skripsi terapi perilaku distraksi menonton film humor
TRANSCRIPT
SKRIPSI
TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR
TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
DI RSUD KOTA MADIUN
Oleh :
DEFRI INDRIANI
NIM : 201302068
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN 2017
ii
SKRIPSI
TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR
TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
DI RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
DEFRI INDRIANI
NIM : 201302068
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN 2017
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Yang Utama dari segalanya…….
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT . Taburan cinta dan
kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan
ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia kemudahan
yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah
Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi
dan kusayangi
Ibu dan Bapak Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu dan Bapak yang
telah memberikan kasih saying, segala dukungan, dan cinta kasih yang
tiada terhingga yang tidak dapat kubalas hanya dengan selembar kertas
yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat ibu dan bapak bahagia karena kusadar selama ini
belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Bapak yang selalu
membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu
mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik.
Terima kasih Ibu…..Terima kasih Bapak…..
My Family
Untuk keluargaku, Tante- tante, om –om dan saudara – saudaraku
Hadi, Nadia, Dianingtyas, Nidya, Claudia dan Mayga, tiada yang paling
mengharukan saat kumpul bersama kalian. Terima kasih atas doa dan
bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku
persembahkan.
vi
My Sweet Heart “Ahmad Faridudin”
Sebagai tanda cinta kasihmu, aku persembahkan karya kecil ini
buatmu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang
telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku.
Terima kasih……
My Best Friend’s
Buat sahabat-sahabatku Anindyah Evrita Swasta Tasari, Anita Sefti
Rahayu, Devi Purwati, Ella Anggi Prismadani, dan semua nya yang gak bisa
aku sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, doa, nasehat,
hiburan, traktiran, ojekkan dan semangat yang kamu berikan selama aku
kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini.
Semoga keakraban di antara kita selalu terjaga.
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku…
Bapak Muncul Wiyana, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Bapak Gaguk Eko
Waluyo S.Kep Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima
kasih banyak pak….,saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah
diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran bapak.
Terima kasih banyak pak…
Seluruh dosen pengajar di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang
sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : DEFRI INDRIANI
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
Alamat
:
:
:
Islam
Dsn. Slagreng, Ds. Sidorejo Rt/Rw
009/002 Kec. Sidorejo, Kab. Magetan
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 21 November 1994
No. Hp : 082244044013
Riwayat Pendidikan :
2001 – 2007 : 1. SD Negeri Sidorejo
2007 – 2010 : 2. SMP Negeri 4 Magetan
2010 – 2013 : 3. SMA Negeri1 Plaosan
2013 – Sekarang : 4. STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun
Riwayat Pekerjaan : -
ix
ABSTRAK
TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR
TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
DI RSUD KOTA MADIUN
Defri Indriani
201302068
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas
struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Nyeri
merupakan fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan dan suatu tanda
adanya kerusakan jaringan dalam tubuh. Terapi menonton film humor merupakan
salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengalihkan sensasi yang tidak
menyenangkan oleh seseorang misalnya nyeri. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap
intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun.
Desain penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental dengan
pendekatan One Group pre-post test design, Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 16 pasien, Dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling
dan alat ukur yang digunakan adalah NRS (Numeric Rating Scale). Analisa data
menggunakan Uji Paired t test dengan derajat signifikansi α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi perilaku
distraksi menonton film humor rata-rata tingkat nyeri 6,69. Setelah dilakukan
terapi perilaku distraksi menonton film humor tingkat nyeri menjadi 4,25.
Perbedaan perubahannya adalah 2,438. Hasil analisa dari penelitian ini didapatkan
bahwa nilai P value = 0,000 (p < α 0,05) yang mempunyai makna terdapat
pengaruh pemberian terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap
intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun.
Dengan demikian diharapkan untuk dapat menerapkan terapi perilaku
distraksi menonton film humor untuk mengurangi intensitas nyeri di Instansi
Rumah Sakit.
Kata kunci : Nyeri, fraktur, terapi humor
x
ABSTRACT
DISTRACTION BEHAVIOR THERAPY WATCHING
THE HUMOR FILM ON POWER INTENSITY INTEGRATION POST
OPERATING FRACTURE IN RSUD KOTA MADIUN
Defri Indriani
201302068
Fracture is a complete or incomplete disorder of bone structure continuity
and is defined according to the type and extent. Pain is a phenomenon that is
often found in life and a sign of tissue damage in the body. Therapy watching
humor movies is one of the distraction techniques used to divert unpleasant
sensations by a person such as pain. The purpose of this study to determine the
effect of behavioral therapy distraction watching humor film on the intensity of
pain patients postoperative fractures in RSUD Kota Madiun.
This research design using Pre-Experimental method with One Group pre-
post test design approach. The sample in this research is 16 patients. By using
purposive sampling sampling technique and measuring instrument used is NRS
(Numeric Rating Scale). Data analysis using Paired t test with degree of
significance α 0,05.
The results showed that before the behavioral therapy distraction
watching the film humor the average level of pain 6.69. After the behavioral
therapy distraction watching the film humor pain level to 4.25. The difference is
2,438. The result of this research shows that P value = 0,000 (p <α 0,05) which
have significance is the effect of distraction behavioral therapy to watch the
humor film on the intensity of pain in post operation of fracture in RSUD Kota
Madiun.
Thus it is expected to be able to apply distraction behavior therapy to
watch a humor film to reduce the intensity of pain in the Hospital Institution.
Keywords: Pain, fracture, humor therapy
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan ......................................................................................................... i
Sampul Dalam ........................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ...............................................................................................iii
Lembar Pengesahan .............................................................................................. iv
Lembar Persembahan ............................................................................................. v
Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian............................................................... vii
Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................viii
Abstrak .................................................................................................................. ix
Abstract .................................................................................................................. x
Daftar Isi................................................................................................................ xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar Gambar ...................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
Daftar Istilah....................................................................................................... xvii
Daftar Singkatan................................................................................................xviii
Kata Pengantar .................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1 Konsep Terapi Perilaku Distraksi ............................................................. 8
2.1.1 Definisi Terapi Distraksi ................................................................ 8
2.2 Konsep Distraksi Visual ........................................................................... 9
2.2.1 Definisi Distraksi Visual ................................................................ 9
2.3 Konsep Terapi Humor ............................................................................ 10
2.4 Fungsi Humor ......................................................................................... 11
2.5 Konsep Fraktur ....................................................................................... 12
2.5.1 Definisi Fraktur............................................................................. 12
xii
2.5.2 Tipe Fraktur ................................................................................... 13
2.5.3 Patofisiologi Fraktur ...................................................................... 13
2.5.4 Manifestasi Klinis .......................................................................... 14
2.5.5 Penatalaksanaan Fraktur ................................................................ 15
2.5.6 Penatalaksanaan Fraktur Pada Tempat Spesifik ............................ 17
2.5.7 Manajemen Fisioterapi Fraktur ..................................................... 19
2.6 Konsep Nyeri .......................................................................................... 23
2.6.1 Definisi Nyeri ................................................................................ 23
2.6.2 Fisiologi Nyeri ............................................................................... 24
2.6.2.1 Reseptor Nyeri ....................................................................... 24
2.6.3 Mekanisme Nyeri .......................................................................... 25
2.6.4 Klasifikasi Nyeri ............................................................................ 26
2.6.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri .................................... 27
2.6.6 Penatalaksanaan Nyeri ................................................................... 30
2.6.6.1 Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis ................................ 30
2.6.6.2Penatalaksanaan nyeri farmakologis ....................................... 33
2.6.7 Metode Pengukuran Intensitas Nyeri ............................................ 34
2.6.7.1 Skala Deskriptif ...................................................................... 34
2.6.7.2 Visual Analog Scale (VAS) ................................................... 35
2.6.7.3 Wong Baker Face Pain Scale ................................................. 35
BAB 3 KERANGKA KOSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 36
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 36
3.2 Hipotesis ................................................................................................... 36
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 37
4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 37
4.2 Populasi Dan Sampel ............................................................................... 37
4.2.1 Populasi ......................................................................................... 37
4.2.2 Sampel ........................................................................................... 38
4.2.3 Kriteria Sampel .............................................................................. 38
4.3 Teknik Sampling ...................................................................................... 39
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................................... 40
4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ......................................... 41
4.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 41
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 41
4.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 42
4.7 Lokasi Dan Waktu.................................................................................... 43
4.8 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 43
xiii
4.9 Pengolahan Data Dan Analisis Data ........................................................ 44
4.9.1 Pengolahan Data ............................................................................... 44
4.9.2 Analisis Data..................................................................................... 46
4.10 Etika Penelitian ...................................................................................... 48
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 50
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ................................................ 50
5.2 Data Umum .............................................................................................. 51
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................... 51
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin ..................... 52
5.2.3 Uji Normalitas Data ........................................................................ 52
5.3 Data Khusus ............................................................................................. 53
5.3.1 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi
Menonton Film Humor .................................................................. 53
5.3.2 Intensitas Nyeri Sesudah Diberikan Terapi Perilaku Distraksi
Menonton Film Humor .................................................................. 54
5.3.3 Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku
Distraksi Menonton Film Humor .................................................... 55
5.4 Pembahasan .............................................................................................. 56
5.4.1 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi
Menonton Film Humor .................................................................. 56
5.4.2 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi
Menonton Film Humor ................................................................... 58
5.4.3 Pengaruh Pemberian Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi
Perilaku Distraksi Menonton Film Humor ..................................... 59
5.5 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 61
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 63
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 63
6.2 Saran ......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian .......................................................... 37
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 42
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Usia ............................... 51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 52
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data ......................................................................... 52
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Intensitas nyeri sebelum diberikan terapi
perilaku distraksi menonton film humor ......................................... 53
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Intensitas nyeri sesudah diberikan terapi
perilaku distraksi menonton film humor ......................................... 54
Tabel 5.6 Analisa pengaruh pemberian terapi perilaku distraksi menonton
film humor ....................................................................................... 55
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 40
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 66
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian ....................................................... 67
Lampiran 3 Lembar SOP Terapi Menonton Film Humor ................................. 68
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................... 70
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...................................... 71
Lampiran 6 Numeric Rating Scale .................................................................... 72
Lampiran 7 Jadwal Penelitian ........................................................................... 73
Lampiran 8 Hasil Tabulasi ................................................................................ 74
Lampiran 9 Hasil Olah Data Distribusi Frekuensi ............................................ 75
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 80
Lampiran 11 Lembar Konsultasi ....................................................................... 81
xvii
DAFTAR ISTILAH
Acupressure : Pengobatan tradisional dari Tiongkok
Active Movement : Gerak yang dilakukan oleh otot – otot anggota
tubuh itu sendiri
Breathing Exercise : Latihan pernafasan
Hold Relax : Otot – otot memendek di kontraksikan secara
isometrik dengan kuat kemudian disusul oleh
relaksasi otot tersebut
Inform Concent : Persetujuan
Kriteria Inklusi : Ciri – ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel
Kriteria Ekslusi : Ciri – ciri anggota popolasi yang tidak dijadikan
sampel
Passive Movement : Latihan dengan gerakan
Reduksi : Tindakan memanipulasi fragmen tulang yang
patah
Retensi : Aturan umum dalam pemasangan gips
Rehabilitasi : Pengobatan fraktur
Static Contraction : Kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang
pendek otot
Triger Paint : Penekanan pada titik pengaktif
Uji Non Parametric : Metode yang tidak mendasarkan pada asumsi
distribusi populasi
Uji Paired t test : Merupakan uji yang digunakan untuk dua sample
data yang berpasangan. Pada uji ini menggunakan
sample yang sama, namun diberi perlakuan yang
berbeda, perlakuan sebelum di beri perlakuan
(pretest) dan sesudah diberi perlakuan (postest)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
IASP : The Internasional Association for Study of Pain
NRS : Numeric Rating Scale
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
TENS : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
WHO : World Health Organization
VAS : Visual Analog Scale
xix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
kuruniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul
“Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri
Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota Madiun”. Tersusunnya proposal
skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada
saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid) sebagai Ketua Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Mega Arianti P, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Muncul Wiyana S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai pembimbing I skripsi yang
dengan kesabaran dan ketelitian dalam membimbing, sehingga
proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Gaguk Eko Waluyo.S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai pembimbing II skripsi
yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi.
