peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik …digilib.unila.ac.id/58038/20/tesis tanpa bab...

108
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK Tesis Oleh DEVI ROSFANTINA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019 CERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Upload: others

Post on 27-Jan-2020

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK

Tesis

Oleh

DEVI ROSFANTINA

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

CERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA

PESERTA DIDIK

KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIKCERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK

KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATANTAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh

Devi Rosfantina

Penelitian ini membahas masalah kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek

melalui pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun

Pelajaran 2018/2019 dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas. Prosedur

penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbaikan pada perencanaan, pelaksanaan, penilaian

pembelajaran kemampuan menganalisis unsur intrinsik, serta peningkatan kemampuan

menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pendekatan saintifik pada peserta didik kelas XI

IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan. Nilai perencanaan pembelajaran pada

pratindakan adalah 43,26 , siklus I 70,19, siklus II 85,87, siklus III 92,30. Nilai pelaksanaan

pembelajaran pada pratindakan 59,16, siklus I 71,66, siklus II 83,33, siklus III 95,00. Nilai

rata-rata kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek peserta didik kelas XI IPS 2

pada pratindakan adalah 65,79, siklus I 70,35 siklus II 74,7, siklus III 86,17.

Kata Kunci: pendekatan saintifik, unsur intrinsik cerpen

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF ABILITY TO ANALYZE SHORT STORY INTRINSICELEMENTS THROUGH THE SCIENTIFIC APPROACH AT THE TWELFTH

SOCIAL TWO GRADE STUDENTS OF SMAN 1 KALIANDA LAMPUNG SELATANIN ACADEMIC YEAR 2018/2019

Devi Rosfantina

The research discussed about a problem of student’s ability to analyze short story intrinsicelements through the scientific approach at the twelfth social two grade students of SMAN 1Kalianda Lampung Selatan in academic year 2018/2019. The aim of this research is toincrease the student’s ability in analyzing intrinsic elements of short story.

The research method used Action Class Method. There were three cycles of the procedure inthis study; they are planning, implementation, observation and reflection.

The result showed that there was an improvement in planning, the learning implementation ofability analyzing intrinsic elements and an increase in analyzing ability short story intrinsicelements through the scientific approach at the twelfth social two grade students of SMAN 1Kalianda Lampung Selatan in academic year 2018/2019. The difference of the learningplanning mark in pretest (43, 26), cycle I (70, 19 ), cycle II (85, 87), cycle III (92,30). While,the implementation of learning in pretest (59,16), cycle I ( 71,66), cycle II (83,33) and cycleIII (95,00). So, the average of ability in analyzing short story intrinsic elements at the twelfthsocial two grade students was 65.79%, cycle I (70.35), cycle II (74,7), cycle III (86,17).

Therefore, the result indicates that by using scientific approach can: 1) evaluating learningplanning of ability in analyzing short story intrinsic elements, 2) improving learning processabout analyzing short story intrinsic elements, 3)increasing of ability in analyzing short storyintrinsic elements at the twelfth social two grade students of SMAN 1 Kalianda LampungSelatan in academic year 2018/2019.

Key words: short story intrinsic elements, scientific approach.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIKCERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK

KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATANTAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh

DEVI ROSFANTINA

TesisSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

padaProgram Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kalianda pada tanggal 04 Desember 1979. Penulis merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Hi. Jahri Yahya, S.Pd. dan Hj. Sri Wiyatmi, S.Pd.

Peneliti menikah dengan Edwin, S.E pada tahun 2004. Saat ini, peneliti Alhamdulillah telah

dikaruniai tiga orang putra yang bernama M. Mufrih Munadhil, M. Fikas Anugrah dan M.Itaf

Zahran Tajusa.

Penulis menempuh pendidikan formal pada Taman Kanak-kanak (TK) Darma Wanita

Persatuan Kalianda Lampung Selatan selesai pada tahun 1986. Sekolah Dasar (SD) Negeri 3

Kalianda diselesaikan pada tahun 1992. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1

Kalianda diselesaikan pada tahun 1995. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kalianda

diselesaikan pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia di tahun 1998 dan berhasil menyelesaikan jenjang Strata (S1) serta memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2002. Tahun 2017, penulis melanjutkan jenjang

pendidikan pada Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Lampung. Peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2008 dan

ditugaskan di SMAN 1 Kalianda Lmapung Selatan sebagai guru Bahasa Indonesia sampai

dengan sekarang.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Robbil Alamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT dan dengan penuh rasa

cinta penulis persembahkan tesis ini kepada

1. orang tuaku yang kusayangi Hi. Jahri Yahya, S.Pd. dan Hj. Sri Wiyatmi, S.Pd. yang

selalu mendidik, memberikan cinta dan kasih sayang, serta doa yang tulus. Memberikan

dukungan moril maupun material. Semoga Allah SWT membalas semuanya dengan amal

ibadah dan kebahagian di surga.

2. suamiku, Edwin, S.E. yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada

peneiliti.

3. anak-anakku tersayang M. Mufrih Munadhil, M.Fikas Anugrah, dan M. Itaf Zahran

Tajusa. Terima kasih atas segala doa, keikhlasan dan dukungan kepada mama semoga

mama bisa menjadi inspirator dan motivator kalian.

4. mas Andri Yuniantoro, S.P. dan adikku Agung Tri Ayudi, M.Kom..

5. Almamater Tercinta, Universitas Lampung.

MOTTO

)6مع العسر یسرا () إن 5فإن مع العسر یسرا (

Artinya "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan."

(Qs: Asy Syarh ayat 5 - 6)

ومن جاھد فإنما یجاھد لنفسھ

Artinya, "Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut

untuk kebaikan dirinya sendiri"

(Qs: Al-Ankabut: 6 )

.

SANWACANA

Assalamualaikum W.W.

Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur penulis haturkan Ke hadirat Allah Swt karena atas

karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan dalam Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek melalui Pendekatan

Saintifik pada Peserta Didik Kelas XI.IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun

Pelajaran 2018/2019. Shalawat, salam dan doa semoga selalu tetap tercurah kepada baginda

rosul yang agung Rosulloh Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Tesis

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

Penulisan tesis ini banyak menerima bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis, mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

pihak-pihak tersebut sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Pd., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Prof. Mustofa, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

4. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia serta sekaligus penguji II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan

bimbingan, saran, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi MPBSI, atas kesediaan dan

keihlasannya meluangkan waktu untuk memberikan, bimbingan, saran, arahan dan

motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Dr. Iing Sunarti, M.Pd., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keihlasannya

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, nasihat dan motivasi

yang diberikan kepada penulis.

7. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasan dalam

memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motoivasi kepada penulis.

8. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Penguji I, atas kesediaan dan keikhlasan meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan dan motivasi kepada penulis.

9. Bapak, dan Ibu Dosen, serta Staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

10. Hi.Drs. Sunardi, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Kalianda atas kesedian dan

keihlasannya memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.

11. Ibu Dra. Hernani Jumilah, M.Pd. Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, Ahmad

Syahrin Said, S.Pd. Waka kesiswaan, Drs. Minsih Madi, M.Pd. Waka Humus dan Ibu

Eka Setiawat, M.Pd. Waka Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Kalianda Lampung

Selatan.

12. Bapak/Ibu Guru dan Staf TU SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan.

13. Sahabat-sahabatku, Susmarwati, S.Sos, Yulina, S.Pd., Sri Suryani, M.Pd.Ririn Posmarina,

S.Pd., Eko Nastiti, S.Pd, M.Sain, Nurazimah, S.P, S.Pd., Saman, S.Pd., Mohhammad

Fahrudin, M.Pd, Lailatus Syarifah, S.Pd., dan Heny Wijayanti, M.Pd. yang selalu

memberikan motivasi dan doa yang tulus kepada penulis,

14. Evi Yunita, S.Pd. guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan yang

berkenan meluangkan meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan

tesis ini.

15. Tri Wahyuni, S.Pd. guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan

yang membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

16. Anak-anakku siswa SMAN 1 Kalianda yang ikut serta membantu sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

17. Orangtuaku tercinta Bapak Hi. Jahri Yahya, S.Pd. dan Ibu Hj. Sri Wiyami, S.Pd. yang

tiada henti hentinya memberikan motivasi, dukungan baik moril maupun material .

18. Suamiku Edwin, S.E. yang telah memberikan motivasi dan dukungan yang tulus kepada

penulis.

19. Mas Andri Yuniantoro, S.P, Mba Siti, adikku Agung Triayudi, M. Kom. dan Luci

Setiani

20. Anak-anakku tersayang M. Mufrih Munadhil, M. Fikas Anugrah, dan M. Itaf Zahran

Tajusa yang selalu memberikan doa, senyuman, dukungan dan semangat sehingga

peneliti mampu menyelesaikan tesis ini.

21. Ponakan-ponakan tercinta Nabil Amali, Zaza, Albarokah, dan Fiya yang ikut seta

memberikan doa yang tulus.

22. Sahabatku sahabatku, Mba Septi, Mba Fitri, Mba Nurjayanti , Mba Candra, Linda.

Andika, dan Tika, Mira tempatku meminta bantuan dan dukungan untuk menyelesaikan

tesis ini.

23. Keluarga Besar Magister Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Angkatan 2017 yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Bandar Lampung, Mei 2019

Penulis

DEVI ROSFANTINANPM 1723041020

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL DALAM................................................................................ ii

ABSTRAK................................................................................................................. iii

ABSTRACT.............................................................................................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING.................................. v

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP.................................................................................................. viii

PERSEMBAHAN..................................................................................................... ix

MOTTO..................................................................................................................... x

SANWACANA......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 7

1.4 Manfat Penelitian................................................................................................. 8

1.5 Kajian Penelitian yang Relevan.......................................................................... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia........................................................................ 11

2.2 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA............................. 13

2.3 Pengertian Cerpen.............................................................................................. 13

2.4 Ciri-ciri Cerpen................................................................................................... 14

2.5 Pengertian Unsur Intrinsik Cerita Pendek.......................................................... 14

2.6 Unsur-unsur intrinsik Cerita Pendek.................................................................. 15

2.7 Penilaian Komponen Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen............................... 45

2.8 Pendekatan Saintifik............................................................................................. 45

2.9 Model-model Pembelajaran Kurikulum 2013...................................................... 51

2.10 Rencana Pembelajaran....................................................................................... 56

2.11 Kerangka Berfkir............................................................................................... 60

2.12 Hipotesis Tindakan.............................................................................................. 61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian......................................................................................... 62

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................ 63

3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian............................................................................ 64

3.4 Sumber Data....................................................................................................... 47

3.5 Subjek Penelitian.................................................................................................. 66

3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 66

3.7 Kisi-kisi Instrumen.............................................................................................. 69

3.8 Kriteria Penilaian................................................................................................. 72

3.9 Indikator Keberhasilan Penelitian........................................................................ 79

3.10 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran............................................................ 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian....................................................................................................... 84

4.1.1 Kondisi Peserta Didik sebelum Tindakan (Prasiklus)............................................ 84

4.1.2 Hasil Siklus I......................................................................................................... 90

4.1.3 Hasil Siklus II....................................................................................................... 104

4.1.4 Hasil Siklus III..................................................................................................... 119

4.2 Pembahasan.............................................................................................................. 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan.................................................................................................................. 158

5.2.Saran........................................................................................................................ 159

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah siswa SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan TP 2018/2019.......... 633.2 Kegiatan pembelajaran peserta didik yang diobservasi...................................... 693.3 Kisi-kisi observasi peserta didik........................................................................ 703.4 Perencanaan pembelajaran................................................................................. 713.5 Pelaksanaan pembelajaran.................................................................................. 713.6 Instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)........................ 733.7 Rentang nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).................................. 753.8 Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran................................................. 753.9 Rentang nilai pelaksanaan pembelajaran............................................................. 773.10 Teknik dan instrumen penilaian menganalisis unsur intrinsik cerpen................ 783.11 Format pengolahan nilai peserta didik dalam menganalisis unsur

intrinsik cerpen................................................................................................... 793.12 Indikator keberhasilan......................................................................................... 803.13 Rencana tindakan................................................................................................ 82

4.1 Instrumen RPP pratindakan................................................................................ 854.2 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda pada Pratindakan ... 894.3 Nilai Rata-Rata Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

Per Indikator Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda................ 894.4 Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan

Saintifik Siklus I................................................................................................. 994.5 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpan pada

Prasiklus dan Siklus I........................................................................................ 1014.6 Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen

pada prasiklus dan siklus I................................................................................. 1014.7 Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan

Saintifik Siklus II................................................................................................. 1154.8 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

pada siklus II Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda................ 1164.9 Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen

pada siklus I dan siklus II .................................................................................... 1174.10 Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan

Saintifik Siklus III................................................................................................. 1264.11 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

pada siklus III Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda............... 128

4.12 Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpenpada siklus II dan siklus III ................................................................................. 128

4.13 Penilaian pembelajaran pada siklus III................................................................ 129

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Teknik penggambaran karateristik tokoh........................................................ 172.2 Bagian-bagian alur........................................................................................... 232.3 Langkah-langkah pembelajaran saintifik......................................................... 483.1 Siklus penelitian............................................................................................... 65

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Nilai rata-rata menganalisis unsur intrinsik cerpen pada prasiklusdan siklus I................................................................................. ...................... 101

4.2 Nilai rata-rata menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siklus I dansiklus II............................................................................................................ 116

4.3 Nilai rata-rata menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siklus II dansiklus III........................................................................................................... . 126

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Nilai Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen paratindakan2. Instrumen penilaian RPP pada pratindakan (prasiklus)3. Silabus pembelajaran4. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I5. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II6. Rencana pelaksnaan pembelajaran (RPP) siklus III7. Instrumen penilaian RPP siklus I kolaborator I8. Instrumen penilaian RPP siklus I kolaborator II9. Instrumen penilaian RPP siklus II kolaborator I10. Instrumen penilaian RPP siklus II kolaborator II11. Instrumen penilaian RPP siklus III kolaborator I12. Instrumen penilaian RPP siklus III kolaborator II13. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus I kolaborator 114. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus I kolaborator II15. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus II kolaborator 116. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus II kolaborator 1I17. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus III kolaborator 118. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus III kolaborator 1I19. Aktivitas peserta didik siklus I20. Aktivitas peserta didik siklus II21. Aktivitas peserta didik siklus III22. Nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui

pendekatan sanitifik siklus I23. Nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui

pendekatan sanitifik siklus II24. Nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui

pendekatan sanitifik siklus III25. Peningkatan nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui

pendekatan sanitifik prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III26. Tes Siklus I dan pedoman penskoran27. Tes Siklus II dan pedoman penskoran28. Tes Siklus III dan pedoman penskoran29. Hasil tes penilaian siklus I, siklus II, dan siklus III30. Foto-foto pembelajaran31. Surat izin penelitian

32. Surat keterangan melaksanakan penelitian33. Surat telah melaksanakan penelitian

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah diberikan sejak tingkat sekolah dasar

(SD) sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA) . Ruang lingkup Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia terdiri atas empat aspek, yaitu (1) membaca, (2) menulis, (3)

menyimak, dan (4) berbicara.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat SMA dimaksudkan untuk membina dan

mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir (termasuk

pemikir imajinatif), dan menjadi warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi.

Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap berkomunikasi yang diperlukan peserta didik dalam menempuh

pendidikan, hidup di lingkungan sosial, dan berkecakapan di dunia kerja (Mendikbud, 2016 :

1).

Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta

didik mampu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar

dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan dan saling

mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi

keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis) peserta

didik. Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan

kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut

2

adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi,

tanggapan, analisis, dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan kompetensi

berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan

menulis (Mendikbud, 2016 : 1).

Pengembangan kompetensi lulusan Bahasa Indonesia pada tingkat SMA ditekankan pada

kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Pengembangan kemampuan

tersebut dilakukan melalui media teks. Dalam hal ini, teks merupakan perwujudan kegiatan

sosial dan memiliki tujuan sosial. Pencapaian tujuan ini diwadahi oleh karakteristik: cara

pengungkapan tujuan sosial (yang disebut struktur retorika), pilihan kata yang sesuai dengan

tujuan, dan tata bahasa yang sesuai dengan tujuan komunikasi. Kegiatan komunikasi dapat

berbentuk tulisan, lisan, atau multimodal (yakni teks yang menggabungkan bahasa dan

cara/media komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau lisan sebagaimana disajikan dalam

film atau penyajian komputer (Mendikbud, 2016 : 2).

Kompetensi setelah mempelajari Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yaitu, menjadi insan yang

memiliki kemampuan berbahasa dan bersastra untuk menggali dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan menerapkannya secara kreatif dalam kehidupan sosial (Mendikbud, 2016 :

2).

Prinsip khusus pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip:

1. Bahasa merupakan kegiatan sosial. Setiap komunikasi dalam kegiatan sosial memiliki

tujuan, konteks, dan audiens tertentu yang memerlukan pemilihan aspek kebahasaan (tata

3

bahasa dan kosa kata) yang tepat; serta cara mengungkapkan dengan strukur yang sesuai agar

mudah dipahami.

2. Bahan pembelajaran bahasa yang digunakan wajib bersifat otentik. Pengembangan bahan

otentik didapat dari media massa (cetak dan elektronik); tulisan guru di kelas, produksi lisan

dan tulis oleh siswa. Semua bahan dikelola guru untuk keberhasilan pembelajaran.

3. Proses pembelajaran menekankan aktivitas siswa yang bermakna. Inti dari siswa aktif

adalah siswa mengalami proses belajar yang efesien dan efektif secara mental dan

eksperiensial.

4. Dalam pembelajaran berbahasa dan bersastra, dikembangkan budaya membaca dan

menulis secara terpadu. Dalam satu tahun pelajaran peserta didik dimotivasi agar dapat

membaca paling sedikit 8 buku ( buku sastra dan 3 buku nonsastra) sehingga setelah peserta

didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/MA membaca paling sedikit 18 judul

buku.

Berdasarkan uraian tersebut peserta didik harus mampu menguasai dan memperoleh hasil

belajar yang baik. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar mengajar (KBM)

yang dilaksanakan oleh siswa dan guru. Selama dalam kegiatan proses belajar mengajar guru

dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang

dengan lingkungannya (Hamzah : 2007 : 213).

Salah satu materi tentang menentukan unsur intrinsik cerita pendek yang terdapat pada

Kompetensi Dasar (KD) dalam Silabus kelas XI mata pealajran bahasa Indonesia SMA dan

MA (Wajib) Kurikulum 2013. Kompetensi tersebut adalah menganalisis unsur-unsur

pembangun cerpen.

4

Menurut Notosusanto (dalam Tarigan,1985:176) cerita pendek adalah cerita yang panjangnya

di sekitar lima ribu kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan

lengkap pada dirinya sendiri, sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 :

186) cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan

tunggal yang dominan dan memusatkan pada diri satu tokoh dalam satu situasi. Dari kedua

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita yang berpusat pada

satu tokoh dan satu situasi. Di dalam cerita pendek ada unsur-unsur yang membangunnya

yaitu yang disebut unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik ini meliputi tema,

tokoh, latar, alur, sudut pandang dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari

latar belakang pengarang, dan nilai-nilai.

Manfaat pentingnya siswa mempelajari unsur intrinsik cerpen adalah dapat menambah

wawasan, pengetahuan siswa dibidang sastra khususnya cerpen. Siswa juga dapat

memperoleh pengetahuan tentang tema, tokoh,latr, alur dan gaya bahasa yang terdapat dalam

cerpen.

Pada saat kegiatan belajar mengajar siswa sering mengalami kesulitan saat menjawab soal

yang berkaitan dengan menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen. Hal tersebut dipengaruhi

oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap materi unsur-unsur intrinsik cerpen, metode-

metode yang digunakan guru kurang efektif dan kurang sesuai dengan materi yang diberikan.

Proses dan pendekatan yang selama ini digunakan oleh guru saat pembelajaran khususnya

dalam menentukan unsur intrinsik cerpen menggunakan paradigma lama. Pendidik

merupakan satu-satunya sumber belajar dalam belajar. Teknik pembelajaran menganalisis

unsur intrinsik cerpen pada peserta didik belum dilaksanakan maksimal di kelas XI. IPS.2

5

SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan. Untuk itulah maka penulis menggunakan pendekatan

Saintifik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen, diharapkan dengan pendekatan saintifik

kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dapat meningkat

Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan yang sesuai untuk mencapai kualitas yang

telah dirancang dalam dokumen kurikulum 2013. Hal tersebut disebabkan pendekatan

saintifik mempunyai karakteristik sebagai berikut. Karakteristik pendekatan saintifik yang

pertama berpusat pada peserta didik. Karakteristik pendekatan saintifik yang kedua

melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.

Karakteristik pendekatan saintifik yang ketiga melibatkan proses-proses kognitif yang

pontensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan menggunakan

akal budi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik, jadi karakteristik-

karakteristik tersebut dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur

intrinsik cerpen pada peserta didik kelas XI. IPS. 2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan.

Pendekatan saintifik dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur

intrinsik cerpen disebabkan pendekatan tersebut memiliki langkah-langkah pembelajaran

yang jelas. Langkah-langkah yang biasa digunakan dalam pembelajaran untuk peningkatan

kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan pendekatan santifik

dalam penelitian ini sebagai berikut. Langkah yang pertama mengamati, dalam hal ini,

peserta didik mengamati teks cerpen. Langkah yang kedua menanya, dalam hal ini peserta

didik menanya tentang materi unsur intrinsik cerpen yang diamati. Langkah ketiga

mengasosiasi, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memadukan pengetahuan yang ia

peroleh. Langkah keempat, mencoba agar peserta didik dapat menganlisis unsur-unsur

intrinsik dalam cerpen yang diamati. Langkah kelima, menginformasikan atau

6

mempublikasikan hasilnya dengan cara membacakan di depan kelas (Kemendikbud,

2013:153)

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti (guru) di kelas XI.IPS.2

SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun pelajaran 2018/2019 yang berkaitan dengan

kemampuan dalam menganlisis unsur intrinsik cerpen ternyata masih banyak siswa yang

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. KKM yang

ditetapkan adalah 75. Rata-rata nilai siswa baru mencapai nilai 65. Faktor-faktor yang

menyebabkan hal tersebut yaitu, pertama, siswa kurang memahami materi unsur intrinsik

cerita pendek, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menentukan unsur-unsur intrinsik

cerita pendek. Kedua, kekurangmampuan guru dalam menerapkan metode-metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa terutama pada

materi menentukan unsur-unsur intrinsik cerita pendek.

Berdasarkan paparan permasalahan yang peneliti sampaikan, maka peneliti bersama

kolaboratif berinisiatif menemukan pemecahan masalah tersebut dengan tindakan untuk

memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah dalam menganalisis unsur intrinsik cerita

pendek. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu pendekatan yaitu pendekatan

saintifik. Dengan pendekatan saintifik ini diharapkan dapat membantu siswa dalam

menganalisis unsur intrinsik cerita pendek sehingga hasil yang didapat akan sesuai yang

diharapkan oleh peneliti (guru). Kelebihan menggunakan pendekatan saintifik ini membuat

siswa bisa memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen.

7

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji penelitian tindakan kelas dengan

judul “ Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan

Saintifik pada Peserta Didik Kelas XI. IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun

Pelajaran 2018/2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek

melalui pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI. IPS.2 SMA Negeri 1 Kalianda

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek

melalui pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI IPS..2 SMA Negeri 1 Kalianda

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019?

3. Bagaimanakah penilaian menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik pada peserta didik Kelas XI.IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun

Pelajaran 2018/2019

4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui

pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI.IPS.2 Spada MAN 1 Kalianda Lampung

Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran mengnalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik pada peserta didik Kelas XI. IPS.2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2018/2019.

8

2. Pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik pada peserta didik Kelas XI IPS. 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2018/2019.

3. Penilaian menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan saintifik pada

peserta didik Kelas XI.IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun Pelajaran

2018/2019.

4. Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik pada peserta didik Kelas XI.IPS.2 Spada MAN 1 Kalianda Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2018/2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teori hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

perkembangan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pada peningkatan hasil

belajar siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan saintifik

serta menjadi acuan bagi penelitian sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya

pada materi unsur intrinsik cerita pendek. Dapat memperbaiki hasil belajar siswa, khususnya

pada materi unsur intrinsik cerita pendek. Meningkatkan kreativitas siswa dalam

pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

9

1.4.3 Manfaat Bagi Guru

Guru dapat menggunakan variasi model pembelajaran dalam proses kegiatan belajar

mengajar, khussunya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Guru dapat meningkatkan

kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa

yang kurang baik.

1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah

Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dengan lebih baik, khususnya dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Memberikan sumbangan yang positif bagi

kemajuan sekolah. Dapat dijadikan acuan untuk pembelajaran di sekolah.

1.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Penulis akan memaparkan kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis

lakukan.

1) Helmawati (2015) Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan penelitian tindakan kelas.

Hasil penelitian ini, menunjukkan adanya perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran keterampilan menulis, serta peningkatan kemampuan menulis melalui

pendekatan saintifik peserta didik kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro. Nilai rata-rata

kemampuan menulis peserta didik kelas X IIS I pada pratindakan 65,9, siklus satu 71,1,

siklus dua 74,29, dan siklus tiga 8,00.

2) Sari (2018) Meningkatkan Keterampilan menulis Paragraf melalui pendekatan Saintifik

pada siswa kelas IV SD Negeri Curug 01 Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan Saintifik dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis paragraf. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil

rata-rata tes akhir siklus I sebesar 64,51% menjadi 87,09% pada siklus II. Begitu pula

10

dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa

dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,2% pada siklus I sedangkan siklus II

memperoleh 90,8%.

3) Satria (2017) Meningkatkan Keterampilan Menyimak melalui pendekatan saintifik pada

anak kelas IV Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan

menyimak. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata aktivitas guru sesuai langkah-langkah metode

pendekatan saintifik ini mencapai 75.6 %, dan aktivitas siswa mencapai 70 %. Mengalami

peningkatan pada siklus II mencapai 93 %. Aktivitas guru sesuai langkah-langkah metode ini

mencapai 83 %, dan aktivitas siswa mencapai 80.4 %.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, ruang lingkup penelitian ini adalah

1) Perencanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui

pendekatan saintifik.

2) Pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik.

3) Penilaian menganalisis unsur inrinsik cerita pendek melaui pendekatan saintifik.

4) Peningkatan kemampuan menganalisis unsur inrinsik cerita pendek melalui pendekatan

saintifik.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap berkomunikasi yang diperlukan peserta didik dalam menempuh

pendidikan, hidup di lingkungan sosial, dan berkecakapan di dunia kerja. Kurikulum 2013

mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik mampu

mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar

dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan dan saling

mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi

keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis) peserta

didik. Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan

kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut

adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi,

tanggapan, analisis, dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan kompetensi

berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan

menulis (Kemendikbud, 2016 : 2).

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sintesis dari tiga pendekatan, yaitu pedagogi

genre, saintifik, dan CLIL. Alur utama model adalah pedagogi genre dengan 4M

(membangun konteks, menelaah Model, mengonstruksi terbimbing, dan mengonstruksi

mandiri). Kegiatan mendapatkan pengetahuan (KD-3) dilakukan dengan pendekatan saintifik

5M (Mengamati, Mempertanyakan, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan

12

Mengomunikasikan). Pengembangan keterampilan (KD-4) dilanjutkan dengan langkah

mengonstruksi terbimbing dan mengonstruksi mandiri. Pendekatan CLIL digunakan untuk

memperkaya pembelajaran dengan prinsip: (1) isi [konten] teks—berupa model atau tugas--

bermuatan karakter dan pengembangan wawasan serta kepedulian sebagai warganegara dan

sebagai warga dunia; (2) unsur kebahasaan [komunikasi] menjadi unsur penting untuk

menyatakan berbagai tujuan berbahasa dalam kehidupan; (3) setiap jenis teks memiliki

struktur berpikir [kognisi] yang berbeda-beda yang harus disadari agar komunikasi lebih

efektif; dan (4) budaya[kultur], berbahasa, berkomunikasi yang berhasil harus melibatkan

etika, kesantunan berbahasa, budaya (antarbangsa, nasional, dan lokal)

(Kemendikbud, 2016 : 2).

Mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi karena pelajaran Bahasa Indonesia memiliki

empat aspek keterampilan sebagai berikut :

1. Keterampilan berbicara

2. Keterampilan menulis

3. Keterampilan membaca

4. Keterampilan menyimak

13

2.2 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.9 Menganalisis unsur-

unsur pembangun cerita

pendek dalam buku

kumpulan cerita pendek

.Cerpen:

Unsur-unsur

pembangun cerpen

Merekonstruksi

cerpen.

Mengidentifikasi cerpen

dengan memerhatikan

unsur-unsur pembangun

cerpen

Menyusun kembali

cerpen dengan

memerhatikan unsur-

unsur pembangun cerpen

Mempresentasikan,

menanggapi, dan

merevisi hasil kerja

dalam diskusi kelas.

4.9 Mengkonstruksi sebuah

cerita pendek dengan

memerhatikan unsur-

unsur pembangun

cerpen.

.

2.3 Pengertian Cerpen

Menurut Rosidi (dalam Tarigan, 1991: 176) cerita pendek adalah cerita yang pendek dan

merupakan suatu kebulatan ide. Menurut Rozak (1996 : 50) cerpen adalah kisahan yang

memberi kesan tunggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi

dramatik.

14

2.4 Ciri-ciri Cerpen

Menurut Tarigan (1991: 177) ciri-ciri dari cerita pendek atau cerpen adalah sebagai berikut

1) Cerita pendek singkat, padu, intensif

2) Unsur-unsur utama cerita pendek: adegan, tokoh, dan gerak

3) Bahasa cerita pendek haruslah wajar, sugestif dan menarik perhatian

4) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu fek dalam pikiran pembaca

5) Cerpen harus mempunyai tokoh utama

6) Cerpen harus mempunyai satu efek kesan yang menarik

7) Cerpen bergantung pada (satu) situasi

2.5 Pengertian Unsur Intrinsik Cerpen

Cerita pendek mempunyai dua unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, seperti

tokoh, latar, alur (Rozak dalam Kamus Istilah Sastra 1996: 89), sedangkan unsur ekstrinsik

unsur luar yang dapat menjadi bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra atau menjadi

bahan pertimbangan bagi pembaca, seperti biografi, falsafah hidup, dan unsur budaya (Rozak

dalam Kamus Istilah Sastra, 1996 : 67). Menurut Nurgiyantoro (2007:23) “Unsur-unsur

intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur

inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang sevara

faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.” Sedangkan Aminuddin (2004:66--

91) berpendapat bahwa, prosa fiksi seperti cerita pendek memiliki unsur-unsur intrinsik yang

membangun dari dalam karya fiksi dari dalam. Unsur-unsur intrinsik yang dimaksud berupa

tema, alur, latar atau setting, penokohan, dan sudut pandang.

15

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa unsur-unsur intrinsik

cerpen merupakan unsur-unsur yang membangun karya fiksi dari dalam yang meliputi lima

unsur yaitu: tema, alur, latar, penokohan, dan sudut pandang.

2.6 Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek

Menurut Tarigan (1991:122) Unsur-unsur intrinsik cerita pendek

1) Tema

2) Tokoh

3) Latar

4) Alur

5) Gaya bahasa

Menurut Esten (1990 : 27 ) struktur cerita pendek terdiri atas

1) Alur

2) Penokohan/perwatakan

3) Latar

4) Pusat pengisahan

5) Gaya bahasa

Berdasarkan kedua pendapat tersebut mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek

mempunyai kesamaan. Dalam hal ini penulis ingin meneliti kemampuan siswa dalam

menentukan unsur intrinsik cerpen yang terdiri dari tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang

dan gaya bahasa.

2.6.1 Tema

Menurut Brooks, Puurser, dan Warren (dalam Tarigan, 1991: 125) tema adalah pandangan

hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai

tertentu yang membentuk suatu gagasan utama dari suatu karya sastra. Menurut Sudjiman

16

(dalam Sumarjdo, 1984: 58) tema merupakan suatu gagasan, ide, atau pikiran utama yang

terdapat dalam sebuah karya sastra baik terungkap maupun tidak terungkap. Menurut Kosasih

(2012: 40) tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita

menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusian, kekuasaan, kasih sayang,

kecemburuan, dan sebagainya. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.

Untuk dapat menyingkap tema suatu cerpen, seorang pembaca harus terlebih dahulu

mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita

fiksinya.

2.6.2 Tokoh

Dalam sebuah cerita pendek unsur tokoh sangat penting karena sebuah cerita pendek tidak

bisa dikatakan sebagai cerita pendek bila di dalam jalinan cerita itu tidak terdapat tokoh yang

terlibat, minimal ada seorang tokoh sebagai pelaku utama atau ditambah dengan beberapa

tokoh lain.

Menurut Kosasih (2012 : 36 ) Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan

mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut adalah contoh-contoh teknik

penggambaran karakteristik tokoh.

17

Gambar 2.1 Teknik Penggambaran Karateristik Tokoh

Penokohan dan perwatakan tokoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1) Teknik analitik

Teknik analitik adalah teknik dengan menggunakan penggambaran langsung dari karakter

tokoh.

Berikut contoh kutipan cerpen yang menggunakan teknik analitik

Intan namanya dia anak yag cantik, anggun pintar, kaya raya, baik hati, dan ceria.Dia

anak yang sempurna sangat sempurna, tapi hanya satu kekurangannya yaitu tidak

mempunyai tubuh yang sehat. Sekarang dia duduk di kelas IX SMP dan kini sedang

menghadapi ujian akhir.

Teknik penggambarankarakteristik tokoh

Penggambaranjalan pikiran

tokoh

Penggambaran

fisik dan perilakuperilaku tokoh

Penggambarantata kebahasaan

tokoh

Penggambaranlingkungan tokoh

18

2) Teknik Dramatik.

Teknik yang digunakan oleh si pengarang secara tidak langsung tetapi melalui :

a. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh

Asap mengepul dari batang rokok yang kujepit di antara dua jariku. Semenjak seorang

gadis berambut panjang teruarai basah kena air hujan menghampiriku. Ah, dia tidak

menghampiriku. Dia hanya ingin mencari perlindungan dari guyuran hujan spertiku. Celana

dan kaos hitamnya terlihat basah. Setelah sampai didekatku, dia memberi seulas senyuman.

Barisan giginya putih rapi. Bibirnya tipis. Gadis ini cantik, aku membatin. Ah, apa peduliku

dengan kecantikannya. Dalam perjalananku keliling beberapa kota untuk pementasan, selalu

saja dapat kutemui gadis-gadis cantik’terpajang’ di atelase-etalase kampus, pertokoan, dan

pasar. Mereka dipermak, dirias sedemikian rupa menjadi sebuah kamuflase fashion dan

make-up.

b. Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh

Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Pedahal kampung tetangganya pada

terang semua. Desa itu gelap gulita kalau malam, cepat becek kalau hujan tiba. Banyak

anjing berkeliaran di sana, beberapa di antaranya tidak jelas empunya.

c. Penggambaran tata kebahasaan tokoh

Kata-katanya sering membuat merah orang yang mendengarkannya. Teriakan

mengancam begitu mudah mengucur dari mulutnya sehingga sering membuat orang-orang

yang baru mengenalnya menjadi takut. Logatnya memang tidak seperti orang-orang

kebanyakan, ia seperti orang dari daerah pedalaan.

d. Pengungkapan jalan pikiran tokoh

Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, mencium

bau keringatnya. Dalam pikirannya, Cuma anak gadisnya yang masih mau menyambut

19

dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada

menerima kepulangannya.

Berikut contoh penggambaran lainnya dalam cerpen.

Cara

Penggambaran

Contoh Karakter

Tokoh

1. Menyebutkan

Secara

langsung

Eli sangat ramah kepada teman-temannya. Ia tidak

sombong walaupun selalu menjadi juara kelas.

ramah, tidak

sombong,

pintar.

2. Gambaran

fisik

Ia berotot kekar. Perutnya sedikit buncit. Urat-urat leher

tampak keluar bila ia sedang berbicara.

Laki-laki,

kuat, kasar.

3. Perilaku Soni bila berjalan selalu saja menengadah dan dada sering

dibusung-busungkan. Jarang sekali menyapa tetangga-

tetangganya walaupun ia lewat dihadapa mereka.

Angkuh

4. Tata bahasa

tokoh

“Kamu tahu tidak sih kalau aku ini saudaranya Pak

Lurah. Seharusnya kamu sedikit sopan kepadaku. Enak

saja berjalan tanpa permisis,” ujar Parta kepada Eri.

Pemarah,

sombong

5. Lingkungan

kehidupan

pikiran tokoh

Rumahnya tidak jauh dari selokan Cikapundung yang

airnya selalu keruh walaupun tidak turun hujan. Anjing-

anjing liar lalu lalang dengan gonggoongan yang

memekakan. Siang itu hari begitu panas karena atap seng

yang terpanggang sinar matahari.

Tokoh yang

miskin,

kumuh

6. Pembicaraan

tokoh lain

“Seandainya aku punya dua puluh persen saja dari putih

kulit Indah” batinnya dengan perasaan sedih yang nyaris-

nyaris menjebol kantong air matanya

Indah gadis

cantik,

berkulit

putih bersih

20

2.6.3 Latar

Latar atau setting merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita. Latar

berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita

ataupun pada karakter tokoh. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu

sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima

karakter tokoh ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam cerita itu.

Macam-macam latar

1) Latar Tempat

Tempat berlangsungnya cerita mungkin berupa daerah luas, seperti nama daerah atau

negara,mungkin pula berada di daerah yang sempit, seperti kelas atau pojok kamar. Berikut

contohnya.

Nama Tempat Penggambaran dalam Cerita

Di sekolah, lab IPA Akhirnya Rara nekat juga pergi ke lab IPA, dengan buku

fisikanya dia duduk di samping pintu bagian depan lab IPA. Lalu

ia mulai belajar dengan seruis seperti biasanya.

Di ruang kelas taman

kanak-kanak

Baru saja gadis itu menyanyikan lagu. Lagu Bintang Kecil

dengan suara merdunya. Diakhiri tepuk tangan anak-anak beserta

ibu-ibu muda mereka yang hadir . Sangat meriah, meskipun tidak

lebih dari lima belas anak yang hadir.

2) Latar Waktu

Waktu berlangsungnya cerita, mungkin pada pagi hari, malam hari, dan waktu-waktu lainnya.

Seperti halnya latar tempat, penggambarannya dapat secara langsung olah pengarang ataupun

melalui penuturan tokoh. Berikut contohnya.

21

Keadaan Waktu Penggambaran dalam Cerita

Pagi Dia datang sambil terus menatapku, tidak ada senyum di wajahnya.

Halini membuat prasangka buruk terhadapku. Namun setelah duduk

lama di mejanya sapaan itu keluar dari mulutya, “Pagi, Tom”?

“Pagi....”, jawabku tanpa berani menatap wajahnya.

Malam Udara malam semakin dingin, tak bisa tidurkah kau sekarang, Pak?

Masih memikirkan hal yang akan terjadi padamu bila kau tak

menolong saudaramu yang kelaparan, yang sampai sekarang masih

meneriaki hak-hak mereka. Tidur pulaslah kau malam ini, Pak, minta

istrimu untuk meninabobokan dirimu. Hapuslah hal yang masih

membelenggu pikiranmu. Karena esok akan terjadi hal yang sama.

Berikut contoh lainnya keberadaan latar dalam cerpen

Cerpen 1

Menjelang hari raya ini aku terbaring di rumah sakit. Dari jendela kamar rumah sakit yang

kudiami aku bisa melihat keluar dengan jelas. Hujan menderas, manusia-manusia menepi

pada kesunyian, laguhujan, lagu keleneng becak. Di ruangan ini, aku Cuma berdua. Selisish

satu ranjang, terbaring seorang perempuan tua. Sendiri. Tak kulihat semenjak aku di sini,

seorang pun menengoknya, yang mengajaknya bercakap, kecuali dokter dan perawat yang

memeriksanya. Itupun sesuai jadwal dan sebentar saja.

(Cerpen “Menjelang Hari Raya”, oleh Zakh Syairun Madjid Surono).

22

Cerpen 2

Menggigil aku berjalan menyususri perkampungan yang sudah sunyi. Sepupuku, Riri

tampak menarik jaketnya. Ia berjalan agak merapat di sampingku. Kami berdua sangat

lelah. Seharian naik bus dan kini kemalaman tiba di Kampung Sekar. Salahnya kami tak

sempat mengabari Paman. Beginilah kalau berpergian tanpa rencana matang.

Kulirik sebentar arlojiku. Jam menunjukkan hampir pukul dua belas kurang

seperempat. Malam semakin sunyi. Apalagi, jalan perkampungan yang ramai masih agak

jauh. Namun, berkas-berkas sinar lampu tampak dari kejauhan. Di sanalah ruah Paman

Sukri berada.

(Cerpen “Perjalanan Malam” oleh Mas Beng)

Bila kita baca kembali cerpen “Menjelang Hari Raya “, tampaklah bahwa latar cerita itu

adalah rumah sakit dan pada saat menjelang hari raya. Adapun cerpen “Perjalanan Malam”

latarnya adalah di suatu perkampungan yang sunyi. Waktuya malam hari.

2.6.4 Alur

Alur (plot) merupakan pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.

Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.

1) Pengenalan situasi cerita (expotion)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan

antar tokoh.

2) Pengungkapan peristiwa (complication)

Dalam bagian ini, disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,

pertetangan, atupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

23

3) Menuju pada adanya konflik (rising action)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai

situasi yang mnyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4) Puncak konflik (turning point)

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan

mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.

Misalnya, apakah dia berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

5) Penyelesaian (ending)

Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami

tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun ada pula cerpen yang

penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imajinasi pembaca. Jadi akhir

ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Alur

Berdasarkan periode pengembangannya, alur cerpen dapat dikelompokkan sebagi berikut.

