unsur intrinsik dalam kumpulan dongeng karya …digilib.unila.ac.id/56328/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
UNSUR INTRINSIK DALAM KUMPULAN DONGENG KARYA
BERTRAND SOLET DAN MICHEL COSEM DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS DI SMA
Skripsi
Oleh
Sri Wahyuni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAIT
LES ÉLÉMENTS INTRINSIQUES DANS LA COLLECTION DES
CONTES DE BERTRAND SOLET ET MICHEL COSEM ET LEUR
IMPLICATIONS DANS L’APPRENTISSAGE DU FRANÇAISE AU
LYCÉE
Par
Sri Wahyuni
Le problème dans cette recherche estles éléments intrinsèqueàs dans la collection
des contes de Bertrand Solet et Michel Cosem et ses implications sur de
l’apprentissage du française au lycée. Cette recherche vise à décrire les éléments
intrinsèqueàs (le thème, l’intrigue, les personnages, l’espace, et message) dans ces
contes.
Cette recherche utilise la méthode descriptive qualitative. Les sources de données
de cette recherche est la collection des contes de Bertrand Solet et Michel Cosem.
Par conséquent, les données de recherche sont des valeurs morales dans la contes.
La technique de la collection des données est celle de documentation. Après cela,
les données sont analysé par la réduction des données.
Les résultats de cette recherche indiquent que dans la collection des contes de Jeannot
et Jeannette, Le Loup, La Chèvre et ses Chevreaux, La Pardonne, L’oiseau de
vérité et L’homme de toutes les Couleurs ont quatres types des thèmes différents.
Ils sont sociaux, divins, physiques et egoiste. L’intrigue dans Chaque conte est
divisé en exposition, complication et résolution. La plupart des contes se
déroulent dans la forêt, mais il en existe un dans une église. Les nombres de
personnages des collections des contes sont 26 caractères, dont les personnages
sont généralement interprétés de manière dramatique. Mais, il y a une figure
livrée par une combinaison d'analytique et de dramatique, elle est la figure de La
Dame dans le conte de Jeannotte et Jeannette. La plupart des contes se déroulent
dans la forêt, mais il en existe un dans une église. Chaque conte contient un
message qui est transmis soit explicitement ou implicitement.
les résultats de cette recherche peuvent être impliqué dans la compétence de base
(KD) 3.8: caractériser une fable française en faisant attention aux fonction
sociales, à la structure du texte et aux éléments linguistiques, et ils peuvent
également servir de source de l'apprentissage du français au lycée.
Mots-clés:conte, éléments intrinsèques, implications de l’apprentissage
ABSTRAK
UNSUR INTRINSIK DALAM KUMPULAN DONGENG KARYA
BERTRAND SOLET DAN MICHEL COSEM DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS DI SMA
oleh
Sri Wahyuni
Masalah dalam penelitian ini ialahunsur intrinsik dalam kumpulan dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem dan implikasinya terhadap pembelajaran
Bahasa Prancis di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur
intrinsik (tema,alur,penokohan,latar,dan amanat) dalam kumpulan dongeng
tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian
ini ialah kumpulan dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem. Oleh karena
itu, data penelitiannya ialah unsur intrinsik dalam dongeng tersebut yang meliputi
tema, alur, penokohan, latar dan amanat. Teknik pengumpulan data denganteknik
dokumentasi. Setelah itu, data dianalisis menggunakan reduksi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kumpulan dongeng yang berjudul
Jeannot et Jeannette, Le Loup, la Chèvre et sesChevreaux, La Pardonne,
L’oiseau de vérité, dan L’homme de toutes Les Couleursterdapatempattema
berbeda. Temasosial, divine, jasmanidan egois. Alur pada setiap dongeng terbagi
atas eksposisi, komplikasi dan resolusi. Jumlah tokoh dalam kumpulan dongeng
sebanyak dua puluh enam tokoh dengan watak yang sebagian besar disampaikan
dengan cara dramatik. Sementara itu, terdapat satu tokoh yang disampaikan dengan
cara gabungan antara analitik dan dramatik, yaitu tokoh La Dame dalam dongeng
Jeannotte et Jeannette. Sebagian besar latar dongeng terjadi di hutan, namuan terdapat
satu dongeng yang terjadi di sebuah Gereja.Setiap dongeng mengandung amanat yang
disampaikan baik secara eksplisit maupun implisit
Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan pada KD 3.8 :mencirikan cerita fable
(fable) Prancis yang sederhana dengan memperhatikan fungsisosial, strukturteks,
danunsurkebahasaan yang benardansesuaikonteks”, dan hasil penelitian ini bias
menjadi sumber belajar bahasa Prancis di SMA.
Kata Kunci: dongeng, unsur intrinsik, implikasi pembelajaran.
UNSUR INTRINSIK DALAM KUMPULAN DONGENG KARYA
BERTRAND SOLET DAN MICHEL COSEM DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS DI SMA
Oleh
Sri Wahyuni
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di sebuah desa kecil yang berada
di kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yakni
desa Bangsitepatnya pada 11 Desember 1994.
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
Bpk. Mukodim dan Ibu Siti Jamiatun.
Riwayat pendidikan formal penulis diawali pada tahun 2001-2007 di SD N
Sidosari. Kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP N 3 Natar
Lampung Selatan pada tahun 2007-2010. Setelah selesai dari sekolah menengah
pertama, penulistidak langsung melanjutkan pendidikan kejenjang SMA. Penulis
kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di DCC Global School, pada tahun
2011-2014. Pada tahun 2014, penulis melanjutkan studi di tingkat Universitas,
dan terdaftar sebagai mahasiswi Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Lampung.
Penulis mendapatkan pengalaman berorganisasi di HMJPBS (Himpunan
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni) FKIP Unila menjadi Bendahara
Bidang Pendidikan pada tahun 2015 dan Sekretaris Bidang Kaderisasi pada tahun
2016. Pengalaman mengajar penulis saat melaksanakan Praktik Pengalaman
Lapangan di SMA N 2 Negeri Besar, Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way
Kanan pada tahun ajaran 2017-2018, mengajar di SMA N 5 dan SMA N 16
Bandar Lampung pada tahun 2015..
MOTO
“Pelajari olehmu ilmu sebab menuntutnya merupakan ibadah, mengulangnya merupakan tasbih, membahasnya merupakan jihad, mengerjakannya
merupakan sedekah, dan menyerahkannya kepada ahli merupakan pendekatan diri kita kepada Allah S.W.T
(H.R. Ibnu „Abdil-Barr)
“Where There is Love There is Life” ~Mahatma Gandhi~
“Kemenangan terindah dan tersulit yang bisa diraih manusia adalah menaklukan dirinya sendiri”
(R.A. Kartini)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya kecil ini
untuk orang-orang yang saya sayangi sebagai berikut.
1. Ibu Siti Jamiatun dan Bapak Mukodim, orang yang tidak kenal lelah
merawat, mengasuh, membesarkan, membimbing dan mendidik, serta
yang selalu memanjatkan doa disetiap sujudnya untuk putra-putrinya.
2. Kedua adik-adikku Eko Afriyanto dan Fat Qurrahman yang selalu
mendukung dan menyemangati disetiap langkah perjuanganku.
3. Pamanku, Pak Juned sekeluarga yang selalu memberikan dukungan moril
dan finansial agar aku terus semangat melanjutkan pendidikan hingga saat
ini.
4. Keluarga besarku di Jawa Tengah yang senantiasa mendukungku dan
menjadi penyemangatku.
5. Madame Nani, Madame Diana, Madame Endang, dan Madame Setia,
dosen terbaik yang tak kenal lelah mendidik di Program Studi Pendidikan
Bahasa Prancis.
