universalitas, autentisitas, dan dinamika slam
DESCRIPTION
UNIVERSALITAS, AUTENTISITAS, DAN DINAMIKA SLAMTRANSCRIPT
1
TUGAS MANDIRI
UNIVERSALITAS, AUTENTISITAS, DAN DINAMIKA SLAM
Guna memenuhi tugas mata kuliah Metodoligi Study Islam
Di susun Oleh :
Doni Darmawan
Prodi : Perbankan Syariah
Kelas : C
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TAHUN 2012 / 2013
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan judul “Universalitas, Autentisitas, dan Dinamika Islam”. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Study Islam.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,
dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Metro, November 2012
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
BAB II AGAM DAN MANUSIA ........................................................................................ 6
A. Pengertian Agama .......................................................................................... 6
B. Bentuk – Bentuk Agama ................................................................................ 9
C. Cara Manusia Beragama ................................................................................ 10
D. Urgensi Agama Bagi Manusia ....................................................................... 11
E. Proses Keberagaman Manusia ....................................................................... 11
BAB III ISLAM DAN KARAKTERISTIKNYA ........................................................................ 12
A. Penanaman Islam ........................................................................................... 12
B. Pengertian Islam ............................................................................................. 12
C. Karakteristik Islam ......................................................................................... 12
D. Kerangka Dasar Islam .................................................................................... 13
E. Metode Pemahaman Islam ............................................................................. 13
BAB IV AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DASAR AJARAN ISLAM ........................................ 14
A. Pengertian Al-Qur‟an ..................................................................................... 14
B. Isi/Kandungan Al-Qur‟an............................................................................... 15
C. Otentisitas Al-Qur‟an ..................................................................................... 15
D. Posisi Al-Qur‟an Dalam Studi Islam.............................................................. 16
4
E. Al-Qur‟an Sebagai Sistem Islam .................................................................... 16
BAB V AL-SUNNAH SEBAGAI DASAR OPERASIONAL ISLAM ............................................ 17
A. Pengertian Al-Sunnah .................................................................................... 17
B. Kedudukan Sunnah Dan Hadits Dalam Islam ................................................ 17
C. Fungsi Sunnah Dalam Al-Qur‟an .................................................................. 17
BAB VI IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DINAMIKA ISLAM ..................................................... 19
A. Pengertian dan Dasar Ijtihad .......................................................................... 19
B. Persoalan Ijtihad, Ittiba‟ dan taqlid ................................................................ 19
C. Hukum dan Lapangan Ijtihad ......................................................................... 19
D. Ijtihad Sebagai Sumber Dinamika Islam ....................................................... 20
BAB VII ISLAM DAN STUDI AGAMA SEBUAH PELACAKAN SEJARAH ................................ 21
A. Islam dan Studi Agama .................................................................................. 21
B. Urgensi dan Signifikan Studi Islam ............................................................... 21
C. Perkembangan Studi Islam ............................................................................. 21
D. Kecenderungan baru Studi Islam di Barat ..................................................... 21
E. Institusionalisasi Studi Islam di Indonesia ..................................................... 2
BAB VIII ISLAM DAN WACANA BUDAYA KEAGAMAAN ................................................... 23
A. Islam dan Wacana Social Budaya .................................................................. 23
B. Islam dan Wacana Pembaharuan ................................................................... 23
C. Islam dan wacana Otentisitas ......................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,
sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak
amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif,
menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa
mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka,
demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik,
mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap
positif lainnya.
Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah
moral yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial.
Tesis ini dapat dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan
muatan peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang
mulia.