1) Alur normal : (1) → (2) → (3) → (4) → (5)

2) Alur sorot balik : (5) → (4) → (3) → (2) → (1)

Bagian-bagianalur 2. pengungkapan

peristiwa

3. menuju konflik4. puncak konflik

penyelesaian

1. Pengenalan situasicerita

24

3) Alur maju-mundur : (4) → (5) → (1) → (2) → (3)

Periode-periode tersebut meliputi :

1) Pengenalan situasi cerita, babak awal;

2) Pengungkapan peristiwa;

3) Menuju adanya konflik;

4) Puncak konflik;

5) Penyelesaian.

Meskipun demikian, kelima unsur alur itu tidak selamanya hadir dalam sebuah cerpen.

Mengingat rentang dan jumlah peristiwa di dalamnya yang terbatas, biasanya unsur-unsur

yang hadir itu hanya 2-4 saja, misalnya unsur (2) pengungkapan peristiwa , (3) menuju

konflik , dan (4) puncak konflik .

2.6.5 Gaya Bahasa

Menurut Keraf (1994 : 152) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa

atau kemampuan seseorang dalam penggunaan bahasa secara khas yang dapat

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat

dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu

1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan

sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata

dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa

mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Contohnya bahasa dalam pidato kepresidenan.

25

2) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat

Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang

dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah bagaimana tempat sebuah unsur kalimat

yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Contohnya, kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil,

semuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan negara.

3) Gaya bahasa beradasarkan langsung tidaknya makna

Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan

yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan.

Contohnya : Bagai air di daun talas (perumpamaan atau simile).

Selanjutnya unsur-unsur pembangun cerpen menurut Nurgiantoro (2007 : 23) sebagai berikut

1) Tema

Menurut Tarigan (2008:166), tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu

karya sastra imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang

cermat sebagai akibat membaca karya tersebut.

Menurut Staton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2007:67), “Tema adalah makna yang

dikandung oleh sebuah cerita.”

Aminuddin (2004:91) menjelaskan bahwa, “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita

sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi

yang diciptakannya.”

Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa, tema adalah gagasan utama,

ide atau pikiran pokok yang sanggup mengungkapkan makna dalam karya fiksi. Contohnya

adalah cerita Siti Nurbaya karya Marah Rusli memiliki tema yaitu “Kasih Tak Sampai”

26

2. Alur

Alur dalam cerpen atau karya sastra fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang

dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh

para pelaku dalam cerita. (Aminuddin, 2004:83).

Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007:113) alur atau plot adalah cerita yang berisi

urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa

yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

Dari kedua pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa alur adalah rangkaian cerita

yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa yang menimbulkan sebab akibat sehingga

menjalin suatu cerita.

a. Unsur-unsur Alur

Tarigan (2008:156) memaparkan bahwa unsur-unsur alur terbagi atas lima bagian, yaitu

situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi), generating circumstances

(peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkait-kaitan mulai bergerak), rising action (keadaan

mulai memuncak), climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks), dan denouement

(pengarang memberikan pemecahan sosial dari semua peristiwa).

1) Tahap Penyituasian (Situation)

Situation adalah saat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi (Tarigan,

2008:156). Menurut Nurgiyantoro (2007:149), situation disebut juga dengan tahap

penyituasian atau tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh

cerita.

27

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa situation adalah tahap penyituasian

yang melukiskan keadaan awal atau perkenalan dengan situasi latar dan tokoh cerita.

2) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances)

Generating circumstances adalah peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkait-kaitan mulai

bergerak.(Tarigan, 2008:156). Tahap pemunculan konflik atau Generating circumstances

merupakan masa dimana masalah-masalah atau peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya

konflik mulai dimunculkan. (Nurgiyantoro, 2007:149).

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, generating circumstances adalah

peristiwa awal yang dimunculkan untuk menyulut terjadinya konflik.

3) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Rising action adalah situasi panas karena pelaku –pelaku dalam cerita mulai berkonflik.

(Aminuddin, 2004:84).

Tahap peningkatan konflik atau rising action merupakan konflik yang telah dimunculkan

pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.

(Nurgiyantoro, 2007:149).

Dari kedua pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa rising action adalah situasi

panas yang disebabkan dengan pemunculan konflik yang berkembang dan dikembangkan

kadar intensitanya.

4) Tahap Klimaks (Climax)

Climax adalah situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga

para pelaku itu mendapatkan nasib oleh pengarangnya. (Aminuddin, 2004:84).

28

Climax atau tahap klimaks merupakan konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang

terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas

puncak. (Nurgiyantoro, 2007:150).

Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa climax adalah konflik yang

semakin memuncak sehingga pelaku atau tokoh dalam cerita mendapatkan nasib dan

mencapai titik intensitas puncak.

5) Tahap Penyelesaian (Denouement)

Denouement adalah pemecahan sosial dari semua peristiwa.(Tarigan, 2008:156). Denouement

atau tahap penyelesaian ialah konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, dan

ketegangan dikendorkan. (Nurgiyantoro, 2007:150).

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa denouement adalah tahap

penyelesaian konflik yang telah mencapai klimaks dan diberi penyelesaiannya.

b. Jenis-jenis Alur

Jalannya peristiwa yang membentuk sebuah cerita terjadi dalam sebuah struktur atau urutan

waktu. Dalam mengurutkan susunan tersebut dikenal tiga jenis alur yakni alur maju

(kronologis) dan alur mundur (flashback), serta alur campuran atau gabungan. (Nurgiyantoro,

2007:153--156).

1) Alur Maju (Kronologis)

Alur maju (kronologis) menurut Nurgiyantoro (2007:153) yaitu apabila pengarang dalam

mengurutkan peristiwa-peristiwa itu menggunakan urutan waktu maju dan lurus. Artinya,

29

peristiwa-peristiwa itu diawali dengan pengenalan masalah dan diakhiri dengan pemecahan

masalah.

Contoh alur maju

Salah satu cara mengisi kekosongan pagi hari ialah membaca koran. Menurut Rusti

kebiasaan seperti itu lebih baik daripada memutar-mutar nomor telepon mencari teman

bicara atau berdiri di pagar halaman dan memeriksa kesibukan tetangga. Karena itu setelah

melepas Hatanto dan ketiga anak mereka, Rusti kembali ke kursi kesayangannya, membalik-

balik koran pagi. Yang pertama dibacanya adalah cerita bersambung tentang perjuangan

seorang anak manusia (Retak-retak Waduk Raksasa, Rohyati dalam Aminuddin, 2004:73).

2) Alur Mundur (Flashback)

Nurgiyantoro (2007:154) menjelaskan bahwa Alur mundur (flashback) yaitu apabila

pengarang mengurutkan peristiwa-peristiwa itu tidak dimulai dari peristiwa awal, melainkan

mungkin dari peristiwa tengah atau akhir. Seperti contoh (dalam Nurgiyantoro, 2007:155),

novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H yang awal penceritaan berintikan

meninggalnya Farida, kemudian peristiwa-peristiwa yang disorot balik yang berintikan

kemelut pada rumah tangga Permana sampai Farida dikawinkan dengan Sumarto, peristiwa

tersebut dimunculkan untuk menegaskan kronologisnya antara dua peristiwa terdahulu, lalu

akhirnya berintikan pada kegoncangan jiwa Permana akibat meninggalnya Farida, anak

semata wayangnya.

3) Alur Campuran

Nurgiyantoro (2007:155) menjelaskan alur campuran yaitu apabila cerita berjalan secara

kronologis, namun sering terdapat adegan-adegan sorot balik. Seperti contoh (dalam

Nurgiyantoro, 2007:156), novel Tanah Gersang karya Mochtar Lubis memuat alur campuran.

30

Cerita di dalamnya secara keseluruhan berlangsung secara progresif, namun berkali-kali

terdapat adegan sorot balik yang cukup panjang dan bersifat mendukung tema, tendens, dan

penokohan novel itu.

3. Latar atau Setting

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:216), Latar atau setting adalah landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Aminuddin (2004:67) menjelaskan bahwa setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi,

baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi

psikologis.

Laverty (dalam Tarigan, 2008:164) berpendapat bahwa, latar atau setting adalah lingkungan

fisik tempat kegiatan berlangsung.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar atau setting adalah

tempat, hubungan waktu, atau peristiwa yang terjadi di dalam sebuah karya fiksi.

Nurgiyantoro (2007:227--234), menjelaskan bahwa unsur latar atau setting meliputi latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial. (menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Lebih lanjut dapat dilihat dalam penjelasan unsur latar sebagai berikut:

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya

fiksi.(Nurgiyantoro, 2007:227).

31

Latar tempat dalam sebuah karya fiksi dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut ini:

Baru keesokan harinya pemuda-pemuda memperoleh kepastian: Belanda dursetut ke

Yogya, kota kabupaten diduduki musuh. Tetapi di hari pasaran Pon berikut masih banyak

juga perempuan yang toh pergi ke pasar, jauh di bawah sana di tepi jalan raya aspal. Akan

tetapi mereka pulang kecewa karena semua toko tutup. (Burung-burung Manyar,

Y.B.Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro, 2007:219)

Latar dalam kutipan di atas adalah kota Yogya.

b. Latar waktu

Menurut Nurgiyantoro (2007:230), latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Latar waktu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Abimanyu nanar tatapan matanya memandangi genangan darah yang bergerak

perlahan-lahan semakin meluas memenuhi kemahnya. Kental merah anggur keungu-unguan

dan semburat berkilat-kilat kena cahaya dari luar. Matahari sudah amat condong ke barat.

Hari telah sore, sebuah bola emas besar. (Nostalgia, Danarto dalam Aminuddin, 2004:71 )

Latar waktu dalam kutipan di atas adalah sore hari.

c. Latar Sosial

Selanjutnya Nurgiyantoro (2007:233), menjelaskan bahwa latar sosial menyaran pada hal-hal

yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi.

32

Contoh latar sosial dalam kutipan berikut:

Anak kecil itu masih duduk sendiri di atas gundukan sampah yang menjulang. Di

tangannnya tergenggam kertas-kertas bekas, sementara di sebelah kanannya tumpukan

kertas-kertas, kardus pilihan yang dikumpulkannya. Matanya yang kecil dan manis itu

melihat ke atas, memandang fajar yang pelan-pelan memancarkan sinar. (Burik, N.K.S

Hendrowinoto dalam Aminuddin, 2004:67)

Dalam kutipan di atas terlihat bahwa ada seorang anak yang tidak mampu yang berkerja

sebagai pemulung sampah.

4. Tokoh dan Penokohan

a. Tokoh

Aminuddin (2004:79) berpendapat bahwa, tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa

dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita.

Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2007:165) menjelaskan bahwa tokoh cerita adalah orang

yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan

dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang

mengemban peristiwa dalam cerita fiksi naratif atau drama sehingga peristiwa itu menjalin

suatu cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

33

Tokoh memiliki beberapa jenis. Adapun penjelasan dari beberapa jenis tokoh adalah sebagai

berikut:

1) Jenis Tokoh Berdasarkan Peranan

Aminuddin (2004:79--80) menggolongkan tokoh berdasarkan peranan dan keseringan

pemunculannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

a) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita.(Aminuddin,

2004:79). Menurut Nurgiyantoro (2007:176), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaanya.

Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang

memiliki peranan penting dalam suatu cerita dan diutamakan penceritaannya.

Contohnya di dalam karya fiksi yang berbentuk novel berjudul Siti Nurbaya karya Marah

Rusli, tokoh utamanya adalah Siti Nurbaya.

b) Tokoh Tambahan

Menurut Aminuddin (2004:79--80), tokoh yang memiliki peranan yang tidak penting karena

pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh

tambahan atau tokoh pembantu.

Nurgiyantoro (2007:177) berpendapat bahwa pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam

keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.

34

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh tambahan adalah tokoh yang

memiliki peranan yang tidak penting karena pemunculannya hanya sedikit, untuk

melengkapi, melayani, mendukung tokoh utama.

Contohnya dapat dilihat dalam karya fiksi yang berbentuk novel berjudul Burung-burung

Manyar karya Y.B. Mangunwijaya, yang merupakan tokoh tambahan dalam novel ini adalah

Verbruggen, Janakatamsi, Bu Antana dan Marice.(Nurgiyantoro, 2007:178).

2) Jenis Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan

Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2007:178--179) menggolongkan tokoh berdasarkan

fungsi penampilannya. Dilihat dari fungsi penampilannya, tokoh dibedakan atas tokoh

protagonis dan antagonis.

a) Tokoh Protagonis

Menurut pendapat Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2007:178--179), tokoh protagonis

adalah tokoh yang memberikan simpati dan empati, dan melibatkan diri secara emosional

serta dikagumi oleh pembaca. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memiliki watak

yang baik sehingga disenangi pembaca. (Aminuddin, 2004:80).

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh atau

pelaku yang memiliki watak baik dan memberikan unsur emosional yang bersifat simpati dan

empati dari para pembacanya. Tokoh ini adalah tokoh yang dikagumi dan disenangi pembaca.

Contoh dapat dilihat dalam karya fiksi yang berbentuk novel berjudul Pada Sebuah Kapal

karya N.H.Dhini, dalam novel ini tokoh protagonisnya adalah Sri dan Michel.

35

b) Tokoh Antagonis

Menurut pendapat Aminuddin (2004:80), tokoh antagonis adalah tokoh yang tidak disenangi

pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca.

Nurgiyantoro (2007:179) menjelaskan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh penyebab

terjadinya konflik.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh yang

memiliki watak yang tidazk sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca, tokoh ini

merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik yang dialami oleh tokoh protagonis.

Contoh dapat dilihat dalam karya fiksi novel yang berjudul Pada Sebuah Kapal karya N.H.

Dhini. Dalam novel ini yang berperan sebagai tokoh antagonis adalah Charles Vincent

sebagai suami Sri dan Nicole sebagai istri Michel.

3) Jenis Tokoh Berdasarkan Perwatakannya

Menurut Forster (Nurgiyantoro, 2007:181), tokoh berdasarkan perwatakannya terbagi atas

tokoh sederhana (simple caracter) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex caracter).

a) Tokoh Sederhana (Simple Caracter)

Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas

pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. (Nurgiyantoro, 2007:181--182).

Menurut Aminuddin (2004:82), simple caracter ialah bila pelaku itu menunjukkan adanya

kompleksitas masalah.

