status ginekologi

21
STATUS GINEKOLOGI I. Identitas pasien Nama : Ny. S Umur : 26 tahun Agama : Islam Suku /Bangsa : Sasak/ WNI Alamat : Lingsar Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT Sosioekonomi : kurang Tgl MRS : 26-8-2009 jam 08.45 WITA II. Anamnesis ( 26-8-09) Keluhan utama : Os datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan RPS: Os mengaku hamil 4 bulan mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 2 minggu yang lalu, darah berwarna merah segar, dan makin lama menjadi merah kecoklatan disertai dengan gelembung, darah keluar secara merembes sedikit- sedikit ± 3 sendok , tidak berbau dan memuncak sejak kemarin pagi pkl 04.00 sejumlah ± 1 gelas baik berupa darah encer maupun gumpalan darah berwarna merah kehitaman. Os juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan pinggang semenjak keluhan ada, nyeri kadang menyertai keluarnya darah, kadang juga tanpa keluarnya darah nyeri tetap hilang timbul. Keluhan pusing (+), riwayat keluar keputihan (-), panas (-),

Upload: umiumi

Post on 26-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status Ginekologi

STATUS GINEKOLOGI

I. Identitas pasien

Nama : Ny. S

Umur : 26 tahun

Agama : Islam

Suku /Bangsa : Sasak/ WNI

Alamat : Lingsar

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Sosioekonomi : kurang

Tgl MRS : 26-8-2009 jam 08.45 WITA

II. Anamnesis ( 26-8-09)

Keluhan utama : Os datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan

RPS: Os mengaku hamil 4 bulan mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 2

minggu yang lalu, darah berwarna merah segar, dan makin lama menjadi merah

kecoklatan disertai dengan gelembung, darah keluar secara merembes sedikit-sedikit ± 3

sendok , tidak berbau dan memuncak sejak kemarin pagi pkl 04.00 sejumlah ± 1 gelas

baik berupa darah encer maupun gumpalan darah berwarna merah kehitaman. Os juga

mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan pinggang semenjak keluhan ada, nyeri

kadang menyertai keluarnya darah, kadang juga tanpa keluarnya darah nyeri tetap hilang

timbul. Keluhan pusing (+), riwayat keluar keputihan (-), panas (-), nafsu makan

menurun, BAB/BAK (+) N, keluhan mual (-), Muntah (-). Os awalnya pernah merasakan

keluhan seperti orang hamil sejak 3 bulan yang lalu berupa mual, muntah yang hebat

sampai 2 bulan, dan suka ngidam, os juga pernah dilakukan pp tes di puskesmas dan

dinyatakan hamil sejak saat itu. Os kembali memeriksakan diri semenjak keluhan darah

ini yakni 2 hari yang lalu, di PKM dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan bukaan

1 cm, teraba jaringan, akhirnya os dilarikan ke RSU Mataram untuk pengobatan lebih

lanjut.

Page 2: Status Ginekologi

Riwayat menstruasi : Menarche usia 15 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya

haid 6 hari dengan hari banyak haid 3-4 hari dan menghabiskan hingga 1-2 pembalut

sehari. Hari pertama haid terakhir adalah 25 maret 2009.

Riwayat dan rencana KB: Ini adalah hamil pertama os, dan os belum pernah

merencanakan menggunakan KB sampai saat ini.

Riwayat pernikahan : Os menikah petamakali pada usia 20 tahun. Pasien mengaku

menikah 1 kali

Riwayat persalinan : (-), Os tidak pernah mengalami keguguran

Riwayat penyakit dahulu : Os Tidak pernah menderita penyakit penyakit yang sama

sebelumnya, tidak pernah menderita penyakit jantung (-), paru, hati, ginjal, DM, dan

hipertensi ataupun penyakit berat lainnya yang mengharuskan perawatan RS.

Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang mederita sakit yang sama

dengan os

Riwayat alergi : Tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca

III. Pemeriksaan fisik (22-05-09)

Status Generalis

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : E4V5M6

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Nadi : 90x/mnt

Frekuensi respirasi : 16x/mnt

Temperatur axilla : 36,8 °C

Mata : anemis (+/+), ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

THT : tenang

Thorak : Cor S1,S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-), HR 120x/mnt

Pulmo vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Ekstremitas : akral hangat, pucat, edema (-), tremor (-)

Status obstetric dan Ginekologi

Page 3: Status Ginekologi

Abdomen : distensi (-), nyeri tekan (+) suprapubis, BU (+) Normal Perabaan massa (-), Hepar

dan Lien tidak teraba, nyeri pekak beralih (-) Tinggi fundus uteri teraba sepusat, balotemen (-),

tidak teraba bagian janin, DJJ (-).

VT : OUE terbuka, teraba jaringan kistik (+), nyeri goyang portio (-), uterus teraba lunak,tidak

ikut bergerak, bagian janin (-), CUAF, 10-20 mg, APCD dalam batas normal

RT : massa (-), kesan uterus tampak membesar

Inspekulo : porsio licin, cavum douglas tidak menonjol, OUE terbuka,

fluxus (+), gelembung mola (+),

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (22-05-09)

HB : 6,8 g/dl

WBC : 6.300/uL

PLT : 253.000/uL

LED : 20

USG : uterus tampak membesar, snow flake patern (+), kesan mola hidatidosa

V. Diagnosis Kerja

Mola Hidatidosa + anemia berat

VI. Planning :

- IVFD RL 20 tetes/ menit

- Observasi keluhan, vital sign, bleeding

- Transfusi PRC sampai hb 10 gr%

- Analgetik

- Pro suction curetase jika hb >10

- Lab : LFT,RFT, lipid profile, protein total.

- Konsul urologi, interna.

- Patologi Anatomi

- Pemeriksaan kadar HCG

Page 4: Status Ginekologi

Lembar Follow up

Time Subjective Objective Assesment Planing

26-08-09

09.00 keluar darah (+),mules (+), tidak selera makan/minum ,demam (-), BAK /BAB normal

KU : sedang,

Kes : CM

TD : 110/70mmhg,

N : 88x/m,

R : 20x/m,

T : 36,5 ’C

K/L : mata : an +/+, ikt -/-

Thorak : dbn

Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic, BU (+) N, Hepar dan lien tak teraba.

V/V :, perdarahan aktif (-).

Akral : hangat

Lab Lengkap:

WBC: 15.900,

HB: 5,72,

HCT: 17,8%,

PLT: 244.000,

BT: 5’15”,

CT: 1’00”,

GDS: 80

Bilirubin total : 0,32,

Bilirubin direk : 0,1,

SGOT : 51,

SGPT : 81,

SGPT : 81,

Kolesterol total : 143,

Trigliserida : 134,

Urea : 23,

Page 5: Status Ginekologi

Kreatinin : 0,6,

HbSAg: negatif Mola Hidatidosa dengan anemia berat Infus RL 20 tpm

Observasi keluhan, vital sign, bleeding

Lapor supervisor advis: Transfusi PRC sampai hb 10 gr%, keluarga masih usaha darah

Analgetik

Pro suction curetase jika hb lebih atau sama dengan 10 gr%

Konsul, interna advised thoraks photo, lab lengkap, transfusi PRC 2 kolf, ampicillin 1 gr/8 jam

Time Subjektif Objective Assesment Planing

11.00 keluar darah (+), os merasa ada jaringan yang keluar dari kemaluannya

TD : 100/80mmhg,

N : 86x/m,

R : 20x/m,

T : 36,8 ’C

Mata: An +/+, Ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic, BU (+) N.

V/V : perdarahan aktif (+), tampak jaringan mola keluar melalui kanalis servikalis.

