tinjauan hukum islam terhadap transaksi sistem … · 2020. 2. 26. · nurafia, 2019. “tinjauan...

82
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI SISTEM DROPSHIPPING SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : NURAFIA NIM : 105260018615 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020 M

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

    TRANSAKSI SISTEM DROPSHIPPING

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh :

    NURAFIA NIM : 105260018615

    FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1441 H/ 2020 M

  • FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Nurafia

    NIM : 105260018615

    Fakultas : Agama Islam

    Program Studi : Ahwal Syakhsiyah

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika kemudian hari hal ini terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuatkan atau dibantu semua atau sebagian secara langsung oleh orang lain, maka skripsi dan gelar kesarjanaan yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

    Makassar,17 Februari 2020 M

    Penyusun

    NURAFIA

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji bagi pencipta alam semesta raya Allah

    Subhanahu wata‟ala yang telah memberikan rahmat serta nikmatNya

    kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan

    skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transaksi Sistem

    Dropshipping untuk memperoleh gelar sarjana strata satu di jurusan Ahwal

    Sykhshiyah Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    Salam dan Shalawat teruntuk Muhammad Shallallahu alaihi

    wasallam yang telah memberikan risalah pada umatnya dan berjuang

    demi tegaknya agama Allah sehingga mampu mengajak umat manusia

    beranjak dari kejahiliyahan menuju umat yang berpendidikan dan

    berakhlak.

    Berkat Rahmat dan pertolongan Allah, dan dengan segala upaya

    dan perjuangan dalam diri penulis, serta ucapan terima kasih kepada

    seluruh pihak yang telah memberikan motivasi dan bimbingan dari

    berbagai pihak, untuk itu kami haturkan ucapan terimakasih setulusnya

    kepada:

    1. Kedua orang tua yang saya cintai dan saya banggakan.

    Kesuksesan ini tidak bermakna tanpa ridha dan kasih sayang

    Ibunda dan Ayahanda.

    2. Bapak Prof. DR. H. Abd. Rahman Rahim, SE. MM. selaku Rektor

  • Universitas Muhammadiyah Makassar.

    3. Terima kasih juga kepada Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.

    selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    4. Supriadi Yosup Boni, Lc. dan Rosdiana, Lc, M.Pd.I. selaku

    pembimbing kami yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan

    dan masukan kepada kami dengan penuh kesabaran hingga

    terselesaikannya penulisan ini.

    5. DR. Ilham Muchtar, Lc., MA. Ketua program studi Ahwal

    Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

    Makassar dan Hasan Juhannis, Lc., MS. Sekertaris Jurusan yang

    tak henti-hentinya memikirkan perkembangan Prodi dan

    Mahasiswanya.

    6. Semua dosen-dosen prodi Ahwal Syakhsiyah yang telah

    memberikan ilmunya kepada kami tanpa tanda jasa dan seluruh

    staf-staf yang senantiasa mendampingi kami di kampus.

    7. Suamiku tercinta Haeruddin SE. yang senantiasa mendampingi

    serta memberikan dukungan dan semangat untuk belajar.

    8. Ketiga kakakku (Abdullah Rusydi, Ahmad Salman, Muh. Faisal, S.

    Sos) yang senantiasa memberikan bantuan moril dan finansial

    dalam proses belajar kami di kampus.

    9. Kedua adikku (Sadaruddin dan Muh. Sabri) yang senantiasa

    memberikan semangat. Semoga Allah memudahkan jalan kita

  • untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.

    10. Sahabatku Chici Fitriani Savitri dan seluruh teman-teman

    seperjuangan terima kasih untuk kebersamaan yang telah kita lalui

    selama ini. Tetap semangat teman dan yakinlah bahwa ada potensi

    dalam diri kita yang patut untuk kita banggakan.

    11. Semua pihak yang tak sempat disebut satu-persatu kami ucapkan

    terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan dan doanya.

    Semoga bantuan, bimbingan dan saran-saran yang telah

    disampaikan kepada penyusun dapat menjadi pintu bagi terbukanya

    masa depan yang lebih baik.

    Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis

    khususnya serta segenap pembaca pada umumnya. Aamiin.

    Makassar, 27 Dzulqa‟dah 1440 H 30 Juli 2019 M

    Penulis,

    Nurafia

  • ABSTRAK Nurafia, 2019. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Dropshipping” (dibimbing oleh: Hasan Juhannis dan Rosdiana)

    Dalam ajaran agama Islam, jual beli harus sesuai dengan syariat

    Islam, baik dalam segi syarat maupun rukunnya. Jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli akan berakibat tidak sahnya jual beli yang dilakukan. Dropshipping adalah penjualan produk yang memungkinkan dropshipper (reseller) menjual barang ke pelanggan dengan bermodalkan foto dari supplier atau toko (tanpa harus menyetok barang) dan menjual ke pelanggan dengan harga yang ditentukan oleh dropshipper. Setelah pelanggan mentransfer uang kerekening dropshipper, dropshipper membayar kepada supplier sesuai dengan harga beli dropshipper (ditambah dengan ongkos kirim ke pelanggan) serta memberikan data-data pelanggan (nama, alamat, no. ponsel) kepada supplier, karena dengan adanya data ini, maka supplier akan mengirimkan barang kepada konsumen, dengan menggunakan nama dropshiper.

    Salah satu syarat jual beli yang harus dipenuhi adalah barang yang akan diperjualbelikan adalah milik sendiri (kecuali ada izin dari pemilik), apabila tidak ada izin dari pemilik maka tidak terpenuhilah syarat jual beli yang sah menurut syariat Islam. Begitu juga dalam jual beli Dropshipping yang dilakukan antara pihak penjual dan pembeli, juga harus memenuhi syarat-syarat seperti yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

    Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan dropshipping. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu: data dari hukum Islam yang bersumber dari nash Al-quran, hadits, ijma, kitab-kitab fikih, dan kaidah ushul fikih. Sedangkan dari teknologi informasi berupa web, blog, dan situs-situs yang bersangkutan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu mendekati masalah yang diteliti dengan melihat dampak manfaat dan madharatnya.

    Berdasarkan hasil penelitian, dengan pertimbangan hukum Islam harus mampu berpartisipasi dalam membentuk gerak langkah kehidupan masyarakat, penyusun menyimpulkan bahwa praktik jual beli sistem dropshipping tersebut diperbolehkan atau sah apabila pemilik barang (supplier) dan dropshipper berakad sebelum melakukan penjualan dan barang yang diperjualbelikan adalah barang yang nyata dan bisa dipertanggungjawabkan keberadaannya oleh dropshipper untuk menghindari unsur gharar di dalamnya.

    Kata kunci: Jual beli, Hukum Dropshipping

  • تجريد البحث

    وفًقا للشريعة اإلسالمية ، من حيث يف تعاليم اإلسالم ، جيب أن يكون البيع والشراء الذي ال يفي باملتطلبات والبيع والشراء مًعا سيؤدي إىل بيع وشراء غري املصطلحات والوئام. البيع

    )بائع التجزئة( ببيع البضائع dropshipperىو بيع منتج يسمح لشاحن Dropshipping صاحلني. إىل ختزين البضائع( وبيعها للعمالء بسعر للعمالء برؤوس أموال من مورد أو متجر )دون احلاجة

    ، يدفع dropshipper. بعد قيام العميل بتحويل أموال حساب dropshipper حيددهdropshipper املورد وفًقا لسعر شراء دروبشيرب )باإلضافة إىل تكلفة الشحن للعميل( ويوفر بيانات

    . dropshipper ، وذلك باستخدام اسم العميللبيع والشراء اليت جيب الوفاء هبا ىي أن البضائع املراد تداوهلا ىي ملك خاص أحد شروط ا

    هبا )ما مل يكن ىناك تصريح من املالك( ، إذا مل يكن ىناك إذن من املالك فإن متطلبات البيع والشراء القانونية ال يتم الوفاء هبا وفًقا للشريعة اإلسالمية. وباملثل يف عملية بيع وشراء

    dropshipping اليت تتم بني البائع واملشرتي ، جيب أيًضا أن تستويف الشروط احملددة يف الشريعة اإلسالمية.

    ىذا البحث وصفي بطبيعتو ، وىذا البحث يهدف إىل مجع املعلومات املتعلقة dropshipping مصادر البيانات املستخدمة ىي مصادر البيانات األولية ، وىي: البيانات من .

    سالمية املستمدة من القرآن واحلديث واإلمجاع والكتب الفقهية وقواعد الفقو. يف حني الشريعة اإل، واملواقع املعنية. النهج املستخدم يف ىذه الدراسة web ،blogأن تكنولوجيا املعلومات يف شكل

    وعيوهبا.ىو هنج معياري ، وىو التعامل مع املشكلة قيد الدراسة من خالل النظر يف تأثري فوائدىا بناًء على نتائج الدراسة ، مع مراعاة أن الشريعة اإلسالمية جيب أن تكون قادرة على املشاركة يف تشكيل خطوات حياة الناس ، يستنتج املؤلفون أن ممارسة شراء وبيع نظام دروبشيبينغ

    راء عملية مسموح أو ساري املفعول إذا مت حتديد مالك البضاعة )املورد( وشاحنة دروبشيرب قبل إجبيع والبضائع اليت يتم تداوهلا كسلع حقيقية وميكن حساب وجودىا من قبل دروبشيرب لتجنب

    عنصر الغار يف ذلك.

