peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik …digilib.unila.ac.id/58038/20/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK
Tesis
Oleh
DEVI ROSFANTINA
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
CERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
PESERTA DIDIK
KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIKCERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATANTAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh
Devi Rosfantina
Penelitian ini membahas masalah kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek
melalui pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2018/2019 dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas. Prosedur
penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbaikan pada perencanaan, pelaksanaan, penilaian
pembelajaran kemampuan menganalisis unsur intrinsik, serta peningkatan kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pendekatan saintifik pada peserta didik kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan. Nilai perencanaan pembelajaran pada
pratindakan adalah 43,26 , siklus I 70,19, siklus II 85,87, siklus III 92,30. Nilai pelaksanaan
pembelajaran pada pratindakan 59,16, siklus I 71,66, siklus II 83,33, siklus III 95,00. Nilai
rata-rata kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek peserta didik kelas XI IPS 2
pada pratindakan adalah 65,79, siklus I 70,35 siklus II 74,7, siklus III 86,17.
Kata Kunci: pendekatan saintifik, unsur intrinsik cerpen
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF ABILITY TO ANALYZE SHORT STORY INTRINSICELEMENTS THROUGH THE SCIENTIFIC APPROACH AT THE TWELFTH
SOCIAL TWO GRADE STUDENTS OF SMAN 1 KALIANDA LAMPUNG SELATANIN ACADEMIC YEAR 2018/2019
Devi Rosfantina
The research discussed about a problem of student’s ability to analyze short story intrinsicelements through the scientific approach at the twelfth social two grade students of SMAN 1Kalianda Lampung Selatan in academic year 2018/2019. The aim of this research is toincrease the student’s ability in analyzing intrinsic elements of short story.
The research method used Action Class Method. There were three cycles of the procedure inthis study; they are planning, implementation, observation and reflection.
The result showed that there was an improvement in planning, the learning implementation ofability analyzing intrinsic elements and an increase in analyzing ability short story intrinsicelements through the scientific approach at the twelfth social two grade students of SMAN 1Kalianda Lampung Selatan in academic year 2018/2019. The difference of the learningplanning mark in pretest (43, 26), cycle I (70, 19 ), cycle II (85, 87), cycle III (92,30). While,the implementation of learning in pretest (59,16), cycle I ( 71,66), cycle II (83,33) and cycleIII (95,00). So, the average of ability in analyzing short story intrinsic elements at the twelfthsocial two grade students was 65.79%, cycle I (70.35), cycle II (74,7), cycle III (86,17).
Therefore, the result indicates that by using scientific approach can: 1) evaluating learningplanning of ability in analyzing short story intrinsic elements, 2) improving learning processabout analyzing short story intrinsic elements, 3)increasing of ability in analyzing short storyintrinsic elements at the twelfth social two grade students of SMAN 1 Kalianda LampungSelatan in academic year 2018/2019.
Key words: short story intrinsic elements, scientific approach.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIKCERITA PENDEK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK
KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATANTAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh
DEVI ROSFANTINA
TesisSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
padaProgram Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Kalianda pada tanggal 04 Desember 1979. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Hi. Jahri Yahya, S.Pd. dan Hj. Sri Wiyatmi, S.Pd.
Peneliti menikah dengan Edwin, S.E pada tahun 2004. Saat ini, peneliti Alhamdulillah telah
dikaruniai tiga orang putra yang bernama M. Mufrih Munadhil, M. Fikas Anugrah dan M.Itaf
Zahran Tajusa.
Penulis menempuh pendidikan formal pada Taman Kanak-kanak (TK) Darma Wanita
Persatuan Kalianda Lampung Selatan selesai pada tahun 1986. Sekolah Dasar (SD) Negeri 3
Kalianda diselesaikan pada tahun 1992. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
Kalianda diselesaikan pada tahun 1995. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kalianda
diselesaikan pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia di tahun 1998 dan berhasil menyelesaikan jenjang Strata (S1) serta memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2002. Tahun 2017, penulis melanjutkan jenjang
pendidikan pada Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Lampung. Peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2008 dan
ditugaskan di SMAN 1 Kalianda Lmapung Selatan sebagai guru Bahasa Indonesia sampai
dengan sekarang.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Robbil Alamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT dan dengan penuh rasa
cinta penulis persembahkan tesis ini kepada
1. orang tuaku yang kusayangi Hi. Jahri Yahya, S.Pd. dan Hj. Sri Wiyatmi, S.Pd. yang
selalu mendidik, memberikan cinta dan kasih sayang, serta doa yang tulus. Memberikan
dukungan moril maupun material. Semoga Allah SWT membalas semuanya dengan amal
ibadah dan kebahagian di surga.
2. suamiku, Edwin, S.E. yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada
peneiliti.
3. anak-anakku tersayang M. Mufrih Munadhil, M.Fikas Anugrah, dan M. Itaf Zahran
Tajusa. Terima kasih atas segala doa, keikhlasan dan dukungan kepada mama semoga
mama bisa menjadi inspirator dan motivator kalian.
4. mas Andri Yuniantoro, S.P. dan adikku Agung Tri Ayudi, M.Kom..
5. Almamater Tercinta, Universitas Lampung.
MOTTO
)6مع العسر یسرا () إن 5فإن مع العسر یسرا (
Artinya "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan."
(Qs: Asy Syarh ayat 5 - 6)
ومن جاھد فإنما یجاھد لنفسھ
Artinya, "Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut
untuk kebaikan dirinya sendiri"
(Qs: Al-Ankabut: 6 )
.
SANWACANA
Assalamualaikum W.W.
Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur penulis haturkan Ke hadirat Allah Swt karena atas
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan dalam Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek melalui Pendekatan
Saintifik pada Peserta Didik Kelas XI.IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2018/2019. Shalawat, salam dan doa semoga selalu tetap tercurah kepada baginda
rosul yang agung Rosulloh Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Tesis
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Penulisan tesis ini banyak menerima bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis, mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
pihak-pihak tersebut sebagai berikut.
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Pd., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
3. Prof. Mustofa, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.
4. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia serta sekaligus penguji II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan
bimbingan, saran, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi MPBSI, atas kesediaan dan
keihlasannya meluangkan waktu untuk memberikan, bimbingan, saran, arahan dan
motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
6. Dr. Iing Sunarti, M.Pd., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keihlasannya
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, nasihat dan motivasi
yang diberikan kepada penulis.
7. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasan dalam
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motoivasi kepada penulis.
8. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Penguji I, atas kesediaan dan keikhlasan meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan dan motivasi kepada penulis.
9. Bapak, dan Ibu Dosen, serta Staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
10. Hi.Drs. Sunardi, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Kalianda atas kesedian dan
keihlasannya memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.
11. Ibu Dra. Hernani Jumilah, M.Pd. Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, Ahmad
Syahrin Said, S.Pd. Waka kesiswaan, Drs. Minsih Madi, M.Pd. Waka Humus dan Ibu
Eka Setiawat, M.Pd. Waka Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Kalianda Lampung
Selatan.
12. Bapak/Ibu Guru dan Staf TU SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan.
13. Sahabat-sahabatku, Susmarwati, S.Sos, Yulina, S.Pd., Sri Suryani, M.Pd.Ririn Posmarina,
S.Pd., Eko Nastiti, S.Pd, M.Sain, Nurazimah, S.P, S.Pd., Saman, S.Pd., Mohhammad
Fahrudin, M.Pd, Lailatus Syarifah, S.Pd., dan Heny Wijayanti, M.Pd. yang selalu
memberikan motivasi dan doa yang tulus kepada penulis,
14. Evi Yunita, S.Pd. guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan yang
berkenan meluangkan meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan
tesis ini.
15. Tri Wahyuni, S.Pd. guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan
yang membantu penulis menyelesaikan tesis ini.
16. Anak-anakku siswa SMAN 1 Kalianda yang ikut serta membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
17. Orangtuaku tercinta Bapak Hi. Jahri Yahya, S.Pd. dan Ibu Hj. Sri Wiyami, S.Pd. yang
tiada henti hentinya memberikan motivasi, dukungan baik moril maupun material .
18. Suamiku Edwin, S.E. yang telah memberikan motivasi dan dukungan yang tulus kepada
penulis.
19. Mas Andri Yuniantoro, S.P, Mba Siti, adikku Agung Triayudi, M. Kom. dan Luci
Setiani
20. Anak-anakku tersayang M. Mufrih Munadhil, M. Fikas Anugrah, dan M. Itaf Zahran
Tajusa yang selalu memberikan doa, senyuman, dukungan dan semangat sehingga
peneliti mampu menyelesaikan tesis ini.
21. Ponakan-ponakan tercinta Nabil Amali, Zaza, Albarokah, dan Fiya yang ikut seta
memberikan doa yang tulus.
22. Sahabatku sahabatku, Mba Septi, Mba Fitri, Mba Nurjayanti , Mba Candra, Linda.
Andika, dan Tika, Mira tempatku meminta bantuan dan dukungan untuk menyelesaikan
tesis ini.
23. Keluarga Besar Magister Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Angkatan 2017 yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Bandar Lampung, Mei 2019
Penulis
DEVI ROSFANTINANPM 1723041020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DALAM................................................................................ ii
ABSTRAK................................................................................................................. iii
ABSTRACT.............................................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING.................................. v
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP.................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN..................................................................................................... ix
MOTTO..................................................................................................................... x
SANWACANA......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 7
1.4 Manfat Penelitian................................................................................................. 8
1.5 Kajian Penelitian yang Relevan.......................................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia........................................................................ 11
2.2 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA............................. 13
2.3 Pengertian Cerpen.............................................................................................. 13
2.4 Ciri-ciri Cerpen................................................................................................... 14
2.5 Pengertian Unsur Intrinsik Cerita Pendek.......................................................... 14
2.6 Unsur-unsur intrinsik Cerita Pendek.................................................................. 15
2.7 Penilaian Komponen Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen............................... 45
2.8 Pendekatan Saintifik............................................................................................. 45
2.9 Model-model Pembelajaran Kurikulum 2013...................................................... 51
2.10 Rencana Pembelajaran....................................................................................... 56
2.11 Kerangka Berfkir............................................................................................... 60
2.12 Hipotesis Tindakan.............................................................................................. 61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian......................................................................................... 62
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................ 63
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian............................................................................ 64
3.4 Sumber Data....................................................................................................... 47
3.5 Subjek Penelitian.................................................................................................. 66
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 66
3.7 Kisi-kisi Instrumen.............................................................................................. 69
3.8 Kriteria Penilaian................................................................................................. 72
3.9 Indikator Keberhasilan Penelitian........................................................................ 79
3.10 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran............................................................ 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................................... 84
4.1.1 Kondisi Peserta Didik sebelum Tindakan (Prasiklus)............................................ 84
4.1.2 Hasil Siklus I......................................................................................................... 90
4.1.3 Hasil Siklus II....................................................................................................... 104
4.1.4 Hasil Siklus III..................................................................................................... 119
4.2 Pembahasan.............................................................................................................. 129
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan.................................................................................................................. 158
5.2.Saran........................................................................................................................ 159
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jumlah siswa SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan TP 2018/2019.......... 633.2 Kegiatan pembelajaran peserta didik yang diobservasi...................................... 693.3 Kisi-kisi observasi peserta didik........................................................................ 703.4 Perencanaan pembelajaran................................................................................. 713.5 Pelaksanaan pembelajaran.................................................................................. 713.6 Instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)........................ 733.7 Rentang nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).................................. 753.8 Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran................................................. 753.9 Rentang nilai pelaksanaan pembelajaran............................................................. 773.10 Teknik dan instrumen penilaian menganalisis unsur intrinsik cerpen................ 783.11 Format pengolahan nilai peserta didik dalam menganalisis unsur
intrinsik cerpen................................................................................................... 793.12 Indikator keberhasilan......................................................................................... 803.13 Rencana tindakan................................................................................................ 82
4.1 Instrumen RPP pratindakan................................................................................ 854.2 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda pada Pratindakan ... 894.3 Nilai Rata-Rata Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
Per Indikator Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda................ 894.4 Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan
Saintifik Siklus I................................................................................................. 994.5 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpan pada
Prasiklus dan Siklus I........................................................................................ 1014.6 Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen
pada prasiklus dan siklus I................................................................................. 1014.7 Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan
Saintifik Siklus II................................................................................................. 1154.8 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
pada siklus II Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda................ 1164.9 Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen
pada siklus I dan siklus II .................................................................................... 1174.10 Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan
Saintifik Siklus III................................................................................................. 1264.11 Rentang Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
pada siklus III Peserta Didik Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda............... 128
4.12 Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpenpada siklus II dan siklus III ................................................................................. 128
4.13 Penilaian pembelajaran pada siklus III................................................................ 129
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Teknik penggambaran karateristik tokoh........................................................ 172.2 Bagian-bagian alur........................................................................................... 232.3 Langkah-langkah pembelajaran saintifik......................................................... 483.1 Siklus penelitian............................................................................................... 65
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Nilai rata-rata menganalisis unsur intrinsik cerpen pada prasiklusdan siklus I................................................................................. ...................... 101
4.2 Nilai rata-rata menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siklus I dansiklus II............................................................................................................ 116
4.3 Nilai rata-rata menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siklus II dansiklus III........................................................................................................... . 126
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Nilai Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen paratindakan2. Instrumen penilaian RPP pada pratindakan (prasiklus)3. Silabus pembelajaran4. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I5. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II6. Rencana pelaksnaan pembelajaran (RPP) siklus III7. Instrumen penilaian RPP siklus I kolaborator I8. Instrumen penilaian RPP siklus I kolaborator II9. Instrumen penilaian RPP siklus II kolaborator I10. Instrumen penilaian RPP siklus II kolaborator II11. Instrumen penilaian RPP siklus III kolaborator I12. Instrumen penilaian RPP siklus III kolaborator II13. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus I kolaborator 114. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus I kolaborator II15. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus II kolaborator 116. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus II kolaborator 1I17. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus III kolaborator 118. Instrumen pelaksanaan pembelajaran siklus III kolaborator 1I19. Aktivitas peserta didik siklus I20. Aktivitas peserta didik siklus II21. Aktivitas peserta didik siklus III22. Nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pendekatan sanitifik siklus I23. Nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pendekatan sanitifik siklus II24. Nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pendekatan sanitifik siklus III25. Peningkatan nilai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pendekatan sanitifik prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III26. Tes Siklus I dan pedoman penskoran27. Tes Siklus II dan pedoman penskoran28. Tes Siklus III dan pedoman penskoran29. Hasil tes penilaian siklus I, siklus II, dan siklus III30. Foto-foto pembelajaran31. Surat izin penelitian
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah diberikan sejak tingkat sekolah dasar
(SD) sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA) . Ruang lingkup Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia terdiri atas empat aspek, yaitu (1) membaca, (2) menulis, (3)
menyimak, dan (4) berbicara.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat SMA dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir (termasuk
pemikir imajinatif), dan menjadi warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap berkomunikasi yang diperlukan peserta didik dalam menempuh
pendidikan, hidup di lingkungan sosial, dan berkecakapan di dunia kerja (Mendikbud, 2016 :
1).