SANWACANA
Assalammualaikum Wr. Wb
Bonjour à Tous....
Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “Unsur
Intrinsik dalam Kumpulan Dongeng Karya Bertrand Solet dan Michel Cosem dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA” sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini banyak menerima bimbingan, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni.
2. Diana Rosita, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Prancis sekaligus dosen pembahas yang telah memberikan kritik, saran, dan
nasihat berharga kepada penulis.
3. Dr. Sumarti, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang atas kesediannya
memberikan bimbingan, motivasi, saran, dan nasihat yang amat sangat
berharga selama penyusunan skripsi hingga selesai.
4. NaniKusrini,S.S, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, saran, dan nasihat yang amat sangat berharga selama
penyusunan skripsi hingga selesai.
5. Madame Endang, Madame Setia, Madame Dian, Madame Yuli, selaku dosen
Pendidikan Bahasa Prancis yang telah memberikan banyak ilmu, dan
motivasi kepada penulis.
6. Ibu dan Bapakku tercinta, Ibu Siti Jamiatun dan Bapak Mukodim. Terima
kasih telah memberikan kasih sayang, doa, dan perjuangan yang tak kenal
lelah kepada putri kecilmu.
7. Kedua adikku tersayang, Eko Apriyanto dan Fat Qurrahman. Terima kasih
sudah memberikan banyak doa, motivasi, dan dukungan untuk kakak
perempuanmu.
8. Keluarga besarku di Jawa Tengah (Mbah Bukhori, Mbah Sidah, Mbah Pur,
Pak Juned, Mak Lina, Wo Yah, Wo Leh, Mbak Jannah, Mas Fiin, Mbak
Tipah, Kang Kholek, Aziz, Azizah, Opal, Rani, Bilqis, Halim).
9. Sahabatku geng Pance (Wulan, Riski, Deni, Dadang, Kukuh, Lau, Cimol).
Terima kasih sudah memberikan banyak kebahagiaan dan selalu ada dalam
segala suasana. Semoga persahabatan kita sampai di surga Allah.
10. Sahabat dalam sesusahanku Rizka Luvitha Yanti, semoga Allah selalu
menjagamu dan melancarkan segala urusanmu.
11. My MoodBosterNi Made Chichi Anina dan Ika Putri Sellyna, tetaplah
menjadi sahabat dan saudaraku yang apa adanya. Semoga Allah melancarkan
semua urusan kalian.
12. Teman satu bimbingan (Tri, mbak Fina, Vio, Suzan, Maria, Hanna dan
Devin) terimakasih telah menjadi bagian dari perjuangan dalam bimbingan.
13. Teman perjuangan KKN Kampung Negeri Besar, Ni Made, Day, Putu, Ulvi,
Qudwah, Fitri, Angel, Bagas, dan Bang Ton. Terima kasih sudah memberikan
cerita baru dalam kehidupanku.
14. Seluruh teman-teman Pendidikan Bahasa Prancis 2014, Destri, Lentina,
Kartika, Heni, Lela, Vio, Erma, Azizah, Iswatun, Elsa, Fina, Utari, Siti, Tri,
Dahasrul, Windu, Limbong, Devin, Roma, Merry, Riska, dan Maria. Terima
kasih sudah saling mendo’akan, mendukung, dan melengkapi selama
perjalanan kuliahku.
15. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan, penyusunan, dan penyelesaian
skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang lebih atas bantuan dan
dukungan yang sudah diberikan, dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat untuk
kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa Prancis. Aamiin Ya Allah
Merci Beaucoup, Wassalamu’alaikum, Wr.Wb
Bandarlampung, Februari 2019
Penulis,
Sri Wahyuni
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... vi
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... viii
MOTO .................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN .................................................................................. xi
SANWACANA ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................ 8
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 10
A. Pengertian Sastra .................................................................. 10
B. Jenis Karya Sastra ................................................................ 12
C. Hakikat Prosa ....................................................................... 15
D. Pengertian Dongeng ............................................................. 15
E. Unsur Intrinsik...................................................................... 18
1. Tema .............................................................................. 19
2. Latar .............................................................................. 22
3. Alur ............................................................................... 23
4. Penokohan ..................................................................... 25
5. Amanat .......................................................................... 27
F. Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA ................................ 28
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 32
A. Metode Penelitian .............................................................. 32
B. Data dan Sumber Data ....................................................... 33
C. Teknik Analisis Data ......................................................... 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 37
A. Hasil Penelitian .................................................................. 37
B. Pembahasan ....................................................................... 40
1. Tema ........................................................................... 40
a) Jeannot et Jeannette.............................................. 40
b) Le Loup, la chèvre et ses chevreux ...................... 42
c) La Pardonne.......................................................... . 44
d) L’oiseau de vérité.................................................. . 50
e) L’homme de toutes les couleurs............................ . 53
2. Alur ............................................................................. 55
a. Eskposisi .............................................................. 55
1) Jeannot et Jeannette ................................. 55
2) Le Loup, la chèvre et ses chevreux .......... 56
3) La Pardonne ............................................. 58
4) L’oiseau de vérité .................................... 59
5) L’homme de toutes les couleurs .............. 60
b. Komplikasi ........................................................... 61
1) Jeannot et Jeannette ................................. 61
2) Le Loup, la chèvre et ses chevreux .......... 62
3) La Pardonne ............................................. 65
4) L’oiseau de vérité .................................... 67
5) L’homme de toutes les couleurs .............. 70
c. Resolusi ............................................................... 72
1) Jeannot et Jeannette ................................. 73
2) Le Loup, la chèvre et ses chevreux .......... 74
3) La Pardonne ............................................. 76
4) L’oiseau de vérité .................................... 77
5) L’homme de toutes les couleurs .............. 79
3. Penokohan ................................................................... 81
a. Jeannot et Jeannette ............................................. 82
b. Le Loup, la chèvre et ses chevreux ...................... 87
c. La Pardonne ......................................................... 93
d. L’oiseau de vérité ................................................ 98
e. L’homme de toutes les couleurs .......................... 104
4. Latar ............................................................................ 111
a. Latar Tempat ........................................................ 112
1) Jeannot et Jeannette ................................. 112
2) Le Loup, la chèvre et ses chevreux .......... 113
3) La Pardonne ............................................. 113
4) L’oiseau de vérité .................................... 114
5) L’homme de toutes les couleurs .............. 115
b. Latar Waktu ......................................................... 116
1) Jeannot et Jeannette ................................. 116
2) Le Loup, la chèvre et ses chevreux .......... 117
3) La Pardonne ............................................. 117
4) L’oiseau de vérité .................................... 118
5) L’homme de toutes les couleurs .............. 119
c. Latar Suasana....................................................... 120
1) Jeannot et Jeannette ................................. 120
2) Le Loup, la chèvre et ses chevreux ......... 122
3) La Pardonne ............................................. 123
4) L’oiseau de vérité .................................... 124
5) L’homme de toutes les couleurs .............. 127
5. Amanat ....................................................................... 129
a) Jeannet et Jeannotte ............................................ 129
b) Le Loup, la chèvre et ses chevreux ...................... 130
c) La Pardonne ......................................................... 131
d) L’oiseau de vérité ................................................ 132
e) L’homme de toutes les couleurs .......................... 135
C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa
Prancis di SMA .................................................................. 138
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 142
A. Simpulan............................................................................... 142
B. Saran ..................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 145
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pedoman Unsur Intrinsik ........................................................ 33
Tabel 1.2 Unsur Intrinsik ........................................................................ 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Korpus Unsur Intrinsik
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3. Pemendikbud No. 22 Tahun 2016
Lampiran 4. Kumpulan Dongeng Karya Bertrand Solet dan Michel Cosem
Lampiran 5. Resume
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk menuangkan
gagasan terhadap karya seni. Sastra juga merupakan sebuah ciptaan,
sebuah kreasi, sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan
proses penciptaan di dalam alam semesta alam bahkan menyem-
purnakannya (Luxemburg, 1986: 5). Sastra juga merupakan ungkapan
pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, ide, semangat keyakinan
yang menggunakan bahasa sebagai perantara. Di dalam penciptaannya
karya sastra apa saja yang pernah terjadi baik pada diri sendiri maupun
yang dilihatnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Sastra meletakkan fakta
dalam suatu jaringan lain, yaitu fiksi. Oleh karena itu segala yang
diceritakan dalam karangan sastra tidak dapat kita artikan sebagaimana
kita mengartikan karangan ilmiah umumnya.
