tinjuan pustaka laporan mikrobiologi - modul indra

Upload: faridahmaksum

Post on 02-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.IAspek Mikrobiologi MataBeberapa flora normal terdapat pada mata adalah Staphylococcus epidermidis dan Lactobacillus sp. Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Enterobacteriacea, serta kelompok streptokokus (S. pyogenes, S. pneumoniae, -hemolitik dan -hemolitik). Mekanisme pertahanan yang dimiliki oleh mata dan struktur di sekitarnya terhadap benda asing, antara lain: 1. Bulu mata berfungsi untuk mencegah masuknya benda asing (keringat) ke dalam mata. 2. Pada lapisan air mata, komponen akueous melarutkan substansi infeksius dan mukus menjebak debris. 3. Kedipan kelopak mata akan menyapu bakteri dan benda asing ke salurannya. (15-20 kali per menit) 4. Air mata mengandung substansi antimikroba, yaitu lisozim dan antibodi (IgG dan IgA). 5. Struktur bola mata yang dilapisi oleh lapisan kolagen (sklera dan kornea).

Kerusakan barisan pertahanan yang disebabkan oleh luka, ulserasi, penurunan fungsi/sekresi dapat mengakibatkan infeksi. Selain itu, infeksi pada mata juga dapat terjadi melalui aliran darah dan sistem saraf (misalnya infeksi HSV melalui pergerakan di sepanjang nervus trigeminus). Beberapa istilah peradangan pada mata, antara lain konjungtivitis (pada konjungtiva), keratitis (pada kornea), endoftalmitis (pada uvea atau bilik dalam), selulitis orbital (pada jaringan periokular), blefaritis (pada bagian pinggir kelopak mata), koroidoretinitis (pada koroid dan retina), uveitis (pada uvea), kanalikulitis (pada saluran lakrimal), dakriosistis (infeksi sakus lakrimalis), dan dakrio-adenitis (infeksi kelenjar lakrimalis). Pada umumnya, keberadaan pus menunjukkan infeksi oleh bakteri.

1. Neisseria gonorrhoeae a. Paling sering menyebabkan oftalmia neonatorum (pus, mata merah). Muncul pada hari pertama atau kedua setelah lahir.b. Akibat lain: konjungtivitis purulen berat dan kerusakan kornea yang berakhir pada kebutaan. 2. Staphylococcus aureus a. Merupakan flora normal pada permukaan kulit dan mukosa hidung.b. Sticky eyes (keadaan dimana terdapat sekret kekuningan yang kental pada mata; biasanya diakibatkan oleh sumbatan saluran lakrimalis sehingga menimbulkan infeksi) : 5-10 setelah kelahiran.c. Infeksi biasanya terjadi melalui infeksi autogenus (higienitas yang rendah) dari hidung atau jari-jari tangan.3. Pseudomonas aeruginosaa. Termasuk bakteri oportunistik dapat menyebabkan infeksi seandainya sudah ada luka terlebih dahulu akibat trauma, adanya benda asing, operasi pada mata (misalnya pada pengobatan katarak massal), dan penurunan respon imun. b. Dapat mengakibatkan kebutaan.c. Sumber infeksi: obat tetes mata yang terkontaminasi, sabun yang terkontaminasi.4. Haemophilus influenzae menyebabkan Neisseria meningitidis5. Streptococcus penumoniae menyebabkan konjungtivits purulen berat6. Treponema pallidum a. Akibat: keratitis interstisial (termasuk ke dalam sindrom sifilis kongenital) yang dapat berakhir pada kebutaan b. Penularan biasanya terjadi dari ibu yang sudah terinfeksi kepada bayinya (infeksi kongenital). 7. Leptospiraa. Ditularkan oleh tikus leptospirosis. Pernah ada kejadian dimana anak-anak yang bermain tanah terinfeksi oleh Leptospira karena ternyata terdapat urin tikus yang mengandung mikroorganisme ini pada tanah yang dimainkan anak.b. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Leptospira interrogans.c. Akibat: konjungtivitis (bagian dari Weils disease atau leptospirosis yang diawali dengan gejala demam, gastroenteritis, dan mialgia).d. Diagnosis leptospirosis: MAT (microscopic agglutination test) merupakan pemeriksaan serologi dimana strain Leptospira yang menginfeksi akan dicocokkan dengan strain dari salah satu jenis yang cocok. 8. Chlamydia trachomatisa. Bakteri nonmotil, obligat intraselular pada sel eukariotikb. Memiliki dua bentuk: Badan elementari (EB) berada di luar sel pejamu dan hanya bertahan dalam waktu singkat Badan retikulata (RB) berada di dalam sel pejamu; aktif secara metabolik berkembang biak dengan membelah diri di dalam sel, berkembang membentuk inklusi intrasitoplasmik. Ketika sel tidak lagi mampu menyuplai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri, sel akan mengalami lisis sehingga keluar dari dalamnya. Selama berada di luar sel, RB berubah menjadi EB.c. Dinding selnya mengandung lipopolisakarida dan endotoksin tingkat rendah.d. Berdasarkan MOMP (major outer membrane protein) pada membran terluarnya bakteri ini dapat diklasifikasikan menjadi 18 serovarian, bahkan sekarang jumlah serovarian yang ditemukan sudah lebih dari 18.e. Akibat-akibat dari infeksi Chlamydia trachomatis dapat dilihat pada Tabel 1.f. Trachoma inclusion conjunctivitis (TRIC) disebabkan oleh infeksi kongenital sehingga timbullah folikular keratokonjungtivitis sekitar 4-7 hari setelah kelahiran. Selain itu, pada masa selanjutnya dapat timbul keratokonjungtivitis berat dan kerusakan kornea. g. Kekhususan trakoma, antara lain: Pada orang-orang tertentu, dapat terjadi reinfeksi. Interferon , antibiotik, dan nutrisi rendah pada seseorang dapat menyebabkan keadaan persisten dimana RB bertambah banyak, tetapi tidak menyebabkan infeksi. h. Infeksi terjadi akibat adanya ikatan antara molekul permukaan bakteri dengan reseptor khusus pada sel pejamu. i. Transmisi: kontak langsung (lalat, jari tangan, handuk yang terkontaminasi oleh bakteri atau sekret yang mengandung bakteri), kolam berenang. j. WHO memiliki program khusus untuk mengeliminiasi kebutaan akibat trakoma yang disebut dengan vision 2020, terutama untuk wilayah Afrika.