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta
didik mampu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar
dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan dan saling
mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi
keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis) peserta
didik. Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan
kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut
2
adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi,
tanggapan, analisis, dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan kompetensi
berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan
menulis (Mendikbud, 2016 : 1).
Pengembangan kompetensi lulusan Bahasa Indonesia pada tingkat SMA ditekankan pada
kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Pengembangan kemampuan
tersebut dilakukan melalui media teks. Dalam hal ini, teks merupakan perwujudan kegiatan
sosial dan memiliki tujuan sosial. Pencapaian tujuan ini diwadahi oleh karakteristik: cara
pengungkapan tujuan sosial (yang disebut struktur retorika), pilihan kata yang sesuai dengan
tujuan, dan tata bahasa yang sesuai dengan tujuan komunikasi. Kegiatan komunikasi dapat
berbentuk tulisan, lisan, atau multimodal (yakni teks yang menggabungkan bahasa dan
cara/media komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau lisan sebagaimana disajikan dalam
film atau penyajian komputer (Mendikbud, 2016 : 2).
Kompetensi setelah mempelajari Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yaitu, menjadi insan yang
memiliki kemampuan berbahasa dan bersastra untuk menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menerapkannya secara kreatif dalam kehidupan sosial (Mendikbud, 2016 :
2).
Prinsip khusus pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip:
1. Bahasa merupakan kegiatan sosial. Setiap komunikasi dalam kegiatan sosial memiliki
tujuan, konteks, dan audiens tertentu yang memerlukan pemilihan aspek kebahasaan (tata
3
bahasa dan kosa kata) yang tepat; serta cara mengungkapkan dengan strukur yang sesuai agar
mudah dipahami.
2. Bahan pembelajaran bahasa yang digunakan wajib bersifat otentik. Pengembangan bahan
otentik didapat dari media massa (cetak dan elektronik); tulisan guru di kelas, produksi lisan
dan tulis oleh siswa. Semua bahan dikelola guru untuk keberhasilan pembelajaran.
3. Proses pembelajaran menekankan aktivitas siswa yang bermakna. Inti dari siswa aktif
adalah siswa mengalami proses belajar yang efesien dan efektif secara mental dan
eksperiensial.
4. Dalam pembelajaran berbahasa dan bersastra, dikembangkan budaya membaca dan
menulis secara terpadu. Dalam satu tahun pelajaran peserta didik dimotivasi agar dapat
membaca paling sedikit 8 buku ( buku sastra dan 3 buku nonsastra) sehingga setelah peserta
didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/MA membaca paling sedikit 18 judul
buku.
Berdasarkan uraian tersebut peserta didik harus mampu menguasai dan memperoleh hasil
belajar yang baik. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
yang dilaksanakan oleh siswa dan guru. Selama dalam kegiatan proses belajar mengajar guru
dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang
dengan lingkungannya (Hamzah : 2007 : 213).
Salah satu materi tentang menentukan unsur intrinsik cerita pendek yang terdapat pada
Kompetensi Dasar (KD) dalam Silabus kelas XI mata pealajran bahasa Indonesia SMA dan
MA (Wajib) Kurikulum 2013. Kompetensi tersebut adalah menganalisis unsur-unsur
pembangun cerpen.
4
Menurut Notosusanto (dalam Tarigan,1985:176) cerita pendek adalah cerita yang panjangnya
di sekitar lima ribu kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan
lengkap pada dirinya sendiri, sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 :
186) cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan
tunggal yang dominan dan memusatkan pada diri satu tokoh dalam satu situasi. Dari kedua
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita yang berpusat pada
satu tokoh dan satu situasi. Di dalam cerita pendek ada unsur-unsur yang membangunnya
yaitu yang disebut unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik ini meliputi tema,
tokoh, latar, alur, sudut pandang dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari
latar belakang pengarang, dan nilai-nilai.
Manfaat pentingnya siswa mempelajari unsur intrinsik cerpen adalah dapat menambah
wawasan, pengetahuan siswa dibidang sastra khususnya cerpen. Siswa juga dapat
memperoleh pengetahuan tentang tema, tokoh,latr, alur dan gaya bahasa yang terdapat dalam
cerpen.
Pada saat kegiatan belajar mengajar siswa sering mengalami kesulitan saat menjawab soal
yang berkaitan dengan menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen. Hal tersebut dipengaruhi
oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap materi unsur-unsur intrinsik cerpen, metode-
metode yang digunakan guru kurang efektif dan kurang sesuai dengan materi yang diberikan.
Proses dan pendekatan yang selama ini digunakan oleh guru saat pembelajaran khususnya
dalam menentukan unsur intrinsik cerpen menggunakan paradigma lama. Pendidik
merupakan satu-satunya sumber belajar dalam belajar. Teknik pembelajaran menganalisis
unsur intrinsik cerpen pada peserta didik belum dilaksanakan maksimal di kelas XI. IPS.2
5
SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan. Untuk itulah maka penulis menggunakan pendekatan
Saintifik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen, diharapkan dengan pendekatan saintifik
kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dapat meningkat
Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan yang sesuai untuk mencapai kualitas yang
telah dirancang dalam dokumen kurikulum 2013. Hal tersebut disebabkan pendekatan
saintifik mempunyai karakteristik sebagai berikut. Karakteristik pendekatan saintifik yang
pertama berpusat pada peserta didik. Karakteristik pendekatan saintifik yang kedua
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.
Karakteristik pendekatan saintifik yang ketiga melibatkan proses-proses kognitif yang
pontensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan menggunakan
akal budi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik, jadi karakteristik-
karakteristik tersebut dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur
intrinsik cerpen pada peserta didik kelas XI. IPS. 2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan.
Pendekatan saintifik dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur
intrinsik cerpen disebabkan pendekatan tersebut memiliki langkah-langkah pembelajaran
yang jelas. Langkah-langkah yang biasa digunakan dalam pembelajaran untuk peningkatan
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan pendekatan santifik
dalam penelitian ini sebagai berikut. Langkah yang pertama mengamati, dalam hal ini,
peserta didik mengamati teks cerpen. Langkah yang kedua menanya, dalam hal ini peserta
didik menanya tentang materi unsur intrinsik cerpen yang diamati. Langkah ketiga
mengasosiasi, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memadukan pengetahuan yang ia
peroleh. Langkah keempat, mencoba agar peserta didik dapat menganlisis unsur-unsur
intrinsik dalam cerpen yang diamati. Langkah kelima, menginformasikan atau
6
mempublikasikan hasilnya dengan cara membacakan di depan kelas (Kemendikbud,
2013:153)
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti (guru) di kelas XI.IPS.2
SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun pelajaran 2018/2019 yang berkaitan dengan
kemampuan dalam menganlisis unsur intrinsik cerpen ternyata masih banyak siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. KKM yang
ditetapkan adalah 75. Rata-rata nilai siswa baru mencapai nilai 65. Faktor-faktor yang
menyebabkan hal tersebut yaitu, pertama, siswa kurang memahami materi unsur intrinsik
cerita pendek, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menentukan unsur-unsur intrinsik
cerita pendek. Kedua, kekurangmampuan guru dalam menerapkan metode-metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa terutama pada
materi menentukan unsur-unsur intrinsik cerita pendek.
Berdasarkan paparan permasalahan yang peneliti sampaikan, maka peneliti bersama
kolaboratif berinisiatif menemukan pemecahan masalah tersebut dengan tindakan untuk
memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah dalam menganalisis unsur intrinsik cerita
pendek. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu pendekatan yaitu pendekatan
saintifik. Dengan pendekatan saintifik ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
menganalisis unsur intrinsik cerita pendek sehingga hasil yang didapat akan sesuai yang
diharapkan oleh peneliti (guru). Kelebihan menggunakan pendekatan saintifik ini membuat
siswa bisa memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji penelitian tindakan kelas dengan
judul “ Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pendekatan
Saintifik pada Peserta Didik Kelas XI. IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2018/2019.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek
melalui pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI. IPS.2 SMA Negeri 1 Kalianda
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek
melalui pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI IPS..2 SMA Negeri 1 Kalianda
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019?
3. Bagaimanakah penilaian menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik pada peserta didik Kelas XI.IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2018/2019
4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pendekatan saintifik pada peserta didik Kelas XI.IPS.2 Spada MAN 1 Kalianda Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran mengnalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik pada peserta didik Kelas XI. IPS.2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2018/2019.
8
2. Pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik pada peserta didik Kelas XI IPS. 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2018/2019.
3. Penilaian menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan saintifik pada
peserta didik Kelas XI.IPS.2 SMAN 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2018/2019.
4. Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik pada peserta didik Kelas XI.IPS.2 Spada MAN 1 Kalianda Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2018/2019.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
perkembangan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pada peningkatan hasil
belajar siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan saintifik
serta menjadi acuan bagi penelitian sejenis.
1.4.2 Manfaat Praktis Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya
pada materi unsur intrinsik cerita pendek. Dapat memperbaiki hasil belajar siswa, khususnya
pada materi unsur intrinsik cerita pendek. Meningkatkan kreativitas siswa dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
9
1.4.3 Manfaat Bagi Guru
Guru dapat menggunakan variasi model pembelajaran dalam proses kegiatan belajar
mengajar, khussunya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Guru dapat meningkatkan
kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa
yang kurang baik.
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah
Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dengan lebih baik, khususnya dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Memberikan sumbangan yang positif bagi
kemajuan sekolah. Dapat dijadikan acuan untuk pembelajaran di sekolah.
1.5 Kajian Penelitian yang Relevan
Penulis akan memaparkan kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan.
1) Helmawati (2015) Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan penelitian tindakan kelas.
Hasil penelitian ini, menunjukkan adanya perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran keterampilan menulis, serta peningkatan kemampuan menulis melalui
pendekatan saintifik peserta didik kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro. Nilai rata-rata
kemampuan menulis peserta didik kelas X IIS I pada pratindakan 65,9, siklus satu 71,1,
siklus dua 74,29, dan siklus tiga 8,00.
2) Sari (2018) Meningkatkan Keterampilan menulis Paragraf melalui pendekatan Saintifik
pada siswa kelas IV SD Negeri Curug 01 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan Saintifik dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis paragraf. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil
rata-rata tes akhir siklus I sebesar 64,51% menjadi 87,09% pada siklus II. Begitu pula
10
dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa
dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,2% pada siklus I sedangkan siklus II
memperoleh 90,8%.
3) Satria (2017) Meningkatkan Keterampilan Menyimak melalui pendekatan saintifik pada
anak kelas IV Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
menyimak. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata aktivitas guru sesuai langkah-langkah metode
pendekatan saintifik ini mencapai 75.6 %, dan aktivitas siswa mencapai 70 %. Mengalami
peningkatan pada siklus II mencapai 93 %. Aktivitas guru sesuai langkah-langkah metode ini
mencapai 83 %, dan aktivitas siswa mencapai 80.4 %.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, ruang lingkup penelitian ini adalah
1) Perencanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui
pendekatan saintifik.
2) Pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik.
3) Penilaian menganalisis unsur inrinsik cerita pendek melaui pendekatan saintifik.
4) Peningkatan kemampuan menganalisis unsur inrinsik cerita pendek melalui pendekatan
saintifik.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap berkomunikasi yang diperlukan peserta didik dalam menempuh
pendidikan, hidup di lingkungan sosial, dan berkecakapan di dunia kerja. Kurikulum 2013
mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik mampu
mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar
dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan dan saling
mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi
keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis) peserta
didik. Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan
kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut
adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi,
tanggapan, analisis, dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan kompetensi
berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan
menulis (Kemendikbud, 2016 : 2).
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sintesis dari tiga pendekatan, yaitu pedagogi
genre, saintifik, dan CLIL. Alur utama model adalah pedagogi genre dengan 4M
(membangun konteks, menelaah Model, mengonstruksi terbimbing, dan mengonstruksi
mandiri). Kegiatan mendapatkan pengetahuan (KD-3) dilakukan dengan pendekatan saintifik
5M (Mengamati, Mempertanyakan, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan
12
Mengomunikasikan). Pengembangan keterampilan (KD-4) dilanjutkan dengan langkah
mengonstruksi terbimbing dan mengonstruksi mandiri. Pendekatan CLIL digunakan untuk
memperkaya pembelajaran dengan prinsip: (1) isi [konten] teks—berupa model atau tugas--
bermuatan karakter dan pengembangan wawasan serta kepedulian sebagai warganegara dan
sebagai warga dunia; (2) unsur kebahasaan [komunikasi] menjadi unsur penting untuk
menyatakan berbagai tujuan berbahasa dalam kehidupan; (3) setiap jenis teks memiliki
struktur berpikir [kognisi] yang berbeda-beda yang harus disadari agar komunikasi lebih
efektif; dan (4) budaya[kultur], berbahasa, berkomunikasi yang berhasil harus melibatkan
etika, kesantunan berbahasa, budaya (antarbangsa, nasional, dan lokal)
(Kemendikbud, 2016 : 2).
Mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi karena pelajaran Bahasa Indonesia memiliki
empat aspek keterampilan sebagai berikut :
1. Keterampilan berbicara
2. Keterampilan menulis
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menyimak
13
2.2 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.9 Menganalisis unsur-
unsur pembangun cerita
pendek dalam buku
kumpulan cerita pendek
.Cerpen:
Unsur-unsur
pembangun cerpen
Merekonstruksi
cerpen.
Mengidentifikasi cerpen
dengan memerhatikan
unsur-unsur pembangun
cerpen
Menyusun kembali
cerpen dengan
memerhatikan unsur-
unsur pembangun cerpen
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi hasil kerja
dalam diskusi kelas.
4.9 Mengkonstruksi sebuah
cerita pendek dengan
memerhatikan unsur-
unsur pembangun
cerpen.
.
2.3 Pengertian Cerpen
Menurut Rosidi (dalam Tarigan, 1991: 176) cerita pendek adalah cerita yang pendek dan
merupakan suatu kebulatan ide. Menurut Rozak (1996 : 50) cerpen adalah kisahan yang
memberi kesan tunggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi
dramatik.
14
2.4 Ciri-ciri Cerpen
Menurut Tarigan (1991: 177) ciri-ciri dari cerita pendek atau cerpen adalah sebagai berikut
1) Cerita pendek singkat, padu, intensif
2) Unsur-unsur utama cerita pendek: adegan, tokoh, dan gerak
3) Bahasa cerita pendek haruslah wajar, sugestif dan menarik perhatian
4) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu fek dalam pikiran pembaca
5) Cerpen harus mempunyai tokoh utama
6) Cerpen harus mempunyai satu efek kesan yang menarik
7) Cerpen bergantung pada (satu) situasi
2.5 Pengertian Unsur Intrinsik Cerpen
Cerita pendek mempunyai dua unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, seperti
tokoh, latar, alur (Rozak dalam Kamus Istilah Sastra 1996: 89), sedangkan unsur ekstrinsik
unsur luar yang dapat menjadi bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra atau menjadi
bahan pertimbangan bagi pembaca, seperti biografi, falsafah hidup, dan unsur budaya (Rozak
dalam Kamus Istilah Sastra, 1996 : 67). Menurut Nurgiyantoro (2007:23) “Unsur-unsur
intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang sevara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.” Sedangkan Aminuddin (2004:66--
91) berpendapat bahwa, prosa fiksi seperti cerita pendek memiliki unsur-unsur intrinsik yang
membangun dari dalam karya fiksi dari dalam. Unsur-unsur intrinsik yang dimaksud berupa
tema, alur, latar atau setting, penokohan, dan sudut pandang.
15
Dari beberapa pendapat tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa unsur-unsur intrinsik
cerpen merupakan unsur-unsur yang membangun karya fiksi dari dalam yang meliputi lima
unsur yaitu: tema, alur, latar, penokohan, dan sudut pandang.
2.6 Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek
Menurut Tarigan (1991:122) Unsur-unsur intrinsik cerita pendek
1) Tema
2) Tokoh
3) Latar
4) Alur
5) Gaya bahasa
Menurut Esten (1990 : 27 ) struktur cerita pendek terdiri atas
1) Alur
2) Penokohan/perwatakan
3) Latar
4) Pusat pengisahan
5) Gaya bahasa
Berdasarkan kedua pendapat tersebut mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek
mempunyai kesamaan. Dalam hal ini penulis ingin meneliti kemampuan siswa dalam
menentukan unsur intrinsik cerpen yang terdiri dari tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang
dan gaya bahasa.
2.6.1 Tema
Menurut Brooks, Puurser, dan Warren (dalam Tarigan, 1991: 125) tema adalah pandangan
hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai
tertentu yang membentuk suatu gagasan utama dari suatu karya sastra. Menurut Sudjiman
16
(dalam Sumarjdo, 1984: 58) tema merupakan suatu gagasan, ide, atau pikiran utama yang
terdapat dalam sebuah karya sastra baik terungkap maupun tidak terungkap. Menurut Kosasih
(2012: 40) tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusian, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.
Untuk dapat menyingkap tema suatu cerpen, seorang pembaca harus terlebih dahulu
mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita
fiksinya.
2.6.2 Tokoh
Dalam sebuah cerita pendek unsur tokoh sangat penting karena sebuah cerita pendek tidak
bisa dikatakan sebagai cerita pendek bila di dalam jalinan cerita itu tidak terdapat tokoh yang
terlibat, minimal ada seorang tokoh sebagai pelaku utama atau ditambah dengan beberapa
tokoh lain.
Menurut Kosasih (2012 : 36 ) Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut adalah contoh-contoh teknik
penggambaran karakteristik tokoh.
17
Gambar 2.1 Teknik Penggambaran Karateristik Tokoh
Penokohan dan perwatakan tokoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Teknik analitik
Teknik analitik adalah teknik dengan menggunakan penggambaran langsung dari karakter
tokoh.
Berikut contoh kutipan cerpen yang menggunakan teknik analitik
Intan namanya dia anak yag cantik, anggun pintar, kaya raya, baik hati, dan ceria.Dia
anak yang sempurna sangat sempurna, tapi hanya satu kekurangannya yaitu tidak
mempunyai tubuh yang sehat. Sekarang dia duduk di kelas IX SMP dan kini sedang
menghadapi ujian akhir.
Teknik penggambarankarakteristik tokoh
Penggambaranjalan pikiran
tokoh
Penggambaran
fisik dan perilakuperilaku tokoh
Penggambarantata kebahasaan
tokoh
Penggambaranlingkungan tokoh
18
2) Teknik Dramatik.
Teknik yang digunakan oleh si pengarang secara tidak langsung tetapi melalui :
a. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
Asap mengepul dari batang rokok yang kujepit di antara dua jariku. Semenjak seorang
gadis berambut panjang teruarai basah kena air hujan menghampiriku. Ah, dia tidak
menghampiriku. Dia hanya ingin mencari perlindungan dari guyuran hujan spertiku. Celana
dan kaos hitamnya terlihat basah. Setelah sampai didekatku, dia memberi seulas senyuman.
Barisan giginya putih rapi. Bibirnya tipis. Gadis ini cantik, aku membatin. Ah, apa peduliku
dengan kecantikannya. Dalam perjalananku keliling beberapa kota untuk pementasan, selalu
saja dapat kutemui gadis-gadis cantik’terpajang’ di atelase-etalase kampus, pertokoan, dan
pasar. Mereka dipermak, dirias sedemikian rupa menjadi sebuah kamuflase fashion dan
make-up.
b. Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Pedahal kampung tetangganya pada
terang semua. Desa itu gelap gulita kalau malam, cepat becek kalau hujan tiba. Banyak
anjing berkeliaran di sana, beberapa di antaranya tidak jelas empunya.
c. Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Kata-katanya sering membuat merah orang yang mendengarkannya. Teriakan
mengancam begitu mudah mengucur dari mulutnya sehingga sering membuat orang-orang
yang baru mengenalnya menjadi takut. Logatnya memang tidak seperti orang-orang
kebanyakan, ia seperti orang dari daerah pedalaan.
d. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, mencium
bau keringatnya. Dalam pikirannya, Cuma anak gadisnya yang masih mau menyambut
19
dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada
menerima kepulangannya.
Berikut contoh penggambaran lainnya dalam cerpen.
Cara
Penggambaran
Contoh Karakter
Tokoh
1. Menyebutkan
Secara
langsung
Eli sangat ramah kepada teman-temannya. Ia tidak
sombong walaupun selalu menjadi juara kelas.
ramah, tidak
sombong,
pintar.
2. Gambaran
fisik
Ia berotot kekar. Perutnya sedikit buncit. Urat-urat leher
tampak keluar bila ia sedang berbicara.
Laki-laki,
kuat, kasar.
3. Perilaku Soni bila berjalan selalu saja menengadah dan dada sering
dibusung-busungkan. Jarang sekali menyapa tetangga-
tetangganya walaupun ia lewat dihadapa mereka.
Angkuh
4. Tata bahasa
tokoh
“Kamu tahu tidak sih kalau aku ini saudaranya Pak
Lurah. Seharusnya kamu sedikit sopan kepadaku. Enak
saja berjalan tanpa permisis,” ujar Parta kepada Eri.
Pemarah,
sombong
5. Lingkungan
kehidupan
pikiran tokoh
Rumahnya tidak jauh dari selokan Cikapundung yang
airnya selalu keruh walaupun tidak turun hujan. Anjing-
anjing liar lalu lalang dengan gonggoongan yang
memekakan. Siang itu hari begitu panas karena atap seng
yang terpanggang sinar matahari.
Tokoh yang
miskin,
kumuh
6. Pembicaraan
tokoh lain
“Seandainya aku punya dua puluh persen saja dari putih
kulit Indah” batinnya dengan perasaan sedih yang nyaris-
nyaris menjebol kantong air matanya
Indah gadis
cantik,
berkulit
putih bersih
20
2.6.3 Latar
Latar atau setting merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita. Latar
berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita
ataupun pada karakter tokoh. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu
sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima
karakter tokoh ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam cerita itu.
Macam-macam latar
1) Latar Tempat
Tempat berlangsungnya cerita mungkin berupa daerah luas, seperti nama daerah atau
negara,mungkin pula berada di daerah yang sempit, seperti kelas atau pojok kamar. Berikut
contohnya.
Nama Tempat Penggambaran dalam Cerita
Di sekolah, lab IPA Akhirnya Rara nekat juga pergi ke lab IPA, dengan buku
fisikanya dia duduk di samping pintu bagian depan lab IPA. Lalu
ia mulai belajar dengan seruis seperti biasanya.
Di ruang kelas taman
kanak-kanak
Baru saja gadis itu menyanyikan lagu. Lagu Bintang Kecil
dengan suara merdunya. Diakhiri tepuk tangan anak-anak beserta
ibu-ibu muda mereka yang hadir . Sangat meriah, meskipun tidak
lebih dari lima belas anak yang hadir.
2) Latar Waktu
Waktu berlangsungnya cerita, mungkin pada pagi hari, malam hari, dan waktu-waktu lainnya.
Seperti halnya latar tempat, penggambarannya dapat secara langsung olah pengarang ataupun
melalui penuturan tokoh. Berikut contohnya.
21
Keadaan Waktu Penggambaran dalam Cerita
Pagi Dia datang sambil terus menatapku, tidak ada senyum di wajahnya.
Halini membuat prasangka buruk terhadapku. Namun setelah duduk
lama di mejanya sapaan itu keluar dari mulutya, “Pagi, Tom”?
“Pagi....”, jawabku tanpa berani menatap wajahnya.
Malam Udara malam semakin dingin, tak bisa tidurkah kau sekarang, Pak?
Masih memikirkan hal yang akan terjadi padamu bila kau tak
menolong saudaramu yang kelaparan, yang sampai sekarang masih
meneriaki hak-hak mereka. Tidur pulaslah kau malam ini, Pak, minta
istrimu untuk meninabobokan dirimu. Hapuslah hal yang masih
membelenggu pikiranmu. Karena esok akan terjadi hal yang sama.
Berikut contoh lainnya keberadaan latar dalam cerpen
Cerpen 1
Menjelang hari raya ini aku terbaring di rumah sakit. Dari jendela kamar rumah sakit yang
kudiami aku bisa melihat keluar dengan jelas. Hujan menderas, manusia-manusia menepi
pada kesunyian, laguhujan, lagu keleneng becak. Di ruangan ini, aku Cuma berdua. Selisish
satu ranjang, terbaring seorang perempuan tua. Sendiri. Tak kulihat semenjak aku di sini,
seorang pun menengoknya, yang mengajaknya bercakap, kecuali dokter dan perawat yang
memeriksanya. Itupun sesuai jadwal dan sebentar saja.
(Cerpen “Menjelang Hari Raya”, oleh Zakh Syairun Madjid Surono).
22
Cerpen 2
Menggigil aku berjalan menyususri perkampungan yang sudah sunyi. Sepupuku, Riri
tampak menarik jaketnya. Ia berjalan agak merapat di sampingku. Kami berdua sangat
lelah. Seharian naik bus dan kini kemalaman tiba di Kampung Sekar. Salahnya kami tak
sempat mengabari Paman. Beginilah kalau berpergian tanpa rencana matang.
Kulirik sebentar arlojiku. Jam menunjukkan hampir pukul dua belas kurang
seperempat. Malam semakin sunyi. Apalagi, jalan perkampungan yang ramai masih agak
jauh. Namun, berkas-berkas sinar lampu tampak dari kejauhan. Di sanalah ruah Paman
Sukri berada.
(Cerpen “Perjalanan Malam” oleh Mas Beng)
Bila kita baca kembali cerpen “Menjelang Hari Raya “, tampaklah bahwa latar cerita itu
adalah rumah sakit dan pada saat menjelang hari raya. Adapun cerpen “Perjalanan Malam”
latarnya adalah di suatu perkampungan yang sunyi. Waktuya malam hari.
2.6.4 Alur
Alur (plot) merupakan pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.
1) Pengenalan situasi cerita (expotion)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan
antar tokoh.
2) Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini, disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertetangan, atupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
23
3) Menuju pada adanya konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai
situasi yang mnyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4) Puncak konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan
mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.
Misalnya, apakah dia berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5) Penyelesaian (ending)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami
tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun ada pula cerpen yang
penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imajinasi pembaca. Jadi akhir
ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian.
