ujian (utek m.jamil) yen

79
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN FRAKTUR TIBIA DEXTRA DI RUANGAN BEDAH TRAUMA CENTER RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG

Upload: yan-eshad

Post on 17-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN FRAKTUR TIBIA DEXTRA DI RUANGAN BEDAH TRAUMA CENTER

RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG

Page 2: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

2

LAPORAN AKHIR UJIAN PRAKTEK

Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Diploma III keperawatan

OLEH

ARDILES 11111646

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN Tingkat IIISTIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN FRAKTUR TIBIA DEXTRA DI RUANGAN BEDAH TRAUMA CENTER

RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG

Page 3: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

3

LAPORAN AKHIR UJIAN PRAKTEK

OLEH

ARDILES 11111646

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN Tingkat IIISTIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2014

Page 4: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat

diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,

gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,

jaringan sekitarnya juga terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak,

perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan

kerusakan pembuluh darah. (Brunner & Suddart 2002).

Adapun jenis jenis fraktur yaitu, Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis

tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur

tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari tengah tulang. Fraktur tertutup

(fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit. Fraktur terbuka ( fraktur komplikata

/ kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai

ke patahan tulang. Fraktur terbuka degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih

kurang dari 1 cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif, dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan

jaringan lunak ekstensif,merupakan yang paling berat. ( Brunner dan Suddarth, 2002)

Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat

direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka

perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Reduktion wityh Internal Fixation).

Page 5: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

2

Kejadian patah tulang atau fraktur dapat menimpa setiap orang kapan saja dan

dimana saja. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak.

Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1)

fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%). Tetapi

kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan dari pada anak-laki-

laki. Meningkatnya fraktur selama masa pra pubertas terjadi karena ketidaksesuaian

antara tinggi badan dan mineralisasi tulang.77% kasus fraktur disebabkan karena trauma

low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering terjadi padaanaklaki-lakiusia

sekolah danremaja. (Jurnal Pattern of fractures across pediatric age groups: analysis

of individual and lifestyle factors)

Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi yaitu 80% diantara jenis jenis

patah tulang lainnya.fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan yang rata-rata berumur dibawah 45 tahun, yang berhubungan dengan

olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan (Masjoer,A,2005).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal

dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.

Usman (2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS)

tahun 2011, di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu karena

jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh

yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan

lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda

tajam / tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). (Depkes 2009)

Dan menurut data depkes 2005 kalimantan timur korban fraktur akibat dari kecelakaan

berkisar 10,5%, sedangkan bedasarkan data yang diperoleh dari catatan medical record

Page 6: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

3

di rumah sakit islam samarinda, data pada tahun 2012 (periode januari – juni )

didapatkan 14 kasus fraktur, sedangkan untuk bulan juli ada 7 kasus fraktur.

Adapun di Sumatra Barat, jumlah cenderung meningkat dua tahun terakhir (2011-

2012). Menurut kepolisian daerah, peningkatan terjadi dari berbagai faktor, Faktor

tersebut adalah “kesemerautan” arus lalu lintas. Kapolda merincikan,pada tahun 2011

jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat mencapai 1.399 kasus, dan pada

tahun 2012, korban mengalami peningkatan mencapai 1.551 kasus atau naik 11%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 didapatkan

sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan

fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami

gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Eko Efriyanto,

2012).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Medical Record RSUP Dr. M. Djamil

padang, fraktur femur pada tahun 2011 klien dengan fraktur femur 108 orang,

sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan yaitu 90 orang, sementara pada tahun

2013 angka kejadian fraktur femur yaitu 120 orang. (Medical Record Dr. M. Djamil

Padang).

Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh

yang terkena cidera seperti terjadinya perdarahan, terhambatnya pergerakan, resiko

terjadinya infeksi, serta masalah yang dapat ditimbulkan secara psikologi adalah rasa

khawatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi di kemudian hari sehingga tidak

memungkinkan baraktifitas seperti biasanya, rasa cemas terhadap perubahan bodi

image, serta dampak sosial yang dapat ditimbulkan adalah klien tidak dapat mengikuti

kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, mengikuti acara yang ada di

Page 7: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

4

masyarakat, tidak bisa mengikuti pengajian di masyarakat, serta dampak spritual yang

ditimbulkan klien tidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, terutama frekuensi dan

konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat disebabkan oleh nyeri dan keterbatasangerak

klien. (musliha 2010).

Dalam hal ini sangat penting peranan dari perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif untuk menghindari komplikasi yang akan terjadi,

seperti memberikan nutrisi yang melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat

besi, protein, vitamin C untuk membantu mempercepat penyembuhan tulang. Dan

perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga. (Arif :

2008).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di rumuskan

bahwa masalah penelitiannya yaitu memberi Asuhan keperawatan pada klien dengan

fraktur femur terbuka di instalasi Trauma center bedah RSUP Dr.Mjamiln Padang.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan Fraktur femur terbuka.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan

fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

Page 8: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

5

b. Mampu menganalisa data hasil pengkajian dalam menegakkan Diagnosa pada

klien dengan fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP

Dr. M. Djamil Padang.

c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur

terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

d. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur di

instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

e. Mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien fraktur femur terbuka

di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur

femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang

Hasil Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan di

bidang Keperawatan Medikal Bedah, serta perawat dapat membuat suatu

perencanaan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat saat memberikan

Asuhan Keperawatan Denagn Klien Fraktur femur.