Akral : hangat, tremor (-), pucat (+) Mola Hidatidosa dengan anemia berat dengan ekspulsi

jaringan mola

Infues RL 20 tpm

Pro tranfusi 2 kolf

Pindah ke ruang VK

12.00 Os merasa sakit perut dan terasa jaringan akan lahir TD : 100/80mmhg,

N : 92x/m,

R : 20x/m,

T : 36,8 ’C

V/V: Jaringan lahir dengan berat ± 150 gr, perdarahan (+)

Akral: hangat Infues RL 30 -60 tpm

Pro tranfusi 2 kolf

Page 6: Status Ginekologi

14.00 keluar darah (+), merembes, sakit perut (+), pusing (+)

TD : 90/60mmhg,

N : 88x/m,

R : 22x/m,

T : 39,6 ’C

Mata: An +/+, Ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic, BU (+) N.

V/V :, perdarahan aktif (+), jaringan mola (-).

Akral : hangat Infues RL 30 -60 tpm

Pro tranfusi 2 kolf

Injeksi xylomidon 2 mg IV

O2 3 L/mnt

Ampicilin inj. 1 gr

16.25 Keluar darah (+), merembes, sakit perut (-), TD : 100/80mmhg,

N : 90x/m,

R : 20x/m,

T : 36,8 ’C

Akral: hangat Inf. RL 20 tpm

Transfusi darah kolf pertama

27/08/09

06.00 keluar darah (-) KU : sedang,

Kes : CM

TD : 120/80mmhg,

N : 88x/m,

R : 20x/m,

T : 36,6 ’C

mata : an +/+, ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan (+) suprapubic,

BU (+) N, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, nyeri tekan (-)

Page 7: Status Ginekologi

V/V : perdarahan aktif (-)

Akral : hangat Mola Hidatidosa + anemia berat Inf. RL 20 tpm

09.00 Keluar darah (-) KU : sedang,

Kes : CM

TD : 110/80mmhg,

N : 96x/m,

R : 20x/m,

T : 36,6 ’C Transfusi darah 2 kolf

14.00 Keluhan (-), perdarahan (-) TD : 110/80mmhg,

N : 90x/m,

R : 18x/m,

T : 36,8 ’C

Akral: hangat Inf. RL

Pro konsul anastesi

20.00 Keluhan (-) TD : 110/80mmhg,

N : 88x/m,

R : 18x/m,

T : 36,8 ’C

Akral: hangat

28/09/09

06.00 keluar darah (+), sedikit-sedikit, nyeri perut (-)

KU : sedang,

Kes : CM

TD : 110/70mmhg,

N : 88x/m,

R : 18x/m,

T : 36,6 ’C

K/L : mata : an -/-, ikt -/-

Thorak : dbn

Abd: TFU teraba 2 jari diatas simpisis, nyeri tekan (-)

Akral: hangat

Page 8: Status Ginekologi

Hasil lab:

Hb: 9,83 gr%

WBC: 15.900,

HB: 5,72,

HCT: 17,8%,

PLT: 244.000 Mola hidatidosa Konsul anastesi : ACC anastesi untuk suction curet di OK

Inj. Ampicillin 1 gr/iv

16.00 Keluhan (-) KU : sedang,

Kes : CM

TD : 110/80mmhg,

N : 88x/m, kuat angkat,

R : 18x/m,

T : 36,8 ’C

mata : an -/-, ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan suprapubic (-), BU (+) N, TFU teraba 2 jari dibawah pusat

V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf . RL 20 tpm

Motivasi makan-minum

29/08/2009

08.00 : keluar darah (-), nyeri perut (-) KU : sedang,

Kes : CM

TD : 100/70mmhg,

N : 90x/m,

R : 20x/m,

T : 36,8 ’C

mata : an -/-, ikt -/-

Abd : dist (-), BU (+) N, kontraksi uterus teraba baik, TFU 2 diatas simpisis, nyeri tekan (-).

V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf. RL 20 tpm

Suction curetase: keluar jaringan mola, perdarahan ± 400cc, lanjut dengan kuret tajam

perdarahan ±150cc hasil operasi Mola hidatidosa.