Saat ini kehidupan internasional dicirikan dengan interdependensi negara-
negara bangsa. Apa yang kita kenal dengan globalisasi telah menghancurkan
sekat-sekat dan jarak antar bangsa. Selain itu, globalisasi juga membuat
6
kesalingterpengaruhan dan kesalingtergantungan menjadi realitas yang sulit
dihindari. Seorang muslim dihadapkan dengan pertanyaan tentang bagaimana
menjadi seorang muslim di tengah interdependensi keamanan, politik dan
ekonomi dan kesalingterpengaruhan sosial-budaya. Dengan kata lain,
transformasi radikal yang terjadi dalam kehidupan saat ini berpengaruh pada
persoalan bagaimana menjadi muslim di tengah-tengah modernitas. (what is the
impact of glabalization on being muslim ?)
Masalah utama yang dihadapi muslim modern selama dua abad terakhir
adalah bagaimana menyesuaikan orientasi dan mentransformasikan konsepsi
Islam dengan cara yang otentik dan legitimet. Apapun persoalannya, baik itu
modernitas, demokrasi, HAM, perkembangan ekonomi atau masalah-masalah
lain, persoalan utamanya pasti seputar kebutuhan akan legitimasi dan rasionalisasi
tujuan normatif atau material tradisi masyarakat Islam. Upaya ini pula yang
dilakukan Abdullahi Ahmed An-Naim, seorang pemikir Islam asal Sudan. An-
Naim sehubungan dengan realitas transformasi radikal dunia, mempertanyakan
kaitan antara HAM dan Islam. Pelanggaran HAM atas nama Syari‟ah Islam yang
ia saksikan langsung di Sudan, membuatnya gelisah, benarkah Islam tidak
kompatibel dengan HAM, benarkah Islam tidak adil.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggugahnya untuk melihat syari‟ah
seperti apa yang melanggar HAM dan Syari‟ah yang mana yang seharusnya
diberlakukan saat ini. Bagi An-Naim, Syari‟ah historis –formulasi klasik-tidak
lagi memadai untuk terus menjadi landasan hidup muslim modern. Diperlukan
Syariah baru yang lebih adil dan kompatibel dengan standar HAM universal .
upaya-upaya An-Naim untuk membuat formulasi syari‟ah baru ini inilah yang
7
digagas dalam makalah ini. Makalah ini bermaksud melihat alternatif
pembaharuan yang ditawarkan An-Naim dalam rangka membangun otensitas dan
legitimasi Islam bagi HAM universal.
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara
aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti
sekadar disampikan dalam kotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkkan
cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala
pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis
dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang
secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang
timbul.
Dalam memahami agama banyak pendekatan yang dilakukan. Hal
demikian perlu dilakukan, karena pendekatan tersebut kehadiran agama secara
fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya.
Berbagai pendekatan tersebut meliputi pendekatan teologis normatif,
antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan
filosofis. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang
atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat
mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma.
8
Selama ini kita sudah mengenal Islam, tetapi Islam dalam potret yang
bagaimanakah yang kita kenal itu, tampaknya masih merupakan suatu persoalan
yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang
ditampilkan Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistiknya. Islam yang ditampilkan
Fazlur Rahman bernuansa historis dan filosofis. Demikian juga, Islam yang
ditampilkan pemikir-pemikir dari iran seperti Ali Syari‟ati, Sayyed Hussein Nasr,
Murthada Munthahhari.
Pemikiran para ilmuan Muslim dengan mempergunakan berbagai
pendekatan tersebut di atas kiranya dapat digunakan sebagai bahan untuk
mengenal karakteristik ajaran Islam, tidak mencoba memperdebatkannya antara
satu dan lainnya, melainkan lebih mencari sisi-sisi persamaannya untuk
kemaslahatan umat umumnya dan untuk keperluan studi Islam pada khususnya.
Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan
(etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut istilah
kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut
istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan
subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Atas dasar ini, maka tidak
mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefinisikan
agama. James H. Leuba, misalnya, berusaha mengumpulkan semua definisi yang
pernah dibuat orang tentang agama, tidak kurang dari 48 teori. Namun, akhirnya
ia berkesimpulan bahwa usaha untuk membuat defenisi agama itu tak ada gunanya
karena hanya merupakan kepandaian bersilat lidah. Selanjutnya Mukti Ali pernah
mengatakan, barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan
defenisi selain dari kata agama. Pernyataan ini didasarkan kepada tiga alasan.