  • DAFTAR ISI

    JUDUL ....................................................................................................... i

    PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii

    PESETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v

    ABSTRAK ................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

    BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

    E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9

    BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 10

    A. Gambaran Umum Jual Beli ........................................................ 10

    1. Pengertian Jual Beli .............................................................. 10

    2. Dasar Hukum Jual Beli ......................................................... 12

    3. Rukun dan Syarat Jual Beli ................................................... 15

    B. Gambaran Umum Jual Beli Online ............................................. 21

    1. Pengertian Jual Jual Beli Online ........................................... 21

    2. Dasar Hukum Jual Beli Online .............................................. 22

  • 3. Subjek dan Objek Jual Beli Online ........................................ 24

    4. Tempat Jual Beli Online ........................................................ 24

    C. Gambaran Umum Sistem Dropshipping ..................................... 26

    BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metode Penelitian ........................................................................... 36

    B. Sumber Data ................................................................................... 37

    C. Pendekatan Penelitian .................................................................... 37

    D. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................ 37

    E. Analisis Data ................................................................................... 38

    BAB IV: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI

    SISTEM DROPSHIPPING ............................................................. 39

    A. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online .............. 39

    B. Analisis Hukum Dropshipping Menurut Syariah .............................. 49

    C. Pengaruh sistem Dropshipping terhadap Ekonomi

    Keluarga Muslim ............................................................................. 58

    BAB V: PENUTUP .................................................................................... 64

    A. Kesimpulan .................................................................................... 64

    B. Saran .............................................................................................. 65

    DAFTAR PUSTAKA

    C. Saran……………………………………………………………...…… 65

    DAFTAR PUSTAKA

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup

    dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia

    memerlukan adanya manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup

    dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu

    berhubungan satu sama lain, disadari atau tidak, untuk mencukupkan

    kebutuhan-kebutuhan hidupnya.1

    Pemenuhan kebutuhan manusia tidak mungkin lepas dari transaksi

    jual beli. Jual beli merupakan proses tukar menukar barang dengan

    barang, ataupun barang dengan uang. Di zaman yang modern ini,

    mekanisme dan pola jual beli pun semakin berkembang. Ragam

    bentuknya bermunculan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Secara

    umum jual beli dalam syariat Islam dianjurkan seperti dalam firman Allah

    Subhanahu wata‟ala:

    َ ٖت َفٱۡذُكُروْا ٱَّللَّ ۡن َعَرَفَٰ ُكۡمۚۡ َفإَِذٓا أََفۡضُتم مِّ بِّ ن رَّ َلۡيَس َعلَۡيُكۡم ُجَناٌح أَن َتۡبَتُغوْا َفۡضٗلا مِّ

    آلِّيَن ن َقۡبلِِهۦ َلِمَن ٱلضَّ ُكۡم َوإِن ُكنُتم مِّ ِعنَد ٱۡلَمۡشَعِر ٱۡلَحَراِمِۖ َوٱۡذُكُروهُ َكَما َهَدىَٰ2

    1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: UII

    Press, 2012), hlm. 11. 2 QS. Al Baqarah/2: 198

  • Terjemahan:

    “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)

    dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”3

    Proses jual beli yang ada dalam Islam banyak hal yang harus

    diperhatikan supaya jual beli tersebut menjadi sah secara hukum syari‟ah.

    Jual beli dalam Islam pada umumnya menjelaskan adanya transaksi yang

    bersifat fisik atau pihak yang bertransaksi bertatap muka, dengan

    menghadirkan benda ketika terjadi akad atau tanpa menghadirkan benda

    yang dipesan. Dengan ketentuan harus dinyatakan sifat dan kriterianya

    sampai penyerahannya dalam tempo waktu yang telah ditentukan seperti

    dalam transaksi salam.4

    Islam sendiri mempunyai peraturan sendiri dalam wilayah ekonomi

    seperti muamalah. Muamalah sebagai bidang peraturan yang mengatur

    hubungan seseorang dengan orang lain, seperti kegiatan jual beli atau

    tukar menukar harta. Maka dari itu muncullah fiqh muamalah sebagai

    hukum yang bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci

    untuk mengatur hubungan keperdataan seseorang dengan orang lain

    dalam hal persoalan ekonomi.5

    Bidang muamalah merupakan bidang yang sangat luas ruang

    lingkupnya, sehingga dalam memecahkan persoalan muamalah

    3 Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, (Jakarta: CV. Kathoda, 2005), hlm. 31. 4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana, 2011), hlm. 120.

    5 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 118-119.

  • diperlukan ijtihad. Pelaksanaan ijtihad tentunya harus berdasarkan prinsip

    hukum Islam yang dijadikan pedoman dalam melakukan aktivitas

    muamalah, salah satunya aktivitas jual beli. Prinsip-prinsip hukum Islam

    yang harus dijadikan pedoman dalam melakukan aktivitas muamalah yaitu

    pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah (boleh) kecuali

    yang telah ditentukan lain oleh Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul.6

    Zaman modern kini telah banyak membawa perubahan dalam hal

    jual beli, seperti memanfaatkan media internet sehingga proses

    bertransaksi atau jual beli kian mudah dan cepat.7Bagaimana menjual,

    mempromosikan, dan beradu harga hanya dengan komunikasi jarak jauh

    dengan waktu kapan pun di mana pun dan dengan siapa pun. Tanpa

    harus mempertemukan pihak yang bertransaksi secara fisik, inilah yang

    disebut transaksi yang mudah dan cepat karena perkembangan

    teknologi.8

    Perkembangan internet memang sangatlah cepat dan memberi

    pengaruh signifikan bagi segala aspek kehidupan manusia. Internet

    membantu seseorang untuk dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan

    melakukan transaksi perdagangan dengan orang lain dari segala penjuru

    dunia dengan mudah, cepat dan murah. Manfaat internet yang

    memudahkan seseorang berinteraksi dengan orang lain di seluruh penjuru

    dunia, melahirkan banyaknya bisnis baru yang memanfaatkan internet

    6 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), hlm. 30.

    7 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 198.

    8 Jusmaliani, Bisnis, hlm. 199.

  • sebagai medianya, yang dikenal dengan bisnis online. Bisnis online

    adalah segala kegiatan aktivitas bisnis atau jual beli yang menggunakan

    internet sebagai media umumnya dalam mencapai tujuannya.

    Perkembangan teknologi dalam bidang perdagangan, muncul yang

    dinamakan dengan perdagangan elektronik. Dimana para pihak antara

    penjual dengan pembeli tidak lagi bertatap muka, melainkan hanya

    melalui medium internet. Jual beli atau perdagangan menggunakan media

    internet yang disebut electronic commerce (e-commerce) kini sudah tidak

    asing lagi dalam dunia bisnis di negara-negara berkembang maupun maju

    termasuk di Indonesia.9

    Dewasa ini, di Indonesia mulai berkembang sistem jual beli sistem

    dropshipping. Jual beli dropshipping ini menjadi salah satu alternatif yang

    dipilih oleh masyarakat melakukan jual beli online.

    Seiring berjalannya waktu perdagangan elektronik berkembang

    termasuk dalam jual beli dropshipping. Tidak bisa dipungkiri bahwa

    transaksi e-commers sangat diminati masyarakat dikarenakan proses

    yang praktis. Sistem dropshipping memudahkan orang berjualan

    walaupun dengan modal kecil atau bahkan tanpa modal.

    Dropshipping yang pelakunya sering disebut Dropshipper adalah

    salah satu sistem jual beli online yang mana untuk menjalankan bisnis ini

    9 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hlm. 201.

  • tidak memerlukan modal sepeser pun, karena dengan menjalankan sistem

    ini, Dropshipper tidak menyediakan atau memiliki stok barang.10

    Jual beli dropshipping ini sama dengan jual beli dengan akad salam,

    dimana akad salam adalah akad pesanan dengan pembayaran di depan

    dan barang diserahkan di kemudian hari.11

    Jual beli dengan sistem dropshipping ini mendapat respon dari

    masyarakat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju. Masing-masing

    mempunyai alasan tersendiri, tentang boleh atau tidak bolehnya sistem

    jual beli ini.

    Beberapa pendapat yang menolak, beralasan karena dimungkinkan

    sistem dropshipping mengandung unsur gharar (unsur ketidakpastian).

    Dimana barang yang dijadikan objek jual beli bukan milik penuh penjual,

    sehingga pada saat akad berlangsung penjual belum dapat memastikan

    apakah barang tersebut dapat dikirim kepada pembeli atau tidak.

    Selain itu, sebelum melakukan transaksi pembeli hanya melihat

    gambar, maka terdapat pula ketidakpastian spesifikasi ataupun kualitas

    barang. Sebab, ia belum tentu sama dengan gambar atau foto yang

    dipajang di toko online tersebut.

    Melakukan jual beli tentu tidak bisa berprinsip asal-asal, harus ada

    aturan-aturan yang mengikatnya, apalagi jika jual beli dikaitkan dengan

    10

    http://rumaysho.com/3035-sistem-Dropshipping-dan-solusinya.html. Diakses pada Tanggal 8 November 2016 Pukul 19.35 WIB. 11 Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 159.

  • agama. Karena dalam melakukan jual beli terdapat dua pihak yang salah

    satunya tidak boleh merasa dirugikan. Jika ada yang merasa dirugikan

    maka batallah transaksi jual beli tersebut.

    Dropshipping kini menjadi perbincangan para pebisnis online,

    bahkan saat ini sudah menjadi model bisnis yang diminati pebisnis online

    baru dengan modal kecil atau yang tak mempunyai modal sekalipun.

    Karena dropshipping (toko online) tidak menyetok dan menyediakan

    tempat penyetokan barang melainkan hanya mempromosikan melalui toko

    online dengan memasang foto dan kriteria barang dan harga. Barang

    didapat dari jalinan kerja sama dengan perusahaan lain yang memiliki

    barang yang sesungguhnya, yang disebut Dropshipper.12

    Seorang yang melakukan dropshipping atau pemilik toko online tidak

    pernah mengetahui, menyimpan, dan menelaah barang yang akan dikirim

    ke konsumen karena barang langsung dikirim oleh pihak dropshipper atas

    nama dropshipping (toko online). Kemudian konsumen yang membeli dari

    Dropshipping (toko online) tidak perlu tahu keberadaan dan siapa

    supplier13 sesungguhnya.14

    Maraknya dropshipping di kalangan pebisnis online Indonesia terlihat

    dari banyaknya toko online yang berperan sebagai dropshipper yang

    12 Feri Sulianta, Terobosan Berjualan Online Ala Dropshipping, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014), hlm. 2. 13 Supplier adalah distributor atau badan yang bertugas mendistribusikan barang dagangan dengan kata lain penyalur. Menurut Philip Kotler, distributor berfungsi mengambil alih hak untuk membantu mengalihkan hak atas barang berpindah dari produsen ke konsumen. Lihat Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 87. 14 Sulianta, Terobosan Berjualan Online, hlm. 2.

