trauma kimia pada mata

27
Tutorial Kasus PENDAHULUAN Trauma kimia pada mata merupakan kegawatdaruratan di bidang penyakit mata, terutama yang melibatkan kornea. 1 Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. 2 Trauma kimia dapat disebabkan oleh bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat. Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia. 3 Oleh karena itu trauma karena asam dan basa kuat lebih berbahaya. Trauma karena bahan alkali dua kali lebih sering dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak digunakan dalam industri dan rumah tangga. 2 Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat menyebabkan pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat menyebabkan penghancuran jaringan kolagen kornea. 3 Pada trauma kimia basa dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan proses penyabunan yang disertai dengan dehidrasi. 3 Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan fisiologis atau air bersih. Irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama, paling sedikit 15-30 menit. 3 Selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata, hal ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk 1

Upload: erna-erawaty-idjab

Post on 18-Jul-2016

152 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

trauma kimia pada mata

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

PENDAHULUAN

Trauma kimia pada mata merupakan kegawatdaruratan di bidang penyakit mata, terutama

yang melibatkan kornea.1 Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum

dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap.2 Trauma kimia dapat disebabkan oleh

bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat.

Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan

kimia.3 Oleh karena itu trauma karena asam dan basa kuat  lebih berbahaya. Trauma karena

bahan alkali dua kali lebih sering dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak

digunakan dalam industri dan rumah tangga.2 Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih

cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat

menyebabkan pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat

menyebabkan penghancuran jaringan kolagen kornea.3 Pada trauma kimia basa dapat menembus

ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan

proses penyabunan yang  disertai dengan dehidrasi.3

            Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan

fisiologis atau air bersih. Irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama, paling

sedikit 15-30 menit.3 Selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata, hal

ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk menentukan

sifat bahan, apakah sifat asam kuat atau basa kuat. Hal ini penting dilakukan karena dalam

tatalaksana diperlukan langkah untuk menetralisasi bahan. Trauma kimia yang parah

memerlukan perawatan yang lama dan intensif di rumah sakit  serta kunjungan rawat jalan yang

juga berlangsung lama. Pemulihan dan rehabilitasi membutuhkan  waktu berbulan-bulan.

Sebagai akibat dari kehilangan penglihatan sesisi atau kedua-duanya  maka pasien bisa

kehilangan kemampuan mengemudi, kehilangan pekerjaan dan menjadi tergantung dengan orang

lain.1,4

1

Page 2: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

DAFTAR ISI

Pendahuluan……………………………………………………………………………………….1

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..2

Daftar Gambar…………………………………………………………………………………….3

Tinjauan Pustaka “Trauma Kimia Pada Mata”…………………………………………………...4

I. Definisi……………………………………………………………………………………4

II. Epidemiologi……………………………………………………………………………...4

III. Etiologi……………………………………………………………………………………5

III.1 Trauma Asam………………………………………………………………………..5

III.2 Trauma Basa…………………………………………………………………………6

IV. Patogenesis………………………………………………………………………………..7

V. Klasifikasi…………………………………………………………………………………9

VI. Diagnosis…………………………………………………………………………………10

VI.1 Gejala Klinis………………………………………………………………………..10

VI.2 Pemeriksaan Fisik…………………………………………………………………..11

VI.3 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………….12

VII. Diagnosis Banding……………………………………………………………….12

VIII. Tatalaksana………………………………………………………………………13

IX. Komplikasi………………………………………………………………………...…….16

X. Prognosis…………………………………………………………………………………17

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………18

2

Page 3: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Trauma kimia asam pada mata………………………………………………………..6

Gambar 2. Trauma kimia basa pada mata………………………………………………………...7

Gambar 3. Klasifikasi trauma kimia……………………………………………………………..10

Gambar 4 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH……………………………………………….12

Gambar 5 Simblefaron…………………………………………………………………………...17

Gambar 6 Phtisis Bulbi…………………………………………………………………………..17

Gambar 7 Cooked Fish Eye Appearance………………………………………………………...17

3

Page 4: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

TINJAUAN PUSTAKA

TRAUMA KIMIA PADA MATA

I. Definisi

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena

dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan

penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola

mata tersebut.5

Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang

dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan

dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia

tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.5

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium,

industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan

memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma

kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia

merupakan tindakan yang harus segera dilakukan.6

II. Epidemiologi

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami

gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan

sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap

hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma

mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan

pekerjaan terjadi setiap tahunnya.7,8

Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih

besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19

juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan

4

Page 5: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi

bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4.

Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena

pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat

mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak

pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.8

III.Etiologi

Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada

wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2 macam

bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa. Bahan kimia

dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai

pH > 7.9

III.1 Trauma Asam

Asam terdisosiasi menjadi ion-ion  Hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen

merusak permukaan bola mata dengan merubah pH, sedangkan anion menyebabkan

denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel – epitel kornea yang

terpajan.2,3 Presipitasi dan koagulasi permukaan bola  mata disebut nekrosis

koagulatif.10 Koagulasi protein mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam,1,4 sehingga

bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Umumnya

kerusakan yang terjadi bersifat nonprogresif dan hanya pada bagian superfisial saja.4 

Asam hidrofluorat adalah pengecualian dalam kasus trauma akibat asam. Asam

hidrofluorat adalah asam lemah yang dapat melewati membran sel dengan cepat, dalam

keadaan tetap tidak terionisasi,1 sementara ion fluoride berpenetrasi lebih baik ke stroma 

dibanding asam lainnya sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih parah di segmen

anterior.4 Karena itu  asam hidrofluorat bekerja seperti basa, menyebabkan

nekrosis   liquefactive. Ion fluoride yang dilepaskan ke dalam sel dapat menginhibisi enzim

glikolitik dan dapat bergabung dengan kalsium dan magnesium, membentuk kompleks tidak

larut. Nyeri lokal yang hebat diduga sebagai akibat dari kegagalan imobilisasi kalsium, yang

kemudian mendorong stimulasi syaraf oleh perpindahan potassium.1

5

Page 6: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Komplikasi paling serius dari trauma asam adalah jaringan parut konjungtiva dan kornea,

vaskularisasi kornea, glaukoma dan uveitis.11 Biasanya trauma akibat asam akan normal

kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu. 3

Gambar 1. Trauma Kimia Asam Pada Mata

III.2 Trauma Basa

Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil

membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi

dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon

inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan

jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam  melalui kornea  dan segmen

anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan kornea.4 Kolagenase

yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.3 Berlanjutnya aktivitas

kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.11

Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi perubahan

pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan

intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasan

prostaglandin  yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. 4,11   Basa yang

menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan

kebutaan penderita.3

Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata.

Basa akan menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan dan sampai pada jaringan

6

Page 7: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

retina. Proses yang terjadi disebut nekrosis liquefactive. Bahan akustik soda dapat menembus

ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. .3,10

Penyulit yang dapat ditimbulkan oleh trauma basa adalah simblefaron, kekeruhan kornea,

edema dan neovaskularisasi kornea, katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata 1 Penyulit

jangka panjang dari luka bakar kimia adalah glaukoma sudut tertutup, pembentukan jaringan

parut kornea, simblefaron, entropion, dan keratitis sika. 11

Contoh penyebab:4

a. Alkali: Ammonia , Lye, Potassium hydroxide, Magnesium hydroxide,Lime

Produk yang mengandung alkali:  Fertilizers, produk pembersih (ammonia), drain

cleaners (lye), Oven cleaners, Potash (potassium hydroxide), Fireworks (magnesium

hydroxide), Cement (lime)

b. Asam: Sulfuric acid, Sulfurous acid (paling sering), Hydrofluoric acid (paling

fatal), Acetic acid,Chromic acid,Hydrochloric acid

Produk yang mengandung asam: Baterai (sulfuric), Glass polish (hydrofluoric),

Vinegar   ( acetic)

