ontologi 56

56
Dosen Soedito Adjisoedarmo [email protected]

Upload: stmik-wu-purwokerto

Post on 20-Jun-2015

2.423 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ontologi 56

DosenSoedito [email protected]

Page 2: Ontologi 56

I ILMU DAN FILSAFAT

I ILMU DAN FILSAFAT

WHAT IS A MAN ?WHAT IS ?

WHAT ?

WHAT IS A MAN ?WHAT IS ?

WHAT ?

Page 3: Ontologi 56

II DASAR-DASARPENGETAHUAN

II DASAR-DASARPENGETAHUAN

PenalaranLogikaSumber pengetahuanKriteria Kebenaran

PenalaranLogikaSumber pengetahuanKriteria Kebenaran

Page 4: Ontologi 56

III ONTOLOGI

(HEKEKAT YG DIKAJI)

III ONTOLOGI

(HEKEKAT YG DIKAJI)

MetafisikaAsumsiPeluang

Asumsi dalam ilmuBatas penjelajahan ilmu

MetafisikaAsumsiPeluang

Asumsi dalam ilmuBatas penjelajahan ilmu

Page 5: Ontologi 56

MetafisikaMetafisika

Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh manusia

terhadap alam ini adalah bahwa terdapat ujud‑ujud yang

bersifat gaib (supernatural) dan ujud‑ujud ini bersifat lebih

tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang

nyata

Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh manusia

terhadap alam ini adalah bahwa terdapat ujud‑ujud yang

bersifat gaib (supernatural) dan ujud‑ujud ini bersifat lebih

tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang

nyata

Page 6: Ontologi 56

Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.

Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.

Page 7: Ontologi 56

Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, maka Metafisika adalah landasan peluncurannya.

Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya.

Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, maka Metafisika adalah landasan peluncurannya.

Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya.

Page 8: Ontologi 56

Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat ujud yang bersifat supernatural tersebut.

Lihat di sekitar anda, ada apa dan siapa ?

Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat ujud yang bersifat supernatural tersebut.

Lihat di sekitar anda, ada apa dan siapa ?

Page 9: Ontologi 56

Materialisme, yang merupakan paham berdasarkan naturalisme, berpendapat bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

Materialisme, yang merupakan paham berdasarkan naturalisme, berpendapat bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

Page 10: Ontologi 56

Prinsip materialisme dikembangkan oleh Democritos (460-370 S.M.). Dia mengembangkan teori tentang atom yang dipelajarinya dari gurunya Leucippus. Bagi Democritos, unsur dasar dari alam ini adalah atom.

Prinsip materialisme dikembangkan oleh Democritos (460-370 S.M.). Dia mengembangkan teori tentang atom yang dipelajarinya dari gurunya Leucippus. Bagi Democritos, unsur dasar dari alam ini adalah atom.

Page 11: Ontologi 56

Dalam kenyataannya hanya terdapat atom dan kahampaan.

Artinya, obyek dari penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian.

Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. 

Dalam kenyataannya hanya terdapat atom dan kahampaan.

Artinya, obyek dari penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian.

Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. 

Page 12: Ontologi 56

Rangsangan pancaindera disalurkan

ke otak menghadirkan gejala.

Dengan demikian maka gejala alam dapat didekati dari segi proses

kimia‑fisika

Rangsangan pancaindera disalurkan

ke otak menghadirkan gejala.

Dengan demikian maka gejala alam dapat didekati dari segi proses

kimia‑fisika

Page 13: Ontologi 56

LONG-TERM MEMORY

WORKING- MEMORY

FIG 9.13THE MODEL HUMANPROCESSOR (Moran and Newell,1983)

PercetualProcessor

MotorProcessor

CognitiveProcessor

61

LONG-TERM MEMORY

WORKING- MEMORY

FIG 9.13THE MODEL HUMANPROCESSOR (Moran and Newell,1983)

PercetualProcessor

MotorProcessor

CognitiveProcessor

61

Visual Image Store Auditory Image Store

Page 14: Ontologi 56

Proses fisika-kimia tidak terlalu menimbulkan permasalahan selama diterapkan kepada zat‑zat yang mati seperti batuan atau karat besi. Tetapi lain masalahnya dengan makhluk hidup termasuk manusia sendiri? Maka kaum yang menganut paham Mekanistik ditentang oleh kaum Vitalistik.