  • menyediakan kerja sama dropshipping dengan toko online lainnya yang

    bersedia menjadi dropshipping.

    Hal ini akan menimbulkan perdebatan dalam hukum Islam mengenai

    halal dan haramnya model transaksi tersebut. Karena dalam dropshipping

    bisa saja pihak yang berakad adalah seorang muslim yang secara

    sistematis harus mematuhi peraturan jual beli dalam ekonomi syari‟ah.

    Kemudian akad yang digunakan dalam dropshipping adalah akad

    pesanan, dimana konsumen akan membayar terlebih dahulu kepada

    Dropshipping kemudian Dropshipping menyerahkan barang dalam

    beberapa hari ke depan.

    Dalam Islam transaksi pesanan disebut dengan transaksi salam.15

    Untuk menjawab hal tersebut penulis menjadikannya sebagai objek

    penelitian untuk karya ilmiah yang disusun dalam skripsi dengan judul

    “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transaksi Sistem Dropshipping”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,

    maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli online?

    2. Bagaimana hukum dropshipping menurut syariah?

    3. Apa pengaruh sistem dropshipping terhadap ekonomi keluarga

    muslim?

    15 Mardani, Fiqh. 121.

  • C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap jual beli online.

    2. Untuk mengetahui hukum dropshipping dalam jual beli online

    menurut syariah.

    3. Untuk mengetahui pengaruh sistem dropshipping terhadap

    ekonomi keluarga muslim.

    D. Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka

    diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak

    antara lain:

    1. Secara Teoritis

    a. Dapat menambah khazanah keilmuan tentang hukum Sistem

    Dropshipping dalam jual beli Online.

    b. Dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi untuk penelitian

    selanjutnya.

    2. Secara Aplikatif

    a. Diharapkan penelitian ini menjadi panduan hukum bagi

    masyarakat dan peneliti.

    b. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang

    positif dalam pengembangan Fakultas Agama Islam Jurusan

    Ahwal Syakhsiyah selanjutnya.

  • E. Sistematika Penulisan

    Untuk dapat memberikan gambaran dan penjelasan secara

    menyeluruh dan sistematis dalam penulisan penelitian ini, penyusun

    menulis sitematika penulisan sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan, pada bab ini yang terdiri dari latar belakang

    masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    sistematika penulisan.

    Bab II Gambaran Umum Tentang Konsep Jual Beli, yang

    membahas mengenai transaksi jual beli pada umumnya, gambaran umum

    jual beli online, serta mekanisme dropshipping.

    Bab III Metodologi Penelitian, membahas jenis penelitian, sumber

    data, pendekatan penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan analisis data.

    Bab IV Pembahasan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem

    Dropshipping, membahas analisis tinjauan hukum islam terhadap jual

    beli online, analisis hukum dropshipping menurut syariah,dan

    pengaruhsistem dropshipping terhadap ekonomi keluarga syariah.

    Bab V Penutup, membahas kesimpulan dan saran.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Gambaran Umum Jual Beli

    1. Pengertian Jual Beli

    Jual beli atau perdagangan dalam bahasa Arab, disebut al-bay‟ yang

    berarti menjual, mengganti, dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang

    lain). Kata al-bay‟ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk

    pengertian lawannya, yakni kata asy-syira‟ (beli). Dengan demikian, maka

    kata al-bay‟ berarti “jual”, tetapi sekaligus juga berarti “beli”. Persoalan jual

    beli dalam fikih Islam dibahas secara luas oleh ulama fikih. Faktanya,

    dalam berbagai literatur ditemukan pembahasan dengan topik kitab al-

    bay‟ (kitab jual beli).

    Definisi jual-beli yang disepakati para ulama yaitu tukar – menukar

    harta dengan harta dengan cara – cara tertentu yang bertujuan untuk

    memindahkan kepemilikan.16

    Hendi Suhendi mengatakan perdagangan atau jual beli menurut

    bahasa berarti al-Bai‟, al-Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah

    subhanahu wata‟ala berfirman:

    ا َوَعَٗلِنَيةا ُهۡم ِسّرا ا َرَزۡقَنَٰ َة َوأَنَفقُوْا ِممَّ لَوَٰ ِ َوأََقاُموْا ٱلصَّ َب ٱَّللَّ إِنَّ ٱلَِّذيَن َيۡتلُوَن ِكَتَٰ

    16

    Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3 (Cet. I; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 827.

  • َرةا لَّن َتُبورَ 17َيۡرُجوَن ِتَجَٰ

    Terjemahan:

    “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”18

    Abdul Aziz Dahlan mengatakan bahwa jual beli menurut ulama-

    ulama dari mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali adalah saling menukar

    harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Dalam

    hal ini mereka melakukan penekanan pada kata “milik dan pemilikan,”

    karena ada juga tukar-menukar harta tersebut yang sifatnya bukan

    pemilikan, seperti sewa-menyewa (ijarah).19

    Dari beberapa definisi dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah

    suatu perjanjian tukar-menukar benda yang bernilai secara sukarela

    diantara kedua belah pihak yang satu menerima benda dan pihak lain

    menerimanya mengikuti ketentuan yang telah dibenarkan dan disepakati

    oleh hukum syariah.

    Tentang al-mal (harta), terdapat perbedaan pengertian antara ulama

    mazhab Hanafi dan jumhur ulama. Akibat dari perbedaan ini, maka

    muncul pula hukum yang berkaitan dengan jual beli itu sendiri. Menurut

    jumhur ulama, yang dimaksud al-mal adalah materi dan manfaat. Oleh

    sebab itu, manfaat dari suatu benda menurut mereka dapat dijualbelikan.

    17

    QS. Fathir/35: 29. 18

    18

    Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, hlm. 437. 19 Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, hlm. 827.

  • Ulama mazhab Hanafi mengartikan al-mal adalah suatu materi yang

    punya nilai. Oleh sebab itu, manfaat dan hak-hak menurut mereka, tidak

    bisa dijadikan objek jual beli.20

    Pada masyarakat primitif, jual beli dilangsungkan dengan cara saling

    menukarkan benda dengan benda, tidak dengan uang sebagaimana

    berlaku di zaman ini. Karena masyarakat primitif belum mengenal adanya

    alat tukar seperti uang. Cara penentuan apakah antara barang yang saling

    ditukar itu memiliki nilai yang sebanding tergantung kepada kebiasaan

    masyarakat tersebut.

    2. Dasar Hukum Jual Beli

    Islam mengatur perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya,

    salah satunya melalui kegiatan bisnis yang membawa kemaslahatan.

    Berdasarkan hal itu, Islam telah menawarkan beberapa aturan dasar

    dalam transaksi, perjanjian, atau mencari kekayaan sebagai berikut:

    A. Landasan Al-Quran

    Adapun dalil dari Al-Qur‟an yang menjadi landasan kebolehan jual

    beli adalah firman SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275.

    ََ ْا َبوَٰ َم ٱلرِّ ُ ٱۡلَبۡيَع َوَحرَّ َوأََحلَّ ٱَّللَّ21

    Terjemahan:

    “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” 22 20

    Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, hlm. 827. 21 QS. Albaqarah/2: 275.

  • Dalam ayat lain Allah berfirman:

    َرًة َعن َترَ ٓ أَن َتُكوَن ِتَجَٰ ِطِل إَِلَّ لَُكم َبۡيَنُكم بِٱۡلَبَٰ َها ٱلَِّذيَن َءاَمُنوْا ََل َتۡأُكلُٓوْا أَۡمَوَٰ أَيُّ ٓ اٖض َيَٰ

    نُكۡمۚۡ 23مِّ

    Terjemahan:

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”24

    Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Batil menurut ijma ulama yaitu tanpa ganti dan hibah atau semua jenis akad yang rusak yang tidak boleh secara syariat baik karna unsur riba jahalah (tidak diketahui). Di sisi lain Allah telah menghalalkan kita melakukan perdagangan.25

    B. Landasan Al-Hadist

    Dalil sunah yang menunjukan hukum jual beli di antaranya adalah

    hadist yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟ dari Rasulullah shallallahu

    alaihi wasallam, ketika di tanya tentang usaha apa yang paling utama,

    Beliau bersabda:

    ه أن النبً صلى هللا علٌه وسلم سئل أي الكسب أطٌب؟ عن رفاعة بن رافع رضً هللا عن

    قال: ٌا قال :

    26،رواه البزار وصححه الحاكم ))عمل الرجل بٌده وكل بٌع مبرور((

    22 Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, hlm. 47. 23 QS. An-Nisa/4: 29. 24 Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, hlm. 83. 25 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, terj. Nadirsyah Hawari, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 27. 26

    Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam, terj. Dani Hidayat, CD Program Versi 2.0 “Bulughul Maram”, (Tasikmalaya: Pustaka Al-Hidayah, 2008).

  • Artinya: Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur (bersih). (Hadits riwayat al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim rahimahumallah).

    Jual beli yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta

    dan khianat, sedangkan dusta itu adalah penyamaran dalam barang yang

    dijual, dan penyamaran itu adalah penyembunyian aib barang dari

    penglihatan pembeli. Adapun khianat, selain menyamarkan bentuk barang

    yang dijual, sifat, atau hal-hal luar ia juga menyifatkan dengan sifat yang

    tidak benar atau memberi harga dusta.27

    C. Landasan Ijma

    Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan

    bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

    bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang

    lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

    sesuai.28

    Sudah sangat jelas bahwa jual beli adalah kebutuhan semua manusia,

    sehingga Allah menghalalkannya, namun ada sebagian jual beli yang

    dilarang yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan tujuan dan jiwa syariat

    Islam.29

    3. Rukun Jual Beli

    27 Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 27. 28 Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Cet. X: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), hlm. 75. 29

    Muhammad Qasim Kamil, Halal-Haram dalam Islam, (Depok: Mutiara Allamah Utama, 2014), hlm. 269.