Produk yang mengandung iritan : Pepper spray

Gambar 2. Trauma Kimia Basa Pada Mata

IV. Patogenesis

Bahan asam dan basa menyebabkan trauma dengan mekanisme yang berbeda. Baik bahan

asam (pH<4 alkali="alkali" dan="dan" ph="ph">10) dapat menyebabkan terjadinya trauma

kimia. Kerusakan jaringan akibat trauma kimia ini secara primer akibat proses denaturasi dan

koagulasi protein selular, dan secara sekunder melalui kerusakan iskemia vaskular. Bahan

asam menyebabkan terjadinya nekrosis koagulasi dengan denaturasi protein pada jaringan

yang berkontak. Hal ini disebabkan karena bahan asam cenderung berikatan dengan protein

7

Page 8: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

jaringan dan menyebabkan koagulasi pada epitel permukaaan. Timbulnya lapisan koagulasi

ini nerupakan barier terjadinya penetrasi lebih dalam dari bahan asam sehingga membatasi

kerusakan lebih lanjut.  Oleh karena itu trauma asam sering terbatas pada jaringan

superfisial. 12

Terdapat pengecualian yaitu asam hidrofluorik yang dapat menyebabkan nekrosis

likuefaksi yang mirip pada alkali. Bahan asam hidrofluorik ini dapat dengan cepat menembus

kulit sampai ke pembuluh darah sehingga terjadi diseminasi ion fluoride. Ion fluoride ini

kemudian mempresipitasi kalsium sehingga menyebabkan hipokalsemi dan metastasis

kalsifikasi yang dapat mengancam jiwa.12

Bahan alkali dapat menyebabkan nekrosis likuefaksi yang potensial lebih berbahaya

dibandingkan bahan asam. Larutan alkali mencairkan jaringan dengan jalan mendenaturasi

protein dan saponifikasi jaringan lemak. Larutan alkali ini dapat terus mempenetrasi lapisan

kornea bahkan lama setelah trauma terjadi. 12

Kerusakan jangka panjang pada konjungtiva dan kornea meliputi defek pada epitel

kornea, simblefaron serta pembentukan jaringan sikatriks. Penetrasi yang dalam dapat

menyebabkan pemecahan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasitas lapisan stroma

kornea. Jika terjadi penetrasi pada bilik mata depan, dapat terjadi kerusakan iris dan lensa.

Kerusakan epitel silier dapat menggangu sekresi asam askorbat yang diperlukan untuk

produksi kolagen dan repair kornea. Selain itu dapat terjadi hipotoni dan ptisis bulbi. 2

Proses penyembuhan dapat terjadi pada epitel kornea dan stroma melalui proses migrasi

sel epitel dari stem cells pada daerah limbus. Kolagen stroma yang rusak akan difagositosis

dan dibentuk kembali. 2

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan

yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

a. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai

berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi

pembuluh darah pada limbus.

Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi

permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan

perforasi dan ulkus kornea bersih.

8

Page 9: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea

Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan

iris dan lensa.

Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk

memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

b. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel

epitelial yang berasal dari stem cell limbus.

Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen

yang baru.12

V. Klasifikasi

Gradasi dan prognosis trauma kimia ditentukan berdasarkan kerusakan kornea dan

iskemia limbus. Iskemia limbus merupakan faktor klinis yang sangat penting karena

menunjukkan level kerusakan pada pembuluh darah di limbus dan mengindikasikan

kemampuan stem sel kornea (yang terdapat di limbus) untuk regenerasi kornea yang rusak.

Oleh karena itu, pada trauma kimia mata putih lebih berbahaya dibanding mata merah.

Ada 2 jenis klasifikasi derajat trauma kimia yang sering digunakan pada praktek sehari-

hari. Derajat beratnya trauma kimia (menurut Roper-Hall) dibagi atas : 2

Grade I     : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat baik)

Grade II   : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia limbus <

sepertiga (prognosis baik)

Grade III  :detail iris tidak terlihat, iskemia limbus antara sepertiga sampai setengah

Grade IV : kornea opak, dengan iskemia limbus lebih dari setengah (prognosis sangat

buruk)

9

a b

Page 10: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Gambar 3 Klasifikasi Trauma Kimia: (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4.12

VI. Diagnosis

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan

pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan

trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan

anamnesa singkat.

