tinjauan pustaka sendi bahu

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sendi Bahu Bahu merupakan persendian yang terjadi antara caput humeri dengan cavitas glenoidalis, struktur anatomi ini memeiliki Range of Movement (ROM) yang luas sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. (Snell, 1997) Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu. Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula (collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama 4

Upload: ukomaksari

Post on 12-Jul-2016

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

addd

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi Bahu

Bahu merupakan persendian yang terjadi antara caput humeri dengan

cavitas glenoidalis, struktur anatomi ini memeiliki Range of Movement

(ROM) yang luas sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. (Snell, 1997)

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket

joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi

bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat

menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-

hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan

sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada

bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia

dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula

(collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian

bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi

glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat

sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi

glenohumeralsangat luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak

masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal (Sidharta,

1984).

4

Page 2: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Gambar 1. Anatomi sendi bahu

Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu,

maka bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi

persendian yang kompleks, yaitu:

a. Sendi Glenohumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan

cavitas glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per.

Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis

diperdalam oleh adanya labrum glenoidale (Snell, 1997).

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae,

yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis,

sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar

sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.

Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus

coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk

mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas

glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain

ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco

5

Page 3: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

humeraldan ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada

cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997).

Gerakan arthrokinematika pada sendi gleno humeralyaitu : (1)

gerakan fleksi terjadi rollingcaput humeri ke anterior, sliding ke posterior

(2) gerakan abduksi terjadi rollingcaput humeri ke cranio posterior,

sliding ke caudo ventral (3) gerakan eksternal rotasi terjadi rollingcaput

humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial (4) gerakan internal

rotasi terjadi rollingcaput humeri ke ventro medial dan sliding ke dorso

lateral (Kapanji, 1982).

b. Sendi sterno claviculare

Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura

clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris,

tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada

suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies

articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis

luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.

Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45° dan

gerak depresi 70°, serta protraksi 30° dan retraksi 30°. Sedangkan gerak

osteokinematikanya meliputi: (1) gerak protraksi terjadi roll clavicula

kearah ventral dan slide kearah ventral, (2) gerak retraksi terjadi roll

clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal, (3) gerak elevasi terjadi

roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak fleksi shoulder 10°

(sampai fleksi 90°) terjadi gerak elevasi berkisasr 4°, (4) gerak depresi

terjadi roll ke arah caudal dan slide clavicula kearah cranial.

c. Sendi acromioclaviculare

Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial

dari acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi

oleh fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis.

6

Page 4: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies

articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.

Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan

dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka

terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini

menyebabkan elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno

clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi clavicula.

d. Sendi subacromiale

Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang

berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di

sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai

rongga sendi.

e. Sendi scapulo thoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa

pergerakan scapula terhadap dinding thorax (Sri surini, dkk, 2002).

Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial

lateral yang dalam klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak

kerah cranial-caudal yang dikenal dengan gerak elevasi-depresi.

Join play movement adalah istilah yang digunakan pada

Manipulative therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam

sendi ketika dilakukan gerakan translasi, gerakan-gerakan tersebut

dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi.

Ada 3 macam joint play movement: (1). Traction/traksi, (2). Compression/

kompresi, (3). Gliding.

1) Gliding

Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik

kontak pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik kontak

yang baru (selalu berubah) pada permukaan sendi laannya. Arah gliding

permukaan sendi sesuai dengan hukum konkaf konvekyaitu : jika

permukaan sendi konkaf, maka arah gliding berlawanan dengan gerakan

tulang. Sedangkan bila permukaan sendi konvek maka arah gliding searah

7

Page 5: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu arah gliding berlawanan dengan

arah gerakan tulang, karena pertmukaan sendi konfek bergerak peda

permukaan sendi konkaf (caput humei dengan cavitas glenoidal).

2) Traksi

Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak

lurus dan menjauhi bidang terapi sehimgga terjadi peregangan sendi,

biasanya dapat mengurangi nyeri pada sendi.

3) Kompresi

Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus

tetapi kedua pernukaan sendi saling mendekati, biasanya akan

menimbulkan nyeri (Mudatsir, 2007).