5. Aris Hartono S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai penguji skripsi yang telah
membimbing dengan baik.
6. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka maupun
duka dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
xx
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini.
Madiun, Agustus 2017
DEFRI INDRIANI
201302068
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang dan menuju industrialisasi
tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat yang dapat
meningkat penggunaan alat transportasi / kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal di perkotaan sehingga menambah arus lalulintas. Arus
lalulintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya
kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan juga banyak terjadi pada arus mudik
dan arus balik hari raya Idul Fitri, kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan
cidera tulang atau fraktur (Kompas, 2008).
Kecelakaan menurut WHO (Word Health Organitation) juga menyebabkan
kematian ± 1,25 juta orang setiap tahunnya, salah satu dari penyebab kematian
adalah fraktur, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa
muda. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Peneliti dan Pengembangan Depkes RI tahun 2013 angka kejadian cidera
mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil tahun 2007. Di Indonesia terjadi
kasus fraktur yang disebabkan oleh cidera antara lain karena jatuh, kecelakaan
lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (58%) turun menjadi 40,9%, dari
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
(25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dan 14.125 trauma benda tajam atau tumpul
2
yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) turun menjadi 7,3%.
Menurut keterangan Ditlantas POLDA Jawa Timur merilis data kecelakaan di
Jawa Timur yang memprihatinkan, mencatat setidaknya hingga Agustus 2015
terdapat 13.477 peristiwa kecelakaan di lingkup Jawa Timur . Selanjutnya dari
peristiwa itu setidaknya 3.401 orang meninggal dunia, 1.019 orang luka berat,
17.229 luka ringan, dan sebagian besar berasal dari usia produktif antara 16-30
tahun. Korban luka berat mengalami luka yang sangat serius seperti cedera otak,
luka bakar, luka terbuka, hingga patah tulang. Masalah yang paling banyak pada
korban kecelakaan lalu lintas sehingga menyebabkan fraktur.
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas
struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur
terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari yang lebih besar dari
yang diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan
yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan karena
kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya juga
terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah.
(Brunner & Suddarth : 2013).
Kerusakan-kerusakan pada jaringan di atas menimbulkan beberapa
manifestasi klinis yang khas, salah satunya yaitu nyeri. Nyeri merupakan
fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan dan suatu tanda adanya
kerusakan jaringan dalam tubuh (Zakiyah,2015). Pengalaman nyeri yang
dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh persepsi nyeri dan ambang nyeri.
3
Persepsi nyeri merupakan kesadaran seseorang tentang nyeri yang menyangkut
proses pengindraan bilamana terdapat rangsangan untuk merasa sakit. Klien yang
mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Apabila tidak segera diatasi maka nyeri menyebabkan ketidakmampuan dan
imobilisasi pada individu untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri.
Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan
non farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai
tindakan penanganan fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit,
dan akupuntur. Dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi
fisik maupun perilaku kognitif . Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk
mengubah cara berfikir tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik
ketika mengalami nyeri. Terapi berfokus pada perubahan pikiran tentang penyakit
dan kemudian membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap
penyakitnya, terapi kognitif sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri, salah
satunya yautu teknik distraksi (Murwani, 2009).
Teknik distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan
perhatian klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi
negatif. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivitas
retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima input sensori yang
berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri
berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Salah satunya yaitu terapi humor.
Humor dapat mengalihkan susunan kimia internal seseorang dan membawa
pengaruh yang sangat besar terhadap sistem kekebalan tubuh seseorang, peredaran
4
darah, endokrin, dan juga sistem syaraf yang sangat berpengaruh positif terhadap
kesehatan fisik maupun psikologis. Terapi humor adalah tindakan untuk
menstimulasi seseorang untuk tertawa, tindakan ini mampu merangsang pelepasan
opiate endogenous yang disebut dengan endhorphin. Manfaat endhorphin adalah
menurunkan intensitas nyeri. Karena pengaruh dari terapi humor yang mampu
menstimulasi oelepasan endhorphin. Tertawa tidak hanya terkait dengan ekspresi
wajah, tetapi juga menyebabkan sejumlah perubahan kimia dalam darah. Derai
tawa yang baik membantu pengeluaran enzim dan hormon yang bermanfaat untuk
membantu fungsi normal berbagai organ tubuh. Hal ini disebabkan adanya
hubungan antara tertawa dan stimulasi otak dan kelenjar yang berbeda. Tertawa
meningkatkan tubuh melepaskan antihistamin alami, mengaktifkan T-sel yakni
antibiotik alami yang diproduksi dalam tubuh.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi
aktif klien, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat klien dalam
stimulasi. Oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu
indra saja. Pada kasus fraktur ini meliputi pemberian intervensi kognitif langsung
kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai contoh yaitu melatih klien untuk
melakukan terapi distraksi yaitu menonton film humor, sehingga nyeri yang
dialami klien berkurang (Timby, 2009).
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Adakah Pengaruh Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film
Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota
Madiun ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku distraksi menonton film humor
terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi intensitas nyeri pasien post operasi fraktur sebelum
dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film humor di RSUD Kota
Madiun.
2. Mengidentifikasi intensitas nyeri pasien post operasi fraktur sesudah
dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film humor di RSUD Kota
Madiun.
3. Menganalisis pengaruh pemberian terapi perilaku distraksi menonton
film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di
RSUD Kota Madiun.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang pemberian terapi perilaku
distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi
fraktur.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Pasien
Memberi informasi tentang pemberian terapi perilaku distraksi
menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi
fraktur
2. Manfaat Bagi Perawat di Ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota
Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan sumbangan
pemikiran serta bahan evaluasi untuk pemberian terapi perilaku
distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post
operasi fraktur .
3. Manfaat Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi data dasar yang dapat
digunakan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai
pemberian terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap
intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.
7
4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih
memahami teori dan aplikasi pemberian terapi perilaku distraksi
menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi
fraktur.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Terapi Distraksi
2.1.1 Definisi Terapi Distraksi
Teknik distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan
perhatian klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi
negatif. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa
aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima input
sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke
otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Peredaan nyeri secara
umum berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif klien, banyaknya
modalitas stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan
lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indra saja
(Kozier & Erb, 2009).
Jenis Teknik Distraksi dalam Zakiyah 2015 antara lain :
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi,menonton film humor, membaca
koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.
2) Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta
gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan
musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkonsentrasi pada
9
lirik dan irama lagu. Klien jug6a diperbolehkan untuk menggerakkan
tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
3) Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus dasar satu objek
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung
dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas
melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat
(dalam hati). Anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi pernafasan
dan terhadap gambar yang memberi ketengangan,lanjutkan tehnik ini
hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.
4) Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka teki silang, bermain kartu , melakukan
kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis
cerita.
2.2 Konsep Distraksi Visual
2.2.1 Definisi Distraksi Visual
Distraksi secara visual merupakan teknik pengalihan perhatian dengan
memanfaatkan indra penglihatan. Sebagai contohnya menikmati
pemandangan, menonton televisi, menonton film humor dan juga membaca
buku (Timby, 2009). Menonton film humor adalah salah satu terapi yang
mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan dan penyakit. Humor dapat
digunakan dalam upaya membina hubungan, humor dapat meredakan
10
ketegangan, menurunkan kecemasan, melepaskan kemarahan, memfasilitasi
belajar, atau mengatasi perasaan yang menyakitkan (Kozier,et al, 2009).
2.3 Konsep Terapi Humor
Saat ini, pemberian stimulasi humor untuk membuat orang lain
tertawa, tentunya sangat diperlukan apabila kita mengingat ada beberapa
orang di antara kita tidak dapat tertawa tanapa sebab yang pasti. Stimulasi
humor yang dimaksud dapat diberikan dalam bentuk berbagai media , seperti
VCD, badut, komik, sms lucu dan masih banyak lagi. Ada banyak tayangan
TV yang dapat memberikan stimulasi humor, seperti Empat Mata yang
didalangi oleh Tukul Arwana, Srimulat, Warkop DKI dan masih banyak lagi
film komedi lainnya. Terciptanya kreasi kritis untuk menggunakan media
humor sebagai bentuk terapi merupakan hal yang sangat beralasan. Sekarang
kita akan menggali kembali cerita terciptanya terapi humor modern. Berbagai
peneliti menunjukkan bahwa humor dapat digunakan untuk memfasilitasi
komunikasi dalam situasi sulit atau tegang. Individu yang memiliki kepekaan
terhadap humor mampu melakukan intropeksi terhadap perilakunya, dapat
berpandangan berbeda, tidak kaku, serta cenderung dalam menghadapi
masalahnya sehingga dapat melatih diri untuk mampu berpikir lebih fleksibel
(Safaria, 2012).