Karya sastra dapat dibedakan menjadi dua macam, imajinatif dan non
imajinatif. Sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya berbentuk essai,
kritik, biografi, autobiografi, dan sejarah. Sastra imajinatif merupakan
karya prosa fiksi (cerpen, novelet, dan novel), puisi (puisi epic, puisi lirik,
dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi,
2
melodrama). Hal tersebut juga dipertegas dalam Zainuddin (1992: 102)
yang menyatakan bahwa karya sastra dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu
karya sastra bentuk prosa, karya sastra bentuk puisi, dan karya sastra
bentuk drama. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti satu jenis
karya sastra saja, yaitu dongeng yang masuk dalam kategori karya sastra
prosa. Dongeng dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar
terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:
198) dan merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif, estetis, di
samping menyenangkan juga bermanfaat bagi kehidupan.
Unsur intrinsik adalah salah satu unsur yang membangun karya sastra.
Pradopo (2003: 4) mengatakan unsur intrinsik sebuah karya sastra
memiliki ciri yang konkret, ciri-ciri tersebut meliputi jenis sastra (genre),
pikiran, perasaan, gaya bahasa, gaya penceritaan, dan struktur karya sastra.
Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan, alur, amanat, latar, sudut
pandang, dan gaya bahasa sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur dari
luar yang ikut mempengaruhi terbentuknya suatu karya sastra (Suroto,
1993: 87).
Seperti halnya dengan karya sastra lain, banyak karya sastra Prancis yang
memiliki unsur pembangun intrinsik lengkap di dalamnya misalnya Le
Petit Prince, sebuah novel karya Antoine de Saint-Exupéry. Dalam novel
ini, Saint-Exupéry menceritakan tentang pertemuan tokoh utamanya, yaitu
seorang pilot, dengan seorang pangeran kecil dari luar angkasa, di tengah-
3
tengah gurun sahara. Dalam percakapan mereka, sang penulis
mengemukakan pandangannya tentang kesalah pahaman yang sering
dilakukan oleh manusia dan kebenaran sederhana yang sering dilupakan
oleh mereka seiring mereka bertambah dewasa. Le Blanche-Neige karya
Jacob et Wilhelm Grimm juga memuat lengkap unsur intrinsik dengan
tambahan interpretasi feminisme dan moral. Dongeng ini telah banyak di
adaptasi dalam bentuk, Cinéma et dessin animé (film), Théâtre (teater),
Bande dessinée (komik) dan masih banyak lagi. Unsur intrinsik juga bisa
disampaikan secara eksplisit misalnya terdapat pada dongeng Le
Villageois qui a perdu son veau karya Jean de la Fontaine, dalam dongeng
tersebut Fontaine hanya menyebutkan tokoh dan latar tempat secara jelas.
Sedangkan, unsur intrinsik lainnya disampaikan secara implisit.
Meski demikian, pembelajaran unsur intrinsik sastra Prancis terutama pada
teks prosa fabel, dongeng ataupun cerita rakyat hingga saat ini dirasa
masih kurang diterapkan di SMA. Siswa hanya mengetahui secara sekilas
mengenai dongeng bahasa Prancis dan bahkan hanya sedikit yang
menyelipkan tentang unsur intrinsik dalam proses pembelajaran. Pada
dasarnya materi pelajaran bahasa Prancis merupakan mata pelajaran
peminatan, namun akan lebih baik jika siswa diberi pengetahuan lebih
terutama mengenai karya sastra Prancis khususnya mengenai dongeng.
Hal tersebut juga bisa menambah minat siswa untuk mempelajari bahasa
Prancis lebih mendalam.
4
Sementara itu pembelajaran dan pengenalan teks sastra Prancis di SMA
yang termuat dalam kurikulum 2013 revisi 2016 meliputi teks sastra
berbentuk sastra (puisi, lirik lagu, fabel/cerita rakyat, dll).
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar pada silabus bahasa Prancis
sebagai berikut, kompetensi inti : Peserta didik memiliki kemampuan
menyatakan harapan; memberi saran, menyatakan tujuan, memberi
perintah, melarang, menceritakan kejadian pada waktu yang akan datang,
membuat teks naratif, dan mengapresiasi cerita fabel (fable) Prancis.
Kompetensi Dasar: 3.8 Mencirikan cerita fabel Prancis yang sederhana
dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
yang benar dan sesuai konteks. Kompetensi Dasar 4.8 Menggambarkan isi
cerita fabel (fable) Prancis.
Dengan demikian pembelajaran sastra Prancis di SMA akan melibatkan
kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa sendiri dibagi menjadi
empat bagian penting, yaitu: berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.
Kompetensi dasar pembangun bahasa tersebut saling berhubungan dan
saling berkaitan. Sebagai seorang guru bahasa harus memahami benar-
benar bahwa tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil
berbahasa, terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca dan
terampil menulis (Tarigan 1987: 2). Salah satu kompetensi yang mendasar
yaitu kompetensi membaca. Membaca dalam pembelajaran bahasa
menjadi suatu kompetensi yang penting dikarenakan membaca dapat
5
membuat seseorang mampu menilai dan mengapresiasi. Akibatnya,
kompetensi lainnya akan mengikuti. Oleh sebab itu, pemilihan sumber
belajar yang tepat akan menimbulkan dampak yang baik bagi peningkatan
kemampuan membaca karya sastra pada siswa SMA khususnya.
Ada banyak dongeng dan cerita berbahasa asing, seperti dongeng-dongeng
berbahasa Prancis karya Bertrand Solet dan Michael Cosem. Kedua
pengarang tersebut merupakan pengarang dongeng anak Prancis dimana
dongeng yang mereka tulis banyak diambil dari cerita rakyat masyarakat
di Prancis. Contoh dongeng karya keduanya yang mengadaptasi dari cerita
rakyat misalnya karya Michel Cosem ‘‟Legende de Pyrène‟‟. Dongeng ini
berkembang di masyarakat sekitar wilayah pegunungan Pyrène yang
berada di selatan Prancis dan menceritakan tentang asal mula penamaan
wilayah tersebut. Lalu dua dongeng karya Michel yang berjudul L‟oiseau
de vérité dan L‟homme de toutes Les Couleurs, yang merupakan dongeng
yang berkembang di wilayah Auvergne yang merupakan sebuah region di
Prancis dimana disana terdapat sebuah pabrik ban terbesar dunia.
Kemudian karya Bertrand yang berjudul “La Pardonne‟‟ yang merupakan
adaptasi dari kisah seorang biarawati di wilayah Naucelles. Dongeng Le
Loup, la Chèvre et ses Chevreaux yang merupakan fabel tentang serigala
dan keluarga domba yang berkembang di hutan La Vayssière, Cantal.
Masih di daerah yang sama yaitu di Cantal. Bertrand juga mengangkat
6
sebuah dongeng yang berjudul “Jeannot et Jeannette‟‟ yang menceritakan
tentang kisah pilu dua kakak beradik.