2. Bagi Klien

Hasil dari Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai ilmu

pengetahuan dalam perawatan klien dengan fraktur femur terbuka.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk

mengembangkan ilmu pendidikan.

Page 9: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

6

4. Bagi penulis

Sebagai pengembangan wawasan atau ilmu pengetahuan memberikan

Asuhan keperawatan dengan klien fraktur femur terbuka.

Page 10: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi Fraktur

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan

penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut

osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan

karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2005).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak patahnya tulang yang

utuh, biasanya disebabkan oleh trauma / rudapaksa atau tenaga fisik yang di

tentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman, Nurna Ningsih.2011)

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas dari jaringan tulang femur

(Taufan Nugroho, 2011).

2. Etiologi

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter

mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem ( smeltzer, 2002).

Umumya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang

berlebihan pada tulang. Fraktur cendrung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur

terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,

pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.

Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada

Page 11: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

8

laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang

terkait dengan perubahan hormone pada menopause. (Reeves, 2001).

3. Anatomi Fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat

untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah

tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai

sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan

mengatur kalsium dan fosfat (Price, 2006).

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat kategori:

tulang panjang (mis: femur), tulang pendek (mis: tulang tarsalia), tulang pipih

(mis: sternum), dan tulang tak teratur (mis: tulang vertebra). Bentuk dan

konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya

(Smeltzer & Bare, 2002).

Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang adalah diafisis(batang)

merupakan bagian tengah yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari

tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.

Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.

Daerah ini disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang

mengandung sel-sel hematopoetik. Sum-sum merah juga terdapat di bagian

epifisis dan diafisis tulang.

Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas

untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah

daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan

menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan

Page 12: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

9

sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan

memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang

disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan

berperan dalam proses pertumbuhan tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang

mempunyai arteri nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah

yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang

patah.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel, yaitu :

a.   Sel osteoblas

Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses

yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,

osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang

peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks

tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan masuk kedalam aliran darah,

dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi

indikator yang baik dalam pembentukan tulang setelah mengalami patah

tulang.

b.    Sel osteosit

Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu

lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

c.    Sel osteoklas

Osteoklas merupakan sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan

Page 13: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

10

osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim

proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan

mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah

(Price, 2005:1358).

Menurut Syaifuddin (2006:67), fungsi tulang secara umum meliputi :

a.   Formasi kerangka: tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk

menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang-tulang menyokong tubuh yang

lain.

b.  Formasi sendi: tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak

bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak

menghasilkan bermacam-macam pergerakan.

c.   Perlengkatan otot: tulang-tulang menyediakan permukaan untuk melekatnya

otot, tendon dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaanya.

d.   Sebagai pengungkit: untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.

e.   Menyokong berat badan: memelihara sikap tegak tubuh manusia dan

menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat

menjadi kaku dan menjadi lentur.

f.   Proteksi : tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi

struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru-paru, alat-alat

dalam perut dan panggul.

g.  Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.

h. Fungsi imunologi: limfosit ”B” dan magrofag dibentuk dalam sistem

retikuloendotel sumsum tulang.

Page 14: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

11

i.  Penyimpanan kalsium: tulang mengadung 97 % kalsium yang terdapat dalam

tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam terutama kalsium

fosfat.

Gambar 1: Anatomi Femur

(Evelyn C : 2013).

4. Klasifikasi

1. Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

2. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis

tengah tulang.

3. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.

4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata / kompleks) merupakan fraktur dengan

luka padakulit atau membrana mukosa sampai kepatahan tulang.fraktur

terbuka dengan degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kirang dari 1

cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif, dan Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

Page 15: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

12

Fraktur jugadigolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen

Tulang (Fraktur bergeser / tidak bergeser).

1. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisilainnya

bengkok

2. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang

3. Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak

stabil dibanding transversal)

4. Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang

5. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6. Depresi : fraktur dengan fragmen patahanterdorong kedalam (sering terjadi

pada tulang tengkorakdan tulang wajah)

7. Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang).(Brunner & Suddarth :2002)

5. Patofisiologi

Femur merupakan tulang terpanjang yang ada dalam tubuh manusia. Fraktur

tulang femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk

mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.

Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan

kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggiaan. Biasanya klien ini mengalami

trauma multipel. Secara klinis, fraktur femur terdiri atas patah tulang paha

terbuka dan patah tulang tertutup.

Secara klinis fraktur femur terbuka sering menyebabkan kerusakan

neurovaskuler yang dapat menimbulkan peningkatan resiko syok, baik syok

Page 16: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

13

hipovolemik karena kehilangan banyak darah maupun syok neurogenik karena

nyeri yang sangat hebat.

Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom

kompartemen. Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan otot, pembuluh

darah, jaringan saraf akibat pembengkakan lkal yang melebihi kemampuan suatu

kompartemen / ruang lokal dengan manifestasi gejala yang khas, meliputi

keluhan nyeri hebat pada area pembengkakan, penurunan pefusi perifer secara

unilateral pada sisi distal pembengkakan, capillary refill time (CRT) lebih dari 3

detik pada sisi distal pembengkakan.

Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan mobilitas fisik dan

diikuti dengan spasme otot paha menimbulkan deformitas pada paha, yaitu

pemendekan tulang tungkai bawah.apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan

intervensi yang optimal, akan menimbulkan resiko terjadinya malunion pada

tulang femur.

Kondisi klinis fraktur femur terbuka pada faseawal menyebaban berbagai

masalah keperawatan pada klien, meliputi respon nyeri hebat akibat kerusakan

vaskuler dengan pembengkakan lokal yang menyebabkan sindrom kompartemen

yang sering terjadi pada fraktur suprakondilus, kondisi syok hipovolemik

sekunder akibat cidera vaskuler dengan perdarahan yang hebat, hambatan

mobilitas fisik sekunder akibat port de entree luka terbuka. Pada fase lanjut,

fraktur femur terbuka menyebabkan kindisi malunion, non-union, dan delayed

union akibat cara mobilisasi yang salah. (Arif : 2011).

Page 17: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

14

6. WOC

Page 18: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

15

7. Tanda dan gejala

Gambaran klinis fraktur menurut M. Clevo Rendi & Megareth TH : 2012 :

1. Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.

Setelah terjadinya patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa

nyeri.

2. Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur(tendernes).

3. Deformitas : perubahan bentuk tulang.

4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas tidak yang tidak alami.

5. Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.

6. Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.

7. Gerakan abnormal.

8. Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang mengisyaratkan

kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara

dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi sebelah distal mungkin

mengisyaratkan syok kompartemen.

9. Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang satu

sama lain.

Tanda-tanda fraktur pasti

1. Deformitas.

2. Krepitasi.

3. False movement (gerakan yang tidak biasa).

Tanda-tanda fraktur tak pasti

1. Odema.

2. Nyeri tekan.

Page 19: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

16

3. Nyeri gerak.

4. Luka.

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna

( Brunner & suddarth :2002).

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigit seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur, lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa

diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas

tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melengketnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering

saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan

yang lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi

setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

Page 20: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

17

8. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi menurut (M. Clavo Rensy & Margareth

TH) adalah sebagai berikut:

1. Trauma Syaraf

2. Trauma Pembuluh darah

Indikasi ischemia post trauma : pain, pulseles, parasthesia, pale, paralise

Kompartemen sindrom : kumpulan grjala yang terjadi karena kerusakan

akibat trauma dalam jangka waktu 6 jam pertama, kalau tidak dibersihkan

maka akan terjadi nekrose amputasi.

3. Komplikasi tulang :

a. Delayed Union : penyatuan tulang lambat.

b. Non union : (tidak bisa nyambung).

c. Mal union (salah sambung).

d. Kekakuan sendi.

e. Nekrosis avaskuler.

f. Osteoarthriris.

4. Stress pasca traumatik.

5. Dapat timbul embolik lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang.

6. Infeksi, infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi.

9. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.

b.  Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan

untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Page 21: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

18

d. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada

sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.

e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens ginjal.

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi

multipel, atau cidera hati ( Doenges : 2000).

10. Penatalaksanaan

a) Medis

1. Pembidaian bertujuan untuk membatasi gerakan fragmen.

2. pada fraktur terbuka , luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk

mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. (Brunner dan suddarth :

2002)

3. Terapi operatif, terapi hampir selalu dilakukan pada klien fraktur femur,

baik orang dewasa maupun orang tua. Terapi operatif dengan pemasangan

plat dan screw. (Arif : 2011)

b) Non Medis

1. Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang

pada kesejajarannya dan anatomis.

2. imobilisasi klien secepat mungkin, agar tidak terjadi kekakuan sendi.

3.TraksI adalah gaya tarikan kebaguan tubuh. Traksi digunakan untuk

meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan, dan

mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas dan untuk

menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi

harus diberikan dengan arah Dan besaran yang diinginkan untuk

mendapatkan efek terapeutik. ( arif : 2008).

Page 22: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

19

B. Asuhan keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, No. MR, pendidikan,

pekerjaan, tanggal masuk, penanggung jawab, diagnosa medik.

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang bisa

menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung.

Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko mengalami

osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses

penyembuhan tulang.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien datang ke Rumah Sakit karena disebabkan oleh trauma,

kecelakaan, degeneratif yang ditandai dengan adanya perdarahan,

keluhan nyeri, oedema, serta adanya perubahan warna pada kulit

3. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha

adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang

sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang

cenderung diturunkan secara genetik. (Arif : 2008).

Page 23: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

20

c. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien

Keadaan baik atau buruknya klien tergantung dari kronologi trauma.

Tanda-tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien: (apatis, sopor,

koma, gelisah, kompos mentis), tanda-tanda vital biasanya tidak normal

karena ada gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.

2. Kepala

a. Rambut

Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada rambut

klien.

b. Wajah

Biasanya wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain

tidak ada perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris tidak ada lesi

dan oedema.

c. Mata

Biasanya pada klien fraktur femur dengan banyaknya perdarahan yang

keluar biasanya mengalami konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.

d. Telinga

Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada telinga,

seperti tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada

lesi atau nyeri tekan.

e. Hidung

Biasanya pada hidung klien tidak ada kelainan seperti tidak ada

deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Page 24: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

21

f. Mulut dan faring

Biasanya tidak ada kelainan seperti, pembesaran tonsil, gusi tidak

terjadi perdarahan, mukosa mulut lembab.

