survey guru: literasi digital / internet sangat perlu masuk sekolah!

10
ICT Watch Perkumpulan Mitra TIK Indonesia Jl. Tebet Barat Dalam 6H no.16, Jakarta 12810, Indonesia P/F: (021) 8292428 | E: [email protected] | W: ictwatch.id Internet Safety | Internet Rights | Internet Governance Siaran Pers (untuk diberitakan segera) Survey Guru: Literasi Internet Sangat Perlu Masuk Sekolah! Literasi digital / Internet diyakini penting untuk diberikan kepada para siswa. Sebanyak 73% dari 165 responden Bapak / Ibu guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA se-Jabodetabek, Sukabumi dan Cilegon menyatakan bahwa materi literasi digital / Internet “sangat perlu” diberikan kepada siswa. Sedangkan 26% menyatakan “perlu” dan hanya 1% yang menyatakan “belum perlu” bagi para siswa. Lalu bagaimana sebaiknya materi literasi digital / Internet diposisikan dalam kegiatan belajar mengajar? “Masuk kurikulum!”, demikian jawab 52% responden. 29% lainnya memilih menjadi “materi khusus guru BK”, 18% memilih menjadi kegiatan “ekstra-kurikuler”, dan hanya 1% berpendapat bahwa literasi digital / Internet belumlah perlu ada di materi dalam lingkup sekolah. Data di atas merupakan hasil jajak pendapat sederhana yang dilakukan ICT Watch terhadap 165 (seratus enam puluh lima) Bapak/Ibu Guru BK ketika mengikuti pelatihan kompetensi, salah satunya tentang Internet Sehat (internetsehat.id), yang difasilitasi Universitas Pancasila, 8 Desember 2015. Walau sudah dipastikan literasi digital / Internet perlu bagi siswa, ternyata kegiatan penyampaian materi tersebut di sekolah-sekolah tidaklah memadai. 40% responden menyatakan “tidak pernah” ada kegiatan workshop atau seminar tentang literasi digital atau Internet di sekolah untuk siswa dan 52% responden menyatakan hanya “sesekali/insidentil”. Hanya 7% yang menyatakan “rutin/berkala”, dan 1% lainnya “tidak tahu”. Padahal 88% responden menegaskan bahwa “ada cukup banyak” pelajaran atau tugas sekolah yang menganjurkan siswa untuk mencari jawaban di Internet! 12% lainnya menyatakan “hanya sedikit” dan tidak ada yang menjawab “tidak ada” atau “tidak tahu”. Kemudian ketika ditanyakan seberapa sering terjadi kasus di sekolah yang terkait dengan penggunaan Internet oleh siswa, 16% menyatakan “cukup sering”, 53% responden menyatakan “sesekali”, 21% “jarang” dan hanya 10% yang menyatakan “tidak pernah”.

Upload: internetsehat

Post on 12-Apr-2017

603 views

Category:

Internet


3 download

TRANSCRIPT

ICT Watch – Perkumpulan Mitra TIK Indonesia Jl. Tebet Barat Dalam 6H no.16, Jakarta 12810, Indonesia

P/F: (021) 8292428 | E: [email protected] | W: ictwatch.id

Internet Safety | Internet Rights | Internet Governance

Siaran Pers (untuk diberitakan segera)

Survey Guru: Literasi Internet Sangat Perlu Masuk Sekolah! Literasi digital / Internet diyakini penting untuk diberikan kepada para siswa. Sebanyak 73% dari 165

responden Bapak / Ibu guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA se-Jabodetabek, Sukabumi dan

Cilegon menyatakan bahwa materi literasi digital / Internet “sangat perlu” diberikan kepada siswa.

Sedangkan 26% menyatakan “perlu” dan hanya 1% yang menyatakan “belum perlu” bagi para siswa.