11
2.4 Fungsi Humor
Menurut Nielsen (Musbikin 2003 dalam Safaria 2012), fungsi
humor dibagi menjadi beberapa bagian, yakni sebagai berikut :
1) Fungsi Sosial, humor berfungsi sebagai salah satu cara dalam
meningkatkan keterampilan sosial. Humor mampu melancarkan
kemampuan sosialisasi, meningkatkan reaksi sosial yang positif sehingga
dapat menghindari reaksi negatif atau penolakan dari pihak lain. Sejalan
dengan hal tersebut, individu yang memiliki kemampuan dalam
mengekspresikan humor cenderung memiliki kemampuan dalam
mengekspresikan humor cenderung memiliki keterampilan sosial.
2) Fungsi Pendidikan, humor dan tertawa merupakan alat belajar yang
sangat penting. Selain itu, humor juga merupakan alat yang sangat
efektif untuk membawa seseorang agar mendengarkan pembicaraan, dan
dapat dijadikan sebagai alat persuasi yang baik.
3) Fungsi Fisiologis, humor dapat mengalihkan susunan kimia internal
seseorang dan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap sistem
kekebalan tubuh seseorang, peredaran darah, endokrin, dan juga sistem
syaraf yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik maupun
psikologis. Terapi humor adalah tindakan untuk menstimulasi seseorang
untuk tertawa, tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiate
endogenous yang disebut dengan endhorphin. Manfaat endhorphin
adalah menurunkan intensitas nyeri. Karena pengaruh dari terapi humor
yang mampu menstimulasi oelepasan endhorphin. Tertawa tidak hanya
12
terkait dengan ekspresi wajah, tetapi juga menyebabkan sejumlah
perubahan kimia dalam darah. Derai tawa yang baik membantu
pengeluaran enzim dan hormon yang bermanfaat untuk membantu fungsi
normal berbagai organ tubuh. Hal ini disebabkan adanya hubungan
antara tertawa dan stimulasi otak dan kelenjar yang berbeda. Tertawa
meningkatkan tubuh melepaskan antihistamin alami, mengaktifkan T-sel
yakni antibiotik alami yang diproduksi dalam tubuh.
2.5 Konsep Fraktur
2.5.1 Definisi Fraktur
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas
struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur
terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari yang lebih besar
dari yang diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung,
kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan
karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya
juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan
pembuluh darah. (Brunner & Suddarth : 2013).
Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.
Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, biasanya patahan lengkap
atau tulang bergeser (Louis, S, 2000 dalam Andra & Yessie 2013).
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umunya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat 2005).
13
2.5.2 Tipe Fraktur
Fraktur komplet adalah patah diseluruh penampang lintang tulang,
yang sering tergeser, sedangkan fraktur inkomplet juga disebut fraktur
greenstick. Patah terjadi hanya pada sebagian dari penampang lintang
tulang. Fraktur tertutup atau fraktur sederhana tidak menyebabkan robekan
di kulit. Fraktur terbuka atau fraktur campuran adalah patah dengan luka
pada kulit atau membrane mukosa meluas ke tulang yang fraktur. Fraktur
terbuka diberi peringkat sebagai berikut : derajat I : luka bersih sepanjang
kurang dari 1 cm ; derajat II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan
lunak yang luas ; derajat III : luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan
kerusakan jaringan lunak yang luas. Fraktur dapat juga dideskripsikan
menurut penempatan fragmen secara anatomik, terutama jika fraktur
tergeser atau tidak tergeser (Brunner & Suddarth : 2013).
2.5.3 Patofisiologi Fraktur
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik
yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan perdarahan, maka volume darah menurun. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovascular yang
14
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping
itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. Sylvia, 2006 : 1183
(dalam Andra & Yessie 2013).
2.5.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis fraktur mencakup nyeri akut, kehilangan
fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, dan edema lokal
serta ekimosis. Tidak semua manifestasi ini terdapat dalam setiap fraktur
(Brunner & Suddarth 2013)
a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
b) Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah bukannya tetap riged seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstermitas yang
bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas normal.
15
Ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
c) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas ada di bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5cm (1 sampai 2 inci)
d) Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya (Brunner & Suddarth 2005 dalam Andra &
Yessie 2013).
2.5.5 Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitas. Reduksi
fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan
reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk
mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung – ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi
dapat dilakukan untuk mendapatkan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan
16
bedah, fragmen tulang tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempeprtahankan frakmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang solid terjadi. Tahapan selanjutnya setelah
fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen
tulang dalam posisi dan kesejajaaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna.
Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin
dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi
interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulangm dapat
dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler,
latihan isometric, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam
memperbaiki kemandirian dan harga diri (Brunner & Suddarth 2005 dalam
Andra & Yessie 2013).
Menurut Price 2006 dalam Andra & Yessie 2013, prinsip penanganan
fraktur dikenal dengan empat R yaitu :
a) Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian
dan kemudian di rumah sakit
b) Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
aslinya.
17
c) Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang
untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur
dan di bawah fraktur.
d) Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur.
2.5.6 Penatalaksanaan Fraktur pada Tempat Spesifik
Pemulihan fungsi secara maksimal adalah tujuan penatalaksanaan.
1) Klavikula
Fraktur klavikula (tulang selangka) adalah cidera yang sering terjadi
akibat jatuh atau pukulan langsung ke bahu.
2) Leher humeral
Pada fraktur leher humeral (paling sering terlihat pada wanita lansia
setelah jatuh dengan kondisi lengan terulur), melakukan pengkajian
neurovascular pada ekstermitas yang terganggu untuk mengevaluasi
beratnya cedera dan kemungkinan adanya saraf dan pembuluh darah
lengan yang ikut terganggu.
3) Siku
Fraktur siku (humerus distal) dapat menyebabkan cedera pada saraf
median, radial, atau ulnar. Evaluasi pasien untuk mengetahui adanya
parastesia dan tanda-tanda penurunan sirkulasi di lengan bawah dan
tangan.
4) Pergelangan tangan
Fraktur pergelangan tangan (radius distal) biasanya terjadi akibat
terjatuh pada tangan dalam kondisi dorsifleksi terbuka. Kondisi ini
18
sering ditemui pada wanita lansia dengan osteoporosis tulang dan
jaringan lunak yang lemah yang tidak menyebarkan energi saat jatuh.
Tekankan langkah perawatan gips, atau pada fraktur yang lebih berat
dengan pemasangan kawat.
5) Tangan dan jari
Trauma tangan sering kali memerlukan tindakan bedah rekonstruksi
yang ekstensif. Sasaran terapi untuk mengembalikan fungsi tangan
secara maksimal. Pada fraktur yang tidak bergeser, jari tangan dibebat
selama 3 minggu sampai 4 minggu untuk meredakan nyeri dan
melindungi ujung jari dan trauma lebih lanjut, tetapi fraktur yang
bergeser dan fraktur terbuka mungkin memerlukan tindakan reduksi
terbuka dengan fiksasi internal dengan menggunakan kawat atau pin.
6) Pelvis atau Panggul
Fraktur panggul dapat disebabkan oleh jatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor atau cedera tabrakan. Minimal dua pertiga pasien ini
mengalami cedera berat.
7) Femur dan Pinggul
Fraktur batang femoral paling sering terjadi pada dewasa muda yang
mengalami tabrakan kendaraan bermotor atau jatuh dari tempat tinggi.
Sering kali, pasien ini menderita trauma multipel dan mengalami syok
akibat kehilangan 2 sampai 3 unit darah.
19
8) Tibia dan Fibula
Fraktur tibia dan fibula (fraktur paling sering terjadi di bawah lutut)
cenderung terjadi akibat pukulan langsung, jaatuh dengan posisi
tungkai fleksi, atau akibat gerakan memuntir yang keras.
9) Rusuk
Fraktur rusuk sering terjadi pada orang dewasa dan biasanya tidak
menyebabkan kerusakan fungsi tetapi menimbulkan nyeri saat
bernapas (Brunner & Suddarth 2013).
2.5.7 Manajemen Fisioterapi Fraktur
Manajemen fisioterapi pada kasus fraktur dapat dibagi menjadi dua
tahap yaitu, pada tahap immobilisasi dan pada tahap setelah pelepasan
fiksasi. Selama fase immobilisasi, tujuan intervensi fisioterapi adalah
sebagai berikut :
a) Mengurangi oedem. Hal ini sangat penting dilakukan secepat
mungkin untuk mencegah pembentukan adhesi. Hal ini juga dapat
membantu mengurangi rasa nyeri.
b) Membantu menjaga sirkulasi, latihan aktif antara aktifitas otot
statik atau isotonik akan membantu menjaga suplai darah yang baik
ke jaringan lunak dan membantu menurunkan pembengkakan dan
mencegah pembentukan adhesi.
c) Memelihara fungsi otot dengan kontraksi statis.
d) Memelihara jarak sendi yang memungkinkan.
20
e) Mengajarkan pasien bagaimana untuk menggunakan alat khusus.
Sedangkan pada fase setelah fiksasi dilepaskan, tujuan intervensi
fisioterapi adalah :
a) Untuk mengurangi pembengkakan. Bengkak tidak akan menjadi
masalah yang besar jika latihan dan aktivitas secara umum di
perhatikan selama periode immobilisasi. Akan tetapi dapat menjadi
sebuah masalah paada tungkai bawah jika otot-ototnya sangat
lemah karena menyebabkan vena tidak mempu memompa daraah
secara adekuat.
b) Untuk mendapatkan kembali jarak ferak sendi , sebelum mencoba
untuk mengembalikan jarak gerak sendi, harus menentukan
penyebabnya. Apakah disebabkan oleh edema, adhesi atau
kelemahan otot. Selain itu, jika terdapat gangguan pada permukaan
sendi hal ini memungkinkan menghalangi penurunan pada jarak
gerak sendi.
c) Untuk mendapatkan kembali kekuatan otot, bergantung pada
aktivitas maksimal dari pengguna otot di setiap gerakan-gerakan
utama dan juga gerakan pada beberapa otot antagonis dan fxator.
d) Untuk melatih kembali gerakan fungsional secara penuh,
seharusnya memungkinkan untuk mendapatkan kembali gerak
fungsional penuh tetapi jika tidak, physio harus mengembalikan
fungsi optimum, dan besarnya pengembalian fungsi penuh
21
bergantung pada komplikasi-komplikasi yang menghambat
pemulihan sepenuhmya.