3) Leher

Biasanya pada klien fraktur femur terbuka tidak ada kelainan seperti,

tidak adanya pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening.

4) Dada / Thorak

a) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan

b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan

c) Perkusi :Biasanya tidak ada kelainan seperti adanya

massa atau cairan lainnya.

d) Auskultasi : Biasanya tidak ada kelainan

5) Jantung

a) Inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak ada.

b) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba.

c) Perkusi : Biasanya tentukan batas-batas jantung.

d) Auskultasi : Biasanya tidak ada bunyi murmur.

6) Abdomen

a) Inspeksi : Biasany tidak acites, turgor kulit baik, dan

tidak ada ditemukan kelainan saat

dilakukan inspeksi.

b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal (5-35x/menit).

c) Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.

Page 25: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

22

d) Perkusi : Biasanya bunyi yang dihasilkan timpani.

7) Genitourinaria

Biasanya genetalia klien tampak bersih, dan ditemukan adanya

pemasangan kateter.

8) Ekstremitas

Biasanya untuk ekstremitas bagian atas pada klien fraktur femur tidak

ada gangguan / kekuatan otot baik, sedangkan pada ekstremitas bawah

didapatkan ketidakmampuan menggerakkan tungkai dan penurunan

kekuatan otot dalam melakukan pergerakan.

9) Sistem Integumen

Biasanya terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat,

bengkak, edema, dan adanya nyeri tekan.

d) Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Biasanya pola nutrisi pada klien fraktur tidak mengalami perubahan yang

berarti, tapi klien dengan fraktu harus mengonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi,protein, vitamin C, dan

lainnya untuk membantu penyembuhan tulang.

2) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur femur, biasanya klien tidak mengalami gangguan

pola eliminasi.

3) Pola Istirahat

Biasanya klien fraktur mengalami nyeri dan geraknya terbatas sehingga

dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

Page 26: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

23

4) Pola Aktivitas

Karena timbul rasa nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk kegiatan

klien menjadi berkurang dan klien memerlukan banyak bantuan orang

lain.

5) Personal hygiene

Biasanya pasien masih mampu melakukan personal hygiene, tapi harus

ada bantuan dari orang lain, ini disebabkan karena terjadinya

keterbatasan gerak dari klien.

e) Riwayat psikologis

Biasanya dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan

akan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan

terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

f) Riwayat Spiritual

Biasanya klien dengan fraktur tidak dapat melaksanakan ibadah dengan

baik, terutama frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat

disebabkan oleh nyeri dan keterbatasangerak klien.

g) Riwayat Sosial

Biasanya klien tidak dapat mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti

gotong royong, mengikuti acara yang ada di masyarakat, tidak bisa

mengikuti pengajian di masyarakat, serta klien akan manrik diri dari

lingkungan sosialnya karena merasa tidak berguna lagi.

Page 27: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

24

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit

5. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehilangan

integritas tulang (doengus : 2000).

3. Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

hasilIntervensi Rasional

1 Gangguan rasa

nyaman nyeri

berhubungan

dengan gerakan

fragmen tulang.

Tujuan :

setelah dilakukan

intervensi keperawatan,

klien menyatakan nyeri

hilang.

Kriteria hasil :

klien menunjukan

tindakan santai, mampu

berpartisipasi dalam

aktivitas, tidur, serta

istirahat dengan tepat.

Mandiri

1. Pertahankan

imobilisasi bagian

yang sakit dengan

tirah baring, gips,

pembebat,dan traksi.

2. Tinggikan dan

dukung ekstremitas

yang terkena.

3. Atur posisi

imobilisasi pada

paha

1. Menghilangkan

nyeri dan

mencegah

kesalahan posisi

tulang / tegangan

jaringan yang

cedera.

2. Meningkatkan

aliran balik vena,

menurunkan

edema, dan

menurunkan nyeri.

3. Imobilisasi yang

adekuat dapat

mengurangi

gerakan fragmen

tulang yang

Page 28: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

25

4. Evaluasi keluhan

nyeri /

ketidaknyamanan,

perhatikan lokasi

dan karakteristik,

termasuk intensitas

(skala 0-10).

Perhatikan petunjuk

nyeri nonverbal

(perubahan tanda

vital dan

emosi/perilaku).

5. Lakukan dan awasi

latihan rentang

gerak pasif/altif.

6. Berikan alternatif

tindakan

kenyamanan, contoh

pijatan, pijatan

punggug, perubahan

posisi.

7. Ajarkan relaksasi

mengurangi

ketegangan otot

menjadi unsur

utama penyebab

nyeri pada daerah

paha.

4. Mempengaruhi

pilihan atau

pengawasan

keefektifan

intervensi. Tingkat

ansietas dapat

mempengaruhi

persepsi atau

reaksi terhadap

nyeri.

5. Mempertahankan

kekuatan/mobilitas

otot yang sakit dan

memudahkan

resolusi inflamasi

pada jaringan yang

cedera.

6. Meningkatkan

sirkulasi umum,

menurunkan area

tekanan lokal dan

kelelahan otot.

7. Teknik akan

melancarkan

peredaran darah

Page 29: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

26

rangka yang dapat

mengurangi

intensitas nyeri,

sperti relaksasi

massase.

Kolaborasi

1. Berikan obat sesuai

indikasi seperti :

injeksi keterolak

(toradol).

2. Pemasangan traksi

kulit atau traksi

tulang.

