman selaku Direktur CV Fajar Jaya hanyalah mempermasalahkan mengenai perhitungan dari dalam pemeriksaan di KPPU ;

4.4. Bahwa materi gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hanyalah mengenai perhitungan hari kerja yang hal ini telah diatur dalam Pasal 1 angka 5 Perkom Nomor 1 Tahun 2006, yang dapat kami kutip sebagai berikut :

5 Hari adalah hari kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat kecuali hari libur nasional ;

4.5. Bahwa dengan demikian, tidak ada relevansi antara gugatan yang disampaikan pemohon keberatan I di Pengadilan Negeri dengan pemeriksaan di KPPU karena obyek yang digugat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat adalah mengenai hari kerja sedangkan pemeriksaan di KPPU terkait dengan dugaan persengkongkolan Tender Pengadaan Modul Paket A, B, C dan keaksaraan Fungsional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007 ;

4.6. Dengan demikian sangat tidak beralasan bagi termohon keberatan untuk melakukan penghentian dan penundaan pemeriksaan karena proses pemeriksaan di KPPU didasarkan pada

17

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 109: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

batas waktu yang ditetapkan oleh Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Perkom Nomor 1 Tahun 2006 ;

4.7. Bahwa dalam putusan KPPU, termohon keberatan telah mempertimbangkan mengenai penundaan pemeriksaan perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 dalam butir 1.3. pada halaman 31 sampai dengan 34, yang dapat kami kutip sebagai berikut :

1.3. Tentang Penghentian atau penundaan pemeriksaan perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 :

1.3.1. Bahwa terlapor I, terlapor II dan terlapor III dalam pembelaannya meminta Majelis Komisi untuk menghentikan atau menunda pemeriksaan perkara a quo dengan alasan Terlapor I telah mengajukan gugatan terhadap KPPU RI di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan register perkara Nomor : 333/Pdt.G/2008/ PN.JKT.PST terkait dengan petikan penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor : 132/KPPU/PEN/IV/2008 tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 jo. Petikan Penetapan Nomor : 171/KPPU/PEN/VIII/2008 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 (vide Bukti A81, 82, A84) ;

1.3.2. Bahwa Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III akan pembelaannya

menyatakan point keempat pada petikan penetapan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Nomor : 132/KPPU/PEN/VI/2008 tentang pemeriksaan pendahuluan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 bertentangan dan tidak sesuai dengan bunyi ketentuan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Bab VII tentang Tata Cara Penanganan Perkara Pasal 39 ayat (1) ;

1. Bahwa terlapor I, terlapor II dan terlapor III dalam pembelaannya menyatakan point pertama pada petikan penetapan nomor : 171/KPPU/PEN/VIII/2008 tentang pelaksanaan lanjutan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 bertentangan dan tidak sesuai dengan bunyi ketentuan dalam Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tentangt larangan Prakek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Bab VII tentang Tata Cara Penanganan Perkara Pasal 43 ayat (1) ; 2. Bahwa memperhatikan Pasal 39 ayat (1) Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan prakek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berbunyi “Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2), komisi wajib melakukan pemeriksaan pendahuluan, dan dalam waktu selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima laporan, Komisi wajib menetapkan perlu atau tidaknya dilakukannya pemeriksaan lanjutan” ; 3. Bahwa memperhatikan Pasal 43 ayat (1) Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berbunyi “Komisi wajib menyelesaikan pemeriksaan lanjutan

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 110: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

selambat - lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak dilakukan pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) ; 4. Bahwa memperhatikan Pasal 43 ayat (2) Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berbunyi “Bilamana diperlukan, jangka waktu pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari” ; 5. Bahwa memperhatikan Pasal 1 anga 5 Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara penanganan Perkara di KPPU yang berbunyi “hari adalah hari kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat kecuali hari Libur Nasional” ; 6. Bahwa memperhatikan proses penangan perkara yang berlangsung dan dua penetapan pada butir 1.3.3 maka keseluruhan proses pemeriksaan ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah memenuhi asas due process of law, hal mana telah dikuatkan oleh beberapa putusan Mahkamah Agung (MA) sebagai berikut : 1.3.8.1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 01 K/KPPU/2004 dalam perkara Komisi melawan PT Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia ; 1.3.8.2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 02 0K/KPPU/PDT/ 2004 dalam perkara Komisi melawan PT. Jakarta internasional Container Terminal ;

1.3.8.3. Putusan Mahkamah Agung Nomor 05 K/KPPU/2005 dalam perkara Komisi melawan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ;

1.3.8.4. Putusan Mahkamah Agung Nomor 05 K/KPPU/2005 dalam perkara komisi melawan PT Republik Indonesia

(perum peruri) ;

1.3.8.5. Putusan Mahkamah Agung Nomor 01 K/KPPU/2006 dalam perkara Komisi melawan PT. Carrefour Indonesi ;

1. Bahwa memperhatikan penetapan komisi pengawasan persaingan usaha Nomor : 132/KPPU/PEN/VI/2008 tentang pemeriksaan pendahuluan perkara Nomor :45/KPPU-L/2008 jo petikan penetapan Nomor : 171/KPPU/PEN/VIII/2008 tentang pemeriksaan lanjutan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 dan memperhatikan hal-hal sebagaimana diuraiakan pada butir 1.3.4. sampai dengan butir 1.3.8. Majelis Komisi menilai penetapan Komisi pengawas persaingan usaha Nomor : 132/KPPU/PEN/ IV/2008 tentang pemeriksaan pendahuluan perkara Nomor : 171/KPPU/PEN/VIII/2008 tentang pemeriksaan lanjutan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 telah sesuai dengan Undang – undang dan Peraturan Komisi ; 2. Bahwa terkait permintaan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV untuk menghentikan atau menunda pemeriksaan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008, Majelis Komisi telah memberikan kesempatan kepada Terlapor I untuk meminta Putusan sela dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait perkara a quo ;

19

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 111: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Bahwa sampai dengan putusan ini dibacakan, putusan sela dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat belum atau tidak diterima oleh Majelis Komisi ; 4. Bahwa Majelis Komisi berpendapat, sebagaimana amanat Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 maka KPPU mempunyai kewajiban untuk menerima, memeriksa dan memutus laporan masyarakat yang diduga telah melanggar Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 ; 5. Bahwa penghentian atau penundaan suatu pemeriksaan perkara yang diduga telah melanggar Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 tanpa alasan yang jelas justru menimbulkan ketidakpastian hukum yang berdampak pada kepercayaan public atas tugas dan wewenang KPPU dalam memeriksa dan memutus perkara persaingan usaha ; 6. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menyimpulkan pemeriksaan perkara Nomor : 45/KPPU-L/2008 tidak dapat dihentikan atau ditunda ; 2. Pemohon Keberatan Terbukti Melanggar Pasal 22 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 : 5.1. Bahwa pemohon keberatan telah terbukti melakukan pelanggaran Pasal 22 Undang – undang Nomor. 5 Tahun 1999, yang bunyi pasal tersebut dapat kami kutip sebagai berikut : “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat” ;

5.2. Bahwa berdasarkan pedoman Pasal 22 Undang – undang Nomor 5 tahun 1999 yang dimaksud dengan mengatur dan atau menentukan pemenang tender adalah suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan atau bertujuan memenangkan peserta tender tertentu ;

5.3. Bahwa berdasarkan pemeriksaan pemohon keberatan telah terbukti dan memenuhi unsur – unsur pelanggaran pasal 22 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagaimana telah tertuang dalam Putusan KPPU butir I pada

halaman 36 sampai dengan 42, yang dapat kami kutip sebagai berikut :

2. Menimbang bahwa berdasarkan fakta – fakta tersebut dan dikaitkan dengan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 22 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis komisi menilai pemenuhan unsur – unsur pasal sebagai berikut :

2.1. Bahwa ketentuan pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan “pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat ;

2.2. Menimbang bahwa pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 112: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2.2.1. Pelaku Usaha ;

2.2.1.1. Bahwa yang dimaksud dengan pelaku usaha berdasarkan pasal 1 angka 5 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama - sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi ;

2.2.1.2. Unsur pelaku usaha dalam tender paket Modul / Buku A dan B ;

a. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam paket ini adalah Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III selaku peserta tender pengadaan dan pengiriman Modul / Buku paket A dan B ;

b. Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 1.1. bagian tentang hukum, maka unsur pelaku usaha telah terpenuhi ;

2.2.1.3. Unsur pelaku usaha dalam tender paket Modul / Buku bahan ajar

Pendidikan keaksaraan :

a. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam paket ini adalah Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III selaku peserta tender pengadaan dan pengiriman Modul / Buku ajar Pendidikan keaksaraan ;

b. Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 1.1. bagian tentang hukum, maka unsur pelaku usaha telah terpenuhi ;

2.2.1.4. Unsur pelaku usaha dalam tender paket Modul / Buku C ;

2.2.2. Pihak Lain ;

2.2.3.1. Bahwa berdasarkan pedoman pasal 22 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pihak lain adalah para pihak (vertical dan horizontal) yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender tersebut ;

a. Unsur pihak lain dalam tender paket Modul / buku Paket A dan B ;

i. Bahwa Terlapor VII adalah pihak lain yang terlibat langsung dalam pelaksanaan tender pengadaan dan pengiriman Modul / Buku paket A dan B di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur ;