Mengangkat sebuah cerita yang merupakan sebuah cerita rakyat suatu
masyarakat akan lebih memberikan dampak terutama bagi siswa. Dongeng
yang merupakan suatu cerita rakyat bisa menambah wawasan dalam hal
pengetahuan bagi siswa. Secara tidak langsung, dengan membaca dongeng
yang merupakan adaptasi cerita rakyat, siswa akan mengenal tentang
daerah tempat cerita tersebut berasal, mempelajari sejarah suatu daerah,
mendapatkan suatu pesan moral yang berasal dari kejadian nyata, dan
masih banyak lagi. Seperti halnya dengan menggunakan dongeng yang
merupakan sebuah cerita yang berkembang di masyarakat Prancis akan
membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajari dongeng itu sendiri.
Pengetahuan siswa tentang wilayah, sejarah, dan bahkan budaya Prancis
akan berkembang karena dongeng yang mereka pelajari secara tidak
langsung memuat tambahan wawasan tersebut.
Oleh sebab itu, dengan latar belakang inilah penulis memilih penelitian
tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam kumpulan dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem. Secara garis besar, penulis memberikan
judul skripsi ini “Unsur intrinsik pada kumpulan dongeng karya Bertrand
Solet dan Michel Cosem serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa
Prancis di SMA’’.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana unsur intrinsik pada kumpulan dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem serta implikasinya terhadap
pembelajaran bahasa Prancis di SMA?
Rumusan masalah tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:
1. Apakah tema yang terdapat pada setiap dongeng karya Bertrand Solet
dan Michel Cosem ?
2. Bagaimanakah alur yang terdapat pada setiap dongeng karya Bertrand
Solet dan Michal Cosem?
3. Bagaimanakah latar yang terdapat pada setiap dongeng karya Bertrand
Solet dan Michel Cosem?
4. Bagaimanakah penokohan yang terdapat pada setiap dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem?
5. Apakah amanat yang ingin disampaikan pengarang pada setiap
dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem?
6. Bagaimanakah implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Prancis di
SMA?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur intrinsik pada dongeng karya Bertrand Solet dan
Michel Cosem dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa Prancis di
SMA. Tujuan penelitian ini juga dapat diuraikan sebagai berikut :
8
1. Mengetahui tema yang terdapat pada setiap dongeng karya Bertrand
Solet dan Michel Cosem.
2. Mengetahui alur yang terdapat pada setiap dongeng karya Bertrand
Solet dan Michel Cosem .
3. Mengetahui latar yang terdapat pada setiap dongeng karya Bertrand
Solet dan Michel Cosem .
4. Mengetahui penokohan yang terdapat pada setiap dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem.
5. Mengetahui amanat yang ingin disampaikan pengarang pada setiap
dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem .
6. Mengetahui implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Prancis di
SMA?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu (a) memberikan
sumbangan pengetahuan khususnya mengenai unsur intrinsik dalam
sebuah karya sastra. (b) menambah referensi penelitian untuk
mahasiswa pendidikan bahasa Prancis FKIP, khususnya tentang analisis
unsur intrinsik dalam karya sastra sehingga dapat bermanfaat
memberikan sumbangsih pemikiran bagi peniliti selanjutnya. (c)
meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap karya sastra
khususnya mengenai unsur intrinsik pada dongeng.
9
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan bermanfaat (a) bagi mahasiswa, penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan, gambaran, dan pengetahuan
yang berguna sebagai referensi mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis
kedepannya dalam menganalisis suatu karya sastra. (b) bagi peneliti
lain khususnya dari bidang bahasa Prancis, penelitian ini diharapkan
bisa mendorong untuk mengadakan penelitian ditinjau dari sudut
pandang lain pada kumpulan dongeng karya Bertrand Solet dan
Michael Cosem. (c) bagi pendidik bahasa Prancis, penelitian ini
diharapkan bisa menambah wawasan dan bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran sastra khususnya di SMA.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Dongeng yang dianalisis berasal dari kumpulan dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem.
2. Unsur intrinsik dongeng meliputi (tema, alur, penokohan, dan amanat)
3. Implikasi unsur intrinsik dalam dongeng karya Bertrand Solet dan
Michel Cosem terhadap pembelajaran bahasa Prancis di SMA.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sastra
Sastra secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa) seperti
literature (bahasa Inggris), littérature (bahasa Prancis), literature (bahasa
Jerman), dan literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari kata
litteratura (bahasa Latin) yang sebenarnya tercipta dari terjemahan kata
grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan grammatika masing-masing
berdasarkan kata “littera” dan “gramma” yang berarti huruf (tulisan atau
letter). Dalam bahasa Prancis, dikenal adanya istilah belles-lettres untuk
menyebut sastra yang bernilai estetik. Istilah belles-lettres tersebut juga
digunakan dalam bahasa Inggris sebagai kata serapan, sedangkan dalam
bahasa Belanda terdapat istilah bellettrie untuk merujuk makna belles-
lettres. Dijelaskan juga, sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sanksekerta yang merupakan gabungan dari kata sas, berarti
mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk. Kata sastra tersebut
mendapat akhiran tra yang biasanya digunakan untuk menunjukkan alat
atau sarana. Sehingga, sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk
atau pengajaran. Sebuah kata lain yang juga diambil dari bahasa
11
Sanksekerta adalah kata pustaka yang secara luas berarti buku (Teeuw,
1984: 22-23).
Sastra merupakan media komunikasi yang melibatkan tiga komponen,
yakni pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu
sendiri, dan penerima pesan yakni pembaca karya sastra maupun pembaca
yang tersirat dalam teks atau yang dibayangkan oleh pengarangnya
(Budianta, 2003: 20). Sedangkan sastra menurut Wellek dan Werren
(dalam Wiyatmi, 2009: 14) adalah segala sesuatu yang tertulis atau
tercetak, sastra juga dibatasai hanya pada “mahakarya’’ (great books),
yaitu buku-buku yang menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya, lalu
sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya
imajinatif.
Berdasarkan teori objektif, sastra didefinisikan sebagai karya seni yang
otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca.
Berdasarkan teori mimetik, karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau
kehidupan. Berdasarkan teori ekspresif karya sastra dipandang sebagai
ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau produksi imajinasi
sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Sementara itu berdasarkan teori pragmatik, karya
sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu,
misalnya nilai-nilai atau ajaran kepada pembaca Abrams (dalam Wiyatmi,
2003: 18). Satra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,
12
tentang manusia, kemanusiaan, dan semesta Semi (dalam Siswanto, 2013:
59). Oleh sebab itu, sastra diciptakan karena pada dasarnya sastra
dibutuhkan oleh manusia (Budianta, 2003: 19).
B. Jenis Karya Sastra
Karya sastra dapat dibedakan menjadi 2 macam, imajinatif dan non
imajinatif. Sastra non imajinatif terdiri atas karya-karya berbentuk essai,
kritik, biografi, autobiografi, dan sejarah. Sastra imajinatif merupakan
karya prosa fiksi (cerpen, novelet, dan novel), puisi (puisi epic, puisi lirik,
dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama
dan drama). Hal tersebut juga dipertegas dalam (Zainuddin, 1992: 102)
yang menyatakan bahwa karya sastra dibagi kedalam tiga bentuk, yaitu
karya sastra bentuk prosa, karya sastra bentuk puisi, dan karya sastra
bentuk drama. Wiyanto (2005: 3) juga menyatakan hal sama dengan
membagi karya sastra menjadi tiga yaitu puisi, prosa dan drama.
