bab 3 : dinamika litosfer dan pedosfer

30
KELAS X

Upload: goldy-fariz-dharmawan

Post on 25-Jun-2015

5.297 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

KELAS X

Page 2: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

Struktur dan Komposisiperlapisan bumi

Permukaan bumi

Daratan Lautan

Batuan Bentuk permukaanbumi

Tanah

Proses erosi tanahProses

pembentukan tanah

Konservasi tanah

Litosfer

Pedosfer

Geodinamika bumi• Endogen• Eksogen• Seisme

Page 3: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

A. Litosfer

1. Struktur dan komposisi Perlapisan Bumi

a. bagian atas, ketebalan 15 km, massa jenis sekitar 2,7 dengan tipe magma granit;

b. bagian tengah, ketebalan 25 km, massa jenis 3,5 dengan tipe magma basalt;

c. bagian bawah, ketebalan 20 km, massa jenis 3,5 dengan tipe magma peridotit dan eklogit.

2. Batuan beku

a. Batuan beku

Batuan beku terjadi apabila magma pijar dari magma membeku. Batuan beku sebagian besar mengandung banyak mineral yang disebut mineral silikat, yaitu mineral yang mengandung atom silikom atau silisium dan oksigen. Mineral-mineral silikat biasanya dapat bergabung dengan mineral-mineral lain, seperti aluminium, besi, kalsium, sodium, potasium dan magnesium.

Page 4: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

1) Batuan beku dalam

Ciri utama batuan beku dalam memiliki tekstur holokristalin (semua mengkristal) atau granitis. Semua bagian batuan terdiri dari kristal-kristal.

Granit

Batuan sebagian besar terdiri dari kuarsa (SiO2) dan

mengandung sejumlah besar felspar (orthoklas). Granit terdiri dari bermacam-macam :

- Diorit

- Gabbro

- Peridotit

Page 5: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

2) Batuan beku gang/celah/korok

3) Batuan beku luar

b. Batuan sedimen atau endapan

Batuan Sedimen

Batuan sedimenklastis/mekanis

Batuan sedimen kimiawi

Batuan sedimen organis

Page 6: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

1) Batuan sedimen klastis

Bahan kapur asam arang, kuarsa atau limonit.

a) bongkah, dengan diamater 2.000 – 200 mm;

b) kerikil besar (kerakal), dengan diameter 200-20

mm;

c) kerikil halus, dengan diameter 20 – 2 mm;

d) kerikil kasar, dengan diameter 2 – 0,2 mm;

e) pasir halus, dengan diameter 0,2 – 0,02 mm;

f) galuh/lanau, dengan diameter 0,02 – 0,002 mm;

g) lempung, dengan diameter < 0,0002 mm.

Page 7: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

a) Konglomerat, breksi, aglomerat

Batu-batuan guling. Konglomerat, atau breksi yang

terdiri dari fragmen-fragmen batuan.

b) Batu pasir, batu lanau, dan loess

Batu pasir, batu lanau, dan endapan loess.

c) Batu lempung

2) Batuan sedimen kimiawi

Umumnya batuan sedimen kimiawi tersusun atas garam-

garaman yang larut dalam air laut, seperti NaCI, KCI, MgSO4,

CaCO4, dan CaCO3. Contoh batuan sedimen kimiawi adalah

batu kapur/gamping, dolomit, chert, batu fosfat, dan evaporit.

Page 8: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

a) Batu gamping (limestone)

b) Dolomit

c) Chert

d) Batuan fosfat

e) Evaporit

Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal, batuan sedimen

dibedakan menjadi :

a) batuan sedimen aquatis, yakin batuan sedimen yang

diendapkan oleh air;

b) batuan sedimen aeris atau aeolis, yakni batuan sedimen

yang diendapkan oleh angin;

c) batuan sedimen glasial, merupakan batuan sedimen

yang diendapkan oleh es atau gletser.

Page 9: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

Berdasarkan tempat di mana terjadi pengendapan,

batuan sedimen digolongkan menjadi :

a) batuan sedimen terestris, diendapkan di daratan;

b) batuan sedimen marine, diendapkan di dasar

laut;

c) batuan sedimen fluvial, diendapkan di dasar

sungai;

e) batuan sedimen limnis, diendapkan di dasar

danau;

f) batuan sedimen glasial, diendapkan di daerah

yang pernah mengalami erosi glasial.

Page 10: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

c. Batuan metamorf atau malihan

Bahan asal batuan metamorf adalah batuan beku dan

batuan sedimen. Karena pengaruh tenaga alam, yakni suhu

dan tekanan dalam jangka waktu tertentu (lama), maka

batuan beku dan batuan sedimen dapat berubah sifat.