21

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 113: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ii. Unsur demikian, unsur pihak lain terpenuhi ;

1. Unsur pihak lain dalam tender paket modul / buku bahan ajar pendidikan keaksaraan ; iii Bahwa Terlapor VII adalah pihak lain yang terlibat langsung dalam pelaksanaan tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket bahan ajar pendidikan keaksaraan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007 ; iv Bahwa dengan demikian, unsur pihak terpenuhi ;

1. Unsur pihak lain dalam tender paket modul / buku paket C ; I. Bahwa Terlapor VII adalah pihak lain yang terlibat langsung dalam pelaksanaan tender pengadaan dan pengirman modul / buku paket C di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007 ; vi. Bahwa dengan demikian unsur pihak lain terpenuhui 2.2.3. Bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender ;

2.2.3.1. Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan pedoman pasal 22 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu ;

2.2.3.2. Bahwa berdasarkan pedoman pasal 22 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 persekongkolan dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu persekongkolan horizontal, persekongkolan vertical, dan gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertical ;

2.2.3.3. Bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya, persekongkolan vertical adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan, sedangkan gabungan persekongkolan horizontal dan vertical adalah persekongkolan antara panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa ;

2.2.3.4. Bahwa terdapat persekongkolan horizontal antara Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III pada tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket A dan B dalam bentuk ;

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 114: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a. Bahwa terdapat persesuaian dokumen antara Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III sebagaimana diuraikan dalam butir 16.3.3.1.1 bagian tentang duduk perkara ;

b. bahwa terdapat kesamaan alamat direktur antara Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III sebagaimana diuraikan dalam butir 16.3.3.1.2 bagian tentang duduk perkara ;

c. Bahwa terdapat kepemilikian silang saham antara jabatan rangkap dari para direksi, komisaris maupun pengurus dari Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III sebagaimana diuraiakan dalam butir 16.3.3.1.3 bagian tentang duduk perkara ;

2.2.3.5. Bahwa dengan demikian, unsur bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket A dan B terpenuhi ;

2.2.3.6. Bahwa terdapat persekongkolan horizontal antara teRlapor I, Terlapor II, Terlapor III pada tender paket modul / buku bahan ajar pendidikan keaksaraan dalam bentuk ;

a. Bahwa terdapat persesuaian dokumen antara Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III sebagaimana diuraikan dalam

butir 16.3.3.1.1 bagian tentang duduk perkara ;

b. Bahwa terdapat kesamaan alamat direktur antara Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III sebagaimana diuraiakan dalam butir 16.3.3.1.2 bagian tentang duduk perkara ;

c. Bahwa terdapat kepemilikian silang saham serta jabatan rangkap dari para direksi, komisaris maupun pengurus dari Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III sebagaimana diuraikan dalam butir 16.3.3.3.3 bagian tentang duduk perkara ;

2.2.3.7. Bahwa dengan demikian, unsur bersekongkol untuk mengantur dan atau menentukan pemenang tender paket moduk / buku bahan ajar pendidikan keaksaranan terpenuhi ;

2.2.3.8. Bahwa tidak terdapat persekongkolan horizontal antara Terlapor V, Terlapor VI pada tender paket modul / buku paket C dalam bentuk :

a. Bahwa terdapat berdasarkan LHPL tim pemeriksa menyatakan terdapat kesamaan format dokumen dalam dokumen penawaran Terlapor V dan Terlapor VI ;

b. Bahwa selain kesamaan format dokumen penawaran, Majelis Komisi tidak melihat adanya hubungan yang dapat menunjukkan terjadinya persekongkolan horizontal antara Terlapor V dan Terlapor VI misalnya kepemilikan saham, kepengurusan silang ataupun hubungan afiliasi lainnya ;

23

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 115: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2.2.3.9. Bahwa dengan demikian, unsur bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender paket modul / buku paket C tidak terpenuhi ;

2.2.4. Persaingan usaha tidak sehat ;

2.2.4.1. Bahwa yang dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat yang

ditetapkan dalam pasal 1 angka 6 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha ;

2.2.4.2. Bahwa tindakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III yang dengan sengaja secara bersama-sama telah ikut serta sebagai peserta dalam paket tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket A dan B kemudian mengatur harga penawaran diantara ketiganya untuk menentukan pemenang dalam tender pekerjaan dimaksud adalah merupakan tindakan yang menimbulkan persaingan semua dalam pelaksanaan tender ;

2.2.4.3. Bahwa dengan demikian, unsur persaingan usaha tidak sehat terpenuhi ;

2.2.4.4. Bahwa tindakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III yang dengan sengaja secara bersama - sama telah ikut serta sebagai peserta dalam tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket bahan ajaran pendidikan keaksaraan kemudian mengatur harga penawaran diantara ketiganya untuk menentukan pemenang dalam tender pekerjaan dimaksud adalah merupakan tindakan yang menimbulkan persaingan semu dalam pelaksanaan tender ;

2.2.4.5. Bahwa dengan demikian, unsur persaingan usaha tidak sehat terpenuhi ;

2.2.4.6. Bahwa kesamaan format dokumen penawaran Terlapor V, dan Terlapor VI dalam tender pengadaan dan pengiriman modul / buku paket C bukan merupakan suatu tindakan yang disengaja dan mengakibatkan persaingan semu dalam pelaksanaan tender ;

2.2.4.7. Bahwa dengan demikian, unsur persaingan usaha tidak sehat tidak terpenuhi ;

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 116: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Pengenaan Sanksi Larangan Mengikuti Tender telah Tepat : 6.1. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan perkara a quo, para pemohon keberatan telah terbukti melanggar pasal 22 Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 dan dijatuhi sanksi berupa larangan mengikuti tender di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ; 6.2. Bahwa tidak tepat pendapat para pemohon keberatan yang menyatakan bahwa termohon keberatan tidak berdasarkan hukum, tidak mencerminkan nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum, karena termohon keberatan berwenang menjatuhkan sanksi berupa sanksi administrative sebagaimana diatut dalam pasal 47 ayat (2) Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dapat kami kutip sebagai berikut :

(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative terhadap pelaku usaha yang melanggar ketetntuan Undang – undang ini ;

(2) Tindakan administrative sebagai dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :

a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dengan pasal 13, pasal 15 dan pasal 16 dan atau ;

b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertical sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dan atau ;

c. Perintah kepada pelaku usaha untuk mengehntikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat dan atau

d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominant dan atau ;

e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan

usaha dan pengambil alihan saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dan atau ;

f. Penetapan pembayaran ganti rugi, dan atau ;

g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah) dan setinggi – tingginya Rp. 25.000.000.000.00 (dua puluh lima milyar rupiah) ;

6.3. Bahwa fasa kalimat “dapat berupa” pada ayat (2) tersebut di atas bukanlah bersifat “limitatif” sehingga tidak berarti hanya mengacu pada hal – hal dari butir a sampai dengan g

25

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 117: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tersebut. Sehingga dengan tetap mengacu pada pasal 47 ayat (1) yang bunyinya dapat kami kutip sebagai berikut :

“ Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang – undang ini” ;

6.4. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sanksi yang dapat dijatuhkan oleh termohon keberatan tidak terikat pada hal – hal yang diatur dalam pasal 47 ayat (2) butir a sampai dengan g, melainkan sanksi administrative lain sepanjang masih relevan dan berkaitan dengan perkara yang bersangkutan, serta memiliki tujuan untuk menciptakan persaingan usaha sehat sebagaimana amanah dibentuknya Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 itu sendiri ;

6.5. Bahwa selain itu, esensi dari sanksi larangan untuk mengikuti tender adalah sebagai efek jera kepad apara pelaku usaha yang terbukti melangga ketentuan Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 untuk tidak mengulangi kegiatan / tindakan yang dilakukan sehingga tercipta persaingan usaha sehat sebagaimana tindakan yang dimaksud dalam pasal 47 ayat (2) huruf c yaitu :

Tindakan administrative sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :

C. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat ;

6.6. Maka jelas bahwa termohon keberatan berwenang untuk menjatuhkan perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan menyebabkan persaingan usaha tidak sehat ;

6.7. Bahwa Majelis termohon keberatan telah dengan pertimbangan yang bijaksana dan adil dalam menjatuhkan putusan dengan tidak menjatuhkan sanksi berupa denda namun yang hanya memberikan sanksi berupa larangan untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ;

6.8. Dengan demikian dalil – dalil yang dikemukakan para pemohon keberatan adalah tidak berdasar, oleh karenannya harus ditolak atau setidak – tidaknya dikesampingkan ;

1. Tidak Meratanya Sosialisasi bukanlah Alasan Pembenar Untuk Melakukan Pelanggaran terhadap Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 : Bahwa termohon keberatan juga menolak dengan tegas alasan pemohon keberatan yang menyatakan tidak meratanya sosialisasi Undang - undang Nomor 5 Tahun 1999, dikarenakan azas dasar dari setiap peraturan perundang – undangan semenjak diundangkan