1. Puisi
Sebuah karya sastra yang memiliki aturan jumlah kata, bait, larik,
rima, dan irama. Dengan kata lain, puisi itu bentuknya terikat oleh
berbagai ketentuan (Wiyanto, 2005: 3). Sedangkan Edgar Allan Poe
(dalam Tarigan, 1985: 4) puisi merupakan “the rhythmical creation of
beauty‟‟ (puisi adalah kreasi keindahan yang berirama).
13
2. Prosa
Prosa (cerpen, novel, dan roman) bebas lepas dari berbagai ketentuan.
Kata-kata yang digunakan mengalir tak terbatas. Alur cerita dapat
diikuti melalui jalinan cerita dan percakapan (Wiyanto, 2005: 5).
Aminuddin (2014: 66) juga mengungkapkan bahwa prosa adalah
kisahan-kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar serta tahap dan rangkaian cerita tententu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin
suatu cerita.
3. Drama
Drama adalah salah satu cabang seni sastra yang dapat berbentuk
prosa atau puisi. Selain itu drama lebih mementingkan dialog, gerak
dan perbuatan dan membutuhkan ruang, waktu dan audiens. Drama
juga merupakan hidup yang disajikan dalam gerak dan memiliki
sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati (Tarigan, 1985:
72).
C. Hakikat Prosa
Menurut Surana dalam (dalam Winarni, 2014 : 15) prosa adalah suatu
bentuk karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas
kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya, biasanya ditulis
satu kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-kelompok merupakan
alinea-alinea. Aminuddin (2014: 66) juga mengungkapkan bahwa prosa
14
adalah kisahan-kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar serta tahap dan rangkaian cerita tententu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu
cerita.
Prosa juga bersifat bebas, yaitu tidak terikat irama, rima dan jumlah larik.
Tetapi prosa lama bersandar pada irama dan gaya bahasa masyarakat lama
atau bahasa klise misalnya syahdan, arkian, alkisah dll. Bentuk bebas
tetapi masih bersandar pada irama maka karya sastra itu disebut prosa liris.
cerpen, dongeng, novel, dan hikayat merupakan cerita karya sastra yang
pengungkapannya secara mendalam, mendetail, terperinci, dan meluas.
Tokoh-tokoh cerita, peristiwa atau kejadian diungkapkan dengan
penguraian. Pengungkapan semua peristiwa dan pengungkapannya sangat
jelas disebut prosa (Zainuddin, 1992: 99-100). Menurut Zainuddin (1992:
99-100) bentuk karya sastra prosa dibagi menjadi tiga yaitu prosa lama,
prosa liris, dan prosa baru.
1. Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh
dari sastra atau kebudayaan barat. Prosa lama mempunyai bentuk-
bentuk sebagai berikut, hikayat, dan cerita berbingkai.
15
2. Prosa Liris
Prosa liris merupakan karya sastra seperti prosa yang iramanya tertentu.
Setiap kalimat mempunyai jumlah suku kata yang hampir sama. Oleh
karena itu, prosa liris disebut juga bahasa berirama. Oleh masyarakat
terdahulu disebut pelipur lara karena fungsinya menghibur hati yang
sedih. Contoh prosa liris yaitu cerita Sabai Nan Aluih.
3. Prosa Baru
Prosa baru adalah bentuk karya sastra yang telah mendapat pengaruh
dari karya sastra barat.
D. Pengertian Dongeng
Dongeng adalah salah satu bentuk prosa lama yang biasanya menceritakan
tentang hal-hal yang fantastis . Bila difikirkan lebih jauh, prosa lama itu
menceritakan kehidupan masyarakat lama. Dongeng juga merupakan
cerita khayal yang tidak masuk akal. Cerita dalam dongeng tidak pernah
terjadi dan tidak mungkin terjadi (Wiyanto, 2005: 58). Dongeng juga bisa
berupa cerita lama yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama.
Dongeng merupakan certa rekaan yang penuh dengan fantasi, sukar
diterima dengan logika pikiran kita sekarang (Hendy, 1991: 94).
Dongeng merupakan cerita tradisional yang terdapat di masyarakat sejak
zaman dahulu, berasal dari generasi terdahulu. Peristiwa yang diceritakan
menggambaran peristiwa dahulu kala, bukan peristiwa zaman sekarang
16
(Rusyana dkk, 2000: 98). Senada dengan Rusyana, (Danandjaya, 1986:
83) dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Dongeng
adalah sebuah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang
melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran atau moral, atau bahkan
sindirian. Dari pendapat-pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan
dongeng adalah suatu cerita yang bukan cerita fakta melainkan hanya
khayalan tapi tetap memuat nilai-nilai pembelajaran di dalamnya.
1. Klasifikasi Dongeng
Pengklasifikasian dongeng dapat di lakukan berdasarkan
pelakunya. Anti Aarne dan Stich Thompson dalam (Danandjaya,
1984: 86) telah membagi dongeng dalam 4 golongan besar yakni:
a. Dongeng binatang (animal tales ).
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang
peliharaan atau binatang liar. Binatang-binatang dalam cerita
ini dapat berbicara atau berakal budi seperti manusia. Di
negara-negara Eropa binatang yang sering muncul menjadi
tokoh adalah rubah, di Amerika Serikat binatang itu adalah
kelinci, di Indonesia binatang itu kancil dan di Filipina
binatang itu kera. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat
cerdik, licik dan jenaka. Contoh dalam dongeng sastra Prancis
adalah le loup et le chien, le lion et le rat.
17
b. Dongeng biasa (ordinary folktales).
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia
atau biasanya adalah kisah suka duka seseorang, misalnya
dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang
Kuriang serta Bawang Putih dan Bawang Merah.
c. Dongeng lelucon atau anekdot (jokes and anecdotes).
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan
tawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya.
Meski demikian, bagi masyarakat atau orang menjadi sasaran,
dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati.
d. Dongeng berumus (formula tales).
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri atas
pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng
bertimbun banyak (cumulative tales), dongeng untuk
mempermainkan orang (catch tales), dan dongeng yang tidak
mempunyai akhir (endless tales).
Sebagai sebuah karya sastra, dongeng berfungsi untuk menghibur.
Pengarang dongeng berfungsi menghibur pembaca. Dalam
masyarakat dulu dan bahkan sampai sekarang, masih banyak orang
tua yang mendongeng untuk anak-anaknya. Selain menghibur,
dongeng juga memberi nilai pendidikan, terutama pendidikan
moral (Wiyanto, 2005:61).
18
E. Unsur Intrinsik dalam Karya Sastra Dongeng
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti
“mengindahkan’’ atau “menghargai’’ (Aminuddin, 2013: 34). Dalam
konteks yang lebih luas menurut Gove dalam (Aminuddin, 2013: 34)
istilah apresiasi mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau
kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai
keindahan yang diungkapkan pengarang. Dapat disimpulkan bahwa,
mengapresiasi suatu karya sastra pada hakikatnya adalah menghargai,
memahami, dan menghayati suatu karya sastra. Untuk dapat membuat
demikian, kita harus mengetahui unsur apa saja yang terkandung dalam
suatu karya sastra.
Ada dua unsur pokok yang membantu sebuah karya sastra, yaitu unsur
intrinsik atau unsur dari dalam dan unsur ekstrinsik atau unsur luar. Unsur
intrinsik adalah unsur yang ada dalam sastra yang ikut mempengaruhi
terciptanya karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar
yang ikut mempengaruhi terbentuknya suatu karya sastra (Suroto, 1993:
87). Esten (1993: 20) menyatakan hal yang sama, bahwa ada dua sudut
tinjauan dalam mempelajari dan meneliti sebuah hasil sastra. Kedua
tinjauan tersebut adalah tinjauan intrinsik dan ekstrinsik. Tinjauan intrinsik
ialah segi yang membangun cipta sastra itu dari dalam. Misalnya hal-hal
yang berhubungan dengan struktur. Seperti alur (plot), latar, pusat
pengisahan dan penokohan, kemudian hal-hal yang berhubungan dengan
tema dan amanat juga termasuk ke dalamnya hal-hal yang berhubungan
19
dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan tinjauan ekstrinsik ialah segi yang
mempegaruhi cipta rasa itu dari luar atau latar belakang dari penciptaan
cipta rasa itu sendiri.