Check lab pasca curetase

13.00 Hb: 8,33 gr%

Page 9: Status Ginekologi

WBC: 11.900,

HCT: 17,8%,

PLT: 224.000

Inf. RL 20 tpm

10.00 keluar darah (-), nyeri perut (-) KU : sedang

Kes : CM

TD : 110/80mmhg,

N : 90x/m,

R : 18x/m,

T : 36,6 ’C

mata : an -/-, ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N, kontraksi uterus, TFU tidak teraba,

V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf. RL 20 tpm

Inj. Cefotaksim 1gr/12 jam

Asam mefenamat 3 x 500 mg

14.00 keluar darah (-), nyeri perut (-) KU : sedang

Kes : CM

TD : 120/80mmhg,

N : 88x/m,

R : 18x/m,

T : 36,8 ’C

mata : an -/-, ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N

V/V : perdarahan aktif (-) Mola Hidatidosa Inf. RL 20 tpm

20.00 Keluhan (-) KU : sedang

Kes : CM

TD : 110/80mmhg,

N : 90x/m,

R : 18x/m,

T : 36,6 ’C

mata : an -/-, ikt -/-

Page 10: Status Ginekologi

Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N, TFU tidak teraba,

V/V : perdarahan aktif (-) • Infus dilepas

• Ma/mi

• Inj. Cefotaksim 1gr/12 jam

• Asam mefenamat 3 x 500 mg

30/09/09

08.00 Keluhan (-) KU : sedang

Kes : CM

TD : 120/80mmhg,

N : 88x/m,

R : 18x/m,

T : 36,8 ’C

mata : an -/-, ikt -/-

Abd : dist (-), nyeri tekan (-), BU (+) N

V/V : perdarahan aktif (-) • BPL

Page 11: Status Ginekologi

BAB IV

PEMBAHASAN

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami

perubahan hidrofobik. Pada pasien ini. Anamnesis dilakukan pada pasien, dari hasil anamnesis

didapatkan identitas pasien, pasien ini masih termasuk wanita dengan usia reproduksi yakni 26

tahun, seperti telah diketahui bahwa kista ovarium banyak dijumpai pada wanita usia reproduksi,

Wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal amat sangat beresiko. Wanita yang berusia

lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7

kali dibanding wanita yang lebih muda. Identitas pasien yang termasuk dalam keluarga dengan

sosial ekonomi rendah juga mendukung keadaan mola dimana mola hidatidosa sering didapatkan

pada pasien dengan social ekonomi rendah yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi.

Dari anamnesis juga didapatkan gejala klinis yang mendukung terhadap kejadian mola

hidatidosa yakni berupa keluhan perdarahan pervaginam yang hilang timbul mulai dari bercak

hingga perdarahan hebat sehingga pasien dating dalam keadaan anemia perdarahan ini terjadi

akibat Jaringan yang mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan. Nyeri perut

bagian bawah yang kadang disertai keluarnya darah memungkinkan bahwa penumpukan darah

menyebabkan pendesakan bagian organ lain yang peka nyeri. selain itu pasien juga mengeluhkan

gejala seperti orang hamil yakni mual muntah dan semenjak 3 bulan sebelumnya os tidak pernah

mendapatkan haid lagi, dan lebih diperkuat lagi dengan PP test dinyatakan (+) hamil. Hari

pertama haid terakhir os tanggal 25 Maret 2009 menunjukan bahwa os sudah 4 bulan mengalami

amenorea. Keluhan mual muntah yang hebat dan berkepanjangan yang dirasakan pasien sebagai

akibat dari peningkatan produksi HCG. Tidak didapatkan keluhan gangguan mens pada pasien

ini, jumlah darah dan lamanya perdarahan mens tetap sama dengan bulan-bulan sebelumnya

hanya amenorea saja yang didapatkan.