36

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh sederhana atau (simple caracter)

adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi atau satu sifat watak tertentu saja, dan

pelaku pun tidak menunjukkan adanya kompleksitas masalah.

Seperti contoh dalam karya fiksi novel yang berjudul Salah Asuhan karya Abdul Muis, tokoh

sederhana ini adalah Corrie dan Rafiah.

b) Tokoh Bulat (Complex Caracter)

Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2007:183) “Tokoh bulat atau kompleks adalah tokoh yang

memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati

dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat

pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti

bertentangan dan sulit diduga.”

Tokoh kompleks adalah tokoh yang pemunculannya dibebani banyak permasalahan. Selain

itu tokoh ini juga ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi batin yang cukup

kompleks sehingga kehadirannya banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks

pula. (Aminuddin, 2004:82).

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh kompleks atau tokoh bulat

adalah tokoh yang memiliki watak yang kompleks, karena menampilkan watak dan tingkah

laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Hal ini

disebabkan oleh banyaknya masalah yang dibebankan olehnya.

Contoh dapat dilihat dalam Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya yang terjadi

pada tokoh Teto yang mengalami perubahan-perubahan sikap dan tindakan, dari sikapnya

yang cinta kepada orang Indonesia, berubah menjadi sikap dan perbuatan memusuhi, dan

37

kemudian berubah lagi menjadi mencintai dan bahkan mau membela kepentingannya dengan

penuh tanggung jawab.

4) Jenis Tokoh Berdasarkan Perkembangan Watak

Nurgiyantoro (2007:188) menggolongkan tokoh berdasarkan berkembang atau tidaknya

perwatakan tokoh. Dalam golongan ini, tokoh dibedakan atas tokoh statis dan tokoh

berkembang.

a) Tokoh Berkembang

Tokoh berkembang adalah tokoh yang memiliki perubahan dan perkembangan perwatakan

sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.

(Nurgiyantoro, 2007:188).

Menurut Aminuddin (2004:84), tokoh berkembang disebut juga dengan tokoh dinamis yaitu

tokoh atau pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan

penampilannya.

Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh berkembang adalah tokoh

yang memiliki perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan peristiwa dan plot yang

dikisahkan.

Seperti contoh dalam karya fiksi novel berjudul Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis,

tokoh Guru Isa yang sebelumnya diceritakan sebagai manusia penakut dan impoten,

kemudian berubah menjadi tidak penakut dan tidak impoten lagi, perubahan itu terjadi karena

ada sebab-sebab khusus yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi plot dasn peristiwa.

38

b) Tokoh Statis

Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2007:188) “Tokoh statis adalah tokoh cerita yang

secara essensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai

akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Menurut pendapat Aminuddin (2004:83), tokoh statis adalah tokoh atau pelaku yang tidak

menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul hingga diakhir

cerita.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh statis adalah tokoh yang tidak

mengalami perkembangan atau perubahan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-

peristiwa yang terjadi sejak pelaku muncul hingga diakhir cerita.

Contohnya dapat dilihat dalam karya fiksi novel yang berjudul Siti Nurbaya karya Marah

Rusli, di dalam novel tersebut tokoh Datuk Maringgih tidak mengalami perubahan watak. Ia

tetap menjadi tokoh yang jahat, semua tindakan dan tingkah lakunya adalah kejahatan.

b. Penokohan

“Penokohan atau karakterisasi adalah proses yang dipergunakan oleh seseorang pengarang

untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya.”(Tarigan, 2008:147).

Menurut Nurgiyantoro (2007:165) penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan

artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu

dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,

penokohan adalah karakteristik pelaku dalam sebuah karya fiksi yang menciptakan serta

membentuk suatu cerita. Dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut:

39

Sudah lima kali aku ke Kramat dan masuk menyelinap melalui pintu dapur. Sesudah

kunjungan yang kedua kali pintu dapur kukunci cermat. Tetapi surat Atik belum kujawab.

Aku takut. Kunci masih terletak di dalam lubang dinding seperti ada dahulu. Seorang diri

aku datang, dalam waktu istirahat bebas dinas. Untuk ketiga kalinya. Hanya duduk-duduk di

serambi belakang. (Burung-burung Manyar, Y.B.Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro,

2007:203)

Dari penggalan kutipan yang menceritakan tindakan dan tingkah laku Teto di atas, kita akan

mendapat tambahan informasi tentang kediriannya. Teto pada dasarnya juga merupakan

seorang sentimentalis, romantis, merasa terikat dan terpengaruh masa lalu, kenangan masa

lalu. Ia juga seorang yang bertanggung jawab, walau dalam kaitannya dengan sifat

kesentimentalannya (Nurgiyantoro, 2007:203).

5. Sudut Pandang

Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja

dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (Nurgiyantoro, 2007:248).

Menurut Tarigan (2008:136), Sudut pandang adalah posisi fisik, tempat persona/pembicara

melihat dan menyajikan gagasan-gagasan atau peristiwa-peristiwa; merupakan

perspektif/pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh penulis bagi

personanya, serta mencakup kualitas-kualitas emosional dan mental persona yang mengawasi

sikap dan nada.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah srategi, teknik,

siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya,

dan merupakan cara pengarang untuk menyajikan peristiwa-peristiwa. Sudut pandang juga

merupakan perspektif atau pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh

40

penulis bagi personanya, serta mencakup kualitas-kualitas emosional dan mental persona

yang mengawasi sikap dan nada.

Selanjutnya Tarigan menjelaskan bahwa sudut pandang ini ada berbagai ragam; yang

terpenting diantaranya adalah; Sudut pandang yang berpusat pada orang pertama (first person

central point of view), Sudut pandang yang berkisar sekeliling orang pertama (first person

peripheral point of view). Sudut pandang orang ketiga terbatas (limited third person point of

view). Dan Sudut pandang orang ketiga serba tahu (third person omniscient point of view).

Di bawah ini merupakan jenis-jenis sudut pandang. Jenis-jenis sudut pandang adalah sebagai

berikut:

a. Sudut Pandang yang Berpusat pada Orang Pertama (First Person Central Point of

View).

Menurut Tarigan (2008:138), sudut pandang yang berpusat pada orang pertama ini, persona

yang bertindak sebagai juru bicara menceritakan kisahnya dengan mempergunakan kata aku

saya. Dengan perkataan lain, dia membatasi pada apa-apa yang dapat diketahuinya dan yang

ingin dikemukakannya saja.

Nurgiyantoro (2007:262) berpendapat, sudut pandang persona pertama adalah pengarang

menggunakan gaya “aku”, ia mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat,

didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain. Pembaca hanya dapat

melihat dan merasakan secara terbatas seperti apa yang dilihat dan dirasakan tokoh si “aku”

tersebut.

Dari kedua pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa sudut pandang yang

berpusat pada orang pertama adalah pengarang bertindak sebagai juru bicara menceritakan

41

kisahnya dengan mempergunakan kata “aku”, ia mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang

diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain.

Pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti apa yang dilihat dan

dirasakan tokoh si “aku” tersebut. Contoh dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Aku keluar rumah. Kulihat perempuan-perempuan mencuci dan berak di kali menggis

dengan air seperti jenang soklat. Bahkan sungai di sisi timur kota Magelang yang sekotor itu

ironis sekali diberi nama kali Bening. Di negeri seperti ini, air yang begitu kotor penuh

berak dan basil toh sudah berhak disebut bening. Tetapi dalam kanal seperti itu juga aku

dulu sebagai anak kolong mandi dengan nyaman dan segar. (Burung-burung Manyar, Y.B

Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro, 2007:288)

b. Sudut Pandang yang Berkisar Sekeliling Orang Pertama (First Person Peripheral

Point of View).

Dalam first person peripheral point of view, sudut pandang yang tokoh “aku” hadir untuk

membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian

“dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang

dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang

lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubngan dengan

tokoh-tokoh lain. (Nurgiyantoro, 2007:264--265).

Menurut Tarigan (2008:138), “Dalam sudut pandang yang berkisar sekeliling orang pertama

ini, persona menceritakan suatu cerita dengan mempergunakan kata aku,saya; tetapi cerita itu

bukan ceritanya sendiri. Di sini, persona bukan merupakan tokoh utama. Penggunaan sudut

pandangan seperti ini mengizinkan persona memberikan interpretasi kepada para pembaca

mengenai tokoh utama dan segala gerak-geriknya.”

42

Gorys Keraf (2003:195), menyatakan sudut pandang tipe ini, pengisah (narator) mengambil

bagian langsung dalam seluruh rangkaian tindakan (sebagai partisipan) dan turut menentukan

hasilnya, tetapi tidak menjadi tokoh utama (ia bukan bermain caracter).

Dari pendapat-pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengarang dalam sudut

pandang yang berkisar sekeliling orang pertama ini menceritakan suatu cerita masih

menggunakan kata aku atau saya tetapi dengan tokoh utamanya adalah tokoh lain bukan

dirinya sendiri. Pengarang mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian tindakan

(sebagai partisipan) dan turut menentukan hasilnya. Penggunaan sudut pandangan seperti ini

mengizinkan persona memberikan interpretasi kepada para pembaca mengenai tokoh utama

dan segala gerak-geriknya.

Seperti dalam contoh kutipan berikut ini:

Inilah terakhir kali kulihat sersan Husni, ketika muncul di rumah lepas Isya dan

lenyap tatkala langit gelap seperti karbon. Sudah tiga bulan tidak bertemu. Air mukanya

lebih garang ketimbang semula, mengingatkan aku kepada mandor tebu perkebunan

Colomadu, yang pernah mengusir kami anak-anak sehingga berhamburan. Ibu tak lupa akan

nazarnya, potong ayam andai kata sersan selamat tidak kurang suatu apapun. Oleh sebab

kedatangannya yang tiba-tiba, nazar itusedikit mengalami perubahan. Bukan potong ayam,

melainkan beli daging ayam. Buatku, hampir-hampir tak ada bedanya.

(Dari Hari ke Hari, Mahbub Djunaidi dalam Gorys Keraf, 2003: 195--196)

c. Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas (Limited Third Person Point of View).

Sudut pandang orang ketiga terbatas adalah pengarang mempergunakan kata ganti diri saya

atau aku, tetapi sebagai penggantinya menceritakan cerita terutama sekali sebagai satu atau

43

dua tokoh utama yang dapat mengetahuinya. Persona secara tegas membatasi dirinya

terhadap apa-apa yang telah dapat diketahui oleh para tokoh tersebut, apa yang telah

dipikirkan atau yang dilakukannya.(Tarigan, 2008:139).

Menurut Stanton (Nurgiyantoro, 2007:259), dalam sudut pandang “dia” terbatas, pengarang

melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan dirasakan oleh tokoh cerita,

namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan sudut pandang orang ketiga

terbatas adalah sudut pandang yang dipakai pengarang dengan cara melukiskan apa yang

dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya

pada seorang tokoh saja. pengarang secara tegas membatasi dirinya terhadap apa-apa yang

telah dapat diketahui oleh para tokoh tersebut, apa yang telah dipikirkan atau yang

dilakukannya.

Seperti contoh di bawah ini:

Sadeli dan David memandang padanya separuh takjub. Apakah Maria berbicara sungguh-

sungguh, atau hanya hendak Mempermainkanmereka saja?. Melihat air muka mereka yang

keheranan. Maria tiba-tiba tertawa, merasa amat lucu. David Wayne dan Sadeli ikut

tertawa,meskipun tak begitu mengerti apa yang ditertawakan Maria, danmereka merasa

seakan sudah berkenalan sejak lama.

(Maut dan Cinta, Mochtar Lubis dalam Nurgiyantoro, 2007:257)

d. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu (Third Person Omniscient Point of View).

Sudut pandang orang ketiga serba tahu ini, persona tidak menggunakan kata ganti aku atau

saya dalam penyajian bahannya benar-benar mengetahui segala sesuatu yang pantas diketahui

44

mengenai segala keadaan gerak, tindakan, atau emosinya yang terlibat didalamnya.(Tarigan,

2008:140).

Nurgiyantoro (2007:257) berpendapat bahwa orang ketiga maha tahu dikisahkan dari sudut

“dia”, namun pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut

tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya. Ia mengetahui berbagai hal tentang

tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang orang ketiga

serba tahu ini pengarang tidak menggunakan kata ganti aku atau saya, di dalam cerita ia

mengetahui segala sesuatu yang pantas diketahui mengenai segala keadaan gerak, tindakan,

atau emosinya yang terlibat didalam cerita. Dan ia pun mengetahui berbagai hal tentang

tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.

Dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut:

Dia melihat betapa Maria sekuat tenaga menjaga dirinya Jangan menangis terisak-

isak karena ada ibunya, dan karena ibunya Telahmengatakan padanya, bahwa semua ini

akan terjadi, dan Maria mengatakan pada ibunya dia akan kuat menahannya. Apa yang

dilakukan Maria kini? Tanya Sadeli pada dirinya sendiri. Dan Sadeli taktahu, bahwa saat itu

Maria sedang terbaring di tempat tidurnya, air matamengalir membasahi pipinya,

membasahi bantalnya, dan dia mencoba menghidupkan kembali dalam ingatanya, dalam

seluruhbadannya apa yang pernah terjadi di tempat tidur antara dia dengan Sadeli (Maut

dan Cinta, Mochtar Lubis dalam Nurgiyantoro, 2007:258)

45

2.7 Penilaian Komponen Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen

Penilaian komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen dalam penelitian ini meliputi hal-hal

berikut ini. Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang pertama menganalisis tema,

Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kedua, menganalisis tokoh dan

penokohan. Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang ketiga, latar atau setting.

Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kempat, alur atau jalan cerita,.

Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kelima, sudut pandang atau point of

fiew. Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kenam, gaya bahasa.

2.8 Pendekatan Saintifik

2.8.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Hosnan (2014) pendekatan saintifik adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi

konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau

menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data (menalar), menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang di temukan.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa

informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari

guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan

bukan hanya diberi tahu. Menurut Daryanto (2014:51) pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif

mengkonstruksi konsep, Hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan

46

atau mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip-prinsip yang

ditemukan. Pendekatan saintifik menurut Imas Kurniasih (2014:29) adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengkonstruksikan konsep pembelajaran melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,mengajukan atau

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep.