9
Pertama, bahwa pengalaman agama adalah soal batin, subyektif dan sangat
individualis sifatnya. Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat
dan emosional daripada orang yang membicarakan agama. Karena itu, setiap
pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata
agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, kosepsi tentang agama dipengaruhi oleh
tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut.
Senada dengan Mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan bahwa salah satu
kesulitan untuk berbicara mengenai agama secara umum adalah adanya
perbedaan-perbedaan dalam memahami arti agama dan disamping adanya
perbedaan juga dalam cara memahmi serta penerimaan setiap agama terhadap
suatu usaha memahami agama. Setiap agama memiliki interpretasi diri yang
berbeda dan keluasan interpretasi diri itu juga berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian dari universalitas?
b. Apa yang dimaksud dengan agama?
10
BAB II
AGAMA DAN MANUSIA
Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek –
aspek budaya yang dipelajari oleh para antropolog dan para ilmuan social lainnya,
agama juga telah memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan
peperangan dan terutamatelah memperindah dan memperluas karya seni.
A. Pengertian Agama
Kata atau term “ agama “ meskipun keberadaannya di masyarakat sudah
begitu populer , namun secara ontology ia masih sulit dirumuskan pengertiannya.
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa agama sebagai sebuah term yang relatife
mudah diucapkan, tetapi sangat sulit didefinisikan dengan tepat. Bahkan mukti ali
menyebut agama sebagai kata yang paling sulit dirumuskan pengertian atau
definisinya, “ barangkali tidak ada kata yang paling sulit dirumuskan
pengertiannya selain dari kata agama”.
1. Penggunaan istilah Agama,Religi dan al-Din
2. Pengertian Agama, religi dan Al-din
a. Pengertian secara kebahasaan ( Etimologis )
b. Pengertian secara istilah ( Terminologi )
Adapun diantara definisi agama yang telah disampaikan oleh para ahli adalah :
1. Definisi dalam kamus Modern Bahasa Indonesia
2. Didalam literatur arab
3. Di dalam ensiklopedi Nasional Indonesia
4. Harun Nasution
11
5. Dalam kepustakaan Arab dan ungkapan yang berbeda dalam memberikan
din atau agama.
Pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang
diberikan Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari
kata agama, dikenan pula kata din ( ) dari bahasa Arab dan kata religi dalam
bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata sanskrit. Menurut satu
pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a
= tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi
secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama,
yaitu diwarisi secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.
Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau
kitab suci, dan agama-agama memang mempunyai kitab-kitab suci.
Selanjutnya din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum.
Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh,
utang, balasan dan kebiasaan
Sementara itu Elizabeth K Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak
lebih menunjukkan pada realitas objektif, yaitu bahwa ia melihat pada dasaranya
agama itu bertujuan mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara
memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama
terkadang disalah-gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan
orang lain.
Substansi agama bersifat transenden tetapi juga sekaligus imanen. Ia
transenden, karena substansi agama sulit didefinisikan dan tidak terjangkau
kecuali melalui predikat atau bentuk formalnya yang lahiriah. Namun begitu,
12
agama juga imanen karena sesungguhnya hubungan antara predikat dan substansi
tidak mungkin dipisahkan. Kalau saja substansi agama bisa dibuat hierarki, maka
substansi agama yang paling primordial hanyalah satu. Ia bersifat parennial, tidak
terbatas karena ia merupakan pancaran dari yang mutlak. Ketika substansi agama
hadir dalam bentuk yang terbatas, maka sesungguhnya agama pada waktu yang
sama bersifat universal sekaligus partikular.
Karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan para ahli,
Harun Nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi sebagai berikut :
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi;
2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia;
3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia;
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu;
5) Suatu sistem tingkah laku (code of condut) yang berasal dari kekuatan
gaib;
6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan gaib;
7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam
sekitar manusia;
13
8) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul
(utusan Allah).
B. Bentuk – Bentuk Agama
Dari sudut kajian teologis, para agamawan berpendapat bahwa berdasarkan
asal – usulnya seluruh agama yang dianut oleh manusia dapat dikelompokan
dalam dua katagori berikut ini :
Agama kebudayaan yaitu agama yang bukan berasal dari tuhan dengan
jalan diwahyukan, tetapi merupakan hasil proses antropologis, yang
terbentuk dari adat istiadat dan selanjutnya melembaga dalam bentuk
agama formal
Agama samawi atau agama wahyu yaitu agama yang diwahyukan dari
tuhan melalui malaikatn-Nya kepada utusan-Nya yang dipilih dari
manusia.
Berbida dengan kajian para teolog, para ilmuan yang diwakili oleh para sarjana
antropologi budaya dan sosiologi agama, melalui kajian keilmuan mereka (
scientivic approacb ) membedakan agama yang ada didunia ini menjadi dua
kelompok besar, yaitu spiritualisme dan materialisme.
1. Spiritualisme
Spiritualisme adalah agama penyembah sesuatu ( zat ) yang gaib yang
tidak Nampak secara lahiriah, yaitu sesuatu yang memang tidak dapat
dilihat dan tidak dapat berbentuk. Bagian ini terinci lagi dalam beberapa
kelompok :
14
a. Agama ketuhanan yaitu agama yang para penganutnya menyembah
tuhan.
a) Monoteisme yaitu bentuk religi ( agama )
b) Politeisme, yaitu bentuk religi ( agama )
b. Agama Penyembah Roh, adalah kepercayaan orang primitive kepada
roh nenek moyang atau roh pemimpin dan roh para pahlawan yang
telah gugur mereka percaya bahwa orang yang sudah meninggal dapat
memberikan pertolongan dan perlindungan kepada menerka bila
mendapat kesulitan. Untuk menghadirkan roh – roh tersebut perlu
diadakan upacara keagamaan yang khusus dan kompleks.
2. Materialism
Materialism adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap
tuhan yang dilambangkan dalam wujud benda – benda material, seperti
patung manusia atau binatang dan berhala atau sesuatu yang dibangun dan
dibuat untuk disembah, agama materialism pada hakikatnya tidak terlalu
jauh perbedaannya dengan agam spiritualisme, sebab keduanya
mempercayai jiwa atau sesuatu yang gaib.
C. Cara Manusia Beragama
Manusia dalam praktek beragama dan keberagamaannya berbeda – beda satu
dengan lainnya. Hal ini disesuaikan dengan tingkat pengalaman keberagamaan
masing – masing pemeluknya. Ada beberapa cara yang perlu diketahui, yaitu :
1. Cara mistik
2. Cara penalaran,
15
3. Cara amal saleh,
4. Cara sinkretisme.
D. Urgensi Agama Bagi Manusia
Untuk memahami tingkat urgensi agama bagi manusia kiranya perlu
diketahui lebih dulu eksistensi manusia dan kebutuhan – kebutuhannya di satu
pihak, dan kemudian dikaitkan dengan peran yang bisa difungsikan oleh agama
terhadap kebutuhan itu pada pihak lain. Manusia diciptakan ke dunia telah
dibekali dengan seperangkat potensi untuk keberlangsungan hidup dan
kehidupannya .
E. Proses Keberagaman Manusia
Sejalan dengan keberadaan agama merupakan fitrah manusia, maka Nurcholish
Madjid pernah menyebutkan sebagai hal yang amat natural, dan sekaligus
merupakan kebutuhan esensial manusia. Manyangkut kecenderungan manusia
dalam beragama, yang sudah merupakan natur bagi setiap manusia itu, setidaknya
ada dua teori yang dikemukakan oleh para ahli.