Tabel 1. Penyakit yang disebabkan oleh serovarian Chlamydia trachomatis.SerovarianPenyakit

A, B, Ba, CTrakoma, meliputi keratokonjungtivitis folikular dan jaringan parut (scarring) pada tarso-konjungtiva

K, Da, Ia, Ja Penyakit pada alat genital (uretritis non-gonokokal servisitis) Konjungtivitis (sangat jarang) Asimtomatik infeksi asendens infertilitas, kehamilan ektopik

L1, L2, L2a, L2b, L3Lymphogranuloma venereum (LGV), penyakit menular seksual yang sistemik

Beberapa virus yang menyebabkan infeksi pada mata adalah sebagai berikut.1. Rubella a. Didapat selama masa intra-uterus.b. Akibat: lesi mata kongenital, termasuk katarak dan koroidoretinitis. 2. Adenovirusa. Akibat: konjungtivitis nonpurulen yang sering terkait dengan faringitis.b. Adenovirus tipe 8 sering menyebabkan keratokonjungtivitis epidemik yang berhubungan dengan partikel-partikel debu dari pabrik atau rumah sakit.

3. Herpes simplex (HSV) a. Akibat: ulkus dendritik pada permukaan superfisial kornea yang berpotensi untuk menyebar sehingga terjadi kerusakan kornea. b. Dapat timbul pada pasien dalam keadaan tubuh lemah, pasien dengan imunosupresan, pemakaian steroid. 4. Varicella zooster a. Akibat: konjungtivitis. b. Biasanya timbul nyeri yang sangat hebat.5. Virus campak yang berasal dari aliran darah.Beberapa jamur yang menyebabkan infeksi pada mata adalah Fusarium, Candida, dan Aspergillus sp. Infeksi akibat jamur ini dapat terjadi pada seseorang yang mengalami imunosupresan atau seseorang normal yang mendapatkan operasi kornea.

Adapun diagnosis mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:1. Swab untuk kultur bakteri dan jamur (misalnya pada konjungtivitis/keratitis yang disebabkan oleh bakteri ekstraselular) dimana pus yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu. Medium transpor yang digunakan adalah medium transpor Stuart. 2. Swab untuk isolasi virus, lalu dilakukan PCR.3. Pemeriksaan serologi.4. Pemeriksaan khusus Chlamydia sp.: a. Biasanya dari kerokan konjungtiva atau kornea dengan memastikan sel hidupnya terangkat. b. Swab dengan dacron tip dan batang aluminium/plastikc. Lakukan pemeriksaan sesegera mungkin dengan menjaga spesimen tetapi dingin pada 4-8 C.d. Spesimen disimpan dalam medium transpor khusus Chlamydia sp. dalam 24 jam. Jika lebih dari 24 jam, spesimen harus disimpan pada -70 C.5. Kultur jaringan, DFA (direct fluorescent test), EIA (enzyme-linked immunosorbent assay), PCR. II.IIAspek Mikrobiologi Saluran Pernapasan AtasFlora normal yang dapat ditemukan di dalam hidung adalah Streptococcus viridans, Neisseria sp., Diphtheroids, bakteri kokus anaerob, bakteri fusiformis, Prevotella sp., Bacteroides, kelompok stafilokokus. Beberapa mikroorganisme yang ditemukan pada hidung orang sehat memiliki potensi menjadi bakteri patogen, yaitu S. aureus, S. pneumoniae, S. pyogenes, N. meningitidis, MRSA (methicillin resistant Staphylococcus aureus), Candida sp. Flora normal yang dapat ditemukan pada faring antara lain Staphylococcus aureus, MRSA, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Neisseria meningitidis.Pengambilan spesimen dari saluran pernapasan atas dapat dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut:1. Swab nasofaringeal hanya dilakukan untuk pasien yang dicurigasi mengalami pertusis (akibat Bordetella pertussis) atau untuk mendeteksi adanya MRSA.2. Swab nasofaringeal disertai dengan pembersihan hidung + medium transpor dilakukan untuk mendiagnosis infeksi virus.3. Swab tenggorokan hanya dilakukan untuk mendeteksi Streptococcus pyogenes.