2.8.2 Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan Pembelajaran Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan

pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah :

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelektual , khususnya kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara

sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itumerupakan

suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel

ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

47

2.8.3 Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam pembelajaran menurut beberapa pakar. Prinsip

pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang pertama, pembelajaran berpusat pada peserta

didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kedua, membentuk self

concept. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang ketiga, pembelajaran

terhindar dari verbalisme. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kempat,

pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengakomodasi konsep,

hukum, dan prinsip. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kelima,

pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir peserta didik. Prinsip

pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang keenam, meningkatkan motivasi belajar

peserta didik dan motivasi mengajar pendidik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan

saintifik yang ketujuh, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih

kemampuan dan komunikasi. Prinsip pembelajaran dengan saintifik yang kedelapan, adanya

proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi peserta didik dalam

struktur kognitifnya (Hosnan, 2014:37)

2.8.4 Langkah-langkah pembelajaran Saintifik

Langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi

mengamati, menanya, mencoba mengolah informasi, menyajikan informasi, dilanjutkan

menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran,

materi, atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan saintifik ini tidak selalu dapat

diaplikasikan atau diterapkan secara prosedural. Pendekatan saintifik pembelajaran disajikan

sebagai berikut

48

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik

1) Mengamati

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud

Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik

untuk melakukan pengamatn melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan

membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka

untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang

diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2) Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

apa yang telah mereka lihat, simak, dan baca. Dari kegiatan bertanya diharapkan peserta didik

dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

membentuk pikiran yang kritis. Pada akhirnya, dari kegiatan bertanya dapat menjadi dasar

untuk menggali informasi yang bersumber dari guru.

3) Mengumpulkan Informasi

Membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara

dengan nara sumber.

Mengamati Menanya Mengumpulkaninformasi

Mengasosiasi

Mengkomunikasikan/Menyajikan

49

4) Mengolah Informasi atau Asosiasi

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi. -Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat

menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada

yang bertentangan.

5) Mengkomunikasikan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,

atau media lainnya. Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat

dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan

mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola.

Kelima langkah dalam pendekatan saintifik tersebut dapat dilakukan secara berurutan atau

tidak berurutan, terutama pada langkah pertama dan kedua. Sedangkan pada langkah ketiga

dan seterusnya sebaiknya dilakukan secara berurutan. Langkah ilmiah ini diterapkan untuk

memberikan ruang lebih pada peserta didik dalam membangun kemandirian belajar serta

mengoptimalkan potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik diminta untuk

mengkonstruk sendiri pengetahuan, pemahaman, serta skill dari proses belajar yang

dilakukan, sedangkan tenaga pendidik mengarahkan serta memberikan penguatan dan

pengayaan tentang apa yang dipelajari bersama peserta didik.Secara konsep pendekatan ini

lebih mengarah pada model pendidikan humanis, yaitu pendidikan yang memberikan ruang

pada peserta didik untuk berkembang sesuai potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik

50

menjadi pusat belajar, tidak menjadi obyek pembelajaran. Dengan demikian karakter, skill,

serta kognisi peserta didik dapat berkembang secara lebih optimal.

2.8.5 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen bahwa peserta

didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan data, analisis data dan

menyajikan hasil. Tahap pengumpulan data mencakup kegiatan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan/menyajikan. Tahap analisis

data meliputi kegiatan mengubah informasi menjadi rumusan kalimat tunggal. Tahap

menyajikan hasil analisis meliputi kegiatan menganalisis unsur intrinsik cerpen (Mahsun,

2014:123).

2.8.6 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik

Kelebihan pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut. Pendekatan saintifik dalam

pembelajaran dapat meningktkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat

tinggi peserta didik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran juga dapat membentuk

kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Selain itu,

pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat menciptakan kondisi peserta didik merasa

bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, Selanjutnya, pendekatan saintifik dalam

pembelajaran memicu diperolehnya hasil belajar yang tinggi. Pendekatan saintifik dapat juga

melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide (Kemendikbud, 2013:130).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiiliki kelebihan yang pertama menyajikan

media objek yang nyata sehingga peserta didik merasa senang, tertantang dan mudah

pelaksanaannya. Kelebihan yang kedua, sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik. Kelebihan pendekatan saintifik yang ketiga, mendorong dan menginspirasi

51

peserta didik untuk aktif belajar. Kelebihan pendekatan saintifik yang keempat, mendiagnosa

kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya

(Daryanto, 2014: 60-65).

Selain kelebihan, pendekatan saintifik juga memiliki kekurangan. Kekurangan pendekatan

saintifik terletak pada kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini, memerlukan

waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang cukup banyak dan jika tak

terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajran (Daryanto, 2014: 60).

2.9 Model-model Pembelajaran Kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan

bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)

mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial;

(2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi

tingkah laku.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, model

pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model

pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery

Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model

pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).

52

Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut:

1) Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta

kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.

2) Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang

dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan

tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan

keterampilan.

3) Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta

didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),

mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information),

mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).

Berikut aadalah kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik

(5M).

Model Inquiry Learning

Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika,

tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan

karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri

atas:

1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman

belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena

dalam mata pelajaran tertentu.

53

2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta

didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru,

teman, atau melalui sumber yang lain.

3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat

mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari

pertanyaan yang diajukan.

4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan,

sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang

paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.

5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau

dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil

temuannya.

Model Discovery Learning.

1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat

berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi

pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat

pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca,

mengamati situasi atau melihat gambar.

2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik

diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan

ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan

merumuskan masalah.

3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan

pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk

54

menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih

ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau

merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami

kegagalan.

4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik

untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk

diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih

keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek

kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara

lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari

buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk

menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang

serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta

didik.

Problem Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah

atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta

didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.

55

2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu

kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya)

terhadap masalah kajian.

3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik

melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab

atau menyelesaikan masalah yang dikaji.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang

ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat

jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

Project Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada

permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan

memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah

proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum,

memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan

menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara

kolaboratif.

Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar

peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena

yang ada.

2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang

ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.

56

3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat

penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai

dengan target.

4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap

pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang

sedang dikerjakan.

5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan

berbagai data lain dari berbagai sumber.

6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi

kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama

atau mata pelajaran lain.

2.10 Rencana Pembelajaran

Menurut standar proses, tahap pertama dalam pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran

yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka

untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan

kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub

tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

57

2.10.1 Prinsip Penyusun RPP

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat,

potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan

khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan

peserta didik.

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan

kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai

bentuk tulisan.

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian

umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas

aspek belajar, dan keragaman budaya.

8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif

sesuai dengan situasi dan kondisi.

58

2.10.2 Komponen RPP

Mengacu pada Permendikbud Nomor 26 tahun 2016 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.

RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik

dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau

lebih. Adapun komponen RPP sesuai dengan Permendikbud tersebut paling sedikit memuat:

Komponen RPP terdiri atas:

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

3) Kelas/semester;

4) Materi pokok;

5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban

belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan

KD yang harus dicapai;

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja

operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan;

7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

59

8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian

kompetensi;

9) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian

kompetensi;

10) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

11) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi

pelajaran;

12) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber

belajar lain yang relevan;

13) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan

penutup;

14) Penilaian hasil pembelajaran.

2.10.3 Langkah-langkah dalam Menyusun RPP

1. Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi pembelajaran; (3) proses

pembelajaran; (4) penilaian pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar;

2. Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-3, dan KI-4 dan untuk mata pelajaran Agama

dan PPKn juga merumus indicator pencapaian yang koheren dan linier untuk KI-1, KI-2,;

3. Perumusan tujuan pembelajaran yang merupakan penambahan dari komponen minimal

sesuai Permendikbud Nomor 103 tahun 2014;

60

4. Penyusunan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber

belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan

sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan

remedial;

5. Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih

operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan

pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar;

6. Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi waktu pada silabus,

selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;

7. Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan

instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran;

8. Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan penilaian; dan

9. Menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar disesuaikan dengan yang telah

ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran

2.11 Kerangka Berpikir

Hasil Belajar Bahasa Indonesia tentang menganalisis unsur intrinsik cerita pendek pada

peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan masih rendah,

hal ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara konvensional sehingga

siswa pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru. Pembelajaran berpusat pada guru,

siswa hanya sebagai obyek belajar sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran berkurang.

61

Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan tentang menganalisis unsur

intrinsik cerita pendek peserta didik kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan adalah melalui pendekatan saintifik. Diharapkan melalui pendekatan

saintifik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menganalisis unsur intrinsik cerita pendek)

Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dapat meningkat.

2.12 Hipotesis Tindakan

Penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan dalam pelajaran Bahasa

Indonesia terutama tentang materi menganalisis unsur intrinsik cerita pendek pada peserta

didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan tahun pelajaran 2018/2019.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan cara penelitian yang akan digunakan dalam pemecahan

masalah. Pendekatan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK/Action

Research).

Arikunto, (2011:3) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar yang berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan menggunakan satu kelas yaitu

kelas XI IPS 2. Oleh karena itu, respon yang nampak belum dapat dijadikan generalisasi

secara umum. Kesimpulan dan hasil hanya berlaku pada SMA Negeri 1 Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas

dikarenakan ada beberapa hal yang membentuk PTK sebagai berikut.

1) Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh atau informasi

yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti.

2) Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.

63

3) Kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian

yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang

dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Kalianda Kecamatan Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan tahun pelajaran 2018/2019. Pemilihan tempat ini didasarkan pada

pertimbangan merupakan tempat mengajar peneliti. Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1

Kalianda terdiri atas 33 Kelas. Seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMA Negegri 1 Kalianda Tahun Pelajaran 2018/2019

Kelas Jurusan Jumlah

IPA IPS

X 6 5 11

XI 6 5 11

XII 6 5 11

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu pra penelitian dan tahap penelitian.

Tahap prapenelitian dilaksanakan bulan Juli sedangkan tahap penelitian dimulai dari bulan

Agustus sampai bulan November Tahun 2018 (pada semester ganjil tahun pelajaran

2018/2019) . Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap pertemuan memerlukan

waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit ). Penelitian ini akan selesai apabila indikator

pembelajaran yang telah ditetapkan mengalami keberhasilan.

64

Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pra penelitian melalui pengamatan dan diskusi bersama guru mata pelajaran

bahasa Indonesia yang lain untuk mengetahui proses belajar bahasa Indonesia yang selama

ini berlangsung.

b. Kelas yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu kelas XI IPS2 (Daftar nama siswa).

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Format APKG 1).

d. Pelaksanaan Pembelajaran (Format APKG 2).

e. Rubrik-rubrik penilaian kegiatan siswa.

f. Pengukuran hasil belajar siswa dalam menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen.

3.3 Bentuk dan Srategi Penelitian

3.3.1 Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada masalah

proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan

jenis praktik pembelajaran di dalam kelas secara profesional. Penelitian ini diharapkan akan

mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3.3.2 Strategi Penelitian

Adapun model penelitian tindakan kelas ini menggambarkan serangkaian langkah yang

membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)

Taggart, (dalam Aqib, 2006:127). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 4.

65

Gambar 3.1 Siklus Penelitian

1. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi :

1) Membuat perencanaan pengajaran

2) Mempersiapkan alat peraga

3) Membuat lembar observasi

4) Mendesain alat evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran

sebagaimana yang telah direncanakan.

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

observasi Refleksi

Tindakan Rencana Awal

observasi Refleksi

66

4. Refleksi

Dalam tahap ini, data-data yang diperoleh melalui Observasidikumpulkan dan dianalisis guna

mengetahuiseberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan bagaimana

perubahan terjadi.

3.4 Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah

data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang

dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Peserta Didik kelas XI.IS.2 SMA Negeri 1 Kalianda Kecamatan KaliandaKabupaten

Lampung Selatan.

2. Hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

3. Informan (guru).

4. Arsip nilai.

3.5 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah peserta didik berkesulitan belajar di kelas XI SMA

Negeri 1 Kalianda . Siswa kelas XI.IS.2 tersebut berjumlah 34 siswa, yang terdiri dari 24

siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki . Semua siswa dalam kondisi normal dan berasal dari

latar belakang yang berbeda-beda.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi yang berbentuk tugas atau serangkaian

tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sehingga menghasilkan skor tentang prestasi

atau tingkah laku peserta tes yang dibandingkan dengan nilai standar tertentu yang telah

ditetapkan (Ibrahim dan Wahyuni, 2012: 11).

67

Menurut Arikunto (1984 : 205) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan

obyektf untuk memperoleh data-data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang,

dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:34) tes adalah suatu cara untuk mengadakan

penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkain tugas yang harus dikerjakan oleh anak

atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi

anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau

dengannilai standar yang ditetapkan. Tes dalam penelitian ini berfungsi untuk mendapatkan

data yang valid serta dapat dipertanggung jawabkan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

pengumpulan data menggunakan metode tes, meliputi: (1) penentuan materi tes (2)

penyusunan kisi-kisi tes, (3) penyusunan tes, (4) pelaksanaan tes, (5) penilaian tes.

Teknik tes yang dipakai dalam penelitian ini, tes tertulis, dalam bentuk uraian. Tes dilakukan

terhadap peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan tahun

pelajaran 2018/2019. Dalam penelitian ini, tes menganalisis unsur intrinsik cerpen digunakan

untuk memperoleh data mengenai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen sebelum

dan sesudah tindakan melalui pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Tes kemampuan

menganalisis unsur intrinsik cerpen ini memberikan gambaran mengenai peningkatan

kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan.

3.6.2 Teknik Nontes

Teknik pengumpulan data yang berupa nontes yakni observasi dan wawancara yang

dilakukan proses pembelajaran yang dibantu oleh dua orang Guru Bahasa Indonesia.

68

3.6.2.1 Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses mengamati

dan ingatan (Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono, 2009: 203).