Gambar 2.2 Bagian-bagian Alur
Berdasarkan periode pengembangannya, alur cerpen dapat dikelompokkan sebagi berikut.
1) Alur normal : (1) → (2) → (3) → (4) → (5)
2) Alur sorot balik : (5) → (4) → (3) → (2) → (1)
Bagian-bagianalur 2. pengungkapan
peristiwa
3. menuju konflik4. puncak konflik
penyelesaian
1. Pengenalan situasicerita
24
3) Alur maju-mundur : (4) → (5) → (1) → (2) → (3)
Periode-periode tersebut meliputi :
1) Pengenalan situasi cerita, babak awal;
2) Pengungkapan peristiwa;
3) Menuju adanya konflik;
4) Puncak konflik;
5) Penyelesaian.
Meskipun demikian, kelima unsur alur itu tidak selamanya hadir dalam sebuah cerpen.
Mengingat rentang dan jumlah peristiwa di dalamnya yang terbatas, biasanya unsur-unsur
yang hadir itu hanya 2-4 saja, misalnya unsur (2) pengungkapan peristiwa , (3) menuju
konflik , dan (4) puncak konflik .
2.6.5 Gaya Bahasa
Menurut Keraf (1994 : 152) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
atau kemampuan seseorang dalam penggunaan bahasa secara khas yang dapat
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat
dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu
1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata
dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Contohnya bahasa dalam pidato kepresidenan.
25
2) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang
dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah bagaimana tempat sebuah unsur kalimat
yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Contohnya, kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil,
semuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan negara.
3) Gaya bahasa beradasarkan langsung tidaknya makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan
yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan.
Contohnya : Bagai air di daun talas (perumpamaan atau simile).
Selanjutnya unsur-unsur pembangun cerpen menurut Nurgiantoro (2007 : 23) sebagai berikut
1) Tema
Menurut Tarigan (2008:166), tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu
karya sastra imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang
cermat sebagai akibat membaca karya tersebut.
Menurut Staton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2007:67), “Tema adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita.”
Aminuddin (2004:91) menjelaskan bahwa, “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi
yang diciptakannya.”
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa, tema adalah gagasan utama,
ide atau pikiran pokok yang sanggup mengungkapkan makna dalam karya fiksi. Contohnya
adalah cerita Siti Nurbaya karya Marah Rusli memiliki tema yaitu “Kasih Tak Sampai”
26
2. Alur
Alur dalam cerpen atau karya sastra fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam cerita. (Aminuddin, 2004:83).
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007:113) alur atau plot adalah cerita yang berisi
urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa
yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.
Dari kedua pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa alur adalah rangkaian cerita
yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa yang menimbulkan sebab akibat sehingga
menjalin suatu cerita.
a. Unsur-unsur Alur
Tarigan (2008:156) memaparkan bahwa unsur-unsur alur terbagi atas lima bagian, yaitu
situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi), generating circumstances
(peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkait-kaitan mulai bergerak), rising action (keadaan
mulai memuncak), climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks), dan denouement
(pengarang memberikan pemecahan sosial dari semua peristiwa).
1) Tahap Penyituasian (Situation)
Situation adalah saat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi (Tarigan,
2008:156). Menurut Nurgiyantoro (2007:149), situation disebut juga dengan tahap
penyituasian atau tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh
cerita.
27
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa situation adalah tahap penyituasian
yang melukiskan keadaan awal atau perkenalan dengan situasi latar dan tokoh cerita.
2) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances)
Generating circumstances adalah peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkait-kaitan mulai
bergerak.(Tarigan, 2008:156). Tahap pemunculan konflik atau Generating circumstances
merupakan masa dimana masalah-masalah atau peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan. (Nurgiyantoro, 2007:149).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, generating circumstances adalah
peristiwa awal yang dimunculkan untuk menyulut terjadinya konflik.
3) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)
Rising action adalah situasi panas karena pelaku –pelaku dalam cerita mulai berkonflik.
(Aminuddin, 2004:84).
Tahap peningkatan konflik atau rising action merupakan konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.
(Nurgiyantoro, 2007:149).
Dari kedua pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa rising action adalah situasi
panas yang disebabkan dengan pemunculan konflik yang berkembang dan dikembangkan
kadar intensitanya.
4) Tahap Klimaks (Climax)
Climax adalah situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga
para pelaku itu mendapatkan nasib oleh pengarangnya. (Aminuddin, 2004:84).
28
Climax atau tahap klimaks merupakan konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang
terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak. (Nurgiyantoro, 2007:150).
Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa climax adalah konflik yang
semakin memuncak sehingga pelaku atau tokoh dalam cerita mendapatkan nasib dan
mencapai titik intensitas puncak.
5) Tahap Penyelesaian (Denouement)
Denouement adalah pemecahan sosial dari semua peristiwa.(Tarigan, 2008:156). Denouement
atau tahap penyelesaian ialah konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, dan
ketegangan dikendorkan. (Nurgiyantoro, 2007:150).
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa denouement adalah tahap
penyelesaian konflik yang telah mencapai klimaks dan diberi penyelesaiannya.
b. Jenis-jenis Alur
Jalannya peristiwa yang membentuk sebuah cerita terjadi dalam sebuah struktur atau urutan
waktu. Dalam mengurutkan susunan tersebut dikenal tiga jenis alur yakni alur maju
(kronologis) dan alur mundur (flashback), serta alur campuran atau gabungan. (Nurgiyantoro,
2007:153--156).
1) Alur Maju (Kronologis)
Alur maju (kronologis) menurut Nurgiyantoro (2007:153) yaitu apabila pengarang dalam
mengurutkan peristiwa-peristiwa itu menggunakan urutan waktu maju dan lurus. Artinya,
29
peristiwa-peristiwa itu diawali dengan pengenalan masalah dan diakhiri dengan pemecahan
masalah.
Contoh alur maju
Salah satu cara mengisi kekosongan pagi hari ialah membaca koran. Menurut Rusti
kebiasaan seperti itu lebih baik daripada memutar-mutar nomor telepon mencari teman
bicara atau berdiri di pagar halaman dan memeriksa kesibukan tetangga. Karena itu setelah
melepas Hatanto dan ketiga anak mereka, Rusti kembali ke kursi kesayangannya, membalik-
balik koran pagi. Yang pertama dibacanya adalah cerita bersambung tentang perjuangan
seorang anak manusia (Retak-retak Waduk Raksasa, Rohyati dalam Aminuddin, 2004:73).
2) Alur Mundur (Flashback)
Nurgiyantoro (2007:154) menjelaskan bahwa Alur mundur (flashback) yaitu apabila
pengarang mengurutkan peristiwa-peristiwa itu tidak dimulai dari peristiwa awal, melainkan
mungkin dari peristiwa tengah atau akhir. Seperti contoh (dalam Nurgiyantoro, 2007:155),
novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H yang awal penceritaan berintikan
meninggalnya Farida, kemudian peristiwa-peristiwa yang disorot balik yang berintikan
kemelut pada rumah tangga Permana sampai Farida dikawinkan dengan Sumarto, peristiwa
tersebut dimunculkan untuk menegaskan kronologisnya antara dua peristiwa terdahulu, lalu
akhirnya berintikan pada kegoncangan jiwa Permana akibat meninggalnya Farida, anak
semata wayangnya.
3) Alur Campuran
Nurgiyantoro (2007:155) menjelaskan alur campuran yaitu apabila cerita berjalan secara
kronologis, namun sering terdapat adegan-adegan sorot balik. Seperti contoh (dalam
Nurgiyantoro, 2007:156), novel Tanah Gersang karya Mochtar Lubis memuat alur campuran.
30
Cerita di dalamnya secara keseluruhan berlangsung secara progresif, namun berkali-kali
terdapat adegan sorot balik yang cukup panjang dan bersifat mendukung tema, tendens, dan
penokohan novel itu.
3. Latar atau Setting
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:216), Latar atau setting adalah landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Aminuddin (2004:67) menjelaskan bahwa setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi,
baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi
psikologis.
Laverty (dalam Tarigan, 2008:164) berpendapat bahwa, latar atau setting adalah lingkungan
fisik tempat kegiatan berlangsung.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar atau setting adalah
tempat, hubungan waktu, atau peristiwa yang terjadi di dalam sebuah karya fiksi.
Nurgiyantoro (2007:227--234), menjelaskan bahwa unsur latar atau setting meliputi latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial. (menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Lebih lanjut dapat dilihat dalam penjelasan unsur latar sebagai berikut:
a. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi.(Nurgiyantoro, 2007:227).
31
Latar tempat dalam sebuah karya fiksi dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut ini:
Baru keesokan harinya pemuda-pemuda memperoleh kepastian: Belanda dursetut ke
Yogya, kota kabupaten diduduki musuh. Tetapi di hari pasaran Pon berikut masih banyak
juga perempuan yang toh pergi ke pasar, jauh di bawah sana di tepi jalan raya aspal. Akan
tetapi mereka pulang kecewa karena semua toko tutup. (Burung-burung Manyar,
Y.B.Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro, 2007:219)
Latar dalam kutipan di atas adalah kota Yogya.
b. Latar waktu
Menurut Nurgiyantoro (2007:230), latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Latar waktu dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Abimanyu nanar tatapan matanya memandangi genangan darah yang bergerak
perlahan-lahan semakin meluas memenuhi kemahnya. Kental merah anggur keungu-unguan
dan semburat berkilat-kilat kena cahaya dari luar. Matahari sudah amat condong ke barat.
Hari telah sore, sebuah bola emas besar. (Nostalgia, Danarto dalam Aminuddin, 2004:71 )
Latar waktu dalam kutipan di atas adalah sore hari.
c. Latar Sosial
Selanjutnya Nurgiyantoro (2007:233), menjelaskan bahwa latar sosial menyaran pada hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi.
32
Contoh latar sosial dalam kutipan berikut:
Anak kecil itu masih duduk sendiri di atas gundukan sampah yang menjulang. Di
tangannnya tergenggam kertas-kertas bekas, sementara di sebelah kanannya tumpukan
kertas-kertas, kardus pilihan yang dikumpulkannya. Matanya yang kecil dan manis itu
melihat ke atas, memandang fajar yang pelan-pelan memancarkan sinar. (Burik, N.K.S
Hendrowinoto dalam Aminuddin, 2004:67)
Dalam kutipan di atas terlihat bahwa ada seorang anak yang tidak mampu yang berkerja
sebagai pemulung sampah.
4. Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh
Aminuddin (2004:79) berpendapat bahwa, tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita.
Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2007:165) menjelaskan bahwa tokoh cerita adalah orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan
dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang
mengemban peristiwa dalam cerita fiksi naratif atau drama sehingga peristiwa itu menjalin
suatu cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
33
Tokoh memiliki beberapa jenis. Adapun penjelasan dari beberapa jenis tokoh adalah sebagai
berikut:
1) Jenis Tokoh Berdasarkan Peranan
Aminuddin (2004:79--80) menggolongkan tokoh berdasarkan peranan dan keseringan
pemunculannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
a) Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita.(Aminuddin,
2004:79). Menurut Nurgiyantoro (2007:176), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaanya.
Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang
memiliki peranan penting dalam suatu cerita dan diutamakan penceritaannya.
Contohnya di dalam karya fiksi yang berbentuk novel berjudul Siti Nurbaya karya Marah
Rusli, tokoh utamanya adalah Siti Nurbaya.
b) Tokoh Tambahan
Menurut Aminuddin (2004:79--80), tokoh yang memiliki peranan yang tidak penting karena
pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh
tambahan atau tokoh pembantu.
Nurgiyantoro (2007:177) berpendapat bahwa pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam
keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada
keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
34
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh tambahan adalah tokoh yang
memiliki peranan yang tidak penting karena pemunculannya hanya sedikit, untuk
melengkapi, melayani, mendukung tokoh utama.
Contohnya dapat dilihat dalam karya fiksi yang berbentuk novel berjudul Burung-burung
Manyar karya Y.B. Mangunwijaya, yang merupakan tokoh tambahan dalam novel ini adalah
Verbruggen, Janakatamsi, Bu Antana dan Marice.(Nurgiyantoro, 2007:178).
2) Jenis Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan
Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2007:178--179) menggolongkan tokoh berdasarkan
fungsi penampilannya. Dilihat dari fungsi penampilannya, tokoh dibedakan atas tokoh
protagonis dan antagonis.
a) Tokoh Protagonis
Menurut pendapat Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2007:178--179), tokoh protagonis
adalah tokoh yang memberikan simpati dan empati, dan melibatkan diri secara emosional
serta dikagumi oleh pembaca. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memiliki watak
yang baik sehingga disenangi pembaca. (Aminuddin, 2004:80).
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh atau
pelaku yang memiliki watak baik dan memberikan unsur emosional yang bersifat simpati dan
empati dari para pembacanya. Tokoh ini adalah tokoh yang dikagumi dan disenangi pembaca.
Contoh dapat dilihat dalam karya fiksi yang berbentuk novel berjudul Pada Sebuah Kapal
karya N.H.Dhini, dalam novel ini tokoh protagonisnya adalah Sri dan Michel.
35
b) Tokoh Antagonis
Menurut pendapat Aminuddin (2004:80), tokoh antagonis adalah tokoh yang tidak disenangi
pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca.
Nurgiyantoro (2007:179) menjelaskan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh penyebab
terjadinya konflik.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh yang
memiliki watak yang tidazk sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca, tokoh ini
merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik yang dialami oleh tokoh protagonis.
Contoh dapat dilihat dalam karya fiksi novel yang berjudul Pada Sebuah Kapal karya N.H.
Dhini. Dalam novel ini yang berperan sebagai tokoh antagonis adalah Charles Vincent
sebagai suami Sri dan Nicole sebagai istri Michel.