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 118: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan diumumkan melalui Berita Negara, sehinga dalil para pemohon keberatan sangat mengada – ada sehingga haruslah ditolak ; 2. Pemenuhan persyaratan Tender dalam Keppres Nomor. 80 Tidak Berarti Tidak Melanggar Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 : Perlu juga sekali lagi kami tegaskan bahwa pemenuhan terhadap seluruh persyaratan tender sebagaimana diatur dalam ketentuan – ketentuan dalam Keppres Nomor. 80 tidak berarti bahwa telah memenuhi seluruh ketentuan perundang – undangan. Sangat dimungkinkan pemenuhan persyaratan tender sebagaimana diatur dalam Keppres Nomor. 80 justru buah hasil dari persekongkolan tender yang nyata – nyata merupakan pelanggaran terhadap pasal 32 Undang - undang Nomor 5Tahun 1999 :

Bahwa berdasarkan analisa dan uraian tersebut diatas telah jelas bahwa pemohon keberatan telah bersalah melanggar pasal 22 Undang - undang Nomor. 5 Tahun 1999 dan putusan KPPU telah tepat, baik dalam pertimbangan hukumnya maupun amar putusannya sehingga sangat beralasan hukum bagi yang terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya untuk menyatakan seluruh keberatan dari para pemohon keberatan terhadap putusan KPPU yang termuat dalam pemohonan upaya hukum keberatannya tertangal 23 Maret 2009 yang tercatat dalam Register No. 225/Pdt.G/2009/PN.Sby., Haruslah ditolak ;

Berdasarkan uraian penjelasan sebagaimana tersebut diatas, maka dengan ini termohon keberatan mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya yang mengadili perkara a quo agar memutuskan :

1. Menolak permohonan keberatan dari para pemohon keberatan untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan menguatkan putusan KPPU Nomor. 445/KPPU-L/2008 tanggal 1 Februari 2009 ; 3. Menghukum pemohon keberatan untuk membayar seluruh biaya perkara ; Namun apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya berpendapat lain, maka kami mohon agar dapat memutuskan perkara a quo dengan seadil – adilnya (ex aequo et bono) ; Menimbang, bahwa untuk menunjang Permohanan Keberatannya Para Pemohon dipersidangan telah mengajukan bukti surat yang telah difoto copy bermaterai cukup dan disesuaikan dengan aslinya ternyata cocok berupa :

2. SURAT KUASA UNTUK MEMBAYAR (SKUM) Daftar No.:333/Pdt.g/2008, tanggal24-9-2008, tertanda P-1 ;

27

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 119: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1. RISALAH PANGGILAN No.333/Pdt.g/2008/PN.Jkt.Pst. tanggal23 april 2009, tertanda P-2 ; 2. Surat Gugatan Melawan Hukum tanggal 24 september 2008, tertanda P-3 ; Menimbang, bahwa guna menguatkan dalil bantahannya terhadap Keberatan ParaPemohon tersebut, Termohon dipersidangan telah mengajukan 1 (satu) bendel Dokumen yang berisi hal-hal sebagai berikut :

1. Surat Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008, No.132/KPPU/PEN/VI/2008, tertanggal 30 Juni 2008, diberi tanda A-1 ; 2. Surat Tugas Staf Sekretariat Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan, No.593/SET/DE/ ST/VI/2008, tertanggal 30 Juni 2008, diberi tanda A-2 ; 3. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Surya Eka Dwi, No.1452/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-3 ; 4. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008, kepada Panitia Tender Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007, No.1453/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-4 ; 5. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Media Atas Dayu, No.1454/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-5 ; 6. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah, No.1455/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-6 ; 7. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Eka Jaya, No.1456/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-7 ;

8. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Fajar Jaya, No.1457/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-8 ; 9. Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga, No.1458/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli2008, diberi tanda A-9 ; 10. Surat Panggilan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga selaku Terlapor II, No.445/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-10 ; 11. Surat Panggilan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur CV. Fajar Jaya selaku Terlapor I, No.446/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-11; 12. Surat Panggilan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur CV. Eka Jaya selaku Terlapor III, No.447/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-12 ;13. Surat Panggitan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur UD. Melati Indah selaku Terlapor IV, No.448/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-13 ;

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 120: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

14. Surat Panggilan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur UD. Media Alas Dayu selaku Terlapor V, No.449/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-14 ; 15. Surat Panggilan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Panitia Tender Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 selaku Terlapor VII, No.450/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-15 ; 16. Surat Panggilan Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur CV. Surya Eka Dwi selaku Terlapor VI, No.451/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 11 Juli 2008, diberi tanda A-16 ; 17. Surat Permohonan Waktu dan tempat pemeriksaan, No.091/CFJ/VII/2008, tertanggal 15 Juli 2008, diberi tanda A-17 ; 18. Surat Permohonan pengalihan tempat pemeriksaan dan penundaan pemeriksaan, No.083/DSN/VII/2008, tertanggal 17 Juli 2008, diberi tanda A-18 ; 19. Surat Permohonan pengalihan tempat pemeriksaan dan penundaan pemeriksaan, No.063/UDMI/VII/2008, tertanggal 16 Juli 2008, diberi tanda A-19 ; 20. Permohonan Pengalihan Tempat dan Waktu Pemeriksaan, tertanggal 16 Juli 2008, diberi tanda A-20 ; 21. Surat Panggilan Kedua Pemeriksaan Pendahuluan kepada Panitia Tender Pengadaan Modul / Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 selakuTerlapor VII, No.521/SET/D.2.4/VII/2008, tertanggal 31 Juli 2008, diberi tanda A-21 ; 22. Laporan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008, tertanggal 07 Agustus 2008, diberi tanda A-22 ; 23. Penetapan KPPU tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara No.45/KPPU-L/2008, No.171/KPPU/PEN/VIII/008, tertanggal 12 Agustus 2008, diberi tanda A-23 ; 24. Surat Tugas Tim Pemeriksaan Lanjutan, No.707/SET/DE/ST/VIII/008, tertanggal 12 Agustus 2008, diberi tanda A-24 ; 25. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur LID. Media Atas Dayu, No.1781/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-25 ; 26. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Diretur CV. Surya Eka Dwi, No.1782/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-26 ; 27. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah, No.1783/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-27 ; 28. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Eka Jaya, No.1784/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-28 ; 29. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga, No.1785/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-29 ; 30. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Fajar Jaya, No.1786/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-30 ;

31. Pemberitahuan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Panitia Tender Pengadaan Modul./Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar

29

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 121: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007, No.1786/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-31 ; 32. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur ICV. Fajar Jaya sebagai Terlapor I, No.672/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-32 ; 33. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga sebagai Terlapor III, No.673/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-33 ; 34. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Eka Jaya sebagai Terlapor III, No.674/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-34 ; 35. Surat Panggitan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah sebagai Terlapor IV, No.675/SET/DE/ST/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-35 ; 36. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Surya Eka Dwi sebagai Terlapor VI, No.676/SET/D.2.4/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-36 ; 37. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Panitia Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 sebagai Terlapor VII, No.672/SET/D.2.4/IX/008, tertanggal 03 September 2008, diberi tanda A-37 ; 38. Permohonan Penundaan dan Pengalihan Tempat pemeriksaan bagi Direktur CV. Fajar Jaya, PT. Damata Sentra Niaga, CV. Eka Jaya, dan UD. Melati Indah, No.001/KPPU.C/IX/2008, tertanggal 09 September 2008, diberi tanda A-38 ; 39. Permohonan Pengalihan Tempat dan Waktu Pemeriksaan di KPD Surabaya, tertanggal 19 September 2008, diberi tanda A-39 ; 40. Permohonan Penundaan dan Pengalihan Tempat pemeriksaan, No.094/CFJ/IX/008, tertanggal 08 September 2008, diberi tanda A-40 ; 41. Permohonan Penundaan dan Pengalihan Tempat Pemeriksaan, No.0135/EJ/IX/008,tertanggal 06 September 2008, diberi tanda A-41 ; 42. Permohonan Penundaan dan Pengalihan Tempat pemeriksaan, No.069/UDMI/IX/008, tertanggal 08 September 2008, diberi tanda A-42 ; 43. Permohonan Penundaan dan Pengalihan Tempat pemeriksaan, No.087/DSN/IX/008, tertanggal 08 September 2008, diberi tanda A-43 ; 44. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Yusuf Indo Sejahtera sebagai Saksi, No.717/SET/D.2.4/IX/008, tertanggal 16 September 2008, diberi tanda A-44 ; 45. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Alvina Rose Sejahtera sebagai Saksi, No.718/SET/D.2.4/IX/008, tertanggal 16 September 2008, diberi tanda A-45 ; 46. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Sejahtera sebagai Saksi, No.719/SET/D.2.4/IX/008, tertanggal 16 September 2008, diberi tanda A-46 ;

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 122: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

47. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada CV. Fajar Jaya sebagai Terlapor I, No.758/SET/D.2.4/IX/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-47 ; 48. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan I Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada PT. Damata Sentra Niaga sebagai Terlapor II, No.759/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-48 ; 49. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada CV. Eka Jaya sebagai Terlapor III, No.760/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-49 ; 50. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah sebagai Terlapor IV, No.761/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-50 ; 51. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Surya Eka Dwi sebagai Terlapor VI, No.762/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-51 ; 52. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Alvina Rose Sejahtera sebagai Terlapor Saksi, No.763/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-52 ; 53. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Yusuf Indo Sejahtera sebagai Saksi, No.764/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-53 ; 54. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Sejahtera sebagai Saksi, No.765/SET/D.2.4/X/008, tertanggal 20 Oktober 2008, diberi tanda A-54 ; 55. Permohonan Penundaan Pemeriksaan PT. Alvina Rose Sejahtera, tertanggal 27 Oktober 2008, diberi tanda A-55 ; 56. Keputusan KPPU tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008, No.342/KPPU/KEP/XI/008, tertanggal 12 Nopember 2008, diberi tanda A-56 ; 57. Surat Tugas Tim Pemeriksa Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008, No.1103/SET/DE /ST/XL/008, tertanggal 12 Nopember 2008, diberi tanda A-57 ; 58. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Panitia Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, dan 1 Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 sebagai Terlapor VII, No.805/SET/D.2.4/XII/008, tertanggal 04 Desember 2008, diberi tanda A-58 ; 59. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada CV. Fajar Jaya sebagai Terlapor I, No.806/SET/D.2.4/XII/008, tertanggal 04 Desember 2008, diberi tanda A-59 ; 60. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga sebagai Terlapor III, No.807/SET/D.2.4/XII/008, tertanggal 04 Desember 2008, diberi tanda A-60 ; 61. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Eka Jaya sebagai Terlapor III, No.808/SET/D.2.4/XII/008, tertanggal 04 Desember 2008, diberi tanda A-61 ; 62. Surat Panggilan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah sebagai Terlapor IV, No.809/SET/D.2.4/XII/008, tertanggal 04 Desember 2008, diberi tanda A-62 ;

31

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 123: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

63. Laporan Perneriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008, tertanggal Desember 2008, diberi tanda A-63 ; 64. Penetapan KPPU Tentang Sidang Majelis Komisi Perkara 45/KPPU-L/2008, No.241/KPPU/PEN/XII/008, tertanggal 30 Desember 2008, diberi tanda A-64 ; 65. Keputusan KPPU Tentang Penugasan Anggota Komisi Dalam Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008, No.359/KPPU/KEP/XII/008, tertanggal 30 Desember 2008, diberi tanda A-65 ; 66. Surat Tugas Staf Sekretariat dalam Sidang Majelis Komisi, No.1237/SET/DE/ST /XII/008, tertanggal 30 Desember 2008, diberi tanda A-66 ; 67. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Panitia Tender Pengadaan Modul/Buku Paket, A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007, No.39/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-67 ; 68. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Surya Eka Dwi, No.40/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-68 ; 69. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Media Alas Dayu, No.41/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-69 ; 70. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah, No.42/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-70 ; 71. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Eka Jaya, No.43/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-71 ; 72. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Damala Sentra Niaga, No.44/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-72 ; 73. Pemberitahuan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Fajar Jaya, No.45/AK/KMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-73 ; 74. Surat Panggilan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Fajar Jaya, No.35/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-74 ; 75. Surat Panggilan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga, No.36/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-75 ; 76. Surat Panggilan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Eka Jaya, No.37/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-76 ; 77. Surat Panggilan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Melati Indah, No.38/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-77 ; 78. Surat Panggilan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur UD. Media Alas Dayu, No.39/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-78 ; 79. Surat Panggilan Sidang Majetis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Direktur CV. Surya Eka Dwi, No.40/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-79 ;

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 124: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

80. Panggilan Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 45/KPPU-L/2008 kepada Panitia Tender Pengadaan Modul/Buku Paket, A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007, No.41/KPPU/MK-SMK/I/009, tertanggal 19 Januari 2009, diberi tanda A-80 ; 81. Pendapat CV Eka Jaya, diberi tanda A-81 ; 82. Nota Pembelaan Terlapor II PT Damata Sentra Niaga, diberi tanda A-82 ; 83. Surat Permohonan Penundaan Sidang Majelis Komisi, tertanggal 29 Januari 2009, diberi tanda A-83 ; 84. Pembelaan CV Fajar Jaya, diberi tanda A-84 ; 85. Surat penyampaian pendapat UD Melati Indah, tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda A-85 ; 86. Pendapat dan Pembelaan Tertulis Terlapor V (UD Media Lasa Dayu) dalam Perkara No. 45/KPPU-L/2008, diberi tanda A-86 ; 87. Jawaban tertulis Dugaan Pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, diberi tanda A-87 Pemberitahuan Pembacaan Putusan Perkara No.45/KPPU-L/2008, No.86/AK/KMK/ II/2009, tertanggal 05 Pebruari 2009, diberi tanda A-88 ; 88. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur PT. Damata Sentra Niaga selaku Terlapor II, tertanggal 21 Juli 2008, diberi tanda B-1 ; 89. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan kepada Direktur CV. Fajar Jaya selaku Terlapor I, tertanggal 21 Juli 2008, diberi tanda B-2 ; 90. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan Terhadap Panitia Tender Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 selaku Terlapor VII, tertanggal 21 Juli 2008, diberi tanda B-3 ; 91. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan Terhadap Direktur CV. Eka Jaya selaku Terlapor III, tertanggal 22 Juli 2008, diberi tanda B-4 ; 92. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan Terhadap Direktur UD. Melati Indah selaku Terlapor IV, tertanggal 22 Juli 2008, diberi tanda B-5 ; 93. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan terhadap Direktur CV. Surya Eka Dwi selaku Terlapor VI, tertanggal 22 Juli 2008, diberi tanda B-6 ; 94. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan terhadap Moch. Abdan (Direktur UD. Media Atas Dayu) selaku Terlapor V, tertanggal 05 Agustus 2008, diberi tanda B-7 ; 95. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan terhadap Panitia Tender Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, clan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaman Tahun 2007 selaku Terlapor VII, tertanggal 06 Agustus 2008, diberi tanda B-8 ; 96. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 Terhadap Nahtim M. Kasi, MM (Ketua Panitia Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, clan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007) sebagai Terlapor VII, tertanggal 10 September 2008, diberi tanda B-9 ; 97. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur CV. Fajar Jaya sebagai Terlapor I, tertanggal 10 September 2008, diberi tanda B-10 ; 98. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur PT. Damata Sentra Niaga sebagai Terlapor II, tertanggal 11 September 2008, diberi tanda B-11 ; 99. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur CV. Eka Jaya sebagai Terlapor III, tertanggal 11 September 2008, diberi tanda B-12 ; 100. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur UD. Melati Indah sebagai Terlapor IV, tertanggal 12 September 2008, diberi tanda B-13 ;

33

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 125: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

101. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur CV. Surya Eka Dwi sebagai Terlapor VI, tertanggal 12 September 2008, diberi tanda B-14 ; 102. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur UD. Sejahtera sebagai Saksi, tertanggal 22 September 2008, diberi tanda B-15 ; 103. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPM-L/2008 terhadap Direktur PT. Alvina Rose Sejahtera sebagai Saksi, tertanggal 22 September 2008, diberi tanda B-16 ; 104. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur CV. Yusuf Indo Sejahtera sebagai Saksi, tertanggal 24 September 2008, diberi tanda B-17 ; 105. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Luciana (Direktur CV. Eka Jaya) sebagai Terlapor III, tertanggal 27 Oktober 2008, diberi tanda B-18 ; 106. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Luciana (Direktur UD. Melati Indah) sebagai Terlapor IV, tertanggal 27 Oktober 2008, diberi tanda B-19 ; 107. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Alfie Rahman (Direktur CV. Fajar Jaya) sebagai Terlapor I, tertanggal 28 Oktober 2008, diberi tanda B-20 ; 108. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Kukuh Catur Yuwarso, SE (Direktur PT. Damata Sentra Niaga) sebagai Terlapor II, tertanggal 28 Oktober 2008, diberi tanda B-21 ; 109. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur CV. Surya Eka Dwi sebagai Terlapor VI, tertanggal 28 Oktober 2008, diberi tanda B-22 ; 110. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhdap Direktur PT. Alvina Rose Sejahtera sebagai Saksi, tertanggal 28 Oktober 2008, diberi tanda B-23 ; 111. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Jusuf (Direktur CV. Yusuf Indo Sejahtera) sebagai Saksi, tertanggal 29 Oktober 2008, diberi tanda B-24 112. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Direktur UD. Sejahtera sebagai Saksi, tertanggal 29 Oktober 2008, diberi tanda B-25 ; 113. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/OPU-L/2008 terhadap Alfie Rahman (Direktur CV. Fajar Jaya) sebagal Terlapor I, tertanggal 11 Desember 2008, diberi tanda B-26 ; 114. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Luclana (Direktur CV. Eka Jaya) sebagal Terlapor III, tertanggal 11 Desember 2008, diberi tanda B-27 ; 115. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Luciana (Direktur UD. Metati Indah) sebagai Terlapor IV, tertanggal 11 Desember 2008, diberitanda B-28 ; 116. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 terhadap Kukuh Catur Yuwarso, SE (Direktur PT. Damata Sentra Niaga) sebagai Terlapor II, tertanggal 12 Desember 2008, diberi tanda B-29 ; 117. Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan Perkara 45/KPPU-L/2008 Terhadap Nahtim M. Kasi, MM (Panitia Pengadaan Modul/Buku Paket A, B, C, dan Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007) sebagai Terlapor VII, tertanggal 11 Desember 2008, diberi tanda B-30 ; 118. Berita Acara Pemeriksaan Berkas oleh Terlapor II, tertanggal 29 Januari 2009, diberi tanda B-31 ; 119. Berita Acara Pemeriksaan Berkas oleh Terlapor III, tertanggal 29 Januari 2009, diberi tanda B-32 ;