Adapun modalitas fisioterapi fisioterapi yang dapat digunakan
dalam penanganan pasien fraktur antara lain :
Breathing exercise, merupakan latihan yang bertujuan untuk
memberikan latihan pernafasan, pada kasus ini untuk meningkatkan
volume paru pada pasca operasi, pmberian Breathing exercise dapat
memperlancar jalannya pernafasan dan membantu mempercepat
pengeluaran sisa sekret yang tertimbun dalam saluran pernafasan.
Latihan pernafasan ini dilakukan secara aktif. Breathing exercise secara
aktif yaitu ketika pasien sudah sadar. Latihan pernafasan ini juga dapat
digunakan untuk general relaksasi, mengurangi stress, dan ketegangan
setelah operasi.
Passive movement, adalah suatu latihan yang digunakan dengan
gerakan. Yang dihasilkan oleh tenaga atau kekuatan dari luar tanpa
adaanya kontraksi otot atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan
sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah
memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, mencegah pemendekan
otot, dan mencegah perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan
sampai batas nyeri pasien.
Active movement, merupakan gerak yang dilakukan oleh otot-otot
anggota tubuh itu sendiri. Gerak yang dalam mekanisme pengurangan
nyeri dapat terjadi secara reflek dan disadari. Gerak yang dilakukan
22
secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup
gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan menghasilkan penurunan
nyeri.
Static contraction,merupakan kontraksi otot tanpa disertai
perubahan panjang pendek otot. Static kontraksi dapat meningkatkan
“pumping action” yaitu suatu rangsangan yang menyebabkan dinding
kapiler yang terletak pada otot melebar sehingga sirkulasi darah lancar.
Hold relax, adalah suatu teeknik dimana otot yang memendek
dikontraksikan secara isometrik dengan kuat yang kemudian disusul
dengan relaksasi otot tersebut. Efek dari gerakan ini untuk rileksasi otot-
otot yang mengalami spasme sehingga dapat dilakukan penguluran yang
maksimal sehingga dapat menurunkan nyeri spasme.
Resisted movement, latihan ini merupakan latihan aktif dimana otot
bekerja melawan tahanan. Efek dari latihan ini dapat meningkatkan
tekanan otot, dimana latihan ini akan meningkatkan rekrutmen otot,
sehingga semakin banyak melibatkan komponen otot-otot.
Latihan gerak fungsional, ini bertujuan untuk mempersiapkan
aktifitas kesehariannya seperti duduk, berdiri, jalan sehingga penderita
mampu secara mandiri dapat melakukan perawatan diri sendiri.
Home program education, dalam hal ini pasien diberi pengertian
tentang kondisinya dan harus berusaha mencegah cidera ulang atau
komplikasi lebih lanjut dengan cara aktifitas sesuai kondisi yang telah
diajarkan oleh terapis. Disamping itu juga peran keluarga sangatlah
23
penting untuk membantu dan mengawasi segala aktifitas pasien di
lingkungan masyarakatnya (Maryani, 2008).
2.6 Konsep Nyeri
2.6.1 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan
dan suatu tanda adanya kerusakan jaringan dalam tubuh. Bisa juga diartikan
sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai suatu penderitaan
yang diakibatkan oleh persepsi yang nyata, ancaman, dan fantasi luka.
(Zakiyah, 2015).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tertentu yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Andarmoyo,
2013).
Tournaire & Theau-Yonneau (2007) mendefinisikan nyeri sebagai
pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional
yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh.
Pengalaman nyeri yang dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh
persepsi nyeri dan ambang nyeri. Persepsi nyeri merupakan kesadaran
seseorang tentang nyeri yang menyangkut proses pengindraan bilamana
terdapat rangsangan untuk merasa sakit. Ambang nyeri merupakan intensitas
terendah suatu rangsangan yang menyebabkan klien sadar bahwa ia merasa
sakit. Persepsi nyeri dan ambang nyeri berhubungan terbalik. Jika persepsi
24
seseorang tinggi, maka ambangnya rendah dan sebaliknya (Sherwood,
2011).
2.6.2 Fisiologi Nyeri
2.6.2.1 Reseptor nyeri
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi menerima
rangsang nyeri dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai
reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya berespons
pada stimulus yang kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermielin
dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep
somatic) dan pada daerah visceral. Oleh karena pembedahan letak nosiseptor
kutaneus berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri daerah ini biasanya mudah
dilokalisasi dan didefinisikan (Porth 2004 dalam Zakiyah 2015).
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen.
1) Serabut delta A
Serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi 6-30 m/detik
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang
apabila penyebab nyeri dihilangkan. Impuls yang dihasilkan oleh serabut
ini sifatnya tajam dan memberikan sensasi yang akut.
25
2) Serabut delta C
Serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan dengan kecepatan
transmisi 0,5-2 m/detik yang terdapat pada daerah yang lebih dalam,
nyeri biasanya lebih tumpul dan sulit dilokalisasi. Nyeri biasanya
pertama kali dirasakan sebagai sensasi tertusuk tajam yang singkat dan
mudah diketahui lokasinya, sensasi tersebut melibatkan serabut delta A
atau jalur cepat. Perasaan tersebut akan diikuti dengan sensasi yang
tumpul dan lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama disertai rasa
tidak nyaman, sensasi tersebut melibatkan serabut delta C sebagai jalur
lambat (Sherwood, 2011). Sebagai contoh, pada saat jari kita tertusuk,
sesuatu yang kita rasakan pertama kali adalah sensasi myeri yang tajam
kemudian diikuti dengan nyeri yang lebih difus (menyebar).
2.6.3 Mekanisme Nyeri
Suatu rangkaian proses elektrofisiologi terjadi antara kerusakan
jaringan sebagai sumber rangsang nyeri sampai dirasakan sebagai nyeri
yang secara kolektif disebut nosiseptif. Terdapat empat proses yang terjadi
pada suatu nosiseptif yaitu sebagai berikut :
1) Proses Transduksi
Merupakan proses di mana suatu stimuli nyeri diubah menjadi suatu
aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat
berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi
nyeri).
26
2) Proses Terminasi
Merupakan fase di mana stimulus dipindahkan dari saraf perifer
melalui medulla spinalis menuju otak.
3) Proses Modulasi
Proses dari mekanisme nyeri di mana terjadi interaksi antara system
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri
yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis.
4) Persepsi
Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari
proses transduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan suatu
perasaan subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri (Carol &
Taylor, 2011).
2.6.4 Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan lama atau waktu kejadian dalam Zakiyah
2015, nyeri dibagi menjadi :
1) Nyeri akut
Menurut Faderation of State Medical Boards of United States, nyeri
akut adalah respons fisiologis normal yang diramalkan terhadap
rangsangan kimiawi, panas, atau mekanik menyusul suatu
pembedahan, trauma, dan penyakit akut.
Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan
yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya,
terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
27
2) Nyeri kronis
The International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri kronis sebagai nyeri yang menetap melampaui waktu
penyembuhan normal yakni enam bulan. Nyeri kronis dibedakan
menjadi dua, yaitu : nyeri nonmaligna (nyeri kronis persisten dan nyeri
kronis intermitten) dan nyeri kronis maligna. Karakteristik
penyembuhan nyeri kronis tidak dapat diprediksi meskipun
penyebabnya kadang sulit ditentukan.
Nyeri kronis persisten merupakan perpaduan dari manifestasi fisik
dan psikologi sehingga nyeri ini idealnya diberikan intervensi fisik dan
psikologi. Pada umumnya nyeri ini diakibatkan oleh kesalahan
diagnosis, rehabilitasi yang tidak adekuat, siklus pemulihan, complex
regional pain syndrome, myofascial pain syndrome, dan depresi.
Nyeri kronis intermitten merupakan eksaserbasi dari kondisi nyeri
kronis. Nyeri ini terjadi pada periode yang spesifik. Contoh nyeri
kronis intermitten adalah migrain, nyeri abdomen yang dihubungkan
dengan kerusakan pencernaan dalam jangka waktu yang lama.
Nyeri kronis maligna biasanya disebabkan oleh kanker yang
pengobatannya tidak terkontrol atau disertai gangguan progresif
lainnya,nyeri ini dapat berlangsung terus menerus sampai kematian.
2.6.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi nyeri
Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri dalam Zakiyah
2015, antara lain:
28
a) Usia
Usia mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri.
Perbedaan perkembangan pada orang dewasa dan anak sangat
mempengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih
kecil mempunyai kesulitan dalam menginterprestasikan nyeri, anak
akan kesulitan mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan
nyeri pada orang tua atau petugas kesehatan.
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespons terhadap
nyeri.
c) Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada orang bahwa
memperlihatkan tanda-tanda kesakitan berarti memperlihatkan
kelemahan pribadinya, dalam hal itu maka sifat tenang dan
pengendalian diri merupakansifat yang terpuji. Pada beberapa
beberapa kebudayaan lain justru sebaliknya, memperlihatkan nyeri
merupakan salah satu hal yang alamiah.
d) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan nyeri,
sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian dihubungkan dengan
penurunan sensasi nyeri. Pengalihan perhatian dilakukan dengan cara
29
memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lalu
sehingga sensasi yang dialami klien dapat menurun.
e) Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Tiap
klien akan memberikan respons yang berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan suatu ancaman, kehilangan, hukuman, atau
suatu tantangan.
f) Ansietas
Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal yang
kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan sebaliknya,
nyeri juga dapat menyebabkan timbulnya ansietas bagi klien yang
mengalami nyeri.
g) Mekanisme koping
Gaya koping dapat mempengaruhi klien dalam mengatasi nyeri. Klien
yang mempunyai lokus kendali internal mempersepsikan diri mereka
sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan mereka serta hasil
akhir suatu peristiwa seperti nyeri, klien tersebut juga melaporkan
bahwa dirinya mengalami nyeri yang tidak terlalu berat.
h) Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan dapat
menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri, apabila
30
kelelahan disertai dengan masalah tidur maka sensasi nyeri terasa
bertambah berat.
i) Pengalaman sebelumnya
Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi
pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri, akan
tetapi pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa klien
tersebut akan dengan mudah menerima nyeri pada masa yang akan
datang, apabila klien sejak lama mengalami serangkaian episode nyeri
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas
atau rasa takut akan muncul.
j) Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien
dapat mempengaruhi respons terhadap nyeri. Klien yang mengalami
nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat
untuk mendapatkan dukungan , bantuan, atau perlindungan.
2.6.6 Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan nyeri adalah cara meringankan nyeri atau
mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima klien.
Secara umum, penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologis dan farmakologi.
2.6.6.1 Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk
memandang obat sebagai salah satunya metode untuk menghilangkan
31
nyeri. Namun begitu banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologis yang
membantu dalam menghilangkan nyeri.