1. Teori wahyu.
2. Teori antropologis,
16
BAB III
ISLAM DAN KRAKTRISTIKNYA
A. Penamaaan Islam
Terkait dengan penamaan agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw
dengan sebutan” islam “. Oleh karena itu menamakan agama islam dengan
muhamme danism, disamping salah dan merupakan penghinaan, sekaligus berarti
telah mengendikkan agama Kristen dengan paulusisma, yang hal itu tidak relevan
dengan eksistensi agama itu sendiri, dan karena itu mesti ditolak jadi sebutan yang
tepat terhadap agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad adalah islam,
bukan mohammedanisme, dan sebutan seperti itu merupakan ketetapan dari Allah
sendiri dalam firmannya.
B. Pengertian Islam
Islam adalah agama samawi penutup yang diturunkan tuhan kedunia melalui
seorang rasul. Misi utamanya adalah mengantarkan manusia menuju pada
kehidupan yang damai, harmonis,aman, tentram, sejahtra, dan bahagia tudak
hanya didunia, namun juga pada kehidupan akhirat.
C. Krakteristik Islam
1. Jangkauan dan sasaran dakwah islam. Kita keteahui bahwa para utusan
sebelum Muhammad hanya diutus kepada kaum atau bangsa tertentu,
sehingga misi dakwahnya besifat local.
2. Ajaran islam bersifat waqiiyah, yakni berbijak pada kenyataan objektip
manusia. Dengan kata lain, ajaran islam itu sendiri dengan realitas dasar
manusia.
17
D. Kerangka Dasar Islam
1. Aqidah
2. syariah
3. akhlak
E. Metode Pemahaman Islam
1. pendekatan naqli ( teradisional )
pendekatan naqli adalah metode memahami islam dengan langsung
merujuk kepada makna harfiah atau makna tekstual Al-Qur”an dan
sunnah, tanpa memberikan peranan kepada akal dan hasil pemikiran
lainnya.
2. Pendekatan aqli ( rasional )
Pendekatan kedua ini cenderung pada model pemahaman islam dengan
menekankan pada rasionallitas dan spikualatif
3. Pendekatan kasyfi ( mistis )
Metode ini dipergunakan oleh para sufi untuk memperoleh pengetahuan
atau ma‟rifah secara langsung dari Allah dengan instuisi sebagai
instruminnya, bukan melalui nalar.
18
BAB IV
AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DASAR AJARAN ISLAM
A. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologis, kata al-Qur‟an mengandung arti bacaan yang dibaca.
Lafadz al-Qur‟an berbentuk isim mashdar dengan “isim maf‟ul lafadz al-Qur‟an
dengan arti bacaan, misalnya dapat dilihat pada firman Allah yang artinya sebagai
berikutnya :
“janganlah, engkau menggerakkan lidahmu untuk terburu – buru
membacanya. Sesungguhnya menjadi tanggungan-ku mengumpulkan dan
membacanya. Maka apabila kami membacanya, maka ikutilah pembacaannya”
(Qs.al-Qiyamah: 16-18 )
Pokok yang mutlak terkandung dalam pengertian al-Qur‟an adalah :
1. Al-Qur‟an adalah kalamullah yang bersifat mu‟jiz
2. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang khusus diturunkan kepada nabi
Muhammad
3. Metode pewahyuan Al-Qur‟an mesti melalui jibril, meski tidak semua
yang diwahyukan lewat jibril berwujud Al-Qur‟an
4. Al-Qur‟an bahasa arab, yang lafaz dan tentu juga maknanya berasal
langsung dari Allah
5. Al-Qur‟an adalah kalamullah yang eksistensinya sudah tertuliskan dalam
mushaf
6. Al-Qur‟an merupakan kalamullah yang membacanya saja sudah dinilai
sebagai ibadah
19
7. Al-Qur‟an merupakan kalamullah yang periwayatannya secara mutawatir.
B. Isi/Kandungan Al-Qur’an
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Islam yang disampaikan oelh Muhammad
adalah agama yang sempurna, dan bahkan paling sempurna.
