seminar new bab i pendahuluan

38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen diperlukan suatu jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan transmisi (sistem tegangan extra tinggi dan tegangan tinggi) dan jaringan distribusi (sistem tegangan menengah dan tegangan rendah). Tegangan catu untuk setiap pelanggan tidak mungkin sama, hal ini disebabkan karena adanya impedansi dari jaringan pemasoknya. Jadi, tegangan jatuh selalu ada pada setiap bagian dari sistem tenaga, mulai dari sumber sampai ke para pelanggan. Tegangan jatuh berbanding lurus dengan besarnya arus dan sudut fasanya, yaitu arus yang mengalir di seluruh sistem tenaga, supaya para pelanggan pada titik penerimaan tidak mengalami terlalu banyak penurunan tegangan, maka tegangan pengirim dinaikkan. Akibat tegangan pengirim dinaikkan,

Upload: isawulandari

Post on 09-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar New Bab i Pendahuluan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada

konsumen diperlukan suatu jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini

terdiri dari jaringan transmisi (sistem tegangan extra tinggi dan tegangan

tinggi) dan jaringan distribusi (sistem tegangan menengah dan tegangan

rendah).

Tegangan catu untuk setiap pelanggan tidak mungkin sama, hal ini

disebabkan karena adanya impedansi dari jaringan pemasoknya. Jadi,

tegangan jatuh selalu ada pada setiap bagian dari sistem tenaga, mulai dari

sumber sampai ke para pelanggan. Tegangan jatuh berbanding lurus

dengan besarnya arus dan sudut fasanya, yaitu arus yang mengalir di

seluruh sistem tenaga, supaya para pelanggan pada titik penerimaan tidak

mengalami terlalu banyak penurunan tegangan, maka tegangan pengirim

dinaikkan. Akibat tegangan pengirim dinaikkan, maka pelanggan yang

dekat sumber akan menerima tegangan yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan para pelanggan yang jauh dari sumber. Untuk itu PLN sebagai

pengelola listrik berusaha untuk meningkatkan penyediaan tenaga listrik dan

meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu mutu tenaga listrik dinilai dari

stabilitas tegangannya. Namun pada kenyataan sulit mendapatkan tegangan

yang konstan, karena adanya kerugian pada penghantar atau peralatan

Page 2: Seminar New Bab i Pendahuluan

2

distribusi yang disebabkan oleh pembagian beban listrik pada konsumen yang

tidak merata. Untuk mempertahankan tegangan keluaran transformator tetap

konstan, maka digunakan pengubah sadapan yang dipasang pada

transformator.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam penulisan seminar ini adalah :

1. Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah seminar

2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pengubah sadapan

tanpa beban sebagai usaha perbaikan tegangan menengah pada

jaringan distribusi

3. Untuk mengetahui pengaruh jatuh tegangan terhadap konsumen

dan cara mengatasinya.

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan seminar ini supaya bisa memberikan informasi dan

menambah pengetahuan untuk Mahasiswa/i di lingkungan STT-PLN

maupun di lingkungan umum

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang

dibahas dalam seminar ini adalah :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya jatuh tegangan pada jaringan

distribusi

Page 3: Seminar New Bab i Pendahuluan

3

2. Bagaimana pengaruh jatuh tegangan terhadap konsumen dan

cara mengatasinya ?

1.5. Batasan Masalah

1. Menjelaskan penyebab terjadinya jatuh tegangan pada saluran

tegangan menengah

2. Hanya menjelaskan secara garis besar pengunaan alat pengatur

dengan menggunakan pengubah sadapan tanpa beban untuk

mengendalikan tegangan pada sistem distribusi

1.6 Metodelogi Penulisan

Metode yang dipergunakan dalam penyusunan seminar ini adalah

sebagai berikut:

1. Studi literatur

Mengambil bahan dari buku-buku referensi, jurnal, majalah dan

sumber literatur yang berhubungan dengan seminar ini.

2. Studi Bimbingan

Diskusi berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah

ditunjuk oleh pihak jurusan Teknik Elektro STT-PLN mengenai

masalah-masalah yang timbul selama penulisan seminar ini

berlangsung.