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 126: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

120. Berita Acara Pemeriksaan Berkas oleh Terlapor V, tertanggal 29 Januari 2009, diberi tanda B-33 ; 121. Berita Acara Sidang Majelis Komisi Terlapor I, tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda B-34 ; 122. Berita Acara Sidang Majelis Komisi Terlapor II, tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda B-35 ; 123. Berita Acara Sidang Majelis Komisi Terlapor III, tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda B-36 ; 124. Berita Acara Sidang Majelis Komisi Terlapor IV , tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda B-37 ; 125. Berita Acara Sidang Majelis Komisi Terlapor V, tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda B-38 ; 126. Berita Acara Sidang Majelis Komisi Terlapor I, tertanggal 30 Januari 2009, diberi tanda B-39 ; 127. Dokumen Laporan Dugaan Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999, tertanggal 04 Desember 2007, diberi tanda C-1 ; 128. Surat Keputusan Kepala Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur Tentang Panitia Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, No.800/5078/108.02/2007, tertanggal 01 Pebruari 2007, diberi tanda C-2 ; 129. Surat Keputusan Kepala Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur Tentang Pembentukan Tim Seleksi Buku/Modul Program Pendidikan Kesetaraan Propinsi Jawa Timur, No.421.9/58/108.02/2007, tertanggal 28 September 2007, diberi tanda C-3 ; 130. Pengumuman Pemilihan Modul Buku Luar Sekolah, No.510.2/59a/108.06/APBN/2007, tertanggal 24 Oktober 2007, diberi tanda C-4 ; 131. Surat Permohonan Usulan Pengadaan Modul, No.421.9/203/108.6/PLS/2007, tertanggal 24 Oktober 2007, diberi tanda C-5 ; 132. Surat Keputusan Kepata Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur Tentang Hasil Tim Seleksi Penitaian Buku/Modul Kesetaraan Paket A setara SD, Paket 8 Setara SMP, Paket C Setara SMU, dan Modul Keaksaraan Fungsional Propinsi Jawa Timur Tahun 2007, No.421.9/ /108.06/2007, tertanggal 29 Oktober 2007, diberi tanda C-6 ; 133. Daftar Harga Perkiraan Sendiri, diberi tanda C-7 ; 134. Pengumuman Pelelangan Umum, diberi tanda C-8 ; 135. Uraian Kronotogi Pengadaan Buku/Modut Paket A, B, C, dan Modul KF Propinsi Jawa Timur Tahun 2007, diberi tanda C-9 ; 136. Dokumen Penawaran CV. Yusuf Indo Sejahtera untuk Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Buku Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007, No.009/YIS/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-10 ; 137. Dokumen Penawaran CV. Yusuf Indo Sejahtera untuk Pekerjan Pengadaan dan Pendistribusian Modul Paket A dan B Tahun 2007, No.008/YIS/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-11 ; 138. Data Administrasi dan Teknis serta Data Harga Penawaran PT. Alvina Rose Sejahtera untuk Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Modut Paket A dan B Tahun 2007, No.52/ARS-SP/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-12 ;

35

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 127: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

139. Dokumen Penawaran UD. Sejahtera untuk Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Modul Paket C Tahun 2007, No.84/SPH/PS/11/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-13 ; 140. Data Administrasi dan Teknis serta Data Harga Penawaran CV. Kurnia untuk Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007, No.0146/K-Kr/PS/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-14 ; 141. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan dan Pengiriman Modul Paket A dan B Tahun 2007 dengan Pelaksana CV. Fajar Jaya, No.510.9/231.C/108.06/PLS/2007, tertanggal 03 Desember 2007, diberi tanda C-15 ; 142. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Buku Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 dengan PeLaksana PT. Damata Sentra Niaga, No.510.9/231.D/108.06/PLS/2007, tertanggal 03 Desember 2007, diberi tanda C-16 ; 143. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan dan Pengiriman Buku Paket C Setara SMA Tahun 2007 dengan pelaksana UD. Media Alas Dayu, No.510.9/231.E/108.06/PLS/2007, tertanggal 03 Desember 2007, diberi tanda C-17 ; 144. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan dan Pengiriman Buku Paket C Setara SMA Tahun 2007 dengan pelaksana UD. Media Alas Dayu, No.510.9/231.E/108.06/PLS/2007, tertanggal 03 Desember 2007, diberi tanda C-18 ; 145. Formulir Isian Kualifikasi Jasa Penyedia Barang Pengadaan dan Pendistribusian Modul Paket C Tahun 2007 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Tahun 2007 (UD. Media Alas Dayu), diberi tanda C-19 ; 146. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (CV. Fajar Jaya menggugat KPPU), No.001/Pdt.C/IX/2008, tertanggal 24 September 2008, diberi tanda C-20 ; 147. Dokumen Penawaran Pekerjaan Pengadan dan Pendistribusian Modul Paket C, No.058/MI/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-21 ; 148. Surat Izin Usaha Perdagangan CV. Fajar Jaya, No.510/511/402.1.12/2004, tertanggal 16 Juli 2004, diberi tanda C-22 ; 149. Tanda Daftar Perusahaan CV. Fajar Jaya, No.130135117757, tertanggal 02 Agustus 2004, diberi tanda C-23 ; 150. Akta Perubahan CV. Fajar Jaya, No.17, tertanggal 22 Nopember 2002, diberi tanda C-24 ; 151. Dokumen Penawaran Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Modut Paket A dan B Tahun 2007 (CV. Fajar Jaya), No.077/CFJ/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-25 ; 152. Dokumen Penawaran Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Buku Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 (CV. Fajar Jaya), No.078/CFJ/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-26 ; 153. Dokumen Penawaran Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Buku Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2007 (CV. Eka Jaya), No.113/EJ/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2007, diberi tanda C-27 ; 154. Dokumen Penawaran Pekerjaan Pengadaan dan Pendistribusian Modul Paket A dan B Tahun 2007 (CV. Eka Jaya), No.112/EJ/XI/2007, tertanggal 22 Nopember 2002, diberi tanda C-28 ;

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 128: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

155. Surat Izin Usaha Perdagangan CV. Eka Jaya, No.503/7210.A/436.5.9/2008, tertanggal 08 Oktober 2008, diberi tanda C-29 ; 156. Tanda Daftar Perusahaan CV. Eka Jaya, No.130135100116, tertanggal 08 Desember 2005, diberi tanda C-30 ; 157. Akta Perubahan CV. Eka Jaya, No.12, tertanggal 21 April 2008, diberi tanda C-31 ; 158. Surat Izin Usaha Perdagangan UD. Melati Indah, No.503/6125.A/436.5.9/2008, tertanggal 20 Agustus 2008, diberi tanda C-32 ; 159. Tanda Daftar Perusahaan UD. Melati Indah, 130155207227, tertanggal 06 Nopember 2006, diberi tanda C-33 ; 160. Akta Pendirian UD Melati Indah, No.191, tertanggal 23 September 1986, diberi tanda C-34 ; Menimbang, bahwa selanjutnya Para Pemohon dan Termohon telah mengajukan Kesimpulannya masing-masing tertanggal 05 April 2009 ; TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari Keberatan terhadap putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 tertanggal 12 Februari 2009 yang diajukan oleh para Pemohon Keberatan-I, II dan III adalah sebagaimana tersebut di atas ;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim memeriksa Permohonan Keberatan terhadap putusan KPPU, terlebih dahulu akan dipertimbangkan apakah Permohonan Keberetana ini telah memenuhi syarat prosedural sebagaimana yang disyaratkan oleh Peraturan Mahkamah Agung RI No.3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU. Dalam Pasal 4 ayat (1) disebutkan :

“ Keberatan diajukan dalam tenggang waktu 14(empat belas) hari terhitung sejak Pelaku Usaha menerima pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan melalui website KPPU.” ;

Menimbang, bahwa dalam Permohonan Keberatan ini disebutkan bahwa putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 tertanggal 12 Februari 2009 telah diberitahu kepada para Pemohon Keberatan-I, II dan III pada tanggal 12 Maret 2009. Sedangkan permohonan Keberatan ini telah diajukan ke Paniteraan Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal 31 Maret 2009. Dengan demikian, mengingat pengertian ‘hari’ sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkaham Agung RI No.3 Tahun 2005 adalah ‘hari kerja’, maka sesuai dengan perhitungan kalender pada bulan Maret 2009, permohonan Keberatan ini telah diajukan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) tersebut. Karenanya, Permohonan Keberatan ini dapat diperiksa di persidangan ini ;

Menimbang, bahwa adapun alasan dari Keberatan para Pemohon Keberatan-I, II dan III atas putusan KPPU tersebut pada pokoknya adalah sebagai berikut :