Aminuddin (dalam Winarni, 2014: 47) dan (Suroto 1993: 88)
mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema,
latar, alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Unsur
Intrinsik sebagai berikut :
1. Tema
Tema adalah pokok persoalan yang menjadi bahan pemikiran
pengarang yang kemudian hendak disampaikan kepada penikmat
(pembaca atau penonton) (Suroto, 1993: 88). Tema juga merupakan
masalah yang menjadi pokok pembicaraan atau yang menjadi inti
topik dalam suatu pembahasan. Esten (1993: 22) juga mengatakan
hal yang sama bahwa tema merupakan persoalan yang diungkapkan
dalam sebuah cipta rasa. Ia masih bersifat netral dan belum
memiliki tendensi (kecenderungan memihak). Karena ia masih
merupakan persoalan. Jadi tidak mungkin kita menolak atau
mengharamkan sebuah cipta rasa hanya karena temanya.
Sedangkan menurut Siswanto (2013: 146), tema merupakan ide
yang mendasari suatu cerita dan berperan sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya.
20
Pendapat tersebut juga sejalan dengan pendapat Hendy (1991: 31)
tema adalah pokok pegisahan dalam sebuah cerita.
Shipley (dalam Nurgiyantoro, 2013: 130-132) mengemukakan
bahwa tema dalam karya sastra umumnya di bagi dalam lima
tingkatan.
a. Tema tingkat fisik (jasmaniah)
Tema pada tingkat ini cenderung berkaitan dengan keadaan
jasmani seseorang. Tema pada tingkatan ini banyaknya di lihat
dari aktifitas fisik daripada kejiwaan.
b. Tema tingkat organik
Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyangkut
masalah seksualitas. Suatu aktifitas yang hanya bisa dilakukan
oleh makhluk hidup. Diterjemahkan sebagai tema tentang moral
karena kelompok ini mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan moral, yang wujudnya hubungannya antara pria dan
wanita. Berbagai persoalan seksual mendapatkan penekanan
dalam tema ini, termasuk di dalamnya perilaku menyimpang
seksual.
c. Tema tingkat sosial
Kehidupan bermasyarakat yang merupakan tempat manusia
berkiprah, beraksi-interaksi dengan sesama dan dengan
21
lingkungan alam mengandung dan memunculkan banyak
masalah, persahabatan, konflik, dan lain-lain. Berupa masalah
ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih
antar sesama, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan
berbagai masalah lain.
d. Tema tingkat egois
Manusia sebagai individu, man as individualism. Disamping
sebagai makhluk sosial manusia juga digambarkan sebagai
manusia yang individual yang senantiasa menuntut pengakuan
atas hak individualnya. Masalah individual tersebut diantaranya
egois, harkat, martabat, dan sikap dan sifat manusia lainnya.
e. Tema tingkat divine.
Masalah yang menonjol pada tingkat ini adalah masalah
hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Pada sebuah
karya sastra mungkin banyak mengemukakan persoalan, tapi
tentulah tidak semuanya persoalan itu dianggap tema. Semi
(1993: 43) mengemukakan bahwa sebuah tema dapat ditentukan
dengan menemukan kejelasan tentang tokoh dan perwatakannya,
situasi dan alur cerita. Mencari tahu apakah motivasi tokoh, apa
problem, dan apa keputusannya. Sedangkan Esten (1984: 92)
memeliki pendapat sendiri, bahwa ada tiga indikator untuk
menentukan tema. Indikator-indikator itu adalah sebagai berikut.
a. Melihat persoalan yang paling menonjol.
22
b. Secara kuantitatif, persoalan mana yang paling banyak
menimbulkan konflik. konflik yang melahirkan peristiwa-
peristiwa.
c. Menentukan (menghitung) waktu penceritaan, yaitu yang
diperlukan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa tokoh-
tokoh di dalam sebuah satra.
Berdasarkan pendapat-pendapat tentang cara menentukan tema,
peneliti mengacu pada pendapat Esten dengan melihat persoalan
yang paling menonjol.
2. Latar
Penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana peristiwa.
Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan. Gambaran
situasi yang tepat dan memperjelas situasi misalnya kursi yang
berserakan, Latar juga dijelaskan oleh (Wiyanto, 2005: 81-82),
peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokoh cerita terjadi di
tempat tertentu, waktu tertentu, dan dalam suasana tertentu.
Pembagian latar sendiri terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial
budaya. (1) Latar tempat merujuk pada pengertian tempat dimana
cerita yang dikisahkan itu terjadi. (2) Latar waktu merujuk pada
berlangsungnya peristiwa dalam cerita. (3) Latar suasana memiliki
2 bagian yaitu suasana batin dan suasan lahir. Suasana batin yaitu
perasaan bahagia, cemas, sedih dan lain sebagainya. Sementara
yang termasuk suasana lahir adalah seperti, sunyi (tak ada gerak),
sunyi (tak ada suara), dan lain-lain.
23
Pendapat tersebut juga dipetegas oleh Hendy (1991: 33-34) yang
mengatakan bahwa latar adalah segala keterangan mengenai
waktu, ruang dan suasana yang diceritakan dalam sebuah karya
sastra. Latar dalam sebuah karya sastra juga sangat penting karna
memperjelas sebuah pertiwa itu terjadi, memperjelas alur dan
tokoh, dan memperjelas suasana. Namun, tidak semua jenis latar
cerita itu ada dalam sebuah cerita atau karya sastra. Ada yang
menonjol hanya latar waktu dan tempat, ada juga karya sastra yang
menonjolkan latar sosial (Siswanto, 2013: 136).
3. Alur
Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang sambung
menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika dan sebab
akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa akan tetapi,
peristiwa-peristiwa tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling
berkaitan (Wiyanto, 2005: 79). Abrams (dalam Siswanto 2013:
144) mengatakan bahwa alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk
oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita
yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita. Sedangkan,
Sudjiman (dalam Siswanto, 2013: 144) mengartikan alur sebagai
jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek
tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal
(waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur juga
24
merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah
klimaks dan selesaian (Siswanto, 1991: 144).
Menurut pendapat Aminuddin (2013: 83) alur atau plot adalah
rangkaian cerita yang dibentuk dengan tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku
dalam suatu cerita. Pendapat tersebut diperkuat oleh Tarigan (2015:
127) yang mengemukakan bahwa pada prinsipnya, kedudukan plot
atau alur dalam sebuah cerita fiksi adalah unuk membuat fiksi
bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui pertengahan
(middle) menuju akhir (ending), yang didalam dunia sastra lebih
dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
a) Eksposisi
Dalam suatu fiksi, eksposisi mendasari serta mengatur gerak
yang berkaitan dengan masalah-masalah waktu dan tempat.
Dalam eksposisi inilah diperkenalkan para tokoh pelaku
kepada para pembaca, mencerminkan situasi para tokoh,
merencanakan konflik yang akan terjadi, dan sementara itu
memberikan suatu indikasi mengenai resolusi tersebut. Books
dan Warren (dalam Tarigan, 2015: 127) menerangkan bahwa
eksposisi adalah proses penggarapan serta memperkenalkan
informasi penting kepada para pembaca.