  • Rukun berarti sisinya yang paling kuat, sedangkan arkan berarti hal-

    hal yang harus ada untuk terwujudnya satu akad.30 Rukun jual beli ada

    tiga, yaitu:

    1. Kedua belah pihak yang berakad (aqidain)

    Aqidain adalah pihak-pihak yang melakukan aqad, yaitu

    mereka yang membuat ijab dan qabul, dalam jual beli yaitu

    penjual dan pembeli.31

    2. Objek akad (ma‟qud alaih)

    Ma‟qud „Alaihi, yaitu harta yang akan dipindahkan dari

    tangan salah seorang yang berakad kepada pihak lain, baik

    harga atau barang berharga.32

    3. Ijab kabul (sighat)

    Shighat adalah ijab dan qabul. Ijab diambil dari kata aujaba

    yang artinya meletakkan, dari pihak penjual yaitu pemberian hak

    milik, dan qabul yaitu orang yang menerima hak milik. Jika

    penjual berkata “bi‟tuka” (saya jual kepadamu) buku ini dengan ini

    dan ini, maka ini adalah ijab, dan ketika pihak lain berkata

    “qobiltu” (saya terima) maka inilah qabul.

    Jika pembeli berkata “juallah kepadaku kitab ini dengan

    harga begini” lalu penjual berkata “saya jual kepadamu”, maka

    yang pertama adalah qabul dan yang kedua adalah ijab. Jadi 30

    Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 28. 31

    Juhaya S Pradja, Ekonomi Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 111. 32 Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 47.

  • dalam akad jual beli penjual selalu menjadi yang melafalkan ijab

    dan pembeli menjadi penerima baik diawalkan atau diakhirkan

    akadnya.33

    Akad (ijab qabul) adalah ikatan kata antara penjual dan

    pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul

    dilakukan, sebab ijab I menunjukan kerelaan (keridhaan). Pada

    dasarnya ijab dan qabul dilakukan dengan lisan,34 akan tetapi

    masalah ijab kabul ini para ulama fiqh berbeda pendapat,

    diantaranya berikut ini:

    Pertama, menurut Imam Syafi‟i, jual beli bisa terjadi, baik

    dengan kata-kata (lafadz) yang jelas maupun dengan kinayah

    (kiasan).35 Akad yang dilakukan dengan tulisan dinyatakan sah

    sebagaimana akad yang dilakukan dengan perkataan, dengan

    syarat kedua orang yang berakad saling berjauhan atau orang

    yang berakad dengan tulisan adalah orang bisu yang tidak bisa

    bicara.

    Selanjutnya, akad juga dapat dilakukan dengan cara

    mengirim utusan, akad ini juga sah dilakukan dengan syarat

    orang yang menerima utusan harus mengucapkan qabul setelah

    pesan disampaikan. Jual beli juga sah dilakukan dengan isyarat

    yang dikenal dari orang bisu karena isyaratnya mengungkapkan

    33 Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 29. 34

    Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 70. 35

    Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, terj. Abdurrahman dan Haris Abdullah, (Semarang: Asy-Syifa‟, 1990), hlm. 95.

  • apa yang ada dalam hatinya, yang memiliki makna sama dengan

    perkataan melalui lidah.36

    Pendapat selanjutnya ialah penyampaian akad dengan

    perbuatan atau disebut juga dengan akad bil-mu‟athah yaitu

    mengambil dan memberikan dengan tanpa perkataan (ijab

    qabul), sebagaimana seseorang membeli sesuatu yang telah

    diketahui harganya, kemudian ia mengambilnya dari penjual dan

    memberikan uangnya sebagai pembayaran. Bentuk ini juga

    disebut mubadalah karena yang diutamakan pertukarannya.37

    4. Syarat Jual Beli

    Syarat secara bahasa berarti tanda yang dapat membedakan dari

    yang lain. Dalam transaksi muamalah, para fuqaha mengartikan syarat

    dengan “semua hal yang mengikut yang lain, baik ada maupun tidak di

    luar isi pokoknya”. Dengan demikian, syarat merupakan sesuatu yang

    harus ada sebelum dan ketika akad berlangsung. posisi syarat berada di

    luar esensi akad, karena yang menjadi esensi akad adalah rukun. Akan

    tetapi, adanya rukun tanpa dibarengi terpenuhinya syarat-syarat

    menjadikan akad tidak sah.38

    Adapun syarat jual beli adalah sebagai berikut:

    36 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 5, terj. Abdurrahim dan Masrukin, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), hlm.161. 37

    Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 74. 38 Juhaya S Pradja, Ekonomi Syariah, hlm.111.

  • 1. Syarat Sah Penjual Dan Pembeli (Aqidain)

    a) Berakal,

    b) Kehendak sendiri,

    c) Baligh .

    2. Syarat Sah Objek Akad (Ma‟qud Alaih).

    a) Barang yang diperjual-belikan harus suci,

    b) Memberi manfaat menurut syariat,

    c) Barang itu dapat diserahkan,

    d) Milik sendiri, (kecuali ada izin dari pemilik),

    e) Barang tersebut diketahui oleh penjual dan pembeli.39

    3. Syarat sah Akad

    Syarat ini terbagi atas dua bagian, yaitu syarat umum dan

    syarat khusus :

    a) Syarat umum

    Adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan

    semua bentuk jual beli yang telah ditetapkan oleh syariah

    Islam. Di antaranya adalah harus terhindar dari kecacatan

    jual beli, yaitu ketidak jelasan, keterpaksaan, pembatasan

    dengan waktu, penipuan (garar), kemadharotan, dan

    persyaratan yang lainnya.

    b) Syarat Khusus

    Adalah syarat-syarat yang hanya ada pada barang-

    39

    Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 12, terj. Kamaluddin A Marzuki, (Bandung: Alma’arif, 1987), hlm. 128.

  • barang tertentu. Jual beli ini harus memenuhi

    persyaratan sebagai berikut :

    a. Barang yang diperjualbelikan harus dapat dipegang yaitu

    pada jual beli benda yang harus dipegang sebab apabila

    dilepaskan akan rusak atau hilang.

    b. Harga awal harus diketahui, yaitu pada jual beli amanat.

    c. Serah terima benda dilakukan sebelum berpisah, yaitu

    pada jual beli yang bendanya ada di tempat.

    d. Terpenuhi syarat penerimaan.

    e. Harus seimbang dalam ukuran timbangan, yaitu dalam

    jual beli yang memakai ukuran atau timbangan.

    f. Barang yang diperjualbelikan sudah menjadi tanggung

    jawabnya. Oleh karena itu, tidak boleh menjual barang

    yang masih berada di tangan penjual.

    4. Jenis-Jenis Akad

    a) Salam dan istisna‟

    As-salam atau salaf adalah jual beli barang secara tangguh

    dengan harga yang dibayarkan di muka. Sedangkan al-istisna‟

    adalah akad dengan pihak perjanjian atau pekerja untuk

    mengerjakan suatu produk barang (pesanan) tertentu dimana

    materi dan biaya produksi menjadi tanggung jawab pihak

    pengrajin, “jika meterinya berasal dari pihak pemesan berlaku

    sebagai akad ijarah”.

  • Pada prinsipnya akad istisna‟ menyerupai akad salam di

    mana keduanya tergolong bai‟ al-ma‟dum (yakni jual beli tidak

    wujud). Namun antara keduanya terdapat beberapa perbedaan

    sebagai berikut :

    1. Obyek salam bersifat al-dain (tanggungan), sedangkan

    obyek istishna‟ bersifat al-ain (benda).

    2. Dalam akad salam dibatasi dengan tempo (waktu) yang

    pasti.

    3. Akad salam bersifat luzum, sedang akad istiṣna‟ tidak

    bersifat luzum.

    4. Ra‟s al-mal (harga pokok) dalam akad salam harus

    dibayarkan secara kontan dalam majelis akad.40

    b) Samsarah (Makelar)

    Samsarah adalah kosa kata bahasa Persia yang telah

    diadopsi menjadi bahasa Arab yang berarti sebuah profesi

    dalam menengahi dua kepentingan atau pihak yang berbeda

    dengan kompensasi, baik berupa upah (ujroh) atau bonus,

    komisi (ji‟alah) dalam menyelesaikan suatu transaksi. Adapun

    simsar adalah sebuatan untuk orang yang bekerja untuk orang

    lain sebagai penjual maupun membeli.41

    40 Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah. Hlm. 143. 41 http://ocessss.wordpress.com/2009/07/07/brokerpemakelaran-samsaroh-dalam-islam/ (diakses tanggal 23 november 2012)

    http://ocessss.wordpress.com/2009/07/07/brokerpemakelaran-samsaroh-dalam-

  • B. Gambaran Umum Jual Beli Online

    1. Pengertian Jual Beli Online

    Kegiatan jual beli online saat ini semakin marak, apalagi situs yang

    digunakan untuk melakukan transaksi jual beli online ini semakin baik dan

    beragam. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa dalam sistem jual beli

    online produk yang ditawarkan hanya berupa penjelasan spesifikasi

    barang dan gambar yang tidak bisa dijamin kebenarannya. Untuk itu

    sebagai pembeli, sangat penting untuk mencari tahu kebenaran apakah

    barang yang ingin dibeli itu sudah sesuai atau tidak.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah

    persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang

    menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga

    barang yang dijual.42Menurut Rahmat Syafe‟i, secara bahasa jual beli

    adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. 43

    Kata Online terdiri dari dua kata, yaitu On (Inggris) yang berarti hidup

    atau didalam, dan Line (Inggris) yang berarti garis, lintasan, saluran atau

    jaringan.44Secara bahasa online bisa diartikan “di dalam jaringan” atau

    dalam koneksi. Online adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan

    internet. Dalam keadaan online, kita dapat melakukan kegiatan secara

    aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu arah

    42 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi IV (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008). hlm. 589. 43

    Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah (Cet. X; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001). hlm. 73 44

    “Sederet.com”, Online Indonesian English Dictionary. http://mobile.sederet.com/ (5 Februari 2015).

  • seperti membaca berita dan artikel dalam website maupun komunikasi

    dua arah seperti chatting dan saling berkirim email. Online bisa diartikan

    sebagai keadaan dimana satu perangkat dengan perangkat lainnya saling

    terhubung sehingga dapat saling berkomunikasi.

    Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

    jual beli online adalah persetujuan saling mengikat melalui internet antara

    penjual sebagai pihak yang menjual barang dan pembeli sebagai pihak

    yang membayar harga barang yang dijual.

    Jual beli secara online adalah aktivitas jual beli yang dilakukan di

    internet. Tidak ada kontak secara langsung antara penjual dan pembeli.

    Jual beli dilakukan melalui suatu jaringan yang terkoneksi dengan

    menggunakan handphone, komputer, tablet, dan lain-lain.

    2. Dasar Hukum Jual Beli Online

    Selain jual beli yang diatur dalam hukum islam, dasar hukum

    transaksi elektronik juga diatur dalam hukum positif, yaitu:

    a) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU RI No. 11

    Tahun 2008 tentang Iinformasi dan Transaksi Elektronik)

    Menurut pasal 1 ayat 2 UU ITE, disebutkan: Transaksi Elektronik

    adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer,

    jaringan komputer, dan/atau media elekronik lainnya.

  • Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa: Pemanfaatan

    Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan

    asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan

    kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

    Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi

    elektronik, yaitu: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi

    Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

    a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

    informasi dunia;

    b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam

    rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    b) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

    Jual beli adalah perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam pasal

    1313 KUH Perdata, yaitu: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

    lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

    3. Subjek dan Objek Jual Beli Online

    Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli tidak bertemu

    langsung dalam satu tempat melainkan melalui dunia maya. Adapun yang

    menjadi subjek jual beli online tidak berbeda dengan jual beli secara

    konvensional, yaitu pelaku usaha selaku penjual yang menjual barangnya

    dan pembeli sebagai konsumen yang membayar harga barang. Penjualan

    dan pembelian online terkadang hanya dilandasi oleh kepercayaan,

  • akhirnya pelaku jual beli online kadang tidak jelas sehingga rentan

    terjadinya penipuan.

    Adapun yang menjadi objek jual beli online, yaitu barang atau jasa

    yang dibeli oleh konsumen, namun fisik barang atau jasa tidak dilihat

    langsung oleh pembeli selaku subjek jual beli online. Sangat berbeda

    dengan jual beli secara konvensional dimana penjual dan pembeli dapat

    bertemu dan melihat objek jual beli secara langsung, sehingga

    memungkinkan pembeli mendapatkan kepastian terkait dengan kualitas

    barang yang ingin dibelinya, sehingga sangat minim terjadi tindakan

    penipuan.45

    4. Tempat Jual Beli Online

    Ada beberapa tempat yang biasa ditempati oleh pelaku usaha untuk

    berjualan online, yaitu:46

    a. Marketplace

    E- marketplace merupakan media online berbasis internet (web

    based) tempat melakukan kegiatan bisnis dan transaksi antara pembeli

    dan penjual. Pembeli dapat mencari supplier sebanyak mungkin dengan

    kriteria yang diinginkan sehingga memperoleh sesuai harga pasar.

    Sedangkan bagi supplier penjual dapat mengetahui perusahaan-

    perusahaan yang membutuhkan produk/jasa.

    45 Disa Nusia Nisrina, Skripsi S1:” TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE” (Makassar: UIN Alauddin, 2015), hlm. 50. 46

    Marketing. “Lima Tempat Jualan Online”. Blog Marketing. http//Marketing.blogspot.com/ 2013/04/22/ lima-tempat-jualan-online.html (1 Mei 2015)

  • Pelaku usaha menjajakan produk yang dijual dengan mengunggah

    foto produk dan deskripsi produk yang dijual di marketplace. Marketplace

    tersebut telah menyediakan sistem yang tertata sehingga pelaku usaha

    hanya perlu menunggu notifikasi jika ada konsumen yang melakukan

    pembelian. Contoh dari marketplace adalah Tokopedia, Shopee dan

    sebagainya.

    b. Website

    Seorang pelaku usaha online dapat membuat situs yang ditujukan

    khusus untuk berbisnis online. Situs tersebut memiliki alamat atau nama

    domain yang sesuai dengan nama toko offlinenya.

    Untuk membuat situs dengan nama yang sesuai seperti itu, pelaku

    usaha harus membayar biaya hosting. Beberapa penyedia web

    menawarkan paket-paket situs dengan harga yang berbeda-beda. Ada

    yang termasuk template atau desain dari situs tersebut, atau ada pula

    yang terpisah. Ini tergantung paket apa yang dipilih oleh seorang pelaku

    usaha. Contohnya ialah, True Linkswear, Bukupedia, Babyzania dan

    sebagainya.

    c. Webblog

    Pelaku usaha yang memiliki budget yang terbatas bisa

    mengandalkan weblog gratis seperti blogspot atau wordpress. Dengan

    format blog, pelaku usaha dapat mengatur desain atau foto-foto produk

    yang ia jual. Contohnya ialah: www.bajumuslimtermurah.blogspot.com,

    http://morinabusana.blogspot.com

    http://www.bajumuslimtermurah.blogspot.com/

  • d. Forum

    Salah satu tempat berjualan secara online yang paling banyak

    digunakan adalah forum online yang digunakan sebagai tempat jual beli.

    Biasanya, forum ini disediakan oleh situs-situs yang berbasis komunitas

    atau masyarakat. Dari forum ini, seseorang dapat menemukan apa yang

    ia cari dan apa yang sebaiknya ia jual. Untuk mengakses dan membuat

    posting di sebuah forum, pelaku usaha diharuskan untuk sign up terlebih

    dahulu untuk menjadi member dari situs tersebut. Contohnya ialah,

    Kaskus.co.id, Paseban.com

    e. Media Sosial

    Salah satu sarana yang cukup efektif untuk berbisnis online, adalah

    media yang menyentuh masyarakat secara personal, yaitu media sosial.

    Contohnya ialah, Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain.

    C. Gambaran Umum Sistem Dropshipping

    Berbisnis online memungkinkan adanya transaksi antara penjual dan

    pembeli, meski tanpa bertatap muka secara langsung. Yang dibutuhkan

    pembeli saat bertransaksi online adalah informasi produk dan adanya

    kepastian bahwa pesanannya akan diterima sesuai permintaan. Pembeli

    tidak butuh informasi mengenai siapa penjual dan dari mana produk yang

    dipesannya berasal.

    Fenomena keanoniman penjual online ini kemudian berkembang

    menjadi sebuah trend bisnis yang dikenal dengan nama dropshipping.

    Secara istilah dropshipping adalah metode jual beli secara online.

  • Dropshipping adalah istilah bagi toko online, dan dropshipper adalah

    perusahaan yang menawarkan barang dagangan untuk dijual yang akan

    mengirim barang langsung kepada konsumen setelah toko online

    membayar harga barang dan biaya pengiriman.47

    Dropshipping mirip dengan metode penjualan eceran. Uniknya, si

    pengecer tidak perlu menyimpan atau memiliki produk secara fisik.

    Pengecer menjalin kerjasama bisnis dengan perorangan atau perusahaan

    grosir (wholesaler/supplier), yang merupakan pemasok dari produk yang

    dijual oleh si pengecer. Seluruh permintaan produk yang didapat dari

    pembeli diteruskan kepada perusahaan grosir. Pihak perusahaan grosir

    inilah yang nantinya akan mengirimkan pesanan kepada pembeli.

    Hal menarik dari trend dropshipping ini adalah ketidaktahuan calon

    pembeli bahwa ia sedang bertransaksi online dengan pengecer yang

    sebenarnya tidak memegang produk secara fisik. Transaksi semacam ini

    hanya mungkin terjadi di bisnis dunia maya.

    Seorang dropshipper alias pelaku bisnis dropshipping hanyalah

    menyebarluaskan informasi produk kepada sebanyak-banyaknya orang.

    Ketika dropshipper mendapatkan pembeli, ia akan meneruskan pesanan

    kepada wholesaler/supplier. Dropshipper hanya menawarkan produk

    kepada pembeli, tanpa perlu perlu menyetok produk sama sekali.48

    47 Sulianta, Terobosan Berjualan Online, hlm. 3. 48 Mauren Anindya, “Pahami Untung-Rugi Menjalankan Bisnis Dropship”, artikel diakses pada 29 Oktober 2014 dari http://netpreneur.co.id/pahami-untung-rugi-menjalankan-bisnis-dropship/#.VFB65iKUeQ4

    http://netpreneur.co.id/pahami-untung-rugi-menjalankan-bisnis-dropship/#.VFB65iKUeQ4

  • 1. Kelebihan dan kekurangan sistem dropshipping

    Jual beli sistem dropshipping memiliki kelebihan dan

    kekurangan yang didapatkan, berikut beberapa kelebihan dan

    kekurangan jika menerapkan sistem ini, khususnya bagi

    dropshipper:49

    a. Kelebihan Dropshipping

    1) Menjadi dropshipper tidak direpotkan dengan stok barang.

    2) Menjadi dropshipper tidak direpotkan waktu, sehingga jika

    anda bekerja maka jual beli sistem dropshipping menjadi bisnis

    sampingan.

    3) Menjadi dropshipper tidak dipusingkan dengan komplain

    produk oleh costumer.

    4) Menjadi dropshipper tidak direpotkan dengan kenaikan dan

    penurunan harga.

    5) Menjadi dropshipper tidak direpotkan biaya produksi.

    6) Menjadi dropshipper tidak direpotkan proses pembuatan

    produk.

    7) Menjadi dropshipper tidak direpotkan pengemasan dan

    pengiriman barang, karena dilakukan oleh supplier.

    b. Kekurangan Dropshipping

    1) Harga produk tidak bisa dibuat oleh dropshipper.

    49

    Ahmad Syafii, Step by Step Bisnis Dropshipping dan Reseller, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), hlm. 5-6

  • 2) Semua produk tidak bisa dimodifikasi/diganti oleh

    dropshipper .

    3) Produk bukan milik dropshipper sepenuhnya karena

    dropshipper hanya sebatas menjual atau mempromosikan

    saja.

    4) Kesulitan memantau stok barang, karena barang yang dijual

    tidak bersifat ready stock, tentu harus bolak-balik

    menghubungi supplier untuk memastikan bahwa stok barang

    ada dan mungkin hal ini akan memberikan kesulitan

    tersendiri.