2.2 Frozen Shoulder

2.2.1 Definisi Frozen Shoulder

Frozen shoulder merupakan gangguan pada sendi bahu yang

menimbulkan nyeri dan keterbatasan luas gerak sendi (LGS). Adanya rasa

nyeri dapat mengganggu penderita dalam melakukan aktifitas. Biasanya

nyeri ini akan timbul saat melakukan aktifitas, seperti : mengangkat tangan

ke atas waktu menyisir rambut, menggosok punggung sewaktu mandi,

menulis dipapan tulis, mengambil sesuatu dari saku belakang celana,

mengambil atau menaruh sesuatu di atas dan kesulitan saat memakai atau

melepas baju. Hal ini akan menyebabkan pasien enggan menggerakkan

sendi bahunya yang akhirnya dapat memperberat kondisi yang ada

sehingga dapat menimbulkan gangguan dalam gerak dan aktifitas

fungsional keseharian (Wiratno, 1988).

Frozen shoulder merupakan istilah yang merupakan wadah untuk

semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan

pembatasan lingkup gerak sendi baik aktif maupun pasif akibat capsulitis

adhesive yang disebabkan adanya perlengketan kapsul sendi, yang

sebenarnya lebih tepat untuk menggolongkannya dalam kelompok

periarthrits (Sidharta, 1984).

8

Page 6: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Dalam pendapat yang lain frozen shoulder adalah penyakut kronis

dengan gejala khas berupa nyeri bahu dan pembatasan lingkup gerak

sendi bahu yang dapat mengakibatkan gangguan aktivitas kerja sehari-hari

(AAOS, 2000).

Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah

diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif

bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis

tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan

seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993).

2.2.2 Klasifikasi Frozen Shoulder

1. Primer/ idiopetik frozen shoulder

Yaitu frozen shoulder yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen

shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya

terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak

digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang

melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.

2. Sekunder frozen shoulder

Yaitu frozen shoulder yang diikuti trauma yang berarati pada bahu

misal fraktur, dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini

mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

2.2.3 Etiologi Frozen Shoulder

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini

merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil – hasil rusaknya

jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang

menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto

immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi

lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus,

9

Page 7: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari

dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff,

fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina

pectoris) (Djohan, 2004; David, 2009). 

2.2.4 Patofisiologi

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan

dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah

banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi

seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi,

sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat

sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan

cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan

sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah

yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga

bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis

adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi

peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul

sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous

dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi

impingement yang terlalu lama (Appley, 1993).

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul

artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian

anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen

coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada

kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen

inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan

pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada

kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal

10

Page 8: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler (Donatelli et al, 1999;

Soeharyono, 2004).

Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico

thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya vicious

circle of reflexes yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan

aktifitas efferent sistem simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme

pada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga jaringan

otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks sistem simpatik

pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan suhu, aliran

darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan

konsumsi oksigen pada tahap akhir penyakit nonspesifik dan

abnormalitas histologi dapat terjadi (David, 2009).

Adapun beberapa teori yang dikemukakan American Academy of

Orthopedic Surgeon tahun 2000 mengenai frozen shoulder, teori tersebut

adalah :

a. Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan

dengan datangnya menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,

contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti

menderita pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-

hasil rusaknya jaringan lokal.

d. Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur

tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

11

Page 9: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan,

yaitu :

a. Pain (Freezing)

Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak

sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini

berakhir ampai 10- 36 minggu.

b. Stiffness (Frozen)

Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau

perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral

yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula.Fase ini berakhir 4-12

bulan. 

c. Recovery (Thawing)

Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada

synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan

yang nyata.Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

2.2.5 Gejala Klinis

1. Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma,

seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara

berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur

pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi

sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12

bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat

bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal (Appley,1993).

2. Keterbatasan Lingkup gerak sendi (LGS)

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak

sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini

adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertaiinfark myokard,

12

Page 10: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis

cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45–60

tahun dan lebih sering pada wanita.

Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada

malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya

(abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat

bahunya (srugging) (Heru P Kuntono,2004).

3. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot

Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam

mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri

dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering

menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran

penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita

akan melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat

dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan

pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas normal (Heru P Kuntono,

2004).