Page 4: Seminar New Bab i Pendahuluan

4

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan seminar ini dibagi menjadi lima bab, dimana

tiap bab diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini menjelaskan tentang ringkasan materi dasar yang

terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, rumusan masalah. batasan masalah, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TEORI SISTEM TENAGA LISTRIK DAN TEORI

TRANSFORMATOR

Bab II ini menjelaskan tentang teori sistem tenaga listrik dan

teori transformator

BAB III JATUH TEGANGAN DAN PENGATURAN TEGANGAN PADA

SISTEM DISTRIBUSI

Bab III ini menjelaskan tentang cara pengaturan tegangan yang

disebabkan oleh jatuh tegangan pada sistem distribusi

khususnya saluran Tegangan Menengah

BAB IV SADAPAN BERBEBAN DENGAN SADAPAN TANPA BEBAN

DENGAN MEMPERHATIKAN JATUH TEGANGAN PADA

JARINGAN

Page 5: Seminar New Bab i Pendahuluan

5

Bab IV ini menjelaskan tentang penggunaan sadapan tanpa

beban (On Load Tap Changing) pada Trafo Distribusi serta

dalam mengatur tegangan menjelaskan pengetrapan

menggunakan 3 dan 5 sadapan tanpa beban disisi Tegangan

Menengah Trafo Distribusi.

BAB V PENUTUP

Penutup bukan merupakan kesimpulan dari seminar. Di bab

penutup ini dibahas hal-hal yang masih perlu dilakukan agar

seminar dapat dilanjutkan ke skripsi.

Page 6: Seminar New Bab i Pendahuluan

6

BAB II

TEORI SISTEM TENAGA LISTRIK DAN TEORI TRANSFORMATOR

2.1 SISTEM TENAGA LISTRIK

Energi listrik umumnya dibangkitkan oleh pusat tenaga listrik yang

jauh dari perkotaan dimana para pelanggan umumnya berada. Sistem

penyaluran tenaga listrik terdiri dari 3 unsur yaitu pusat pembangkit

tenaga listrik, transmisi, dan distribusi. Pada pusat listrik dilakukan

pembangkitan dengan cara memanfaatkan generator sinkron. Tenaga

listrik dibangkitkan oleh pembangkit listrik kemudian dinaikkan

tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer)

yang ada di pembangkit listrik dan disalurkan melalui saluran transmisi

tegangan ekstra tinggi dan saluran transmisi tegangan tinggi. Saluran

transmisi tegangan ekstra tinggi mempunyai tegangan 500 kv dan

tegangan tinggi di PLN mempunyai tegangan 150 kV. Setelah tenaga

listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di

Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator

penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah

(20 kV). Kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-

gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 220/380 Volt,

lalu di distribusikan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PT PLN

(Persero) melalui Sambungan Rumah (SR) serta alat pembatas daya dan

Page 7: Seminar New Bab i Pendahuluan

7

kWh meter yang sekaligus merupakan titik akhir kepemilikan PT PLN

(Persero).

Pelanggan-pelanggan yang mempunyai yang mempunyai daya

tersambung besar tidak dapat disambung melalui jaringan tegangan

rendah melainkan disambung langsung pada jaringan tegangan

menengah,bahkan ada pula yang disambung pada jaringan transmisi

tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.

Gambar 2.1. Skema penyaluran energi listrik ke pelanggan dimulai dari Pusat Pembangkit, Gardu Induk Penaik

Tegangan, Saluran Transmisi, Gardu Induk Penurun Tegangan, Jaringan Tegangan Menengah,pelanggan

besar/gardu distribusi, jaringan tegangan rendah dan pelanggan TR

a. Skema penyaluran energi listrik

b. Diagram satu garis

Page 8: Seminar New Bab i Pendahuluan

8

Pada sistem arus bolak-balik, frekuensi standar untuk indonesia

adalah 50 Hz. Tegangan nominal, frekuensi dan batas variasi tegangan

jaringan distribusi untuk indonesia telah ditetapkan berdasarkan

pembakuan PLN.