Metamoforsabatuan

Dinamo metamoforsa

Kontak metamoforsa

Page 11: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

3. Proses-Proses Pembentukan Permukaan Bumi

a. Proses endogen

1. Vulkanis

a) Bentuk intrusi magma

Intrusi magma yang sejajar lapisan batuan menghasilkan bentuk antara lain :

1) sill (pluton yang sejajar dengan perlapisan batuan),

2) lakolit (pluton yang melengkung bagian atasnya)

3) lopolit (pluton yang melengkung bagian bvawahnya), dan

4) pakolit (pluton yang mengikuti bentuk antiklinal atau sinklinal).

Page 12: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

1) dike (pluton yang memotong tegak lurus perlapisan batuan sedimen di atasnya),

2) vein vulkanik (neck = plug), yakni akar volkan yang telah tererosi, dan

3) dike yang melingkar (ring dike).

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

Page 13: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

Berdasarkan kekuatan tekanan gas magma di

dalam

bumi, erupsi dapat gunung api dapat

dibedakan

menjadi :

1) erupsi eksplosif, bila disertai tekanan gas yang

kuat hingga menimbulkan suatu letusan atau ledakan;

2) erupsi efusif, bila tekanan gas berkurang

(kecil), sehingga tidak menghasilkan letusan, tetapi

mengeluarkan suatu lelehan atau aliran lava;

3) erupsi campuran, menghasilkan erupsi

eksplosif dan efusif secara bergantian.

Page 14: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

Bila didasarkan pada tipe letusan dan bahan hasil

letusan, erupsi gunung api dapat dibedakan menjadi

erupsi magmatik, erupsi freatik, dan erupsi

freatomagmatik.

1) Erupsi marmatik,

2) Erupsi freatik

3) Erupsi freatomagmatik

Menurut tempat terjadinya, erupsi gunung api

dapat dibedakan menjadi :

1) erupsi sentral

2) erupsi linier

Page 15: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

a) Gunung api strato (bentuk campuran)

b) Gunung api perisai

c) Gunung api maar

d) Gunung api kaldera

Page 16: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

Di Indonesia, gunung api dikelompookan menjadi 3

tipe, yaitu :

a) gunung tipe A, yaitu gunung api yang pernah

mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu

kali sesudah tahun 1.600 Masehi;

b) gunung api tipe C, yaitu gunung api yang

erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun

masih terdapat tanda-tanda aktivitas masa lampau,

berupa lapangan fumarol pada tingkat yang lemah.

Page 17: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

a) Tipe Hawai

Tipe ini bercirikan lava cair tipis, tekanan gas

rendah, dan dapur magma sangat dangkal.

Karakteristiknya adalah danau lava pijar dengan

sebagian lava beku yang terapung-apung di atasnya.

Magma ringan yang mengandung gas, dari dalam bumi

naik ke atas dan kemudian mendingin.

b) Tipe Stromboli

Tipe bercirikan lava cair tipis, tekanan gas

sedang, dan dapur magma dangka. Nama ini diambil

dari nama Gunung Api Stromboli di Laut Tengah (Italia).

Page 18: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

c) Tipe Vulkano

Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas sedang

sampai tinggi, dengan dapur magma dangkal sampai dalam.

Gunung yang terkenal adalah Gunung Vulcano di Laut Tengah

(Italia).

d) Tipe Merapi

Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas rendah,

dan dapur magma sangat dangkal. Letusan/aktivitas ini mengacu

pada Gunung Merapi di Jawa Tengah.

e) Tipe St. Vincent

Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas sedang,

dan dapur magmanya dangkal. Contoh tipe letusan ini mengacu

pada Gunung St.

Page 19: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

f) Tipe Pelee

Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan

gas tinggi, dan dapur magma dalam. Contoh tipe ini

mengacu pada Gunung Pelee di Hindari Barat.

g) Tipe Vesuvius/Plinian

Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan

gas tinggi, dan dapur magma sangat dalam. Nama tipe

ini diambil dari seorang pakar yang pertama kali

membuat uraian tentang letusan tipe ini, yaitu Plinnis

dari Romawi (yang mengamati letusan Gunung Vesuvius

pada tahun 79 SM).

Page 20: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

1) Pelengkungan (warping)

2) Pelipatan (folding)

3) Patahan (faulting)

4) Retakan / diaklas (jointing)

b. Proses eksogen

1) Pengikisan dan pengendapan oleh tenaga aliran

air (stream)

2) Pengikisan dan pengendapan oleh gelombang

laut (wave)

3) Pengikisan oleh es (glasial)

4) Pengikisan oleh angin (wind)

Page 21: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

b. Proses seisme

1) Gempa tektonik

2) Gempa vulkanik

3) Gempa runtuhan

Jarak stasiun ke episentrum dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Laska.