VI.1 Gejala Klinis

Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis dibandingkan

atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan derajat yang

bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.12

Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia

pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata,

pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar. 4

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,

blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat

segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada

trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian.

Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma

asam.4

Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal ini

dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata. 

Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan,  serta

penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang

dapat membantu dalam diagnosis.12

10

cd

Page 11: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

VI.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda  setelah dilakukan irigasi yang banyak pada

mata yang terkena dan pH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi, dilakukan

pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia

limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi

topikal.

Tanda-tanda yang dapat ditemui pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi adalah :

Defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh

epitel. Kerusakan semua epitel kornea dapat tidak meng-up take  fluoresin secepat abrasi

kornea sehingga dapat tidak teridentifikasi.

Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih  sampai opasifikasi total

sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.

Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang penyembuhannya

tidak baik.

Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk  flare dan cells. Temuan ini biasa terjadi

pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.

Peningkatan  tekanan intraocular.

Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan 

kesulitan menutup mata sehingga meng-exsposepermukaan bola yang telah terkena

trauma.

Inflamasi konjungtiva.

Iskemia perilimbus.

Penurunan tajam penglihatan . Terjadi karena  kerusakan epitel, kekeruhan kornea,

banyaknya air mata.

Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa

kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya

sel dan flare pada bilik mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis punktata sampai

erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak

merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva.

11

Page 12: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Kemosis lebih jelas, dengan derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta

opasitas pada kornea.12

VI.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola

mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai

pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk

mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.

Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan

intraocular.5

Gambar 4 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH5

VII. Diagnosis Banding

Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata, terutama

yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis, konjugtivitis, hemoragik

akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.

VIII. Tatalaksana

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis

trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma

okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan

struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang. Trauma kimia merupakan

12

Page 13: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti.

Tatalaksana trauma kimia mencakup:

Penatalaksanaan Emergency12

Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan

bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus

dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus

digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi

normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit

2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi

topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama

lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan

sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang

terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya

perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat

terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial

tear (air mata buatan).

  

Selanjutnya, tatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga sedang meliputi: 12

1. Fornices diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass

rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis yang

mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel kalsium hidroksida lebih mudah

dibersihkan dengan menambahkan EDTA.

2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah

spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah dan

mengurangi inflamasi.

3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin,

gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)

4. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.

13

Page 14: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

5. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan

Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), betablocker (Timolol 0,5% atau

Levobunolol 0,5%).

6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi: 12

1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan

intraokular dan penyembuhan kornea.

2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing.

3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.

4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali

sehari).

5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1%  4-9 kali per hari).

Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat

reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih lama

dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses

penyembuhan terhambat, selain itu juga meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis

kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan non-steroid anti inflammatory agent.

6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan TIO

bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris

inflamasi.

7. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata.

8. Dapat diberikan air mata artifisial.

Selain pengobatan tersebut diatas, pemberian obat-obatan lain juga bermanfaat dalam

menurunkan proses inflamasi, meningkatkan regenerasi epitel dan mencegah ulserasi kornea.

Obat tambahan yang biasa diberikan:2

Asam askorbat : berfungsi untuk meningkatkan produksi kolagen, diberikan secara

topikal dan sistemik. Beberapa riset menunjukkan pemberian topikal asam askorbat

10% terbukti dapat menekan perforasi kornea. Akan tetapi, tatalaksana ini baru

digunakan pada tahap eksperimental (asam askorbat topikal 10% , setiap 2 jam dan

sistemik 4x 2 g per hari).1

14

Page 15: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Asam sitrat : merupakan inhibitor kuat terhadap aktivitas neutrofil. Pemberian topikal

10% setiap 2 jam selama 10 hari.