Sistem distribusi dapat dikelompokkan menjadi 2 tingkat yaitu :

1. Sistem Jaringan Distribusi Primer atau disebut dengan Jaringan

Tegangan Menengah (JTM)

2. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder atau disebut dengan Jaringan

Tegangan Rendah (JTR)

2.2 Teori Transformator

Transformator merupakan suatu alat listrik yang berfungsi untuk

menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan

rendah dan sebaliknya. Transformator juga dapat diartikan mengubah

tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui

suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi

elektromagnet. Transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari

besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan

kumparan sekunder.

Dasar teori dari transformator adalah apabila ada arus listrik bolak-

balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan

berubah menjadi magnet dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh

suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda

Page 9: Seminar New Bab i Pendahuluan

9

tegangan mengelilingi magnet, sehingga akan menimbulkan Gaya Gerak

Listrik (GGL).

2.3 Jenis-Jenis Trafo

Ada beberapa jenis trafo diantaranya adalah :

1. Trafo Daya

Trafo daya adalah trafo yang biasa digunakan di GI Pembangkit dan

GI Distribusi dimana trafo tersebut memiliki kapasitas daya yang

besar. Di GI pembangkit trafo digunakan untuk menaikkan tegangan

ke tegangan transmisi (150/500kv) sedangkan di GI Distribusi, trafo

digunakam untuk menurunkan tegangan transmisi ke tegangan

primer/menengah (20kv)

Gambar 2.3.1 Trafo Daya

2. Trafo Distribusi

Transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan

transmisi menengah 20kv ke tegangan distribusi 220/380V sehingga

Page 10: Seminar New Bab i Pendahuluan

10

dengan demikian peralatan utamanya adalah unit trafo itu sendiri

yaitu : inti besi, kumparan trafo,media pendingin, bushing, tangki dan

konservator.

Gambar 2.3.2.Trafo Distribusi 3 Fasa

Page 11: Seminar New Bab i Pendahuluan

o a b c

d

e

Vk

V t

IIX

IR

LIX

fg

R XL P+ jQ

BebanVk Vt

I

( a )

V

( b)

Gambar - 3 .1 . Saluran Distribusi jarak - pendeka ). Rangkaian ekivalennya .b ). Pasor diagramnya

V

dV

t

tIR

cos tLIX

sin

11

BAB III

JATUH TEGANGAN DAN PENGATURAN TEGANGAN

PADA SISTEM DISTRIBUSI

3.1 Penyebab Terjadinya Jatuh Tegangan (Drop Voltage)

Jatuh tegangan adalah selisih antara tegangan ujung pengiriman

dan tegangan ujung penerimaan dari penyulang. Jatuh tegangan bukan

merupakan jatuh tegangan pada impedansi dari punyulang, saluran dan

lain-lain tetapi perbedaan nilai mutlak dari tegangan ujung kirim dengan

tegangan ujung terima.

Page 12: Seminar New Bab i Pendahuluan

12

Sesuai definisi, jatuh tegangan adalah :

∆V = │Vk │−│Vt │..........................................................(pers.3.1)

Dimana :

Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim

Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima

Jatuh tegangan disebabkan oleh hambatan dan arus, pada saluran

bolak-balik besarnya tergantung dari impedansi dan admitansi saluran

serta pada beban dan faktor daya.

Pada dasarnya jatuh tegangan pada jaringan distribusi adalah akibat

dari impedansi seluruh jaringan tersebut. Impedansi jaringan tersebut

besarnya dipengaruhi oleh hambatan (resistansi) serta reaktansinya,

karena impedansi Z = R + jXL

Perhitungan jatuh tegangan dalam persen

Jatuh tegangan dalam persen, menurut definisi adalah :

( ΔVV t ) %=

|V k|−|V t|V t

×100% ..........................................(pers.3.12)

Vt biasanya diambil tegangan sistem yang bersangkutan, dalam hal ini Vt

yang merupakan tegangan fasa system. Jadi persamaannya bisa ditulis :

( ΔVV t ) %=

ΔVV t

×100% .....................................................(pers.3.13)

Page 13: Seminar New Bab i Pendahuluan

13

Dimana ΔV=|V k|−|V t|≃IR cos ϕt+ IX L sin ϕt , sehingga persamaannya

( ΔVV t ) %=(ΔV )%¿

IR cos ϕt+ IX L sin ϕtV f

×100% ................(pers.3.14)

Dimana V f adalah tegangan fasa nominal atau tegangan pengenal dari

system yang ber- sangkutan.