    5) Kesulitan menjawab komplain dari konsumen, mengingat

    barang yang dijual tidak secara langsung dikirim sendiri oleh

    dropshipper, maka bisa saja saat konsumen atau pembeli

    melakukan komplain (misal karena ada cacat atau

    kerusakan barang yang diterima pembeli) dropshipper akan

    mengalami kesulitan tersendiri. Tentu dropshipper tidak bisa

    mengelak dari tanggung jawab kepada pembeli karena

    mereka beranggapan dropshipper adalah penjual langsung.

    6) Tidak bisa Cash On Delivery (COD) biasanya lebih dikenal

    dengan membayar di tempat (pada saat diantarkan), jika

    konsumen ingin COD maka sebagai dropshipper akan sulit

    untuk menjelaskan karena barang tidak ada di tangan

  • 2. Resiko Jual Beli Dengan Sistem Dropshipping

    Dalam hal ini bisa terhadap penjual dan pembeli, yaitu:50

    a. Risiko Penjual:

    1. Pembatalan pesanan ketika barang sudah diproduksi.

    2. Jaringan trouble (akses terputus).

    3. Pengembalian barang yang tidak sesuai pesanan pembeli.

    4. Penipuan, ketika barang sudah dikirim tetapi uang belum

    ditransfer.

    5. Foto-foto diduplikasi oleh penjual lain

    b. Resiko Pembeli

    1. Barang datang terlambat tidak sesuai dengan

    kesepakatan.

    2. Barang tidak sesuai dengan yang diinginkan (tidak sesuai

    dengan spesifikasi iklan.

    3. Kualitas dan harga tidak sebanding.

    4. Penipuan, uang sudah ditransfer tetapi barang tak kunjung

    datang.

    5. Kurangnya transparasi produk yang dijual.

    Berikut daftar dropshipper yang ada di Indonesia menurut G.M.

    Susanto, yang merupakan praktisi bisnis online:51

    50 http://en.wikipedia.org/wiki/dropshipping.html. Diakses pada 05 Maret 2016, 10:37 WIB 51

    G. M. Susanto, “Daftar Toko Online yang Menerima Reseller dan Dropshipping Untuk Market Indonesia.” Lihat situs resmi http: //gmsusantotutorial.com/daftarreseller-toko-online.pdf. (diakses 5 Desember 2014).

  • No.

    Daftar Dropshipper

    Website Produk

    1 www.jualbajubatikpekalongan.com Baju batik pekalongan

    2 www.grosirfashionkoreamurah.com Kaos import Korea dan

    Jepang

    3 www.pusatbikinkaosjaket.com Kaos dan jaket

    4 www.omahcantik.com Baju anak branded

    5 www.kiosgabag.com Cooler bag merek gabag

    6 www.belanjaonlinebaju.com Kaos distro branded

    7 www.lasiennewebstore.com Baju fashion wanita

    8 www.batiktradisijawa.blogspot.com Berbagai jenis batik Jawa

    9 www.GeraiKalea.tk Pakaian wanita dan

    muslimah

    10 www.grosirbusanagamis.com Gamis muslim

    11 www.GrosirAksesorisJilbab.net Aksesoris Muslimah

    12 www.grosirfashionmuslim.com Perlengkapan muslim

    13 www.kiosbajumuslimah.com Baju Muslimah

    14 www.anakmamashop.com Baju anak karakter kartun

    http://www.jualbajubatikpekalongan.com/http://www.grosirfashionkoreamurah.com/http://www.pusatbikinkaosjaket.com/http://www.omahcantik.com/http://www.kiosgabag.com/http://www.belanjaonlinebaju.com/http://www.lasiennewebstore.com/http://www.geraikalea.tk/http://www.grosirbusanagamis.com/http://www.grosiraksesorisjilbab.net/http://www.grosirfashionmuslim.com/http://www.kiosbajumuslimah.com/http://www.anakmamashop.com/

  • 15 http://glamourgallery.tk Baju, sandal, mukena, jam

    tangan

    Tabel 1.1: Daftar alamat situs Dropshipping

    Dropshipping jika dilihat dari strategi dan mekanismenya terbagi

    menjadi dua, yaitu strategi dropshipping murni (umum) dan strategi

    dropshipping campuran.

    Strategi dropshipping murni (umum) adalah strategi yang dilakukan

    oleh Dropshipping dengan menjual satu jenis barang dan rekanan

    Dropshipping yang terbatas, sedangkan strategi Dropshipping campuran

    adalah strategi yang diterapkan oleh dropshipping dengan menjual

    berbagai macam produk, rekanan dropshipping yang memadai, dan

    membangun brand produk sendiri.52

    No Daftar Toko Online (Dropshipping) Murni Website Jenis

    1 https://www.facebook.com/fashion.azzura Facebook

    2 https://www.facebook.com/Juni.Busana/27213883

    2975971

    Facebook

    3 https://www.facebook.com/uluttupperware?fref=ts Facebook

    4 https://www.facebook.com/azuy.shop Facebook

    5 https://www.facebook.com/Syafa.Online?fref=ts Facebook

    52 Sulianta, Terobosan Berjualan Online, 102.

    http://glamourgallery.tk/https://www.facebook.com/fashion.azzurahttps://www.facebook.com/Juni.Busana/272138832975971https://www.facebook.com/Juni.Busana/272138832975971

  • 6 https://www.facebook.com/tas.Batam Facebook

    7 https://www.facebook.com/penjual.Jeans?fref=ts Facebook

    8 www.sheshacollactionbatam.blogspot.com Blog

    9 www.outletbusanamuslim.com Website

    10 www.utamadata.com Website

    11 https://www.facebook.com/christofel.moderno Facebook

    12 https://www.facebook.com/batam.889 Facebook

    13 http://opick_cell_27.tokobagus.com/ Online Mall

    14 http://onespyshop1.tokobagus.com/ Online Mall

    15 https://www.facebook.com/tokosoftlens Facebook

    16 https://www.facebook.com/toko.sepatu.902?fref=ts Facebook

    17 https://www.facebook.com/tokobaju.remaja?fref=ts Facebook

    18 https://www.facebook.com/Nellaawaty?fref=ts Facebook

    19 https://www.facebook.com/toko.hijabers?fref=ts Facebook

    20 https://www.facebook.com/jilbab.hijabers?fref=ts Facebook

    21 https://www.facebook.com/tokoreplika.sport?fref=ts Facebook

    Tabel 1.2 Daftar alamat situs Dropshipping murni.

    http://www.outletbusanamuslim.com/http://www.utamadata.com/https://www.facebook.com/tokosoftlens

  • No Daftar Toko Online (Dropshipping) Campuran Website

    Jenis

    1 www.fashionbranded.com/pionbreak Website

    2 www.pusathargamurah.net Website

    3 www.toko5.com Website

    4 http://www.istanabmarket.toko.pro/ Website

    5 www.rumahbacazahra.com Website

    6 https://www.facebook.com/toko.fesyen?fref=ts Facebook

    7 https://www.facebook.com/tokohjnurjana.fesyen?fr

    ef=ts

    Facebook

    8 https://www.facebook.com/toko.victorybags?fref=ts Facebook

    9 https://www.facebook.com/miko.ismanto2?fref=ts Facebook

    10 https://www.facebook.com/tglo.sport?fref=ts Facebook

    11 https://www.facebook.com/tokointan.cirebon?fref=t

    s

    Facebook

    12 https://www.facebook.com/toko.colection?fref=ts Facebook

    13 https://www.facebook.com/toko.bajudanhijab?fref=t

    s

    Facebook

    http://www.fashionbranded.com/pionbreakhttp://www.pusathargamurah.net/http://www.toko5.com/http://www.rumahbacazahra.com/https://www.facebook.com/tokohjnurjana.fesyen?fref=tshttps://www.facebook.com/tokohjnurjana.fesyen?fref=tshttps://www.facebook.com/tokointan.cirebon?fref=tshttps://www.facebook.com/tokointan.cirebon?fref=tshttps://www.facebook.com/toko.bajudanhijab?fref=tshttps://www.facebook.com/toko.bajudanhijab?fref=ts

  • 14 https://www.facebook.com/toko.aksesoris.585?fref

    =ts

    Facebook

    15 https://www.facebook.com/ayobelanjaa?fref=ufi&p

    nref

    Facebook

    16 https://www.facebook.com/bajumartprofile?pnref=s

    tory

    Facebook

    17 https://www.facebook.com/outfitfun?pnref=story Facebook

    Tabel 1.3 Daftar alamat situs Dropshipping campuran.

    Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa transaksi

    dropshipping memang sedang marak dilakukan oleh pelaku bisnis online

    tidak terkecuali pebisnis online muslim. Padahal transaksi dropshipping

    belum jelas keabsahan status hukumnya secara syari‟ah.

    https://www.facebook.com/toko.aksesoris.585?fref=tshttps://www.facebook.com/toko.aksesoris.585?fref=tshttps://www.facebook.com/ayobelanjaa?fref=ufi&pnrefhttps://www.facebook.com/ayobelanjaa?fref=ufi&pnrefhttps://www.facebook.com/bajumartprofile?pnref=storyhttps://www.facebook.com/bajumartprofile?pnref=story

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Metode Penelitian

    Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis penelitian

    kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang

    dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang

    ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

    dilakukan.53

    Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan

    menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan makna dibalik

    realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung

    dilapangan.54 Penelitian metode kualitatif dapat diartikan sebagai

    penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata

    lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-

    orang yang diteliti.55

    Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan

    deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari

    orang-orang yang berkompeten dibidangnya.

    53 Suharsimi Arikunto, Management Penelitian, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005), hlm.234. 54 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.82. 55 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 166.

  • B. Sumber Data

    Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

    adalah kata- kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

    dokumen dan lain-lain.56

    a. Data Primer

    Data primer diambil dari kaidah dan ayat-ayat Al-Qur‟an serta Al-

    Hadits yang berkaitan dengan judul, dan juga Undang-Undang Nomor

    11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder diambil dari berbagai buku atau kitab, jurnal, dan

    bacaan lainnya dari media massa baik cetak maupun elektronik yang

    berhubungan serta mendukung penelitian ini.