37

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 129: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1. KPPU telah bertindak diluar ketentuan hukum acara yang berlaku ; 2. Putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 tertanggal 12 Februari 2009 mengandung kekhilafan atau kekeliruan yang nyata ; 3. Bahwa amar putusan KPPU yang memberikan sanksi kepada Pemohon Keberatan-I, II dan III tidak didasarkan hukum dan bertentangan dengan nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum ; Menimbang, bahwa atas Permohonan Keberatan terhadap putusan KPPU tersebut diatas, pihak Termohon Keberatan telah menyerahkan Surat Penjelasannya berikut 1(satu) bundel berkas pemeriksaan KPPU NO.45/KPPU-L/2008 yang berisi segala surat-surat berikut bukti-bukti yang dijadikan sebagai dasar pemeriksaan dan dijatuhkannya putusan No.45/KPPU-L/2008 atas diri Pemohon Keberatan-I, II dan III. Dalam Penjelasannya terhadap putusan KKPU No.45/KPPU-L/2008 tertanggal 12 Februari 2009 tersebut, Termohon Keberatan pada pokoknya menyatakan bahwa KPPU dalam melanjutkan pemeriksaan atas laporan terhadap diri Pemohon Keberatan-I,II dan III telah dilakukan sesuai dengan ketentuan UU No.5 Tahun 1999 berikut segala peraturan pelaksanaannya seperti Perkom No.1 Tahun 2006. Demikian pula, putusan yang dijatuhkan oleh KPPU tidak mengandung suatu kekhilafan atau kekeliruan dalam memutuskan perbuatan para Pemohon Keberatan yang telah melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 maupun tentang sanksi yang dijatuhkan telah sesuai dengan Pasal 47 ayat (1) dan (2) UU No.5 Tahun 1999 ; Menimbang, bahwa disamping menjelaskan tentang Putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 tersebut, pihak Termohon Keberatan dalam Penjelasannya juga mengajukan keberatan atau eksepsi atas surat Permohonan Keberatan dari para Pemohon Keberatan-I, II dan III yang menyatakan kualitas para Pemohon Keberatan tidak jelas atau obscuur libel. Dalam hal ini dalam Permohonan Keberatan dicantumkan nama pribadi dan sebagai pengurus atau Direktur dari badan hukum yang diwakilinya. Sehingga tidak jelas siapakah yang sebenarnya mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU. Apakah Pemohon Keberatan secara pribadi atau badan hukumnya ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari surat Permohonan Keberatan yang diajukan oleh Pemohon Keberatan-I, II dan III dan dikaitkan pula dengan format putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008, didapati bahwa yang disebut sebagai pihak Terlapor I, II dan III adalah CV Fajar Jaya, PT Damata Sentra Niaga dan CV Eka Jaya. Dalam hal ini, sesuai dengan teori badan hukum sebagai suatu subjek hukum, suatu badan hukum sebagai legal entity diwakili oleh pengurusnya dalam melakukan segala perbuatan hukum atas nama badan hukum. Dengan demikian, Permohonan Keberatan yang diajukan oleh Alfie Rahman selaku Direktur CV Fajar Jaya, Kholifah Rosidah selaku Direktur PT Damata Sentra Niaga dan oleh Luciana selaku Direktur CV Eka Jaya dinilai tidak bertentangan dengan prinsip persona standi in judicio karena pihak Pemohon Keberatan berkualitas mengajukan Permohonan Keberatan ini untuk mewakili CV Fajar Jaya, PT Damata Sentra Niaga dan CV Eka Jaya yang semula berkedudukan sebagai pihak Terlapor-I, II dan III dalam pemeriksaan di KPPU ;

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 130: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas, Majelis Hakim tidak sependapat dengan dalil Termohon Keberatan yang menyatakan bahwa Pemohon Keberatan adalah kabur atau obscuur libel. Karena menurut hemat Majelis Hakim, secara yuridis formil para Pemohon Keberatan memiliki persona standi in judicio untuk mengajukan permohonan Keberatan atas putusan KPPU tersebut ;

Menimbang, bahwa adapun amar dari putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 adalah sebagai berikut :

1. Menyatakan Terlapor-I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 2. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI dan Terlapor VII tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; 3. Melarang Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2(dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ; Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan tentang materi keberatan atas putusan KPPU yang diajukan oleh para Pemohon keberatan sebagai berikut : Ad.1. Tentang KPPU telah bertindak diluar ketentuan hukum acara yang berlaku :

Menimbang, bahwa Para Pemohon Keberatan, berpendapat KPPU telah bertindak diluar ketentuan hukum acara yang berlaku karena pemeriksaan atas diri Para Pemohon Keberatan-I, II dan III harusnya ditunda sampai ada putusan yang berkekuatan hukum tetap atas gugatan perdata yang diajukan oleh Pemohon Keberatan-I terhadap KPPU yang tengah berjalan pemeriksaannya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dibawah Nomor Register Perkara 333/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Pst ;

Menimbang, bahwa sehubungan dengan alasan keberatan para Pemohon Keberatan tentang hal ini, Termohon Keberatan pada pokoknya mengakui adanya gugatan perdata yang diajukan oleh Pemohon Keberatan-I (semula Terlapor-I). Namun menurut Termohon Keberatan penundaan suatu pemeriksaan perkara yang diduga telah melanggar UU No.5 Tahun 1999 tanpa alasan yang jelas justru menimbulkan ketidakpastian hukum yang berdampak pada kepercayaan publik atas tugas dan wewenang KPPU dalam memeriksa dan memutus perkara persaingan usaha ;

Menimbang, bahwa sehubungan dengan dalil keberatan para Pemohon Keberatan tentang adanya gugatan perdata yang tengah berlangsung antara Pemohon Keberatan-I lawan KPPU tersebut, Majelis Hakim telah mempelajari bukti-bukti, terutama P-1 dan P-3 yang diajukan oleh para Pemohon Keberatan. Bukti P-1 dan P-3 tersebut adalah berupa photocopy Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan gugatan perkara perdata No.333/Pdt.G/2008 atas nama Alfie Rahman

39

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 131: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

lawan KPPU yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 24 September 2008. Demikian pula, Majelis Hakim telah mempelajari dokumen berkas C20 yang merupakan gugatan perkara No.333/Pdt.G/2008 berikut Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Bukti C20 ini ternyata serupa dengan bukti P-1 dan P-3. Oleh karena itu, bukti P-1 yang diajukan dipersidangan ini tidak dapat dikatagorikan sebagai suatu bukti yang baru ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari kedua bukti surat tersebut, didadapati bahwa Pemohon Keberatan-I telah menggugat KPPU ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat setelah KPPU menetapkan Pemohon Keberatan-I sebagai Terlapor-I untuk menjalani Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan. Dalam gugatannya tersebut Pemohon Keberatan-I mendalilkan KPPU telah melakukan perbuatan melawan hukum karena telah menetapkan jangka waktu pemeriksaan pendahuluan selambat-ambatnya selama 30 hari kerja dan pemeriksaan lanjutan selambat-lambatnya 60(enam puluh) hari kerja. Padahal menurut Pemohon Keberatan, dalam Pasal 39 ayat (1) UU No.5 tahun 1999 hanya disebutkan 30 hari dan 60 hari tanpa tambahan “hari kerja” ;

Menimbang, bahwa dengan demikian, maka materi gugatan perkara No.333/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Pst yang diajukan oleh Pemohon Keberatan-I mempermasalahkan tentang penafsiran pengertian ‘hari’ menurut UU No.5 Tahun 1999 dan pengertian ‘hari kerja’ yang digunakan oleh KPPU dalam surat penetapannya untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan lanjutan atas diri Pemohon Keberatan-I selaku Terlapor-I. Sedangkan materi pemeriksaan di KPPU atas diri Pemohon Keberatan-I sebagai Terlapor-I adalah tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999, yang diduga telah dilakukan oleh para Pemohon Keberatan-I, II dan III dalam proses tender pengadaan dan/atau pengadaan modul/buku pendidikan luar sekolah di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007 ;

Menimbang, bahwa dalam hukum acara formal dikenal adanya doktrin aanhanging atau sub-judice yang membuat suatu aturan permainan dalam beracara di persidangan. Dalam hal ini, jika terdapat dua perkara yang berkaitan satu sama lainnya sedang diperiksa di pengadilan, maka salah satu perkara harus dihentikan pemeriksaannya hingga perkara yang satu memperoleh kekuatan hukum tetap. Namun doktrin aanhanging atau sub-judice ini hanya berlaku terhadap suatu perkara yang tuntutan hukumnya digantungkan sepenuhnya pada putusan pengadilan terhadap perkara yang lain, sebagai dasar untuk menuntut di Pengadilan. Misalnya, tuntutan keperdataan atas perbuatan melawan hukum melanggar Pasal 310 KUHPidana hanya akan timbul apabila putusan pidananya telah dijatuhkan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, penerapan doktrin Aanhanging sangat terbatas dan sifatnya tertentu ;