Proses fisika-kimia tidak terlalu menimbulkan permasalahan selama diterapkan kepada zat‑zat yang mati seperti batuan atau karat besi. Tetapi lain masalahnya dengan makhluk hidup termasuk manusia sendiri? Maka kaum yang menganut paham Mekanistik ditentang oleh kaum Vitalistik.

Page 15: Ontologi 56

Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk mahluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisika semata.

Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah suatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan proses kimia fisika tersebut.

 

Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk mahluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisika semata.

Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah suatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan proses kimia fisika tersebut.

 

Page 16: Ontologi 56

Lalu apa dengan pikiran dan kesadaran ?Secara fisiologis otak manusia terdiri dari 10 sampai 15 biliun neuron. Cara bekerja otak ini merupakan obyek telaahan dari berbagai disiplin keilmuan seperti fisiologi, psikologi, kimia, matematika, fisika teknik dan neuro‑fisiologi.

Lalu apa dengan pikiran dan kesadaran ?Secara fisiologis otak manusia terdiri dari 10 sampai 15 biliun neuron. Cara bekerja otak ini merupakan obyek telaahan dari berbagai disiplin keilmuan seperti fisiologi, psikologi, kimia, matematika, fisika teknik dan neuro‑fisiologi.

Page 17: Ontologi 56

Sudah merupakan kenyataan yang tidak usah lagi diperdebatkan bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya.

Sudah merupakan kenyataan yang tidak usah lagi diperdebatkan bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya.

Page 18: Ontologi 56

Meskipun demikian, apakah kebenarannya hakikat pikiran tersebut ?, apakah dia berbeda dengan zat yang ditelaahnya, ataukah hanya bentuk lain dari zat tersebut?

Meskipun demikian, apakah kebenarannya hakikat pikiran tersebut ?, apakah dia berbeda dengan zat yang ditelaahnya, ataukah hanya bentuk lain dari zat tersebut?

Page 19: Ontologi 56

Aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat.

Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.

Aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat.

Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.

Page 20: Ontologi 56

Ibarat zat dan energi, dalam teori relativitas Einstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.

Maka proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak.

Ibarat zat dan energi, dalam teori relativitas Einstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.

Maka proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak.

Page 21: Ontologi 56

Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.

Terminologi dualisme ini mula‑mula dipakai oleh Thomas Hyde (1700), sedangkan monisme oleh Christian Wolff (1679‑1754).

Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.

Terminologi dualisme ini mula‑mula dipakai oleh Thomas Hyde (1700), sedangkan monisme oleh Christian Wolff (1679‑1754).

Page 22: Ontologi 56

Dalam metafisika maka penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda sui generis secara substantif.

Filsuf yang menganut paham dualistik ini di antaranya adalah Rene Descartes (1596‑1650), John Locke (1632‑1714) dan George Berkeley (1685‑1753)' 

Dalam metafisika maka penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda sui generis secara substantif.

Filsuf yang menganut paham dualistik ini di antaranya adalah Rene Descartes (1596‑1650), John Locke (1632‑1714) dan George Berkeley (1685‑1753)' 

Page 23: Ontologi 56

Ketiga ahli filsafat ini ber pendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran termasuk penginderaan dari segenap pengalaman manusia, adalah bersifat mental.

Bagi Descartes maka yang bersifat nyata adalah pikiran sebab dengan berpikir maka sesuatu itu lantas ada:

Ketiga ahli filsafat ini ber pendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran termasuk penginderaan dari segenap pengalaman manusia, adalah bersifat mental.

Bagi Descartes maka yang bersifat nyata adalah pikiran sebab dengan berpikir maka sesuatu itu lantas ada:

Page 24: Ontologi 56

Locke sendiri menganggap bahwa pikiran manusia pada mulanya dapat diibaratkan sebuah lempeng lilin yang licin (tabula rasa) di mana pengalaman indera kemudian melekat pada lempeng tersebut.