Bentuk-bentuk penatalaksanaan nonfarmakologis meliputi ;
1) Pemberian kompres panas dan dingin
Kompres dingin dan panas dapat dijadikan salah satu strategi untuk
menurunkan nyeri yang efektif pada beberapa kondisi, terapi kompres
dingin dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri
dalam reseptor yang sama seperti pada cedera. Area pemberian
kompres panas dan dingin dapat menimbulkan respons sistemik dan
respon lokal. Stimulasi ini mngirimkan impuls-impuls dari perifer ke
hipotalamus yang kemudian menjadi sensasi temperature tubuh secara
normal (Potter dan Perry, 2005 dalam Zakiyah,2015).
2) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah salah satu
alat yang digunakan untuk menurunkan nyeri dengan menggunakan
gelombang bifasik melalui elektroda pada kulit, umumnya berupa
stimulator mesin kecilyang dioperasikan dengan baterai dengan arus
keluaraan 0-50 mA. Frekuensi bervariasi dari 2 Hz sampai 300 Hz,
frekuensi rendah digunakan untuk nyeri kronis dan sedikit lebih tinggi
(80-120 Hz) untuk nyeri akut.
3) Masase
Masase adalah melakukan tekanan dengan menggunakan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligametum tanpa
32
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi yang ditunjukkan
untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan memperbaiki
sirkulasi.
4) Acupressure
Acupressure merupakan salah satu cara pengobatan tradisional
Tiongkok yang sudah lama dikenal keberadaanya. Di Barat, cara
pengobatan yang sama dengan acupressure adalah penekanan-
penekanan pada titik pengaktif (trigger point), di mana dalam hal nyeri
titik pengaktif adalah sama dengan titik akupuntur. menurut beberapa
peneliti, acupressure ternyata mempunyai hasil yang cukup signifikan
dan dalam perkembangannya selama ribuan tahun, acupressure
mempunyai banyak ragam dalam hal teknik dan metode, kemudian
berkembang menjadi poiting therapy.
5) Distraksi
Merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian
klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi
negative. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarakan teori
bahwa aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang
menerima impuls sensori yang berlebihan maka dapat menyebabkan
terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak
dirasakan oleh klien).
33
6) Relaksasi
Relaksasi adalah metode yang dapat digunakan untuk menurunkan
kecemasan dan ketegangan otot. Klien dapat menggunakan imajinasi
aatau membayangkan sesuatu untuk menurunkan nyeri. Imajinasi
merupakan strategi yang menggunakan gambaran mental
(perumpamaan) untuk membantu relaksasi.
7) Hipnotis
Menurut Brendan (2011), hipnotis dapat membuat kondisi yang sangat
santai, konsentrasi batin dan perhatian terfokus pada diri pasien.
Hipnotis juga dapat disesuaikan dengan metode pengobatan yang
berbeda, seperti terapi kognitif perilaku.
2.6.6.2 Penatalaksanaan nyeri farmakologi
Semua obat yang mempunyai efek analgesic biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri. Hal tersebut dimungkinkan karena nyeri akan mereda
atau hilang seiring dengan laju penyembuhan jaringan yang rusak atau
sakit. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan
opiat (narkotik), nonopiat/obat anti inflamasi non steroid (AINS), obat-
obatan adjuvant atau ko-analgesik. Berdasarkan aksinya, obat-obatan
analgesik dibagi menjadi dua golongan analgesik nonopioid dan analgesik
opioid. Kedua jenis analgesik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target
aksinya.
Obat-obatan dalam kelompok analgesik non-opioid ini memiliki
target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase. Enzim ini berperan
34
dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Efek
samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, serta reaksi
alergi di kulit.
Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka
lama dan dosis besar (Ikawati, 2010). Obat-obat analgesik non-opioid
diantaranya Salisilat, turunan p-aminofenol, indoles dan komponen terkait,
fenamat, derivat asam arilpropionik, derivat pirazolon, devirat oxicam,
devirat asam asetat, dan agen miscellaneous. Sedangkan analgesik opioid
merupakan golongan obat pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif
untuk mengatasi nyeri yang hebat. Mempunyai daya penghalang nyeri
yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan saraf pusat
(SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan
nyaman (Zakiyah, 2015).
2.6.7 Metode pengukuran intensitas nyeri
2.6.7.1 Skala deskriptif dalam Zakiyah 2015 :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Nyeri
Keterangan :
0 : Tidak nyeri 4-6 : Nyeri sedang
1-3 : Nyeri ringan 7-10 : Nyeri berat
35
Skala numerik (Numeric Rating Scale / NRS ), skala ini digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. ( Perry & Potter
2007)
2.6.7.2 Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) adalah suatu garis lurus atau horizontal
sepanjang 10 cm, yang memiliki intensitas nyeri yang terus-menerus dan
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.
2.6.7.3 Wong Baker Face Pain Scale
Laporan nyeri pada anak biasanya dimungkinkan pada usia 4
tahun, tetapi hal tersebut juga tergantung pada kematangan kognitif dan
emosional anak. Pada usia 4-5 tahun, anak-anak dapat membedakan
“lebih, kurang, atau sama”, sehingga dapat menggunakan Wong-Baker
Faces Pain Rating Scale jika dijelaskan dengan tepat dan merupakan skala
yang relative sederhana dengan sejumlah pilihan (Wilson, 2009).
36
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan : Diteliti
Tidak diteliti
Berpengaruh
Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Terapi Perilaku Distraksi Menonton
Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi
Fraktur.
3.2 Hipotesis
Ha : Ada Pengaruh Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor
Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang
Anggrek Dan Seruni RSUD Kota Madiun.
Fraktur Nyeri
Nyeri post operasi berkurang /
teratasi
Terapi Nonfarmakologi
Distraksi Visual :
Menonton film humor
Membaca Koran
Melihat
pemandangan
Melihat
pertandingan
37
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode Pra-Eksperimental dengan pendekatan One Group Pra-Post Test
Design.Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi
(Nursalam, 2013).
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian
Subyek Pra-Tes Perlakuan Post-Tes
S O1 X O2
Keterangan :
S : Subyek
O1 : Observasi intervensi nyeri post operasi fraktur sebelum dilakukan
terapi distraksi menonton film humor
X : Intervensi (terapi distraksi menonton film humor)
O2 : Observasi intensitas nyeri post operasi fraktur setelah dilakukan terapi
distraksi menonton film humor
38
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel
(Mardalis, 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur post
operasi yang ada di ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota Madiun yang
berjumlah 28orang rata-rata dalam satu bulan.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian (Mardalis, 2010).
Besar sampel dalam peneltian ini dengan menggunakan rumus Gay dalam
Fathnur (2016).jumlah sampel untuk penelitian eksperimental minimal 15
sampel sehingga rumus perhitungan sampel untuk penelitian ini adalah :
( t - 1 ) ( r-1 ) > 15
( 1 – 1 ) ( r – 1 ) > 15
0 ( r – 1 ) > 15
r = 15 + 1
r = 16
Jadi, besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yang dirawat di
Ruang Anggrekdan SeruniRSUD Kota Madiun yang sesuai dengan kriteria
inklusi.
Keterangan :
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi
39
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol
ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti kriteria sampel
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).
a. Kriteria inkusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil atau dijadikan sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien post operasi fraktur yang dirawat diruang Anggrek RSUD Kota
Madiun hari ke 1 - 7
2. Pasien yang bersedia diberi terapi distraksi menonton film humor
3. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat.
b. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inkusi dari penelitian karena beberapa alasan
(Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan
2. Pasien yang tidak kooperatif
4.3 Teknik Sampling
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan
metode accidental yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan
ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.(Notoatmodjo,
2012).
40
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007).
dan Seruni
Gambar 4.1. Kerangka Kerja Penelitian
Populasi :
Semua pasien post operasi fraktur yang dirawat di ruang Anggrekdan Seruni RSUD Kota
Madiun yang berjumlah 28orang
Sampel :
Sebagian pasien post operasi fraktur yang dirawat diruangAnggrek dan Seruni RSUD
Kota Madiun dengan jumlah 16 orang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
Sampling :accidental
Pengumpulan data :
Numeric Rating Scale (NRS)
- Intensitas nyeri sebelum
diterapi
- Intensitas nyeri setelah
diterapi
Pengolahan dan analisis data :
Editing, Coding, Scoring dan Tabulating.
Uji Statistik paired t-test
Hasil dan kesimpulan
Variabel Variabel bebas
Terapi menonton film
humor
Variabel terikat
Intensitas nyeri pada pasien post
operasi fraktur
41
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara menetukan
variabel-variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel independen,
dependen, moderator, kontrol dan interving (Hidayat, 2007). Variabel penelitian
ini yaitu :
1) Variable independent (variabel bebas)
Variable independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (Sugiyono,
2011).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi distraksi menonton film
humor.
2) Variable dependent (variabel terikat)
Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variable independent (Sugiyono, 2011). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).
42
Tabel 4.2. Definisi operasional variabel
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur
Skala
Data Skor
Variabel
bebas :
Teknik
distraksi
menonton
film
humor
Teknik
pengalihan
perhatian yang
memanfaatkan
sense pada
humor
seseorang
sehingga bisa
merubah
pikiran,
perasaan dan
perilaku
melalui sebuah
film humor
Memberi terapi
menonton film
humor kepada
pasien post
operasi fraktur :
1. Jenis film yang
di tonton yaitu
Warkop DKI
Reborn atau
Mr.Bean.
2. Durasi
pemberian terapi
menonton film
humor ±10 menit
3. Dilakukan 1
jam sebelum
minum obat
1.SOP
2. Laptop
3. DVD film
humor
_ _
Variabel
terikat :
Nyeri
pada
pasien
post
operasi
fraktur
Nyeri
merupakan
rasa tidak
nyaman yang
dirasakan oleh
pasien post
operasi fraktur
.
Memberikan
Numeric Rating
Scale
(NRS)kepada
pasien post
operasi fraktur.
Menggunakan
Numeric
Rating
Scale(NRS)
rentang 0-10
Interval SkorNyeri
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
43
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar instrument
dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) oleh Dharma 2011 dengan
hasil validitas 0,86 , yang digunakan sebagai alat pengukur intensitas nyeri atau
tingkat nyeri dengan rentang nilai 0 (nol) tidak nyeri, 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri
sedang), dan 7-10 (nyeri hebat), selain dengan alat ukur Numeric Rating Scale
(NRS), pemberian terapi menonton film humor diberikan selama 15-30 menit.
4.7 Lokasi dan Waktu
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota
Madiun.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juli 2016,
untuk proses pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan
Juli 2016.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013).