25
b) Komplikasi
Bagian tengah atau komplikasi dalam situasi fiksi bertugas
mengembangkan konflik. Tokoh utama menemui gangguan-
gangguan, halangan-halangan yang memisahkan serta
menjauhkan dia dari tujuannya. Singkatnya, Brooks dan
Warren menjelaskan (dalam Tarigan, 2015: 127) bahwa
komplikasi adalah antar lakon antara tokoh dan kejadian yang
membangun atau menumbuhkan suatu ketegangan.
c) Resolusi
Resolusi adalah bagian akhir dari suatu fiksi. Di sinilah sang
pengarang memberikan pemecahan masalah dari semua
peristiwa yang terjadi.
4. Penokohan
Penokohan ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan
(Esten, 1993: 27). Penokohan merupakan pelaku yag dapat
berbentuk manusia atau binatang yang terlibat dalam rangkaian
peristiwa cerita. Pelaku dan sifat-sifatnya merupakan unsur yang
penting karena merupakan ciri utama sebuah cerita dan pengalaman
penulis dikreasikan kepada pembaca terpusat pada pelaku dan
sifatnya. Pengarang mengembangkan karakter dalam cerita melalui
keadaan pelaku, penampilan, prilaku yang ditampilkan (lakuan),
26
dari apa yang diucapkan (dialog), dari apa yang dipikirkan
(monolog). Pelaku dapat dikelompokan atas pelaku utama dan
pelaku tambahan. Pelaku utama adalah pelaku yang paling
menonjol perannya, terlibat secara penuuh dari awal hingga akhir
peristiwa dalam cerita. Sedangkan pelaku tambahan adalah pelaku
yang hanya muncul pada peristiwa tertentu.
Tiga macam pelaku menurut (Winarni, 2014 : 49) adalah:
Ada tiga macam cara untuk menentukan watak tokoh (Suroto,
1993: 93-94) (Esten, 1993: 27).
a. Secara analitik, pengarang menjelaskan secara terinci watak
tokoh. Misalnya si A adalah seseorang yang kikir.
b. Secara dramatik, pengarang tidak secara langsung
menceritakan watak-watak tokoh tersebut, tetapi
menggambarkan watak-watak tokoh tersebut dengan cara
melukiskan tempat tinggal atau lingkungan sang tokoh,
menampilkan dialog antar tokoh, pengarang menceritakan
perbuatan, atau tingkah laku sang tokoh.
c. Gabungan cara analitik dan dramatik, antara penjelasan saling
melengkapi. Antara perbuatan dan bahasa jangan sampai
bertolak belakang.
27
5. Amanat
Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya,
juga berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain,
pengarang selain ingin menghibur pembaca (penikmat) juga ingin
memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai sastra pada
dongeng bagi pembaca. Ajaran yang ingin disampaikan oleh
pengarang itu dinamakan amanat. Jadi amanat adalah unsur
pendidikan, terutama pendidikan moral yang ingin sampaikan oleh
pengarang kepada pembacanya. Pembaca karya sastra baru dapat
menemukan unsur pendidikan nya ketika sudah membaca secara
keseluruhan sebuah karya sastra (Wiyanto, 2005: 64). Amanat juga
bisa berupa pemecahan persoalan biasanya pandangan pengarang
tentang bagaimana sikap kita kalau menghadapi persoalan tersebut
(Suroto, 1993: 89).
Sedangkan menurut Siswanto (2013: 147) amanat merupakan
semua nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari
diri sastrawan dan pembacanya. Amanat juga berupa gagasan yang
mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca atau pendengar. Hal tersebut juga dipertegas
dalam (Hendy, 1991: 66). Sedangkan menurut Esten (1993: 23),
amanat yang baik adalah amanat yang berhasil membuka pikiran
kreatif pembacanya.
28
F. Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai
tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah
penuntut terjadinya atau tindakan terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar
Dimyati dan Mudjiono (2013 : 7). Belajar juga merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar juga bukan hanya sekedar penguasaaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan (Hamalik, 2011: 36).
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi proses yang dilakukan oleh
guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam proses
pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator bagi siswa (Hamalik,
2011: 37). Dalam proses pembelajaran salah satu unsur terpenting adalah
bahan belajar. Dengan bahan belajar, para siswa dapat mempelajari hal hal
yang diperlukan dalam upaya pencapain tujuan belajar.
Pendidikan tentang sastra adalah pendidikan yang membahas hal ihwal
tentang sastra. Pendidikan semacam ini betujuan untuk mengembangkan
kompetensi teori sastra. Aspek yang dikembangkan lebih pada aspek
kognitif peserta didik. Siswa lebih banyak dituntut untuk menghafalkan
pengertian, definisi, atau klasifiksi tentang karya sastra dan sejarah sastra.
Misalnya ketika pembahasaan mengeni prosa yang dibicarakan lebih
29
kepada unsur intrinsik dan esktrinsik karya sastra. Pendidikan sastra
adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi
apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses keatif sastra. Kompetensi
apresiasi yang diasah dalam pendidikan adalah kemampuan menikmati
dan menghargai karya sastra. Dengan pendidikan semacam ini, peserta
didik di ajak langsug utuk membaca memahami, menganalisis, dan
menikmati karya sastra secara langsung. Pendidikan sastra yang
mengapresiasi prosa rekaan akan mengembangkan kompetensi anak untuk
memahami dan menghargai indahnya sebuah karya sastra yang tercermin
pada setiap unsur yang terdapat di dalam prosa tersebut (Siswanto, 2013:
153-156).
Pembelajaran bahasa Prancis di SMA merupakan salah satu mata pelajaran
kelas peminatan. Prosesnya sendiri terdiri atas dua aspek, yaitu
kebahasaan dan kesusastraan. Yang artinya terdapat proses pendidikan
sastra di dalamnya. Dalam pembelajaran, sastra dapat membantu
pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu
membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan rasa yang menunjang pembentukan
watak.
a) Membantu Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa seperti yang kita ketahui yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Mengikut sertakan pengajaran
30
sastra dalam pembelajaran berarti akan membantu siswa untuk
berlatih keterampilan tersebut.
b) Meningkatkan Keterampilan Budaya
Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan
keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan
kerap menyajikan banyak hal apabila dihayati benar-benar akan
semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Suatu
bentuk pengetahuan khusus yang harus dipupuk dalam masyarakat
adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Setiap sistem
pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menambah wawasan
budaya bagi para siswanya Seperti hal nya memuat mengalisis
kumpulan dongeng karya Charles Perrault. Selain mempelajari
bahasanya, siswa tentu akan mempelajari budaya, latar belakang
pengarangnya, sehingga akan menambah wawasan siswa terhadap
situasi dan budaya pada saat karya tersebut dibuat.
c) Mengembangkan Cipta dan Rasa
Dalam pembelajaran sastra, hal yang dapat dikembangkan adalah
kecakapan yang bersifat indra, penalaran, bersifat efektif, bersifat
sosial dan religius.
Pembelajaran sastra secara umum juga dibahas pada kurikulum 2013.
Pembelajaran sastra pada kurikulum 2013 dirancang sebagai pendidikan
melalui sastra. Kurikulum 2013 mengintegrasikan pembelajaran bahasa
dan sastra dengan pembelajaran karakter. Selain itu, kurikulum 2013
31
mengamatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya,
menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
untuk semua pelajaran (Siswanto, 2013: 156-159)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian. Dengan metode dekriptif, seorang peneliti sastra dituntut
mengungkapkan fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi
deskriptif (Siswantoro, 2016: 56-57). Data yang dikumpulkan dalam
penelitian berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua
data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut
(Moleong, 2003 : 11). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
penulis untuk melukiskan penelitian adalah metode dekriptif kualitatif
dalam mendeskripsikan unsur intrinsik pada kumpulan dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem.