Locke sendiri menganggap bahwa pikiran manusia pada mulanya dapat diibaratkan sebuah lempeng lilin yang licin (tabula rasa) di mana pengalaman indera kemudian melekat pada lempeng tersebut.

Page 25: Ontologi 56

Makin lama makin banyak pengalaman indera yang terkumpul dan kombinasi dari pengalaman indera seterusnya membuahkan ide yang kian lama kian rumit.

Makin lama makin banyak pengalaman indera yang terkumpul dan kombinasi dari pengalaman indera seterusnya membuahkan ide yang kian lama kian rumit.

Page 26: Ontologi 56

Pikiran dapat diibaratkan, sebagai organ yang menangkap dan menyimpan pengalaman indera.

Pikiran dapat diibaratkan, sebagai organ yang menangkap dan menyimpan pengalaman indera.

Page 27: Ontologi 56

Storage area and Organizers

E = previous encounters

S = systems, categories, variablesD = dataG = generalization, conclusions, theories

STORAGESTORAGE

INTAKEINTAKE CONTROLCONTROL MOTIVATIONMOTIVATION

ACTIONACTION

• Closure• Curiosity• Power to predict, control, or explain

• Closure• Curiosity• Power to predict, control, or explain

THEORITICALTHEORITICALMODEL FORMODEL FORTHE INQUIRYTHE INQUIRYPROCESSPROCESS

THEORITICALTHEORITICALMODEL FORMODEL FORTHE INQUIRYTHE INQUIRYPROCESSPROCESS

(Suchman, 19..)

envi

ron

men

t

Page 28: Ontologi 56

PENGGALIAN IDE

Kegiatan • mencari• menemukan• berusaha mengenali• coba-coba• mengambil

Kegiatan • mencari• menemukan• berusaha mengenali• coba-coba• mengambil

• SUDAH DIKETAHUI• PASTI DITEMUKAN• BELUM DIKETAHUI• HARAPAN MENEMUKAN SESUATU

• SUDAH DIKETAHUI• PASTI DITEMUKAN• BELUM DIKETAHUI• HARAPAN MENEMUKAN SESUATU

• Rancangan yang tersusun di pikiran• Gagasan• Cita-cita

• Rancangan yang tersusun di pikiran• Gagasan• Cita-cita

• A THOUGHT• CONCEPTION

• AN IMPRESSION• AN PLAN OF ACTION• A MENTAL PICTURE

• THE CONCEPT OF ANYTHING IN THE HIGHEST PERFECTION

• A THOUGHT• CONCEPTION

• AN IMPRESSION• AN PLAN OF ACTION• A MENTAL PICTURE

• THE CONCEPT OF ANYTHING IN THE HIGHEST PERFECTION

BERBAHASABERFIKIR

5

Page 29: Ontologi 56

PENGGALIAN IDE

MEMBACA MENGAM

ATI

MENG

INDERA

(MELIH

AT, MENDENG

AR,

MERASA, M

EMBAU, B

ERABA)BERBAHASA BERFIKIR

(TARAF BERFIKIR)

BELAJARMENCARI KEBENARAN

SUMBER KEBENARAN

PENGALAMANRASIO, FAKTA

INTUISI WAHYU

PENALARAN

INDUKTIF

PENALARAN

DEDUKTIF6

Page 30: Ontologi 56

7

PENGGALIAN IDE

MEMBACA MENGAM

ATI

MEN

GINDER

A

(MEL

IHAT,

MEN

DENGAR,

MER

ASA, M

EMBAU, B

ERABA)

BERBAHASA BERFIKIR(TARAF BERFIKIR)

• MEMBACA MENCARI ARAH• MEMBACA SECARA BLOBAL• MEMBACA UNTUK MENCARI• MEMBACA UNTUK BELAJAR• MEMBACA DG SIKAP KRITIS• MEMBACA CEPAT