Selanjutnya dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis yang lemah ditambah lagi dengan

pemeriksaan konjungtiva pasien yang tampak anemis menunjukan telah terjadi gangguan

keseimbangan cairan plasma dan penurunan jumlah eritrosit dan Hb akibat perdarahan yang

terus-menerus. Sedangkan untuk pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah yang sedikit

menurun namun masih dalam batas normal yakni 100/70 mmhg, namun keadaan ini perlu

diwaspadai karena jika dibiarkan maka pasien akan jatuh kedalam fase syok jadi perlu

Page 12: Status Ginekologi

penanganan cairan yang baik, sedangkan frekuensi nadi sedikit meningkat 90x/mnt kuat angkat.

Pada pemeriksan jantung dan paru masih dalam batas normal.

Pada pemeriksaan fisik abdomen hasil inspeksi didapatkan perut terlihat membesar yang tampak

tidak sesuai dengan usia kehamilan yang hanya 14-15 minggu, sedangkan pada palpasi

didapatkan TFU setinggi pusat yang diperkirakan umur kehamilan sebesar 20-22 minggu ,

namun tidak didapatkan balotemen, bagian janin tidak teraba dan pada pemeriksaan denyut

jantung janin tidak ditemukan, hasil ini semakin memperkuat adanya kehamilan tanpa disertai

pertumbuhan janin yakni kehamilan mola, seperti yang diungkapkan oleh park Teori terjadinya

penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park. Teori missed

abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena

itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan

mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari

Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana

terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini

menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Studi dari Hertig lebih

menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai

degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya

sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast

berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

Sementara untuk pemeriksaan lanjutan terhadap genitalia dengan pemeriksaan inspekulo vulva

vagina tampak adanya fluksus dan gelembung-gelembung mola yang telah terkumpul diruangan

serviks, fluor tidak didapatkan sedangkan portio tampak licin tidak terdapat bukaan, perdarahan

(+) merembes temuan ini memperkuat adanya jaringan mola yang tumbuh. Untuk pemeriksaan

dalam (VT) didapatkan bukaan dan teraba jaringan mola, nyeri goyang portio (-) dan uterus tidak

ikut bergerak, CUAF 18-20 minggu, APCD dalam batas normal, keadaan ini semakin

mempertegas adanya pertumbuhan jaringan mola yang masih belum terlepas, sedangkan tidak

didapatkan nyeri goyang portio mampu meniadakan keberadaan kehamilan ektopik, dan untuk

uterus yang tidak ikut bergerak ketika portio digerakan juga mampu meniadakan adanya mioma

uteri yang mana gejalanya juga sama terjadi perdarahan pervaginam. Sementara pada

pemeriksaan besarnya uterus yang diperkirakan pertumbuhanya melebihi usia kehamilan normal

ditambah lagi dengan bentuk uterus yang teraba lunak dan tidak teraba bagian janin menguatkan

Page 13: Status Ginekologi

adanya tanda-tanda pertumbuhan mola dimana telah terjadi pertumbuhan vilikorialis tanpa

adanya pertumbuhan janin disertai degenerasi hidropik sehingga uterus tampak lunak dan

membesar melebihi usia kehamilan.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa Hb pasien telah turun jauh menjadi 6,8 g/dl yang

menunjukan telah terjadi perdarahan yang menghilangkan cukup banyak eritrosit dan

hemoglobin, dan juga telah terjadi gangguan hemodinamik. Keadaan ini disebabkan keluhan

pasien yang mengalami perdarahan pervaginam yang telah terjadi selama 2 minggu dan

memuncak semenjak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sementara untuk menunjang diagnosis

dilakukan pemeriksaan USG dan disini uterus tampak membesar, snow flake patern (+), kesan

mola hidatidosa. Hasil temuan ini sudah mampu memperkuat keberadaan pertumbuhan jaringan

mola tanpa adanya pertumbuhan bagian janin sehingga dapatlah ditegakan diagnosis dengan

mola hidatidosa.