44
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Madiun.
2. Mengurus ijin penelitian kepada RSUD Kota Madiun.
3. Meminta ijin kepada kepala ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota
Madiun untuk melakukan penelitian.
4. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, tujuan dan
manfaat penelitian kepada calon responden dan keluarga calon responden,
bila bersedia menjadi responden maka keluarga calon responden
dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.
5. Mengukur intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur sebelum
dilakukan terapi menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
6. Memberikan terapi distraksi menonton film humor kepada responden
selama ±10 menit.
7. Mengukur intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur setelah
dilakukan terapi menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
8. Mengumpulkan Numeric Rating Scale (NRS) yang telah diisi oleh
responden dan memeriksa kelengkapannya.
9. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.
45
4.9 Pengolahan Data dan Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini melalui tahap-tahap antara lain :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007).Pada penelitian ini, data yang
diperoleh diteliti kembali dengan maksud untuk mengetahui kelengkapan
data yang diberikan. Setiap data yang terkumpul dilakukan pengecekan
apakah semua data telah lengkap, jika belum lengkap akan dicari
selengkapnya.
b. Coding
Peneliti melaukan penyusunan secara sistematis data mentah ke
dalam bentuk yang sudah dibaca untuk pengolahan data.Peneliti membuat
kode untuk hasil penelitian yang didapat.Coding merupakan kegiatan
pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori. Pada variable independen yaitu tingkat nyeri peneliti
menggunakan kode jawaban berupa:
Tidak nyeri = 1
Nyeri ringan = 2
Nyeri sedang = 3
Nyeri berat = 4
46
c. Scoring
Scoring (pemberian skor) adalah suatu kegiatan untuk memberikan
skor sesuai jawaban yang dipilih oleh responden.Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga
mempermudah perhitungan.
a) Pemberian skor untuk intensitas nyeri atau tingkat nyeri dengan
menggunakan Numeric Rating Scale:
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-10 : nyeri berat
d. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2010).
4.9.2 Analisis Data
Analisa data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan (Sugiyono, 2011).
47
Analisa data dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk
menganalisis teknik distraksi menonton film humor terhadap intensitas
nyeri pasien dengan post operasi fraktur. Penyajiannya dalam bentuk
distribusi dan prosentase dari setiap variabel (Notoatmodjo,
2012).Semua karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu : usia
dan jenis kelamin berbentuk kategorik yang di analisis menggunakan
analisa proporsi dan dituangkan dalam table distribusi frekuensi.
Data yang akan dianalisa dengan menggunakan rumus
prosentase sebagai berikut :
P = ∑𝐹
𝑁𝑥 100 %
Keterangan :
P : Prosentase
N : Jumlah Populasi
F : Frekuensi Jawaban
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga ada hubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo
2005). Analisa bivariat ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh
terapi distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien
post operasi fraktur. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini
48
menggunakan data interval, data yang diperoleh adalah data pre test
dan post test serta dianalisis menggunakan uji peired t test
menggunakan SPSS 16.0 dengan nilai kesalahan α 0,05.
Digunakan uji paired t test ini apabila sampel yang digunakan
saling berhubungan, artinya satu sampel akan menghasilkan dua
data.rancangan ini palinng umum dikenal dengan rancangan pre-post,
artinyamembandingkan rata-rata nilai pre test dan post test dari satu
sampel ( Riwidikdo, 2013)
Uji paired t test termasuk uji parametik yang salah satunya
data harus berdistribusi normal, uji normalitas adalah uji untuk
mengukur apakah data yang kita miliki berdistribusi normal sehingga
dapat dipakai statistik parametrik yaitu uji paired t test, jika data tidak
valid untuk digunakan, sehingga disarankan untuk menggunakan uji
non parametrik data yang berpasangan ( wilcoxon). Uji normalitas ini
dapat dilihat dengan uji kolmogrov-Smirnov, dimana jika sig > 0,05
maka distribusi normal, jika sig <0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.
4.10 Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun, manusia
tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang
berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia lain sebagai
objek penelitian juga tidak terlepas dari etika sopan santun. Dalam hubungannya
antar kedua belah pihak, masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya.
49
Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan
penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin penelitian yang
dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian
(Nugroho, 2012).
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk
tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek.Peneliti seyogyanya cukup menggunakan coding
sebagai penggati identitas responden (Nugroho, 2012).
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua
subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa
membedakan gender, agama, dan sebagainya (Nugroho, 2012).
3. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
50
subjek.Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau
paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek
penelitian (Nugroho, 2012).
51
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Terapi
Perilaku Distraksi Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien
Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota Madiun” pada tanggal 16 Juni – 25 juni
2016 dengan jumlah sampel dari penelitian ini sejumlah 16 responden yang
dipilih sesuai dengan kriteria inklusi.Hasil penelitian meliputi tingkat nyeri
sebelum diberikan terapi menonton film humor dan sesudah diberikan terapi
menonton film humor. Kemudian data ini diuji dengan menggunakan Uji
Statistik paired t-testuntuk mengetahui pengaruh pemberian terapi menonton
film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik
Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No.12b Madiun.
Kelurahan Sogaten, Mangunharjo, Madiun. RSU milik Pemerintah Kota ini
mempunyai luas tanah 45.000 m² dengan luas bangunan 10.966,74 m². Di RSUD
Kota Madiun terdapat 217 tempat tidur yang terdiri dari : 14 tempat tidur kamar
VIP, 36 tempat tidur kamar kelas I, 32 tempat tidur kamar kelas II, 85 tempat tidur
kamar kelas III, 6 tempat tidur kamar ICU, 10 tempat tidur kamar HCU, 16 tempat
tidur di IGD, 11 tempat tidur kamar bersalin, 5 tempat tidur ruang operasi, 2
tempat tidur ruang isolasi. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di RSUD
Kota Madiun antara lain : 71 perawat, 26 bidan, dan 33 dokter. Dalam penelitian
52
ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun
memiliki 2 ruang kelas 1, 1 ruang kelas 2, Ruang obsevarsi dengan 8 tempat
tidur, ruang rawat gabung 10 tempat tidur, terdapat tempat untuk memandikan
bayi, serta ruang tindakan. Ruang nifas terdiri 10 bidan dan 1 dokter.
RSUD Kota Madiun memiliki visi dan misi dalam melakukan pelayanan
terhadap masyarakat. Visi RSUD Kota Madiun yaitu mewujudkan fasilitas
kesehatan masyarakat yang terjangkau. Misi RSUD Kota Madiun yaitu
meningkatkan SDM yang berkualitas.Data penelitian yang diperoleh seluruhnya
merupakan data primer yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang di isi oleh
responden.
5.2 Data Umum
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RSUD Kota Madiun
tahun 2017
Variabel Mean Median Mode Min-
Max
SD CI-95%
Usia
(Tahun)
29,00 27,50 26 23-38 4,604 26,55 – 31,45
Sumber:Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden
adalah 29,00 tahun dengan nilai tengah usia responden adalah 27,50 tahun. Usia
responden paling banyak adalah 26 tahun, usia responden termuda adalah 23
tahun dan usia tertua 38 tahun dengan standart deviasi sebesar 4,604 tahun. Dari
hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia
responden berada diantara 26,55sampai dengan 31,45 tahun.
53
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamindi RSUD Kota
Madiun tahun 2017
Sumber : DataPrimer, 2017
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa responden yang
mengalami fraktur sebagian besar adalah berjenis kelamin wanita sebanyak 10
responden (62,5%) dan selebihnya berjenis kelamin pria sebanyak 6 responden
(37,5%).
5.2.3 Uji Normalitas Data
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber : Hasil Olah Data dengan SPSS, 2017
Sebelum melakukan analisis data menggunakan uji Paired T Test, terlebih
dahulu peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan uji kolmogorov
smirnov. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menggunakan uji
Paired T Test. Berdasarkan hasil normalitas data pada tabel 5.3 diatas, didapatkan
hasil nilai signifikasi output spss intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Pria 6 37,5%
2 Wanita 10 62,5%
Total 16 100%
Kolmogorov
Smirnov Test
Asymp.Sig. (2-tailed)
Intensitas nyeri sebelum
dilakukan terapi
Intensitas nyeri sesudah
dilakukan terapi
0,252
0,316
54
distraksi menonton film humoradalah 0,252 dan intensitas nyeri sesudah diberikan
terapi perilaku distraksi menonton film humoradalah 0,316. Sehingga apabila
diambil keputusan dengan nilai intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku
distraksi menonton film humoryaitu 0,252 > 0,05 dan nilai intensitas nyeri
sesudah diberikan terapi perilaku distraksi menonton film humoryaitu 0,316> 0,05
maka dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
55
5.3 Data Khusus
5.3.1. IntensitasNyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku DistraksiMenonton
Film Humor di RSUD Kota Madiun
Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan
Terapi Perilaku DistraksiMenonton Film Humor di RSUD Kota
Madiun tahun 2017
Intensitas
nyeri
sebelum
terapi
perilaku
distraksi
menonton
film humor
Mean Median Modus Min –
Max
SD CI-95%
6,69
7,00
7
5-8
0,946
6,18 -7,19
Sumber : Data Primer, 2017
Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai intensitas nyeri sebelum
diberikan terapi menonton film humor. Hasil penelitian terhadap 16 responden di
RSUD Kota Madiunpada tabel 5.4 dijelaskan bahwa rata - rata intensitas nyeri
sebelum diberikanterapi perilaku distraksimenonton film humor adalah 6,69
dengan nilai tengah yaitu sebesar 7,00. Intensitas nyeri sebelum diberikan terapi
perilaku distraksimenonton film humor paling banyak adalah 6,69 dengan
intensitas nyeri terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8. Sedangkan standart
deviasinya sebesar 0,856. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa95% diyakini rata - rata intensitas nyeri sebelum dilakukan terapiperilaku
distraksi menonton film humor berada diantara nilai 3,79sampai dengan 4,71.
56
5.3.2 IntensitasNyeri Sesudah Diberikan Terapi Perilaku Distraksi Menonton
Film Humor di RSUD Kota Madiun
Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Intensitas Nyeri Sesudah Diberikan
Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor di RSUD Kota
Madiun tahun 2017.