    C. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    normatif, yaitu mendekati masalah yang diteliti dengan melihat bagaimana

    pelaksanaan transaksi dropshipping dalam dunia bisnis.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara book

    survey, dengan menggali data-data yang dibutuhkan dalam

    penyusunan penelitian ini. Penyusunan merujuk pada buku atau kitab,

    56

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.157.

  • jurnal, dan bacaan lainnya dari media massa baik cetak maupun

    elektronik.

    E. Analisis Data

    Analisis data kualitatif adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

    setelah pengumpulan data dari lapangan, seperti informasi yang diperoleh

    dari observasi yang merujuk pada buku atau kitab, jurnal, data-data dari

    media massa baik cetak maupun elektronik, media internet dan media

    lainnya. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian dipilah menjadi satu

    yang dapat dikelola, menemukan pola yang kemudian dapat membantu

    peneliti untuk menentukan data mana yang penting atau tidak penting

    untuk dipelajari.

  • BAB IV

    TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

    TRANSAKSI SISTEM DROPSHIPPING

    A. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online

    Untuk mengetahui apakah jual beli online bertentangan atau tidak

    ditinjau dari hukum Islam, maka perlu diselaraskan dengan syarat dan

    rukun jual beli, yaitu:

    1. Orang yang Berakad

    Secara umum al-„aqid (pelaku) jual beli disyaratkan harus cakap

    hukum dan memiliki kemampuan untuk melakukan transaksi atau mampu

    menjadi pengganti orang lain jika ia menjadi wakil. Pihak-pihak yang

    berakad harus sudah mencapai tingkatan mumayyiz. Menurut ulama

    Malikiyah dan Hanafiyah yang dikatakan mumayyiz mulai sejak usia

    minimal 7 tahun.

    Oleh karena itu, dipandang tidak sah suatu akad yang dilakukan oleh

    anak kecil yang belum mumayyiz, orang gila, dan lain-lain. Sedangkan

    menurut ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah mensyaratkan „aqid harus baligh,

    berakal, mampu memelihara agama dan hartanya.57

    Dalam transaksi jual beli online, masing-masing pihak yang terlibat

    transaksi telah memenuhi kriteria tamyiz karena telah mampu

    57

    H. Suhartono, “Transaksi E-Commerce Syariah (Suatu Kajian terhadap Perniagaan Online dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam)”, Mimbar Hukum dan Peradilan, no. 72 (2010): hlm. 143.

  • mengoperasikan komputer dan tentunya telah memenuhi ketentuan

    memiliki kecakapan yang sempurna dan mempunyai wewenang untuk

    melakukan transaksi dan hal ini tidak mungkin dilakukan oleh orang yang

    tidak memiliki kecakapan yang sempurna, seperti dilakukan oleh anak

    kecil yang belum berakal atau orang gila.

    Adapun keberadaan penjual dan pembeli, meskipun dalam transaksi

    jual beli online tidak bertemu langsung, akan tetapi telah terjadi saling

    tawar- menawar atau interaksi jual beli antara penjual dan pembeli.

    Dengan demikian syarat orang yang berakad dalam jual beli telah

    terpenuhi.

    2. Sighat (Lafal Ijab dan Kabul)

    `Sighat akad (ijab dan kabul) adalah sesuatu yang disandarkan dari

    dua pihak yang berakad yang menunjukkan atas apa yang ada dihati

    keduanya tentang terjadinya suatu akad. Wahbah al-Zuhaili berpendapat

    bahwa definisi akad dengan makna pertemuan ijab dan kabul yang

    dibenarkan oleh syariat yang menimbulkan akibat hukum terhadap

    objeknya.58 Ijab dan kabul merupakan unsur terpenting dari suatu akad

    karena dengan adanya ijab dan kabul, maka terbentuklah suatu akad

    (contract).59

    Dalam hukum Islam, pernyataan ijab dan kabul dapat dilakukan

    dengan lisan, tulisan atau surat-menyurat, atau isyarat yang memberi

    58

    Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid 4 (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), hlm. 81. 59 Ala’ Eddin Kharofa, Transactions in Islamic Law, (Malaysia: A.S. Noordeen, 1997), hlm. 10.

  • pengertian dengan jelas tentang adanya ijab dan kabul dan dapat juga

    berupa perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dalam ijab dan kabul. Ijab

    dan kabul dalam jual beli perantara, baik melalui orang yang diutus,

    maupun melalui media tertentu, seperti surat-menyurat, telepon. Ulama

    fikih telah sepakat menyatakan bahwa jual beli melalui perantara, baik

    dengan utusan atau melalui media tertentu adalah sah, apabila antara ijab

    dan kabul sejalan.60

    Sayyid Sabiq mengatakan:

    َجابِ ٌْ ُع ِبااألِ ٌْ ْنَعقُِد اْلَب ٌَ ْنَعقُِد ِبا آََما ٌَ ُكوَن آلِّ ِمَن ِكَتاَبِة ِبَشرْ لَو اْلَقُبْو ل ٌَ ٍط أَْن

    ًدا َعِن اآلَخِر، أَو اْلُمَتَعا ٌْ ِن َبِع ٌْ ُكوَن اْلَعاقُِد ِباْلِكَتاَبِة أَْخرَ قَِد ُع اْلَكالَمِ ٌَ ٌْ ْسَتِط ٌَ 61 َس الَ

    Artinya: “Sebagaimana transaksi jual beli biasanya dinyatakan sah dengan ijab kabul, maka demikian pula sah dengan tulisan apabila kedua orang yang berakad itu berjauhan tempatnya atau orang yang berakad itu bisu”.

    Tujuan yang terkandung dalam pernyataan ijab dan kabul harus jelas

    dan dapat dipahami oleh masing-masing dari kedua belah pihak yang

    melakukan transaksi jual beli. Selain itu, pelaksanaan ijab dan kabul juga

    harus berhubungan langsung dalam suatu majelis. Adapun ijab dan kabul

    dibolehkan ditempat yang berbeda selama antara penjual dan pembeli

    sudah memahami satu sama lain.

    Mengenai satu majelis ini, Wahbah al-Zuhaili menyatakan bahwa

    maksud satu majelis bukanlah bermakna kedua belah pihak yang

    melakukan akad itu harus berada di tempat yang sama. Sebab boleh jadi 60

    Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, hlm. 830. 61 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, juz 3, (Beirut: Dar Al-Fath lil i’lam al-‘Arobi: t.th.), h. 148.

  • seseorang duduk di tempat yang lain dan seorang lagi berada di tempat

    lain. Tetapi keduanya dapat melakukan kontak hubungan bisnis dengan

    misalnya via telepon atau surat. Dengan demikian, yang dimaksud dengan

    satu majelis adalah ketika terjadi transaksi, kedua belah pihak (penjual

    dan pembeli) berada dalam satu masa atau waktu.62

    Jumhur ulama berpendapat bahwa jual beli seperti ini dibolehkan

    apabila hal tersebut sudah merupakan kebiasaan suatu masyarakat,

    asalkan telah terpenuhi unsur kerelaan antara kedua belah pihak.

    Mengenai hal ini, Imam Asy-Syaukani berpendapat:

    وقد قال هللا تعالى "تجارة عن تراض"63

    فدل ذلك على أن مجرد التراضى ھو

    بلفظ أو إشارة أو كناٌة بأى لفظ وقع و أى االمناط وال بد من الداللة علٌھ

    صفة كان, وبأى إشارة مفٌدة حصل 64

    Artinya: “Allah telah berfirman: “jual beli di atas prinsip sukarela”. Hal ini menegaskan bahwa prinsip yang paling mendasar dalam jual beli adalah suka sama suka antara penjual dan pembeli. Seseorang dapat mengungkapkan persetujuannya dengan berbagai cara, seperti dengan isyarat, tulisan, perantara, berita dan sebagainya, yang terpenting maksudnya tersampaikan”.

    Oleh Karena itu, Imam Asy-Syaukani menolak pendapat jumhur

    ulama yang memandang sahnya jual beli hanya dengan ijab kabul secara

    lisan dan dengan ungkapan tertentu.

    62 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid 4, hlm. 108-109. 63

    QS. An-Nisa/4: 29. 64

    Muhammad bin Ali al-Syaukani, Al-Darari al-Mudhi’ah Syarah al-Durar al-Bahiyyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1307 H/ 1987 M), hlm. 250.

  • Penolakannya didasarkan pada lafal amm (umum) dan tijarah

    (perniagaan) yang mengandung makna “segala bentuk jual beli”, yang

    wajib dilakukan atas dasar suka sama suka. Perasaan suka sama suka

    tidak mutlak hanya terucap dengan ucapan lisan, tetapi dapat juga

    dilakukan dengan cara-cara lain, asal dapat dimengerti oleh kedua belah

    pihak.65

    Menurut Imam Malik dan Ahmad Ibnu Hanbal, jika seorang pembeli

    mengambil suatu barang dagangan dan memberikan harganya, tanpa

    mengucapkan suatu ucapan atau tanpa isyarat kepada penjual, jual

    belinya sah, karena perbuatan tukar-menukar demikian sudah merupakan

    bukti suka sama suka. Sebab, kalau salah satu pihak tidak suka, tentu ia

    tidak akan memberikan miliknya kepada pihak yang lain.66

    Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli bertemu dalam

    satu majelis, yaitu yang dinamakan majelis maya. Penjual dan pembeli

    tidak berada dalam satu tempat tertentu dalam arti secara fisik karena bisa

    saja transaksi dilakukan dari berbagai negara yang berbeda.

    Pada dasarnya, pernyataan kesepakatan pada transaksi jual beli

    online sama dengan pernyataan kesepakatan sebagaimana transaksi

    dalam hukum Islam. Pernyataan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara

    dan melalui berbagai media, selama dapat dipahami maksudnya oleh

    penjual dan pembeli dan tentunya atas dasar kerelaan antara kedua pihak

    yang melakukan transaksi.

    65

    Imam al-Syaukani, Al-Darari al-Mudhi’ah Syarah al-Durar al-Bahiyyah, h. 250. 66 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid IV, h. 99.