4. Gangguan aktifitas fungsional

Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan

pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya

nyeri, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara

langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang

dijalaninya

2.2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada penderita “ frozen shoulder “ didapatkan keluhan nyeri di

bagian depan dan samping bahu ,sehingga penderita tidak dapat menyisir

rambut maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.

13

Page 11: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

2.Pemeriksaan fisik

Frozen shoulder “ merupakan gangguan pada kapsul sendi ,maka

gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke

leher , lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya

nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama – tama pada gerakan

elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan

sendi bahu (Sidharta, 1984).

Tes Appley scratch merupakan tes yang berguna untuk mengevaluasi

lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah

angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati

belakang kepala (Woodward dan Best, 2005).

Gambar 2. Appley scratch test

Pada Frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.

Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif,

tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu

sebagai penyebab keterbatasan (Mancini, 1985).

14

Page 12: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

2.2.7 Visual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) adalah skala unidimensional nyeri

yang biasa digunakan untuk mengukur komponen sensorik dari rasa

sakit.Jenis pengukuran yang paling umum digunakan terdiri dari garis

horizontal mulai dari “ tidak ada rasa sakit “ sampai “tak tertahankan /“ di

mana subyek diminta untuk membuat tanda mewakili level mereka

dianggap sakit intensitas. Skala mencetak dengan mengukur jarak dari

tidak ada nyeri sampai ujung titik yang ditandai pasien . Meskipun VAS

paling sulit umumnya digunakan dan diterapkan dalam praktek klinis,

VAS sering dianjurkan dalam penelitian terapan karena kepekaan lebih

besar dan ketahanan yang statistik. (Wowers & Lowe, 1990)

Beberapa faktor dapat menjelaskan variabilitas ini, termasuk

kombinasi faktor fisik, fisiologis dan psikososial .Variabilitas ini, namun,

juga mungkin karena variasi dalam penggunaan skala yang dihasilkan dari

sifat-sifat skala rating itu sendiri. Variasi tersebut memungkinkan terdapat

bias respon umum untuk besarnya skala prosedur, seperti perubahan dalam

respon kriteria atau interpretasi skala besarnya .Pada kenyataannya,

patokan poin, “tidakadanyeri” dan “nyeri sangat hebat”, dari VAS dapat

memunculkan bias respon. Sebagai contoh, ketika sekelompok pasien

dengan rasa sakit kronis diminta untuk menggunakan istilah-istilah mereka

sendiri untuk menunjukkan makna patokan poin pada skala nyeri, pasien

mengira end point “tidak ada nyeri” sebagai “normal nyeri”(Kemp et

all.,2012).

VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang

terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.Skala ini

memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri.VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari

pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

15

Page 13: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah

digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien

melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka

deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja

dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi

perubahan kondisi klien.Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau

saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami

penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).

Secara Operasional VAS biasanya adalah garis horizontal, 100 mm

panjang, berlabuh oleh kata Deskriptor di setiap akhir, seperti

digambarkan dalam gambar 3. Pasien menandai pada baris titik bahwa

mereka merasa mewakili persepsi mereka tentang keadaan saat ini.Skor

VAS ditentukan dengan mengukur di milimeter dari ujung kiri baris ke

titik yang menandai pasien.(Wewers & Lowe, 1990).

Gambar 3. Contoh garis horizontal VAS

2.2.8 Tatalaksana

Frozen shoulder biasanya akan sembuh dengan sendiriya namun

akan memakan waktu yang lama, kadang hingga 2-3 tahun. Pengobatan

untuk mengontrol nyeri dan memulihkan pergerakan.

16

Page 14: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Edukasi yang baik kepada pasien dapat membantu mengurangi rasa

frustasi dan memberikan semangat. Suatu penjelasan bahwa kondisi

tersebut akan secara spontan teratasi dan kekakuan akan menghilang

seiring waktu terbukti membantu psikologi pasien. Namun perlu juga

diingatkan bahwa cakupan gerak bahu tidak akan dapat pulih sepenuhnya.