Intensitas
nyeri
sesudah
terapi
menonton
film humor
Mean Median Modus Min –
Max
SD CI-95%
4,25
4,00
4
3 - 6
0,856
3,79-4,71
Sumber : Data primer ,2017
Berdasarkan tabel 5.5diatas dapat diketahui bahwa rata – rata intensitas
nyeri sesudah diberikan terapiperilaku distraksimenonton film humor adalah 4,25,
dengan nilai tengah intensitas nyeri adalah 4,00. Intensitas nyeri sesudah
dilakukan terapi perilaku distraksimenonton film humor paling banyak adalah 4,
dengan intensitas terendah 3 dan tertinggi 6.Sedangkan standart deviasinya
sebesar 0,856.Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku distraksimenonton film
humor berada di antaraintensitas 3,79 sampai dengan 4,71.
5.3.3. Pengaruh Pemberian Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor
terhadap intensitasnyeri pasien post operasi fraktur di RSUD kota Madiun
Tabel 5.6 Analisa pengaruh pemberianterapi perilaku distraksi menonton film
humor terhadap intensitas nyeri pasienpost operasi fraktur di RSUD
Kota Madiun tahun 2017
Intensitas
nyeri
sebelum
terapi
perilaku
distraksi
menonton
film humor
Mean Median Modus Min –
Max
SD CI-95%
6,69
7,00
7
5-8
0,946
6,18 -7,19
57
Intensitas
nyeri
sesudah
terapi
menonton
film humor
Mean
4,25
Median
4,00
Modus
4
Min –
Max
3-6
SD
0,856
CI-95%
3,79-4,71
n Mean SD CI-95% p – Value
Beda
pengaruh
sebelum dan
sesudah
intervensi
16
2,438
0,814
2,004 – 2,871
0.000
Sumber :Hasil olah data dengan SPSS, 2017
Berdasarkan tabel 5.6 dijelaskan bahwa perbedaan rata - rata intensitas
nyeri sebelum dan sesudah terapi perilaku distraksi menonton film humor pada 16
responden adalah 2,438 dengan nilai standart deviasi sebesar 0,814. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata - rata perbedaan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi perilaku distraksi menonton film
humor berada diantara intensitas 2,004 sampai dengan 2,871 dengan p - value
sama dengan 0,000.
Hasil uji Paired T Test didapatkan p = 0,000 < α = 0,05 berarti H0 ditolak
dan H1 diterima artinya ada perbedaan antar variabel. Hasil ini berarti ada
pengaruh terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri
pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun
58
5.4 Pembahasan
5.4.1 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi
Menonton Film Humor Pada Pasien PostOperasi FrakturDi RSUD
Kota Madiun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri sebelum dilakukan
terapi perilaku distraksi menonton film humor pada 16 pasien postoperasifraktur
didapatkan rata-rata intensitas nyeri sebesar 6,69 yang termasuk kedalam kategori
nyeri sedang.Dari data yang diperoleh, sebagian besar responden mengalami nyeri
berat (skala 7-10) yaitu berjumlah 10 responden.6 responden lainnya mengalami
nyeri sedang (skala 4-6) dan tidak ada responden yang mengalami nyeri
ringan.Hal ini menunjukkan bahwa responden mengalami nyeridengan intensitas
yang berbeda mulai dari nyeri sedang sampai dengan nyeri berat.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden diketahui bahwa laki –
laki lebih mampu untuk menahan nyeri daripada wanita .Faktor jenis kelamin ini
dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi nyeri adalah
bahwasannya laki – laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Untuk contoh laki – laki tidak pantas
untuk mengeluh nyeri, beda dengan wanita tidak bisa menahan nyeri (Knale,
2011).
Berdasarakan teori fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet
pada kontinuitas struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan
keluasannya.Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari
yang lebih besar dari yang diserapnya.Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman
langsung, kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau
bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur
59
disekitarnya juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke
otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan
pembuluh darah (Brunner & Suddarth, 2013).Kerusakan-kerusakan pada jaringan
di atas menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang khas, salah satunya yaitu
nyeri (Zakiyah,2015).
Mubarak (2007)mendefinisikan nyeri sebagai perasaan tidak nyaman, baik
ringan maupun berat. Menurut Aziz (2009), nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subyektif dan perasaan nyeri
pada setiap orang berbeda-beda dalam hal skala ataupun tingkatannya. Hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya.Brunner & Suddarth (2012) mengemukakan nyeri merupakan apapun
yang menyakitkan tubuh individu yang mengalaminya dan kapanpun individu
menyatakannya adalah nyata (Solehati dan Kosasih, 2015).Tingkat nyeri yang
dirasakan oleh responden dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Perry and
Potter (2006) menyatakan bahwa beberapa faktor mempengaruhi nyeri antara lain
adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas,
keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga dan
social.
Pengalaman nyeri operasi sebelumnya terkadang meningkatkan stress pada
periode post operasi, karena pasien akan bertanya-tanya tentang keefektifan
prosedur terhadap perbaikan sakitnya. Selain itu pendapat dari Potter dan Perry
(2006) menyatakan setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, apabila
60
seseorang belum merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi pertama nyeri dapat
menggangu koping terhadap nyeri.
Dari uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa dalam skala atau
tingkatannya, perasaan nyeri yang dirasakan oleh setiap orang berbeda-
beda.Hanya orang tersebutlah yang dapat menunjukkan skala atau tingkat nyeri
yang dialaminya.Nyeri yang dirasakan oleh responden yang mengalami fraktur
dapat terjadi karena hantaman langsung, gerakan memuntir yang mendadak, atau
bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem.Hal ini menyebabkan kerusakan
jaringan sehingga kontinuitas jaringan tulang terputus dan akhirnya terjadi nyeri.
5.4.2 Intensitas Nyeri Sesudah Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film
HumorTerhadap Intensitas Nyeri Pasien PostOperasi frakturDi RSUD
Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 16 responden di RSUD Kota Madiun
didapatkan rata-rata intensitas nyeri sesudah diberikan terapi perilaku distraksi
menonton film humor adalah 4,25 yang termasuk kedalam kategori nyeri sedang
dengan intensitas terendah 3 dan intensitas tertinggi 6. Responden yang
mengalami nyeri sesudah dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film
humor selama 10 menit intensitas nyeri semua responden mengalami penurunan.
Hal ini sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknik
distraksi untuk mengurangi nyeri.Responden mengatakan sesudah diberikan terapi
nyeri yang dirasakan dapat berkurang. Secara teori, teknik distraksi merupakan
strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien ke stimulus yang lain
daripada terhadap rasa nyeri dan emosi negatif. Teknik distraksi mengakibatkan
aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input
61
sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak
(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Peredaan nyeri secara umum
berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif klien, banyaknya modalitas
stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indra saja (Kozier & Erb,
2009).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa terapi perilaku distraksi
merupakan salah satu teknik distraksi yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri utamanya nyeri pada pasien post operasi fraktur. Pada penelitian ini
sebagian besar skala nyeriresponden sesudah dilakukan terapi perilaku distraksi
mengalami perubahan yaitu berupa penurunan.Hal ini dapat terjadi karena melalui
teknik distraksi berupa menonton film humor membuat responden menjadi lebih
rileks sehingga persepsi terhadap nyeri yang dirasakanpun berkurang.
5.4.3 Pengaruh Pemberian Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film
Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di
RSUD Kota Madiun
Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri pada
pasien post operasi fraktursebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku distraksi
menonton film humor. Dari hasil analisis data yang diperoleh terbukti bahwa
terapi perilaku distraksi menonton film humor yang telah dilakukan oleh peneliti
pada 16 responden pasien post operasi fraktur dapat menurunkan intensitas nyeri.
Pada awal diberikan terapi menonton film humor rata-rata intensitas nyeri adalah
sebesar 6,69 (mengalami nyeri berat). Setelah pemberian terapi menonton film
humor dan diobservasi selama 10 menit, ternyata rata-rata intensitas nyeri mampu
62
menurun menjadi 4,25 (mengalami nyeri sedang) dan terdapat beda rata-rata
sebelum dan sesudah intervensi sebesar 2,438. Berdasarkan hasil uji Paired
Sampel t Test pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan 0,05 diperoleh sig
(0,000) < 0,05. Kesimpulan dari uji Paired Sampel t Test adalah terdapat
pengaruh yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian terapi perilaku distraksi menonton film humor pada pasien post operasi
fraktur. Hal ini berarti ada pengaruh antara pemberian terapi perilaku distraksi
menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.
Hal ini dapat terjadi karena humor dapat mengalihkan susunan kimia
internal seseorang dan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap sistem
kekebalan tubuh seseorang, peredaran darah, endokrin, dan juga sistem syaraf
yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik maupun psikologis.
Terapi humor adalah tindakan untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa,
tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiate endogenous yang disebut
dengan endhorphin. Manfaat endhorphin adalah menurunkan intensitas nyeri
(Musbikin 2003 dalam Safaria 2012).
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi
aktif klien, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat klien dalam
stimulasi. Oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu
indra saja. Pada kasus fraktur ini meliputi pemberian intervensi kognitif langsung
kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai contoh yaitu melatih klien untuk
63
melakukan terapi distraksi yaitu menonton film humor, sehingga nyeri yang
dialami klien berkurang.
Terapi menonton film humor adalah tindakan untuk menstimulasi
seseorang untuk tertawa, tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiate
endogenous yang disebut dengan endhorphin. Manfaat endhorphin adalah
menurunkan intensitas nyeri.Karena pengaruh dari terapi humor yang mampu
menstimulasi pelepasah endhorphin.Tertawa tidak hanya terkait dengan ekspresi
wajah, tetapi juga menyebabkan sejumlah perubahan kimia dalam darah.
Penelitian ini senada dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Fadlani (2014) tentang terapi perilaku distraksi terhadap intensitas nyeri pasien
dengan fraktur femur yang terpasang traksi.Penelitian ini menggunakan desain
Eksperimental dan dilakukan pada 20 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi perilaku distraksi dengan hasil p-value = 0.005, maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan intensitas nyerifraktur
setelahdiberikanterapi perilaku distraksi. Hal ini berarti terapi perilaku distraksi
efektif dalammenurunkan nyeri fraktur.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan konsep teoritis
dan hasil penelitian terkait yang ada dapat didefinisikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film humor
terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur. Sehingga terapi perilaku
distraksi dapat diterapkan sebagai salah satu alternatifuntuk membantu
menurunkan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur.
64
5.5. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak
kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum
optimal atau bisa dikatakan belum sempurna, yaitu antara lain:
1) Responden tidak selalu tertarik dengan film humor sehingga dapat
mempengaruhi hasil.
2) Peneliti tidak mengukur intensitas nyeri menggunakan NRS saat
responden menonton film humor.
3) Peneliti melakukan penelitian di bangsal sehingga responden tidak
berfokus pada film humor karena di bangsal banyak responden lainnya.