3. Operasi untuk

pemasangan fiksasi

internal.

sehingga

kebutuhan O2 pada

jaringan terpenuhi

dan nyeri

berkurang.

1. Deberikan untuk

menghambat

siklooksogenase

(prostaglandin

sintetase).

2. Traksi yang efektif

akan memberikan

dampak pada

penurunan

pergeseran

fragmen tulang dan

memberikan posisi

yang baik untuak

penyatuan tulang.

3. Fiksasi internal

dapat membantu

imobilisasi fraktur

femur sehingga

pergseran fragmen

berkurang.

Page 30: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

27

2 Gangguan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

kerusakan

rangka

neuromuskuler

Tujuan :

Klien dapat

meningkatkan

Atau mempertahankan

mobilitas pada tingkat

yang paling tinggi.

Kriteria hasil :

- Klien mampu

mempertahankan

possisi fungsional.

- menunjukan teknik

yang memampukan

melakukan aktivitas.

Mandiri :

1. Kaji tingkat

imobilitas yang

dihasilkan oleh

cedera/

Pengobatan dan

perhatikan persepsi

pasien terhadap

imobilisasi.

2. Pertahankan

peninggian

ektremitas yang

cedera kecuali

dikontraindikasi-

kan dengan

menyakinkan

adanya sindrom

kompartemen.

3. Instruksikan pasien

untuk/bantu dalam

1. Pasien mungkin

dibatasi oleh

pandangan

diri/persepsi diri

tentang

keterbatasan fisik

aktual,

memerlukan

informasi/

intervensi untuk

meningkatkan

kemajuan

kesehatan.

2. Meningkatkan

drainase

vena/menurunkan

edema. Catatan :

pada adanya

peningglkatan

tekanan

kompartemen,

peninggian

ekstremitas secara

mengahalangi

aliran arteri,

menurunkan

perfusi.

3. Meningkatkan

aliran darah ke otot

Page 31: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

28

rentang gerak

pasien/aktif pada

ekstremitas yang

tak sakit.

4. Dorong

penggunaan latihan

isometrik mulai

dengan tungkai

yang tak sakit.

5. Berikan papan

kaki, bebat

pergelangan,

gulungan trokanter

atau tangan yang

sesuai.

6. Berikan/bantu

dalam mobilisasi

dengan kursi roda,

kruk, tongkat

dan tulang untuk

meningkatkan

tonus otot,

mempertahankan

gerak sendi;

mencegah

kontraktur/atrofi,

resorpsi kalsium

karena tidak

digunakan.

4. Kontraksi otot

isometrik tanpa

menekuk sendi

atau menggerakkan

tungkai dan

mampu

mempertahankan

kekuata dan masa

otot.

5. Berguna dalam

mempertahankan

posisi fungsional

ekstremitas,

tangan/kaki, dan

mencegah

komplikasi.

6. Mobilisasi dini

menurunkan

komplikasi tirah

baring (contoh,

Page 32: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

29

sesegera mungkin.

7. Instruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas.

Kolaborasi

1. Konsul dengan ahli

terapi

fisik/kupasidan

rehabilitasispesialis.

2. Rujuk keperawat

spesialis psikiatrik

klinikal/ahli terapi

sesuai indikasi.

Mandiri

flebitis) dan

meningkatkan

penyembuhan dan

normalisasi

penyembuhan

organ.

7. Untuk

mempertahankan

mobilisasi dan

keamanan pasien.

1. Berguna dalam

membuat aktivitas

induvidual/

program latihan.

2. Pasien/orang

terdekat

memerlukan

tindakan intensif

lebih untuk

menerima

kenyataan kondisi,

imobilisasi lama,

mengalami

kehilangan kontrol.

Page 33: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

30

3 Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan fraktur

terbuka

Tujuan :

Klien menyatakan

kerusakan permukaan

berkurang atau hilang,

dekstruksi lapisan

kulit/jaringan.

Kriteria hasil :

-Klien mampu

menunjukan

perilaku/teknik untuk

mencegah kerusakan

kulit/memudahkan

penyembuhan sesuai

indikasi.

- mencapai

penyembuhan luka

sesuai waktu.

1. Kaji kulit untuk luka

terbuka, benda

asing, kemerahan,

perdarahan,

perubahan warna,

kelabu, memutih.

2. Kaji dan pantau luka

setiap hari.

3. Lakukan perawatan

luka secara steril

4. Masase kulit dan

penonjolan tulang.

Pertahankan tempat

tidur tidur kering

dan bebas kerutan.

1. Memberikan

informasi tentang

sirkulasi kulit dan

masalah yang

mungkin

disebabkan oleh

alat

dan/pemasangan

gips/bebat atau

traksi,

pembentukan

edema yang

membutuhkan

intervensi medik

lanjut.

2. Mendeteksi secara

dini gejala-gejala

inflamasi yang

mungkin timbul

akibat adanya luka

post operasi.

3. Teknik perawatan

luka secara steril

dapat mengurangi

kontaminasi

kuman.

4. Menurunkan

tekanan pada area

yang peka dan

risiko

abrasi/kerusakan

Page 34: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

31

4 Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

kerusakan kulit.

Tujuan :

Luka sembuh sesuai

waktu, bebas drainase

purulen, demam.

Kriteria hasil :

-Luka klien tampak

kering

-luka klien tampak

sembuh.