33
B. Data dan Sumber Data
Data adalah semua sumber Informasi yang akan diseleksi sebagai bahan
analisis. Sedangkan, sumber data terkait dengan subjek penelitian dari
mana diperoleh. Data yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah unsur
intrinsik pada kumpulan dongeng karya Bertrand Solet dan Michael
Cosem. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan dongeng karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem yang berjumlah lima dongeng. Kelima
dongeng tersebut berjudul :
1. Jeannot et Jeannette
2. Le Loup, la Chèvre et ses Chevreaux
3. La Pardone
4. L‟oiseau de vérité
5. L‟homme de toutes Les Couleurs
Berikut pedoman analisis data penelitian
Tabel 1.1 Pedoman Unsur Intrinsik
No. Indikator Deskriptor
1. Tema Pokok persoalan yang menjadi bahan
pemikiran pengarang yang kemudian
hendak disampaikan kepada penikmat.
Tema kemudian disesuaikan dengan cerita
dan memiliki tingkatannya masing-masing.
Tema jasmaniah, organik, divine, sosial,
34
dan egois.
2. Latar
peristiwa-peristiwa yang alami tokoh-
tokoh cerita terjadi di tempat tertentu,
waktu tertetu, dan dalam suasana tertentu.
Suasana dalam hal ini bisa berbentuk
suasana fisik dan suasana batin.
3. Alur
Alur dibagi menjadi 3
bagian
a. Eksposisi
b. Komplikasi
c. Resolusi
Rangkaian peristiwa yang sambung
menyambung dalam sebuah cerita
berdasarkan logika dan sebab akibat.
Dalam sebuah cerita terdapat berbagai
peristiwa akan tetapi, peristiwa peristiwa
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan
saling berkaitan
Perkenalan para tokoh pelaku dalam cerita.
Konflik tokoh utama maupun para tokoh.
Pemecahan masalah
4. Penokohan
Pelaku yang dapat berbentuk manusia atau
binatang yang terlibat dalam rangkaian
peristiwa cerita. Pelaku dan sifat-sifatnya
35
merupakan unsur yang penting karena
merupakan ciri utama sebuah cerita. Serta
cara menyampaikan watak yang di bagi
atas analitik, dramatik, dan gabungan
keduanya
5. Amanat
Selain berfungsi sebagai hiburan bagi
pembacanya, juga berfungsi sebagai sarana
pendidikan. Dengan kata lain, pengarang
selain ingin menghibur pembbaca
(penikmat) juga ingin mengajari pembaca.
Ajaran yang ingin disampaikan pengarang
itu dinamakan amanat.
(Esten, 1993; Semi, 1993; Suroto, 1993; Hendy, 1991; Aminuddin, 2003;
Wiyanto, 2005; Siswanto, 2003; Winarni, 2014; Tarigan, 2015).
C. Tehnik Analisis Data
Menurut Moleong (2005:103) analisis data adalah proses pengorganisasian
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
yang dibagi atas reduksi data, penyajian data , dan penarikan kesimpulan..
Berdasar pada tahapan tersebut, langkah analisis data dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Membaca setiap dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem
yang menjadi objek penelitian.
36
2. Menandai data yang terdapat pada dongeng karya Bertrand Solet dan
Michel Cosem yang berkaitan dengan menentukan unsur-unsur
intrinsik.
3. Mengklasifikasikan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat
dalam setiap dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem yang
menjadi objek penelitian.
4. Menyajikan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat dalam
setiap dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem yang menjadi
objek penelitian.
5. Menyimpulkan unsur intrinsik yang terdapat dalam setiap karya
Bertrand Solet dan Michel Cosem yang menjadi objek penelitian.
6. Mengaitkan dongeng karya Bertrand Solet dan Michel Cosem yang
menjadi objek penelitian terhadap implikasinya pada pembelajaran
bahasa Prancis di SMA.
142
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisis unsur intrinsik yang terdiri dari tema, alur, penokohan,
latar dan amanat pada kumpulan dongeng karya Bertrand Solet dan Michel
Cosem yang telah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kumpulan dongeng tersebut memiliki tema sosial, divine, jasmani,
dan egois.
2. Alur pada setiap dongeng ialah alur eksposisi yang biasa terdapat di
awal cerita sebagai gambaran tokoh serta keadaan hidup dari tokoh
tersebut, lalu alur komplikasi yang berisi tentang konflik dan masalah-
masalah yang dihadapi tokoh dalam cerita, lalu alur resolusi yang
merupakan cara yang dilakukan para tokoh dalam mengatasi konflik
mereka.
3. Penokohan pada kumpulan dongeng tersebut menggunakan tiga hal
yaitu penjelasan tentang tokoh yang terlibat, watak tokoh tersebut dan
cara pengarang menyampaiakan watak tokoh.
143
4. Latar pada kumpulan dongeng tersebut dibagi atas tiga bagian yaitu
latar tempat dimana pada setiap dongeng tidak hanya menggambarkan
tempat awal mula cerita berasal namun tempat-tempat lain yang
mengindikasikan sebuah peristiwa yang dilewati oleh tokoh. Lalu latar
waktu, penggambaran latar waktu pada kumpulan dongeng tersebut
lebih banyak mengacu pada waktu suatu peristiwa yang dialami tokoh.
Kemudian latar suasana, latar suasana pada dongeng ini banyak
menggambarkan tentang suasana batin para tokoh.
5. Amanat atau pesan pada kumpulan dongeng tersebut disampaikan
secara beragam. Baik secara eksplisit maupun implisit. Amanat yang
disampaikan secara implisit hal tersebut bisa membantu meningkatkan
pemahaman dan daya imajinasi siswa karena mereka akan dituntut
untuk memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada
pembaca.
6. Unsur intrinsik dongeng yang terdiri atas tema, alur, penokohan, latar
dan amanat dapat diimplikasikan dalam proses pembelajaran bahasa
Prancis pada tingkat SMA.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Bagi pendidik yang akan menggunakan dongeng ini sebagai alternatif
sumber belajar bisa meningkatkan kreatifitas agar dongeng ini bisa
lebih dipahami. Kreatifitas tersebut misalnya dengan menurunkan
tingkatan gramatikal dongeng agar bisa lebih dipahami oleh siswa.
144
2. Bagi penelitii selanjutnya jika ingin menggunkan kumpulan dongeng
yang sama disarankan agar memilih fokus penelitian yang berbeda.
Namun, jika ingin menggunakan fokus yang sama bisa menggunakan
dongeng hasil karya Bertrand Solet dan Michel Cosem yang lain.
145
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Budianta, Melani dkk. 2003. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
Danandjaya, James. 1986. Floklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Grafiti Press.
Esten, Mursal. 1993. Kesusastraan: pengantar teori dan sejarah. Bandung:
Angkasa.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumo Aksara.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra. Jakarta: Grasindo.
Luxemburg, Jan Van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia.
Moloeng, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Rahmanto, B. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yokyakarta: Kanisius.
Rusyana, Yus dkk. 2000. Prosa Tradisional: pengertian, klasifikasi, dan teks.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media
Publishing
Siswantoro. 2016. Metode Penelitian Sastra. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Suroto.1993. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: CV
Angkasa
146
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Universitas Lampung. 2017. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Winarni, Retno. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesustraan Sekolah. Jakarta:PT Gramedia.
Wiyatmi, 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yokyakarta: Pustaka Books Publiser.
Zainuddin.1992.Materi Pokok Bahasa dan sastra, jakarta:Rineka Cipta.