65
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
pembahasan yang terpapar di bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1) Intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku distraksi menonton film
humor pada responden post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun rata-rata
adalah nyeri berat.
2) Intensitas nyeri sesudah diberikan terapi perilaku distraksi menonton film
humor pada responden post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun rata-rata
adalah nyeri sedang.
3) Ada penurunan signifikan intensitas nyeri sesudah diberikan terapi perilaku
distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi
fraktur di RSUD Kota Madiun.dengan rata-rata perubahan 2,312. Dengan nilai
p = 0,000 < α = 0,05, berarti hal ini pula ada pengaruh terapi perilaku
distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pada pasien post
operasi fraktur.
66
6.2. Saran
1) Bagi RSUD Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penggunaan
terapi menonton film humor dapat dilanjutkan / dipertahankan pada pasien
post operasi fraktur.
2) Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan Skripsi ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi akan
melakukan penelitian selanjutnya, sehingga mahasiswa akan mampu
mengetahui mengenai pembelajaran pemberian terapi menonton film humor
terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dan
pembanding untuk penelitian selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yang
berhubungan dengan terapi menonton film humor dalam menurunkan tingkat
nyeri.
67
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S . 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz.
Yogjakarta.http//digilib.stikeskusumahusada.ac.id gdl/php di unduhpada 6
Maret 2017 pukul 10.00 WIB
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta.
Brunner &Suddarth. 2005. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Brunner &Suddarth. 2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.
Jakarta : EGC.
Carol R & Taylor. 2011.Fundamentals of Nursing. Edisi ke-7. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
H, M. Mohammad. 2016. Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Tingkat Nyeri Pasca Operasi Fraktur. Skripsi. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Hidayat, A Aziz. 2007.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data .
Jakarta :Salemba Medika.
Ikawati, Zullies.2010.Cerdas Mengenali Obat. Yogjakarta: Kanisius.
Kozier&Erb. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC.
Louis,S.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Maryani.2008. KTI :Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Operasi
Fraktur Femur 1/3 Medikal Destra Dengan Pemasangaan Plate And Screw
Di Rso Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Murwani. 2009. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Musbikin.2003. Manajemen Emosi Jakarta : EGC.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2013. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
68
Porth, C M.2004. Phatophysiology concept of altered health states. 7thed :
Lippincott Williams & Wilkins.
Price. Sylvia, A. 2006. Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid
2. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Safaria, Triantoro.2012. Manajemen Emosi. Edisi 1, cetakan ke-2. Jakarta :Bumi
Aksara.
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisike-2. Jakarta :
EGC.
Solehati, T. dan Kosasih, C.E. (2015).Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas.PT Refika Aditama. Bandung
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.Alfabeta, Batang.
Syamsudajat R, De jongWim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC.
Timby, Barbara Khun. 2009. Fundamental nursing skill and concepts. : Lippincott
Williams & Wilkins.
Wilson.2009. Wong’s Essentialis of Padiatric Nursing. St Louis : Mosby.
Zakiyah, Ana. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Jakarta :Salemba Medika.
69
LAMPIRAN 1
SURAT IJIN PENELITIAN
70
LAMPIRAN 2
SURAT REKOMENDASI PENELITIAN
71
LAMPIRAN 3
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
“Terapi Menonton Film Humor”
Pengertian : Teknik pengalihan perhatian yang memanfaatkan sense pada
humor seseorang sehingga bisa merubah pikiran, perasaan dan
perilaku melalui sebuah film humor
Tujuan : Membawa pengaruh yang sangat besar terhadap sistem
kekebalan tubuh seseorang, peredaran darah, endokrin, dan juga
sistem syaraf yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan
fisik maupun psikologis.
Persiapanalat :
1. Laptop
2. DVD film humor
NO PROSEDUR
Pre Interaksi
1 Siapkan alat-alat
Tahap Orientasi
2 Beri salam dan panggil nama klien
3 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien / keluarga
Tahap Kerja
4 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
5 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
6 Menetapkan perubahan pada perilaku yang diinginkan seperti relaksasi ,
stimulasi, konsentrasi.
7 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman
8 Batasi stimulasi eksternal seperti pengunjung, panggilan telepon selama
menonton film humor
9 Dekatkan laptop dan dekatkan pada klien
10 Pastikan laptop dan DVD film humor dalam kondisi baik
11 Nyalakan laptop dan putar film humornya 10 menit
72
12 Pastikan volume laptop sesuai dan tidak terlalu keras
Terminasi
13 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
14 Merapikan alat – alat
15 Cuci tangan
Dokumentasi
16 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
73
LAMPIRAN 4
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kpd Yth
Bpk / Ibu / Saudara / Saudari
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya mahasiswa program S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun :
Nama : Defri Indriani
NIM : 201302068
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Terapi Distraksi
Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur di
Ruang Anggrek dan Ruang Seruni RSUD Kota Madiun”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan bapak/ ibu/
saudara/ saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan saya
lakukan. Kerahasiaan data bapak/ ibu/ saudara/ saudariakan kami jaga dan
informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian
ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan bapak/ ibu/
saudara/ saudari saya mengucapkan terimakasih.
Madiun, Agustus 2017
Peneliti,
Defri Indriani
74
LAMPIRAN 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat ,jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang
bernama Defri Indriani mengenai “ Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film
Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur di RSUD KOTA
MADIUN” saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat
bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan
memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.
Peneliti
(…………………….)
Madiun, Agustus 2017
Responden
(…………………….)
75
LAMPIRAN 6
Inisial :
Umur :
Sebelum di berikan terapi menonton film humor
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai :
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-10 : Nyeri berat
Sesudah di berikan terapi menonton film humor
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai :
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-10 : Nyeri berat
76
LAMPIRAN 7
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan Dan KonsulJudul
2 Penyusunan Proposal
3 Bimbingan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengambilan Data Awal
7 Penelitian
8 Pengambilan data Akhir
9 Penyusunan Dan KonsulSkripsi
10 Ujian Skripsi
77
LAMPIRAN 8
Hasil Tabulasi Data
Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri
Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota Madiun
NO Inisial Usia Responden Jenis
Kelamin
Intensitas
Nyeri Sebelum
Kriteria Intensitas Nyeri
Sesudah
Kriteria
1 S 38 th Wanita 8 Nyeri Berat 6 Nyeri Sedang
2 P 30 th Wanita 7 Nyeri Berat 4 Nyeri Ringan
3 A 27 th Wanita 7 Nyeri Berat 4 Nyeri Sedang
4 T 29 th Pria 6 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
5 D 28 th Wanita 6 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedaang
6 N 24th Pria 7 Nyeri Berat 3 NyeriRingan
7 N 23 th Pria 6 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan
8 I 34 th Pria 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
9 S 30 th Pria 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
10 E 25 th Wanita 8 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang
11 E 26 th Wanita 7 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedanng
12 W 33 th Wanita 7 Nyeri Berat 4 Nyeri Ringan
13 N 26 th Wanita 6 Nyeri sedang 3 Nyeri Ringan
14 S 26 th Wanita 8 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang
15 P 27 th Wanita 7 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang
16 P 38 th Pria 7 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang
Jumlah NyeriRingan = 0
NyeriSedang = 6
NyeriBerat = 10
NyeriRingan = 5
NyeriSedang = 11
NyeriBerat = 0
78
LAMPIRAN 9
HASIL OLAH DATA DISTRIBUSI FREKUENSI
Statistics
Usia
responden
Tingkat nyeri
sebelum
terapimenont
on film
humor
Tingkat nyeri
sesudah
terapimenont
on film
humor
N Valid 16 16 16
Missing 0 0 0
Mean 29.00 6.69 4.25
Std. Error of Mean 1.151 .237 .214
Median 27.50 7.00 4.00
Mode 26 7 4
Std. Deviation 4.604 .946 .856
Skewness .895 -.352 .182
Std. Error of Skewness .564 .564 .564
Minimum 23 5 3
Maximum 38 8 6
79
Statistics
Jenis kelamin responden
N Valid 16
Missing 0
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid pria 6 37.5 37.5 37.5
wanita 10 62.5 62.5 100.0
Total 16 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia responden 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%
Tingkat nyeri sebelum
terapi menonton film
humor
16 100.0% 0 .0% 16 100.0%
Tingkat nyeri sesudah
terapi menonton film
humor
16 100.0% 0 .0% 16 100.0%
80
Descriptives
Statistic Std. Error
Usia responden Mean 29.00 1.151
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 26.55
Upper Bound 31.45
5% Trimmed Mean 28.83
Median 27.50
Variance 21.200
Std. Deviation 4.604
Minimum 23
Maximum 38
Range 15
Interquartile Range 6
Skewness .895 .564
Kurtosis -.060 1.091
tingkatnyerisebelumtera
pimenonton film humor
Mean 6.69 .237
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 6.18
Upper Bound 7.19
5% Trimmed Mean 6.71
Median 7.00
Variance .896
81
Std. Deviation .946
Minimum 5
Maximum 8
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness -.352 .564
Kurtosis -.471 1.091
Tingka nyeri sesudah
terapi menonton film
humor
Mean 4.25 .214
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 3.79
Upper Bound 4.71
5% Trimmed Mean 4.22
Median 4.00
Variance .733
Std. Deviation .856
Minimum 3
Maximum 6
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness .182 .564
Kurtosis -.316 1.091
82
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tingkat nyeri
sebelum
terapimenont
on film
humor
Tingkat nyeri
sesudah terapi
menonton
film humor
N 16 16
Normal Parametersa Mean 6.69 4.25
Std. Deviation .946 .856
Most Extreme
Differences
Absolute .254 .240
Positive .183 .240
Negative -.254 -.198
Kolmogorov-Smirnov Z 1.017 .959
Asymp. Sig. (2-tailed) .252 .316
a. Test distribution is Normal.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Tingkat nyeri sebelum
terapi menonton film
humor
6.69 16 .946 .237
83
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Tingkat nyeri sebelum
terapi menonton film
humor
6.69 16 .946 .237
Tingkat nyeri sesudah
terapi menonton film
humor
4.25 16 .856 .214
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Tingkat nyeri sebelum
terapi menonton film
humor & tingkat nyeri
sesudah terapi
menonton film humor
16 .596 .015
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
84
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Tingkat nyeri
sebelum terapi
menonton film
humor – tingkat
nyeri sesudah
terapi menonton
film humor
2.438 .814 .203 2.004 2.871 11.97
9 15 .000
85
LAMPIRAN 10
86
LAMPIRAN 1
LEMBAR KONSULTASI
87