5. Pantau dan batasi

kunjungan.

Kolaborasi

1. Berikan antibiotik

sesuai indikasi

Mandiri :

1. Inspeksi kulit untuk

adanya iritasi atau

robekan kontinuitas.

2. Observasi luka

untuk pembentukan

krepirasi, perubahan

warna kulit

kulit.

5. Mengurangi resiko

kontaminasi

kuman dari orang

lain.

1. Diberikan untuk

menekan dan

menghentikan

suatu proses

biokimia didalam

organisme,

khususnya dalam

proses infeksi oleh

bakteri.

1. Pen atau kawat

tidak harus

dimasukkan

melalui kulit yang

terinfeksi,

kemerahan atau

abrasi (dapat

menimbulkan

infeksi tulang).

2. Tanda perkiraan

infeksi.

Page 35: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

32

kecoklatan, bau

drainase yang tak

enak/asam.

3. Kaji dan pantau luka

setiap hari.

4. Lakukan perawatan

luka secara steril.

5. Selidiki nyeri tiba-

tiba/keterbatasan

gerakan dengan

edema lokal/eritema

ektremitas cedera.

6. Bantu perawatan diri

dan keterbatasan

aktivitas sesuai

toleransi. Bantu

program latihan.

1. Monitor keadaan

3. Mendeteksi secara

dini gejala-gejala

inflamasi yang

mungkin timbul

akibat adanya luka

post operasi.

4. Teknik perawatan

luka secara steril

dapat mengurangi

kontaminasi

kuman

5. Dapat

mengindikasikan

terjadinya

osteomielitis.

6. Menunjukan

kemampuan secara

umum, kekuatan

otot, dan

merangsang

pengembalian

sistem imun.

1. Untuk memonitor

Page 36: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

33

5

6

Resiko syok

hipovolemik

yang

berhubungan

perdarahan yang

berlebihan

Resiko tinggi

terhadap trauma

tambahan

berhubungan

dengan

kehilangan

integritas tulang

Tujuan :

dalam waktu 1x24 jam,

resiko syok

hipovolemik tidak

terjadi.

Kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh

pusing, membran

mukosa lembap, turgor

kulit normal, TTV

dalam batas nomal,

CRT <3 detik

Tujuan :

Resiko trauma tidak

terjadi

Kriteria hasil :

Klien mau

berpartisipasi dalam

pencegahan trauma.

umum klien.

2. Observasi vital sign

setiap 3 jam atau

lebih.

3. Jelaskan pada pasien

dan keluarga tanda

perdarahan, dan

segera laporkan jika

terjadi perdarahan.

Mandiri :

1. Pertahankan

imobilisasi pada

daerah paha.

2. Pertahankan tirah

kondisi klien

selama perawatan

terutama saat

terjadi perdarahan.

2. Untuk

memastikan tidak

terjadi presyok /

syok.

3. Dengan

melibatkan pasien

dan keluarga maka

tanda-tanda

perdarahan dapat

segera diketahui

dan tindakan yang

cepat dan tepat

dapat segera

diberikan.

1. Meminimalkan

rangsang nyeri

akibat gesekan

antara fragmen

tulang dengan

jaringan lunak

disekitarnya.

2. Meningkatkan

Page 37: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

34

baring/ekstremitas

sesuai indikasi.

Berikan sokongan

sendi di atas dan

dibawah fraktur bila

bergerak atau

membalik.

3. Kaji tingkat

pengetahuan klien

tentang faktor yang

beresiko yang

menyebabkan

trauma pada fraktur.

Kolaborasi

1. Kaji ulang foto atau

evaluasi.

stabilitas,

menurunkan

kemungkinan

gangguan posisi

atau penyembuhan.

3. Sebagai data dasar

untuk

melaksanakan

intervensi sesuai

dengan tingkat

pengetahuan yang

dimiliki klien.

1. Mengetahui proses

penyembuhan

untuk menentukan

tingkat aktivitas

dan kebutuhan

perubahan/tambah

an terapi.

4. Implementasi

Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

Page 38: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

35

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

atau tidak.

Page 39: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

36

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN FAKTUR TIBIA

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

Nama : Tn.M

Umur : 23 thn

Jenis Kelamin : perempuan

No.Mr : 86-58-28

Alamat : Lubuk Basung

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Tanggal masuk : 21 April 2014

Tanggal Pengkajian :2 Mei 2014

Penanggung jawab : Eri Ela

Diagnosa : fraktur tibia

b. Riwayat kesehatan

1. Riwaya kesehatan dahulu

Pasien mengatakan tidak ada penyakit seperti Diabetes Melitus,

hipertensi

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang ke IGD tanggal 21 April 2014 jam 02.30 dengan

faktur,pada saat kejadian pasien menghindari lubang dan terjatuh,saat

berdiri kaki kanan dirasakan sangat sakit dan nyeri, susah digerakkan.