Tetrasiklin : membantu menghambat proses kolagenase,  menghambat neutrofil dan

mengurangi ulserasi. Biasanya pemberian secara topikal dan sistemik (doksisiklin 2 x

100 mg).2

Untuk tatalaksana trauma oleh asam hidrofluorat, medikasi yang optimum masih

belum dilakukan. Beberapa studi menggunakan 1% calcium gluconate sebagai media

irigasi atau untuk tetes mata. Bahan – bahan mengandung Magnesium juga digunakan

pada kasus ini. Sayangnya, masih sedikit penelitian yang mendukung efektifitas terapi

– terapi tersebut. Irigasi mengunakan magnesium klorida terbukti tidak bersifat toksik

terhadap mata. Efek positif dari terapi ini dilaporkan masih dapat ditemukan

walaupun pada pemberian 24 jam setelah cedera, dimana medikasi lainnya sudah

tidak berguna. Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan sebagai tetes mata

setiap 2 – 3 jam atas pertimbangan irigasi dapat mengiritasi mata dan menimbulkan

ulserasi kornea.1

Injeksi subkonjungtival kalsium glukonat dan kalsium klorida tidak

direkomendasikan karena terbukti tidak bermanfaat dalam terapi.1

Terapi bedah dini penting untuk revaskularisasi limbus, restorasi populasi sel limbus

dan membentuk fornises. Sedangkan terapi bedah lanjutan meliputi graft konjungtiva

atau membran mukosa, koreksi deformitas kelopak mata, keratoplasti, serta

keratoprostheses.2

Pembedahan12

Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,

mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur

berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan

vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea.

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dari donor

(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis

15

Page 16: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan

simblefaron.

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk

memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan

hasil dari graft konvensional sangat buruk.

IX. Komplikasi

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis

trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara

lain:12

1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,

sehingga kornea dan penglihatan terganggu.

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler.

3. Sindroma mata kering.

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.

Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan

menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-

lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi

katarak traumatik.

5. Glaukoma sudut tertutup.

6. Entropion dan phthisis bulbi

16

Page 17: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

Gambar 5 Simblefaron12 Gambar 6 Phtisis Bulbi12

X. Prognosis

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma

tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu

indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada

pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling

berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana

prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.6

Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat

menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi

pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaucoma sekunder.6

Gambar 7 Cooked Fish Eye Appearance6

DAFTAR PUSTAKA

1. Weaver C. Occular burns. Emedicine [online] 2011 October [diakses 9 Oktober

2014]. Available from URL:http://emedicine.medscape.com/article/798696-overview

2. Kanski Jack J, editor. Clinical ophtalmology a sistemic approach.7th  ed. Elsevier; 2011

17

Page 18: Trauma Kimia Pada Mata

Tutorial Kasus

3. Ilyas S. Trauma mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI. 2010.h.271-3

4. Randleman JB. Ophthalmologic Approach to Chemical eye burns.Emedicine [online]

2007 October [diakses 9 Oktober 2014]. Available from:

http://www.emedicinehealth.com/chemical_eye_burns/articleem.htm

5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.

6. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.Jakarta. 2000.

7. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh pada tanggal

22 Februari 2014. http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/

8. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints. Diunduh

tanggal 22 Februari 2014. http://www.acep.org/content.aspx?id=26712

9. Broocker G, Mendicino ME, Stone CM. Injury to the eye. In: Mattox KL, Fellicino DV, 

Moore EE, editors. Trauma. 4th ed. New York: Mc-Graw Hill; 2000.p.406-7.

10. Asbury T, Sanitato JJ. Trauma. In : Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, editors. General

Ophtalmology. 17th . Lange; 2007.

11. Rhee DJ, Pyfer MF, editors. The Wills Eye Manual: office and emergency room diagnosis

and treatment of eye disease. 3rdedition. Philadelphia: Lippincott

Williams&Wilkins;1999.p.19-22.

12. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart · New York. 2006.

18