2.2.8.1 Terapi Medikamentosa

Beberapa peneliti telah melaporkan adanya komponen inflamasi

pada frozen shoulder syndrome.Oleh karena itu, penggunaan obat-obat

nonsteroid dalam tahap pengobatan awal frozen shoulder

dianjurkan.Pemberian obat-obatan nonsteroid dapat mengurangi

peradangan dan nyeri dan pasien lebih mampu mentolerir terapi fisik yang

agresif. Sebelum pasien yang diresepkan obat, sebaiknya dilakukan

anamsesis terlebih dahulu apakah pasien kontraindikasi terhadap obat-

obatan nonsteroid

2.2.8.2 Terapi Panas

Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam,

terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya

reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas

adalah bahwa panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan

mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan

meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah

memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu

resolusi infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi (Goldfried, 2008).

Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini

digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang

11m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati jaringan.Pada

umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan

otot yang terletak dipermukaan (Goldfried, 2008).

Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan

dengan peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang

bermanfaat sebagai analgesik.Terapi panas dangkal menghasilkan panas

17

Page 15: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam

jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas

diproduksi secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas

didalam jaringan tubuh.Panas yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita

yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).

Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:

Diatermi gelombang pendek (shortwave diathermy = SWD)

Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)

Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)

1. Ultrasound Diathermy (USD)

PadaCapsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah

ultrasound diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan

frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam

diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek

panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh

karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi

yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4

watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari

sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa

melalui daerah hampa udara.Menurut penelitian, medium kontak yang

paling ideal adalah gel.(Goldfried, 2008)

Ultrasound merupakan deep heat modality, yang telah digunakan

selama lebih dari 60 tahun di klinik, tetapi efek dari US dalam

menurunkan rasa nyeri masih dipertanyakan. Ultrasound efektif dalam

meningkatkan ROM bahu periarthritic. Ekstensibilatas kolagen dan tendon

meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Sehingga peregangan harus

dimulai selama pemanasan dan teruskan hingga jaringan kembali seperti

semula (Lippincott Williams & Wilkins, 2005)

Efek US padaCapsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah

18

Page 16: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Meningkatkan metabolisme jaringan

Mengurangi spasme otot

Mengurangi perlekatan jaringan

Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

2. Microwave Diathermy (MWD)

Microwave diathermy (MWD) modalitas yang menggunakan energi

elektromagnetik dalam rentang frekuensi microwave (300 MHz sampai

300 GHz) dan disetujui oleh seluruh dunia digunakan pada frekuensi 2450

MHz untuk tujuan terapeutik. Perangkat microwave diathermy bekerja

dengan cara menghasilkan radiasi microwave melalui kabel coaxial dan

antena kemudian akan dipancarkan ke daerah yang akan diobati. Antena

yang tergabung dalam aplikator yang memiliki fungsi mengarahkan radiasi

terhadap area yang akan diobati.

Radiasi gelombang mikro tersebut yang akan diserap dalam tubuh,

kemudian akan meningkatkan aliran darah dalam jaringan melalui

pelebaran pembuluh darah. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler,

permeabilitas membran sel, dan tingkat metabolisme, menyebabkan

transfer nutris lebih cepat dari darah melintasi membran sel. Tindakan ini

dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan lebih

cepat. (Goats, 1990)

Efek MWD padaCapsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah

Meredakan nyeri

Mengurangi spasme otot

Engurangi inflamasi

2.2.8.3 Terapi Latihan

Terapi latihan yang dimaksudkan adalah latihan khas (specific

exercises). Tujuan pokok terapi latihan pada nyeri bahu adalah :

19

Page 17: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

a. Mengurangi sakit dan spasme otot

b. Memelihara fungsi sendi bahu

c. Menghilangkan gangguan fungsi sendi bahu yang terjadi atau

meningkatkan fungsi sendi semaksimal mungkin. (Thomson, 2001;

Djohan, 2004).

Bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder.Pada awalnya

latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu

berat.Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif

dibantu.Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara

pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak.Bila selama

latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga

masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan.Bila

rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut

sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan

gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus

ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup

gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri

maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik.

Latihan gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , overhead

pulleys, finger ladder, dan tongkat merupakan terapi standar untuk

penderita frozen shoulder (Goldfried, 2008).