Page 40: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

37

Pada saat pengkajian pasien mengatakan badannya terasa lemah,

nyeri pada kaki kanan saat diredresing dan diangkat ke atas,skala nyeri

yang didapatkan saat redresing adalah 8 (skala berat), karena klien

sampai menggigit bantal dan memukul-mukul dinding dan meringis,

pada kaki kanan klien ada bekas jahitan dan bekas luka yang lumayan

besar dan klien terpasang gips pada kaki kanannya,dan klien mengatakan

ADL nya di bantu keluarga.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita atau

mempunyai riwayat Diabetes Melitus dan hipertensi.

c. Tanda – tanda vital

Kesadaran : compos mentis

Tekana darah : 110/70 mmHg

Nadi : 86x/menit

Suhu : 36,5 c

Pernapasan : 20 x/menit

d. Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Rambut : rambut berwarna hitam,tidak rontok ,dikepala tidak

ada udema dan bekas luka

Mata : simetris kiri dan kanan , pupil isokor,konjungtiva

tidak anemis sklera tidak ikterik

Hidung : simetris kiri dan kana ,tidak ada sekret dan polip

Page 41: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

38

Telinga : simetris kiri dan kana tidak ada cerumen,tes

pendengran uji berbisik

Mulut : mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries,lidah

bersih berbau

b) Leher : tidak ada pembesaran kelnjar tyroid,tidak ada kaku

kuduk

c) Dada

Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada udema, dan ada

bekas luka

Palpasi : fremitus kiri dan kanan

Perkusi : sonor

Aauskultasi : ronchi tidak ada,whezzing tidak ada

d) Jantung

Inspeksi : ictus cpordis tedak telihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5

Perkusi : redup

Auskultasi : normal

e) Abdoment

Inspeksi : tidak acites

auskultasi : bising usus 16 x/menit

palpasi : tidak ada pembesaran hepar

perkusi : tympani

Page 42: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

39

f) Genetalia : bersih,BAB dan BAK di tempat tidur

g) sistem integumen : kulit sawo matang, turgor kulit baik, terpasang infus

disebelah kanan dan ada bekas luka.

h) Ekstermitas

Atas : tidak ada udema,ada bekas luka, terpasang infus di

sebelah kanan

Bawah : kaki kanan terpasang gips dan susah digerakan dan

ada nyeri

Kekuatan otot : 5555 5555

3333 5555

i) Pola kebiasaan sehari-hari

No Pola Sehat Sakit

1

2

Nutrisi

Makan

Jenis

Frekuensi

Porsi

Minum

Jenis

Frekuensi

Eliminasi

BAB

Jenis

Nasi +lauk pauk+sayur

3x sehari

1 porsi

Air putih+teh+susu

8 gelas /hari

Padat

1x sehari

Khas

Nasi +lauk

pauk

3x sehari

1 porsi

Air putih

7 gelas/ hari

Padat

1x2 hari

Khas

Page 43: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

40

3

4

Frekuensi

Bau

BAK

Jenis/warna

Frekuensi

Bau

Istirahat dan tidur

Istirahat

Tidur

Aktifitas

Kuning-kekuningan

5x sehari

Khas

2 jam

8 jam

Dibantu

Kuning-

kekuningan

5x sehari

khas

3 jam

7 jam

dibantu

j) Pemeriksaan labor

Hematologi

Hb 14,6g/dl 13-16

Hematokrit 43% 40-48

Leukosit 11,1 10^3/mm3 5-10

Trombosit 266.10^3/mm3 150-400

ApTT 25,1 detik 29,2-39,4

Page 44: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

41

k) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan Rongten : ekstermitas bawah,fraktur tibia

l) Pengobatan

Ceftriaxone 2x1 gr

Ranitidin 2x1 amp

Ketoralac drip

Gentamisin 2x 1 amp

Iufd Rl 16 tetes/ menit

Diet : makanan lunak

2. Analisa data

No Data Masalah Etiologi

1 Do :

Pasien tampak meringis

Pasien tampak mengigit

Skala nyeri 8 (berat)

Ds :

Klien mengatakan

sangat sakit jika di

gerakkan

Klien mengatakan jika

disentuh atau sedang

redresing sangat nyeri

Gangguan rasa

nyaman nyeri

Kerusakan

sekunder

terhadap faktur

Page 45: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

42

2

3

Klien mengatakan

sampai menangis

menahan sakitnya

Do :

Klien tampak ADL

dibantu keluarga dan

perawat

Klien tampak lemas

Klien tampak terpasang

gips sebelah kanan

Ds :

Klien mengatakan

ADLnya dibantu

keluarga dan perawat

Klien mengatakan bahwa

kakinya tidak bisa

digerakkan

Klien mengatakan lemah

Do :

Klien tampak ada bekas

jahitan

Klien tampak ada luka

Intolerasi

aktifitas

Kerusakan

integritas kulit

Imobilisasi

tungkai

Luka jahitan

Page 46: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

43

yang besar

Klien tampak terpasang

gips

Ds :

Klien mengatakan

lukanta gak mau sembuh

Klien mengatakan susah

bergerak

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan sekunder

terhadap faktur

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi tungkai

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka jahitan

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Gangguan rasa

nyaman nyeri

berhubungan

dengan

kerusakan

sekunder

terhadap faktur

Setelah dilakukan

pengkajian 1x24 jam

maka :

T : nyeri hilang atau

berkurang

k.h :

Ekspresi wajah

1. Pantau TTV,

intensitas nyeri dan

tingkat kesadaran

1. Untuk

mengenal

indikasi

kemajuan

penyimpangan

dari hasil yang

dilakukan

Page 47: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

44

2 Intoleransi

aktifitas

berhubungan

dengan

immobilisasi

tungkai

klien tidak

meringis

Klien mampu

mengatakan

nyeri

berkurang

Setelah dilakukan

pengkajian 1x24 jam

maka :