Observasi kelas yang digunakan untuk mengambil data dari sumber data yang berupa

peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda. Hal-hal yang diamati yaitu

kinerja peserta didik dalam pembelajaran dan kinerja pendidik dalam menenrapkan

pendekatan saintifik. Tujuan observasi kelas adalah untuk menjelaskan situasi yang diteliti,

kegiatan-kegiatan yang terjadi agar memperoleh data yang sebenarnya. Observasi ini

dilakukan peneliti (guru) bahasa Indonesia kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung

Selatan dan dibantu teman sejawat.

Penilaian perencanaan pembelajaran diamati dengan memberikan nilai pada instrumen

penilaian perencanaan pembelajaran yang dibantu oleh teman sejawat sebagai observer.

Proses pembelajaran diamati dengan menggunakan instrumen penilaian pelaksanaan

pembelajaran (terlampir). Observasi terhadap pendidik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1

Kalianda difokuskan pada kegiatan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran bahasa

Indonesia pada pokok bahasan menganalisis unsur intrinsik cerpen, menyediakan sumber

belajar, (menugaskan), memotivasi peserta didik, mengajukan pertanyaan dan menanggapi

jawaban peserta didik, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan

melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Observasi terhadap peserta didik

dilakukan peneliti dengan ketentuan seperti pada tabel berikut.

69

Tabel 3.2 Kegiatan Pembelajaran Peserta Didik yang Diobservasi

Kegiatan AktivitasMengamati Mengamati (melihat, mengamati, mendengar, menyimak (tanpa

atau dengan alat).Menanya Mengajukan pertanyaan yang diperlukan dari faktual yang

bersifat hopitesis; diawali dengan bimbingan pendidik sampaidengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).

Mengumpulkan data Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yangdiajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku,eksperimen) mengumpulkan data.

Mengasosiasi Menganalisis data dalam bentuk kategori, menentulan hubungandata/kategori, menyimpulkan.

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil dalam bentuk lisan, tulisan, diagram,bagan, gambar atau media lainnya.

Sumber: Hosnan, 2014: 39.

3.6.2.2 Wawancara

Wawancara dilakuakn oleh peneliti dengan subjek penelitian yang terbatas. Wwancara ini

dilaksnakan setelah proses pembelajaran di kelas. Rambu-rambu wawancara dengan

naarasumber menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan-kesulitan peserta didik selama

kegitan pembelajaran menentukan unsur intrinsik cerpen, serta saran narasumber terhadap

pembelajaran berikutnya.

3.6.2.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 329).

Penelitian ini menggunakan gambar foto dari siklus satu ke siklus berikutnya yang digunakan

untuk melengkapi hasil observasi.

3.7 Kisi- Kisi Instrumen

Kisi- kisi instrumen merupakan rambu-rambu yang menjadi bahan observasi bagi peneliti

selama pelaksanan penelitian. Kisi-kisi instrumen ini terdiri atas kisi-kisi observasi aktivitas

peserta didik; kisi-kisi instrumen aktivitas pendidik baik dalam perencanaan maupun

pelaksanan pembelajaran menentukan unsur intrinsik cerpen.

70

3.7.1 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik

Kisi-kisi observasi aktivitas peserta didik merupakan rambu-rambu yang menjadi bahan

observasi bagi peneliti selama pelaksanaan penelitian. Kisi-kisi ini menjadi pedoman untuk

mencatat aktivitas-aktivitas yang dilakukan pesrta didik dalam pembelajaran menganalisis

unsur intrinsik cerpen. Lebih jelasnya, perrhatikan Tabel 3.2 di bawah ini

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik

No. Dimensi Indikator1. Prakegiatan 1.1 Ketua kelas memimpin berdoa dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik danbenar

1.2 Peserta didik merespon pertanyaan guru1.3 Peserta didik membentuk kelompok1.4 Peserta didik diberikan teks cerpen1.5 Peserta didik berdiskusi mengenai unsur intrinsik

cerpen1.6 Peserta didik menentukan unsur intrinsik apa saja

yang terdapat dalam cerpen2. Mengamati 2.1 Peserta didik mengamati cerpen yang dibagikan

oleh guru yaitu cerpen “Juru Masak” karyaDamhuri

2.2. Membaca teks cerpen tersebut2.3 Mencermati dan mengidentifikasi unsur intrinsik

cerpen3. Menanya Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

materi unsur intrinsik cerpen4. Mengumpulkan Informasi Menentukan informasi yang diperlukan dari

pertanyaan yang diajukan, menentukan sumberbelajar

5. Mengasosiasi Menganalisis data sesui dengan indikator dan materipembelajaran

6. Mengomunikasikan 6.1 Menentukan unsur intrinsik apa saja yangterdapat dalam cerpen tersebut

6.2 Peserta didik menguraikan satu persatu unsur-unsur intrinsik tersebut

6.3 Menganalisis tema6.4 Menganlisis tokoh dan perwatakan6.5 Menganalisis latar6.6 Menganalisis alur6.7 Menganalisis sudut pandang6.8 Menganalisis gaya bahasa

71

No. Dimensi Indikator7. Menyajikan Peserta didik secara berkelompok menyajikan hasil

dari menentukan unsur intrinsik dan kelompok lainmemberikan tanggapan.

3.7.2 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Pendidik

Kisi-kisi observasi aktivitas pendidik merupakan rambu-rambu yang menjadi bahan observasi

bagi kolaborator selama pelaksanaan pendidikan. Kisi-kisi ini menjadi pedoman untuk

mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan pendidk dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran menentukan unsur intrinsik cerpen. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3.3

dan tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Perencanaan Pembelajaran

No. Dimensi Indikator1. RPP 1.1 Menuliskan indentitas mata pelajaran

1.2 Perumusan Tujuan Pembelajaran1.3 Menentukan KD dan Merumuskan IPK1.4 Materi Pembelajaran1.5 Metode Pembelajaran1.6 Media Pembelajaran1.7 Sumber Belajar1.8 Langkah-langkah Pembelajaran1.9 Penilaian

Tabel 3.5 Pelaksanaan Pembelajaran

No. Dimensi Indikator1. Prakegiatan 1.1 Pendidik mempersiapkan peserta didik untuk belajar

1.2 Pendidik melakukan apersepsi1.3 Pendidik menyampaian kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran1.4 Pendidik memberikan pertanyaan peserta didik1.5 Pendidik menyajikan teks cerpen1.6 Pendidik menentukan materi pembelajaran1.7 Pendidik mengarahkan peserta didik untuk menentukan

unsur intrinsik cerpen

72

No. Dimensi Indikator2. Mengamati 2.1 Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk membaca

cerpen “Juru Masak” karya Damhuri.2.2 Pendidik memfasilitasi agar peserta didik mencermati

cerpen tersebut dan mengidentifikasi unsur intrinsikcerpen tersebut

3. Menanya Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk mengajukanpertanyaan yang diperlukan sesuai dengan materi yangdipelajari

4. MengumpulkanInformasi

Menentukan informasi yang diperlukan dari pertanyaan yangdiajukan, menentukan sumber belajar

5. Mengasosiasi Menganalisi data sesui dengan indikator dan materipembelajaran

6. Mengomunikasikan 6.1 Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menentukanunsur intrinsik apa saja yang terdapat dalam cerpentersebut.

6.2 Pendidik memantau dan mencermati peserta didikmenguraikan satu persatu unsur-unsur intrinsik cerpentersebut.

6.3 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis tema.

6.4 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis tokoh dan penokohan.

6.5 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis latar.

6.6 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis alur.

6.7 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis sudut pandang

6.8 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis gaya bahasa

3.8 Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian perencanaan pembelajaran kemampuan menentukan unsur intrinsik cerpen

melalui pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengolah ing]formasi dan menyajikan (Kemndikbud, 2016: 269). Komponen-komponen

RPP yang dinilai identitas pelajaran, Perumusan Tujuan Pembelajaran Menentukan KD dan

Merumuskan IPK, pemilihan materi pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran,

pemilihan media pembelajaran, pemilihan sumber Belajar, langkah-langkah pembelajaran

dan penilaian (Kemendikbud, 2016: 295),

73

Tabel 3.6 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran (RPP)

No. Komponen dan Butir Komponen Kondisi SkorNilai

Ket

Ada Tidak 4 3 2 1 0A Identitas Mata Pelajaran

1. Meliputi identitas satuan pendidikan,identitas MP atau tema.Sub Tema, kelas,semester, program, mata pelajaran,alokasi wakttu (jumlah pertemuan).

B. Perumusan Tujuan Pembelajaran1. Kesesuaian dengan proses dan hasil

belajar yang dihrapkan dicapai.2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar

C. Menentukan KD dan MerumuskanIPK1. Kesesuain dengan SKL, KI, dan KD2. Kesesuain penggunaan kata kerja

operasional dengan kompetensi yangdiukur.

3. Kesesuaian dengan aspekpengetahuan, sikap, danketerampilan.

D. Materi Pembelajaran1. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur yang relevan.2. Ditulis dalam bentuk butir-butir

sesuai dengan rumusan indikatorketercapaian kompetensi.

3. Kesesuaian dengan karakteristikpeserta didik.

4. Kesesuaian dengan alokasi waktuE Metode Pembelajaran

1. Kesesuaian dengan tujuanpembelajaran.

2. Kesesuaian dengan karakteristikpeserta didik.

F Media Pembelajaran1. Kesesuaian dengan karakteristik

peserta didik.2. Kesesuaian dengan tujuan

pembelajaran.

74

No. Komponen Kondisi SkorNilai

Ket

Ada Tidak 4 3 2 1 03. Kesesuaian dengan materi

pembelajaran.G Sumber Belajar

1. Kesesuaian dengan KI dan KD2. Kesesuaian dengan materi

Pembelajaran.3. Kesesuaian dengan karakteristik

peserta didik.H Langkah-langkah Pembelajaran

1. Menampilkan kegiatan pendahuluan,inti, dan penutup dengan jelas.

2. Kesesuaian kegiatan denganpendekatan Scientific

3. Kesesuaian penyajian dengansistematika materi.

4. Kesesuaian alokasi waktu dengancakupan materi.

I Penilaian1. Kesesuaian dengan teknik dan bentuk

Penilaian autentik.2. Kesesuaian dengan indikator

pencapaian kompetensi.3. Kesesuaian kunci jawaban dengan

soal.4. Kesesuaian pedoman penskoran

dengan soal.Sumber : Kemendikbud (2016: 295)

Keterangan:4 = Baik Sekali3 = Baik2 = Cukup1 = Kurang0 = Tidak Ada

Rubrik penilaian RPP tersebut digunakan dengan cara membubuhkan cek (√ ) pada kolom

(4), (3), (2), (1), (0) sesuai dengan penilaian yang dilakukan penilai. Setelah penilaian

jumlahkan skor seluruh komponen. Selanjutnya tentukan nilai RPP dengan rumus sebagai

berikut :

Perhitungan Nikai akhir = Skor Perolehan X 100 = ............. (.........)Skor Maks. (104)

75

Tabel 3.7 Rentang Nilai Perencanaan Pembelajaran (RPP)

Kriteria NilaiAmat Baik (AB) 86 - 100

Baik (B) 70 -85Cukup (C) 56 -69Kurang (K) < 55

Berdasarkan rentang nilai di atas, kriteria amat baik jika memperoleh nilai RPP mulai dari

nilai 86 sampai nilai 100. Kriteria baik jika nilai RPP dari nilai 70 sampai nilai 85. Kriteria

cukup untuk nilai RPP dari nilai 56 sampai nilai 69. Selanjutnya, kriteria kurang jika nilai

RPP 55.

Tabel 3.8 Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

No. Komponen dan Butir Komponen(Tatap Muka)

Pelaksaanaan SkorNilai

Ket

Ya Tidak 4 3 2 1 0A. Kegiatan Pendahuluan

1. Menyiapkan peserta didik.2. Mengaitkan materi pembelajaran

sekarang dengan pengalaman pesertadidik atau pembelajaran sebelumnya.

3. Menyampaikan kemampuan yang akandicapai peserta didik.

4. Menyampaikan rencana kegiatanmisalnya: individual, kerja kelompok

B. Kegiatan Inti PembelajaranPenguasaan Materi Pelajaran1. Kemampuan menyesuaikan materi

dengan tujuan pembelajaran.2. Menyajikan Pembahasan materi

pembelajaran dengan tepat.3. Menyajikan materi secara sistematis

(mudah ke sulit).Penerapan Strategi Pembelajaranyang Mendidik1. Melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan kompetensi yang akandicapai.

2. Melaksanakan pembelajaran secararuntut.

3. Menguasai kelas.

76

No. Komponen dan Butir Komponen(Tatap Muka)

Pelaksanaan SkorNilai

Ket

Ya Tidak 4 3 2 1 04. Melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan alokasi waktu yangdirencanakan

5. Kesesuaian dengan alokasi waktuPenerapan Pendekatan Saintifik1. Memberikan pertanyaan mengapa

dan bagaimana.2. Memancing peserta didik untuk

bertanya.3. Memfasilitasi peserta didik untuk

mengamati4. Memfasilitasi peserta didik untuk

Mengumpukan informasi5. Memfasilitasi peserta didik untuk

Mengolah informasiPemanfaatan SumberBelajar/Media dalam Pembelajaran1. Menunjukkan keterampilan dalam

penggunaan sumber belajarpembelajaran.

2. Menunjukkan keterampilan dalampenggunaan media pembelajaran.

3. Melibatkan peserta didik dalampemanfaatan sumber pembelajaran.

4. Melibatkan peserta didik dalampemanfaatan media pembelajaran.

Pelibatan Peserta Didik dalamPembelajaran1. Menumbuhkan partisipasi aktif

peserta didik melalui interaksi guru,peserta didik, dan sumber belajar.

2. Merespon positif partisipasi pesertadidik.

3. Menunjukkan sikap terbukaterhadap respon peserta didik.

Penggunaan bahasa yang Benar danTepat dalam Pembelajaran1. Menggunakan bahasa lisan secara

jelas dan lancar.2. Menggunakan bahasa tulis yang

baik dan benar.

77

No. Komponen dan Butir Komponen(Tatap Muka)

Pelaksanaan SkorNilai

Ket

Ya Tidak 4 3 2 1 0C. Kegiatan Penutup Pembelajaran

1. Melakukan refleksi atau membuatrangkuman dengan melibatkanpeserta didik.

2. Memberikan tes lisan atau tulisan.3. Mengumpulkan hasil kerja sebagai

bahan portofolio.4. Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan kegitanberikutnya.