Hal ini didasarkan pada Qs.al-ma‟idah ayat 3 :
Artinya : “ Hari ini telah kesempurnaan untuk kamu agamamu,dan telah
kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai islam itu jadi agamamu”
C. Otentisitas Al-Qur’an
Al-Qur‟an merupakan satu – satunya kitab suci yang terpelihara nilai
otentisitasnya. Di dalam surat al-hijr ayat 9 Allah menyatakan sendiri jaminan atas
keaslian Al-Qur‟an
Artinya : „sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya
kami benar – benar memeliharanya ( Qs.Al-Hijr : 9 )
Artinya :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.
Ayat tersebut memuat janji Allah untuk menjaga otentisitas Al-Qur‟an.
1. Bukti Otentisitas Al-Qur‟an dilihat dari ciri – cirri dan sifatnya
a. Keunikan Redaksi Al-Qur‟an
20
b. Kemukjizatan Al-Qur‟an
2. Bukti Otentisitas Al-Qur‟an dilihat dari Aspek Kesejahteraannya
3. Bukti Otentisitas Al-Qur‟an dilihat dari Pengakuan pemikir Non-Muslim
Banyak pemikir non-muslim yang mengakui secara objektif, jujur dan
ikhlas mengenai Otentisitas Al-Qur‟an seperti :
a. Prof. George Sale, cendekiawan asal Inggris
b. Prof. G. margoliouth
c. Dr. Joseph Charles mardus, seorang pemikir perancis
D. Posisi Al-Qur’an Dalam Studi Keislaman
Tak ada khilaf sedikitpun dikalangan umat islam, bahwa al-Qur‟an landasan
pokok bagi syari‟at islam.
E. Al-Qur’an Sebagai Sistem Islam
1. Perbedaan metode dan kecenderungan dalam memahami Al-Qur‟an
2. Menyorot pengertian tafsir bi al-Ma‟thurdan bi al-ra‟yi
a. Tafsir bi al-ma‟Thur
1) Penafsiran ayat Al-qur‟an dengan ayat Al-Qur‟an yang lain
2) Penafsiran ayat Al-qur‟an dengan hadits
3) Penafsiran ayat Al-qur‟an dengan atharsahabat
4) Kedudukan pendapat tabi‟in dalam menafsirkan al-Qur‟an
b. Tafsir bi al-ra‟yi
Menurut hemat penulis, tafsir bi al-ra‟yi adalah suatu jenis penafsiran yang
dilakukan dengan mengembangkan wancana-wancana tekstual ( nash –
nash )
21
3. Kondisi ( system ) penafsiran Pasca Rasul Allah
BAB V
AL- SUNNAH SEBAGAI DASAR OPERASIONAL ISLAM
A. Pengertian Al- sunnah
Untuk menyambut apa yang berasal dari nabi Muhammad, setidaknya ada dua
istilah populer di kalangan masyarakat islam yakni al-sunnah dan al- hadits. Dua
istilah ini terkadang masih dianggap kurang definitive, sehingga masih perlu
dipertegas lagi menjadi hadits nabi dan sunnah nabi atau Rasul.
B. Kedudukan Sunnah Dan Hadith Dalam Islam
Umat islam sepakat bahwa sunnah merupakan sumber kedua ajaran islam
setelah Al- qur‟an, meski dikalangan imam madzhab ada perbedaan dalam
penentuan syarat penerimaannya.