Dari semua pemeriksaan ini baik fisik maupun penunjang juga dapat ditentukan klasifikasi mola

yang didapatkan, dalam kasus ini jelas terlihat bahwa mola yang didapatkan adalah molam

komplet dimana jaringan keseluruhannya adalah jaringan mola tanpa disertsai bagian janin,

seperti yang diungkapkan ………Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 %

biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal.

Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian

berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili

khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat tropoblastik hiperplasia. Pada mola

hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis

sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma

tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok

Dalam upaya penanganan pasien ini yang terpenting adalah evakuasi jaringan mola, namun

sebelumnya harus diperbaiki terlebih keadaan umum pasien yakni kondisi dehidrasi dan anemia

berat dengan Hb 6,1 gr/dl namun jika terdapat anemia sedang cukup diberikan sulfas ferosus

600mg/hr, pasien ini memerlukan transfusi PRC 3 kolf untuk menaikan Hb sehingga mampu

mencapai 10 gr/dl sehingga fungsi hemodinamik kembali stabil, namun selama dalam penantian

darah perlu dilakukan terlebih dahulu rehidrasi dengan pemberian infus RL dengan kecepatan

40-60 tetes permenit sebagai tindakan mengembalikan fungsi hemodinamik yang telah terganggu

tadi. Upaya evakuasi jaringan mola dapat dilakukan dengan aspirasi kuret yang dipandang lebih

Page 14: Status Ginekologi

aman dibandingkan kuret tajam, sebelum dilakukan kuret terlebih dahulu diberikan infus 10 IU

oksitosin dalam 500 cc RL dengan kecepatan 40-60 tetes permenit sebagai tindakan preventif

terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap pengososngan uterus secara cepat.

Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan penderita disarankan

untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat selama periode ini.

Pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi oral, sistemik atau barier selama waktu

monitoring. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan

menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG.

Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR) tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG

tidak terdeteksi karena terdapat resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif.

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG

kembali normal. Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan HCG yang dilakukan

secara berkala sampai didapatkan kadar HCG normal selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa

pasca 48 jam evakuasi mola, kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan terdeteksi

dalam 3 minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap bulan sampai dengan

tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut – turut. Waktu rata-rata yang dibutuhkan sampai dengan

kadar HCG tidak terdeteksi setelah evakuasi kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 – 11

minggu. Tinjauan kepustakaan lain menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar

normal sekitar 6-9 bulan. Setelah monitoring selesai maka pasien dapat periksa HCG tanpa

terikat oleh waktu.

Jika terdapat peningkatan kadar HCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko

tinggi untuk perubahan ke keganasan, dipertimbangkan untuk memberikan metotrexate 3-5

mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal. Kadar HCG yang tetap meningkat setelah 8 minggu

paskaevakuasi menunjukan masih terdapat trofoblas aktif (diluar uterus atau invasive); berikan

MTX dan pantau HCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu.

Page 15: Status Ginekologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf. Kebidanan dan

penyakit kandungan. Rsud dokter soetomo surabaya. 1994. Hal 25-28.

2. Ayurai, 2009. Mola Hidatidosa. Download at 22 september 2009 from :

http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/mola-hidatidosa/

3. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri

Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

4. Diyah Metta Ningrum dan Ova Emilia, 2008. Diagnosis Dan Manajemen Mola Hidatidosa.

Download tanggal 14 september 2009 dari : http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-

hidatidosa.html

5. Harnawatiaj, 2008. Askep Mola Hidatidosa. Download at 20 september 2009, available from:

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/

6. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 15 september 2009 available from:

www.e-medicine.com

7. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267

8. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin. Ilmu

Kebidanan. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.

9. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku Kedokteran.

ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243. 6.

10. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina

Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

11. Ross S. Berkowitz, M.D., and Donald P. Goldstein, M.D, 2009. Molar Pregnancy.

Downloaded from www.nejm.org on September 16, 2009

12. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obsetetri Patologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Elstar Offset. Bandung. 1981. Hal38-42.