Persamaan dapat juga dibuat dalam bentuk lain, yang mengandung daya

aktif P dan reaktif Q dari beban yang bersangkutan. Dengan

memperhatikan, dimana

ΔV≃RP+X LQV t , maka jatuh-tegangan dalam persen menjadi

( ΔVV t ) %=(ΔV )%≃

RP+X LQ

V f2

×100%...........................(pers.3.15)

dimana : P = daya aktif, dalam MW.

Q = daya reaktif, dalam MVAr.

Vf = Vt tegangan-fasa, dalam kV.

Jatuh-tegangan dari setiap komponen sistem distribusi selalu

dinyatakan dalam jatuh tegangan dalam %. Jatuh tegangan dalam % untuk

setiap komponen sistem distribusi dinyatakan dalam basis tegangan yang

sama.

Page 14: Seminar New Bab i Pendahuluan

14

Untuk menjaga tegangan sirkit distribusi masih dalam batas-batas

yang diperbolehkan, maka tegangan perlu dikendalikan dengan cara

menaikkan tegangan sirkit apabila rendah dan menurunkannya apabila

tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuh tegangan yang terjadi.

Ada beberapa cara untuk memperbaiki tegangan antara lain yaitu :

1. Menggunakan pengatur tegangan pada generator

2. Memakai alat pengatur tegangan pada Gardu Induk (GI)

3. Memasang kapasitor pada Gardu Induk

4. Beban penyulang dibuat seimbang

5. Memperbesar penampang penyulang

6. Merubah penyulang fasa-tunggal menjadi penyulang fasa tiga

7. Memindahkan beban ke penyulang yang baru

8. Membangun Gardu Induk dan penyulang TM yang baru

9. Menaikkan kelas tegangan penyulang TM

10. Memakai alat pengatur tegangan pada penyulang TM

11. Memasang kapasitor shunt pada penyulang TM

12. Memasang kapasitor seri pada penyulang TM

3.2 Pengaturan Tegangan Pada Saluran

Pengaturan tegangan pada saluran banyak digunakan untuk mengatur

tegangan setiap penyulang secara terpisah, untuk menjaga agar tegangan yang

sampai pada pelanggan masih berada dalam batas-batas yang diizinkan. Ada dua

tipe cara pengaturan tegangan ini: (1) tipe induksi dan (2) tipe sadapan.

Page 15: Seminar New Bab i Pendahuluan

15

Pengaturan tipe sadapan ini lebih banyak digunakan dan praktis

menggantikan tipe induksi. Pengaturan tegangan tipe sadapan dapat berupa:

(1) tipe GI, fasa-tunggal atau fasa-tiga dan dipakai di GI untuk mengatur

tegangan pada rel atau tegangan masing-masing dari penyulang TMnya dan

(2) tipe distribusi yang hanya berupa fasa tunggal dan di pasang di tiang

SUTMnya. Pengaturan tegangan type sadapan pada dasarnya merupakan

sebuah auto-transformator dengan sadapan pada belitan serinya, lihat

gambar 3.21.

Gambar 3.21 Bagan pengatut tegangan tipe sadapan

a) Bagan konstruksinya

b) Pemakaian pada penyulang utama

Kebanyakan pengaturan tegangan jenis ini di atur untuk diperhatikan

tegangan jala ±10% dalam 32 sadapan dan terdiri dari dua unsur pokok

yaitu:

a) Sebuah autotransformator

b) Mekanisme pengatur/pengubah dudukan sadapan

Page 16: Seminar New Bab i Pendahuluan

16

3.2.1. Trafo Pengubah Sadapan (Tap Changer)

Perbaikan tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode

pengaturan tegangan berupa penggunaan trafo pengubah sadapan (tap).