40

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 132: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa ternyata materi gugatan dalam perkara No.333/Pdt.G/2008/ PN.Jkt.Pst dan hal yang dipersoalkan dalam pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan lanjutan dalam perkara No.45/KPPU-L/2008 adalah berbeda dan tunduk pada konstruksi hukum yang berbeda pula. Materi perkara dalam gugatan No.333/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Pst berada dalam lingkup konstruksi hukum keperdataan yang tunduk pada KUHPerdata sebagai suatu lex generalis. Sedangkan pemeriksaan perkara di KPPU berada dalam lingkup konstruksi pelanggaran perbuatan yang dilarang dalam UU No.5 Tahun 1999 yang merupakan suatu lex specialist. Dengan demikian, pemeriksaan atas diri Pemohon Keberatan-I di KPPU tidak perlu ditunda sampai perkara gugatan perdata No.333/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Pst memiliki kekuatan hukum tetap karena antara keduanya tidak memiliki saling ketergantungan satu sama lainnya. Justru dengan adanya penundaan pemeriksaan perkara No.45/KPPU-L/2008 di KPPU akan menimbulkan ketidakpastian hukum bagi para pencari keadilan yang telah melaporkan adanya dugaan pelanggaran UU No.5 Tahun 1999 serta bertentangan dengan prinsip speedy trial yang mendasari pemeriksaan perkara di KPPU yang telah menetapkan jangka waktu tertentu dalam memeriksa suatu laporan pelanggaran terhadap UU No.5 Tahun 1999 ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, menurut hemat Majelis Hakim, KPPU dalam memeriksa dan mengadili perkara No.45/KPPU-L/2008 tidak bertindak diluar ketentuan hukum acara yang berlaku serta tidak melanggar asas-asas hukum acara dan prinsip keadilan sebagaimana didalilkan oleh para Pemohon Keberatan. Oleh karena itu, keberatan tentang hal ini haruslah ditolak ;

Ad.2. Putusan KPPU No.45/KPPU-L/2009 tertanggal 12 Februari 2009 mengandung kekhilafan atau kekeliruan yang nyata ;

Menimbang, bahwa menurut para Pemohon Keberatan, putusan KPPU yang menyatakan Pemohon Keberatan-I, II dan III telah melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 tidak didasarkan pada alat bukti saksi tapi hanya berdasarkan bukti surat dan atau dokumen. Sehingga kesimpulan KPPU tentang adanya fakta persekongkolan horisontal yang telah dilakukan oleh para Pemohon Keberatan-I, II dan III dalam mengikuti tender pengadaan buku dan modul tersebut tidak terpenuhi ;

Menimbang, bahwa keberatan para Pemohon Keberatan tentang hal ini menurut Majelis Hakim telah menyangkut pada penilaian fakta yang telah diperiksa oleh KPPU tentang perbuatan para Pemohon Keberatan-I, II dan III. Dalam hal ini, setelah Majelis Hakim mempelajari bukti Salinan Putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 tersebut, didapati bahwa dalam melakukan penilaian adanya fakta persekongkolan horisontal telah terjadi antara para Pemohon Keberatan, KPPU berpedoman pada dokumen-dokumen Pemeriksaan Pendahuluan dan dokumen Pemeriksaan Lanjutan yang telah dilakukan sebelumnya ;

41

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 133: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 42 UU No.5 Tahun 1999 jo Pasal 64 ayat (1) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penganganan Perkara di KPPU, secara khusus telah diatur tentang alat-alat bukti yang dipergunakan dalam melakukan penilaian telah dilakukannya pelanggaran UU No.5 Tahun 1999. Pengaturan tentang alat bukti dalam kedua pasal tersebut tidak bersifat limitatif-superlatif sebagaimana dengan penggolongan barang bukti yang diatur dalam Hukum Acara secara umum (lex generalis). Akan tetapi dalam Pasal 64 ayat (2) Perkom No.1 Tahun 2006 telah ditegaskan bahwa :

“ Majelis Komisi menentukan sah atau tidak sahnya suatu alat bukti dan menentukan nilai pembuktian berdasarkan kesesuaian sekurang-kurangnya 2(dua) alat bukti yang sah.” ;

Dengan demikian, meskipun keterangan saksi ditempatkan pada urutan pertama sebagai salah satu alat bukti dalam Pasal 42 UU No.5 Tahun 1999 jo Pasal 64 ayat (1) Perkom No.1 Tahun 2006, namun penempatan keterangan saksi pada urutan pertama tersebut tidak dengan serta merta mengakibatkan keterangan saksi memiliki sifat superlative degree untuk dijadikan pedoman utama dalam menilai suatu fakta adanya suatu peristiwa pelanggaran UU No.5 Tahun 1999. Akan tetapi nilai pembuktian dalam pemeriksaan di KPPU ditentukan pada kesesuaian dari sedikitnya dua alat bukti yang sah ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka penilaian KPPU akan adanya fakta bahwa para Pemohon Keberatan-I, II dan III telah melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 yang disimpulkan tanpa adanya keterangan saksi tidak mengakibatkan putusan KPPU tersebut mengandung suatu kekhilapan atau kesalahan nyata. Lagipula, disamping berpedoman pada prinsip kesesuaian dari sedikitnya dua alat bukti yang sah tersebut, pemeriksaan adanya pelanggaran atas UU No.5 Tahun 1999 juga dilakukan berdasarkan doktrin Per Se Illegal dan Rule of Reason. Berdasarkan doktrin ini, keterangan saksi bukanlah satu-satunya alat bukti yang harus digunakan dalam menilai suatu perbuatan yang telah melanggar UU No.5 Tahun 1999. Oleh karena itu, keberatan tentang hal ini haruslah ditolak ;

ad.3. Bahwa amar putusan KPPU yang memberikan sanksi kepada Pemohon Keberatan-I, II dan III tidak beralasan hukum dan bertentangan dengan nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum ;

Menimbang, bahwa adapun sanksi yang diberikan oleh KPPU kepada para Pemohon Keberatan-I, II dan III adalah berupa larangan mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Propinsi Jawa Timur selama 2(dua) tahun sejak

42

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 134: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap. Dalam hal ini, sesuai dengan ketentuan Pasal 47 UU No.5 Tahun 1999, KPPU berwenang penuh untuk menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif yang secara alternatif telah ditentukan dalam Pasal 47 ayat (2) huruf a s/d g UU No.5 Tahun 1999. Adapun bentuk tindakan administratif tersebut ditentukan sesuai dengan bentuk dan jenis pelanggarannya ;

Menimbang, bahwa dalam Pasal 47 ayat (2) UU No.5 Tahun 1999 memang tidak diatur secara eksplisit bentuk tindakan administratif apa yang dapat dijatuhkan pada pelanggaran Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999. Namun bentuk sanksi administratif yang bersifat umum terhadap perbuatan tertentu yang dilarang karena dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf c yang berbunyi :

“ Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat” ;

Dalam Bagian Penjelasan Pasal 47 ayat (2) huruf c secara tegas disebutkan bahwa yang diperintahkan untuk dihentikan adalah kegiatan atau tindakan tertentu dan bukan kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan ;

Menimbang, bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh KPPU yang melarang para Pemohon Keberatan-I, II dan III untuk mengikuti tender dilingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 2(dua) tahun sejak putusan KPPU memiliki kekuatan hukum tetap, menurut hemat Majelis Hakim merupakan suatu sanksi administratif yang memiliki landasan hukum dengan mengacu pada ketentuan Pasal 47 ayat (2) huruf c tersebut. Dengan demikian, keberatan para Pemohon Keberatan tentang sanksi tersebut tidak memiliki landasan yuridis adalah tidak beralasan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka keberatan para Pemohon Keberatan-I, II dan III tentang hal ini juga haruslah ditolak ;

Menimbang, bahwa sanksi berupa pembatasan kegiatan mengikuti tender dilingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dinilai relevan dengan bentuk pelanggaran yang telah dilakukan oleh para Pemohon Keberatan-I, II dan III tersebut. Lagi pula, pembatasan kegiatan untuk mengikuti tender tersebut tidak disegala bidang akan tetapi hanya terbatas pada lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Propinsi Jawa Timur. Namun demikian, Majelis Hakim tidak sependapat dengan lamanya sanksi 2(dua) tahun karena sanksi tersebut dinilai kurang memiliki aspek keadilan dan kegunaan, tapi semata-mata sebagai bentuk pembalasan pada perbuatan para Pemohon Keberatan-I, II dan III. Oleh karena itu, agar suatu sanksi yang dijatuhkan pada pelaku usaha mengandung aspek keadilan dan juga sebagai aspek pembelajaran atau repressif agar tidak mengulang perbuatan yang sama dikemudian hari dan agar pelaku usaha akan selalu melakukan persaingan usaha yang sehat, maka Majelis Hakim berpendapat perlu

43

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 135: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

untuk melakukan reduksi atas lamanya larangan mengikuti tender tersebut sebagaimana ditentukan nantinya dalam amar putusan ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena sifat dari reduksi atau pengurangan sebagaimana diuraikan dalam pertimbangan Majelis Hakim di atas bukanlah karena alasan Pemohon Keberatan terhadap putusan KPPU dapat diterima, sehingga putusan KPPU harus dibatalkan, tetapi karena pertimbangan aspek keadilan dan pembelajaran bagi Pemohon Keberatan sebagai Pelaku Usaha, maka putusan KPPU hanyalah perlu diperbaiki sepanjang mengenai sanksi pembatasan kegiatan mengikuti tender dilingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka keberatan para Pemohon Keberatan-I, II dan III atas keputusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 adalah tidak dapat dibenarkan karena putusan KPPU tersebut dinilai telah tepat dan telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu keberatan dari Pemohon Keberatan-I, II dan III haruslah ditolak dengan perbaikan atas amar putusannya sepanjang untuk lamanya larangan sanksi untuk tidak mengikuti tender tersebut ;