Lalu bagaimana sebaiknya materi literasi digital / Internet diposisikan dalam kegiatan belajar

mengajar? “Masuk kurikulum!”, demikian jawab 52% responden. 29% lainnya memilih menjadi

“materi khusus guru BK”, 18% memilih menjadi kegiatan “ekstra-kurikuler”, dan hanya 1%

berpendapat bahwa literasi digital / Internet belumlah perlu ada di materi dalam lingkup sekolah.

Data di atas merupakan hasil jajak pendapat sederhana yang dilakukan ICT Watch terhadap 165

(seratus enam puluh lima) Bapak/Ibu Guru BK ketika mengikuti pelatihan kompetensi, salah satunya

tentang Internet Sehat (internetsehat.id), yang difasilitasi Universitas Pancasila, 8 Desember 2015.

Walau sudah dipastikan literasi digital / Internet perlu bagi siswa, ternyata kegiatan

penyampaian materi tersebut di sekolah-sekolah tidaklah memadai. 40% responden

menyatakan “tidak pernah” ada kegiatan workshop atau seminar tentang literasi digital atau

Internet di sekolah untuk siswa dan 52% responden menyatakan hanya “sesekali/insidentil”.

Hanya 7% yang menyatakan “rutin/berkala”, dan 1% lainnya “tidak tahu”.

Padahal 88% responden menegaskan bahwa “ada cukup banyak” pelajaran atau tugas

sekolah yang menganjurkan siswa untuk mencari jawaban di Internet! 12% lainnya

menyatakan “hanya sedikit” dan tidak ada yang menjawab “tidak ada” atau “tidak tahu”.

Kemudian ketika ditanyakan seberapa sering terjadi kasus di sekolah yang terkait dengan

penggunaan Internet oleh siswa, 16% menyatakan “cukup sering”, 53% responden

menyatakan “sesekali”, 21% “jarang” dan hanya 10% yang menyatakan “tidak pernah”.

ICT Watch – Perkumpulan Mitra TIK Indonesia Jl. Tebet Barat Dalam 6H no.16, Jakarta 12810, Indonesia

P/F: (021) 8292428 | E: [email protected] | W: ictwatch.id

Internet Safety | Internet Rights | Internet Governance

Lantas menurut responden, resiko apa yang paling sering dihadapi murid ketika

menggunakan Internet? 35% adalah kecanduan (Internet), 29% adalah terpapar konten

negatif, 22% cyberbully, 10% pelanggaran privasi dan 4% predator (pedofil) online.

Dari paparan data di atas, tampak jelas adanya kebutuhkan yang signifikan untuk

menghadirkan materi literasi digital / Internet di sekolah bagi para siswa. Hal ini selaras

dengan semangat World Summit on the Information Society (WSIS) khususnya rencana aksi

Capacity Building, yang meminta setiap negara untuk:

“membangun kebijakan dalam negeri guna memastikan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) terintegrasi penuh ke dalam pendidikan dan pelatihan di seluruh

jenjang, termasuk dalam pengembangan kurikulum, pelatihan guru, manajemen dan

administrasi institusi, dan juga mendukung konsep pembelajaran seumur hidup”.

Untuk itulah maka pengampu kebijakan terkait, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemdikbud) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), perlu

segera duduk bersama dengan pemangku kepentingan terkait semisal Indonesia Child

Online Protection (ID-COP) dan lainnya guna merumuskan bentuk implementasi literasi

digital / Internet secara terstruktur dan berkelanjutan di sekolah-sekolah. Sejatinya,

berdasarkan riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan

Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Universitas Indonesia, 80% dari 88.1 juta pengguna

Internet di Indonesia adalah generasi muda kategori digital native, mereka yang lahir pada

tahun 1980 dan sesudahnya. PBB, melalui laporan “Measuring the Information Society”

yang dirilis oleh International Telecommunication Union (ITU) tahun 2013, menetapkan pra-

syarat generasi digital native adalah jika mereka juga belajar tentang literasi digital /

Internet, baik secara formal maupun informal.

Jakarta, 17 Desember 2015

Hormat kami,

Donny B.U.