3) Jenis Tokoh Berdasarkan Perwatakannya
Menurut Forster (Nurgiyantoro, 2007:181), tokoh berdasarkan perwatakannya terbagi atas
tokoh sederhana (simple caracter) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex caracter).
a) Tokoh Sederhana (Simple Caracter)
Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. (Nurgiyantoro, 2007:181--182).
Menurut Aminuddin (2004:82), simple caracter ialah bila pelaku itu menunjukkan adanya
kompleksitas masalah.
36
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh sederhana atau (simple caracter)
adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi atau satu sifat watak tertentu saja, dan
pelaku pun tidak menunjukkan adanya kompleksitas masalah.
Seperti contoh dalam karya fiksi novel yang berjudul Salah Asuhan karya Abdul Muis, tokoh
sederhana ini adalah Corrie dan Rafiah.
b) Tokoh Bulat (Complex Caracter)
Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2007:183) “Tokoh bulat atau kompleks adalah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati
dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat
pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti
bertentangan dan sulit diduga.”
Tokoh kompleks adalah tokoh yang pemunculannya dibebani banyak permasalahan. Selain
itu tokoh ini juga ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi batin yang cukup
kompleks sehingga kehadirannya banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks
pula. (Aminuddin, 2004:82).
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh kompleks atau tokoh bulat
adalah tokoh yang memiliki watak yang kompleks, karena menampilkan watak dan tingkah
laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya masalah yang dibebankan olehnya.
Contoh dapat dilihat dalam Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya yang terjadi
pada tokoh Teto yang mengalami perubahan-perubahan sikap dan tindakan, dari sikapnya
yang cinta kepada orang Indonesia, berubah menjadi sikap dan perbuatan memusuhi, dan
37
kemudian berubah lagi menjadi mencintai dan bahkan mau membela kepentingannya dengan
penuh tanggung jawab.
4) Jenis Tokoh Berdasarkan Perkembangan Watak
Nurgiyantoro (2007:188) menggolongkan tokoh berdasarkan berkembang atau tidaknya
perwatakan tokoh. Dalam golongan ini, tokoh dibedakan atas tokoh statis dan tokoh
berkembang.
a) Tokoh Berkembang
Tokoh berkembang adalah tokoh yang memiliki perubahan dan perkembangan perwatakan
sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.
(Nurgiyantoro, 2007:188).
Menurut Aminuddin (2004:84), tokoh berkembang disebut juga dengan tokoh dinamis yaitu
tokoh atau pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan
penampilannya.
Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh berkembang adalah tokoh
yang memiliki perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan peristiwa dan plot yang
dikisahkan.
Seperti contoh dalam karya fiksi novel berjudul Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis,
tokoh Guru Isa yang sebelumnya diceritakan sebagai manusia penakut dan impoten,
kemudian berubah menjadi tidak penakut dan tidak impoten lagi, perubahan itu terjadi karena
ada sebab-sebab khusus yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi plot dasn peristiwa.
38
b) Tokoh Statis
Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 2007:188) “Tokoh statis adalah tokoh cerita yang
secara essensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai
akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Menurut pendapat Aminuddin (2004:83), tokoh statis adalah tokoh atau pelaku yang tidak
menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul hingga diakhir
cerita.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh statis adalah tokoh yang tidak
mengalami perkembangan atau perubahan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-
peristiwa yang terjadi sejak pelaku muncul hingga diakhir cerita.
Contohnya dapat dilihat dalam karya fiksi novel yang berjudul Siti Nurbaya karya Marah
Rusli, di dalam novel tersebut tokoh Datuk Maringgih tidak mengalami perubahan watak. Ia
tetap menjadi tokoh yang jahat, semua tindakan dan tingkah lakunya adalah kejahatan.
b. Penokohan
“Penokohan atau karakterisasi adalah proses yang dipergunakan oleh seseorang pengarang
untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya.”(Tarigan, 2008:147).
Menurut Nurgiyantoro (2007:165) penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan
artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu
dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
penokohan adalah karakteristik pelaku dalam sebuah karya fiksi yang menciptakan serta
membentuk suatu cerita. Dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut:
39
Sudah lima kali aku ke Kramat dan masuk menyelinap melalui pintu dapur. Sesudah
kunjungan yang kedua kali pintu dapur kukunci cermat. Tetapi surat Atik belum kujawab.
Aku takut. Kunci masih terletak di dalam lubang dinding seperti ada dahulu. Seorang diri
aku datang, dalam waktu istirahat bebas dinas. Untuk ketiga kalinya. Hanya duduk-duduk di
serambi belakang. (Burung-burung Manyar, Y.B.Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro,
2007:203)
Dari penggalan kutipan yang menceritakan tindakan dan tingkah laku Teto di atas, kita akan
mendapat tambahan informasi tentang kediriannya. Teto pada dasarnya juga merupakan
seorang sentimentalis, romantis, merasa terikat dan terpengaruh masa lalu, kenangan masa
lalu. Ia juga seorang yang bertanggung jawab, walau dalam kaitannya dengan sifat
kesentimentalannya (Nurgiyantoro, 2007:203).
5. Sudut Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (Nurgiyantoro, 2007:248).
Menurut Tarigan (2008:136), Sudut pandang adalah posisi fisik, tempat persona/pembicara
melihat dan menyajikan gagasan-gagasan atau peristiwa-peristiwa; merupakan
perspektif/pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh penulis bagi
personanya, serta mencakup kualitas-kualitas emosional dan mental persona yang mengawasi
sikap dan nada.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah srategi, teknik,
siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya,
dan merupakan cara pengarang untuk menyajikan peristiwa-peristiwa. Sudut pandang juga
merupakan perspektif atau pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh
40
penulis bagi personanya, serta mencakup kualitas-kualitas emosional dan mental persona
yang mengawasi sikap dan nada.
Selanjutnya Tarigan menjelaskan bahwa sudut pandang ini ada berbagai ragam; yang
terpenting diantaranya adalah; Sudut pandang yang berpusat pada orang pertama (first person
central point of view), Sudut pandang yang berkisar sekeliling orang pertama (first person
peripheral point of view). Sudut pandang orang ketiga terbatas (limited third person point of
view). Dan Sudut pandang orang ketiga serba tahu (third person omniscient point of view).
Di bawah ini merupakan jenis-jenis sudut pandang. Jenis-jenis sudut pandang adalah sebagai
berikut:
a. Sudut Pandang yang Berpusat pada Orang Pertama (First Person Central Point of
View).
Menurut Tarigan (2008:138), sudut pandang yang berpusat pada orang pertama ini, persona
yang bertindak sebagai juru bicara menceritakan kisahnya dengan mempergunakan kata aku
saya. Dengan perkataan lain, dia membatasi pada apa-apa yang dapat diketahuinya dan yang
ingin dikemukakannya saja.
Nurgiyantoro (2007:262) berpendapat, sudut pandang persona pertama adalah pengarang
menggunakan gaya “aku”, ia mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat,
didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain. Pembaca hanya dapat
melihat dan merasakan secara terbatas seperti apa yang dilihat dan dirasakan tokoh si “aku”
tersebut.
Dari kedua pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa sudut pandang yang
berpusat pada orang pertama adalah pengarang bertindak sebagai juru bicara menceritakan
41
kisahnya dengan mempergunakan kata “aku”, ia mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang
diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain.
Pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti apa yang dilihat dan
dirasakan tokoh si “aku” tersebut. Contoh dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Aku keluar rumah. Kulihat perempuan-perempuan mencuci dan berak di kali menggis
dengan air seperti jenang soklat. Bahkan sungai di sisi timur kota Magelang yang sekotor itu
ironis sekali diberi nama kali Bening. Di negeri seperti ini, air yang begitu kotor penuh
berak dan basil toh sudah berhak disebut bening. Tetapi dalam kanal seperti itu juga aku
dulu sebagai anak kolong mandi dengan nyaman dan segar. (Burung-burung Manyar, Y.B
Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro, 2007:288)
b. Sudut Pandang yang Berkisar Sekeliling Orang Pertama (First Person Peripheral
Point of View).
Dalam first person peripheral point of view, sudut pandang yang tokoh “aku” hadir untuk
membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian
“dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang
dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubngan dengan
tokoh-tokoh lain. (Nurgiyantoro, 2007:264--265).
Menurut Tarigan (2008:138), “Dalam sudut pandang yang berkisar sekeliling orang pertama
ini, persona menceritakan suatu cerita dengan mempergunakan kata aku,saya; tetapi cerita itu
bukan ceritanya sendiri. Di sini, persona bukan merupakan tokoh utama. Penggunaan sudut
pandangan seperti ini mengizinkan persona memberikan interpretasi kepada para pembaca
mengenai tokoh utama dan segala gerak-geriknya.”
42
Gorys Keraf (2003:195), menyatakan sudut pandang tipe ini, pengisah (narator) mengambil
bagian langsung dalam seluruh rangkaian tindakan (sebagai partisipan) dan turut menentukan
hasilnya, tetapi tidak menjadi tokoh utama (ia bukan bermain caracter).
Dari pendapat-pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengarang dalam sudut
pandang yang berkisar sekeliling orang pertama ini menceritakan suatu cerita masih
menggunakan kata aku atau saya tetapi dengan tokoh utamanya adalah tokoh lain bukan
dirinya sendiri. Pengarang mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian tindakan
(sebagai partisipan) dan turut menentukan hasilnya. Penggunaan sudut pandangan seperti ini
mengizinkan persona memberikan interpretasi kepada para pembaca mengenai tokoh utama
dan segala gerak-geriknya.
Seperti dalam contoh kutipan berikut ini:
Inilah terakhir kali kulihat sersan Husni, ketika muncul di rumah lepas Isya dan
lenyap tatkala langit gelap seperti karbon. Sudah tiga bulan tidak bertemu. Air mukanya
lebih garang ketimbang semula, mengingatkan aku kepada mandor tebu perkebunan
Colomadu, yang pernah mengusir kami anak-anak sehingga berhamburan. Ibu tak lupa akan
nazarnya, potong ayam andai kata sersan selamat tidak kurang suatu apapun. Oleh sebab
kedatangannya yang tiba-tiba, nazar itusedikit mengalami perubahan. Bukan potong ayam,
melainkan beli daging ayam. Buatku, hampir-hampir tak ada bedanya.
(Dari Hari ke Hari, Mahbub Djunaidi dalam Gorys Keraf, 2003: 195--196)
c. Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas (Limited Third Person Point of View).
Sudut pandang orang ketiga terbatas adalah pengarang mempergunakan kata ganti diri saya
atau aku, tetapi sebagai penggantinya menceritakan cerita terutama sekali sebagai satu atau
43
dua tokoh utama yang dapat mengetahuinya. Persona secara tegas membatasi dirinya
terhadap apa-apa yang telah dapat diketahui oleh para tokoh tersebut, apa yang telah
dipikirkan atau yang dilakukannya.(Tarigan, 2008:139).
Menurut Stanton (Nurgiyantoro, 2007:259), dalam sudut pandang “dia” terbatas, pengarang
melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan dirasakan oleh tokoh cerita,
namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan sudut pandang orang ketiga
terbatas adalah sudut pandang yang dipakai pengarang dengan cara melukiskan apa yang
dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya
pada seorang tokoh saja. pengarang secara tegas membatasi dirinya terhadap apa-apa yang
telah dapat diketahui oleh para tokoh tersebut, apa yang telah dipikirkan atau yang
dilakukannya.
Seperti contoh di bawah ini:
Sadeli dan David memandang padanya separuh takjub. Apakah Maria berbicara sungguh-
sungguh, atau hanya hendak Mempermainkanmereka saja?. Melihat air muka mereka yang
keheranan. Maria tiba-tiba tertawa, merasa amat lucu. David Wayne dan Sadeli ikut
tertawa,meskipun tak begitu mengerti apa yang ditertawakan Maria, danmereka merasa
seakan sudah berkenalan sejak lama.
(Maut dan Cinta, Mochtar Lubis dalam Nurgiyantoro, 2007:257)
d. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu (Third Person Omniscient Point of View).
Sudut pandang orang ketiga serba tahu ini, persona tidak menggunakan kata ganti aku atau
saya dalam penyajian bahannya benar-benar mengetahui segala sesuatu yang pantas diketahui
44
mengenai segala keadaan gerak, tindakan, atau emosinya yang terlibat didalamnya.(Tarigan,
2008:140).
Nurgiyantoro (2007:257) berpendapat bahwa orang ketiga maha tahu dikisahkan dari sudut
“dia”, namun pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut
tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya. Ia mengetahui berbagai hal tentang
tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang orang ketiga
serba tahu ini pengarang tidak menggunakan kata ganti aku atau saya, di dalam cerita ia
mengetahui segala sesuatu yang pantas diketahui mengenai segala keadaan gerak, tindakan,
atau emosinya yang terlibat didalam cerita. Dan ia pun mengetahui berbagai hal tentang
tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.
Dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut:
Dia melihat betapa Maria sekuat tenaga menjaga dirinya Jangan menangis terisak-
isak karena ada ibunya, dan karena ibunya Telahmengatakan padanya, bahwa semua ini
akan terjadi, dan Maria mengatakan pada ibunya dia akan kuat menahannya. Apa yang
dilakukan Maria kini? Tanya Sadeli pada dirinya sendiri. Dan Sadeli taktahu, bahwa saat itu
Maria sedang terbaring di tempat tidurnya, air matamengalir membasahi pipinya,
membasahi bantalnya, dan dia mencoba menghidupkan kembali dalam ingatanya, dalam
seluruhbadannya apa yang pernah terjadi di tempat tidur antara dia dengan Sadeli (Maut
dan Cinta, Mochtar Lubis dalam Nurgiyantoro, 2007:258)
45
2.7 Penilaian Komponen Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen
Penilaian komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen dalam penelitian ini meliputi hal-hal
berikut ini. Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang pertama menganalisis tema,
Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kedua, menganalisis tokoh dan
penokohan. Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang ketiga, latar atau setting.
Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kempat, alur atau jalan cerita,.
Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kelima, sudut pandang atau point of
fiew. Komponen menganalisis unsur intrinsik cerpen yang kenam, gaya bahasa.
2.8 Pendekatan Saintifik
2.8.1 Pengertian Pendekatan Saintifik
Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Hosnan (2014) pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data (menalar), menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang di temukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu. Menurut Daryanto (2014:51) pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif
mengkonstruksi konsep, Hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan
46
atau mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip-prinsip yang
ditemukan. Pendekatan saintifik menurut Imas Kurniasih (2014:29) adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruksikan konsep pembelajaran melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep.
2.8.2 Tujuan Pendekatan Saintifik
Tujuan Pembelajaran Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan
pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah :
1) Untuk meningkatkan kemampuan intelektual , khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa
2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itumerupakan
suatu kebutuhan.
4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah.
6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
47
2.8.3 Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam pembelajaran menurut beberapa pakar. Prinsip
pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang pertama, pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kedua, membentuk self
concept. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang ketiga, pembelajaran
terhindar dari verbalisme. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kempat,
pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kelima,
pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir peserta didik. Prinsip
pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang keenam, meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dan motivasi mengajar pendidik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan
saintifik yang ketujuh, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih
kemampuan dan komunikasi. Prinsip pembelajaran dengan saintifik yang kedelapan, adanya
proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi peserta didik dalam
struktur kognitifnya (Hosnan, 2014:37)
2.8.4 Langkah-langkah pembelajaran Saintifik
Langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi
mengamati, menanya, mencoba mengolah informasi, menyajikan informasi, dilanjutkan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan saintifik ini tidak selalu dapat
diaplikasikan atau diterapkan secara prosedural. Pendekatan saintifik pembelajaran disajikan
sebagai berikut
48
Gambar 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik
1) Mengamati
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik
untuk melakukan pengamatn melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka
untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2) Menanya
Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
apa yang telah mereka lihat, simak, dan baca. Dari kegiatan bertanya diharapkan peserta didik
dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran yang kritis. Pada akhirnya, dari kegiatan bertanya dapat menjadi dasar
untuk menggali informasi yang bersumber dari guru.
3) Mengumpulkan Informasi
Membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara
dengan nara sumber.
Mengamati Menanya Mengumpulkaninformasi
Mengasosiasi
Mengkomunikasikan/Menyajikan
49
4) Mengolah Informasi atau Asosiasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. -Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
5) Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya. Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola.
Kelima langkah dalam pendekatan saintifik tersebut dapat dilakukan secara berurutan atau
tidak berurutan, terutama pada langkah pertama dan kedua. Sedangkan pada langkah ketiga
dan seterusnya sebaiknya dilakukan secara berurutan. Langkah ilmiah ini diterapkan untuk
memberikan ruang lebih pada peserta didik dalam membangun kemandirian belajar serta
mengoptimalkan potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik diminta untuk
mengkonstruk sendiri pengetahuan, pemahaman, serta skill dari proses belajar yang
dilakukan, sedangkan tenaga pendidik mengarahkan serta memberikan penguatan dan
pengayaan tentang apa yang dipelajari bersama peserta didik.Secara konsep pendekatan ini
lebih mengarah pada model pendidikan humanis, yaitu pendidikan yang memberikan ruang
pada peserta didik untuk berkembang sesuai potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik
50
menjadi pusat belajar, tidak menjadi obyek pembelajaran. Dengan demikian karakter, skill,
serta kognisi peserta didik dapat berkembang secara lebih optimal.
2.8.5 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen bahwa peserta
didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan data, analisis data dan
menyajikan hasil. Tahap pengumpulan data mencakup kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan/menyajikan. Tahap analisis
data meliputi kegiatan mengubah informasi menjadi rumusan kalimat tunggal. Tahap
menyajikan hasil analisis meliputi kegiatan menganalisis unsur intrinsik cerpen (Mahsun,
2014:123).
2.8.6 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik
Kelebihan pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut. Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran dapat meningktkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat
tinggi peserta didik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran juga dapat membentuk
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Selain itu,
pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat menciptakan kondisi peserta didik merasa
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, Selanjutnya, pendekatan saintifik dalam
pembelajaran memicu diperolehnya hasil belajar yang tinggi. Pendekatan saintifik dapat juga
melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide (Kemendikbud, 2013:130).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiiliki kelebihan yang pertama menyajikan
media objek yang nyata sehingga peserta didik merasa senang, tertantang dan mudah
pelaksanaannya. Kelebihan yang kedua, sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Kelebihan pendekatan saintifik yang ketiga, mendorong dan menginspirasi
51
peserta didik untuk aktif belajar. Kelebihan pendekatan saintifik yang keempat, mendiagnosa
kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya
(Daryanto, 2014: 60-65).
Selain kelebihan, pendekatan saintifik juga memiliki kekurangan. Kekurangan pendekatan
saintifik terletak pada kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini, memerlukan
waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang cukup banyak dan jika tak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajran (Daryanto, 2014: 60).
2.9 Model-model Pembelajaran Kurikulum 2013
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial;
(2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, model
pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery
Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model
pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).
52
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
1) Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta
kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
2) Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang
dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan
tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan.
3) Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta
didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information),
mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).
Berikut aadalah kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik
(5M).
Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika,
tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan
karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri
atas:
1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena
dalam mata pelajaran tertentu.
53
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta
didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru,
teman, atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat
mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan,
sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang
paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil
temuannya.
Model Discovery Learning.
1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat
berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi
pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat
pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca,
mengamati situasi atau melihat gambar.
2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik
diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan
ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan
merumuskan masalah.
3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk
54
menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih
ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami
kegagalan.
4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik
untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih
keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek
kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara
lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari
buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang
serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta
didik.
Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah
atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta
didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
55
2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu
kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya)
terhadap masalah kajian.
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab
atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang
ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
Project Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum,
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara
kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena
yang ada.
2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang
ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
56
3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai
dengan target.
4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang
sedang dikerjakan.
5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi
kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama
atau mata pelajaran lain.
2.10 Rencana Pembelajaran
Menurut standar proses, tahap pertama dalam pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka
untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub
tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
57
2.10.1 Prinsip Penyusun RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat,
potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan
peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas
aspek belajar, dan keragaman budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
58
2.10.2 Komponen RPP
Mengacu pada Permendikbud Nomor 26 tahun 2016 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih. Adapun komponen RPP sesuai dengan Permendikbud tersebut paling sedikit memuat:
Komponen RPP terdiri atas:
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3) Kelas/semester;
4) Materi pokok;
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan
KD yang harus dicapai;
6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
59
8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
9) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
10) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
11) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran;
12) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber
belajar lain yang relevan;
13) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup;
14) Penilaian hasil pembelajaran.
2.10.3 Langkah-langkah dalam Menyusun RPP
1. Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi pembelajaran; (3) proses
pembelajaran; (4) penilaian pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar;
2. Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-3, dan KI-4 dan untuk mata pelajaran Agama
dan PPKn juga merumus indicator pencapaian yang koheren dan linier untuk KI-1, KI-2,;
3. Perumusan tujuan pembelajaran yang merupakan penambahan dari komponen minimal
sesuai Permendikbud Nomor 103 tahun 2014;
60
4. Penyusunan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber
belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan
sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan
remedial;
5. Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih
operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan
pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar;
6. Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi waktu pada silabus,
selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;
7. Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan
instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran;
8. Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan penilaian; dan
9. Menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar disesuaikan dengan yang telah
ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran
2.11 Kerangka Berpikir
Hasil Belajar Bahasa Indonesia tentang menganalisis unsur intrinsik cerita pendek pada
peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan masih rendah,
hal ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara konvensional sehingga
siswa pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru. Pembelajaran berpusat pada guru,
siswa hanya sebagai obyek belajar sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran berkurang.
61
Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan tentang menganalisis unsur
intrinsik cerita pendek peserta didik kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan adalah melalui pendekatan saintifik. Diharapkan melalui pendekatan
saintifik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menganalisis unsur intrinsik cerita pendek)
Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dapat meningkat.
2.12 Hipotesis Tindakan
Penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia terutama tentang materi menganalisis unsur intrinsik cerita pendek pada peserta
didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan tahun pelajaran 2018/2019.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan cara penelitian yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah. Pendekatan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK/Action
Research).
Arikunto, (2011:3) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar yang berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1
Kalianda Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan menggunakan satu kelas yaitu
kelas XI IPS 2. Oleh karena itu, respon yang nampak belum dapat dijadikan generalisasi
secara umum. Kesimpulan dan hasil hanya berlaku pada SMA Negeri 1 Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan.
Penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas
dikarenakan ada beberapa hal yang membentuk PTK sebagai berikut.
1) Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2) Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.
63
3) Kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Kalianda Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan tahun pelajaran 2018/2019. Pemilihan tempat ini didasarkan pada
pertimbangan merupakan tempat mengajar peneliti. Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1
Kalianda terdiri atas 33 Kelas. Seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMA Negegri 1 Kalianda Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelas Jurusan Jumlah
IPA IPS
X 6 5 11
XI 6 5 11
XII 6 5 11
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu pra penelitian dan tahap penelitian.
Tahap prapenelitian dilaksanakan bulan Juli sedangkan tahap penelitian dimulai dari bulan
Agustus sampai bulan November Tahun 2018 (pada semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019) . Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap pertemuan memerlukan
waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit ). Penelitian ini akan selesai apabila indikator
pembelajaran yang telah ditetapkan mengalami keberhasilan.
64
Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Melakukan pra penelitian melalui pengamatan dan diskusi bersama guru mata pelajaran
bahasa Indonesia yang lain untuk mengetahui proses belajar bahasa Indonesia yang selama
ini berlangsung.
b. Kelas yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu kelas XI IPS2 (Daftar nama siswa).
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Format APKG 1).
d. Pelaksanaan Pembelajaran (Format APKG 2).
e. Rubrik-rubrik penilaian kegiatan siswa.
f. Pengukuran hasil belajar siswa dalam menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen.
3.3 Bentuk dan Srategi Penelitian
3.3.1 Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada masalah
proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan
jenis praktik pembelajaran di dalam kelas secara profesional. Penelitian ini diharapkan akan
mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3.3.2 Strategi Penelitian
Adapun model penelitian tindakan kelas ini menggambarkan serangkaian langkah yang
membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)
Taggart, (dalam Aqib, 2006:127). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
65
Gambar 3.1 Siklus Penelitian
1. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi :
1) Membuat perencanaan pengajaran
2) Mempersiapkan alat peraga
3) Membuat lembar observasi
4) Mendesain alat evaluasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
observasi Refleksi
Tindakan Rencana Awal
observasi Refleksi
66
4. Refleksi
Dalam tahap ini, data-data yang diperoleh melalui Observasidikumpulkan dan dianalisis guna
mengetahuiseberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan bagaimana
perubahan terjadi.
3.4 Sumber Data
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah
data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang
dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1. Peserta Didik kelas XI.IS.2 SMA Negeri 1 Kalianda Kecamatan KaliandaKabupaten
Lampung Selatan.
2. Hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3. Informan (guru).
4. Arsip nilai.
3.5 Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah peserta didik berkesulitan belajar di kelas XI SMA
Negeri 1 Kalianda . Siswa kelas XI.IS.2 tersebut berjumlah 34 siswa, yang terdiri dari 24
siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki . Semua siswa dalam kondisi normal dan berasal dari
latar belakang yang berbeda-beda.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Teknik Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi yang berbentuk tugas atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sehingga menghasilkan skor tentang prestasi
atau tingkah laku peserta tes yang dibandingkan dengan nilai standar tertentu yang telah
ditetapkan (Ibrahim dan Wahyuni, 2012: 11).
67
Menurut Arikunto (1984 : 205) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
obyektf untuk memperoleh data-data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang,
dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:34) tes adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkain tugas yang harus dikerjakan oleh anak
atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi
anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
dengannilai standar yang ditetapkan. Tes dalam penelitian ini berfungsi untuk mendapatkan
data yang valid serta dapat dipertanggung jawabkan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan data menggunakan metode tes, meliputi: (1) penentuan materi tes (2)
penyusunan kisi-kisi tes, (3) penyusunan tes, (4) pelaksanaan tes, (5) penilaian tes.
Teknik tes yang dipakai dalam penelitian ini, tes tertulis, dalam bentuk uraian. Tes dilakukan
terhadap peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan tahun
pelajaran 2018/2019. Dalam penelitian ini, tes menganalisis unsur intrinsik cerpen digunakan
untuk memperoleh data mengenai kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen sebelum
dan sesudah tindakan melalui pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Tes kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen ini memberikan gambaran mengenai peningkatan
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Kalianda Lampung Selatan.
3.6.2 Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data yang berupa nontes yakni observasi dan wawancara yang
dilakukan proses pembelajaran yang dibantu oleh dua orang Guru Bahasa Indonesia.
68
3.6.2.1 Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses mengamati
dan ingatan (Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono, 2009: 203).
Observasi kelas yang digunakan untuk mengambil data dari sumber data yang berupa
peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda. Hal-hal yang diamati yaitu
kinerja peserta didik dalam pembelajaran dan kinerja pendidik dalam menenrapkan
pendekatan saintifik. Tujuan observasi kelas adalah untuk menjelaskan situasi yang diteliti,
kegiatan-kegiatan yang terjadi agar memperoleh data yang sebenarnya. Observasi ini
dilakukan peneliti (guru) bahasa Indonesia kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung
Selatan dan dibantu teman sejawat.