Menimbang, bahwa oleh karena keberatan dari Pemohon Keberatan atas putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 dinyatakan ditolak, maka tentang biaya dalam permohonan keberatan ini akan dibebankan kepada para Pemohon Keberatan-I, II dan III secara bersama-sama ;

Mengingat, akan UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, jo Peraturan Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU jo Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara KPPU serta peraturan Perundang-Undangan lainnya yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I

1. Menolak Permohonan Keberatan dari Pemohon Keberatan-I, II dan III dengan memperbaiki amar Putusan KPPU No.45/KPPU-L/2008 tertanggal 12 Februari

2009 sepanjang untuk lamanya sanksi tindakan administratif, sehingga seluruh amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Menyatakan Terlapor-I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ;

2. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI dan Terlapor VII tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ;

44

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 136: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Melarang Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur selama 9 (sembilan) bulan sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap ;

1. Membebankan biaya Permohonan Keberatan ini kepada Pemohon Keberatan-I, II dan III secara bersama-sama sebesar Rp. 41.000,- (empat puluh satu ribu rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada hari : KAMIS tanggal : 07 MEI 2009 oleh : BINSAR P PAKPAHAN, SH., sebagai Ketua Majelis, I. B. NGURAH OKA DIPUTRA, SH., dan ELYTA RAS GINTING, SH, LL.M masing-masing sebagai Hakim Anggota Majelis, putusan mana diucapkan dipersidangan yang terbuka untuk umum pada hari : SELASA, tanggal : 12 MEI 2009, oleh Majelis Hakim tersebut dengan dihadiri oleh : H. MUHAMAD ISA, SH., sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri pula oleh Kuasa Hukum Pemohon Keberatan-I, II dan III dan dihadiri oleh Kuasa Hukum Termohon Keberatan ; Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,

1. I. B. NGURAH OKA DIPUTRA, SH BINSAR P. PAKPAHAN, SH

2. ELYTA RAS GINTING, SH, LL.M Panitera Pengganti,

H. MUHAMAD ISA, SH

Perincian Biaya :

• Redaksi Rp. 5.000,- • Materai Rp. 6.000,-

45

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 137: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• PNBP Rp. 30.000,-Jumlah Rp. 41.000,-(empat puluh satu ribu rupiah)

46

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 138: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

SALINAN

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 TAHUN 2005

TENTANG

TATA CARA PENGAJUAN UPAYA HUKUM KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa karena Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2003 tldak

memadai untuk menampung perkembangan permasalahan penanganan

perkara keberatan terhadap Putusan KPPU;

b. bahwa untuk kelancaran pemeriksaan keberatan terhadap putusan KPPU,

Mahkamah Agung memandang perlu mengatur tata cara pengajuan

keberatan terhadap putusan KPPU dengan Peraturan Mahkamah Agung;

c. bahwa untuk itu perlu diterbitkan Peraturan Mahkamah Agung.

Mengingat : 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 sebagaimana telah diupah dan ditambah, dengan

Perubahan Keempat Tahun 2002;

2. Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) Staatsblad Nomor 44 tahun 1941

dan Reglemen Hukum Acara untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (RBg),

Staatsblad Nomor 227 tahun 1927;

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;

4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum;

5. Undang-undang No 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang -undang Nomor

5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

7. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

Page 139: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

SALINAN

. MEMUTUSKAN

Menetapkan: PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

TATA CARA PENGAJUAN UPAYA HUKUM KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Mahkamah Agung ini yang dimaksud dengan :

1. Keberatan adalah upaya hukum b.agi Pelaku Usaha yang tidak menerima putusan

KPPU;

2. KPPU adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Pemeriksaan tambahan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh KPPU sehubungan

dengan perintah Majelis Hakim yang menangani keberatan; 4. Hari adalah hari kerja.

Pasal 2

1. Keberatan terhadap Putusan KPPU hanya diajukan oleh Pelaku Usaha Terlapor

kepada Pengadilan Negeri ditempat kedudukan hukum usaha Pelaku Usaha

tersebut; 2. Keberatan alas Putusan KPPU diperiksa dan diputus oleh Majelis Hakim;

3. Dalam hal diajukan keberatan, KPPU merupakan pihak.

Pasal 3

Putusan atau Penetapan KPPU mengenai pelanggaran Undang-Undang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tidak termasuk sebagai Keputusan Tata

Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No 5 Tahun 1986

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara.

BAB II TATA CARA PENGAJUAN UPAYA HUKUM KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN

KPPU Pasal 4

(1) Keberatan diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak Pelaku

Usaha menerima pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan melalui

website KPPU;

Page 140: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

SALINAN

(2) Keberatan diajukan meJalui kepaniteraan Pengadilan Negeri yang bersangkutan sesuai

dengan prosedur pendaftaran perkara perdata dengan rnemberikan salinan keberatan

kepada KPPU;

(3) Dalarn hal keberatan diajukan oleh lebih dari 1 (satu) Pelaku Usaha untuk putusan

KPPU yang sarna, dan rnerniliki kedudukan hukum yang sarna, perkara tersebut harus

didaftar dengan nomor yang sarna;

(4) Dalarn hal keberatan diajukan oleh lebih dari 1 (satu) Pelaku Usaha untuk putusan

KPPU yang sarna tetapi berbeda tempat kedudukan hukumnya, KPPU dapat

rnengajukan permohonan tertulis kepada Mahkarnah Agung untuk rnenunjuk salah satu

Pengadilan Negeri disertai usulan Pengadilan mana yang akan memeriksa keberatan

tersebut;

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), oleh KPPU ditembuskan kepada

seluruh Ketua Pengadilan Negeri ya.ng menerima permohonan keberatan;

(6) Pengadilan Negeri yang menerima tembusan permohonan tersebut harus

menghentikan pemeriksaan dan menunggu penunjukan Mahkamah Agung;

(7) Setelah permohonan diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Mahkamah Agung

dalam waktu 14 (empat belas) hari menunjuk Pengadilan Negeri yang memeriksa

keberatan tersebut;

(8) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima pemberitahuan dari Mahkamah Agung,

Pengadilan Negeri yang tidak ditunjuk harus mengirimkan berkas perkara disertai (sisa)

biaya perkara ke Pengadilan Negeri yang ditunjuk;

BAB III

TATA CARA PEMERIKSAAN KEBERATAN Pasal 5

(1) Segera setelah menerima keberatan, Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim

yang sedapat mungkin terdiri dari Hakim- Hakim yang mempunyai pengetahuan yang

cukup dibidang hukum persaingan usaha;

(2) Dalam hal pelaku usaha mengajukan keberatan, KPPU wajib menyerahkan putusan

dan berkas perkaranya kepada Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara keberatan

pada hari persidangan pertama;

(3) Pemeriksaan dilakukan tanpa melalui proses mediasi;

(4) Pemeriksaan keberatan dilakukan hanya atas dasar putusan KPPU dan berkas perkara

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2);

(5) Majelis Hakim harus memberikan putusan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

dimulainya pemeriksaan keberatan tersebut;

(6) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), jangka waktu

pemeriksaan dihitung kembali sejak Majelis Hakim menerima berkas perkara yang dikirim

oleh Pengadilan Negeri lain yang tidak ditunjuk oleh Mahkamah Agung

Page 141: UPAYA KEBERATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42929/1/DIAN... · Perkara Persekongkolan Tender) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

SALINAN

BAB IV PEMERIKSAAN TAM BAHAN Pasal 6

(1) Dalam hal Majelis Hakim berpendapat perlu pemeriksaan tambahan, maka melalui

putusan sela memerintahkan kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan;

(2) Perintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat hal-hal yang harus diperiksa

dengan alasan-alasan yang jelas dan jangka waktu pemeriksaan tambahan yang

diperlukan;

(3) Dalam hal perkara dikembalikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sisa waktu

pemeriksaan keberatan ditangguhkan;

(4) Dengan memperhitungkan sisa waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), sidang

lanjutan pemeriksaan keberatan harus sudah dimulai seiambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

setelah KPPU menyerahkan berkas pemeriksaan tambahan.

BABV PELAKSANAANPUTUSAN Pasal 7

(1) Permohonan penetapan eksekusi atas putusan yang telah diperiksa melalui

prosedur keberatan, diajukan KPPU kepada Pengadilan Negeri yang memutus

perkara keberatan bersangkutan;

(2) Permohonan penetapan eksekusi putusan yang tidak diajukan keberatan, diajukan

kepada Pengadilan Negeri tempat kedudu~an hukum pelaku usaha.

BAB VI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8 .

Kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Mahkamah Agung ini, Hukum Acara Perdata yang

berlaku diterapkan pula terhadap Pengadilan Negeri.

Pasal 9

Dengan diberlakukannya Peraturan Mahkamah Agung ini, maka Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2003 tidak berlaku lagi.

Pasal10 Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Jakarta Pada tanggal : 18 Juli 2005

KETUA MAHKAMAH AGUNG – RI

BAGIR MANAN