1. Latihan Codman ( Pendulum )

Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendo dari otot

lengan. Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan

menggunakan gravitasi . Bila penderita melakukan gerak abduksi pada

saat berdiri tegak akan timbul rasa nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan

dengan pengaruh dari gravitasi dan otot supraspinatus relaksasi, maka

gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri .Pada gerakan pendulum

penderita membungkuk kedepan, lengan yang terkena tergantung bebas

tanpa atau dengan beban. Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan

20

Page 18: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

satunya diatas meja atau bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke

belakang pada bidang sagital ( fleksi – ekstensi Makin lama makin jauh

gerakannya, kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar

( sirkuler ) searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam. Pemberian

beban pada latihan pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan

dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu (Goldfried, 2008).

2. Latihan dengan Menggunakan Tongkat.

Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi,

adduksi, dan rotasi.Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk

ataupun berbaring. Cara latihan : tongkat dipegang dengan kedua tangan di

depan tubuh. Untuk fleksi bahu posisi tongkat. Untuk horizontal abduksi

dan adduksi, tongkat diangkat sampai sendi bahu fleksi 90 0 .Siku tetap

ekstensi, tangan yang sehat dipakai untuk mendorong sisi yang sakit

selebar mungkin secara perlahan – lahan.Dengan tongkat diletakkan

dibelakang punggung dapat dilaksanakan rotasi eksternal atau rotasi

internal.Pada saat terasa peregangan, posisi dipertahankan selama 3

hitungan, dan peregangan dapat diulang 3 sampai 5 kali (Goldfried, 2008).

3. Latihan Finger Ladder

Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan

secara obyektif sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk

melakukan latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan

agar penderita berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita

memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi

skapula.Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan abduksi.

Penderita berdiri menghadap dinding dengan ujung jari – jari tangan sisi

yang terkena menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan

menggerakkan jari – jari tersebut ( untuk fleksi bahu ). Untuk gerakan

abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding (Goldfried,

2008).

21

Page 19: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

4. Latihan dengan Over Head Pulleys ( Katrol )

Bila diajarkan dengan benar , sistem katrol sangat efektif untuk

membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan

dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan

dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan

dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri

atau berbaring telentang dengan bahu terletak dibawah katrol tersebut.

Dengan menarik tali pada salah satu sisi tali yang lain akan terangkat.

Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak

boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh.Gerakan dilakukan

perlahan-lahan (Goldfried, 2008).

5. Latihan dengan Shoulder Wheel

Dengan instruksi yang benar shoulder wheel dapat dipergunakan

untuk memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup

gerak sendi bahu secara aktif.

Cara penggunaan alat : penderita berdiri sedemikian rupa sehingga aksis

dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga gerak lengan

sesuai dengan gerak putaran roda.Penderita tidak diharuskan

menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar

kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu

melakukan gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi

abduksi 90 0 dan siku fleksi 90 0. Dengan meletakkan siku pada aksis roda

maka gerakan dapat dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak

sendi (Goldfried, 2008).

2.2.9 Komplikasi

Komplikasi dominan timbul dari frozen shoulder adalah kekakuan

bahu atau nyeri.Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa sebagian

besar pasien mengalami rasa sakit dan atau kekakuan hingga 3 tahun

22

Page 20: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Usia tua Jenis

kelamin Pekerjaan

Idiopatik Trauma Imobilisasi Disuse Penyekit kronis Penyekit tiroid Penyakit autoimun

setelah pengobatan konservatif. Selain itu, fraktur humerus, ruptur tendon

biseps, dan tendon subscapularis juga telah dilaporkan pada pasien yang

dilakukan manipulasi bahu

2.2.10 Prognosis

Apabila dilakukan tindakan sendiri mungkin secara tepat maka

prognosis gerak dan fungsi dari kasus frozen shoulder adalah baik.

Penderita sebaiknya diberitahu bahwa akan dapat menggerakkan bahu

kembali tanpa rasa nyeri tetapi memerlukan waktu beberapa bulan

(Setiawan,1991).

2.3 Kerangka Teori

23

Page 21: Tinjauan Pustaka Sendi Bahu

Reaksi fibrous

Perubahan patologis pada struktur kapsul

artikularis glenohumeral

Nyeri

Spasme otot

Vasospasme pembuluh darah

Pemeriksaan geniometri test

Hipoksia jaringan

PemeriksaanVisual Analoque Scale

Frozen Shoulder

Lingkup gerak sendi bahu terbatas

Imbalanceantara aggressive fibrosis

dan hilangnya remodeling kolagen

Pemberian terapi latihan

Vasospasme pembuluh darah

.

24