1) MENGGARIS BAWAHI, 2) MEMBUAT CATATAN, 3) MENCATUMKAN ANGKA4) MEMBUAT BAGAN, 5) MEMBUAT DEFINISI, 6) MEMBUAT RINGKASAN

Page 31: Ontologi 56

PENGGALIAN IDE

MEMBACA MENGAM

ATI

MEN

GINDER

A

(MEL

IHAT

, MEN

DENGAR

,

MER

ASA,

MEM

BAU, B

ERAB

A)

BERBAHASA BERFIKIR(TARAF BERFIKIR)

BELAJARMENCARI KEBENARAN

KEGIATAN ILMIAH(KARYA ILMIAH)

8

KETRAMPILANILMIAH

SIKAP ILMIAH

Page 32: Ontologi 56

PENGGALIAN IDE

MEMBACA MENGAM

ATI

MEN

GINDER

A

(MEL

IHAT,

MEN

DENGAR,

MER

ASA, M

EMBAU, B

ERABA)

BERBAHASA BERFIKIR(TARAF BERFIKIR)

BELAJARMENCARI KEBENARAN

KETRAMPILAN DAN SIKAP ILMIAH

• MENGORGANISASI DAN• MENYAJIKAN DATA• MENGGUNAKAN FAKTA• MEMBEDAKAN FAKTA DAN OPINI• MENULIS RINGKASAN• MEKANISME PENULISAN

• MENGORGANISASI DAN• MENYAJIKAN DATA• MENGGUNAKAN FAKTA• MEMBEDAKAN FAKTA DAN OPINI• MENULIS RINGKASAN• MEKANISME PENULISAN

• SIKAP INGIN TAHU• SIKAP KRITIS• SIKAP TERBUKA• SIKAP MENGHARGAI KEBENARAN• SIKAP MENJANGKAU KE DEPAN

• SIKAP INGIN TAHU• SIKAP KRITIS• SIKAP TERBUKA• SIKAP MENGHARGAI KEBENARAN• SIKAP MENJANGKAU KE DEPAN

9

Page 33: Ontologi 56

PENGGALIAN IDE

MEMBACAMEMBACA MENGAMATI

MENGAMATI

MENG

INDERA

(MELIH

AT, MENDENG

AR,

MERASA, M

EMBAU, B

ERABA)

MENG

INDERA

(MELIH

AT, MENDENG

AR,

MERASA, M

EMBAU, B

ERABA)BERBAHASA BERFIKIR

(TARAF BERFIKIR)

IDEGAGASANKONSEP

BARU

• INFORMASI• MENGERTI INFORMASI• PENDAYAGUNAAN KATA• KETEPATAN MEMILIH KATA• PEMBUATAN KALIMAT

• INFORMASI• MENGERTI INFORMASI• PENDAYAGUNAAN KATA• KETEPATAN MEMILIH KATA• PEMBUATAN KALIMAT

• PENGETAHUAN• KOMPREHENSI• APLIKASI• ANALISIS DAN SINTESIS• EVALUASI

• PENGETAHUAN• KOMPREHENSI• APLIKASI• ANALISIS DAN SINTESIS• EVALUASI

10

Page 34: Ontologi 56

Berkeley terkenal

dengan

pernyataannya,

To be is be perceived

(ada adalah

disebabkan persepsi!)

Berkeley terkenal

dengan

pernyataannya,

To be is be perceived

(ada adalah

disebabkan persepsi!)

Page 35: Ontologi 56

Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya

Apakah pengetahuan yang saya dapatkan itu bersumber pada kesadaran mental ataukah hanya rangsangan penginderaan belaka ?

Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya

Apakah pengetahuan yang saya dapatkan itu bersumber pada kesadaran mental ataukah hanya rangsangan penginderaan belaka ?

Page 36: Ontologi 56

Jadi pada dasarnya tiap ilmuwan boleh mempunyai filsafat individual yang berbeda, dia bisa paham mekanistik, vitalistik, materialistik atau idealistik

Jadi pada dasarnya tiap ilmuwan boleh mempunyai filsafat individual yang berbeda, dia bisa paham mekanistik, vitalistik, materialistik atau idealistik

Page 37: Ontologi 56

AsumsiAsumsi

Para filsuf menduga apakah gejala dalam alam tunduk kepada determinisme, yakni hukum alam yang bersifat universal, ataukah hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas,

ataukah keumuman memang ada namun berupa peluang, sekadar tangkapan probabilistik? 