C. Fungsi Sunnah Dalam Al-Qur’an
Adapun fungsi sunnah terhadap Al-Qur‟an selengkapnya telah disampaikan
oleh Muhammad Abu zahu berikut ini :
Menegaskan kembali hokum – hokum yang sudah ditetapkan
Al- Qur „an. Disini hadist seakan – akan hanya mengulangi ketetapan
Al- Qur „an, sehingga hokum itu memiliki dua sumber rujukan dan atasnya
terdapat dua dalil
yakni Al- Qur „an dan hadis sebagai missal dalam hal ini adalah :
22
“ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu makan harta di antara kamu
sekalian dengan cara batil” ( Qs.an-Nisa : 29 )
Terhadap ayat tersebut Rasulullah kemudian mengatakan :
“halal harta seorang muslim kecuali ( hasil pekerjaan ) yang baik dari dirinya
sendiri”
23
BAB VI
IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DINAMIKA ISLAM
A. Pengertian Dan Dasar Ijtihad
Ajaran islam, yang secara normatif terdapat dalam Al- Qur „an dan al-
sunnah, masih memerlukan penelahan dan pengkajian yang sungguh – sungguh
secara berkesinambu-ngan.
B. Persoalan Ijtihad, Ittiba’ Dan Taqlid
1. Persoalan Ijtihad
Persoalan penting lain yang tidak dapat diabaikan dalam melakukan
ijtihaj adalah terpenuhinya syarat – syarat ijtihad.
Persoalan ittiba
2. Ittiba ialah menerima perkataan orang lain dengan mengetahui sumber
atau alas an tersebut.
3. Persoalan taqlid
Taqlid berasal dari kata qallada – yuqallidu – taqlidan, artinya
mengikut, menurut, membututi, dibelakang, orang yang mengikut,
menurut dan mengikuti di belakang disebut muqallid.
C. Hukum Dan Lapangan Ijtihad
Jika seorang muslim dihadapkan kepada suatu peristiwa, atau ditanya
mengenai suatu masalah yang berkaitan dengan hokum syara maka hokum
melakukan ijtihad ada bermacam – macam. Sebagaimana diuraikan oleh
wahbah al-Zuhaili, boleh jadi hukum ijtihad itu adalah wajib‟ain , wajib
24
kifayah, sunnah dan bahkan atau haram, tergantung pada kapasitas orang yang
berangkutan.
D. Ijtihad Sebagai Sumber Dinamakan Islam
Umat islam dituntut untuk keluar dari kemelut itu, yakni dengan cara
melakukan ijtihad. Oleh karena itu ijtihad sangat penting meskipun tidak bisa
dilakukan oleh setiap orang. Adapun kepentiangannya itu disebabkan oleh hal
– hal berikut ini :
1. Jarak antara kita dengan masa tasyri‟ semakin jauh
2. Syariat disampaikan dalam al-Qur‟an dan alsunnah secara komprehensif,
memerlukan penelahaan dan pengkajian yang sungguh – sungguh.
25
BAB VII
ISLAM DAN STUDI AGAMASEBUAH PELACAKAN SEJARAH
A. Islam Dan Studi Agama
Islam sebagai agama tidak dating ke dalam “ ruangan “ dan kondisi yang
kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan kayakinan,
tradisi dan praktik – praktik kehidupan.
B. Urgensi Dan Signifikansi Studi Islam
Agama adalah ibarat manusia. Untuk mengetahui perihal manusia, harus
dipergunakan dua cara :
1. Membaca ide dan pemikiran yang bersangkutan yang tertuang dalam
berbagai karangan, pernyataan dan pekerjaannya.
2. Mempelajari bigrafinya
C. Perkembangan Studi Islam
Untuk kepentingan spesifik keilmuan, menurut penulis, perlu di bedakan
wacana studi islam sebagai bagian dari pradapan islam ( Islamic civilization ) dan
studi islam sebagai bagian dari kajian akademis ( islamologi ). Pembedaan itu
dilakukan bukan dengan menafikan realitas bahwa dinamika keduanya sering
dalam posisi saling mengisi.
D. Kecenderungan Baru Studi Islam Di Barat
Sejak dua dekade terakhir ada kecenderungan baru dalam kajian islam di
barat yang menarik untuk dikaji. Secara umum, kajian Islam dibarat sebelum
dekade 70-an diwarnai oelh sikap “curiga” yang tinggi terhadap islam. Ini terlihat
26
dari karya – karya intelektual para orientalis yang kebanyakan menyudutkan islam
atau memperlihatkan warna anti islam.