= {(S-P) -1} x 100 km

= delta, menunjukkan jarak gempa ke episentrum

S = saat tibanya gelombang sekunder (S) pada seismograf

P = saat tibanya gelombang primer (P) pada seismograf

Penyelesaian :

= {(S-P) -1} x 100 km

= {(10.27’.56” – 10.26’.32”) -1} x 1.000 km

= 24/60 x 1.000 km

= 400 km

Jadi, jarak Jakarta dari episentrum gempa adalah 400 km.

Page 22: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

B. Pedosfer

1. Proses Pembentuukan Tanah1) Tanah organik 2) Tanah anorganik/mineral

a. Proses terbentuknya tanah 1) Pelapukan fisik (mekanis)2) Pelapukan kimia

b. Horison tanah1) Horison O2) Horison A 3) Horison B 4) Horison C

Page 23: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

2. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia a. Tanah podzolik

Tanah ini mudah basah jika terkena air. Warnanya kuning atau kuning kelabu. Contohnya di Nusa Tenggara.

b. Tanah aluvialDataran aluvial yang luas terdapat di Sumatera bagian

timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan tengah, dan Irian bagian selatan.

c. Tanah vulkanis Tanah vulkanis merata di wilayah Indonesia, sesuai

dengan persebaran gunung api, seperti di Jawa (Temanggung, Magelang, Klaten, Garut) dan di Sumatera (sekitar Danau Toba dan Deli).

Page 24: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

d. Tanah mediterane. Tanah humusf. Tanah pasirg. Tanah rawah. Tanah lateriti. Tanah mergelj. Tanah padas

3. Erosi Tanah dan Degradasi Lahana. Penyebab terjadinya erosi

1) Adanya curah hujan yang tinggi atau adanya angin yang bertiup kencang;

2) Adanya tempat terbuka atau permukaan bumi yang tidak tertutup vegetasi (tanah gundul);

3) topografi yang berbukit dan bergunung/lereng curam;

4) penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik dan tidak ada usaha konservasi.

Page 25: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

1) Erosi alami atau erosi geologi2) Erosi normal 3) Erosi dipercepat (erosi tanah)

b. Jenis-jenis erosiAda 5 macam proses erosi oleh air hujan dan aliran

sungai.a) Erosi percik (splash erosion)b) Erosi lembar (sheet erosion)c) Erosi alur (riil erosion)d) Erosi parit (gully erosion)e) Erosi tebing sungai

2) Proses erosi oleh angin3) Erosi oleh glasial

Page 26: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

c. Dampak erosi

Gejala penting yang merupakan dampak dari erosi tanah terhadap kehidupan di antaranya :

1. terjadinya tanah longsor, tanah amblas, tanah mengalir, lumpur mengalir, dan rayapan tanah;

2. terjadinya kekeringan;

3. terjadinya banjir;

4. degradasi lahan;

5. berkurangnya sumber air;

6. hilangnya kesuburan tanah karena proses pencucian tanah;

7. terjadinya masalah sosial, seperti kemiskinan dan kelaparan.

d. Degradasi lahan

Page 27: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

4. Konservasi Tanah

Upaya penanggulangan erosi tanah dapat dilakukan dengan

cara berikut :

a. Melakuan konservasi tanah dengan cara :

1) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar

tahan terhadap penghancuran dan pengangkutan air

serta lebih besar daya serap airnya;

2) menutup tanah dengan tanaman atau sisa-sisa

tumbuhan agar terlindung dari pukulan langsung air

hujan;

3) mengatur aliran permukaan sehingga mengalir

perlahan dan tidak merusak tanah.

Page 28: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

b. Pembuatan sengkedan, parit atau teras pada daerah yang tanahnya miring.

c. Melakukan reboisasi / penghijauan pada hutan-hutan yang telah gundul.

d. Pembuatan sistem irigasi yang baik.

e. Penertiban tata guna lahan atau penegakan hukum dari peraturan yang telah ada.

Metode vegetatif. Adapun cara yang dipakai antara lain :

a. Strip cropping, yakni penanaman yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran air atau angin;

b. buffering, yaitu penutupan lahan miring dengan tanaman keras;

c. contour strip cropping, yakni penanaman tanaman yang sejajar dengan arah aliran air;

d. windbreaks, yakni menanam tanaman untuk menanam angin.

Page 29: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer

2. Konservasi secara mekanis adalah konservasi tanah yang

prinsip-prinsipnya mengurangi banyaknya tanah yang hilang

secara mekanis. Biasanya dilakukan dengan pembuatan teras

atau sengkedan.

3. Konservasi secara kimiawi, yakni dengan memanfaatkan

bahan-bahan kimia untuk memperbaiki struktur dan unsur

dalam tanah. Cara ini dilakukan melalui pemupukan.

Page 30: Bab 3 : Dinamika Litosfer dan Pedosfer