Penilaian perencanaan pembelajaran diamati dengan memberikan nilai pada instrumen
penilaian perencanaan pembelajaran yang dibantu oleh teman sejawat sebagai observer.
Proses pembelajaran diamati dengan menggunakan instrumen penilaian pelaksanaan
pembelajaran (terlampir). Observasi terhadap pendidik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Kalianda difokuskan pada kegiatan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran bahasa
Indonesia pada pokok bahasan menganalisis unsur intrinsik cerpen, menyediakan sumber
belajar, (menugaskan), memotivasi peserta didik, mengajukan pertanyaan dan menanggapi
jawaban peserta didik, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan
melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Observasi terhadap peserta didik
dilakukan peneliti dengan ketentuan seperti pada tabel berikut.
69
Tabel 3.2 Kegiatan Pembelajaran Peserta Didik yang Diobservasi
Kegiatan AktivitasMengamati Mengamati (melihat, mengamati, mendengar, menyimak (tanpa
atau dengan alat).Menanya Mengajukan pertanyaan yang diperlukan dari faktual yang
bersifat hopitesis; diawali dengan bimbingan pendidik sampaidengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).
Mengumpulkan data Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yangdiajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku,eksperimen) mengumpulkan data.
Mengasosiasi Menganalisis data dalam bentuk kategori, menentulan hubungandata/kategori, menyimpulkan.
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil dalam bentuk lisan, tulisan, diagram,bagan, gambar atau media lainnya.
Sumber: Hosnan, 2014: 39.
3.6.2.2 Wawancara
Wawancara dilakuakn oleh peneliti dengan subjek penelitian yang terbatas. Wwancara ini
dilaksnakan setelah proses pembelajaran di kelas. Rambu-rambu wawancara dengan
naarasumber menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan-kesulitan peserta didik selama
kegitan pembelajaran menentukan unsur intrinsik cerpen, serta saran narasumber terhadap
pembelajaran berikutnya.
3.6.2.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 329).
Penelitian ini menggunakan gambar foto dari siklus satu ke siklus berikutnya yang digunakan
untuk melengkapi hasil observasi.
3.7 Kisi- Kisi Instrumen
Kisi- kisi instrumen merupakan rambu-rambu yang menjadi bahan observasi bagi peneliti
selama pelaksanan penelitian. Kisi-kisi instrumen ini terdiri atas kisi-kisi observasi aktivitas
peserta didik; kisi-kisi instrumen aktivitas pendidik baik dalam perencanaan maupun
pelaksanan pembelajaran menentukan unsur intrinsik cerpen.
70
3.7.1 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik
Kisi-kisi observasi aktivitas peserta didik merupakan rambu-rambu yang menjadi bahan
observasi bagi peneliti selama pelaksanaan penelitian. Kisi-kisi ini menjadi pedoman untuk
mencatat aktivitas-aktivitas yang dilakukan pesrta didik dalam pembelajaran menganalisis
unsur intrinsik cerpen. Lebih jelasnya, perrhatikan Tabel 3.2 di bawah ini
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik
No. Dimensi Indikator1. Prakegiatan 1.1 Ketua kelas memimpin berdoa dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik danbenar
1.2 Peserta didik merespon pertanyaan guru1.3 Peserta didik membentuk kelompok1.4 Peserta didik diberikan teks cerpen1.5 Peserta didik berdiskusi mengenai unsur intrinsik
cerpen1.6 Peserta didik menentukan unsur intrinsik apa saja
yang terdapat dalam cerpen2. Mengamati 2.1 Peserta didik mengamati cerpen yang dibagikan
oleh guru yaitu cerpen “Juru Masak” karyaDamhuri
2.2. Membaca teks cerpen tersebut2.3 Mencermati dan mengidentifikasi unsur intrinsik
cerpen3. Menanya Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
materi unsur intrinsik cerpen4. Mengumpulkan Informasi Menentukan informasi yang diperlukan dari
pertanyaan yang diajukan, menentukan sumberbelajar
5. Mengasosiasi Menganalisis data sesui dengan indikator dan materipembelajaran
6. Mengomunikasikan 6.1 Menentukan unsur intrinsik apa saja yangterdapat dalam cerpen tersebut
6.2 Peserta didik menguraikan satu persatu unsur-unsur intrinsik tersebut
6.3 Menganalisis tema6.4 Menganlisis tokoh dan perwatakan6.5 Menganalisis latar6.6 Menganalisis alur6.7 Menganalisis sudut pandang6.8 Menganalisis gaya bahasa
71
No. Dimensi Indikator7. Menyajikan Peserta didik secara berkelompok menyajikan hasil
dari menentukan unsur intrinsik dan kelompok lainmemberikan tanggapan.
3.7.2 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Pendidik
Kisi-kisi observasi aktivitas pendidik merupakan rambu-rambu yang menjadi bahan observasi
bagi kolaborator selama pelaksanaan pendidikan. Kisi-kisi ini menjadi pedoman untuk
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan pendidk dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran menentukan unsur intrinsik cerpen. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3.3
dan tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Perencanaan Pembelajaran
No. Dimensi Indikator1. RPP 1.1 Menuliskan indentitas mata pelajaran
1.2 Perumusan Tujuan Pembelajaran1.3 Menentukan KD dan Merumuskan IPK1.4 Materi Pembelajaran1.5 Metode Pembelajaran1.6 Media Pembelajaran1.7 Sumber Belajar1.8 Langkah-langkah Pembelajaran1.9 Penilaian
Tabel 3.5 Pelaksanaan Pembelajaran
No. Dimensi Indikator1. Prakegiatan 1.1 Pendidik mempersiapkan peserta didik untuk belajar
1.2 Pendidik melakukan apersepsi1.3 Pendidik menyampaian kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran1.4 Pendidik memberikan pertanyaan peserta didik1.5 Pendidik menyajikan teks cerpen1.6 Pendidik menentukan materi pembelajaran1.7 Pendidik mengarahkan peserta didik untuk menentukan
unsur intrinsik cerpen
72
No. Dimensi Indikator2. Mengamati 2.1 Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk membaca
cerpen “Juru Masak” karya Damhuri.2.2 Pendidik memfasilitasi agar peserta didik mencermati
cerpen tersebut dan mengidentifikasi unsur intrinsikcerpen tersebut
3. Menanya Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk mengajukanpertanyaan yang diperlukan sesuai dengan materi yangdipelajari
4. MengumpulkanInformasi
Menentukan informasi yang diperlukan dari pertanyaan yangdiajukan, menentukan sumber belajar
5. Mengasosiasi Menganalisi data sesui dengan indikator dan materipembelajaran
6. Mengomunikasikan 6.1 Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menentukanunsur intrinsik apa saja yang terdapat dalam cerpentersebut.
6.2 Pendidik memantau dan mencermati peserta didikmenguraikan satu persatu unsur-unsur intrinsik cerpentersebut.
6.3 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis tema.
6.4 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis tokoh dan penokohan.
6.5 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis latar.
6.6 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis alur.
6.7 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis sudut pandang
6.8 Pendidik membantu dan mengarahkan peserta didikdalam menganalisis gaya bahasa
3.8 Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian perencanaan pembelajaran kemampuan menentukan unsur intrinsik cerpen
melalui pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengolah ing]formasi dan menyajikan (Kemndikbud, 2016: 269). Komponen-komponen
RPP yang dinilai identitas pelajaran, Perumusan Tujuan Pembelajaran Menentukan KD dan
Merumuskan IPK, pemilihan materi pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran,
pemilihan media pembelajaran, pemilihan sumber Belajar, langkah-langkah pembelajaran
dan penilaian (Kemendikbud, 2016: 295),
73
Tabel 3.6 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran (RPP)
No. Komponen dan Butir Komponen Kondisi SkorNilai
Ket
Ada Tidak 4 3 2 1 0A Identitas Mata Pelajaran
1. Meliputi identitas satuan pendidikan,identitas MP atau tema.Sub Tema, kelas,semester, program, mata pelajaran,alokasi wakttu (jumlah pertemuan).
B. Perumusan Tujuan Pembelajaran1. Kesesuaian dengan proses dan hasil
belajar yang dihrapkan dicapai.2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar
C. Menentukan KD dan MerumuskanIPK1. Kesesuain dengan SKL, KI, dan KD2. Kesesuain penggunaan kata kerja
operasional dengan kompetensi yangdiukur.
3. Kesesuaian dengan aspekpengetahuan, sikap, danketerampilan.
D. Materi Pembelajaran1. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan.2. Ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikatorketercapaian kompetensi.
3. Kesesuaian dengan karakteristikpeserta didik.
4. Kesesuaian dengan alokasi waktuE Metode Pembelajaran
1. Kesesuaian dengan tujuanpembelajaran.
2. Kesesuaian dengan karakteristikpeserta didik.
F Media Pembelajaran1. Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik.2. Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran.
74
No. Komponen Kondisi SkorNilai
Ket
Ada Tidak 4 3 2 1 03. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran.G Sumber Belajar
1. Kesesuaian dengan KI dan KD2. Kesesuaian dengan materi
Pembelajaran.3. Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik.H Langkah-langkah Pembelajaran
1. Menampilkan kegiatan pendahuluan,inti, dan penutup dengan jelas.
2. Kesesuaian kegiatan denganpendekatan Scientific
3. Kesesuaian penyajian dengansistematika materi.
4. Kesesuaian alokasi waktu dengancakupan materi.
I Penilaian1. Kesesuaian dengan teknik dan bentuk
Penilaian autentik.2. Kesesuaian dengan indikator
pencapaian kompetensi.3. Kesesuaian kunci jawaban dengan
soal.4. Kesesuaian pedoman penskoran
dengan soal.Sumber : Kemendikbud (2016: 295)
Keterangan:4 = Baik Sekali3 = Baik2 = Cukup1 = Kurang0 = Tidak Ada
Rubrik penilaian RPP tersebut digunakan dengan cara membubuhkan cek (√ ) pada kolom
(4), (3), (2), (1), (0) sesuai dengan penilaian yang dilakukan penilai. Setelah penilaian
jumlahkan skor seluruh komponen. Selanjutnya tentukan nilai RPP dengan rumus sebagai
berikut :
Perhitungan Nikai akhir = Skor Perolehan X 100 = ............. (.........)Skor Maks. (104)
75
Tabel 3.7 Rentang Nilai Perencanaan Pembelajaran (RPP)
Kriteria NilaiAmat Baik (AB) 86 - 100
Baik (B) 70 -85Cukup (C) 56 -69Kurang (K) < 55
Berdasarkan rentang nilai di atas, kriteria amat baik jika memperoleh nilai RPP mulai dari
nilai 86 sampai nilai 100. Kriteria baik jika nilai RPP dari nilai 70 sampai nilai 85. Kriteria
cukup untuk nilai RPP dari nilai 56 sampai nilai 69. Selanjutnya, kriteria kurang jika nilai
RPP 55.
Tabel 3.8 Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
No. Komponen dan Butir Komponen(Tatap Muka)
Pelaksaanaan SkorNilai
Ket
Ya Tidak 4 3 2 1 0A. Kegiatan Pendahuluan
1. Menyiapkan peserta didik.2. Mengaitkan materi pembelajaran
sekarang dengan pengalaman pesertadidik atau pembelajaran sebelumnya.
3. Menyampaikan kemampuan yang akandicapai peserta didik.
4. Menyampaikan rencana kegiatanmisalnya: individual, kerja kelompok
B. Kegiatan Inti PembelajaranPenguasaan Materi Pelajaran1. Kemampuan menyesuaikan materi
dengan tujuan pembelajaran.2. Menyajikan Pembahasan materi
pembelajaran dengan tepat.3. Menyajikan materi secara sistematis
(mudah ke sulit).Penerapan Strategi Pembelajaranyang Mendidik1. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang akandicapai.
2. Melaksanakan pembelajaran secararuntut.
3. Menguasai kelas.
76
No. Komponen dan Butir Komponen(Tatap Muka)
Pelaksanaan SkorNilai
Ket
Ya Tidak 4 3 2 1 04. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yangdirencanakan
5. Kesesuaian dengan alokasi waktuPenerapan Pendekatan Saintifik1. Memberikan pertanyaan mengapa
dan bagaimana.2. Memancing peserta didik untuk
bertanya.3. Memfasilitasi peserta didik untuk
mengamati4. Memfasilitasi peserta didik untuk
Mengumpukan informasi5. Memfasilitasi peserta didik untuk
Mengolah informasiPemanfaatan SumberBelajar/Media dalam Pembelajaran1. Menunjukkan keterampilan dalam
penggunaan sumber belajarpembelajaran.
2. Menunjukkan keterampilan dalampenggunaan media pembelajaran.
3. Melibatkan peserta didik dalampemanfaatan sumber pembelajaran.
4. Melibatkan peserta didik dalampemanfaatan media pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalamPembelajaran1. Menumbuhkan partisipasi aktif
peserta didik melalui interaksi guru,peserta didik, dan sumber belajar.
2. Merespon positif partisipasi pesertadidik.
3. Menunjukkan sikap terbukaterhadap respon peserta didik.
Penggunaan bahasa yang Benar danTepat dalam Pembelajaran1. Menggunakan bahasa lisan secara
jelas dan lancar.2. Menggunakan bahasa tulis yang
baik dan benar.
77
No. Komponen dan Butir Komponen(Tatap Muka)
Pelaksanaan SkorNilai
Ket
Ya Tidak 4 3 2 1 0C. Kegiatan Penutup Pembelajaran
1. Melakukan refleksi atau membuatrangkuman dengan melibatkanpeserta didik.
2. Memberikan tes lisan atau tulisan.3. Mengumpulkan hasil kerja sebagai
bahan portofolio.4. Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan kegitanberikutnya.