Trafo Pengubah Sadapan (Tap Changer) adalah alat untuk

pengubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan

operasi sisi sekunder yang konstan atau stabil dari tegangan jaringan (sisi

primer yang berubah-ubah). Dengan menggunakan trafo pengubah

sadapan dapat mengatur rasio lilitan primer dan sekunder trafo. Dengan

demikian kita dapat mengatur tegangan keluaran trafo. Hal ini dapat dilihat

pada persamaan berikut :

VpVs

=NpNs

=a

Keterangan :

Vp = Tegangan di sisi primer

Vs = tegangan di sisi sekunder

Np = jumlah lilitan primer

Ns = jumlah lilitan sekunder

a = rasio lilitan

Trafo Pengubah tap dapat digunakan di gardu induk maupun pada

gardu distribusi tergantung dari perbaikan tegangan yang diinginkan.

Page 17: Seminar New Bab i Pendahuluan

17

Proses perubahan tap trafo itu sendiri ada dua jenis, yaitu perubahan

tap positif dan negatif. Biasanya nilai perubahan tap trafo menggunakan

ukuran persen (%) dan nilainya bervariasi antara ±10% sampai ±15%

tergantung dari trafo yang digunakan. Perubahan tap positif akan

meningkatkan jumlah lilitan di sisi sekunder, sedangkan tap negatif

sebaliknya akan mengurangi jumlah lilitan disisi sekunder. Trafo pengubah

sadapan biasanya telah mimiliki ukuran sadapan (tap) sendiri tergantung

dari pabrik yang memproduksinya. Sehingga pengaturan tegangan

dengan menggunakan trafo pengubah sadapan sifatnya terbatas dan

tergantung dari jenis trafo pengubah sadapan yang digunakan. Semakin

banyak level perubahan sadapan (tap) yang dimiliki oleh suatu trafo

semakin baik pula proses pengaturan tegangan yang dapat dilakukan.

Trafo pengubah sadapan (tap) itu sendiri ada dua macam yaitu off

load tap changing transformer (pengubah sadapan tanpa beban) pada

trafo distribusi, dan on load tap changing transformer (pengubah sadapan

berbeban) .

Tap trafo itu sendiri dapat dilakukan secara manual maupun

otomatis. Perubahan tap trafo secara manual dianggap kurang efisien

karena masih membutuhkan faktor manusia yang harus mengubah posisi

tap trafo setiap terjadi penurunan nilai tegangan yang cukup signifikan.

Pengaturan tap trafo secara otomatis dilakukan dengan menggunakan

pengatur tegangan otomatis yang akan mengubah posisi tap trafo saat

nilai tegangan keluaran trafo mengalami penurunan.

Page 18: Seminar New Bab i Pendahuluan

18

Dalam mengatur tegangan primer jaringan distribusi dengan

memakai pengubah sadapan berbeban (on load tap changing) pada

transformator utama di GI-nya, maka untuk dapat bekerja secara otomatis,

perlu dilengkapi dengan kompensator saluran (Line Drop Compensation)

pada saluran yang dikontrol.

Gambar 3.2.1. Bagan Kompensator Saluran

a) Bagan sirkit kompensator saluran

b) Diagram fasor

Fungsi kompensator saluran ialah untuk mempertahankan tegangan di

suatu titik/ tempat pada saluran tersebut, yang letaknya jauh dari GI.

Suatu titik/ tempat yang akan dipertahankan tegangannya, dilakukan

secara otomatis dengan mengatur dudukan/setting dari tahanan dan

reaktansi dari rangkaian pengendali dari kompensator saluran.

Page 19: Seminar New Bab i Pendahuluan

19

BAB IV

MENJELASKAN PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN TANPA BEBAN

DENGAN MEMPERHATIKAN JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN

TEGANGAN MENENGAH

4.1 Sadapan Tanpa Beban (No Load Tap Changing) Pada Trafo Distribusi

Salah satu perlengkapan untuk mengusahakan agar tegangan

pelayanan masih dalarn batas-batas yang diperbolehkan, maka trafo

distribusinya dilengkapi dengan sadapan tanpa beban pada sisi tegangan

tingginya, disamping itu pada sisi tegangan rendahnya, tegangan

keluarannya atau tegangan terminal sisi sekunder trafonya sudah dibuat

231/400 V atau +5% diatas nilai nominalnya 220/380 V. Pengaturan

sadapan tanpa beban pada trafo distribusi ini, harus dikaitkan dengan

pengaturan tegangan sadapan berbeban pada trafo utama di Gardu-Induk

yang bersangkutan.