  • 3. Objek Transaksi Jual Beli

    Dalam perikatan (akad) jual beli dipandang sah apabila telah

    terpenuhinya rukun dan syarat jual beli.67 Dalam Islam, keabsahan

    material yang diperjualbelikan diantaranya:

    1. Barang yang diperjualbelikan harus ada. Jumhur ulama telah

    sepakat bahwa tidak boleh menjual barang yang ghaib, yaitu

    barang yang tidak dilihat oleh kedua orang yang berakad atau

    salah satunya.68 Oleh karena itu, tidak sah jual beli yang barangnya

    tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada.

    2. Barang yang dijual harus mal muqawwam yaitu setiap barang yang

    memiliki nilah manfaat dan dapat dimiliki secara langsung .

    3. Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya

    akad jual beli.

    Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 76,

    menegaskan syarat objek yang diperjualbelikan meliputi:69

    1. Barang yang dijualbelikan harus ada.

    2. Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan.

    3. Barang yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki

    nilai/harga tertentu.

    67 Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 161. 68

    Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 60. 69 Anggota IKAPI, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Bandung: FOKUSMEDIA, 2010), hlm. 30.

  • 4. Barang yang dijualbelikan harus halal.

    5. Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.

    6. Kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.

    7. Penunjukan barang dianggap memenuhi syarat kekhususan

    barang yang dijualbelikan jika barang itu ada di tempat jual beli.

    8. Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli

    tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.

    9. Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu

    akad.

    Objek transaksi jual beli harus ada atau tampak pada saat akad

    terjadi. Terhadap objek yang tidak tampak, ulama Syafi‟iyah dan

    Hanafiyah melarang secara mutlak, kecuali dalam beberapa hal seperti

    jasa. Namun demikian, ulama fikih sepakat bahwa barang yang dijadikan

    akad harus sesuai dengan ketentuan syariat, seperti objek yang halal,

    dapat diberikan pada waktu akad, diketahui oleh kedua belah pihak, dan

    harus suci.70

    Bentuk objek akad dapat berupa benda berwujud dan benda yang

    tidak berwujud. Mengenai komoditi atau barang yang dijadikan objek

    transaksi jual beli online tergantung pada penawaran pihak penjual dan

    pemesanan dari pembeli mengenai jenis barang apa dan bagaimana yang

    akan dibeli.

    70

    Suhartono. “Transaksi E-Commerce Syariah (Suatu Kajian terhadap Perniagaan Online dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam)”. Mimbar Hukum dan Peradilan, no. 72 (2010): hlm. 145.

  • Dalam transaksi jual beli online, komoditi yang diperdagangkan

    dapat berupa komoditi digital dan non digital. Komoditi digital seperti surat

    kabar elektronik, majalah online, digital library, ebook, domain, dan lain-

    lain, dapat langsung diserahkan kepada pembeli melalui media internet.

    Sedangkan komoditi non digital, tidak dapat diserahkan langsung melalui

    media internet, namun dikirim melalui jasa kurir sesuai dengan

    kesepakatan spesifikasi komoditi atau barang dan tempat penyerahan.

    Dapat disimpulkan bahwa belum adanya komoditi pada saat akad,

    bukan berarti akadnya tidak sah ataupun dikategorikan gharar, karena

    objek dalam transaksi jual beli online, meski belum ada pada saat akad,

    tetap dipastikan ada kemudian hari. Kendatipun Pembeli tidak dapat

    melihat langsung objek dalam transaksi jual beli online, karena yang

    ditampilkan di internet adalah berupa foto benda tersebut, sehingga

    pembeli sulit memastikan apakah barang itu ada atau tidak. Tetapi,

    barang yang ditransaksikan dalam jual beli online ini sebenarnya telah ada

    dan siap dikirim atau bersifat pemesanan. Mengenai jual beli barang yang

    tidak ada ditempat akad jual beli, dapat dilakukan asalkan kriteria atau

    syarat barang yang dijanjikan sesuai dengan informasi, maka jual beli

    tersebut sah.71

    Pada dasarnya, objek yang dijadikan komoditi dalam transaksi jual

    beli online, tidak berbeda dengan transaksi yang ada dalam hukum Islam,

    selama objek transaksi tersebut halal, bermanfaat, dan memliki kejelasan

    71 Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam, h. 264.

  • baik bentuk, fungsi dan keadaannya serta dapat diserahterimakan pada

    waktu dan tempat yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli. Apabila

    objek jual beli online terdapat ketidaksesuaian antara apa yang

    ditampilkan di internet pada layar komputer atau ponsel dengan barang

    yang telah diterima oleh pembeli, maka pembeli berhak khiyar, apakah

    ingin mengambil barang itu atau mengembalikannya kepada penjual.

    4. Ada Nilai Tukar Pengganti

    Para ulama telah sepakat bahwa nilai tukar pengganti barang dalam

    transaksi harus dapat ditentukan dan diketahui oleh pihak-pihak yang

    terlibat dalam transaksi. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan

    ketidakjelasan yang dapat menimbulkan perselisihan di kemudian hari,

    misalnya pembayaran dilakukan dengan uang, harus dijelaskan jumlah

    mata uang yang digunakan atau apabila dengan barang, maka harus

    dijelaskan jenis, kualitas, sifat barang tersebut.72

    Dalam transaksi jual beli online, sebelum proses pembayaran

    dilakukan, masing-masing pihak penjual dan pembeli telah menyepakati

    mengenai jumlah dan jenis mata uang yang digunakan sebagai

    pembayaran serta metode pembayaran yang digunakan, misalnya dengan

    kartu kredit. Pada saat penjual dan pembeli telah mencapai kesepakatan,

    kemudian melakukan pembayaran melalui bank, dan setelah pembayaran

    telah diterima oleh penjual dan pembeli telah mengirimkan bukti

    72

    H. Suhartono, “Transaksi E-Commerce Syariah (Suatu Kajian terhadap Perniagaan Online dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam)”, hlm. 146.

  • pembayaran atau kuitansi pembelian, maka penjual mengirim barang

    sesuai spesifikasi yang diinginkan pembeli.

    Pembayaran harga dalam transaksi jual beli online pada prinsipnya

    telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam sistem perikatan

    Islam. Pembayaran atau harga dalam transaksi jual beli online merupakan

    sesuatu yang bernilai dan bermanfaat. Uang yang digunakan sebagai alat

    pembayaran pengganti barang dapat ditentukan dan diketahui oleh pihak-

    pihak yang terlibat dalam transaksi dan dibayarkan sesuai kesepakatan

    penjual dan pembeli.

    Pada dasarnya, jual beli termasuk muamalah yang hukumnya

    dibolehkan, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Setelah mengkaji

    rukun dan syarat jual beli dalam hukum Islam, maka dapat ditarik

    kesimpulan bahwa transaksi jual beli online ini tidak bertentangan dengan

    hukum Islam, baik dari segi orang yang berakad, sighat (lafal ijab dan

    kabul), objek transaksi, dan nilai tukar barang, selama dalam transaksi itu

    tidak ada unsur haram, seperti riba, gharar (penipuan), ketidakjelasan,

    dan merugikan hak orang lain, pemaksaan, dan tentunya barang atau jasa

    yang jadi objek transaksi adalah halal, bukan yang bertentangan dengan

    al-Qur‟an dan Hadits, seperti narkoba, bangkai, babi, dan lain-lain

    sebagainya.

    Jual beli online, jika dilihat dari aspek maqashid syariah, terdapat

    kemaslahatan, berupa kemudahan transaksi, dan efisiensi waktu. Karena

    memang syari‟at Islam itu ditetapkan untuk kemaslahatan manusia baik di

  • dunia maupun di akhirat. Jual beli dalam hukum Islam juga tidak melihat

    dari segi jenis atau model sarana yang digunakan, tetapi lebih ditekankan

    pada prinsip moral seperti kejujuran dan prinsip kerelaan antara kedua

    belah pihak. Karena menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan

    kepada pembeli tentu tercela dalam Islam.

    B. Analisis Hukum Dropshipping Menurut Syariah

    Berdasarkan data yang telah dirangkum mengenai sistem jual beli

    dropshipping, adapun cara penjualan dalam sistem dropshipping , sebagai

    berikut:

    a. Dropshipper mengiklankan produk supplier ke berbagai media

    sosial atau toko online yang telah dibuat. Gambar-gambar dan keterangan

    yang berkaitan dengan produk yang diiklankan didapat dari pihak supplier.

    b. Pembeli (konsumen) kemudian melihat iklan penjualan barang

    dari dropshipper di berbagai media sosial.

    c. Konsumen yang tertarik untuk membeli kemudian melakukan

    order (pesan) ke pihak dropshipper. Setelah melakukan pemesanan

    barang pihak dropshipper menanyakan ketersediaaan barang yang

    dipesan konsumen kepasa supplier. Setelah pihak konsumen dan

    dropshipper sepakat melakukan transaksi kemudian konsumen

    mentransfer sejumlah uang yang telah disepakati kepada dropshipper.

    d. Setelah menerima pembayaran dari pihak konsumen,

    dropshipper kemudian meneruskan pesanan barang ke pihak supplier dan

  • mentrasfer sejumlah harga barang yang telah dipesan konsumen

    ditambah dengan harga pengiriman barang.

    e. Setelah supplier menerima pembayaran dan pesanan barang

    dari pihak dropshipper, maka pihak supplier memproses pesanan tersebut

    dengan melakukan pengepakan dan mengirimkan barang tersebut ke

    alamat konsumen menggunakan jasa pengiriman. Di dalam paket

    pengiriman barang tersebut ditulis keterangan pengirim adalah pihak

    dropshipper dan penerima adalah pihak konsumen.73

    Dilihat dari prosedur-prosedur di atas, dropshipper dapat melakukan

    penjualan dengan tanpa menyetok barang karena barang diperoleh dari

    supplier dan tanpa modal uang sama sekali karena droshipper baru akan

    mentransfer uang kepada supplier setelah menerima transferan uang dari

    konsumen.

    Oleh karena sistem dropshipping berpotensi mengandung unsur

    gharar , maka bahasan peneliti lebih terfokus padanya. Di dalam Islam

    sudah diatur tata cara jual beli yang baik dan benar yang tidak akan

    merugikan pihak manapun