II.IIIAspek Mikrobiologi MulutInfeksi yang sering terjadi pada mulut adalah kandidiasis oral. Mikroorganisme penyebabnya adalah Candida albicans yang melakukan penetrasi ke epitelium dengan pseudomiselia sehingga timbullah sariawan. Manifestasi klinisnya berupa bercak-bercak putih krim pada lidah dan mukosa mulut yang mengandung jamur, sel-sel epitel, dan leukosit. Faktor-faktor pemicu terjadinya kandidiasis oral adalah pemakaian antibiotik spektrum luas dalam jangka panjang; serta rendahnya imunitas seperti pada infeksi HIV, malignansi, bayi, anak-anak, dan orang tua. Diagnosis yang dilakukan adalah pewarnaan Gram dan kultur dari kerokanjaringan. Tatalaksana dilakukan dengan pemberian obat antifungi topikal seperti nistatin, flukonazol, itrakonazol..

II.IVAspek Mikrobiologi Telinga Otitis EksternaOtitis eksterna merupakan inflamasi pada telinga luar (meatus akustikus eksternus) yang disertai sedikit sekret. Bakteri yang menyebabkannya adalah Staphylococcus aureus, Proteus sp., dan Pseudomonas aeruginosa; sedangkan jamur penyebabnya adalah Aspergillus niger dan Candida albicans. Otitis eksterna ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:1. Otitis eksterna difus akut Umumnya disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Maserasi telinga dapat terjadi karena berenang atau udara panas/lembap.2. Otitis eksterna kronik Terjadi akibat iritasi saluran dari telinga tengah dengan otitis media supuratif kronik dan perforasi membran timpani.3. Otitis eksterna malignan Umumnya disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan bakteri anaerob. Terjadi nekrosis yang menyebar ke struktur di sekitarnya seperti jaringan lunak, tulang rawan, dan tulang osteomielitis yang dapat menyebar ke tulang tengkorak lainnya. Sering terjadi pada pasien DM yang sudah tua. Otitis Media AkutOtitis media akut biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak. Agen kausatif terbanyaknya adalah virus; sedangkan golongan bakterinya adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis. Abnormalitas tuba Eustachius, baik secara anatomis maupun fisiologis, dapat memicu terjadinya otitis media akut. Pada anak kecil yang memiliki kebiasaan minum sambil berbaring, cairan akan masuk ke telinga tengah melalui tuba Eustachius, jika terjadi flu, cairan tersebut tidak bisa keluar. Hal ini akan memicu pertumbuhan virus dan dapat menimbulkan otitis media akut. Komplikasi yang dapat timbul antara lain otitis media supuratif kronik akibat tatalaksana otitis media akut yang tidak adekuat, mastoiditis yang ditandai dengan pembengkakkan di belakang pinna, meningitis, dan abses otak.

Otitis Media SekretorikUmumnya disebabkan oleh disfungsi tuba Eustachius yang menimbulkan penurunan kronik dari tekanan di telinga tengah. Hal ini menyebabkan respon inflamasi pada mukosa telinga tengah dan produksi dari mukus tebal kaya akan gliko- dan mukoprotein disertai dengan sel-sel radang yang dapat menyebabkan kehilangan pendengaran. Tatalaksana yang perlu dilakukan adalah pengeringan dari efusi tersebut.

Diagnosis MikroorganismePengumpulan spesimen untuk kultur aerob dan anaerob dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut. 1. Telinga luar swab dari liang telinga luar; dilakukan pada dasar pus (jika ada)2. Telinga tengah sampai dalam aspirasi. Jika membran timpani masih utuh, bersihkan liang telinga luar dengan larutan sabun dan lakukan aspirasi cairan dengan jarum khusus. Lalu cairan dimasukkan ke dalam container steril. Jika membran timpani sudah ruptur, ambil cairan dengan swab menggunakan suatu tangkai melalui spekulum telinga. Transportasi spesimen dilakukan