Keterangan:4 = Baik Sekali3 = Baik2 = Cukup1 = Kurang0 = Tidak Ada

Rubrik penilaian pelaksanaan pembelajaran tersebut digunakan dengan cara membubuhkan

cek (√ ) pada kolom (4), (3), (2), (1), (0) sesuai dengan penilaian yang dilakukan penilai.

Setelah penilaian jumlahkan skor seluruh komponen. Selanjutnya tentukan nilai pelaksanaan

pembelajaran dengan rumus sebagai berikut :

Perhitungan Nikai akhir = Skor Perolehan X 100 = ............. (.........)Skor Maks. (120)

Tabel 3.9 Rentang Nilai Pelaksanaan Pembelajaran

Kriteria NilaiAmat Baik (AB) 86 - 100

Baik (B) 70 -85Cukup (C) 56 -69Kurang (K) < 55

Berdasarkan rentang nilai di atas, kriteria amat baik jika memperoleh nilai pelaksanaan

pembelajaran mulai dari nilai 86 sampai nilai 100. Kriteria baik jika nilai pelaksanaan

pembelajaran dari nilai 70 sampai nilai 85. Kriteria cukup untuk nilai pelaksanaan

78

pembelajaran dari nilai 56 sampai nilai 69. Selanjutnya, kriteria kurang jika nilai pelaksanaan

pembelajaran 55.

Tabel 3.10 Teknik dan Istrumen Penilaian Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

No. Aspek Kriteria Skor

1. Tema a. Tema sangat sesuai dengan isiCerpen

b. Tema cukup sesuai dengan isi cerpenc. Tema kurang sesuai dengan isi cerpend. Tema tidak sesuai dengan isi cerpen

4

321

2. Tokoh danPenokohan

a. Tokoh dan penokohan dalam cerpensangat sesuai.

b. Tokoh dan penokohan dalam cerpencukup sesuai.

c. Tokoh dan penokohan dalam cerpenkurang sesuai.

d. Tokoh dan penokohan dalam cerpentidak sesuai

4

3

2

1

3. Latar a. Latar dengan cerpen sangat sesuai.b. Latar dengan cerpen cukup sesuai.c. Latar dengan cerpen kurang sesuai.d. Latar dengan cerpen tidaksesuai.

4321

4. Alur a. Alur dalam cerpen sangat sesuai.b. Alur dalam cerpen cukup sesuai.c. Alur dalam cerpen kurang sesuai.d. Alur dalam cerpen tidak sesuai

4321

5. SudutPandang

a. Sudut pandang dalam cerpen sangatsesuai.

b. Sudut pandang dalam cerpen cukupsesuai.

c. Sudut pandang dalam cerpen kurangsesuai.

d. Sudut pandang dalam cerpen tidaksesuai

4321

6. GayaBahasa

a. Gaya bahasa dalam cerpen sangatsesuai.

b. Gaya bahasa dalam cerpen cukupsesuai.

c. Gaya bahasa dalam cerpen kurangsesuai.

d. Gaya bahasa dalam cerpen tidak sesuai

4321

Perhitungan Nilai akhir = Skor Perolehan X Skor Ideal (100) =

79

Skor Maksimal

Perhitungan Nilai akhir = 18 X Skor Ideal (100) = 7524

Keterangan penilaian :

1) Amat baik bila mendapatskor 91 sampai dengan 1002) Baik bila mendapat nilai 81 sampai dengan 903) Cukup bila mendapat nilai 71 sampai dengan 804) Kurang bila mendapat nilai dari 71

Nilai peserta didik yang telah diolah kemudian dimasukkan ke tabel 3.10

Tabel 3.11

Format Pengolahan Nilai Peserta Didik dalam Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

No. Nama Aspek Penilaian SD SM SI NA1 2 3 4 5 6

1.2.3.

Keterangan1) Tema SD : Skor Diperoleh

2) Tokoh dan penokohan SM : Skor Maksimal

3) Latar SI : Skor Ideal

4) Alur NA : Nilai Akhir

5) Sudut pandamg

6) Gaya Bahasa

3.9 Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan hasil belajar siswa

dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen yang ditunjukkan dengan meningkatnya aspek

80

proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dengan menggunakan metode

pembelajaran bermain peran dinyatakan berhasil bila nilai lembaran penelitian RPP

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan siklus dihentikan jika nilai pada penilaian

RPP mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik. (dinilai dengan menggunakan format

APKG 1).

b. Pelaksanaan pembelajaran dinyatakan berhasil bila dalam proses pelaksanaan

pembelajaran mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik (dinilai dengan format APKG 2).

c. Penilaian aktivitas belajar siswa yang aktif pada setiap siklusnya dan siklus akan

dihentikan jika jumlah siswa yang aktif mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik (dinilai

dalam format aktivitas belajar siswa).

d. Penilaian hasil belajar menganalisis unsur intrinsik cerpen yang dilakukan dalam bentuk

tes uraian pada setiap siklusnya akan dihentikan jika siswa memeroleh nilai di atas KKM

sudah mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik (dinilai dalam format tes siswa). Untuk

lebih jelas mengetahui indikator keberhasilan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.12 Indikator Keberhasilan

No. Aspek Kriteria1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP mencapai skor ≥ 75%

(kategori baik2. Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan

pelaksanaan mencapaiskor ≥ 75% (kategori baik)

3. Penilaian aktivitas belajar siswa Jumlah siswayang aktif mencapai

skor ≥ 75% (kategori baik)

4. Peningkatan kemampuan menganalisis unsurintrinsik cerpen melalui pendekatan saintifik

Jumlah siswa yang aktif dalamsetiap indikator mencapai ≥ 75%(kategori baik

3.10 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

81

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal (pra siklus)l.

Pelaksanaannya dilakukan tiga kali yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Masing – masing

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan rincian sebagai

berikut.

3.10.1 Perencanaan

Perencanaan pembelajaran awal dilakukan dengan cara pembelajaran yang biasa saja tanpa

ada persiapan khusus, dan dengan Rencana Pembelajaran (RP). Materi yang diambil adalah

tentang menganalisis unsur intrinsik cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI

Semester I. Peneliti merencanakan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen,

skenario pembelajaran serta menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung untuk melaksankan

skenario tindakan. Setelah seluruh fasilitas dan sarana siap, rencana disimulasikan untuk

mereduksi kesalahan sekecil mungkin dan memberikan gambaran tindakan yang akan

dilakukan. Melalui kegiatan simulasi ini, peneliti dapat mengantisipasi berbagai

kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksanaan penelitian di kelas.

Tindakan dalam perencanaan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaram (RPP) dengan

pendekatan saintifik. Mengembangkan skenario pembelajaran menganalisis unsur intrinsik

cerpen menggunakan pendekatan saintifik. Menyiapkan sumber belajar. Menyiapkan fasilitas

dan sarana pendukung. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Melaksanakan

pembelajaran, Melaksanakan evaluasi. Menyiapkan kegiatan refleksi untuk pemecahan

masalah pada siklus berikutnya.

3.10.2 Tindakan

Tindakan dilaksanakan pada proses berlangsung di kelas dan saat jam pelajaran bahasa

Indonesia. Peserta didik yang akan diteliti adalah peserta didik XI IPS 2 SMA Negeri 1

82

Kalianda Lampung Selatan tahun pealajran 2018/2019. Tindakan siklus satu dilakukan

sealama 4 x 45 menit (2 x pertemuan). Setiap siklus terdiri dari dua tindakan dengan tahapan

sebagai berikut. Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

Tabel 3.13 Rencana Tindakan

No. TahapTindakan

Siklus Satu

1. Perencanaan 1. Menyiapkan RPP2. Menyiapkan lembar observasi peserta didik dan lembar

observasi pendidik dan instrumen soal pada siklus 1 daninstrumen penilaian

2. Pelaksnaan 1. Membuka pelajaran dengan salam2. Menanyakan peserta yang tidak hadir3. Mengkondisikan siswa4. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran5. Memfasilitasi agar peserta didik mengamati materi pelajaran6. Membahas materi pembelajaran

Pelaksanaan 7. Memfasilitasi agar peserta didik menanya, mengumpulkaninformasi, mengolah informasi dan menyajikan

8. Pendidik memberikan penjelasan dan kesimpulan9. Evaluasi pada akhir pembelajaran10. Pemberian tugas11. Menutup pembelajarn dengan salam

3. Pengamatan(observasi)

Pengamatan dengan mendokumentasikan pada lembarobservasi motivasi siswa dan kemampuan pendidik dalammelaksanakan proses pembelajaran. Pengamatan aktivitasbelajar peserta didik, mulai mengecek kehadiran sampaipengumpulan hasil evaluasi. Aktivitas pendidik, dimulai daripersiapan skenario pembelajaran, pembelajaran samapai denganpemberian tugas. Hasil evaluasi diperoleh nilai rata-ratamenganalisis unsur intrinsik cerpen

4. Refleksi Menganalisis, memahami dan membuat kesimpulanberdasarkan hasil pengamatan. Hasil tes, observasi, danwawancara dapat ditarik kesimpulan perkembangan kemajuandan kelemahan yang terjadi dan selanjutnya dijadikan dasarperbaikan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan tahapan penelitian tindakan kelas yang

digunakan dalam penelitian ini, ada empat yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

pengobservasian, dan tahap refleksi. Tahap persiapan dilakukan dengan mempersiapkan

83

perangkat pembelajaran dan perangkat penelitian. Perangkat pembelajaran yang disiapkan

berupa RPP, instrumen penelitian, dan merancang tindakan yang sesuai dengan Kompetensi

Dasar (KD). Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses

pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran selalu diikuti

kegiatan pemantapan. Tahap pengobservasian dilakukan dengan melakukan observasi pada

aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP dan sebagai

peneliti, pendidik dan kolaborator mencermati pelaksanaan tindakan dan efek dari tindakan

tersebut. Tahap perefleksian dilakukan dengan menganalisis hasil observasi sehingga

diperoleh simpulan, tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai

tujuan penelitian.

3.10.3 Observasi

Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disipkan peneliti yaitu pada

proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Tahap

observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas pendidik dan peserta didik dengan

menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan untuk meneliti beragam reaksi peserta didik

pada saat tindakan berlangsung. Observasi dilakukan bersama dengan teman sejawat sebagai

kolaborator dengan menceklis lembar observasi yang telah disiapkan,

3.10.4 Refleksi

Kegiatan Refleksi berarti merenungkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum

terjadi atau kekurangan dan kekeliruan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tampak hasil

penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan demikian dapat dicermat kembali secara

rinci segala sesuatu yang telah dilakukan serta hasil-hasilnya baik secara positif atau negatif.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik simpulan sebagai

berikut.

1. Perencanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pendekatan

saintifik Pesrta Didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan mengalami

peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa perencanana

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas

dan kreatifitas pesrta didik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen.

2. Proses pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek mealalui

pendekatan saintifik peserta didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatans saintifik dapat meningkatkan

kemampuan pesrta didik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen

3. Pelaksanaan penilaian pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek peserta

didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dengan menggunakan

pendelatan saintifik siklus I peserta didik tuntas KKM 12 orang, siklus II 22 orang dan

siklus III tuntas KKM semua.

4. Terjadi peningkatan kemampuan dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek peserta

didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dengan menggunakan

pendekatan saintifik dari prasiklus, siklus I sampai siklus III Pada prasiklus nilai rata-rata

139

baru mencapai 65,97 pada siklus I rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan menjadi

70,35 dilanjutkan dengan siklus II 74,7, rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan

lagi menjadi72,11 dan pada siklus III rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan

menjadi 86,17

5.2 Saran

Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan peserta didik kelas

XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan, peneliti dapat memberi saran sebagai

berikut

1. Siswa diharapkan membaca buku teutama kaitannya dengan unur intrinsik cerpen agar

kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dapat meningkat.

2. Siswa diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, misalnya dengan

menanyakan hal-hal yang kurang jelas dalam pembelajaran dan membaca banyak buku

refrensi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat bertambah dan berkembang.

3. Guru dapat menggunakan pendekatan saintifik sebagai salah satu solusi untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik menganalisis unsur intrinsik cerita pendek.

Selain itu, guru juga dapat menggunakan model, metode, maupun pendekatan yang

bervariatif, sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna dan inovatif.

4. Sekolah diharapakan meningkatkan pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto , Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

------------------------------. 2015. Penelitian Tindakan Kelas (edisi revisi). Jakarta : BumiAkasara

Aqib Zainal.2014. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP,SMA,SMK. Bandung: CVYrama Widya.

Efendi, Anwar. 2010. “Analisis Perbandingan Struktural Cerpen “Selamat Jalan Nek” KaryaDanarto dan Cerpen “Pohon” Karya Monaj Das”. Jurnal Litera. Volume 9,Nomor 2. Halaman 82-96. ISSN: 1412-2596

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta

Hamzah, B. Uno. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

--------------------.2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hosnan, M.2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia.

Ibrahim dan Wahyuni.2012. Assesman Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah MenengahAtas. Jakarta.

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Sastra. Bandung: YramaWidya.

Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Margono, S. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyani, Wahyu. 2010. “Membidik Kehidupan Rakyat Kecil di Balik Gaya Bahasa Metaforadalam “Senyum” Karyamin Karya Ahmad Tohari”. Prospektus Jurnal IlmiahUnirow Tuban. Vol VII, Nomor 1, Halaman 54-62. ISSN: 1693-8593

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Sayuti, A. Suminto.2009. Cerita Rekaan. Jakarta: Universitas Terbuka

Situmeang, Dahriansyah. 2012. “Efektivitas Model Pembelajaran Cooperatif LearningtipeStad dalam Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen“Daerah Garong” Karya M. Shoim Anwar Oleh Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1Sibolga Tahun Pembelajaran 2010/2011” Asas Jurnal Sastra. Vol I. Halaman 53-62 ISSN: 2301-5896

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensido.

-----------------. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Balai Pustaka

Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka.

Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Indeks

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : RemajaRosdakarya.

Zaidan, Abdul Rozak dkk. 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.