E. Institusionalisasi studi islam di Indonesia
Kajian islam di Indonesia bukanlah tumbuh dan berkembang dari realita
historis yang kosong, ia hadir secara kronologis dalam konteks ruang dan waktu
yang jelas, sebagai respon sejarah atas sejumlah persoalan keagamaan yang
dialami umat islam di negeri ini. Secara substantif, kajian islam sebenarnya sudah
dimulai semenjak agama ini datang ke Indonesia pada abad 13 dan mencapai
momentum spritualnya pada abad ke 17. Kajian keislaman di masa – masa ini
diwarnai oleh proses tranformasi nilai keagamaan secara besar – besaran yang
dilakukan oleh para pemimpin sufi dan ulama terutama lembaga – lembaga
pendidikan tradisional seperti pesantren.
27
BAB VIII
ISLAM DAN WANCANA BUDAYA KEAGAMAAN
A. Islam Dan Wacana Social Budaya
Ada pertanyaan yang sangat mendasar sebelum kita jelaskan apa kaitan
islam dengan budaya.adalah dua bidang yang dapat dibedakan namun tidak dapat
dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan
tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari
waktu ke waktu dan tempat ke tempat.
B. Islam Dan Wacana Pembaharuan
Interaksi manusia dengan sesame, lingkungan, maupun dengan kekuatan –
kekuatan di luar dirinya selalu melahirkan perubahan – perubahan di dalam
kehidupannya. Dinamika kehidupan manusia dapat dipastikan identik dengan
lahirnya perubahan yaitu :
1. Landasan teologis pembaharuan islam
2. Watak dasar universal islam
3. Watak dasar terbuka islam
4. Makna pembaharuan islam dan karakteristiknya
C. Islam Dan Wacana Otentisitas
Islam ibarat bola salju ( snow ball ). Semakin lama dan semakin jauh islam
“ menggelinding” semakin banyak wajah yang akan muncul sebagai gambarnya.
Keragaman itu timbul karena persoalan ruang dan waktu. Perbedaan ruang dan
28
waktu itu akan melahirkan perbedaan tantangan yang akan dihadapi oleh
masyarakat. Karena tantangan berbeda, islam sebagai sebuah agama, yang nota
beneturunnya untuk memecahkan persoalan masyarakat, akan dipahami oleh
masyarakat bersangkutan sesuai dengan setting yang mereka hadapi. Maka
muncullah wajah yang beragam, baik secara sinkoronis ( antara masyarakat
ditempat yang satu dengan masyarakat di tempat lain pada waktu yang bersamaan
) maupun secara diakronis ( antara generasi satu dengan lain, sebelum atau
sesudahnya ), atau bisa jadi antara setting wilayah geografis satu dengan wilayah
lainnya. Islam yang ada di Indonesia bisa jadi berbeda dengan di timur tengah.
Hal ini dikerenakan perbedaan pemahaman masyarakatnya akibat setting ruang
yang tidak sama. Begitu pula islam yang dipahami generasi abad pertengahan
maupun abad modern ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
http://rafinajjah.blogspot.com/2012/08/resume-studi-islam_25.html
http://blog.sunan-ampel.ac.id/itaisme/2011/08/05/membangun-otentisitas-dan-
legitimasi-islam-bagi-ham-universal-studi-atas-pemikiran-abdullahi-ahmed-an-
naim/
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20metodologi%20islam&s
ource=web&cd=4&cad=rja&sqi=2&ved=0CC0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fm
uhlis.files.wordpress.com%2F2007%2F08%2Fpedahuluanmetodologi-studi-
islam.doc&ei=cDqXUPPrPJGHrAfq3ICQBA&usg=AFQjCNHXZLiFvj0uMhngn
3prRFwXC0_vEA