Para filsuf menduga apakah gejala dalam alam tunduk kepada determinisme, yakni hukum alam yang bersifat universal, ataukah hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas,

ataukah keumuman memang ada namun berupa peluang, sekadar tangkapan probabilistik? 

Page 38: Ontologi 56

Ketiga masalah tersebut yakni deterministik, pilihan bebas, dan probabilistik merupakan permasalahan filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek tersebut, serta bagaimana ilmu sampai pada pemecahan masalalah yang merupakan kompromi, akan sukar bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan.

Ketiga masalah tersebut yakni deterministik, pilihan bebas, dan probabilistik merupakan permasalahan filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek tersebut, serta bagaimana ilmu sampai pada pemecahan masalalah yang merupakan kompromi, akan sukar bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan.

Page 39: Ontologi 56

Pilihan bebas dan probabilistik itu baru dapat dilakukan sekiranya bahwa hukum semacam itu memang ada.

Sekiranya hukum yang mengatur kejadian alam itu tidak ada maka masalah determinisme, probabilitas dan kehendak bebas itu sama sekali tidak akan muncul.

Pilihan bebas dan probabilistik itu baru dapat dilakukan sekiranya bahwa hukum semacam itu memang ada.

Sekiranya hukum yang mengatur kejadian alam itu tidak ada maka masalah determinisme, probabilitas dan kehendak bebas itu sama sekali tidak akan muncul.

Page 40: Ontologi 56

Sekiranya hukum alam itu memang benar‑benar tidak ada maka tidak akan ada permasalahan dengan determinisme, probabilistik atau pilihan bebas ,

dan juga tidak ada ilmu karena ilmu justru mempelajari hukum alam tersebut

Sekiranya hukum alam itu memang benar‑benar tidak ada maka tidak akan ada permasalahan dengan determinisme, probabilistik atau pilihan bebas ,

dan juga tidak ada ilmu karena ilmu justru mempelajari hukum alam tersebut

Page 41: Ontologi 56

Jadi diasumsikan bahwa hukum yan mengatur berbagai kejadian alam itu memang ada, sebab tanpa asumsi tersebut maka semua yang kita bahas mengenai kejadian akan sia-sia.

Jadi diasumsikan bahwa hukum yan mengatur berbagai kejadian alam itu memang ada, sebab tanpa asumsi tersebut maka semua yang kita bahas mengenai kejadian akan sia-sia.

Page 42: Ontologi 56

Hukum yg dimaksud diartikan sebagai suatu aturan main atau pola kejadian yang diikuti oleh sebagain besar peserta, gejalanya berulang kali dapat diamati yang tiap kali memberikan hasil yang sama.

Hukum yg dimaksud diartikan sebagai suatu aturan main atau pola kejadian yang diikuti oleh sebagain besar peserta, gejalanya berulang kali dapat diamati yang tiap kali memberikan hasil yang sama.

Page 43: Ontologi 56

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788‑1836) dari doktrin Thomas Hob (1588-1679) yang penyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat emperis yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal.

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788‑1836) dari doktrin Thomas Hob (1588-1679) yang penyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat emperis yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal.

Page 44: Ontologi 56

Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu.

Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu.

Page 45: Ontologi 56

Demikian juga paham diterminisme bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat kepada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.

Demikian juga paham diterminisme bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat kepada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.

Page 46: Ontologi 56

ILMUILMU

Mempelajari hukum kejadian yangBerlaku bagi semu orang ?(ilmu sosial)

Mempelajari hukum kejadian yangBerlaku bagi semu orang ?(ilmu sosial)

Mempelajari hukum kejadian yangberlaku tidak bagi semu orang ?Atau hanya untuk individu tt ?

Mempelajari hukum kejadian yangberlaku tidak bagi semu orang ?Atau hanya untuk individu tt ?