Dalam mengatur tegangan pelayanan dengan mengunakan dua

sadapan dan trafo utama maupun trafo distribusinya, hanya dimungkinkan

pada jaringan yang beroperasi radial. Pemanfaatan sadapan tanpa beban

dan trafo distrbusi, umumnya dilakukan pada SUTM yang panjang,

didaerah yang kepadatan bebannya relatif masih rendah.

Ada transformator distribusi yang mempunyai 3(tiga) sadapan tanpa

beban yaitu +5%, 0% dan -5%; pada sistem 20 kV, ekivalen dengan 21kv,

20kV dan 19kv. Pada trafo distribusi yang mempunyai 5 (lima) sadapan

Page 20: Seminar New Bab i Pendahuluan

20

tanpa beban, sadapannya adalah +10%, 5%, 0%, -5% dan -10%; pada

sistem 20kV, ekivalen dengan 22kV, 21 kV, 20kV, 19kv dan 18kv.

Sisi Tegangan Rendah (TR) dan kedua macam trafo tersebut diatas,

tegangan terminal sekundernya (tanpa beban) sudah dibuat 231/400 V

atau +5% diatas nilai nominalnya 220/380 V.

4.1.1 Penggunaan Pengetrapan Tiga Sadapan Tanpa Beban Disisi

Tegangan Menengah Trafo Distribusi

Pada daerah yang kepadatan bebannya masih rendah dan

SUTMnya cukup panjang, maka pengetrapan sadapan dan trafo distribusi

yang mempunyai tiga sadapan dilakukan dengan membagi panjang

saluran TM tersebut dalam tiga seksi.

Pada seksi I, trafo distribusinya dioperasikan pada sadapan 21 kV,

pada seksi II diopersikan pada sadapan 20 kV dan pada seksi III, trafo

distribusinya dioperasikan pada sadapan 19 kV. lihat gambar 4.1.1.

Misalkan data dan trafo distribusinya diketahui UX = 3,57% dan UR =

1,8%, maka susut tegangan pada beban penuh dengan faktor-daya 80%

adalah (1,8 x 0,8) + (3,57 x 0,6) = 3,56% atau ekivalen seharga 720 volt,

bila dilihat dan sisi TT. Dengan demikian pada keadaan beban penuh

tegangan disisi TT & TR dan trafo distribusinya, diperkirakan seperti yang

tertera pada tabel 4.1.1

Page 21: Seminar New Bab i Pendahuluan

21

Gambar 4.1.1 Posisi Sadapan Trafo Distribusi (tiga sadapan)

Tabel 4.1.1 Tegangan sisi TT & TR dari transformator distribusi dengan 3

sadapan, pada beban penuh

*Jatuh tegangan pada JTR -2%

Gambar 4.1.1a Profil Tegangan pada beban penuh (3 sadapan)

Kurva A : sisi TT trafo distribusi ; Kurva B : sisi TR Trafo Distribusi

Page 22: Seminar New Bab i Pendahuluan

22

Tegangan pelayanan = (209 - 2% x 220 ) = 204,6 V. Profit tegangan

JTM dan JTR pada beban penuh kurang lebih seperti yang terlihat pada

gambar 4.1.1a

Dari kurva A, dapat dilihat bahwa pada saat beban penuh, tegangan

di Gardu Induk dibuat 21,7 kV.Pada saat beban nol, tegangan di GI. harus

diturunkan menjadi 19 kV, dan profit tegangan terminal sekunder trafo

distribusi, dapat dilihat pada gambar 4.1.1b

Gambar 4.1.1b Profil Tegangan pada beban nol

Kurva A : sisi TT trafo distribusi, Kurva B : sisi TR Trafo Distribusi

4.1.2 Penggunaan Pengetrapan Lima Sadapan Tanpa Beban Disisi

Tegangan Menengah Trafo Distribusi

Page 23: Seminar New Bab i Pendahuluan

23

Pada pengetrapan 5 (lima) sadapan tanpa beban dari trafo distribusi,

panjang saluran dibagi menjadi 5 bagian , lihat gambar 4.1.2

Gambar 4.1.2a. Posisi Sadapan Trafo Distribusi dengan lima sadapan

Sama seperti halnya dengan 3 sadapan, maka pada keadaan beban

penuh, tegangan disisi TT dan TR dan trafo distribusi, diperkirakan seperti

yang tertera pada Tabel 4.1.2b.