Keterangan:4 = Baik Sekali3 = Baik2 = Cukup1 = Kurang0 = Tidak Ada
Rubrik penilaian pelaksanaan pembelajaran tersebut digunakan dengan cara membubuhkan
cek (√ ) pada kolom (4), (3), (2), (1), (0) sesuai dengan penilaian yang dilakukan penilai.
Setelah penilaian jumlahkan skor seluruh komponen. Selanjutnya tentukan nilai pelaksanaan
pembelajaran dengan rumus sebagai berikut :
Perhitungan Nikai akhir = Skor Perolehan X 100 = ............. (.........)Skor Maks. (120)
Tabel 3.9 Rentang Nilai Pelaksanaan Pembelajaran
Kriteria NilaiAmat Baik (AB) 86 - 100
Baik (B) 70 -85Cukup (C) 56 -69Kurang (K) < 55
Berdasarkan rentang nilai di atas, kriteria amat baik jika memperoleh nilai pelaksanaan
pembelajaran mulai dari nilai 86 sampai nilai 100. Kriteria baik jika nilai pelaksanaan
pembelajaran dari nilai 70 sampai nilai 85. Kriteria cukup untuk nilai pelaksanaan
78
pembelajaran dari nilai 56 sampai nilai 69. Selanjutnya, kriteria kurang jika nilai pelaksanaan
pembelajaran 55.
Tabel 3.10 Teknik dan Istrumen Penilaian Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
No. Aspek Kriteria Skor
1. Tema a. Tema sangat sesuai dengan isiCerpen
b. Tema cukup sesuai dengan isi cerpenc. Tema kurang sesuai dengan isi cerpend. Tema tidak sesuai dengan isi cerpen
4
321
2. Tokoh danPenokohan
a. Tokoh dan penokohan dalam cerpensangat sesuai.
b. Tokoh dan penokohan dalam cerpencukup sesuai.
c. Tokoh dan penokohan dalam cerpenkurang sesuai.
d. Tokoh dan penokohan dalam cerpentidak sesuai
4
3
2
1
3. Latar a. Latar dengan cerpen sangat sesuai.b. Latar dengan cerpen cukup sesuai.c. Latar dengan cerpen kurang sesuai.d. Latar dengan cerpen tidaksesuai.
4321
4. Alur a. Alur dalam cerpen sangat sesuai.b. Alur dalam cerpen cukup sesuai.c. Alur dalam cerpen kurang sesuai.d. Alur dalam cerpen tidak sesuai
4321
5. SudutPandang
a. Sudut pandang dalam cerpen sangatsesuai.
b. Sudut pandang dalam cerpen cukupsesuai.
c. Sudut pandang dalam cerpen kurangsesuai.
d. Sudut pandang dalam cerpen tidaksesuai
4321
6. GayaBahasa
a. Gaya bahasa dalam cerpen sangatsesuai.
b. Gaya bahasa dalam cerpen cukupsesuai.
c. Gaya bahasa dalam cerpen kurangsesuai.
d. Gaya bahasa dalam cerpen tidak sesuai
4321
Perhitungan Nilai akhir = Skor Perolehan X Skor Ideal (100) =
79
Skor Maksimal
Perhitungan Nilai akhir = 18 X Skor Ideal (100) = 7524
Keterangan penilaian :
1) Amat baik bila mendapatskor 91 sampai dengan 1002) Baik bila mendapat nilai 81 sampai dengan 903) Cukup bila mendapat nilai 71 sampai dengan 804) Kurang bila mendapat nilai dari 71
Nilai peserta didik yang telah diolah kemudian dimasukkan ke tabel 3.10
Tabel 3.11
Format Pengolahan Nilai Peserta Didik dalam Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
No. Nama Aspek Penilaian SD SM SI NA1 2 3 4 5 6
1.2.3.
Keterangan1) Tema SD : Skor Diperoleh
2) Tokoh dan penokohan SM : Skor Maksimal
3) Latar SI : Skor Ideal
4) Alur NA : Nilai Akhir
5) Sudut pandamg
6) Gaya Bahasa
3.9 Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan hasil belajar siswa
dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen yang ditunjukkan dengan meningkatnya aspek
80
proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dengan menggunakan metode
pembelajaran bermain peran dinyatakan berhasil bila nilai lembaran penelitian RPP
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan siklus dihentikan jika nilai pada penilaian
RPP mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik. (dinilai dengan menggunakan format
APKG 1).
b. Pelaksanaan pembelajaran dinyatakan berhasil bila dalam proses pelaksanaan
pembelajaran mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik (dinilai dengan format APKG 2).
c. Penilaian aktivitas belajar siswa yang aktif pada setiap siklusnya dan siklus akan
dihentikan jika jumlah siswa yang aktif mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik (dinilai
dalam format aktivitas belajar siswa).
d. Penilaian hasil belajar menganalisis unsur intrinsik cerpen yang dilakukan dalam bentuk
tes uraian pada setiap siklusnya akan dihentikan jika siswa memeroleh nilai di atas KKM
sudah mencapai skor ≥ 75% dengan kategori baik (dinilai dalam format tes siswa). Untuk
lebih jelas mengetahui indikator keberhasilan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.12 Indikator Keberhasilan
No. Aspek Kriteria1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP mencapai skor ≥ 75%
(kategori baik2. Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan
pelaksanaan mencapaiskor ≥ 75% (kategori baik)
3. Penilaian aktivitas belajar siswa Jumlah siswayang aktif mencapai
skor ≥ 75% (kategori baik)
4. Peningkatan kemampuan menganalisis unsurintrinsik cerpen melalui pendekatan saintifik
Jumlah siswa yang aktif dalamsetiap indikator mencapai ≥ 75%(kategori baik
3.10 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
81
Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal (pra siklus)l.
Pelaksanaannya dilakukan tiga kali yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Masing – masing
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan rincian sebagai
berikut.
3.10.1 Perencanaan
Perencanaan pembelajaran awal dilakukan dengan cara pembelajaran yang biasa saja tanpa
ada persiapan khusus, dan dengan Rencana Pembelajaran (RP). Materi yang diambil adalah
tentang menganalisis unsur intrinsik cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI
Semester I. Peneliti merencanakan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen,
skenario pembelajaran serta menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung untuk melaksankan
skenario tindakan. Setelah seluruh fasilitas dan sarana siap, rencana disimulasikan untuk
mereduksi kesalahan sekecil mungkin dan memberikan gambaran tindakan yang akan
dilakukan. Melalui kegiatan simulasi ini, peneliti dapat mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksanaan penelitian di kelas.
Tindakan dalam perencanaan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaram (RPP) dengan
pendekatan saintifik. Mengembangkan skenario pembelajaran menganalisis unsur intrinsik
cerpen menggunakan pendekatan saintifik. Menyiapkan sumber belajar. Menyiapkan fasilitas
dan sarana pendukung. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Melaksanakan
pembelajaran, Melaksanakan evaluasi. Menyiapkan kegiatan refleksi untuk pemecahan
masalah pada siklus berikutnya.
3.10.2 Tindakan
Tindakan dilaksanakan pada proses berlangsung di kelas dan saat jam pelajaran bahasa
Indonesia. Peserta didik yang akan diteliti adalah peserta didik XI IPS 2 SMA Negeri 1
82
Kalianda Lampung Selatan tahun pealajran 2018/2019. Tindakan siklus satu dilakukan
sealama 4 x 45 menit (2 x pertemuan). Setiap siklus terdiri dari dua tindakan dengan tahapan
sebagai berikut. Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.
Tabel 3.13 Rencana Tindakan
No. TahapTindakan
Siklus Satu
1. Perencanaan 1. Menyiapkan RPP2. Menyiapkan lembar observasi peserta didik dan lembar
observasi pendidik dan instrumen soal pada siklus 1 daninstrumen penilaian
2. Pelaksnaan 1. Membuka pelajaran dengan salam2. Menanyakan peserta yang tidak hadir3. Mengkondisikan siswa4. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran5. Memfasilitasi agar peserta didik mengamati materi pelajaran6. Membahas materi pembelajaran
Pelaksanaan 7. Memfasilitasi agar peserta didik menanya, mengumpulkaninformasi, mengolah informasi dan menyajikan
8. Pendidik memberikan penjelasan dan kesimpulan9. Evaluasi pada akhir pembelajaran10. Pemberian tugas11. Menutup pembelajarn dengan salam
3. Pengamatan(observasi)
Pengamatan dengan mendokumentasikan pada lembarobservasi motivasi siswa dan kemampuan pendidik dalammelaksanakan proses pembelajaran. Pengamatan aktivitasbelajar peserta didik, mulai mengecek kehadiran sampaipengumpulan hasil evaluasi. Aktivitas pendidik, dimulai daripersiapan skenario pembelajaran, pembelajaran samapai denganpemberian tugas. Hasil evaluasi diperoleh nilai rata-ratamenganalisis unsur intrinsik cerpen
4. Refleksi Menganalisis, memahami dan membuat kesimpulanberdasarkan hasil pengamatan. Hasil tes, observasi, danwawancara dapat ditarik kesimpulan perkembangan kemajuandan kelemahan yang terjadi dan selanjutnya dijadikan dasarperbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan tahapan penelitian tindakan kelas yang
digunakan dalam penelitian ini, ada empat yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap
pengobservasian, dan tahap refleksi. Tahap persiapan dilakukan dengan mempersiapkan
83
perangkat pembelajaran dan perangkat penelitian. Perangkat pembelajaran yang disiapkan
berupa RPP, instrumen penelitian, dan merancang tindakan yang sesuai dengan Kompetensi
Dasar (KD). Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran selalu diikuti
kegiatan pemantapan. Tahap pengobservasian dilakukan dengan melakukan observasi pada
aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP dan sebagai
peneliti, pendidik dan kolaborator mencermati pelaksanaan tindakan dan efek dari tindakan
tersebut. Tahap perefleksian dilakukan dengan menganalisis hasil observasi sehingga
diperoleh simpulan, tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai
tujuan penelitian.
3.10.3 Observasi
Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disipkan peneliti yaitu pada
proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Tahap
observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas pendidik dan peserta didik dengan
menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan untuk meneliti beragam reaksi peserta didik
pada saat tindakan berlangsung. Observasi dilakukan bersama dengan teman sejawat sebagai
kolaborator dengan menceklis lembar observasi yang telah disiapkan,
3.10.4 Refleksi
Kegiatan Refleksi berarti merenungkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum
terjadi atau kekurangan dan kekeliruan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tampak hasil
penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan demikian dapat dicermat kembali secara
rinci segala sesuatu yang telah dilakukan serta hasil-hasilnya baik secara positif atau negatif.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut.
1. Perencanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pendekatan
saintifik Pesrta Didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa perencanana
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas
dan kreatifitas pesrta didik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek mealalui
pendekatan saintifik peserta didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatans saintifik dapat meningkatkan
kemampuan pesrta didik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen
3. Pelaksanaan penilaian pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita pendek peserta
didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dengan menggunakan
pendelatan saintifik siklus I peserta didik tuntas KKM 12 orang, siklus II 22 orang dan
siklus III tuntas KKM semua.
4. Terjadi peningkatan kemampuan dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek peserta
didik XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dengan menggunakan
pendekatan saintifik dari prasiklus, siklus I sampai siklus III Pada prasiklus nilai rata-rata
139
baru mencapai 65,97 pada siklus I rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan menjadi
70,35 dilanjutkan dengan siklus II 74,7, rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan
lagi menjadi72,11 dan pada siklus III rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan
menjadi 86,17
5.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan peserta didik kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan, peneliti dapat memberi saran sebagai
berikut
1. Siswa diharapkan membaca buku teutama kaitannya dengan unur intrinsik cerpen agar
kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dapat meningkat.
2. Siswa diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, misalnya dengan
menanyakan hal-hal yang kurang jelas dalam pembelajaran dan membaca banyak buku
refrensi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat bertambah dan berkembang.
3. Guru dapat menggunakan pendekatan saintifik sebagai salah satu solusi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik menganalisis unsur intrinsik cerita pendek.
Selain itu, guru juga dapat menggunakan model, metode, maupun pendekatan yang
bervariatif, sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna dan inovatif.
4. Sekolah diharapakan meningkatkan pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto , Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
------------------------------. 2015. Penelitian Tindakan Kelas (edisi revisi). Jakarta : BumiAkasara
Aqib Zainal.2014. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP,SMA,SMK. Bandung: CVYrama Widya.
Efendi, Anwar. 2010. “Analisis Perbandingan Struktural Cerpen “Selamat Jalan Nek” KaryaDanarto dan Cerpen “Pohon” Karya Monaj Das”. Jurnal Litera. Volume 9,Nomor 2. Halaman 82-96. ISSN: 1412-2596
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta
Hamzah, B. Uno. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
--------------------.2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hosnan, M.2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia.
Ibrahim dan Wahyuni.2012. Assesman Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama.
Iskandarwassid & Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah MenengahAtas. Jakarta.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Sastra. Bandung: YramaWidya.
Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Margono, S. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyani, Wahyu. 2010. “Membidik Kehidupan Rakyat Kecil di Balik Gaya Bahasa Metaforadalam “Senyum” Karyamin Karya Ahmad Tohari”. Prospektus Jurnal IlmiahUnirow Tuban. Vol VII, Nomor 1, Halaman 54-62. ISSN: 1693-8593
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Sayuti, A. Suminto.2009. Cerita Rekaan. Jakarta: Universitas Terbuka
Situmeang, Dahriansyah. 2012. “Efektivitas Model Pembelajaran Cooperatif LearningtipeStad dalam Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen“Daerah Garong” Karya M. Shoim Anwar Oleh Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1Sibolga Tahun Pembelajaran 2010/2011” Asas Jurnal Sastra. Vol I. Halaman 53-62 ISSN: 2301-5896
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensido.
-----------------. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Balai Pustaka
Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka.
Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Indeks
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : RemajaRosdakarya.
Zaidan, Abdul Rozak dkk. 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.