T : mobilitas

terpenuhi

k.h : pasien bisa

beraktifitas

2. Kaji lokasi, intesitas

dan tipe nyeri

3. Ajarkan teknik

relaksasi seperti

tarik napas dalam

4. Bantu pasien untuk

posisi yang nyaman

5. Berikan obat

analgetik sesuai

nyeri dirasakan

1. Kaji

ketidakmampuan

gerak klien yang

diakibatkan oleh

prosedur pengobatan

dan catat persepsi

klien terhadap

2. Teknis

relaksasi

kadang lebih

cepat

menghilangka

n nyeri

3. Posisi yang

nyaman dapat

mengurangi

penekanan rasa

nyeri

4. Analgetik

dapat

mengurangi

rasa nyeri

1. Dengan

mengetahui

derajat

ketidakmampu

an bergerak

klien dan

persepsi

Page 48: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

45

immobilisasi

2. Latih klien untuk

menggerakkan

anggota badan yang

masih ada

3. Berikan posisi klien

secara periodik

4. Bantu aktifitas klien

dalam memenuhi

kebutuhan

6. Kaji kulit untuk luka

terbuka, benda

asing, kemerahan,

perdarahan,

perubahan warna,

terhadap

immobilisai

2. Pergerakkan

dapat aliran

darah ke otot

3. Untuk

mencegah

terjadinya

kontraktur

4. Membantu

klien untuk

kemampuan

dari duduk dan

turun dari

tempat tidur

5. Untuk

memenuhi

kebutuhan

klien

6. Memberikan

informasi

tentang

sirkulasi kulit

dan masalah

Page 49: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

46

kelabu, memutih.

7. Kaji dan pantau luka

setiap hari.

8. Lakukan perawatan

luka secara steril

yang mungkin

disebabkan

oleh alat

dan/pemasang

an gips/bebat

atau traksi,

pembentukan

edema yang

membutuhkan

intervensi

mediklanjut.

7. Mendeteksi

secara dini

gejala-gejala

inflamasi yang

mungkin

timbul akibat

adanya luka

post operasi.

8. Teknik

perawatan luka

secara steril

dapat

mengurangi

Page 50: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

47

3 Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan luka

jahitan

Tujuan :

Klien menyatakan

kerusakan permukaan

berkurang atau hilang,

dekstruksi lapisan

kulit/jaringan.

Kriteria hasil :

-Klien mampu

menunjukan

9. Masase kulit dan

penonjolan tulang.

Pertahankan tempat

tidur tidur kering

dan bebas kerutan.

10.Pantau dan batasi

kunjungan.

Kolaborasi

1. Berikan antibiotik

sesuai indikasi

kontaminasi

kuman.

9. Menurunkan

tekanan pada

area yang peka

dan risiko

abrasi/kerusak

an kulit.

10. Mengurangi

resiko

kontaminasi

kuman dari

orang lain.

1. Diberikan

untuk

menekan dan

menghentikan

suatu proses

biokimia

didalam

organisme,

khususnya

dalam proses

Page 51: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

48

perilaku/teknik untuk

mencegah kerusakan

kulit/memudahkan

penyembuhan sesuai

indikasi.

- mencapai

penyembuhan luka

sesuai waktu.

infeksi oleh

bakteri.

5. Catatan Perkembangan

No Dx Hari jam

tanggal

Implementasi Paraf Evaluasi

1 1 Jumat ,2

Mei 2014

Pagi

1. Memantau TTV

2. Mengkaji lokasi,

intesitas dan tipe

nyeri

3. Mengajarlan

teknik relaksasi

seperti tarik napas

dalam

4. Memberikan

posisi yang

nyaman

5. Memantau

keadaan luka

S : klien mengatakan

masih nyeri jika

digerakkan dan

dipenuhi

O : klien tampak

memukul-mukul dan

menggigit jika disentuh

dan digerakkan

A ; masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

Mengajarlan

Page 52: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

49

2

6. Memberikan obat

analgetik sesuai

nyeri

1. Memberikan

latihan gerakan

anggota badan

yang masih ada

2. Memberikan

posisi klien secara

periodik

3. Membantu

aktifitas klien

dalam memenuhi

kebutuhan

4. Membantu ADL

pasien

5. Mengkaji ketidak

mampuan gerak

klien

6. Mengukur TTV

7. Memantau IUFD

1. Mengkaji kulit

teknik relaksasi

seperti tarik

napas dalam

S : klien mengatakan

ADL dibantu keluarga

dan perawat

O : klien tampak ADL

dibantu keluarga dan

perawat

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

Membantu

aktifitas klien

dalam

memenuhi

kebutuhan

S : klien mengatakan di

Page 53: Ujian (UTEK M.jamil) Yen

50

3 untuk luka

terbuka, benda

asing, kemerahan,

perdarahan,

perubahan warna,

kelabu, memutih.

2. Mengkaji dan

pantau luka setiap

hari.

3. Melakukan

perawatan luka

secara steril

4. Masase kulit dan

penonjolan tulang.

Pertahankan

tempat tidur tidur

kering dan bebas

kerutan.

5. Memantau dan

batasi kunjungan.

6. memberikan

antibiotik sesuai

indikasi

kakinya ada bekas

jahitan

O : klien tampa ada

bekas jahitan

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi di

lanjutkan

Melakukan

perawatan luka

secara steril