Tabel 4.1.2b. Tegangan sisi TT/TR dari trafo Distribusi dengan 5 sadapan

pada keadaan beban penuh

Page 24: Seminar New Bab i Pendahuluan

24

Gambar 4.1.2c Profil Tegangan Pada Beban Penuh dari Trafo Distribusi

dengan 5 Sadapan

Profil Tegangan Tegangan Menengah (TM) dan Tegangan Rendah (TR) pada

beban penuh kurang lebih seperti yang terlihat pada gambar 4.1.2c. Pada

beban ringan (30% dan beban penuh ), tegangan di-Gardu Induknya harus

diturunkan menjadi 19 kV, dan profil tegangan terminal sekunder dan dan trafo

distribusi dapat dilihat pada gambar 4.1.2d

Jatuh tegangan pada trafo distribusi pada beban ringan = 0,33 x 720 V = 240 V

(dilihat dan sisi TT), maka tegangan di sisi TT dan TR dan trafo distribusi,

diperkirakan seperti yang tertera pada Tabel 4.1.2e

Page 25: Seminar New Bab i Pendahuluan

25

Tabel 4.1.2e Tegangan sisi TT/TR dari Trafo Distribusi dengan 5 Sadapan

pada keadaan beban ringan.

Gambar 4.12d Profil Tegangan pada Beban Ringan dari Trafo Distribusi

dengan 5 Sadapan

Kurva A : sisi TM Trafo Distribusi ; Kurva B : sisi TR Trafo Distribusi

Page 26: Seminar New Bab i Pendahuluan

26

BAB V

PENUTUP

Seminar yang berjudul “Pengaturan Tegangan Dengan Metode

Menggunakan Pengubah Sadapan Tanpa Beban Pada Trafo Distribusi” nantinya

akan dilanjutkan untuk pengerjaan skripsi dengan bahan-bahan serta data yang

lebih lengkap sehingga yang dipaparkan pada seminar ini hanya berupa

pengenalan materi secara garis besar.

Semoga dengan adanya pemaparan dari bahan pada seminar ini dapat

bermanfaat bagi umum dan menambah pengetahuan.

Page 27: Seminar New Bab i Pendahuluan

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Basri, Hasan Ir, “Sistem Distribusi Daya Listrik”, ISTN, Jakarta Selatan, 1997.

2. Aprianto,Agung, “Makalah Seminar KP Pemeliharaan Trafo Distribusi”,

Semarang, 1990.

Page 28: Seminar New Bab i Pendahuluan

28

DAFTAR KONSULTASI SEMINAR

Jurusan S1 Teknik Elektro

Nama Mahasiswa : NANDA APRILIA N.I.M : 2009-11-196

Pembimbing : Ir. Hasan Basri

Judul Seminar : Metode Pengaturan Tegangan Dengan Menggunakan

Sadapan Tanpa Beban Pada Trafo Distribusi

No Tanggal MateriParaf

Pembimbing

1. Konsultasi Judul dan Abstrak

2. Konsultasi kerangka Bab I

3. Konsultasi latar belakang masalah

4. Perbaikan batasan masalah

5. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab I

6. Konsultasi Kerangka Bab II

7. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab II

8. Konsultasi kerangka Bab III

9. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab III

10. Konsultasi kerangka Bab IV

11. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab IV

12. Konsultasi pembuatan slide dan Bab V

13. Konsultasi hasil slide dan seminar

14. Tanda Tangan Lembar Pengesahan

Page 29: Seminar New Bab i Pendahuluan

29