Paham deterministikPaham deterministik

Paham pilihan bebasPaham pilihan bebas

Page 47: Ontologi 56

ILMUILMU

Semua orang akan mati Semua orang akan mati

Mempelajari hukum kejadian yangberlaku tidak bagi semu orang ?Atau hanya untuk individu tt ?

Mempelajari hukum kejadian yangberlaku tidak bagi semu orang ?Atau hanya untuk individu tt ?

Paham deterministikPaham deterministik

Paham pilihan bebasPaham pilihan bebas

Page 48: Ontologi 56

ILMUILMU

I pengetahuhan yang bersifat umum itu tidak perlu I pengetahuhan yang bersifat umum itu tidak perlu

Mempelajari hukum kejadian yangberlaku tidak bagi semu orang ?Atau hanya untuk individu tt ?

Mempelajari hukum kejadian yangberlaku tidak bagi semu orang ?Atau hanya untuk individu tt ?

Paham deterministikPaham deterministik

Paham pilihan bebasPaham pilihan bebas

Page 49: Ontologi 56

ILMUILMU

Yang kita butuhkan adalahpengetahuan yang beradadi tengah-tengah , antarakemutlakan yang dipunyaiagama dan keunikan individual yang bersifat Seni ?

Yang kita butuhkan adalahpengetahuan yang beradadi tengah-tengah , antarakemutlakan yang dipunyaiagama dan keunikan individual yang bersifat Seni ?

Paham deterministikPaham deterministikPaham pilihan bebasPaham pilihan bebas

Memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi, sebab yang bersifat individualseperti seni tidak bersifat praktis

Memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi, sebab yang bersifat individualseperti seni tidak bersifat praktis

Page 50: Ontologi 56

Paham deterministikPaham deterministik

Paham pilihan bebasPaham pilihan bebas

ILMUILMUIlmu memilih penafsiran Probabilistik

Ilmu memilih penafsiran Probabilistik

Page 51: Ontologi 56

PeluangPeluang

Jadi berdasarankan teori keilmuan kita tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian

Jadi berdasarankan teori keilmuan kita tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian

Page 52: Ontologi 56

Jadi biarpun kita

mempunyai

peluang 0,8 bahwa

hari akan hujan,

namun masih

terbuka

kemungkinan

bahwa hari

tidak akan hujan

Jadi biarpun kita

mempunyai

peluang 0,8 bahwa

hari akan hujan,

namun masih

terbuka

kemungkinan

bahwa hari

tidak akan hujan

Page 53: Ontologi 56

Harus disadari bahwa

ilmu

tidak pernah ingin dan

tidak pernah

berpretensi untuk

mendapatkan

pengetahuan yang

bersifat mutlak.

Harus disadari bahwa

ilmu

tidak pernah ingin dan

tidak pernah

berpretensi untuk

mendapatkan

pengetahuan yang

bersifat mutlak. sience is not final truth

sience is not final truth

Page 54: Ontologi 56

Ilmu memberikan

pengetahuan sebagai

dasar bagi anda untuk

mengambil

kesimpulan, keputusan

anda harus didasarkan

pada penafsiran

kesimpulan ilmiah

yang bersifat relatif

Ilmu memberikan

pengetahuan sebagai

dasar bagi anda untuk

mengambil

kesimpulan, keputusan

anda harus didasarkan

pada penafsiran

kesimpulan ilmiah

yang bersifat relatif

Page 55: Ontologi 56

Asumsi dalam ilmuAsumsi dalam ilmu

Gejala diciptakan oleh skala observasiIlmu sekedar merupakan pengetahuan yang memilikikegunaan praktis.

Gejala diciptakan oleh skala observasiIlmu sekedar merupakan pengetahuan yang memilikikegunaan praktis.

Page 56: Ontologi 56

Batas penjelajahan ilmuBatas penjelajahan ilmu

Pengalaman ke pengalaman yang berikutnyadan penggalian ide Ide yang merupakan pengalaman yang tupang tindih yang ada di lauatan neuron setiap manusia

Pengalaman ke pengalaman yang berikutnyadan penggalian ide Ide yang merupakan pengalaman yang tupang tindih yang ada di lauatan neuron setiap manusia